laporan praktikum ekologi tanaman2

23
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN PENGARUH KOMPAKSI, PEMUPUKAN DAN PENGAIRAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUDIDAYA Disusun Oleh Nama : Ibnu Adam NIM : A1L008002 Kelompok : I (Satu) Asisten : Umi Barokah Tanggal Praktikum : Senin, 12 April 2010 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Upload: alina-merdeka-putri

Post on 23-Jul-2015

313 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN

PENGARUH KOMPAKSI, PEMUPUKAN DAN PENGAIRAN

TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUDIDAYA

Disusun Oleh

Nama : Ibnu Adam

NIM : A1L008002

Kelompok : I (Satu)

Asisten : Umi Barokah

Tanggal Praktikum : Senin, 12 April 2010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

PURWOKERTO

2010

I. PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Lingkungan adalah suatu sistem yang kompleks yang berada

diluar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

organisme. Lingkungan tidak sama dengan habitat. Habitat adalah

tempat dimana organisme atau komunitas organisme hidup. Setiap

organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga

jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama.

Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan

organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit

untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian

lain dari lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami

struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor

lingkungan tersebut. Penggolongan itu dapat dibagi menjadi dua

kategori yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik (Djamal, 2007).

Data-data dasar dalam hal pengaruh kompaksi tanah,

pemupukan yang berimbang serta pengairan merupakan suatu daya

dan upaya untuk mengoptimalisasi produksi pertanian sehingga

mampu mencukupi segala kebutuhan manusia, hal ini sangat perlu

untuk dipahami, dan ini berarti melakukan pendekatan terhadap

hukum alam untuk selanjutnya menguasai pengetahuan demi

tercapainya suatu produksi pertanian yang maksimal pada tanaman

budidaya.

Memahami data-data dasar tersebut sangatlah penting bagi

seorang pembudidaya tanaman yang menginginkan hasil yang

tertinggi, dengan demikian maka penyesuaian-penyesuaian terhadap

lingkungan dapat dilakukan, sehingga efisiensi dan efektivitas dalam

kelancaran daya upaya akan sangat menunjang tercapainya

keberhasilan. Beberapa data dasar yang perlu dipahami yatu :

a. Tentang kondisi tanah

b. Tentang struktur tanah meliputi kompaksi tanah

c. Tentang kemasaman tanah

d. Tentang pengairan dan pemupukan dan

e. Tentang iklim

Hasil akhirnya adalah bagaimana pencapaian produk pertanian

khususnya tanaman budidaya dapat terus ditingkatkan agar apa yang

dibayangkan oleh Schumacher, Tom Dale Cs dan juga Thomas Robert

Malthus tidak akan selalu menghantui kehidupan seluruh bangsa

Indonesia dengan semakin meningkatnya populasi penduduknya dan

degradasi ketersediaan lahan pertanian yang memberikan bayangan-

bayangan kemurungan segenap rakyat Indonesia terutama bagi

kehidupan generasi-generasi yang akan datang (Kartasapoetra, 2005).

B. Tujuan

Tujuan Praktikum acara ini antara lain :

1. Mengetahui pola pertumbuhan dan hasil tanaman dengan

pemberian dosis pupuk makro NPK yang berbeda.

2. Mengetahui pola pertumbuhan dan hasil tanaman dengan

intensitas pemberian air yang berbeda.

3. Mengetahui pengaruh kondisi kompaksi tanah yang

berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Semua tanaman mempunyai sejarah ekologi yang berbeda,

mulai dari asal-usul mulanya pertanaman suatu jenis komoditas

sampai ke arah sebarannya dipermukaan bumi, semuanya sangat

tergantung kepada aspek interaksi tanaman dengan lingkungannya,

hal ini penting diketahui dalam disiplin ilmu ekologi tanaman, dalam

praktikum ini kita akan membatasi kajian tanaman menjadi dua yakni

tanaman dari golongan monokotil (jagung) dan dari golongan dikotil

(kedelai).

