laporan praktikum biologi daun

62
TUJUAN Tujuan disusunnya laporan ini ialah untuk mengetahui bentuk-bentuk daun, mengamati perbedaan dalam bentuk, warna, tepi daun, permukaan daun, dan bau masing-masing daun. LANDASAN TEORI Daun merupakan organ yang paling bervariasi, dan terutama merupakan organ fotosintetik. Daun dibagi menjadi beberapa tipe atas dasar yang berbeda misalnya atas dasar terdapatnya stomata, letaknya stomata terhadap permukaan daun, susunan mesofil daun, susunan selubung berkas pengangkut dan seterusnya. Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai daun, alat ini hanya terdapat pada batang. Batang-batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Pada daun yang telah tua, kemudian mati dan runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang masih segar. Perbedaan warna dilihat dari warna ketika daun masih muda berwarna hijau muda keputih-putihan, kadang- 1

Upload: wahyudin

Post on 25-Jun-2015

14.907 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Biologi Daun

TUJUAN

Tujuan disusunnya laporan ini ialah untuk mengetahui bentuk-bentuk

daun, mengamati perbedaan dalam bentuk, warna, tepi daun, permukaan daun,

dan bau masing-masing daun.

LANDASAN TEORI

Daun merupakan organ yang paling bervariasi, dan terutama merupakan

organ fotosintetik. Daun dibagi menjadi beberapa tipe atas dasar yang berbeda

misalnya atas dasar terdapatnya stomata, letaknya stomata terhadap permukaan

daun, susunan mesofil daun, susunan selubung berkas pengangkut dan seterusnya.

Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya

tiap tumbuhan mempunyai daun, alat ini hanya terdapat pada batang. Batang-

batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus)

batang, tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun

dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat

warna hijau yang dinamakan klorofil. Pada daun yang telah tua, kemudian mati

dan runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang masih

segar. Perbedaan warna dilihat dari warna ketika daun masih muda berwarna hijau

muda keputih-putihan, kadang-kadang ungu atau kemerah-merahan, sedangkan

jika telah dewasa biasanya berwarna hijau sungguh.

Jika daun yang runtuh diganti kembali, tetapi ada pula tumbuhan yang

pada waktu-waktu tertentu, untuk jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai sifat

demikian disebut tumbuhan meranggas (tropophyta) yang banyak dijumpai di

Indonesia seperti : pohon Jati (Tectona grandis L. ), kedondong ( Spondias dulcis

Forst.), kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.), pohon para (Hevea brasiliensis

Muell), dll.

1

Page 2: Laporan Praktikum Biologi Daun

Bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau, dan duduknya pada batang

yang menghadap ke atas itu selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan,

yaitu sebagai alat untuk :

1. Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), terutama yang berupa zat gas

(CO2).

2. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi).

3. Penguapan air (transpirasi).

4. Pernafasan (respirasi).

Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang

diambil (diserap) bersifat anorganik. Air beserta garam-garam diambil dari tanah

oleh akar tumbuhan, sedang gas asam arang (CO2) yang merupakan zat makanan

yang diambil dari udara melalui celah-celah halus yang disebut mulut daun

(stoma) masuk kedalam daun. Zat- zat itu herus diolah dijadikan zat-zat organik

yang sesuai dengan kepentingan tumbuhan.

Pengolahan zat anorganik menjadi organik dilakukan oleh daun

(sesungguhnya zat hijau daun atau klorofilnya) dengan bantuan matahari yang

disebut asimilasi. Jadi daun disamakan dengan dapur bagi tumbuhan.

Karena tugas daun memerlukan bantua sinar matahari, maka daun

bentuknya pipih lebar dan selalu menghadap ke atas untuk dapat menangkap sinar

matahari sebanyak-banyaknya. Setiap benda yang basah di dalam ruang yang

belum jenuh dengan uap air akan menguapkan air ke dalam ruang tadi, maka

peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang di dalam alam dikenal sebagai

peristiwa difusi yang bertujuan untuk meniadakan perbedaan konsentrasi

kandungan akan air antara ruangan dengan benda yang basah itu, maka penguapan

itu akan berjalan terus sampai konsentrasi atau kadar air dalam ruangan tempat

benda itu sama dengan kadar air dalam benda, atau udara dalam ruangan tadi tidak

sanggup lagi menerima tambahan uap air.

Tumbuhan yang berada di dalam udara, pada hakekatnya merupakan suatu

benda basah yang mengandung banyak air, oleh karea itu tumbuhan ini akan terus

2

Page 3: Laporan Praktikum Biologi Daun

menerus menguapkan air dari tubuhnya, dan dapat mengurangi penguapan dalam

tubuhnya sesuai dengan kepentingan.

Walaupun tumbuhan selalu memerlukan air dalam berbagai macam

keperluan hidupnya, penguapan air melalui daun adalah penting karena

menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah di dalam tubuh tumbuhan

dalam keadaan bergerak mengalir dari bawah ke atas bagi pengangkutan zat-zat

makanan yang biasanya terdapat dalam bentuk larutan oleh arus air dari bawah ke

atas itu zat-zat sampai di daun untuk di ubah menjadi zat-zat organik.

Sehingga jika udara tempat tumbuhan telah jenuh dengan uap air lalu

mengeluarkan air dalam bentuk zat cair, sehingga tetap ada aliran dari bawah ke

atas yaitu mencucurnya air ke tanah melalui suatu liang yang terdapat pada ujung

daun. Keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes dinamakan penetesan air (gutasi).

Semua bagian tubuh tumbuhan yang hidup memrlukan tenaga untuk

menjalankan berbagai macam pekerjaan, tenaga tersebut diperoleh dari

pernafasan, yang artinya tumbuhan mengambil zat asam (O2) dari udara, zat

tersebut dipergunakan untuk membakar (mengoksidasikan hasil asimilasi)

misalnya gula, sehingga diperoleh tenaga dan dikeluarkanlah sisa pembakaran

yang iasa berupa gas asam arang (CO2) dan air (H2O).

Daun-daun sebagai bagian tubuh tumbuhan yang tersusun atas sel-sel yang

hidup pun melakukan pernafasan. Dan mengingat bahwa daun mempunyai banyak

sekali mulut-mulut daun yang dapat menjadi jalan masuknya udara kedalam tubuh

tumbuhan, maka daun dianggap sebagai suatu alat yang penting untuk pernafasan.

Bagian-bagian Daun

Daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian berikut :

1. Upih daun atau pelepah daun (vagina).

2. Tangkal Daun (petiolus).

3. Helaian Daun (lamina).

3

Page 4: Laporan Praktikum Biologi Daun

Daun lengkap dapat dijumpai pada beberapa tumbuhan, misalnya: pohon

pisang (Musa paradisiaca L.), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu

(Bambusa sp.), dll.

Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun yang kehilangan satu atau dua

bagian dari tiga bagian yersebut di atas, daun ini dinamakan daun tak lengkap.

Daun Lengkap Daun tidak Lengkap

Ada beberapa kemungkinan susna daun yang tidak lengkap, diantaranya:

a. Hanya terdiri atas tangkai dan helaian yang disebut daun

bertangkai. Sebagian besar tumbuhan yang memiliki dau demikian

misalnya : nangka (Artocarpus integra Merr.), mangga (Mangifera

indica L.), dll.

b. Daun terdiri atas upih dan helaian yang disebut daun berupih atau

daun berpelepah, yang didapati pada tumbuhan yang tergolongan

suku rumput misalnya : padi (Oryza sativa L.), jagung (Zea mays

L.), dll.

c. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai

sehinnga langsung melekat atau duduk pada batang, yang disebut

daun duduk (sessilis). Misalnya : biduri (Colotropis gigantea

4

Page 5: Laporan Praktikum Biologi Daun

R.Br). Daun ini hanya terdiri atas helaian daun saja yang

mempunyai pangkal yang lebar hingga pangkal daun seakan-akan

melingkari batang atau memeluk batang sehingga dinamakan daun

memeluk batang (amplexi caulis) separti yang terdapat pada

tempuyung (Sonchus oleraceus L.). Bagian samping pangkal daun

yang memeluk batang, seringkali bangunnya membulat dan disebut

telinga daun.

d. Daun yang hanya terdiri atas tangkal saja yang menjadi pipih

sehingga menyerupai helaian daun semu atau palsu dinamakan

filodia, seperti yang terdapat pada berbagai jenis pohon Acacia

yang berasal dari Australia, misalnya: Acacia auriculiformis A.

