laporan praktikum ekum
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN I
KOLERASI ANTARA PANJANG DAN BERAT
NAMA : WA ODE UMRAWATI LATIF
NIM : H41112337
HARI/TANGGAL : SELASA / 19 MARET 2013
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : AHMAD ASHAR ABBAS
RISPAH HAMZAH
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTANJURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu ciri yang membedakan makhluk hidup dengan makhluk tak hidup
(benda mati) adalah makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Jika menanam beberapa butir biji jagung atau kacang hijau, di dalam pot dan
mengamatinya setiap hari, kita akan melihat adanya perubahan pada biji jagung
atau kacang hijau tersebut. Mula-mula, biji itu akan berubah menjadi tanaman
kecil yang belum lengkap. Selanjutnya, dari hari ke hari tanaman kecil tersebut
akan bertambah besar dan lengkap organ-organnya. Hal tersebut diakibatkan
karena tanaman tersebut mengalami perkembangan dan pertumbuhan
(Harun,2004).
Pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh kepada makhluk hidup.
Dimana pertumbuhan pada suatu organisme atau makhluk hidup dapat diartikan
sebagai proses pertambahan biomassa atau ukuran berupa berat, volume, atau
jumlah yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali pada bentuk semula). Jadi,
pertumbuhan merupakan suatu konsep kuantitatif yang berkaitan dengan
pertambahan massa suatu organisme. Sedangkan perkembangan dapat diartikan
sebagai pertumbuhan yang menyertai pertumbuhan. Perubahan ini meliputi
perubahan bentuk dan tingkat kematangan makhluk hidup (Harun,2004).
Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka diadakanlah
praktikum ini untuk mengetahui lebih jauh seperti apa itu
perkembangan dan pertumbuhan.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
kolerasi antara panjang dengan pertaambahan berat dari suatu sampel yang diukur
serta mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang
berhubungan parameter fisik dalam lingkungan.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 19 Maret pukul 15.00 - 17.30
WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar lantai 1, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap organisme di alam akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis, diferensiasi pertumbuhan,
sedangkan pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran organisme
sebagai akibat dari pertambahan ([embelahan) jumlah sel, volume, ukuran, dan
banyaknya matriks intraselluler selnya. Akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya
pertambahan panjang, lebar, diameter dan secara pasti akan diikuti pertambahan
berat organisme (Umar,.2013).
Tubuh tumbuhan lebih dari sekedar sekumpulan sel yang sedang membelah
dan mengembang. Morfogenesis harus harus terjadi agar perkembangan berlanjut
dengan benar, artinya sel-sel harus terorganisasi ke dalam susunan multiseluler
dari jaringan-jaringan dan organ-organ. Perkembangan struktur yang spesifik ini
disebut pembentukan pola (Campbell, dkk.2010).
Sel-sel dari suatu organisme yang sedang berkembang dapat menyintesis
protein-protein yang berbeda dan mengalami divergenasi struktur dan fungsi
walaupun mereka memiliki genom yang sama. Dalam proses pembentukan suatu
organ, pola-pola pembelahan sel dan ekspansi sel memepengaruhi diferensiasi sel-
sel dengan menepatkan mereka dalam lokasi-lokasi yang spesifik relatif terhadap
sel-sel lain. Dengan demikian, informasi populasi mendasari semua proses
perkembangan: pertumbuhana, morfogenesis, dan diferensiasi (Campbell,
dkk.2010).
Salah satu tahap yang termasuk dalam rangkaian proses pertumbuhan dan
perkembangan adalah perkecambahan. Perkecambahan adalah tumbuhnya embrio
yang terdapat pada sebutir biji. Embrio tersebut akan tumbuh menjadi tumbuhan
kecil yang lambat laun akan tumbuh makin besar menjadi tumbuhan dewasa yang
lengkap (Harun, 2004).