Kapan dimulainya pengetahuan aspek ekologi dan budidaya

tanaman kedelai sebenarnya kurang jelas, sebab selama berabad-abad

tidak ada laporan tertulis tentang tanaman ini. Laporan pertama

mengenai kedelai terdapat dalam Materi Medica yang ditulis oleh

Sheng Nung pada tahun 2838 sebelum masehi. Kedelai jenis liar,

yakni Glycine Ururiencis adalah jenis kedelai yang diperkirakan

menurunkan berbagai jenis kedelai yang kita kenal sekarang.

Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius

(abad ke-17). Pada waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman

pangan dan pupuk hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai banyak

ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air,

misalnya pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo,

Sulawesi Tenggara, Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.

Menurut para ahli tanaman, kedelai yang sudah disebarluaskan

di Indonesia bukan lagi tanaman asli,melainkan tanaman yang berasal

dari daerah Manshukuo di negeri China, kemudian menyebar ke

daerah Mansyuria dan Jepang. Demikian pula kedelai yang ditanam di

bnua lain seperti Amerika dan Afrika pun berasal dari asia (AAK, 1989).

Tanaman jagung, yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea

mays L adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian dari keluarga

rerumputan (Graminaceae) yang sudah populer di seluruh dunia.

Menurut sejarahnya tanaman jagung berasal dari Amerika.

Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung

adalah Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung disana dbudidayakan

cukup intensif karena iklim dan tanahnya sangat mendukung untuk

pertumbuhan tanaman jagung (Warisno, 1998).

III. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah benih jagung,

benih kedelai,tanah, polibag, air, pupuk N,P dan K, dan kertas amplop.

Alat yang digunakan antara lain cangkul, penggaris, timbangan, selang

air, ember, saringan 2 mm dan 5 mm, kalkulator dan alat tulis.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Pertumbuhan dan hasil tanaman berdasarkan

tingkat kompaksi tanah

a. Diambil tanah dari sekitar kampus dengan volume sesuai

kebutuhan kelompok.

