laporan praktikum ekum
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMEKOLOGI UMUM
PERCOBAAN 1
KOLERASI ANTARA PANJANG DAN BERAT
NAMA : NUR SAKINAH
NIM : H41112293
KELOMPOK : 1 (SATU)
HARI/TANGGAL : SELASA/ 19 MARET 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURUL QALBY
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTANJURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makluk hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan seiring. Pertumbuhan adalah proses
pertambahan ukuran suatu organisme yang irreversible (tidak dapat kembali ke
keadaan semula) karena adanya pembelahan sel, pembesaran sel, dapat
disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara
kuantitatif. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan
fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat
dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan (Pratiwi, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang sangat penting bagi
makhluk hidup. Misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan keturunannya.
Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh
yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit. Tetapi, setelah tumbuh dan
berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga
kelangsungan hidupnya lebih terjamin (Hamid, 2010).
Setiap organisme dialam akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Pada perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis,
diferensiasi, dan pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu sendiri merupakan
peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan)
jumlah sel, volume, ukuran dan banyaknya matriks intraseluler selnya (Umar,
2013). Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk melakukan suatu
pengukuran dengan beberapa biji untuk mengetahui kolerasi antara panjang dan
berat biji tersebut.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan dari percobaan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui hubungan korelasi antara panjang dengan pertambahan
berat dari suatu sampel yang diukur.
2. Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang
berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.
1.3 Waktu dan Tanggal Praktikum
Percobaan kolerasi antara panjang dan berat dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 19 Maret 2012 pukul 14.30-17.00 WITA yang bertempat di Laboratorium
Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah pertambahan massa dan volume yang bersifat
irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Pertumbuhan pada organisme sering
kali disertai dengan perubahan bentuk karena adanya perubahan volume.
Perubahan volume ini terjadi karena pertambahan jumlah sel sebagai aktifitas titik
tumbuh dan adanya penambahan substansi didalam setiap sel. Pertumbuhan
dimulai dari pertumbuhan zigot menjadi embrio dan akhirnya menjadi tanaman
yang besar (Handayani, 2010).
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan. Perkembangan pada
tumbuhan biasanya ditandai dengan matangnya serbuk sari atau spora.
Perkembangan biasanya berjalan seiring denagn pertumbuhan yang sedang
berlangsung. Proses perkembangan ini terjadi pada sel-sel gamet yang
dipergunakan untuk bereproduksi. Pada tumbuhan berspora, proses perkembangan
terjadi pada sporangium. Sporangium adalah tempat spora yang sudah matang,
proses pematangan spora yang juga proses perkembangan terjadi pada
sporangium. Pada tumbuhan berbiji, pembentukan gamet jantan terjadi pada
serbuk sari, sedangkan gamet betina terjadi pada kantung lembaga di dalam bakal
biji (Mentari, 2009).
Perkembangan pada tumbuhan diawali dengan fertilisasi. Pada awal
perkembangannya, embrio mendapatkan makanan dari kotiledon. Kotiledon
terdapat pada biji tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan dikotil memiliki dua
kotiledon, sedangkan monokotil memiliki satu kotiledon. Pertumbuhan awal
tumbuhan dari biji menjadi tanaman baru disebut perkecambahan. Berdasarkan
letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
epigeal dan hipogeal. Pada perkecambahan epigeal, kotiledon terdapat di
permukaan tanah karena terdorong oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang
ke atas (Hamid, 2010).
Pertumbuhan dalam tumbuhan ada 2, yaitu pertumbuhan primer dan
sekunder. Pertumbuhan primer menghasilkan bagian tumbuhan primer yang
terdiri dari 3 sistem jaringan, yaitu akar, batang, dan daun. Pertumbuhan primer
menghasilkan bagian tumbuhan sekunder. Jaringan mengalami pertambahan
dalam diameter. Pertambahan ukuran batang dan akar disebabkan dari produksi
sekunder sel baru melalui kambium vaskular dan kambium gabus. Kambium
vaskular merupakan perwujudan pertumbuhan yang terus-menerus dan sel
meristem silinder yang menghasilkan xylem dan floem dimana floem sebagai
jalan atau jalur zat organik dan hasil fotosintesis, sedangkan xylem sebagai jalan
untuk air dan mineral. Keduanya merupakan saluran pengangkutan pada
tumbuhan (Campbell, dkk., 2008).