Perkecambahan merupakan suatu rangkaian komplek perubahan morfologi,
fisiologi dan biokimia benih tanaman. Tahap pertama suatu perkecambahan
benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit
benih dan hidrasi protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-
kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap
ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti
karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk terlarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari
bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk
menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan sel-sel baru.
Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Harun,
2004).
Perkecambahan suatu biji dipengaruhi oleh faktor luar (eksternal) dan faktor
dalam (internal). Proses perkecambahan biasanya diawali dengan masuknya air ke
dalam biji. Air masuk ke dalam biji melalui mikropil dan testa. Masuknya air ke
dalam biji dipengaruhi oleh peristiwa imbibisi. Hal itu menyebabkan kondisi di
dalam sel dan memungkinkan diaktifkannya enzim-enzim yang mengatalisis
reaksi-reaksi biokimiawi tersebut, diantaranya adalah reaksi pembongkaran zat
makanan yang ada pada kotiledon (Harun, 2004).
Selain perkecambahan, tumbuhan juga mengalami pertumbuhan primer dan
pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer mengakibatkan tumbuhan bertambah
tinggi atau panjang dan hal itu terjadi pada semua tumbuhan. Kecambah
mengalami pertumbuhan primer untuk membentuk tumbuhan tidak berkayu
(herbaseus). Sedangkan pertumbuhan sekunder terjadi pada tumbuhan perenial
(tahunan) berkayu, misalnya pohon dan semak (Harun, 2004).
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
makhluk hidup. Kedua faktor ini sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Keduanya adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor dalam tumbuhan atau makhluk hidup itu
sendiri yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor luar dari makhluk hidup yang dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan (Mien,2002).
Faktor dalam (internal) yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman meliputi
(Anonim, 2012):
1. Gen; yang berfungsi mengendalikan seluruh aktivitas yang terjadi didalam
sel, termasuk pertumbuhan.
2. Hormon ; merupakan aktivitas tumbuh. Ada enam macam hormone
tumbuhan, yaitu auksin, giberelin, sitokinin , etilena, asam absisat, dan kalin.
Faktor luar (eksternal) meliputi (Anonim, 2012):
3. Air, diperlukan tumbuhan sebagai media berlangsungnya reaksi kimia
didalam sel,komponen dasar pembentukan zst makanan, dan membantu
mengedarkan zat makanan ke seluruh bagian tubuh.
4. Oksigen, dibutuhkan tumbuhan untuk memecah zat-zat makanan yang
mereka buat sehingga menghasilkan senyawa sedehana dan sejumlah energI.
5. Karbon dioksida, diperlukan dalam proses pembentukan zat makanan
melalui proses fotosintesis.
6. Cahaya, dibutuhkan tumbuhan agar dapat melakukan proses fotosintesis.
7. Suhu, diperlukan tumbuhan karena aktivitas pertumbuhan merupakan
peristiwa enzimatis yang membutuhkan bantuan enzim. Enzim tidak dapat
bekerja pada suhu yang terlalu rendah ataupun telalu tinggi.
8. Unsur hara , digunakan sebagai komponen penyusun zat organic didalam sel.
Pada dasarnya kita mengenal ada 3 macam pertumbuhan yaitu (Umar, 2013):
a) Pertumbuhan allometrik: variasi pertumbuhan relative pada berbagai bagian
tubuh yang membantu member bentuk organism.
b) Pertumbuhan determinan: pertumbuhan organisme yang akan berhenti
tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu, ini umumnya ciri khas hewan.
c) Pertumbuhnan intermediet: pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh
selama masih hidup, ini merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Dalam mengamati pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup harus
diadakan suatu teknik yang disebut korelasi. Korelasi adalah salah satu teknik
statistik yang digunakan untuk untuk mencari hubungan antara dua variabel atau
lebih yang sifatnya kuantitatif. Misalkan kita mempunyai dua variabel x dan y kita
ingin menguji apakah hubungannya berbanding lurus atau terbalik atau bahkan
tidak mempunyai hubungan sama sekali (Anonim,2010).