b. Dilakukan pengeringan selama 1-2 hari setelah itu

disaring dengan ukuran 2 mm dan 5 mm

c. Disiapkan 64 buah polibag, benih jagung, benih kedelai,

air dan ember

d. Disusun polibag secara teratur,32 polibag untuk benih

tanaman jagung dan 32 lainnya untuk benih tanaman

kedelai, diberi simbol K1 untuk hasil saringan tanah 2 mm

dan K2 untuk hasil saringan tanah 5 mm diulang sebanyak

2 kali

e. Setiap polibag diisi oleh masing-masing benih sebanyak 2

butir

f. Dikombinasikan dengan perlakuan pemupukan dan

pengairan (KXPXAX) sebanyak 16 macam kombinasi yang

diulang sebanyak 2 ulangan untuk tiap jenis benihnya

g. Dilakukan pengamatan tinggi tanaman, luas daun, bobot

kering akar, dan bobot kering tajuk tiap jenis tanaman pada

selang interval 2 minggu pengamatan, khusus untuk

penentuan bobot kering dan luas daun diamati di hari akhir

pengamatan

h. Semua parameter hasil di analisis menggunakan uji F

dilanjut dengan uji DMRT, buat kesimpulannya

2. Pola pertumbuhan dan hasil tanaman berdasarkan

dosis pemupukan yang berbeda

a. Setelah satu minggu dilakukan pemupukan NPK dengan

dosis

Jagung : Urea (46%) 100 dan 200 kg/ha, SP18 50

dan 100 kg/ha dan KCl (20%) 100 kg/ha

Kedelai : Urea (46%) 50 dan 75 kg/ha, SP18 50

dan 75 kg/ha dan KCl (20%) 50 kg/ha

b. Dilakukan pemberian dosis pupuk yang telah dihitung

untuk kebutuhan per polibagnya oleh asisten dengan cara

melarutkannya dalam air dan memberikannya dengan

tetesan sebanyak 20 tetes per polibagnya

c. Kombinasi pemupukannya adalah sebagai berikut

P1 : N1P1K

P2 : N1P2K

P3 : N2P1K

P4 : N2P2K

3. Pengaruh pola pengairan yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman

a. Perlakuan pemberian air dengan metode

A1 : Diberi air setiap 2 hari sekali jangan sampai

menggenang

A2 : Diberi air setiap 4 hari sekali jangan sampai

menggenang

b. Dilakukan pemeliharaan sesuai kebutuhan antara lain

kebutuhan air serta pengendalian gulma, hama dan

penyakit

V. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA

Hasil pengamatan dan analisis data terlampir pada bagian

lampiran laporan

VI. PEMBAHASAN

Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro.

Yang dimaksud dengan struktur makro atau struktur lapisan bawah

tanah yaitu penyusunan agregat-agregat tanah satu dengan yang

lainnya. Sedangkan, struktur mikro ialah penysusunan butir-butir

primer tanah ke dalam butir-butir majemuk atau agregat-agregat yang

satu sama lain dibatasi oleh bidang belah alami. Menurut tipenya

dapat dibedakan tiga jensi struktur mikro, yaitu :

a. Remah-lepas

Dapat dilihat dengan jelas atau tanpa alat pembantu

keadaannya tampak cerai-berai, mudah digusur atau

didorong ke tempat-tempat yang dikehendaki.

b. Remah sedang

Tanah yang demikian kondisinya cenderung tampak agak

bergumpalan, keadaan ini akan tampak jelas apabila kita

mengambil dan memperhatikan profil tanahnya, susunan

lapisan-lapisan tanah tampak ada yang dalam keadaan

agregasi dan terdapat pula yang porus berlubang-lubang,

sehingga memudahkan aliran air menerobos menyerap ke

dalam tanah sebelah bawah. Keadaan demikian tidak

menyulitkan perakaran tanaman untuk tumbuh dan

berkembang.

c. Lekat-lengket

Umumnya sangat kompak bila dalam bentuk gumpalan dan

amat berat apabila digali serta keras apabila diolah, lebih-

lebih dalam keadaan kering gumpalan-gumpalannya sangat

keras dan terdapat retakan-retakan, sedangkan dalam

keadaan basah sangat lengket.

Sesungguhnya susunan remah terdapat pori-pori makro

nonkapiler yang tidak dapat menampung air yang biasanya diisi udara

tanah. Sedangkan ruang-ruang pori mikro antara agregat-agregat

primer bersifat kapiler yang dapat menampung air dan tidak

merembes kebawah, sehingga air inilah yang terkandung dalam pori-

pori kapiler yang berguna bagi tanaman. Secara kesimpulan struktur

remah ini adalah keadaan agregat yang paling dikehendaki karena

terdapat keseimbangan yang baik antara udara yang diperlukan untuk

pernapasan akar tanaman dan air tanah sebagai medium larutan unsur

hara tanaman, beberapa kebaikan struktur remah adalah air dan udara

yang diperlukan untuk pengambilan unsur hara dan pernapasan akar

yang cukup (available) (Kartasapoetra, 2005).

Ukuran partikel tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Penurunan porositas dalam hal ini ketersediaan kandungan udara dan

air atau peningkatan kerapatan gumpalan tanah dapat menurunkan

pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan akar akan dipengaruhi oleh

prosentase pori atau rongga di dalam tanah, kompaksi menghalangi

secara mekanik terhadap pertumbuhan akar dan secara langsung

terhadap serapan air dan hara. Porositas rendah dan kerapatan

gumpalan yang tinggi akibat tanah menjadi kompak menyebabkan

terbatasnya fungsi dan pertumbuhan akar (Soemarwoto, 1983).

Pemupukan yang berimbang perlu dilakukan sehubungan

dengan tingkat kesuburan tanah dan produksi yang rendah sehingga

produktivitas tanah tropika dapat ditingkatkan yang berprinsip pada

pencapaian tujuan pemupukan yang efektif dan efisien. Pada

umumnya varietas unggul sangat peka terhadap pupuk, air dan input

agronomis lainnya, respon hasil terhadap defisit air juga beragam

diantara varietas tanaman, untuk mendaptkankan hasil yang tinggi

pada kondisi irigasi, harus digunakan varietas unggul yang sangat

responsif terhadap air yang tinggi (Martodireso, 2001).