Cunn.

Daun yang berupih Daun yang duduk

5

Page 6: Laporan Praktikum Biologi Daun

Daun memeluk batang

Pada suatu tumbuhan mempunyai alat-alat pelengkap antara lain berupa:

1. Daun penumpu (stipula) yang berupa dua helai lembaran serupa

daun yang kecil yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai daun

dan umumnya berguna untuk melindungi kuncup yang masih

muda. Adakalnya daun penumpu besar dan lebar seperti daun biasa

yang digunakan sebagai alat untuk berasimilasi seperti yang

terdapat pada kacang kapri (Pisum sativum L.). daun penumpu juga

ada yang mudah gugur seperti misalnya pada pohon nangka

(Artocarpus integra Merr.), tetapi ada pula yang tinggal lama dan

baru gugur bersama-sama daunnya misal pada mawar (Rosa sp.).

Menurut letaknya daun penumpuk dapat dibedakan dalam :

a. Daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai

daun yang disebut daun penumpu bebas (stipiloe liberae)

terdapat pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.).

b. Daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai

daun (stipulae adnatae) pada mawar (Rosa sp.).

c. Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu dan mengambil

tempat di dalam ketiak daun (stipula axillaris atau stipula

intrapetiolaris).

d. Daun penumpu yang berlekatan mejadi satu yang mengambil

tempat berhadapan dengan tangkai daun biasanya agak lebar

hingga melingkari batang (stipula petiolo opposita atau stipula

antidroma).

6

Page 7: Laporan Praktikum Biologi Daun

e. Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara

dua tangkai daun seperti yang terjadi pada tumbuhan yang satu

buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk berhadapan,

misalnya : pohon mengkudu (Morinda citrifolia L.). Daun

penumpu demikian disebut daun penumpu antar tangkai (stipula

interprtiolaris).

2. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea) alat ini berupa selubung

tipis yang menyelugungi pangkal suatu ruas batang terdapat diatas

suatu tangkai daun. Selaput bumbung dianggap sebagai daun

penumpu yang kedua sisinya saling berlekatan dan melingkari

batang terdapat antara lain pada Polygonum sp.

3. Lidah-lidah (ligula) suatu selaput kecil yang biasanya terdapat

pada batas antara upih dan helaian daun pada rumput (Gramineae)

alat ini berguna untuk mencegah mengalirnya air hujan kedalam

ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan

pembusukan dapat dihindarkan.

Upih Daun atau Pelepah Daun (Vagina)

Daun yang berupih umumnya hanya didapati pada tumbuhan yang

tergolong dalm tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), a.l, suku

rumput (Gramineae), suku empon-empon (Zingiberaceae), pisang (Musa

sapientum L.), golongan palma (Palmae),dll.

Upih daun merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang

yang memiliki fungsi :

a. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat

pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.).

b. Memberi kekuatan pada batang tanaman, upih daun-daun

semuanya membungkus batang sehingga batang tidak tampak,

bahkan yang tampak sebagai batang ialah upih-upihnya tadi.

Apabila upih daun amat besar seperti misalnya pada pisang (Musa

7

Page 8: Laporan Praktikum Biologi Daun

paradisiaca L.). Batang yang tampak pada pohon piasang

sebenarnya bukan batang tanaman yang sesungguhnya disebut

batang semu.

Tangkai Daun (Petiolus)

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan

bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa

hingga memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya.

Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenisnya

tumbuhan, bahkan pada satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda.

Umumya tangkai daun berbentuk silinder sisi atas agak pipih dan menebal pada

pangkalnya.

Kemungkinan-kemungkinan penampangmelintang sebagai berikut:

Bulat dan berongga, misalnya tangkai daun pepaya (Carica papaya

L.).

Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus

sp.).

Bersegi.

8

Pisang (Musa sapientum L.)Daun pada mawar (Rosa sp.)

Page 9: Laporan Praktikum Biologi Daun

Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dalam

seperti pada tangkai daun pisang.

Walaupun tangkai daun biasanya menebal pada pangkalnya, ada pula

tangkai daun yang menebal pada pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun

pohon kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.). Tangkai daun dapat memperlihatkan

adanya kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut, lentisel, dll. Susunan daun

dikemukakan bahwa tangkai daun dapat mengalami pergantian bentuk

(metamorfosis) menjadi semacam helaian daun yang dinamakan filodia.

Daun pohon kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.)

Helaian Daun (Lamina)

Tumbuhan yang beragam macam dan ragamnya mempunyai daun yang

helaiannya berbeda-beda baik bentuk, ukuran, maupaun warna. Karena helaian

daun merupakan bagian daun yang terpenting dan lekas menarik perhatian maka

sifat sesungguhnya hanya berlaku untuk helaian yang disebut sebagai sifat

daunnya. Contohnya: jika kita mengatakan “daun nangka bangun jorong”,

sesungguhnya yang jorong itu bukan daunnya melainkan helainnya, sehingga

disebut pula sebagai ciri helaian daun atau ciri daun.

Sebatang pohon dapat mempunyai beberapa helai daun saja, misalnya

pisang, tetapi dapat pula mempunyai ribuan helai misalnya pohon beringin (Ficus

9

Page 10: Laporan Praktikum Biologi Daun

benjamina L.). Suatu tanaman memperlihatkan bentuk daun yang berlainan pada

satu pohon memperlihatkan sifat heterofili, jika masing-masing terdapat pada

cabang yang berlaianan kalau pada satu cabang terdapat kedua macam bentuk

daun sifatnya disebut anisofili.

Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian ialah:

Bangunnya sesungguhnya bangun helaiannya (circumscriptio),

Ujungnya (apex),

Pangkalnya (basis),

Susunan tulang-tulangnya (nervatio atau venatio),

Tepinya (margo),

Daging daunnya (intervenium)

Dan sifat-sifat lain misalnya keadaan permukaan atas maupun

bawahnya (gundul, berambut, ataulainnya), warna, dll.

Bangun (Bentuk) Daun (Circumscriptio)

Selain menggunakan istilah-istilah atau kata-kata yang lazim dipakai untuk

menyatakan bentuk suatu benda. misalnya: bulat, segi tiga, dll. dalam menyebut

bangun daun sering kali kita carikan persamaan bentuknya dengan bentuk benda-

benda lain, misalnya: bangun tombak, bangun anak panah, bangun perisai, dst.