Korelasi dibagi menjadi dua yaitu (Anonim,2010):
1. korelasi bivariat : merupakan uji korelasi antara dua variabel
2. korelasi partial : bertujuan untuk menghitung koefisien korelasi antara dua
variabel, akan tatapi dengan mengeluarkan variabel lainnya yang mungkin
dianggap berpangaruh dengan kata lain disebut kontrol.
Keeratan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, biasa
disebut dengan koofisien korelasi yang ditandai dengan ”r”. Koofisien korelasi ”r”
merupakan taksiran dari korelasi populasi dengan kondisi sample normal (acak).
Tingkat keeratan hubungan (koofisien korelasi) bergerak dari 0-1. jika r
mendekati 1 (misalnya 0.95) ini dapat dikatakan bahwa memiliki hubungan yang
sangat erat. Sebaliknya, jika mendekati 0 (misalnya 0.10) dapat dikatakan
mempunyai hubungan yang rendah. Koofisien korelasi mempunyai harga -1
hingga +1. harga -1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna bersifat
terbalik antara kedua variabel. Sedangkan hubungan +1 menunjukan adanya
hubungan sempurna positif (Anonim, 2012).
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita
teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya,
agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, sbeorang peneliti harus melakukan
sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen
tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan
elemen atau unsur tadi (Anonim, 2012).
Dalam mengumpulkan sampel pengamatan, ada beberapa istilah yang
berkaitan dengan proses tersebut. Salah satunya adalah proses pengambilan
kesimpulan terhadap populasi namun pengambilan kesimpulan tersebut tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Istilah lain dari hal tersebut
adalah berbias. Pemilihan sampel menggunakan beberapa cara yaitu (Miean,
2002) :
1. Memilih secara acak (random selection), berdasarkan ketentuan bahwa setiap
pengukuran dilakukan secara terpisah dan masing-masing data yang diukur
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
2. Memilih dengan sengaja (purposive selection), pemilihan sampel yang
dilakukan secara sengaja dan sepenuhnya dengan kesengajaan oleh
pengambil sampel.
Ada beberapa tipe pemilihan acak, empat diantaranya disampaikan secara
ringkas sebagai berikut (Anonim, 2010)):
1. Pemilihan acak sederhana (Simple Random Sampling) ; pemilihan sejumlah
sampel(n) buah dilakukan dengan menggunakan suatu alat mekanik (misal:
mata uang, dadu, kartu) atau dengan menggunakan tabel yaitu tabel bilangan
random (Random digit table). Sebuah sampel yang terdiri dari unsur-unsur
yang dipilih dari populasi dianggap cocok, dengan ketentuan bahwa setiap
unsure yang terdapat dalam populasi tersebut mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih. Pemilihan yang bersifat acak akan memberikan hasil yang
memuaskan bila populasi darimana asal sampel tersebut dipilih benar-benar
bersifat sama jenis atau homogeny.
2. Pemilihan acak berangkai (Random Serial Sampling) ; Pemilihan sampel
ditentukan dengan cara membagi populasi berdasarkan interval tertentu.
3. Pemilihan acak bertingkat; apabila dalam pemilihan sampel ternyata
populasinya terdiri dari bermacam-macam jenis (heterogen), maka
populasi tersebut harus dibagi ke dalam beberapa stratum dan sampelnya
dipilih secara acak dari tiap stratum.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jangka sorong, ti OHAUS,
kertas grafik, mistar, spidol dan kalkulator.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu 20 biji rambutan (Naphelium lappaceum)
III.3 Prosedur Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
1. Membagi kertas grafik menjadi 20 bagian berbentuk kotak dengan spidol,
dengan membagi panjang 10 bagian dan lebar 5 bagian. Kemudian
memberikan nomor pada tiap kotak mulai dari nomor 1 sampai 20.
2. Mengambil biji yang tersedia secara acak sebanyak 20 biji, kemudian
meletakkannya pada kotak bernomor yang telah dibuat pada kertas grafik
tadi.