Beberapa parameter yang akan dibahas disesuaikan dengan

pengamatan yang telah dianalisis, diantaranya :

1. Tinggi tanaman jagung

Hasil pengamatan selama dua minggu terhadap parameter

tinggi tanaman jagung ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata antar variabel perlakuan yang diberikan, ini membuktikan bahwa

tidak terjadinya interaksi antara kompaksi tanah, interval pengairan

dan kombinasi pemupukan yang disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya :

a. Pemahaman pengukuran parameter tinggi tanaman

jagung yang dilakukan oleh praktikan salah, seharusnya

yang dijadikan tolak ukur tinggi tanaman jagung adalah

mulai dari permukaan tanah hingga ujung daun tanaman

jagung, sedangkan yang diamati pada hasil pengamatan

(terlampir) merupakan panjang batang tanaman jagung,

tidak bisa dipungkiri terjadinya kesalahpahaman ini

adalah tanggung jawab praktikan dalam laporan ini yang

nanti akan menjadi bekal pengalaman untuk lebih fokus

dan teliti ketika pengamatan-pengamatan berikutnya.

b. Pertumbuhan tanaman jagung khususnya parameter

tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh pemupukan dan

pengairan, namun perlakuan pemupukan dengan

melarutkannya pada air dan memberikannya berdasarkan

tetesan larutan (pupuk dan air), mempunyai kelebihan

dan kelemahan, kelebihannya tanaman dapat dengan

mudah menyerap unsur hara (N,P maupun K) karena telah

larut dalam air namun memiliki kelemahan yakni mudah

hilang juga apabila dilakukan penyiraman, khusus pada

jenis kompaksi tanah yang punya pori terlalu besar (5

mm) dapat menyebabkan larutan unsur hara yang

diberikan akan turun kebawah polibag sebelum diserap

oleh tanaman.

c. Pemupukan yang kurang praktis dan mudah menimbulkan

kesalahan sehingga tidak sesuai dengan perlakuan yang

sebenarnya, peralatan seperti beaker glass ukuran kecil

yang mampu menakar volume larutan sehingga sesuai

dengan kebutuhan jumlahnya sangat terbatas ketika

praktikum, padahal harus diberikan dengan kombinasi

yang bermacam-macam dalam jumlah yang banyak,

waktu yang relatif singkat, dan jumlah kelompok

praktikan yang banyak pula, hal ini sangat tidak efektif

mengingat harus bergantian menggunakan beaker glass,

jenis pupuk SP 20 yang digunakan sebagai pemberi unsur

P masih harus di haluskan terlebih dahulu, sehingga

mudah larut dalam air, namun peralatan yang dibutuhkan

tidak ada sama sekali, oleh karena itu praktikan banyak

yang menghaluskan pupuk dengan alat seadanya seperti

kayu, batu dan berbagai benda keras lainnya, hal ini jelas

tidak efektif karena banyak pupuk yang terbuang keluar

plastik sehingga tidak sesuai lagi dengan perlakuan.

2. Tinggi tanaman kedelai

Hasil pengamatan berikutnya dilakukan pada tinggi tanaman

kedelai selama dua minggu yang ternyata menunjukkan perbedaan

yang nyata antar variabel perlakuan kompaksi tanah dan interval

pengairan yang diberikan, ini membuktikan bahwa terjadinya interaksi

antara interval pengairan dan kombinasi pemupukan. Seperti halnya

jagung, kedelai tidak menuntut struktur tanah khusus sebagai suatu

persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi tanah yang kurang subur

dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak

sampai tergenang air, sebab genangan air tersebut akan membuat

akar dan cabang tanaman menjadi busuk.