Pada dasarnya pertumbuhan ada 3 macam (Umar, 2013) yaitu:
a. Pertumbuhan allometrik yaitu variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian
tubuh yang membantu memberi bentuk organisme
b. Pertumbuhan determinan yaitu pertumbuhan organisme yang akan berhenti
tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu. Ini umumnya merupakan cirri khas
dari hewan
c. Pertumbuhan intermediet yaitu pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh
selama masih hidup. Ini umumnya merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
(Asnani, 2009) antara lain:
A. Faktor internal
Adapun yang termasuk dalam faktor internal yaitu:
1) Gen
Ukuran, bentuk, dan kecepatan tumbuh dikendalikan oleh gen gen yang
terdapat di dalam kromosom. Gen-gen tersebut diwariskan dari induk
tumbuhan kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan mengatur pola dan
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2) Hormon
Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan tumbuhan.
Hormon juga dikenal sebagai zat tumbuh, Seperti: Auksin, giberelin, sitokinin,
gas etilen, asam absisat, dan kalin.
B. Faktor eksternal
Yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu:
1. Air dan Mineral
Tumbuhan memerlukan air dan mineral untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Air dan mineral diserap dari dalam tanah oleh akar. Air
berfungsi sebagai pelarut dan untuk fotosintesis. Mineral seperti karbon,
nitrogen, fosfat, kalsium, dan magnesium berguna sebagai bahan pembangun
tubuh tumbuhan.
2. Kelembapan
Kelembapan menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan
rendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral
semakin banyak. Keadaan ini dapat memacu laju pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
3. Cahaya
Cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses ini
menghasilkan makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan
membangun tubuh.
4. Metagenesis
Siklus hidup tumbuhan memperlihatkan suatu pergiliran keturunan
(metagenesis). Pergiliran keturunan meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase
gametofit atau fase generatif merupakan tahap menghasilkan gamet haploid.
Fase sporofit atau fase vegetatif merupakan tahap menghasilkan spora.
Gametofit menghasilkan gamet haploid yang menyatu membentuk zigot.
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses
fotosintesis dan pembungaan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam
proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman
mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman
terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman
yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering
disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam
kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran (Mentari, 2009).
Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan
pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang
lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka
kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun
atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh
kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel
ini memiliki hubungan atau korelasi (Ayu, 2011).
Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan
suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain
yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart, sedangkan
pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali
dilakukan dalam bidang teknik atau industri sedangkan alat ukurnya sendiri
banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur
serta hasil yang di inginkan (Hamid, 2010).
Untuk mengetahui pertumbuhan pada hewan maupun tumbuhan dilakukan
pengukuran panjang maupun berat sebelum dan sesudah pertumbuhan. Untuk
mengukur perubahan panjang atau tinggi maupun berat dapat dikerjakan langsung
pada objek yang hendak diukur dengan alat pengukur, misalnya penggaris,
meteran, jangka sorong maupun neraca (Soedarjatmo, 2001).
Everhart dan Youngs (1981), menyatakan bahwa bahwa analisa hubungan
panjang–berat yaitu dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan
index of plumpness, yang merupakan salah satu derivat penting dari pertumbuhan
untuk membandingkan kondisi (fitness, well-being) atau keadaan kesehatan relatif
populasi atau individu tertentu. Menurut Vakily, 1986 Hubungan panjang -berat
dan faktor kondisi secara sistematis mempunyain ilai praktis karena dapat
digunakan untuk mengkonversi panjang ke berat atau berat ke panjang (Manik,
2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain : Neraca saku (0,01
gram), Jangka sorong (0,05 mm), Spidol, Mistar, dan Kalkulator.
III. 2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu 15 buah biji Jarak
Ricinus comunis dan 15 biji Flamboyan Delonix regia dan kertas HVS.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Kertas HVS diambil lalu bagi menjadi 15 bagian berbentuk kotak dengan
spidol. Diberi nomor pada setiap kotak mulai dari nomor 1 hingga 15 dan
diberi tanda P (panjang biji) dan B(berat biji) pada bawah tiap kotak untuk
datanya.
2. 15 biji yang tersedia diambil secara acak dan diletakkannya pada kotak
bernomor yang sudah dibuat.
3. Untuk diukur panjangnya, diambil satu biji dari salah satu kotak kemudian
ukur panjangnya dengan jangka sorong, setelah selesai catat hasil pengukuran
pada simbol P di kotak yang bijinya sedang diukur dan dikembalikan biji ke
kotak semula. Ulangi hingga semua biji diukur.