3. Mengukur panjang tiap biji dengan jangka sorong dan dituliskan hasilnya
(mm) pada kotak kertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak tempat
diambilnya biji tersebut, kemudian diletakkan kembali biji/kacang tersebut
pada kotak semula.
4. Menimbang atu per satu 20 biji/kacang yang sudah diketahui panjangnya
Secara acak dan dicatat beratnya , kemudian dikembalikan lagi pada kotak
yang sesuai.
5. Menggunakan data dari dua kelompok perhitungan dari masing-masing
kelompok. Untuk perhitungan, analisis data dan lain-lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
A. Biji Rambutan ( Naphelium Lappaceum )
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
X
(cm
)
2,0
7
1,9
1
1,9
3
2,0
4
1,9
2
1,8
6
1,9
4
2,0
0
1,9
4
1,9
4
2,1
1
2,1
2
2,0
6
2,0
8
1,7
3
Y
(gr)
2,3
4
2,0
0
1,7
2
1,9
8
1,9
2
1,8
4
1,9
6
2,2
0
2,3
0
2,1
4
2,9
2
2,4
8
2,6
4
2,0
0
2,0
4
B. Biji Ketapang (
Biji ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
X (cm) 5,80 6,88 5.06 4,70 5.03 5.25 5.64 5,66
Y (gr) 14,00 16.98 11.62 9.18 7.12 14.06 15.66 15.54
Biji ke- 9 10 11 12 13 14 15 -
X (cm) 6,32 4,90 4,57 5,22 5,25 5,11 5,75 -
Y (gr) 6.22 13.42 12.04 11.40 13.70 10.96 14.02 -
IV.2 Analisis Data
IV.2.1 Analisis Data hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Rambutan
No. Xi Xi²(Xi-X) (Xi-X)² Yi Yi²
(Yi-Y) (Yi-Y)² Xi.Yi
1 20,7 428,49 0,94 0,8836 2,34 5,4756 0,15 0,0225 48,438
2 19,1 364,81 -0,66 0,4356 2,00 4,00 -0,19 0,0361 38,2
3 19,3 372,49 -0,46 0,2116 1,72 2,9584 -0,47 0,2209 33,196
4 20,4 416,16 0,64 0,4096 1,98 3,9204 -0,21 0,0441 40,392
5 19,2 368,64 -0,56 0,3136 1,92 3,6864 -0,27 0,0729 36,864
6 18,6 345,96 -1,16 1,3456 1,84 3,3856 -0,35 0,1225 34,224
7 19,4 376,36 -0,36 0,1296 1,96 3,8416 -0,23 0,0529 38,024
8 20,0 400 0,24 0,0576 2,20 4,84 0,01 0,0001 44
9 19,4 376,36 -0,36 0,1296 2,30 5,29 0,11 0,0121 44,62
10 19,4 376,36 -0,36 0,1296 2,14 4,5796 -0,05 0,0025 41,516
11 21,1 445,21 1,34 445,21 2,92 8,5264 0,73 0,5329 61,612
12 21,2 449,44 1,34 449,44 2,48 6,1504 0,29 0,0841 52,576
13 20,6 424,36 0,84 424,36 2,64 6,9696 0,45 0,2025 54,384
14 20,8 432,64 1,04 432,64 2,00 4,00 -0,19 0,0361 41,6
15 17,3 299,29 -2,46 299,29 2,04 4,1616 -0,15 0,0225 35,292
296,5
5876,57 -0,92 0.6926
32,48
91,8264 -0,67 1,4647
644,938
rata-rata
19,76
391,771 -0,06 0.0346 2,19 395.1 0,044 0,0976 42,995
x max 21,2 - - y max 1,72 - - - -
x min 17,3 - - y min 10.5 - - - -
a. Panjang Biji Rambutan (Naphelium Lappaceum )
- Panjang biji rata-rata (x) = ∑ xi
n
= 19,76 cm
- Panjang biji maksimum (x max) = 21,2 cm
- Panjang biji minimum (x min) =17,3 cm
b. Berat Biji Rambutan (Naphelium Lappaceum )