Parameter pengairan sangat perlu diperhatikan untuk mendukung

pertumbuhan tanaman kedelai, karena interval pengairan yang terlalu

banyak dapat menyebabkan tanaman kedelai menjadi busuk, temuan

ini didukung dari hasil uji DMRT pengamatan tinggi tanaman kedelai

pada taraf 5% paling baik pada perlakuan pengairan setiap 2 hari

sekali (A1), dan didukung interaksinya dengan kompaksi tanah dengan

saringan tanah 5 mm, ini menunjukan pertumbuhan kedelai yang baik

dari parameter tinggi tanaman dikarenakan porositas yang baik dari

kompaksi tanah yang menggunakan saringan 5 mm sehingga

perakaran memperoleh cukup udara, air tidak tergenang dan nutrisi,

kemudian dengan interval penyiraman 2 hari sekali sangat mendukung

ketersediaan air yang tidak berlebih untuk tanaman kedelai, karena

tanaman kedelai tidak membutuhkan banyak air (tergenang).

Pengaruh kombinasi pupuk tidak memberikan hasil yang nyata

secara mandiri maupun interaksinya dengan perlakuan lain terhadap

parameter pengamatan tinggi tanaman kedelai, seperti yang sudah

dikemukakan sebelumnya bahwa pemupukan dengan melarutkannya

dalam air sangat mudah tercuci (Leaching) dan pelarutan dengan cara

yang tidak efektif menyebabkan proporsional perlakuan jauh berbeda

pada saat pengaplikasian (Jumin B.1992).

3. Luas Daun Kedelai

Hasil pengamatan berikutnya dilakukan pada Luas daun

tanaman kedelai yang dipelihara selama dua minggu yang ternyata

menunjukkan perbedaan yang nyata secara mandiri pada variabel

perlakuan kompaksi tanah, ini membuktikan bahwa terjadinya

perbedaan antara luas daun tanaman kedelai yang ditanam pada

tanah hasil saringan 2 mm dengan tanah hasil saringan 5 mm, kedelai

dapat tumbuh dengan baik, asal tidak sampai tergenang air, sebab

genangan air tersebut akan membuat akar dan cabang tanaman

menjadi busuk (AAK, 1989), dari tinjauan pustaka tersebut dapat

disimpulkan bahwa perbedaan porositas antar kedua kompaksi tanah

tersebut, tanah hasil saringan 5 mm mempunyai porositas yang lebih

besar daripada tanah hasil saringan 2 mm, pada uji lebih lanjut DMRT 5

% menunjukkan luas daun yang lebih baik pada kompaksi tanah 5 mm

(K2), karena porositasnya lebih besar, sehingga akar dan cabang

tanaman mampu tumbuh dengan ketersediaan air, udara dan banyak

menyerap unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan luas daun

kedelai.

Pengaruh pemberian air dan kombinasi pupuk tidak memberikan

hasil yang nyata secara mandiri dan tidak terjadi interaksi antara

keduanya,hal ini membuktikan bahwa masih banyak terjadinya

perlakuan yang menyebabkan galat menjadi tinggi, kombinasi pupuk

akan linier dengan penghilangan unsur hara oleh air melalui

penyiraman dengan interval yang berbeda, semakin banyak unsur hara

yang terbuang maka semakin sedikit unsur hara yang terserap

tanaman kedelai sehingga pembentukan daun menjadi terhambat.

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal

drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu

alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah

padzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir

kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik kecuali bila diberi tambahan

pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup.

4. Luas Daun Jagung

Hasil pengamatan parameter berikutnya dilakukan pada Luas

daun tanaman jagung yang dipelihara selama dua minggu yang

ternyata menunjukkan perbedaan yang sangat nyata melalui

interaksinya antara variabel perlakuan kompaksi tanah dengan

pemberian air serta menunjukkan perbedaan yang nyata atas

pengelompokkan blok yang diterapkan saat praktikum.