4. Untuk diukur beratnya, diambil satu biji dari salah satu kotak lalu ukur
beratnya dengan timbang di Neraca saku, setelah selesai catat hasil pengukuran
pada simbol B di kotak yang bijinya diambil dan dikembalikan biji ke kotak
semula. Ulangi hingga semua biji sudah diukur.
5. Hasil pengukuran di hitung dengan rumus dan analisis data tersebut. Gunakan
2 data dari 2 kelompok yang dilakukan pengukuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
A. Tabel Pengukuran Panjang dan Berat biji Jarak Ricinus communis
No.Jarak Ricinus communis
Panjang (cm) Berat (gr)
1 1,135 0,302 1,115 0,343 1,130 0,264 1,130 0,305 1,050 0,306 1,010 0,347 1,030 0,328 1,080 0,309 1,110 0,3410 1,150 0,3211 1,115 0,2812 1,150 0,3013 1,100 0,2814 1,160 0,3415 0,915 0,30
Jumlah 16,380 4,62
B. Tabel Pengukuran Panjang dan Berat biji Flamboyan Delonix regia
No.Flamboyan Delonix regia
Panjang (cm) Berat (gr)1 1.85 0.42 1.95 0.53 1.88 0.44 2.06 0.55 1.84 0.46 1.86 0.37 1.69 0.38 2.08 0.39 2.09 0.410 2.13 0.311 1.96 0.312 2.14 0.3
13 2.12 0.414 2.04 0.315 1.84 0.3
Jumlah 39.57 7.67
IV.2. Analisis Data
IV.2.1 Analisis Data Hasil Pengukuran Panjang dan Berat biji Jarak Ricinus
communis
No. Xi Xi² (Xi-X) (Xi-X)² Yi Yi² (Yi-Y) (Yi-Y)² Xi.Yi1 1,135 1,288 0,043 0,002 0,30 0,09 -0,01 0.0001 0,3402 1,115 1,243 0,023 0,0005 0,34 0,11 0,032 0,0010 0,3793 1,130 1,277 0,038 0,0014 0,26 0,07 -0,238 0,0566 0,2944 1,130 1,277 0,038 0,0014 0,30 0,09 -0,01 0.0001 0,3395 1,050 1,102 -0,042 0,0017 0,30 0,09 -0,01 0.0001 0,3396 1,010 1,020 -0,082 0.0067 0,34 0,11 0,032 0,0010 0,3797 1,030 1,277 0,038 0,0014 0,32 0,10 -0,208 0,0432 0,3298 1,080 1,166 -0,012 0,0001 0,30 0,09 -0,01 0.0001 0,3399 1,110 1,232 0,018 0,0003 0,34 0,11 0,032 0,0010 0,37910 1,150 1,322 0,058 0,0033 0,32 0,10 -0,208 0,0432 0,32911 1,115 1,243 0,023 0,0005 0,28 0,08 -0,028 0,0008 0,31212 1,150 1,322 0,058 0,0033 0,30 0,09 -0,01 0.0001 0,34513 1,100 1,210 0,008 0.00006 0,28 0,08 -0,028 0,0008 0,31214 1,160 2,560 0,068 0,0046 0,34 0,11 0,032 0,0010 0,37915 0,915 0,837 -0,177 0,0313 0,30 0,09 -0,01 0.0001 0,345∑ 16,38 17,948 0,10 0,061 4,54 1,393 -0,005 0,020 4,956
rata-rata 1,092 1,291 0,006 0,0038 0,31 0,094 -0,642 0,149 0,342x max 1,160 - - y max 0,34 - - - -x min 0,915 - - y min 0,26 - - - -
a. Panjang biji Jarak Ricinus communis
- Panjang rata-rata (X) = 1,092 cm
- Panjang maksimum (X max) = 1,160 cm
- Panjang minimum (X min) = 0,915 cm
b. Berat biji Jarak Ricinus communis
- Berat rata-rata (Y) = 0,303 gr
- Berat maksimum (Y max) = 0,34 gr
- Berat minimum (Y min) = 0,26 gr
c. Simpangan Baku untuk panjang biji Jarak Ricinus communis
SDx = 0,064
d. Simpangan Baku untuk berat biji Jarak Ricinus communis
SDy = 0,103
e. Banyaknya Kelas
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 15
= 4,88 = 5
f. Interval panjang
xmaks−xminn kelas =