Selanjutnya perlu diingat. bahwa dalam menentukan bangun daun kita

tidak boleh terpengaruh oleh adanya toreh-toreh atau lekuk-lekuk pada tepi daun.

melainkan harus dibayangkan seakan-akan toreh-toreh tadi tidak ada. Daun-daun

jarak (Ricinus communis L.), papaya (Carica papaya L.), waluh (Cucurbita

moschata Duch.), ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.). dikatakan mempunyai

bangun bulat. Hal itu akan menjadi jelas jika ujung-ujung tepi daun dihubungkan

satu sama lain dengan suatu garis, jadi seandainya daun tadi tepinya tidak bertoreh

atau berlekuk akan kita dapati bangun yang betui buiat atau sekurang-kurangnya

mendekati bangun bulat. Walaupun dalam prakteknya akan diketahui nanti, bahwa

jika toreh-toreh pada tepi daun tadi sedemikian dalamnya hingga bangun dasar

atau aselinya tidak lagi tampak, maka bangun daun akan ditentukan menurut

10

Page 11: Laporan Praktikum Biologi Daun

dangkal atau dalamnya toreh dikombinasikan dengan susunan tulang-tulang

daunnya. (Lihat pasal yang mengenai tepi daun!).

Berdasarkan letak bagian daun yang terlebar itu dapat dibedakan 4 golongan daun, yaitu daun dengan:

1. bagian yang terlebar terdapat kira-kira di tengah-tengah helaian daun,

2. bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah helaian daun,3. bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun,

4. tidak ada bagian yang terlebar, artinya helaian daun dari pangkal ke ujung

dapat dikatakan sama lebarnya.

Daun Pepaya (Carica papaya) Daun Ubi Kayu (Manihot utilissima

Pohl.)

Bagian Yang Terlebar Berada di Tengah-tengah Helaian Daun

Jika demikian keadaannya, maka akan kita jumpai kemungkinan bangun

daun seperti berikut:

a. bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang : lebar =1:1. Bangun daun

yang demikian ini a.l. dapat kita jumpai pada Victoria regia, teratai besar

(Nelumbium nelumbo Druce), dll.

b. bangun perisai (peltatus). Daun yang biasanya bangun bulat, mempunyai

tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada

bagian tengah helaian daun, misalnya pada teratai besar tersebut di atas,

11

Page 12: Laporan Praktikum Biologi Daun

pada daun jarak, dll. Dalam hal yang sedemikian itu daun dikatakan

mempunyai bangun perisai;

c. jorong (oualis atau ellipticus), yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1

12

- 2 : 1, seperti dapat dilihat pada daun nangka (Artocarpus integra

Merr.) dan nyamplung (Calophyllum inophyllum L.):

d. memanjang (oblongus). yaitu jika panjang : lebar = 212

—3 : 1, misalnya

daun srikaya (Annona squamosa L.) dan sirsat (Annona muricata L.):

e. bangun lanset (lanceolatus), jika panjang : lebar = 3—5 : 1, misalnya

daun kamboja (Plumiera acuminata Ait.), oleander (Nerium oleander L.).

Jika misalnya bangunnya di antara jorong dan bulat memanjang. maka daun tadi dikatakan mempunyai bangun jorong-memanjang (elliptico-oblongus), jika di antara memanjang dan bangun lanset disebut: memanjang sampai bangun lanset (oblongo-lanceolatus).

Bagian Yang Terlebar Terdapat di Bawah Tengah-tengah Helaian Daun

Daun-daun yang mempunyai bagian yang terlebar di bawah tengah-tengah

helaian daunnya dibedakan dalam dua golongan, yaitu:

A. Pangkal daunnya tidak bertoreh. Dalam golongan ini kita dapati

bentuk-bentuk berikut:

a. bangun bulat telur (ovatus), misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.), daun lombok rawit (Capsicum frutescens L.),

b. bangun segi tiga (triangularis), yaitu bangun seperti segitiga sama

kaki, misalnya daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.),

c. bangun delta (deltoideus), yaitu bangun segitiga yang sama ketiga

sisinya, misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook, et

Arn.),

d. bangun belah ketupat (rhomboideus), yaitu bangun segi empat yang

sisinya tidak sama panjang, misalnya anak daun yang di ujung pada

daun bangkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.).

12

Page 13: Laporan Praktikum Biologi Daun

B. Pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Dalam golongan ini termasuk

bentuk-bentuk daun berikut:

a. bangun jantung (cordatus), yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi

pangkal daun memperlihatkan suatu lekukan, misalnya daun waru

(Hibiscus tiliaceus L.),

b. bangun ginjal atau kerinjal (reniformis), yaitu daun yang pendek

lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal yang

berlekuk dangkal, misalnya daun pagagan atau daun kaki kuda

(Centella asiatica Urb.).

c. bangun anak panah (sagittatus). Daun tak seberapa lebar, ujung tajam,

pangkal dengan lekukan yang lancip pula,

d. bangun tombak (hastatus), seperti bangun anak panah, tetapi bagian

pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar, misalnya daun wewehan

(Monochoria hastata Solms),

e. bertelinga (auriculatus), seperti bangun tombak, tetapi pangkal daun di

kanan kiri tangkai membulat, misalnya daun tempuyung (Sonchus asper

Vill.).

Bagian Yang Terlebar Terdapat di Atas Tengah-tengah Helaian Daun.

Dalam hal yang sedemikian kemungkinan bangun daun yang dapat kita

jumpai ialah:

a. bangun bulat telur sungsang (obovatus), yaitu seperti bulat telur tetapi

bagian yang lebar terdapat dekat ujung daun, misalnya daun sawo kecik

(Manilkara kauki Dub.),

13

Daun bunga pukul empat

Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinen

Page 14: Laporan Praktikum Biologi Daun

b. bangun jantung sungsang (obcordatus), misalnya daun sidaguri (Sida

retusa L.), daun calincing atau semanggi gunung (Oxalis corniculata L.),

c. bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus), misalnya anak

daun semanggi (Marsilea crenata Presl.)

d. bangun sudip atau bangun solet (spathulatus), seperti bangun bulat telur

terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang, misalnya daun tapak liman

(Elephantopus scaber L.), daun lobak (Raphanus sativus L.).

Tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama lebar Dalam golongan ini termasuk daun-daun tumbuhan yang biasanya sempit, atau lebarnya jauh berbeda jika dibandingkan dengan panjangnya daun.

a. Bangun garis (linearis), pada penampang melintangnya pipih dan daun amat panjang, misalnya daun bermacam-macam rumput (Gramineae),

b. bangun pita (ligulatus), Serupa daun bangun garis, tetapi lebih panjang

lagi, juga didapati pada jenis-jenis rumput, misalnya daun jagung (Zea

mays L.),

c. bangun pedang (ensiformis), seperti bangun garis, tetapi daun tebal di

bagian tengah dan tipis kedua tepinya, misalnya daun nenas sebrang

(Agave sisalana Perr., Agave cantala Roxb.),

d. bangun paku atau dabus (subulatus), bentuk daun hampir seperti silinder,

ujung runcing, seluruh bagian kaku, misalnya daun Araucaria

cunninghamii Ait.),

e. bangun jarum (acerosus), serupa bangun paku, lebih kecil dan meruncing

panjang, misalnya daun Pinus merkusii Jungh. & De Vr.

Lepas dari ada atau tidaknya sifat heterofili/anisofili pada suatu jenis

tumbuhan, sekali lagi diperingatkan di sini, bahwa persamaan bentuk daun-daun

pada satu jenis tumbuhan itupun hanya merupakan kesan sepintas lalu saja karena

jika diteliti dengan seksama bentuk daun pada satu pohon akan memperlihatkan

variasi, misalnya dari yang memanjang dengan bentuk-bentuk peralihannya

sampai bangun lanset, dll.

14

Page 15: Laporan Praktikum Biologi Daun

Ujung Daun (Apex Folii)

Ujung daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa.

Bentuk-bentuk ujung daun yang sering kita jumpai ialah:

a. runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit

demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun

membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°).