Pengamatan praktikum menunjukkan dedaunan tanaman jagung

akan tumbuh dan membuka seirama dengan terjadinya proses

pemanjangan batang. Mula-mula calon daun tumbuh memanjang

dalam keadaan terbungkus. Pada saat itu pertumbuhan daun

memanjang paling cepat, kemudian sedikit demi-sedikit daun terbuka.

Banyaknya helaian daun, panjang dan lebarnya tergantung dari

jenis dan kesuburan tanah. Pada tanah yang subur dapat mencapai 15

helai atau lebih, tetapi rata-rata 10 helai (Warisno,1998). Tanah yang

subur merupakan tanah yang proporsional prosentase antara padatan

dan porositasnya dengan perbandingan 50 % : 50 %, kandungan udara

dan air yang terdapat pada pori tanah yang ditanami jagung

menunjukkan hasil yang beragam, hasil analisis yang telah dilakukan

terhadap parameter luas daun tanaman jagung membuktikan bahwa

interaksi perlakuan perbedaan kompaksi tanah dan pemberian air

terdapat kombinasi yang paling baik pada parameter luas daun yakni

K1A2 artinya penggunaan tanah hasil saringan 2 mm dan pola

pemberian air 4 hari sekali sangat mendukung peningkatan luas daun

optimal, dan pengelompokkan penurunan galat melalui blok terbukti

mampu menekan galat sekecil mungkin, artinya pola penanaman

secara blok sangat mendukung peningkatan luas daun tanaman

jagung.

5. Bobot kering akar dan tajuk tanaman jagung dan

kedelai

Seperti halnya pada jenis rerumputan yang lain, akar tanaman

jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi

tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pada kondisi tanah yang subur dan gembur karena struktur tanahnya

cukup baik, akan didapatkan jumlah akar yang cukup banyak,

sedangkan pada tanah yang kurang baik (jelek)akar yang tumbuh

jumlahnya terbatas

Ketika praktikum kira-kira setelah biji jagung ditanam, tanaman

akan muncul di atas permukaan tanah bila kondisi tanah cukup

lembap. Laju pertambahan tinggi tanaman pada fase awal relatif

lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat setelah tanaman

berumur 1 minggu, sistem perakaran jagung berkembang dengan

cepat saat tanaman berdaun 5-7 helai, dan pertambahan tajuk

tanaman jagung akan senantiasa mengimbangi ketersediaan unsur

hara, air dan mineral, lingkungan dan lain sebagainya. Jadi, jika

tanaman jagung memenuhi kriteria tumbuh diatas maka laju

pertumbuhan parameternya pun ikut meningkat.

Air yang rumus kimianya H2O sangat dibutuhkan oleh semua

mahluk hidup, termasuk tanaman jagung, baik jagung hibrida maupun

bukan hibrida. Air berguna sekali bagi penyediaan hara tanaman dari

dalam tanah ke daerah perakaran tanaman. Tanpa air yang cukup,

unsur hara di dalam tanah akan sulit diserap oleh akar tanaman dan

peningkatan bobot akar maupun daun sangat bergantung pada aspek

ini.

Perbedaan interval waktu penyiraman saat praktikum

berhubungan erat dengan ketersediaan air. Proses fotosintesis,

mengubah zat hara yang diperlukan, sangat memerlukan air disamping

bantuan dari sinar matahari. Air merupakan media pengatur suhu bagi

tanaman sebab air dapat menyalurkan panas, air sebagai bagian dari

jaringan tanaman merupakan salah satu faktor penting bagi

protoplasma, dan yang paling vital, air merupakan sarana transportasi

untuk mengangkut hara dari luar ke dalam tubuh tanaman jagung.

Oleh sebab itu, air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi tanaman

jagung. Tanpa air tanaman jagung akan layu atau bahkan bisa mati

(Ewusie,1980).

Bagi tanaman, tanah mempunyai bermacam-macam fungsi.

