laporan praktikum eliksir

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eliksir berupa larutan obat dengan zat tambahan seperti gula, zat pengawet, zat pewarna dan zat pewangi, sehingga mempunyai rasa dan bau yang sedap. Eliksir ini digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama adalah etanol 90% dan dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Karena eliksir bersifat hidroalkohol maka dapat menjaga obat baik yang larut dalam air etanol dalam larutan eliksir. Kadar etanol berkisar antara 3% sampai 44%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Anief, 2007). Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus 1

Upload: frans-apandi

Post on 15-Dec-2015

2.111 views

Category:

Documents


45 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Eliksir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Eliksir berupa larutan obat dengan zat tambahan seperti gula, zat pengawet,

zat pewarna dan zat pewangi, sehingga mempunyai rasa dan bau yang sedap.

Eliksir ini digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama adalah etanol

90% dan dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Karena eliksir

bersifat hidroalkohol maka dapat menjaga obat baik yang larut dalam air etanol

dalam larutan eliksir. Kadar etanol berkisar antara 3% sampai 44%, dan biasanya

eliksir mengandung etanol 5-10% (Anief, 2007).

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan

untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.

Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek

terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir

biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang

lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa

senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu

mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang

larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan

kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari

sirup (Ansel, 1989).

Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-

masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang

berbeda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alcohol dan air untuk

mempertahankan semua komponen dalam larutan. Tentu saja, untuk eliksir-eliksir

ini mengandung zat yag kelarutannya dalam air jelek, banyaknya alcohol yang

dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari komponen-komponen

yang kelarutannya dalam air baik. Eliksir paling baik disimpan dalam wadah-

wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang

berlebihan. Disebabkan karena eliksir mengandung alkohol (Ansel, 1989)

1

Page 2: Laporan Praktikum Eliksir

1.2 Prinsip Percobaan

Pembuatan eliksir paracetamol dengan pelarut utama etanol dan beberapa

zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, pengawet, zat warna dan pewangi.

Melakukan evaluasi terhadap pH dan kejernihan dari sediaan.

1.3 Tujuan Percobaaan

Mengetahui pembuatan sediaan eliksir

Mengetahui cara evaluasi sediaan eliksir

2

Page 3: Laporan Praktikum Eliksir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Eliksir

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan

untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.

Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir sebagai obat

untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan

sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar

gula yang lebih rendah akbatnya kurang efektif disbanding sirup dalam menutupi

rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol , eliksir lebih

mampu mempertahankan komponen–komponen larutan yang larut dalam air dan

larut dalam alcohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan

kemudahan dalam pembuatannya (dengan melarutkan biasa), dari sudut

pembuatan, eliksir lebih disukai daripada sirup (Ansel, 2005).

Elixir adalah sediaan berupa larutan hidroalkohol yang jernih dalam

aquadest, memiliki rasa dan bau yang sedap, mengandung zat

tambahan/korigensia saporis, koloris dan odoris, serta digunakan per oral. Sebagai

pelarut utama adalah etanol 90% yang dimaksudkan untuk meningkatkan

kelarutan dan stabilitas sediaan pun semakin baik. Kadar etanol dalam eliksir

adalah 5-10%. Bila kadar alkohol dalam eliksir adalah 10-12% dalam sediaan,

maka fungsi alkohol selain meningkatkan kelarutan juga berfungsi sebagai

pengawet sehingga tidak perlu lagi dibubuhi pengawet lain. Penambahan sirup

simpleks selain meningkatkan konstituen sediaan juga sebagai korigensia saporis

(Jas, 2004).

Bila dibandingkan dengan sirup, elixir biasanya kurang manis dan kurang

kental , karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding

dengan sirup dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Karena elixir

bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam

air maupun alkohol dalam larutan elixir. Disamping itu elixir mudah dibuat

larutan elixir, maka itu elixir lebih disukai dibanding sirup. Banyaknya jumlah

etanol yang ada didalam elixir berbeda sekali. Kadar etanol yang rendah adalah

3

Page 4: Laporan Praktikum Eliksir

3% dan yang tinggi dapat sampai 44%. Biasanya elixir mengandung antara 5-10%

etanol (Anief, 2000).