Ujung daun yang runcing lazim kita dapati pada daun-daun bangun: bulat

memanjang, lanset, segi tiga, delta, belah ketupat, dll. Sebagai contoh

ujung daun oleander (Nerium oleander L.),

b. meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing, tetapi titik

pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung

daun nampak sempit panjang dan runcing, misalnya ujung daun sirsat

(Annona muricata L.),

c. tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang,

cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang

tumpul (lebih besar dari 90°), sering kita jumpai pada daun bangun bulat

telur terbalik atau bangun sudip, misalnya ujung daun sawo kecik

(Manilkara kauki Dub.),

d. membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak

terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam

Suatu busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun

bangun ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.),

ujung daun teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce),

e. rompang (truncatus), ujung daun tampak .sebagai garis yang rata,

misalnya ujung anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl.), daun jambu

monyet (Anacardium occidental L.),

f. terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan,

kadang-kadang amat jelas, misalnya ujung daun sidagun (Sida retusa L.),

kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan

pemeriksaan yang teliti, seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus

hybridus L.),

15

Page 16: Laporan Praktikum Biologi Daun

g. berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian

yang runcing keras, merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nenas

sebrang (Agave sp.).

Pangkal Daun (Basis Folii)

Apa yang telah diuraikan mengenai ujung daun pada umum-nya dapat puia

diberlakukan untuk pangkal daun. Selain dari itu ada puia kalanya, bahwa kedua

tepi daun di kanan kiri pangkal dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, oleh

sebab itu pangkal daun dibedakan dalam:

1. Yang tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh

pangkal ibu tulang/ujung tangkai daun. Dalam keadaan demikian pangkal

daun dapat:

a. runcing (acutus), biasanya terdapat pada daun bangun memanjang,

lanset, belah ketupat, dll.

b. meruncing (acuminatus), biasanya pada daun bangun bulat telur

sungsang atau daun bangun sudip,

c. tumpul (obtusus), pada daun-daun bangun bulat telur, jorong,

d. membulat (rotundatus) pada daun-daun bangun bulat, jorong, dan

bulat telur,

e. rompang atau rata (truncatus), pada daun-daun bangun segitiga, delta,

tornbak,

16

Daun meruncing Daun membulat Daun rompang

Daun tumpul Daun berduri Daun terbelah

Page 17: Laporan Praktikum Biologi Daun

f. berlekuk (emarginatus). pada daun-daun bangun jantung, ginjal, anak

panah.

2. Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain:

a. pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama

terhadap batang sesuai dengan letak daun pada batang tadi, seperti

lazim dapat kita lihat pada daun-daun bangun perisai,

b. pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang

berlawanan atau berhadapan dengan letak daunnya. Dalam hal ini

tampaknya seperti pangkal daun tertembus oleh batangnya

(perfoliatus).

Jika ditinjau bentuknya pangkal daun seperti tersebut di atas ini

biasanya adalah membulat.

Susunan Tulang-tulang Daun (Nervatio atau Venatio)

Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk:

a. memberi kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang-tulang he

wan dan manusia, oleh sebab itu seluruh tulang- tulang pada daun

dinamakan pula rangka daun (sceleton),

b. di samping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesung- guhnya adalah

berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan

zat-zat, yaitu:

- jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah, ialah

air beserta garam garam yang terlarut di dalamnya,

- jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari tempat pem-buatannya,

yaitu dari daun ke bagian-bagian lain yang memerlukan zat-zat itu.

Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam 3 macam,

yaitu:

a. ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan

tangkai daun, dan terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah

17

Page 18: Laporan Praktikum Biologi Daun

daun. Oleh tulang ini helaian daun umumnya dibagi menjadi dua bagian

yang setangkup atau simetris. Ada pula kalanya daun tumbuhan tidak

mempunyai ibu tulang tadi tepat di tengah helaian, sehingga kedua bagian

daun di kanan kiri ibu tulang tadi menjadi tidak setangkup atau asimetrik,

misalnya daun Begonia.

Ada pula daun yang memperlihatkan beberapa tulang yang besar yang

semuanya berpangkalan pada ujung tangkai daun, misalnya pada daun

yang mempunyai bangun perisai atau daun-daun yang bulat: daun teratai

besar, jarak, ubi kayu, dll.

b. tulang-tulang cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang lebih

kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi atau cabang-

cabang tulang-tulang ini.

Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu tulang dinamakan tulang

cabang tingkat 1, cabang tulang cabang tingkat satu dinamakan tulang

cabang tingkat 2, demikian seterusnya.

c. urat-urat daun (vena), sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula.

tetapi yang kecil atau lembut dan satu sama lain beserta tulang-tulang yang

lebih besar membentuk susunan seperti jala, kisi, atau lainnya.

Dalam daun, tulang-tulang cabang tingkat 1 yang tumbuh ke samping, jadi

ke arah tepi daun, dapat memperlihatkan sifat-sifat berikut:

- tulang cabang tadi dapat mencapai tepi daun.

- tulang cabang tadi berhenti sebelum mencapai tepi daun,

- tulang-tulang cabang tadi dekat tepi daun lalu membengkok ke atas, dan

bertemu dengan tulang cabang yang ada di atasnya, demikian berturut-

turut, sehingga sepanjang tepi daun terdapat tulang yang letaknya kurang

lebih sejajar dengan tepi daun atau kadang-kadang tampak berombak,

yang dinamakan tulang pinggir. Dengan adanya tulang ini tepi daun

menjadi lebih kuat dan tidak mudah koyak-koyak, seperti dapat kita lihat

18

Page 19: Laporan Praktikum Biologi Daun

pada daun kedondong (Spondias dulcis Forst.), pisang (Musa paradisiaca

L.), dll.

Melihat arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun, kita

membedakan beberapa macam susunan tulang, dan ber-dasarkan susunan

tulangnya kita membedakan daun menjadi 4 golongan, yaitu:

1. daun-daun yang bertulang menyirip (penninervis). Daun ini mempunyai

satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan

terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini ke samping keluar tulang-tulang

cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-

sirip pada ikan, oleh sebab itu dinamakan bertulang menyirip. Daun

dengan susunan yang demikian ini umum kita dapati pada tumbuhan biji

belah (Dicotyledoneae), misalnya daun mangga (Mangifera indica L.),

2. daun-daun yang bertulang menjari (palminervis), yaitu kalau dari ujung

tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan

susunan seperti jari-jari pada tangan. Jumlah tulang ini lazimnya gasal,

yang di tengah yang paling besar dan paling panjang, sedang ke samping

semakin pendek. Daun dengan susunan tulang demikian pun umumnya

hanya terdapat pada tumbuhan berbiji belah (Dicolyledoneae), misalnya

pada: papaya (Carica papaya L.), jarak (Ricinus communis L.), kapas

(Gossypium sp.), dll.

3. daun-daun yang bertulang melengkung (cervinervis). Daun inipun

mempunyai beberapa tulang yang besar, satu di tengah, yaitu yang paling

besar, sedang lainnya mengikuti jalannya tepi daun. jadi semula memencar

kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu ke ujung daun, hingga selain

tulang yang di tengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung.

Daun dengan susunan tulang yang demikian ini biasanya hanya terdapat

pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan berbiji tunggal

(Monocotyledoneae), misalnya genjer (Limnocharis flava Buch.), gadung

(Dioscorea hispida Dennst.), dll.

4. daun-daun yang bertulang sejajar atau bertulang lurus (rectinervis),

biasanya terdapat pada daun-daun bangun garis atau bangun pita, yang

19

Page 20: Laporan Praktikum Biologi Daun

mempunyai satu tulang di tengah yang besar membujur daun, sedang

tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya semua mempunyai

arah yang sejajar dengan ibu tulangnya tadi, oleh sebab itu disebut pula

bertulang sejajar. Sesungguhnya tulang-tulang yang kecil-kecil tadi seperti

pada daun yang bertulang melengkung semuanya berasal dari pangkal ibu

tulang dan kemudian bertemu pula kembali pada ujung daun. Karena daun

sempit dan panjang, tulang-tulang tadi tidak kelihatan melengkung, tetapi

lurus dan sejajar satu sama lain. Tak mengherankan pula kalau daun

dengan susunan tulang yang demikian lazimnya pun terdapat pada

tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya semua jenis

rumput (Gramineae), teki-tekian (Cyperaceae), dll.