- Berat biji rata-rata (y) = ∑ yi
n
= 2,19 gr
- Berat biji maksimum (y max) = 2,92 gr
- Berat biji minimum (y min) = 1,72 gr
c. Simpangan baku biji rambutan (
- Simpangan baku untuk panjang biji rambutan (Naphelium Lappaceum )
Sx = √∑ (Xi−X) ²n−1
Sx = √ 0,034615−1
Sx = 0,049 cm
- Simpangan baku untuk berat biji rambutan (Naphelium Lappaceum )
Sy = √∑ ( yi− y) ²n−1
Sy = √ 0,097615−1
Sy = 0,083 gr
d. Banyaknya Kelas (Rumus Sturges)
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20
= 5.29 ≈ 5
e. Interval Panjang dan Berat
- Interval panjang = xmax−x min
nkelas
= 21,2−17,3
5
= 0,78 cm
- Interval berat = ymax− ymin
n kelas
= 2,92−1,72
5= -0,24 gr
f. Tabel Distribusi Frekuensi Panjang Biji Rambutan
Kelas Interval Frekuensi
A 17,30 – 18,08 1
B 18,08 – 18,86 1
C 18,86 – 19,64 6
D 19,64 – 20,42 3
E 20,42 – 21,20 4
Jumlah 15
g. Tabel Distribusi Frekuensi Berat rambutan
Kelas Interval Frekuensi
A 1,72 – 1,96 4
B 1,96 – 2,20 6
C 2,20 – 2,44 2
D 2,44 – 2,68 2
E 2,68 – 2,92 1
Jumlah 15
h. Grafik Batang panjang Biji Rambutan
1,72 - 1,96 1,96 - 2,20 19,64 – 20,42
20,42 – 21,20
A B C D E
01234567 Chart Title
Series1
i. Grafik berat Biji Rambutan
1,72 – 1,96
1,96 – 2,20
2,20 – 2,44
2,44 – 2,68
2,68 – 2,92
A B C D E
0
1
2
3
4
5
6
7
Frekuensi
j. Analisis Korelasi
r = n∑ Xi .Yi – (∑ Xi)(∑Yi )
√{(∑ Xi2¿)−(∑ xi ) 2}{n (∑ yi 2 )−(∑ yi ) 2 }¿
= 15 (42,995) – (19,76) ( 2,19)
√ { 15 (391,771) – (19,762}{ 15 (395.1) – (2,19)2}
= 644,925– 43,2744
√ {(5876,56– 390,4576)} { (5926,5– 4,7961)}
= 601,6506
√ (5486,1024) (5981,17039)
= 601,6506
√ 32813313,23
= 0,1050
B. Tabel hasil pengukuran dan penimbangan Biji Ketapang Terminalia
catappa L.
- Biji Ketapang Terminalia catappa L.
No Xi Xi2 Xi-X (Xi-X)2 Yi Yi2 Yi-Y (Yi-Y)2
1 5.8 33.64 -75.34 5676.12 14 196 -171.92 29556.492 6.88 47.33 -74.26 5514.55 16.98 288.32 -168.94 28540.723 5.06 25.60 -76.08 5788.17 11.62 135.02 -174.3 30380.494 4.7 22.09 -76.44 5843.07 9.18 84.27 -176.74 31237.035 5.03 25.30 -76.11 5792.73 7.12 50.69 -178.8 31969.446 5.25 27.56 -75.89 5759.29 14.06 197.68 -171.86 29535.867 5.64 31.81 -75.5 5700.25 15.66 245.24 -170.26 28988.478 5.66 32.04 -75.48 5697.23 15.54 241.49 -170.38 29029.349 6.32 39.94 -74.82 5598.03 6.22 38.69 -179.7 32292.0910 4.9 24.01 -76.24 5812.54 13.42 180.10 -172.5 29756.2511 4.57 20.89 -76.57 5862.97 12.04 144.96 -173.88 30234.2512 5.22 27.25 -75.92 5763.85 11.4 129.96 -174.52 30457.2313 5.25 27.56 -75.89 5759.29 13.7 187.69 -172.22 29659.7314 5.11 26.11 -76.03 5780.56 10.96 120.12 -174.96 30611.0015 5.75 33.06 -75.39 5683.65 14.02 196.56 -171.9 29549.61
a. Panjang biji
Biji Ketapang Terminalia catappa L.
