laporan praktikum amensalisme

13
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN AMENSALISME Kelompok 3 Syayyida Muslimah (1509 100 012), Rizky Yanuarista (1509 100 027) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Abstrak Amensalisme adalah interaksi antara dua atau beberapa spesies tumbuhan, dimana salah satu spesies diantaranya menekan spesies yang lain agar pertumbuhan dan perkembangannya tetap stabil. Bagian interaksi alelokemis yang melibatkan hanya tumbuhan saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua organ tumbuhan, termasuk daun, batang, akar rhizoma, bunga, buah dan biji. Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati Casia tora terhadap perkecambahan jagung dan kacang hijau. Praktikum dimulai dengan membuat ekstrak dari daun Casia tora. Ekstrak yang dibuat dengan perbandingan antara daun Casia tora dan akuades adalah sebesar 1:7, 1:14, dan 1: 21. Kemudian ekstrak disaring dan dibiarkan selama 24 jam. Biji Phaseolus radiatus dan Zea mays ditanam dalam botol dengan media kapas yang dibasahi air, masing-masing berjumlah 5 biji pada tiap botol dengan 3 kali pengulangan. Setiap cawan ditetesi dengan 2 ml ekstrak tiap hari, sedangkan pada kontrol hanya ditetesi akuades. Pengamatan dilakukan selama 13 hari dengan mengukur pertumbuhan tanaman. Kemudian digunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon pertumbuhan. Hasil praktikum menunjukkan bahwa ekstrak daun Casia tora menghambat perkecambahan biji Phaseolus radiatus dan Zea mays . Abstract Amensalisme is the interaction between two or more types of plants, which one species among other species in order to suppress the growth and development remained stable. Alelokemis part interaction affecting only plants that we just mentioned waste. Chemical compounds that have the potential to waste can be found in all organs of the plant, including leaves, stems, roots Rhizoma, flowers, fruits, and seeds. Germination is the beginning of the emergence of active growth resulting in the outbreak of the cover of the seed and seedling emergence.

Upload: rizky-yanuarista

Post on 03-Jul-2015

1.383 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHANAMENSALISME

Kelompok 3Syayyida Muslimah (1509 100 012), Rizky Yanuarista (1509 100 027)

Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya2011

AbstrakAmensalisme adalah interaksi antara dua atau beberapa spesies tumbuhan, dimana salah satu

spesies diantaranya menekan spesies yang lain agar pertumbuhan dan perkembangannya tetap stabil. Bagian interaksi alelokemis yang melibatkan hanya tumbuhan saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua organ tumbuhan, termasuk daun, batang, akar rhizoma, bunga, buah dan biji. Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati Casia tora terhadap perkecambahan jagung dan kacang hijau. Praktikum dimulai dengan membuat ekstrak dari daun Casia tora. Ekstrak yang dibuat dengan perbandingan antara daun Casia tora dan akuades adalah sebesar 1:7, 1:14, dan 1: 21. Kemudian ekstrak disaring dan dibiarkan selama 24 jam. Biji Phaseolus radiatus dan Zea mays ditanam dalam botol dengan media kapas yang dibasahi air, masing-masing berjumlah 5 biji pada tiap botol dengan 3 kali pengulangan. Setiap cawan ditetesi dengan 2 ml ekstrak tiap hari, sedangkan pada kontrol hanya ditetesi akuades. Pengamatan dilakukan selama 13 hari dengan mengukur pertumbuhan tanaman. Kemudian digunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon pertumbuhan.

Hasil praktikum menunjukkan bahwa ekstrak daun Casia tora menghambat perkecambahan biji Phaseolus radiatus dan Zea mays.

AbstractAmensalisme is the interaction between two or more types of plants, which one species among

other species in order to suppress the growth and development remained stable. Alelokemis part interaction affecting only plants that we just mentioned waste. Chemical compounds that have the potential to waste can be found in all organs of the plant, including leaves, stems, roots Rhizoma, flowers, fruits, and seeds. Germination is the beginning of the emergence of active growth resulting in the outbreak of the cover of the seed and seedling emergence.