Susunan tulang daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengenal

tumbuhan, yaitu bahwa:

- tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) mempunyai daun bertulang

menyirip atau menjari, sedang

- tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) mempunyai daun-daun

bertulang melengkung atau sejajar.

Perkecualian selalu ada, artinya dari golongan tumbuhan biji belah ada

pula yang mempunyai daun yang bertulang melengkung, a.l. sirih (Piper betle L.),

senggani (Melastoma polyanthum Bl.), dll. Sebaliknya dari golongan tumbuhan

biji tunggal ada pula yang mempunyai daun yang bertulang menyirip, misalnya

pisang (Musa paradisiaca L.), tasbih (Canna hybrida Hort,), dan ada pula yang

mempunyai daun yang bertulang menjari, misalnya siwalan (Borassus flabellifer

L.).

20

Page 21: Laporan Praktikum Biologi Daun

Tepi Daun (Margo Folii)

Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam:

1. yang rata (integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integra Merr.),

2. yang bertoreh (divisus).

Toreh-toreh pada tepi daun sangat beraneka ragam sifatnya, ada yang

dangkal ada yang dalam, besar, kecil, dll. Biasanya toreh-toreh pada tepi daun

dibedakan dalam dua golongan:

a. toreh-toreh yang tidak mempengaruhi atau mengubah bangun asli daun.

Toreh-toreh ini biasanya tak seberapa dalam, letaknya toreh tidak

bergantung pada jalannya tulang-tulang daun, oleh sebab itu pula sering

disebut toreh yang merdeka. Dalam hubungannya dengan jenis toreh-

toreh ini dipergunakan istilah "sinus" untuk torehnya sendiri dan

"angulus"untuk bagian tepi daun yang menonjol keluar.

Tepi Daun Dengan Toreh Yang Merdeka

Tepi daun yang dinamakan:

a. bergerigi (serratus), yaitu jika sinus dan angulus sama lancipnya,

misalnya daun lantana (Lantana camara L.). Selanjutnya untuk

melengkapi keterangan mengenai sifat toreh-toreh ini, dapat pula

ditambahkan kata-kata yang bertalian dengan besar kecilnya sinus dan

angulusnya, misalnya: bergerigi halus, bergerigi kasar, dst.

b. bergerigi ganda atau rangkap (biserratus), yaitu tepi daun seperti di atas,

tetapi angulusnya cukup besar, dan tepinya bergerigi lagi,

c. bergigi (dentatus), jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip, misalnya

daun beluntas (Pluchea indica Less.).

d. beringgit (crenatus), kebalikannya bergigi, jadi sinusnya tajam dan

angulusnya yang tumpul, misalnya daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata

Pers.),

21

Page 22: Laporan Praktikum Biologi Daun

e. berombak (repandus), jika sinus dan angulus sama-sama .tumpui,

misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.).

Tepi Daun Dengan Toreh-toreh Yang Mempengaruhi Bentuknya

Toreh-toreh yang besar dan dalam itu biasanya terdapat di antara tulang-

tulang yang besar atau di antara tulang-tulang cabang. Jika daun amat besar atau

lebar, misalnya daun papaya, bagian daun di antara toreh-toreh yang besar dan

dalam itu dapat bertoreh-toreh lagi, sehingga makin tidak ken-taralah bangun aseli

daunnya.

Berdasarkan dalamnya toreh-toreh itu, tepi daun dapat dibedakan dalam

yang:

a. berlekuk (lobatus), yaitu jika dalamnya toreh kurang daripada setengah

panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan kirinya,

b. bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih sampai tengah-

tengah panjang tulang-tulang daun di kanan-kirinya.

c. berbagi (partitus), jika dalamnya toreh melebihi setengah pan jangnya

tulang-tulang daun di kanan kirinya.

Karena seperti telah dikemukakan letak toreh-toreh ini bergantung pada

susunan tulang-tulang daun, maka sebutan untuk mencandra tepi daun yang

bertoreh dalam dan besar ini, selalu merupakan kombinasi antara sifat torehnya

dengan susunan tulang daun yang bersangkutan, hingga dengan demikian dapat

dibedakan daun-daun dengan tepi seperti berikut;

a. berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi berlekuk mengikuti susunan

tulang daun yang menyirip, misalnya daun terong (Solanum melongena

L.),

b. bercangap menyirip (pinnatifidus), tepi bercangap, sedang daunnya

mempunyai susunan tulang yang menyirip, misalnya daun keluwih

(Artocarpus communis Forst),

22

Page 23: Laporan Praktikum Biologi Daun

c. berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi berbagi dengan susunan tulang

yang menyirip, misalnya daun kenikir (Cosmos caudatus M.B.K.) dan

sukun (Artocarpus communis Forst.),

d. berlekuk menjari (palmatilobus), tepi berlekuk. susunan tulang menjari,

misalnya daun jarak pagar (Jatropha curcas L.), kapas (Gossypium sp.),

e. bercangap menjari (palmatifidus), jika tepinya bercangap, sedang

susunan tulangnya menjari, misalnya daun jarak (Ricinus communis L.),

f. berbagi menjari (palmatipartitus), yaitu jika tepi berbagi, sedang daunya

mempunyai susunan tulang yang menjari, misalnya daun ketela pohon

(Manihot utillissima Pohl.).

a. b. c. d.

a. Majemuk menyirip

b. Majemuk menjari

c. Majemuk campuran

d. Majemuk bangun kaki

Daging Daun (Intervenium)

Yang dinamakan daging daun (intervenium) ialah: bagian daun yang

terdapat di antara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Bagian inilah yang

merupakan dapur tumbuhan yang sesungguhnya. Di bagian ini zat-zat yang

diambil dari luar diubah dijadikan zat-zat yang sesuai dengan keperluan

kehidupan tumbuh-tumbuhan tadi. Warna hijau pada daun sebenarnya adalah

warna yang terkandung dalam bagian ini, juga kalau daun mempunyai warna lain,

23

Page 24: Laporan Praktikum Biologi Daun

misalnya merah, berbintik-bintik kuning, dll., dalam daging daunnya pulalah

terdapatnya warna tersebut.

Tebal atau tipisnya helaian daun, pada hakekatnya juga bergantung pada

tebal tipisnya daging daunnya. Bertalian dengan sifat ini dibedakan daun yang:

a. tipis seperti selaput (membranaceus), misalnya daun paku selaput

(Hymenophyllum australe Willd.),

b. seperti kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis tetapi cukup tegar,

misalnya daun pisang (Musa paradisiaca L.),

c. tipis lunak (herbaceus), misalnya daun slada air (Nasturtium officinale R.

Br.),

d. seperti perkamen (perkamenteus), tipis tetapi cukup kaku, misalnya daun

kelapa (Cocus nucifera L.),

e. seperti kulit/belulang (coriaceus), yaitu jika helaian daun tebal dan kaku,

misalnya daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.),

f. berdaging (carnosus), yaitu jika tebal dan berair, misalnya daun lidah

buaya (Aloe sp.).

Sifat-sifat Lain Pada Daun Yang Perlu Pula Untuk Diperhatikan

Selain sifat-sifat yang diuraikan hingga sekarang, belumlah lengkap

kiranya jika dari daun belum disebut-sebut pula a.l.:

a. warna,

b. keadaan permukaannya, atas maupun bawah.