Panjang rata-rata (x) 5.41 cm
Panjang max (xmax) 6.88 cm
Panjang min (xmin) 4.7 cm
Keterangan :
Panjang rata-rata (x) = ∑ xi
n
b. Berat biji
Biji Ketapang Terminalia catappa L.
Berat rata-rata (y) 12.40 gr
Berat max (ymax) 16.98 gr
Berat min (ymin) 6.22 gr
1. Simpangan baku panjang
Biji Ketapang Terminalia catappa L.
ʃx =√∑ ( xi−x )2
n−1
ʃx =√∑ (86032.3)15−1
ʃx =√ 6145.16
= 78.39
2. Simpangan baku berat
Biji Ketapang Terminalia catappa L.
ʃy =√∑ ( yi− y )2
n−1
ʃy =√451798.00
15−1
ʃy =√ 32271.29
= 179.64
a. Banyaknya kelas ( rumus Sturges)
Jumlah kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 15
= 4.88 ≈ 5
b. Interval Panjang dan Berat
- Biji Ketapang Terminalia catappa L.
Interval panjang = X max−X min
n kelas Interval berat =
Y max−Y minn kelas
= 6.88−4.7
5 =
16.98−6.225
= 0.44 = 2.15
a. Tabel distribusi frekuensi panjang biji
- Interval panjang
Biji Ketapang Terminalia catappa L.
Kelas Kelas Interval Frekuensi
A 4.7 - 5.14 6
B 5.14 - 5.57 3
C 5.57 - 6.01 4
D 6.01 - 6.44 1
E 6.44 - 6.88 1
Jumlah 15
- Interval berat
Biji Ketapang Terminalia catappa L.
Kela
s
Kelas Interval Frekuensi
A 6.22 - 8.37 2
B 8,37 - 10.52 1
C 10.52 - 12.67 4
D 12.67 - 14.82 5
E 14.82 - 16.98 3
Jumlah 15
a. Grafik batang
- Interval panjang
Biji Ketapang Terminalia citappa L.
KELAS A KELAS B KELAS C KELAS D KELAS E0
1
2
3
4
5
6
7
Interval panjang Biji Ketapang Terminalia catappa L.
Frekuensi
- Interval berat
Biji Ketapang Terminalium catappa L.
KELAS A KELAS B KELAS C KELAS D KELAS E0
1
2
3
4
5
6
Interval beratBiji Ketapang Terminalium catappa L.
Frekuensi
c. Analisis korelasi (Rumus Person Product Moment)
rxy = n∑ ( xi− yi )−¿¿¿
rxy = −1571.7−(15085.55)
(79.15 )(1985.60)
rxy = -0.106
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum ini yang berjudul korelasi antara panjang dan berat, kami
bertujuan untuk mengetahui apakah ada kolerasi antara panjang dan berat biji
(Nephellium lappacium) rambutan. Selain itu kami juga membandingkan hasil
yang kami peroleh dengan kelompok III yang mengambil sampel biji ketapang
(Terminalium catappa L.)
Untuk mengukur panjang biji rambutan, alat yang kami gunakan jangka
sorong. Penggunaan jangka sorong yaitu dengan menjepitkan biji rambutan ke
mulut jangka kemudian skala utama dan skala noniusnya diatur. Untuk
mementukan panjangnya, kami memperhatikan angka yang berhimpit dengan
angka nol. Skala utama dan skala noniusnya dijumlahkan untu mendapatkan hasil
perhitungannya. Sedangkan untuk mengukur berat biji rambutan, alat yang kami
gunakan adalah neraca ohaus.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan maka hasil yang diperoleh
adalah pada biji rambutan mempunyai nilai simpangan baku untuk panjang adalah
0,049 cm sedangkan nilai simpangan baku untuk berat adalah 0,083 g. Untuk biji
ketapang, nilai simpangan baku untuk panjang adalah 78.39 dan nilai simpangan
baku untuk beratnya adalah 179,64.
Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa simpangan baku untuk berat lebih
besar dibandingkan nilai simpangan baku untuk panjang, hal ini menunjukkan
pada biji ketapang dan rambutan beratnya lebih bervariasi dibandingkan dengan
panjangnya..
Hasil analisis korelasi biji rambutan adalah 0,1050 dan analisis korelasi
ketapang adalah -0,106.
Pada biji flamboyan Delonix regia diperoleh untuk simpangan baku
panjang adalah 0,017 sedangkan nilai simpangan baku untuk berat adalah 0,035.
Dapat kita lihat bahwa nilai simpangan baku untuk berat lebih besar dari nilai
simpangan baku untuk panjang, yang berarti bahwa pada biji flamboyan Delonix
regia, berat biji lebih bervariasi dibandingkan panjangnya. Dapat pula dilihat
pada grafik histogram panjang bahwa panjang biji flamboyan Delonix regia
kurang bervariasi, frekuensinya banyak terdapat pada kelas B dengan interval
2,06-2,14 dengan frekuensi 8. Sedangkan pada histogram berat flamboyan
Delonix regia, lebih brvariasi yang ditandai dengan jumlah frekuensinya setiap
kelas tidak berbeda jauh.
Pertambahan panjang biji tidak diikuti oleh pertambahan berat atau dengan
kata lain, berat biji tidak dipengaruhi oleh ukuran panjangnya. Hal ini terjadi
karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya misalnya saja kesalahan
pada manusia yang melakukan perhitungan (Human Error), kesalahan pada
kalibrasi alat, ataupun faktor internal dari biji tersebut (misalnya faktor gen,
hormon, dan nutrisi).
Variasi antara panjang dan berat pada biji-biji rambutan dan biji ketapang
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan sel, struktur dari biji tersebut,
kerapuhan, dan adanya masa dormansi atau masa istirahat pada tumbuhan.
Apabila suatu biji, sel-selnya padat tentu diameter dari sel tersebut besar dan akan
menambah berat dari biji tersebut. Begitupun dengan struktur dari biji, apabila
strukturnya baik akan mempengaruhi pertumbuhan biji tersebut. Suatu sel apabila
selnya terlalu rapuh tentu akan mempengaruhi pertambahan ukuran dari sel
tersebut. Dan dengan adanya masa dormansi atau masa istirahat pun akan
berpengaruh terhadap panjang dan berat suatu sel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Terdapat korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur, karena
pertumbuhan adalah adalah proses pertambahan volume, ukuran yang
mengakibatkan terjadinya pertanbahan panjang, lebar dan diameter yang secara
pasti akan diikuti oleh pertambahan berat.
2. Dalam mengukur korelasi antara panjang dan berat digunakan alat yang
berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan yaiu jangka sorong yang
digunakan untuk mengukur panjang biji dan neraca OHAUS digunakan untuk
mengukur berat biji.
V.2. Saran
Saya harap kepada asisten, memberikan kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan pada laporan kami.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Faktor Yang Mempengaruhi perkembangan. http://ebookbrowse.com/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-dan-
perkembangan. Diakses pada tanggal 22 Maret 2013 pukul 05.00 WITA, Makassar.
Anonim, 2010. Pengertian Korelasi. http://www.slideshare.net/guest44990b/pengertian-korelasi-2905821. diakses pada 19 Maret 2013 20.00 WITA, Makassar.
Campbell, N.A. Reece, J. B Urry, L. A. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Rifai, Mien. 2002. Kamus Biologi. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Umar., M., Ekologi Umum Dalam Praktikum. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Yahya, Harun.2004. Pustaka Sains Populer Islami. Bandung: Dzikra..