Pemanis yang digunakan biasanya gula atau sirup gula, tapi kadang-kadang

digunakan sorbitol, glyserinum dan saccharinum (terbatas)

Nama Obat Dosis Efek Terapi

1. Dexamethasone Elixir USP 500 µg/5 ml Anti inflamasi

2. Acetaminophen Elixir USP 300 mg/10 ml Analgetik

3. Diphenhydramin HCl Elixir USP 25 mg/10 ml Antihistamin

4. Reserpine Elixir USP 0,005 mg/ml Anti hipertensi

5. Digoxin Elixir USP 50 µg/ml Kardiotonik

2.2 Pembuatan Eliksir

Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengadukan dan

atau dengan pencampuran dua atau lebih bahan–bahan cair. Komponen yang larut

dalam alcohol dan dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam alcohol dan air

yang dimurnikan berturut–turut. Kemudian larutan air ditambahkan kelarutan

alcohol, dan sebaliknya, untuk mempertahankan kekuatan alcohol yang setinggi

mungkin selamanya sehingga pemisahan yang minimal dari komponen yang larut

dalam alcohol terjadi. Bila dua larutan selesai dicampur campuran dibuat sesuai

dengan volume dengan pelarut atau pembawa tertentu. Sering campuran akhir

akan tidak jernih, tetapi keruh, terutama karena pemisahan beberapa minyak

pemberi rasa dengan menurunnya konsentrasi alcohol. Bila ini terjadi, eliksir

biasanya dibolehkan untuk dibiarkan bebrapa jam yang ditentukan untuk

menjamin penjenuhan pelarut hidroalkohol dan untuk memungkinkan butiran

minyak bergabung sehingga dapat dihilangkan dengan lebih mudah dengan

disaring (Ansel, 2005).

4

Page 5: Laporan Praktikum Eliksir

Cara Pembuatan Eliksir

1. Mencampur zat padat dengan pelarut atau campuran pelarut (kosolven)

sambil diaduk hingga larut.

2. Bahan yang larut dalam air dilarutkan terpisah dengan zat yang larut

dalam pelarut alkohol. Larutan air ditambahkan kedalam larutan alkohol,

agar penurunan kekuatan alkohol dalam larutan secara gradien mencegah

terjadinya pemisahan atau endapan.

3. Gliserin, sirup, sorbitol, dan propilenglikol dalam eliksir memberikan

peranan pada kestabilan zat terlarut dan dapat meningkatkan viskositas

(Anonim, 2009).

2.3 Pembagian Eliksir

Eliksir Bukan Obat

Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam

pembuatan resep yang dibuat segar, yang meliputi:

1. Penambah zat–zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak, dan

2. Pengencer eliksir obat yang ada.

Dalam pemilihan pembawa untuk senyawa–senyawa obat, ahli farmasi

harus memperhatikan sendiri kelarutan dan stabilisasi senyawa obat dalam air dan

alcohol. Jika pembawa hidroalkohol dipilih, proporsi yang ada harus hanya sedikit

diatas jumlah yang diperlukan untuk mempengaruhi dan mempertahanka larutan

obat. Bila ahli farmasi diminta untuk mengencerkan eliksir obat yang ada, maka

eliksir obat yang dipilih untuk pengencer dan harus mempunyai konsentrasi

alcohol kira–kira sama dengan eliksir yang akan diencerkan. Juga, rasa dan bau

pengencer harus tidak bertentangan dengan eliksir obat dan semua komponen

harus tercampurkan secara kimia dan fisika. Ada tiga eliksir bukan obat yang

biasa digunakan yaitu Eliksir Aomatik, Eliksir Benzaldehid Campuran dan Eliksir

Iso-Alkohol (Ansel, 2005).