This experiment aim to determine the effect of Casia tora residues in the germination of corn and beans. The experiment begins causing Casia tora leaf extracts grandiflora. Extracts are made with the comparison between the leaves of Casia tora and distilled water amounted to 1: 7, 1: 14 and 1: 21. Then, extract is filtered and is no longer for 24 hours. Seeds of Phaseolus radiatus and Zea mays grown in a bottle with a cotton cloth soaked in water media, where each number 5 seeds per bottle with a repeat 3 times of drops. Each cup of drops with 2 ml of the extract by day, while controls falls only distilled. Observations made during 10 days, by measuring the height of outbreaks and the number of sheets (only on the last day) growth. The difference is then used to determine the effect of the extract allelopathy to the respons of plant.

The results of laboratory showed that the Casia tora leaf extract inhibits germination of seeds of Phaseolus radiatus and Zea mays.

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

Pendahuluan

Tumbuhan bersaing secara interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan yang lain yang berbeda di lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan tersebut antara lain adalah gangguan perkecambahan biji, kecambah menjadi abnormal, pertumbuhan memanjang akan terhambat, perubahan susunan sel sel akar dan lain sebagainya. (Molles, 1999).

Prinsip utama alelopati ialah bahwa pengaruh yang negatif itu berkecenderungan secara kuantitatif menjadi kecil dimana populasi yang berinteraksi itu mempunyai sejarah evolusi bersama di dalam ekosistem yang relatif tepat. Dengan kata lain, seleksi alam cenderung untuk membawa pengurangan di dalam pengaruh yang merugikan interaksi bersama, karena tekanan yang kuat yang berkelanjutan dari mangsa atau populasi parasit hanya dapat mengakibatkan pemusnahan dari suatu atau kedua populasi itu. Akibatnya, interaksi yang kuat sering sekali dijumpai apabila interaksi itu masih baru (yakni apabila kedua populasi itu baru saja diasosiasikan) atau apabila telah terjadi perubahan-perubahan secara besar-besaran atau mendadak (barangkali sementara) di dalam ekosistem (seperti yang mungkin dapat dibuat oleh manusia). Hal ini dapat membawa kepada apa yang dapat disebut ”prinsip dari patogen dadakan” yang menerangkan mengapa introduksi yang kurang atau tidak direncanakan sering berakibat dalam masalah epiemik (Odum, 1995).

Permasalahan yang dibahas dalam percobaan ini adalah bagaimana mengetahui pengaruh senyawa alelopati pada Casia tora terhadap perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan jagung (Zea mays).

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senyawa alelopati pada turi (Sesbania grandiflora) terhadap perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiates) dan jagung (Zea mays).

Tinjauan Pustaka

PerkecambahanPerkecambahan berarti permulaan

munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis berikut :1. Imbibisi dan absorbsi air.2. Hidrasi jaringan.3. Absorbsi O2.4. Pengaktifan enzim pencernaan.5. Transpor molekul yang terhidrolisis ke

sumbu embrio.6. Peningkatan respirasi dan asimilasi.7. Inisiasi pembelahan dan pembesaran sel.8. Munculnya embrio.

(Franklin, 1991)Perkecambahan dibagi menjadi dua

macam berdasarkan letak kotiledonnya, yaitu:

a. Perkecambahan epigealPerkecambahan epigeal adalah

perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

tanah, kacang hijau, dan lamtoro (Pramono, 2009).

b. Perkecambahan hipogealPerkecambahan hipogeal adalah

perecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon tetap berada di bawah permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, plumula dan radikel masing-masing menembus kulit benih. Radikel menuju ke bawah dilinungi oleh koleoriza, dan plumula menuju ke atas dilindungi oleh koleoptil. Setelah kolepotil menembus permukaan tanah dari bawah mencapai udara, lalu membuka dan plumula terbebas dari lindungan koleoptil dan terus tumbuh dan berkembang, sedangkan koleotil sendiri berhenti tumbuh. Beberapa contoh benh dengan perkecambahan epigeal adalah padi, jagung, dan sorgum (Pramono, 2009).