Warna Daun

Walaupun umum telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau,

tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagi pula warna

hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai contoh dapat

a.l. disebut daun yang berwarna:

- merah, misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypha wilkesiana M.Arg.),

24

Page 25: Laporan Praktikum Biologi Daun

- hijau bercampur atau tertutup warna merah, misalnya: bermacam-

macam daun puring (Codiaeum uariegatum Bl.),

- hijau tua, misalnya daun nyamplung (Colophyllum inophyllum U.

- hijau kekuningan, misalnya daun tenaman guni (Corchorus cap-suiaris L.).

Warna daun suatu jenisjum-huhan jjapalbemboh menurulkgadaaniemjgat

tumbuhnya dan erat sekaii hubungahnya dengan persediaan air dan makanan serta

penyinaran.

Permukaan Daun

Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda,

biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau mengkilat, jika dibanding dengan

sisi bawah daun.

Perbedaan warna tadi disebabkan karena warna hijau lebih banyak terdapat

pada lapisan atas daripada di lapisan bawah.

Kadang-kadang pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan yang

berupa sisik-sisik, rambut-rambut, duri, dll. Melihat keadaan permukaan daun itu

orang lalu membedakan permukaan daun yang:

a. licin (laevis), dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan:

- mengkilat (nitidus), sisi atas daun kopi (Coffea robusta Lindl.),

beringin (Ficus benjamina L.),

- suram (opacus), misalnya daun ketela rambat (Ipomoea batatas

Poir.),

- berselaput lilin (pruinosus), misalnya sisi bawah daun pisang (Musa

paradisiaca L.), daun tasbih (Carina hybrida Hort.),

b. gundul (glaber), misalnya daun jambu air (Eugenia aquea Burm.),

c. kasap (scaber), misalnya daun jati (Tectona grandis L.),

d. berkerut (rugosus), misalnya daun jarong (Stachytarpheta jamaicensis

Vahl.), jambu biji (Psidium guajava L.),

25

Page 26: Laporan Praktikum Biologi Daun

e. berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkerut, tetapi kerutannya lebih

besar, misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et

Arn.),

f. berbulu (pilosus), jika bulu halus dan jarang-jarang, misalnya daun

tembakau (Nicotiana tabacum G. Don.),

g. berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu sedemikian rupa, sehingga

jika diraba terasa seperti laken atau beludru,

h. berbulu kasar (hispidus), jika rambut kaku dan jika diraba terasa kasar,

misalnya daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.),

i. bersisik (lepidus), seperti misalnya sisi bawah daun durian (Durio

zibethinus Murr.).

Daun Majemuk (Folium Compositum)

Jika kita memperhatikan daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat,

bahwa ada di antaranya yang:

- pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang

demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex),

- tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat

helaian daunnya, sehingga di sini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu

helaian daun. Daun dengan susunan yang demikian disebut daun

majemuk (folium compositum).

Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal,

yang torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun di antara toreh-toreh

itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil

yang tersendiri.

Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut:

a. ibu tangkai daun (potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang

menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya, yang di sini masing-

masing dinamakan anak daun (foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat

26

Page 27: Laporan Praktikum Biologi Daun

dipandang merupakan penjelmaan tangkai daun tunggal ditambah dengan

ibu tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhan yang

mempunyai daun majemuk, letaknya juga di atas pangkal ibu tangkai pada

batang.

b. tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang

mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan

pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh sebab itu di dalam

ketiaknya tak pernah terdapat suatu kuncup.

c. anak daun (foliolum). Bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian

helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-

pisah. Anak daun pada suatu daun majemuk lazimnya mempunyai tangkai

yang pendek saja atau hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya pada daun

selderi (Apium graueolens L.). Ada kalanya anak daun mempunyai tangkai

yang cukup panjang dan jelas kelihatan, misalnya pada daun rnangkokan

(Nothoponax scutellarium Merr.).

daun majemuk dapat pula kita temukan bagian-bagian lain seperti pada

daun tunggal, misalnya:

d. upih daun (vagina), yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan

biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang (Areca

catechu L.).

Pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau di dekat pangkal ibu tangkai

itu dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu, seperti misalnya pada daun

mawar (Rosa sp.), yang berupa dua daun kecil melekat pada kanan kiri pangkal

ibu tangkai daun, dan pada daun kacang kapri (Pisum sativum L.) yang di sini

merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta menunaikan tugas daun

sebagai alat untuk berasimilasi.

Dengan uraian di atas kiranya sudah cukup petunjuk untuk mengenal suatu

daun majemuk, dan tidak akan keliru dengan suatu cabang yang mempunyai

daun-daun tunggal. Sebagai tambahan dapat juga kiranya dikemukakan, bahwa:

27

Page 28: Laporan Praktikum Biologi Daun

a. pada satu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan

biasanya pun runtuh bersama-sama pula, sedang suatu cabang dengan

daun-daun tunggal mempunyai daun yang tak sama umur maupun

besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi tidak runtuh bersama-sama,

b. pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan

yang terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak

mempunyai kuncup. Suatu cabang biasanya selalu bertambah panjang dan

mempunyai sebuah kuncup di ujungnya.

c. pada daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun,

sedang pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu

atau mungkin lebih dari satu kuncup.

Seperti Misalnya:

a. pada pohon cerme (Phylhnthus acidus Skeels) dan belimbing wuluh

(Auerrhoa bilimbi L.). Kedua pohon ini mempunyai daun majemuk, tetapi

daun majemuk ini sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan

memanjang, sehingga anak daunnya mempunyai umur yang berbeda, oleh

karena itu juga tidak luruh berbarengan. Kita sering melihat anak daun

pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedang pada ujungya masih ada

anak daun yang kelihatan segar (masih hijau).

b. Pada tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan katu (Sauropus

androgynus Merr.) terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang

berseling, yang tumbuh mendatar dari batang pokok dan terbatas

pertumbuhannya (tidak bertambah panjang lagi). Cabang-cabang berdaun

ini akan kita kira daun majemuk, tetapi dugaan itu keliru karena dari

ketiak- ketiaknya pada waktu-waktu tertentu akan tampak keluar bunga

yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun majemuk, padanya tak

mungkin akan kita temukan bunga atau buah.

Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat

dibedakan dalam dua golongan, yaitu:

28

Page 29: Laporan Praktikum Biologi Daun

a. daun majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip

pada kanan kiri ibu tangkainya,

b. daun majemuk menjari (palmatus),

c. daun majemuk bangun kaki (pedatus),

d. daun majemuk campuran (digitato pinnatus)

Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam;

a. daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanpa

penyelidikan yang teliti daun ini tentu akan disebut sebagai daun tunggal,

tetapi di sini tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio),

jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Sesungguhnya

pada daun ini juga terdapat lebih daripada satu helaian daun, hanya saja

yang lain- lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja.

Daun yang demikian ini biasanya kita dapati pada berbagai jenis pohon

jeruk, a.l. jeruk besar (Citrus maxima Men.), jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Sw.), dll.

b. daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus). Biasanya di sini

terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu

tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap.

Akan tetapi, mengingat bahwa pada suatu daun majemuk menyirip anak-

anak daun tidak selalu berpasang-pasangan. Bahwa satu daun majemuk

menyirip genap mungkin mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun

majemuk menyirip genap a.l. terdapat pada pohon asam (Tamarindus

indica L.) yang anak daunnya berpasang-pasangan, jadi jumlah anak daun

benar genap. Daun majemuk menyirip genap, tetapi jumiah anak daunnya

gasal dapat kita jumpai misalnya pada pohon leci (Litchi chinensis Sonn.)

dan kepulasan (Nepphelium mutabile B.).

c. daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus), juga di sini yang

menjadi pedoman ialah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup

ujung ibu tangkainya. Ditinjau dari jumiah anak daunnya akan kita dapati

bilangan yang benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedang di

ujung ibu tangkai terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun

29

Page 30: Laporan Praktikum Biologi Daun

ini lebih besar daripada yang lainnya), seperti dapat dilihat pada daun

pacar cina (Aglaia odorata Lour.) dan mawar (Rosa sp.).