Contoh elixir bukan obat:

1. Compound Benzaldehyde Elixir NF

2. Iso-alcoholic Elixir NF

3. Aromatic Elixir NF (Anief, 2000).

5

Page 6: Laporan Praktikum Eliksir

Eliksir Obat

Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat

yang ada. Umumnya, eliksir–eliksir resmi yang ada diperdagangan

mengandung zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat yang

terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan dan diturunkan

dengan meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau

lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan

atau menurunkan kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis

dan bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang mungkin

tidak diinginkan. Karena itu, untuk pasien yang memerlukan minum lebih

dari satu obat, banyak dokter untuk memilih untuk minum sediaan yang

terpisah dari tiap obat sehingga bila dibutuhkan pengaturan dosis satu obat,

dapat dikerjakan tanpa dosis obat lainnya secara bersamaan ikut diatur.

Beberapa diantaranya dibicarakan secara singkat berikut ini (Ansel, 2005).

2.4 Jenis-jenis Eliksir lainnya

Eliksir Antihistamin

Antihistamin digunakan terutama dalam pengobatan simtomatis

penyakit alergi tertentu. Kerjanya, menekan gejala–gejala yang ditimbulkan

oleh histamin, suatu zat kimia yang dilepas selama proses reaksi antigen-

antibodi dari respon alergi. Walau hanya ada sedikit perbedaan dalam sifat–

sifat hampir semua antihistamin, tetapi lewat pengalamannya menangani

jenis–jenis khusus reaksi alergi, penulis resep mungkin memilih satu dari

yang lainnya. Pemilihan juga mungkin berdasarkan pada insiden timbulnya

efek yang tidak diinginkan, yang mungkin diduga terjadi (Ansel, 2005).

Eliksir Hipnotik Sedatif Barbiturat

Barbiturate adalah zat hipnotik sedative yuang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkatan penekanan system saraf pusat. Bila dosis

ditingkatkan, efek berpindah dari sedasi ke hipnotik ke penekanan

pernapasan, yang terakhir menimbulkan kematian krena kelebihan dosis

barbital (Ansel, 2005).

Barbiturate diberikan dalam dosis kecil pada waktu siang hari sebagai

sedasi untuk menurunkan ketegangan emosi dan kegelisahan. Dosis yang

6

Page 7: Laporan Praktikum Eliksir

tepat untuk tujuan ini adalah jumlah yang menghilangkan kegelisahan dan

ketegangan tetapi tidak menyebabkan engantuk atau kelesuan. Dosis yang

lebih besar dapat diberikan dimalam hari sebagai hipnotik untuk

mmenghilangkan insomnia (tidak bias tidur) (Ansel, 2005).

Eliksir Fenobarbital

Eliksir fenobarbital diformulasi mengandung fenobarbital 0,4% yang

member 20 mg obat per sendok the eliksir. Eliksir umumnya diberi rasa

dengan minyak jeruk, diwarnai merah dengan pewarna yang diakui FDA

dan pemanis sirup. Eliksir resmi mengandung alcohol kurang lebih 14%

yang digunakan untuk melarutkan fenobartbital. Akan tetapi, jumlah ini

menunjukan jumlah yang hampir minimal yang dibutuhkan untuk menjaga

fenobarbital tetap dalam bentuk larutan. Karena itu sering ditambahkan

gliserin untuk meningkatkan kelarutan fenobarbital (Ansel, 2005).

Fenobarbital adalah barbital kerja panjang dengan lama kerja kurang

lebih 4-6 jam dan dosis lazim dewasa sebagai sedative kurang lebih 30 mg,

dosis hipnotik kurang lebih 100 mg. Kekuatan eliksir memungkinkan

pengaturan dosis yang tepat utuk mendapatkan derajat sedasi yang tepat

pada pengobatan bayi, anak–anak dan pasien–pasien dewassa tertentu

(Ansel, 2005).