Imbibisi air merupakan awal proses perkecambahan. Biji yang hidup dan mati, keduanya melakukan imbibisi air dan membengkak; banyaknya air imbibisi tergantung pada komposisi kimia biji. Protein, getah dan pectin lebih bersifat koloid dan hidrofilik dan lebih banyak mengalami imbibisi air daripada zat tepung. Kelemabapan tanah pada kapasitas lapang umumnya optimal bagi perkecambahan. Laju perkecambahan berlangsung lebih lambat pada kelemabapan tanah yang mendekati titk layu. Kandungan air yang kurang dari batas optimum biasanya menghasilkan imbibisi sebagian dan memperlambat atau menahan perkecambahan, tetapi biasanya tidak tanpa kehilangan viabilitas, yang besarnya tergantung pada spesies dan banyaknya daur basah dan kering Proses perkecambahan juga meliputi sejumlah proses katabolisme dan anabolisme yang dikendalikan enzim dan karenanya sangat responsive terhadap temperature. Temperatur cardinal (maksimum, optimum dan minimum) untuk perkecambahan pada kebanyakan biji tanaman budidaya pada dasarnya merupakan temperature cardinal untuk pertumbuhan vegetatif yang normal (Franklin, 1991)

Metodologi

Alat dan bahanPeralatan yang digunakan dalam

praktikum amensalisme adalah blender, gelas ukur, 40 botol aqua yang telah dipotong bagian atasnya, corong penyaring, kertas saring, pisau/gunting dan pipet.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji tanaman yang cepat berkecambah yaitu biji jagung (Zea mays) dang biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), dan daun tanaman yang menghasilkan alelokemis yaitu turi (Casia tora), aquades dan kapas.

Cara kerja

Praktikum dilakukan dengan cara menghancurkan dan menghaluskan daun Casia tora sebagai tanaman penghasil alelokemis, menggunakan blender dan dicampur aquades. Kemudian ekstrak dimasukkan dalam sentrifuse untuk memisahkannya dari endapan. Ekstrak dibuat dengan perbandingan aquades 1: 7, 1:14 dan 1: 21. Formulasi bahan yang diambil digunakan sebagai sumber alelopati. 50 gram bahan segar diblender dengan 350 ml air untuk konsentrasi 1:7, 30 g dengan 420 ml air untuk konsentrasi 1:14, 20 gram dengan 350 ml air untuk konsentrasi 1:21. Setelah ekstrak halus disaring menggunakan alat penyaring serta dibiarkan selama 24 jam.

Biji Phaseolus radiatus dan Zea mays ditanam dalam botol dengan media kapas yang dibasahi air, dimana yang masing-masing berjumlah 5 biji pada tiap botol dengan 5 kali perulangan dengan tiga konsentrasi ekstrak yang berbeda dan 1 kontrol (aquades). Teteskan diberikan sebanyak 2 ml ekstrak allelopati atau 4 tetes pada tiap bijinya. Penetesan tidak boleh tepat mengenai biji untuk menghindari terjadinya jamur pada biji. Pengamatan dan penetesan dilakukan setiap hari selama 13 hari pada pukul 16.00 WIB serta dilakukan

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

pengukuran terhadap tinggi tanaman serta dicatat kenampakan morfologinya. Kemudian digunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon pertumbuhan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Perkecambahan Kacang Hijau dan Jagung

1. Pengamatan Perkecambahan Jagung

Hari Tinggi Tinggi Tinggi TinggiJagung

1:7Jagung

1:14Jagung

1:21Jagung kontrol

1 0,08 0,108 0,096 0,082 0,68 0,452 0,7 0,383 1,096 1,512 1,26 0,844 1,872 1,904 2,296 1,4925 2,772 2,736 4,328 2,2646 1,92 3,144 5,088 2,9487 2,772 3,744 6,196 3,9888 3,252 4,248 7,008 4,5329 3,204 4,924 7,128 4,632

10 3,312 4,856 8,568 4,78811 3,388 5,172 9,104 4,95612 3,472 5,616 9,892 5,05213 3,696 5,588 10,396 5,988