Fungsi utamanya adalah sebagai tempat persediaan unsur-unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebagai tempat perakaran, tanah juga

menyediakan udara dan air sehingga akar dapat mengambil oksigen

dan menyerap makanan dari dalam tanah. Jagung hibrida tidak

memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir semua jenis

tanah dapat ditanami dengan jagung ini, akan tetapi pertumbuhan dan

hasilnya akan baik jika ditanam pada tanah yang gembur, subur dan

kaya akan humus. Pada tanah berpasir pun tanaman jagung hibrida

bisa tumbuh dengan baik asalkan kandungan unsur hara yang ada di

dalamnya tersedia dan mencukupi

Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap

kekeringan. Oleh karena itu, air sangat diperlukan sejak awal

pertumbuhan sampai pada masa polong mulai berisi. Jika pada fase

pertumbuhan vegetatif kedelai mengalami kekeringan, perumbuhan

kedelai menjadi kerdil. Karena kekeringan, tanaman menjadi layu,

pertumbuhan terhambat dan apabila tidak segera memperoleh air

tanaman kedelai akan mati. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

sejak tumbuh sampai pada fase pengisian polong, keadaan tanah

hendaknya cukup lembap, struktur tanah gembur dan cukup sinar

matahari.

Hasil pengamatan selama dua minggu terhadap parameter

bobot kering akar dan tajuk tanaman jagung dan kedelai ternyata tidak

ada satupun yang menunjukkan perbedaan yang nyata antar variabel

perlakuan yang diberikan, ini membuktikan bahwa tidak terjadinya

interaksi antara kompaksi tanah, interval pengairan dan kombinasi

pemupukan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

a. Ketika dilakukan penimbangan, terhalang oleh waktu

kuliah, sehingga menjadikan pekerjaan menjadi terburu-

buru karena harus bergantian dengan kelas lainnya.

b. Jumlah timbangan analitik yang terbilang kurang

memadai sehingga ketika penimbangan tidak efektif

karena harus saling berebut dan terkadang salah menata.

c. Ketika mengeluarkan akar tanaman jagung dan akar

tanaman kedelai dari polibag sebagian besar akar

terkadang tertinggal atau terpotong di dalam tanah

sehingga tidak terhitung di analisis

VII. SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini antara lain :

1. Pola pertumbuhan dan hasil tanaman dengan pemberian

dosis pupuk makro NPK yang berbeda tidak ada yang

menunjukkan hasil yang nyata pada semua parameter yang

diamati baik pada tanaman jagung maupun tanaman

kedelai.

2. Pemberian pupuk NPK mempunyai kelemahan yakni

a. mudah hilang tercuci oleh penyiraman

b. ketika melarutkan pupuk banyak massa pupuk yang

hilang seperti SP 20 ketika dihancurkan

3. Pola pertumbuhan dan hasil tanaman dengan intensitas

pemberian air yang berbeda menunjukkan hasil yang nyata

dengan berinteraksi pada kompaksi tanah terhadap

parameter :

a. luas daun jagung

b. tinggi tanaman kedelai

4. Pengaruh kondisi kompaksi tanah yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman menunjukkan hasil yang

nyata secara mandiri pada parameter luas daun kedelai.

5. Pengelompokkan secara blok terbukti nyata menekan galat

pada parameter pengamatan luas daun tanaman jagung.

6. Mengetahui ekologi lingkungan yang sesuai dengan

karakteristik tumbuhnya suatu tanaman mutlak diketahui

dan hasil akhirnya adalah mendapatkan produksi pertanian

yang berkualitas dan berkuantitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kedelai. Kanisius. Jakarta

Ewusie, J Yanney.1980. Pengantar Ekologi Tropika, Membicarakan alam tropika Afrika, Asia, Pasifik, dan Dunia Baru. ITB. Bandung

Irwan, Djamal Z. 2007. Prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Bumi Aksara. Jakarta

Jumin, Hasan B.1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Press. Jakarta

Kartasapoetra, A.G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka cipta. Jakarta

Martodireso, S dan Widada Agus . 2001. Toerobosan Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian Organik. Kanisius, Jakarta

Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan pembangunan. Djambatan. Jakarta

Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius. Jakarta