Eliksir Sekobarbital

Eliksir ini mengandung kurang lebih sekobarbital 440 mg dalam

setiap 100 ml eliksir. Sekobarbital adalah barbiturate kerja pendek yang

terutama digunakan sebagai hipnotik yang diberikan malam hari. Efek

farmakologi timbul dalam waktu pendek sesudah pemberian oral, biasanya

diantara 15–30 menit, dan berakhir untuk masa yang agak pendek antara 2-4

jam. Masa kerja yang pendek membuat barbital ini sangat menarik dan

memiliki keuntungan daripada barbiturate kerja lama yang karena masa

kerjanya menghasilkan hang over barbiturate atau kelesuan sesudah tidur

pada pagi hari berikutnya. Sebagai hipnotik, dosis lazim dewasa kurang

lebih 100 mg. kira–kira setengan dosis hipnotik untuk digunakan sebagai

sedative (Ansel, 2005).

7

Page 8: Laporan Praktikum Eliksir

Eliksir Digoksin

Eliksir ini mengandung kurang lebih5 mg digoksin per 100 mL eliksir

atau kurang lebih 0,25 mg per sendok teh. Dosis lazim dewasa dari digoksin

sebagai obat kardiotonik kurang lebih 1,5 mg pada terapi awal dan kira–kira

0,5 mg terapi pemeliharaan (Ansel, 2005).

Digoksin adalah glikosida yang didapat dari daun Digitalis lanata.

Berbentuk bubuk Kristal putih yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

alcohol encer. Eliksir resmi kira–kira megandung 10 % alcohol. Digoksin

adalah obat yang sangat beracun, dan dosisnya harus ditentukan dengan

hati–hati dan diberikan pada setiap penderita secara perseorangan. Orang

dewasa umumnya memilh meminum tablet digoksin daripada eliksir, yang

harus ditakar dengan sendok the rumah yang berbeda–beda. Eliksir

umumnya digunakan pada praktek dokter anak, dan produk yang tersedia

diperdagangkan untuk tujuan ini dikemas dengan penetes yang dikalibrasi

untuk memudahkan pengukuran dosis yang tepat (Ansel, 2005).

2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Eliksir

Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.

Rasanya enak.

Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi.

Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak.

Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam

botol kedap dan jauh dari sumber api.

2.6 Kebaikan

Mempunyai bau dan rasa sedap sehingga mudah diberikan kepada

pasien, terutama bayi dan anak-anak

Takaran pemakaian mudah diatur

Sediaan stabil dalam penyimpanan

2.7 Keburukan

Kandungan alcohol didalam elixir dapat menjadi stimulansia terhadap

saluran cerna pasien terutama pada bayi dan anak-anak.

8

Page 9: Laporan Praktikum Eliksir

Etanol mudah menguap, sehingga kemasan jika tidak ditutup rapat

maka mudah terjadi penghabluran.

Contoh:

a. Panadol Elixir

b. Parasetamol Elixir

c. Batugin Elixir (Jas, 2004).