Grafik Pengamatan Perkecambahan Jagung

1 3 5 7 9 11 130

5

10

15

20

25

30

Tinggi Ja-gung kon-trol

Tinggi Ja-gung 1:21

Tinggi Ja-gung 1:14

Tinggi Jagung 1:7

2. Pengamatan Perkecambahan Kacang Hijau

Hari Tinggi Tinggi Tinggi TinggiKacang

1:7Kacang

1:14Kacang

1:21Kacang Kontrol

1 0,554 0,765 0,612 0,0642 0,56 1,275 0,88 0,4283 1,064 1,95 1,18 0,4724 1,7 3,582 2,098 0,85 2,376 5,354 3,336 1,6286 4,26 6,977 4,5 1,4247 7,472 10,795 6,144 2,1168 9,672 13,172 6,586 2,5489 9,948 15,159 8,4 1,924

10 11,325 17,618 8,976 3,09211 13,06 18,504 9,492 3,25212 13,104 18,763 9,916 3,70813 13,232 18,563 9,928 3,612

Grafik Pengamatan Perkecambahan Kacang Hijau

1 3 5 7 9 11 1302468

101214161820

Tinggi Kacang 1:7Tinggi Kacang 1:14Tinggi Kacang 1:21Tinggi Ka-cang Kontrol

Analisa data dan Pembahasan

Praktikum amensalisme bertujuan untuk mengetahui pengaruh senyawa alelopati Casia tora terhadap perkecambahan biji kacang hijau dan jagung.

Langkah pertama yang dilakukan adalah merendam biji dengan air sebelum disemaikan untuk mempercepat proses perkecambahan. Perendaman akan membuat biji mengalami imbibisi yang dapat membantu proses perkecambahan. Setelah berkecambah, biji dipindahkan pada media baru berupa kapas yang dibasahi dengan air untuk menumbuhkan kecambah tersebut. Kapas digunakan karena media ini membuat pertumbuhan akar tanaman mudah diamati. Kelembaban media harus dijaga

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

agar selalu basah hal ini dilakukan untuk membuat biji dapat tumbuh dengan baik tetapi suasana yang terlalu basah dapat memunculkan jamur sehingga biji akan membusuk dan mati.

Ekstrak daun Casia tora ditimbang 100 gram dan ditambahkan aquades sebanyak 500 ml untuk dibuat larutan alelokemis. Setelah itu disentrifuge. Perlakuan ini bertujuan untuk memisahkan filtrat dengan endapan. Kemudian , filtrat diletakkan di dalam beker gelas Sementara itu , endapan hasil sentrifuge dibuang karena tidak digunakan. Ekstrak dibuat dengan konsentrasi 1:7, 1:14, dan 1:21. Pada konsentrasi 1:7, artinya jika 7 gram gram daun Casia Tora sama dengan 49ml aquadest dan kelipatannya. Untuk konsentrasi yang lain juga dilakukan cara seperti pada konsentrasi 1:7. Hasil pembuatan ekstrak alelopati dimasukkan pada wadah botol air mineral berukuran 600 ml. Botol berisi ekstrak alelopati disimpan di tempat yang sejuk dengan tutup yang sedikit dilubangi supaya bau yang dihasilakan oleh ekstrak alelopati segera menghilang.

Biji yang telah diletakkan pada wadah diberi perlakuan yang berbeda. Dimana jagung dan kacang hijau sebagai kontrol diberi aquadest tiap harinya. Sedangkan pada wadah lain yang berisi jagung dan kacang hijau diberi senyawa alelokemis. Perbedaan perlakuan ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan masing-masing tanaman dengan adanya senyawa alelokemis. Perlakuan ini dilakukan tiap hari selama 13 hari. Pada saat penetesan ekstrak tidak boleh mengenai biji, hal ini bertujuan agar biji tidak cepat busuk.

Amensalisme merupakan suatu hubungan negatif jika salah satu anggota terhambat, sedangkan yang lainnya tidak terpengaruh dengan kata lain, dimana dalam populasi dihalang-halangi, sedangkan yang lainnya tidak terpengaruh. Amensalisme juga merupakan tindakan suatu populasi yang mempengaruhi laju pertumbuhan atau kematian populasi lainnya. Jadi anggota-anggota satu populasi dapat memakan anggota-

anggota lainnya, bersaing pakan, mengeluarkan kotoran yang merugikan atau cara lain, mencampurtangani populasi lainnya (Odum, 1995).

Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971), alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.

Dalam Rohman (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati. Anonim a (Tanpa Tahun), menjelaskan lebih lanjut proses-proses tersebut melalui penjelasan berikut ini.

1. PenguapanSenyawa alelopati ada yang dilepaskan

melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

2. Eksudat akarBanyak terdapat senyawa kimia yang

dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.

3. PencucianSejumlah senyawa kimia dapat tercuci

dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.

4. Pembusukan organ tumbuhanSetelah tumbuhan atau bagian-bagian

organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.

Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah (Anonim a, Tanpa Tahun).

Rohman (2001) menyebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan pembelahan sel,pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Lebih lanjut, Anonim a (Tanpa Tahun) menjelaskan

tentang pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut.

1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.

2. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.

3. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.

4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.

5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.

6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.

7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.

Rice (1974) dalam Salempessy (1998) dalam Tetelay (2003) juga menjelaskan bahwa senyawa alelopat dapat menyebabkan gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Selain itu Patrick (1971) dalam Salampessy (1998) dalam Tetelay (2003) menyatakan bahwa hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistem perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman.

Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim a, Tanpa Tahun). Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan tumbuhan

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).

Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini. Senyawa alelokemis memberikan efek yang bersifat mencegah spesies akan bertunas dan tanaman yang baru tumbuh, mungkin dihubungkan ke kehadiran zat senyawa alelokemis pada Casia tora yang mengandung termasuk samak, lilin, flavonoide, fenol, terpeten, phenolic asam dan pada daunnya mengandung saponin, flavonoida dan polifenol. Selanjutnya, toxiciti boleh dalam kaitan dengan efek sinergistik daripada tunggal. Asam phenolic telah menunjukkan efek beracun pada proses bertunasnya suatu tanaman dan pertumbuhan tanaman (Odum,1995).

Alelokemis merupakan mekanisme keagresifan dari kompetisi, tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan yang lain yang berbeda di lingkungan tersebut (Odum, 1995).

Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap

penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Franklin, 1991).

Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida (Rice,1984; Einhellig, 1995).

Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik (Einhellig, 1995).

Dalam interaksi alelokemis, tumbuhan bersaing secara interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan yang lain yang berbeda di lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan tersebut antara lain adalah gangguan perkecambahan biji, kecambah menjadi abnormal, pertumbuhan memanjang akan terhambat, perubahan susunan sel sel akar dan lain sebagainya. (Molles, 1999).

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pecobaan ini adalah senyawa alelokemis yang terdapat pada ektrak daun Casia tora dapat

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

mempengaruhi perkecambahan tanaman lain, dari hasil penambahan ekstrak alelopati dari daun Casia tora selama 13 hari menunjukkan rata-rata tinggi tanaman yang lebih rendah dari pada perkecambahan pada biji kontrol, dan juga biji yang berkecambah pada perlakuan alelopati lebih sedikit persentasenya bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi ekstrak alelopati.

Daftar Pustaka

Anonim a. Tanpa Tahun. Alelopati.(Online) (http://io.ppijepang.org/download.php?file=files/inovasi diakses tanggal 18 April 2011).

Einhellig. 1995. Allelopathy Organism, Processes and Applications. American Chemical Society. Hal. 1 – 24 : Washington DC.

Franklin, Gardner. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. UI PRESS : Jakarta.

Molles, M.C., Jr. 1999. Ecology : Concept and Application. McGrawHill Company Inc: New York.

Odum, Eugene. P. 1995. Dasar-Dasar Ekologi. UGM PRESS: Yogyakarta.

Pramono, Eko. 2009. Perkecambahan Benih. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Lampung.

Rice. 1984. Allelopathy, Second Edition. Academic Press: Orlando FL.

Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Universitas Negeri Malang: Malang.

Tetelay, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia mangium wild terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) dan Jagung (Zea mays).(Online)(http://www.geocities.com

/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc.diakses pada tanggal 18 April 2011).

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM AMENSALISME

Lampiran