Menurut besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu

tangkai. hingga kita dapati pula:

a. daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-

pasangan, yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-

hadapan.

b. menyirip berselang-seling, jika anak daun pada ibu tangkai duduknya

berseling;

c. menyirip berselang-seling (interrupte pinnatus), yaitu jika anak-anak

daun pada ibu tangkai berselang-seling pasangan anak daun yang lebar

dengan pasangan anak daun yang sempit, misalnya pada anak daun tomat

(Solanum lycopersicum L.).

Padasuatu daun majemuk dapat pula terlihat, bahwa anak daun tidak

langsung duduk pada ibu tangkainya, melainkan pada cabang ibu tangkai tadi.

Dalam hal yang demikian, daun majemuk lalu dinamakan daun mejemuk

rangkap atau daun majemuk ganda. Biasanya hanya daun majemuk menyiriplah

yang dapat mempunyai sifat demikian, oleh sebab itu pula kalau ada daun ma-

jemuk ganda, maka biasanya adalah daun majemuk yang menyirip.

Daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menurut letak anak daun

pada cabang tingkat berapa dari ibu tangkainya. Dengan demikian daun majemuk

menyirip ganda dapat dibedakan dalam:

a. majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun duduk pada

cabang tingkat satu dari ibu tangkai,

b. majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak-anak daun duduk

pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai,

c. majemuk menyirip ganda empat, dst.

Pada umumnya jarang dapat ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.

Daun yang menyirip ganda dibedakan lagi dalam:

30

Page 31: Laporan Praktikum Biologi Daun

a. menyirip ganda dengan sempuma, yaitu jika tidak ada satu anak daun

pun yang duduk pada ibu tangkai,

b. menyirip ganda tidak sempurna, jika masih ada anak daun yang duduk

langsung pada ibu tangkainya.

Berikut diberikan beberapa contoh daun yang menyirip ganda.

a. daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna,

misalnya daun kembang merak (Caesalpinte pulckerrima Sw.) dan daun

lamtoro (Leucaena glauca Benth.).

b. daun majemuk menyirip gasal ganda dua tidak sempurna, misalnya

daun kirinyu (Sambucus javanica Bl.),

c. daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna, misalnya

daun kelor (Moringa oleifera Lamk.).

Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus).

Daun majemuk campuran ialah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai

cabang-cabang ibu tangkai memencar separti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai

daun, tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai terdapat anak-anak daun yang tersusun

menyirip. Misalnya daun sikejut (Mimosa pudica L.).

Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)

Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-buku batang (nodus), dapat dilihat jelas pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.). Sedang bagian batang antara dua buku-buku dinamakan ruas (internodium).

Kemungkinan-kemungkinan yang terdapat dalam penentuan letak daun dan batang:

a. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja, maka tata letak daun dinamakan tersebar (folia sparsa), namun terdapat hal-hal yang beraturan.

b. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadapan-berhadapan, maka tata lrtak daun dinamakan berhadapan-bersilang (folia oposita atau folia decussata), misalnya pada mengkudu (Morinda citrifolia L.)

c. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih daripada dua daun.

Berikut diberikan beberapa contoh daun yang menyirip ganda.

31

Page 32: Laporan Praktikum Biologi Daun

d. daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna,

misalnya daun kembang merak (Caesalpinte pulckerrima Sw.) dan daun

lamtoro (Leucaena glauca Benth.).

e. daun majemuk menyirip gasal ganda dua tidak sempurna, misalnya

daun kirinyu (Sambucus javanica Bl.),

f. daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna, misalnya

daun kelor (Moringa oleifera Lamk.).

Daun Majemuk Menjari (Palmatus atau Digitatus)

Yang disebut daun majemuk menjari ialah daun majemuk yang semua

anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari

pada tangan.

Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat

dibedakan seperti berikut:

a. beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua

anak daun, misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.),

b. beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga

anak daun, misalnya pada pohon para (Heuea brasiliensis Muell.).

Daun majemuk yang beranak daun tiga, dapat pula kita jum-pai pada daun

majemuk yang menyirip, misalnya pada kacang panjang (Vigna sinensis

Endl.).

a. beranak daun lima (quinquefoliohtus), pada ujung ibu tangkai terdapat

lima anak daun, misalnya daun maman (Gynandropsis pentaphylla D.C.),

c. beranak daun tujuh (septemfoliohtus), jika ada tujuh anak daun pada

ujung ibu tangkainya, misalnya daun randu (Ceiba pentandra Gaertn.).

Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih, maka

dapat dikatakan saja beranak daun banyak (polyfoliolatus), tidak usah lagi

dihitung jumlah anak daun yang tepat, seperti misalnya pada daun randu (Ceiba

pentandra Gaerthn.)

32

Page 33: Laporan Praktikum Biologi Daun

Seperti halnya dengan daun majemuk menyirip yang menyiripnya dapat

bersifat ganda, maka dapat pula terjadi daun majemuk menjari yang bersifat

ganda, misalnya: majemuk menjari beranak daun tiga ganda dua (biternatus).

Sebagai contoh: Aegopodium dan Aquilegia vulgaris.

Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)

Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua

anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada

tangkai anak daun yang di sampingnya, seperti terdapat pada Arisaema filiforme

(Araceae).

Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)

Yang dimaksud dengan daun majemuk campuran adalah suatu daun

majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti

jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cabang ibu

tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip. Jadi daun majemuk

campuran adalah campuran susunan yang menjari dan menyirip, misalnya daun

sikejut (Mimosa pudica L.).

Jika diteliti benar, ternyata daun sikejut tidak merupakan daun majemuk

campuran sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip genap ganda dua yang

sempurna. Hanya saja pada daun ini letak kedua pasang cabang ibu tangkainya

tadi sedemikian dekat satu sama lain, hingga seakan-akan terdapat empat cabang

tangkai pada ujung ibu tangkai daunnya.

Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)

Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan

cabang-cabangnya, ada pula kalanya daun-daun suatu tumbuhan berjejal-jejal

33

Page 34: Laporan Praktikum Biologi Daun

pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya.

Umumnya daun pada batang terpisah-pisah dengan sautu jarak yang nyata.

Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-

buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali tam-pak sebagai bagian batang

yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita

lihat jeias pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan

semua rum-put pada umumnya, sedang bagian batang antara dua buku-buku

dinamakan ruas (internodium). Walaupun pada tumbuhan lain biasanya tak

tampak adanya buku-buku batang yang jelas, tetapi juga di sini kita menyebut

tempat duduknya daun sebagai buku-buku, sedang bagian batang antara dua daun

sebagai ruas pula.

Jika kita membandingkan duduknya daun pada batang ber-bagai jenis

tumbuhan, ternyata bahwa ada perbedaan, terutama perbedaan itu mengenai

aturan letak daun-daun satu sama lain pada batang tadi. Aturan mengenai letaknya

daun inilah yang dinamakan tata letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis (semua

pohon papaya dan di mana saja tumbuhnya), akan kita dapati tata letak daun yang

sama, oleh sebab itu tata letak daun dapat pula dipakai sebagai tanda pengenal

suatu tumbuhan.

Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus

ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku

batang, yang kemungkinannya ialah:

a. pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.

b. pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-

hadapan,

c. pada setiap buku-buku batang terdapat lebih daripada dua daun.

Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang yang memperlihatkan

tiga kemungkinan di atas dapatlah dibuat suatu ikhtisar mengenai tata letak daun

seperti berikut:

34

Page 35: Laporan Praktikum Biologi Daun

1. Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.

Jika demikian keadaannya, maka tata letak daun dinamakan: tersebar (folia

sparsa).

Walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru akan kita jumpai

hal-hal yang sangat menarik, dan akan ternyata bahwa ada hal-hal yang bersifat

beraturan.

Jika misalnya pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai

bentuk silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang

teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun adalah suatu titik pada

iingkarari itu, maka akan kita temukan hal-hal berikut.

Kalau kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik

tolak, dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada

buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian

seterusnya, pada suatu saat kita akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat

pada garis vertikal di atas daun pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak,

dan sementara itu kita berputar mengikuti suatu garis spiral yang melingkari

batang tadi. Pada perjalanan melingkar sampai terca-painya daun yang tegak lurus

di atas pangkal tolak, telah kita lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang

demikian itu akan selalu berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain

sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang

bersifat beraturan.

Temyata di sini, bahwa perbandingan antara banyaknya kali garis spiral itu

melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali

melingkar batang tadi (daun permulaan tidak dihitung) merupakan suatu pecahan

yang nilainya tetap untuk satujenis tumbuhan.

Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis

spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu

adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b,

yang dinamakan juga: rumus daun atau divergens.

35

Page 36: Laporan Praktikum Biologi Daun

Di atas telah diterangkan, bahwa untuk mencapai dua daun yang tegak

lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat

pula sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertikal) yang dinamakan: ortostik.

Garis spiral yang kita ikuti melingkar batang, merupakan suatu garis yang

menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut urut-

urutan tua mudanya. Garis spiral ini dinamakan: spiral genetik

2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun

Pada buku-buku batang biasanya kedua daun membentuk suatu silang dengan dua

daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun ini dinamakan berhadapan – bersilang (folia

oposita atau folia decussata), misalnya pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka

(lxora paludosa Kurz.), dll.

3. Pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun

Tata letak ini disebut berkarang (folia verticillata), yang dapat ditemukan pada

pohon pulai (Alstonia scholaris R. Br.),alamanda (Allamanda carthartica L.), oleander

(Nerium oleander L.).

36

Page 37: Laporan Praktikum Biologi Daun

ALAT DAN BAHAN

1. Panca Indera.

2. Daun Rhoeo discolor.

3. Daun Singkong (Manihot sp).

4. Daun Jagung (Manggifora indica).

5. Daun Lidah Buaya (Aloe vera).

6. Alat tulis.

LANGKAH – LANGKAH KERJA

1. Siapkan daun-daun yang akan diamati.

2. Lakukan pengamatan dengan diidentifikasi bentuk masing-masing daun,

bentuk tepi daun, permukaan daun, warna daun, dan bau daun.

3. Ditulis hasil data yang diperoleh dari pengamatan.

4. Laporkan hasil data pengamatan.

37

Page 38: Laporan Praktikum Biologi Daun

HASIL PENGAMATAN

No

.

Nama Daun Bentuk Daun Warna Daun Tepi Daun Permukaan

Daun

1. Daun Rhoeo

discolor

Panjang,

Meruncing

Dasar: Ungu

Permukaan:

Hijau

Rata Halus

2. . Daun Singkong

(Manihot sp.)

Menjari, panjang,

meruncing

Hijau Rata Halus

3. Daun Jagung

(Zea mays)

Panjang,

meruncing

Hijau Rata Halus

hanya

terdapat

bulu

4. Daun Mangga

(Manggifora

indica)

Panjang,

meruncing

Hijau Rata Halus

5. Daun Lidah

Buaya

(Aloe vera)

Panjang,

meruncing

Hijau Bergerigi Halus

38

Page 39: Laporan Praktikum Biologi Daun

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Dari pengamatan yang dilakukan pembahasan tentang daun ini, banyak

perbedaan yang dapat dibedakan dengan hanya melihat bentuk luar saja. Secara

fisik, daun tersebut berbeda-beda, baik warna, permukaan, tepi daun,  dan lain-

lain. Tetapi di balik perbedaan tersebut, di dalam daun-daun tersebut mereka

sama-sama mengandung klorofil (zat hijau daun). Zat tersebut seperti yang kita

ketahui berfungsi untuk melakukan proses fotosintesis. Semakin hijau warna daun

tersebut, semakin bagus kandungan klorofil yang terkandung dalam daun tersebut.

Daun merupakan bagian pada tumbuhan yang sangat penting. Daun

merupakan salah satu bagian tumbuhan yang dapat menyimpan cadangan

makanan dari proses fotosintesis.

Daun sebagai alat penangkap cahaya untuk fotosintesis dan alat transpirasi

mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Daun dapat sempurna atau tidak

sempurna. Atas dasar struktur anatominya daun dapat bifasial, ekuifasial atau

sentris.

Jaringan penyusun daun pada umumnya adalah: epidermis dengan

derivatnya (stomata, trikomata, litokis, sel kipas, sel silica dan seterusnya),

mesofil yang terletak antara epidermis atas dan bawah, dapat berdiferensiasi

menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang atau tidak berdiferensiasi,

berkas pengangkut serta selubung berkas pengangkutnya yang dapat berupa

parenkim berisi kloroplas atau tidak, jaringan penguat terdiri dari kolenkim atau

sklerenkim dan pada jenis-jenis tertentu ada yang mempunyai kelenjar.

Daun sangat peka terhadap lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat

besar pengaruhnya terhadap struktur anatomi daun adalah penyediaan air dan

intensitas cahaya. Pengaruh lingkungan dapat mengubah struktur epidermis,

stomata maupun mesofil.

39

Page 40: Laporan Praktikum Biologi Daun

Struktur tangkai daun terutama berkas pengangkutnya serupa dengan

batangnya, parenkim korteksnya mengandung sedikit kloroplas, jaringan penguat

terdiri dari kolenkim.

Tangkai daun mempunyai struktur khas yang disebut daerah pengguguran,

tempat terputusnya tangkai daun sehingga terlepas dari batangnya. Daerah

pengguguran tersebut terdiri dari sel-sel parenkim yang pipih tipis plasmanya

kental dan pada saat gugur dinding sel atau seluruh selnya larut sehingga tangkai

terputus.

Selain itu terdapat persamaan dan perbedaan nya, diantara persamaan nya

ialah semua daun berbentuk panjang meruncing, baik yang menjari maupun tidak,

baik yang permkaan nya berwarna hijau maupun tidak. Diantara perbedaannya

ialah dapat dilihat dari tepi dau masing-masing daun baik yang bergerigio maupun

tidak, baik yang berdaging maupun tidak, ada yang berpermukaan kasar ada yang

tidak, dan ada yang berbau atau tidak.

40

Page 41: Laporan Praktikum Biologi Daun

KESIMPULAN

 

Dari pengamatan yang telah dilakukan, daun dapat dibedakan dalam

bentuk-bentuk nya, tepi daunnya, warna daun, permukaan daun, dan bau masing-

masing daun.

41

Page 42: Laporan Praktikum Biologi Daun

DAFTAR PUSTAKA

Soerodikoesoemo Wibisono dkk. (1993). Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan,

Jakarta : Universitas Terbuka

Tjitrosoepomo Gembong. (2001). Morfologi Tumbuhan

Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Santosa Woelaningsih Sri. (1965). Buku Petunjuk Praktikum Biologi Umum

Jakarta : Universitas Terbuka

Tjitrosoepomo Gembong. (1985). Morfologi Tumbuhan

Yogyakarta : Gajah Mada University Press

42