9

Page 10: Laporan Praktikum Eliksir

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Mortir dan stamfer

Sudip

Spatula

Timbangan

Gelas arloji

Cawan porselen

Kertas perkamen

Beaker glass

Anak timbangan

Gelas ukur

Pipet tetes

Botol 60 ml

3.2 Bahan

Parasetamol

Gliserol

Propilen glikol

Sorbitol solutio 70%

Aethanolum

Ol. citri

Akuades

10

Page 11: Laporan Praktikum Eliksir

3.3 Formula

R/ Parasetamol 120 mg

Glyceril 2,5 ml

Propilen glikol 500µl

Sorbitol solutio 70% 1,25 ml

Aethanolum 500µl

Ol.Citri q.s

Akuades ad 5ml

m.f.eliksir 60 cc

#

Pro : Zulfan

3.4 Penimbangan

Parasetamol : 60/5 x 120 mg = 1440 mg

Glyceril : 60/5 x 2,5 ml x 1,249 = 37,47 g

Propilen glikol : 60/5 x 0,5 ml x 1,036 = 6,216 g

Sorbitol solutio 70% : 60/5 x 1,25 ml x 1,28 = 19,2 g

Aethanolum : 60/5 x 0,5 ml = 6 ml

3.5 Prosedur

a. Pembuatan

Dikalibrasi botol terlebih dahulu

Ditimbang semua bahan

Digerus parasetamol di dalam lumpang lalu tambahakan alkohol dan

glyceril sambil terus di gerus secara perlahan-lahan

Di tambahkan propilen glikol dan sorbitol, gerus sampai didapat masa

jernih

Dicukupkan volumenya dengan akuades sampai 60 ml

Ditambahkan ol citri sebanyak 2 tetes

Di cek pH larutan dengan indikator universal sampai diperoleh pH 6

11

Page 12: Laporan Praktikum Eliksir

Dipindahkan larutan kedalam beaker glass lalu ditutup, diamati

sampai besok perubahan kejernihan larutan eliksir

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sediaan eliksir

parasetamol dengan larutan jernih dan aroma jeruk, gambar sediaan dapat dilihat

dilampiran. Rasa dari sediaan eliksir parasetamol ini adalah jeruk dengan sensasi

dingin. Rasa jeruk dikarenakan penambahan oleum citrii dan sensasi dingin

diperoleh dari penambahan etanol pada sediaan ini. Selain itu, uji yang dilakukan

adalah uji pH dan kejernihan. pH yang diperoleh dari sediaan adalah 6. Dari uji

kejernihan didapat sediaan larutan yang jernih.

4.3 Pembahasan

Dalam percobaan ini dilakukan pembuatan sediaan eliksir dengan cara

parasetamol dilarutkan ke dalam etanol kemudian ditambahkan bahan lainnya dan

dimasukan ke dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat, terlihat bahwa

percobaan tersebut memberikan hasil yang maksimal dengan parasetamol yang

terlarut dengan sempurna. Hal ini dapat dilihat dari kejernihan sediaan eliksir

yang dibuat. Hal ini dapat disebabkan karena parasetamol larut dalam 70 bagian

air, dan dalam 7 bagian etanol (95%), yang berarti bahwa 1 g parasetamol larut

dalam 70 ml air dan 1 g parasetamol larut dalam 7 ml etanol, sehingga

parasetamol yang dilarutkan dalam etanol, parasetamol akan lebih cepat larut.

Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada eliksir dapat pula

ditambahkan gliserol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti

gula bisa digunakan sirup gula (Lahman,1994).

Dilakukan evaluasi terhadap eliksir yang mencakup evaluasi kejernihan

dan pH. Dari hasil pengamatan Uji kejernihan dilakukan dengan menggunakan

alat dan didapat bahwa eliksir jernih dimana larutan transparan.

Uji pH yang didapat dari sediaan adalah 6. pH ini memenuhi syarat

berdasarkan USP yaitu antara 3,8-6,1. Pengontrolan pH sangat penting karena

12

Page 13: Laporan Praktikum Eliksir

untuk meningkatkan kelarutan zat aktif. Profil laju katalis asam spesifik dengan

stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5-7 (Connors, et, al., 1986).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Pembuatan sediaan eliksir dilakukan dengan cara melarutkan bahan-bahan

larut air dengan air dan bahan larut alkohol dengan alkohol. Kemudian

campurkan kedua larutan tersebut dengan cara menambahkan larutan air

ke larutan alkohol, Setelah itu tambahkan sisa pelarut sampai jumlah

tertentu.

- Uji kejernihan dilakukan dengan menggunakan alat dan didapat bahwa

eliksir jernih dimana larutan transparan. Dan uji pH yang didapat dari

sediaan adalah 6. Pengontrolan pH sangat penting karena untuk

meningkatkan kelarutan zat aktif.

5.2 Saran

- Perlu ditambahkan bahan tambahan lain seperti Zat pewangi, Zat pewarna

dan Zat pengawet.

- Diharapkan pada saat melarutkan zat berkhasiat harus benar-benar larut,

agar sediaan yang dihasilkan baik dan memenuhi syarat.

13

Page 14: Laporan Praktikum Eliksir

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1986). Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 126-136

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Hal. 95-131

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi

3. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi

IV. Jakarta: Depkes RI.

Jas, Admar. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU Press.

Syamsuni. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal.24-28

14

Page 15: Laporan Praktikum Eliksir

LAMPIRAN

15