1,160−0,9155 =
0,2455 = 0,049 cm
g. Interval berat
ymaks− y minn kelas =
0,34−0,265 =
0,085 = 0,016 gram
Tabel Ditribusi Frekuensi Panjang biji Jarak Ricinus communis
Kelas Interval FrekuensiA 0,915 - 0,964 1B 0,965 - 1,014 1C 1,015 - 1,064 2D 1,065 – 1,114 4E 1,115 – 1,164 7
Jumlah 15
h. Tabel Distribusi Frekuensi Berat Biji jarak Ricinus communis
Kelas Intervalfrekuensi
A 0,26 – 0,276 1
B0,277 – 0,293 2
C 0,294 – 0,31 6D 0,32 – 0,336 2
E0,337 – 0,353 4
Jumlah 15
i. Grafik perbandingan
0,915 - 0,964
0,965 - 1,014
1,015 - 1,064
1,065 – 1,114
1,115 – 1,164
0
2
4
6
8
10
12
Frekuensi
Frekuensi
0,26 – 0,276
0,277 – 0,293
0,294 – 0,31
0,32 – 0,336
0,337 – 0,353
0
1
2
3
4
5
6
frekuensi
frekuensi
j. Analisis Korelasi
rxy = n . ( Σxiyi )− (Σxi ) . ( Σyi )
√{(n .Σ xi2 )−¿¿¿
=15. (4,956 )−(16,38 ) . ( 4,54 )
√{ (15.17,948 )−(268,30)}{(15.1,393 )−(20,6)}
= 15. ( 4,956−74,36 )
√(0,92 ) .(0,30)
= 0,02
0,525
= 0,038
k. Uji t (t test)
t = r √n−2(1−r2 )
= 0,038√15−2(1−0,0014 )
= 0,1368
(1−0,0014 )
= 0,1368
(0,9986 )
= 0,136
IV.2.2 Analisis Data Hasil Pengukuran Panjang dan Berat Biji Flamboyan
Delonix regia
No. Xi Xi² (Xi-X) (Xi-X)² Yi Yi² (Yi-Y) (Yi-Y)² Xi.Yi1 1.86 3.44 -0.12 0.015 0.4 0.18 0.04 0.0013 0.782 1.95 3.80 -0.03 0.001 0.5 0.22 0.09 0.0075 0.923 1.88 3.53 -0.10 0.010 0.4 0.16 0.02 0.0003 0.754 2.06 4.24 0.08 0.007 0.5 0.26 0.13 0.0160 1.055 1.84 3.39 -0.14 0.019 0.4 0.16 0.02 0.0003 0.74
6 1.86 3.46 -0.12 0.014 0.3 0.12 -0.04 0.0019 0.637 1.70 2.87 -0.28 0.080 0.3 0.10 -0.06 0.0040 0.548 2.09 4.35 0.11 0.011 0.3 0.11 -0.05 0.0029 0.699 2.09 4.37 0.11 0.012 0.4 0.14 -0.01 0.0002 0.7710 2.14 4.56 0.16 0.025 0.3 0.10 -0.06 0.0040 0.6811 1.96 3.84 -0.02 0.000 0.4 0.12 -0.03 0.0011 0.6912 2.15 4.60 0.17 0.028 0.3 0.10 -0.06 0.0040 0.6913 2.12 4.49 0.14 0.020 0.4 0.19 0.06 0.0032 0.9314 2.04 4.16 0.06 0.004 0.3 0.12 -0.04 0.0019 0.6915 1.85 3.40 -0.13 0.018 0.3 0.10 -0.07 0.0054 0.5716 2.11 4.43 0.13 0.016 0.3 0.12 -0.04 0.0019 0.7217 1.97 3.88 -0.01 0.000 0.5 0.22 0.09 0.0075 0.9318 1.96 3.84 -0.02 0.000 0.4 0.15 0.01 0.0001 0.7619 2.15 4.60 0.17 0.028 0.4 0.18 0.05 0.0022 0.9220 1.83 3.35 -0.15 0.022 0.4 0.16 0.02 0.0003 0.73
39.5778.62
4 0.00 0.330 7.7 3.0073 0.00 0.0659 15.18RATA 1.98 - - - 0.4 - - - -X max 2.14 - - Y max 0.5 - - - -X min 1.70 - - Y min 0.3 - - - -
a. Panjang biji flamboyan Delonix regia
- Panjang rata-rata (X) = 1,98 cm
- Panjang maksimum (X maks) = 2,14 cm
- Panjang minimum (X min) = 1,70 cm
b. Berat biji flamboyan Delonix Regia
- Berat rata-rata (Y) = 0,4 gr
- Berat maksimum (Y max) = 0,5 gr
- Berat minimum (Y min) = 0,3 gr
c. Simpangan Baku untuk panjang biji biji flamboyan Delonix Regia
SDx = = = 0,017
d. Simpangan Baku untuk berat biji flamboyan Delonix Regia
SDy = 0,0035
e. Banyaknya Kelas (Rumus Sturges)
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20
= 5.29
f. Interval Panjang
Interval X = 0,088
g. Interval Berat
Interval Y = 0,04
h. Tabel Ditribusi Frekuensi Panjang biji flamboyan Delonix regia
Kelas Interval FrekuensiA 1,70 – 1,78 1B 1,79 – 1,87 5C 1,88– 1,96 4D 1,97 – 2,05 2E 2,06 – 2,14 8
Jumlah 20
i. Tabel Distribusi Frekuensi Berat Biji flamboyan Delonix regia
Kelas Interval FrekuensiA 0,3 – 0,340 8B O,341 – 0,381 4C 0,381 – 0, 421 3D 0,421 – 0,461 1E 0,461– 0,50 2
Jumlah 20
j. Analisis Korelasi
r = n . ( Σxiyi )− (Σxi ) . ( Σyi )
√{(n .Σ xi2 )−¿¿¿
=20(15.18) – (39.57)(7.7)
√ {20(78.6)– (39.57)2 }{20(3,0)– (7.7)2 }
= 303.50 –303.69
√{(1572 –1566)}{(60.15 – 58.83)}
= 0.18983
√ (6.609)(1.317)
= 0.18983√ 8.705
= 0,06
k. Uji t (t test)
t = r √n−2(1−r2 )
= 0,06 √ 20−2(1−0,0014 )
= 0,1368
√ 1−(0,06)2
= 0.34
IV.3 Pembahasan
Pada percobaan kolerasi antara Panjang dan Berat bertujuan untuk melihat
hubungan korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur. Telah kita
ketahui, bahwa pertumbuhan adalah peningkatan ukuran suatu organisme sebagai
akibat dari pertambahan sel, pembelahan sel, volume, ukuran, dan banyaknya
matriks intraselulrnya. Akibat dari pertumbuhan ini adalah terjadinya
pertambahan panjang, lebar, diameter, dan dengan secara pasti akan diikuti
pertambahan berat organisme.
Pada kelompok 1 bertugas mengukur panjang dan berat dari biji jarak
Ricinus communis. Dari 15 biji yang diukur, masing-masing biji memiliki ukuran
yang bervariasi baik dari segi panjang maupun massanya. Dari data yang di
peroleh, untuk biji jarak di kotak 1 memiliki panjang 1,135 cm dan berat 0,30
gram. Pada biji jarak di kotak 2 memiliki ukuran panjang 1,115 cm dan berat
0,34 gram. Pada biji di kotak nomor 3 memiliki panjang 1,130 cm dengan berat
0,26 gram, sedangkan pada kotak nomor 4 memiliki panjang 1,130 cm dengan
berat 0,30 gram. Pada kotak 5 memiliki ukuran panjang sebesar 1,050 cm dan
berat biji 0,30 gram, data selanjutnya dapat dilihat dalam tabel hasil.
Setelah diukur semua, data-data yang telah diperoleh diolah dalam
beberapa rumus yakni panjang rata-rata (X) = 1,092 cm, berat rata-rata
(Y) = 0,303 gram, simpangan baku untuk panjang biji jarak yaitu SDx= 0,064,
dan simpangan baku untuk berat biji jarak ialah SDy= 0,103
Dari data-data tersebut, kemudian diolah dalam rumus Sturgess untuk
menentukan banyaknya kelas dalam pengukuran biji jarak, dan terdapat 5 kelas
yang masing-masing kelas memiliki interval 0,049 untuk panjang biji jarak
sedangkan interval 0,016 untuk berat biji jarak. Kemudian kelas-kelas tersebut
memiliki frekuensi seberapa sering munculnya suatu ukuran dengan rentang yang
telah ditentukan tadi, misalnya pada kelas A untuk panjang biji jarak memiliki
interval 0,049 yaitu dimulai dari 0,915 hingga 0,964, sepanjang rentang tersebut
hanya terdapat 1 kali muncul yaitu biji yang berukuran 0,915 cm.
Pada tabel hasil kelas dari biji jarak, menunjukkan bahwa terjadi adanya
fluktuasi pada grafik frekuensi panjang biji begitupun yang terjadi pada grafik
frekuensi berat biji. Dari grafik inilah kita bisa melihat bahwa, tidak selamanya
panjang dan berat biji selalu berkorelasi. Ada juga biji yang berukuran pendek tapi
memiliki massa yang lebih besar, begitupun sebaliknya.
Pada kelompok II, bertugas untuk mengukur dan mengolah data mengenai
hasil pengukuran dari panjang dan berat biji Flamboyan Delonix regia. Sama
seperti data di kelompok satu, masing-masing ukuran biji durian memiliki panjang
dan massa biji yang berbeda-beda yang diukur menggunakan neraca saku dan
jangka sorong. Data-data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel untuk diolah.
Pada biji flamboyan, memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
biji jarak. Panjang rata-rata yang dimiliki panjang durian mencapai 1,98 cm
dengan berat 0,4 gram. Data- data yang diperoleh pun diolah dalam rumus untuk
menentukan simpangan baku, untuk panjang biji flamboyan mencapai 0,017 dan
berat biji flamboyan 0,0035
Sama seperti kelompok 1, untuk biji flamboyan juga memiliki 5 kelas
berbeda dengan interval panjang mencapai 0,088 dan interval berat mencapai
0,04. Data-data dari kelas-kelas ini kemudian dimasukkan ke dalam grafik dengan
mengandalkan seberapa sering muncul kelas-kelas tersebut.
Variasi antara panjang dan berat pada biji jarak Ricinus communis dan
biji flamboyan Delonix regia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan
sel, struktur dari biji tersebut, kerapuhan, dan adanya masa dormansi atau masa
istirahat pada tumbuhan. Apabila suatu biji, sel-selnya padat tentu diameter dari
sel tersebut besar dan akan menambah berat dari biji tersebut. Begitupun dengan
struktur dari biji, apabila strukturnya baik akan mempengaruhi pertumbuhan biji
tersebut. Suatu sel apabila selnya terlalu rapuh tentu akan mempengaruhi
pertambahan ukuran dari sel tersebut. Dan dengan adanya masa dormansi atau
masa istirahat pun akan berpengaruh terhadap panjang dan berat suatu sel.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Terdapat korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur, karena
pertumbuhan adalah proses pertambahan volume, ukuran yang mengakibatkan
terjadinya pertambahan panjang, lebar dan diameter yang secara pasti akan diikuti
oleh pertambahan berat.
2. Dalam mengukur korelasi antara panjang dan berat digunakan alat yang
berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan yaiu jangka sorong yang
digunakan untuk mengukur panjang biji dan neraca saku digunakan untuk
mengukur berat biji.
V.2 Saran
Saran saya agar peralatan yang digunakan jumlahnya sesuai dengan
jumlah kelompok agar kita tidak mengantri untuk menggunakannya dan
menyediakan alat yang layak pakai bukan alat yang rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Asnani, 2009. Pertumbuhan dan Perkembangan. http://asnani-biology. blogspot.com/2009/05/pertumbuhan-dan-perkembangan.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013, pukul 21:15 WITA.
Ayu, R. D., 2011. Hubungan Korelasi antar Panjang dan Berat.http//www.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013, pukul 18.20 WITA.
Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. A. Urry., 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Hamid, Huzaifah, 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan. http://zaifbio. Wordpress.com/2010/02/12/ pertumbuhan-dan-perkembangan / . Diakses pada tanggal 21 Maret 2013, pukul 20:25 WITA.
Handayani, Komariyah, 2010. BIOLOGI. Sekawan, Klaten.
Manik, Nurdin, 2009. HUBUNGAN PANJANG – BERAT DAN FAKTOR KONDISIIKAN LAYANG ( Decapterus russelli ) DARI PERAIRAN SEKITAR TELUK LIKUPANG SULAWESI UTARA. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35(1). 65-74. Lipi, Jakarta.
Mentari, 2009. Perkembangan. http///www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 21Maret 2012, pukul 20.00 WITA.
Pratiwi, R. A., 2007. Biologi Pertumbuhan dan Perkembangan. Erlangga, Jakarta.
Soedarjatmo, 2001. BIOLOGI. PT Intan Pariwara, Klaten.
Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.