laporan praktikum acara erosi kta
TRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanah yang produktif dan tersedianya air yang cukup teratur adalah
sangat penting bagi kehidupan manusia beserta mahluk hidup lainnya, seperti
yang sudah diketahui bahwa bagian yang paling vital dari tanah yaitu tanah
lapisan permukaan (top soil) yang merupakan zona tersedianya sumber nutrisi
bagi berbagai macam jenis tanaman yang dibutuhkan manusia dan ternak.
Tanah merupakan basis fisik bagi bidang pertanian, akan tetapi sangat
disayangkan bahwa di bawah kondisi-kondisi tertentu tanah merupakan suatu
sumber alam yang paling tidak stabil. Kekuatan air hujan dan angin dalam
gerakannya di atas permukaan tanah, mengangkat dan memindahkan partikel-
partikel tanah dapat menimbulkan kerusakan, kerugian dan membahayakan
lingkungan (Kartasapoetra,1989)
Ketersediaan sumberdaya lahan yang bermanfaat bagi manusia dalam
upayanya mencapai pemenuhan kebutuhan hidup berada pada kondisi yang
tetap dan sangat terbatas. Keadaan dua hal yang saling bertentangan tersebut
akan meningkatkan tekanan penduduk atas sumber daya lahan, dalam
memanfaatkan tanah, hingga saat ini manusia hanya memperlakukan tanah
sebagai objek, artinya usaha yang dilakukan baru terbatas bagaimana
mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya, tanpa memperhatikan kerusakan
yang ditimbulkan oleh erosi (Blanco,2008).
Perhatian terhadap masalah erosi menjadi lebih besar terutama sejak
dibangunnya beberapa bendungan besar di beberapa sungai besar di pulau
jawa, antara lain Bendungan Jatiluhur di Citarum, Karangkates di Kali
Brantas, Gajah Mungkur di Bengawan solo dan masih banyak lagi. Karena
endapan berlebihan yang terjadi karena erosi, untuk mengetahui berapa
seriusnya masalah erosi dapat digunakan beberapa pendekatan. Pendekatan
yang umum digunakan adalah dengan mengukur luas lahan rusak, intensitas
erosi, indeks kekuatan hujan, maupun akibat yang ditimbulkan erosi (Suripin.
2001).
2. Tujuan
Tujuan praktikum acara keempat ini adalah
1. Menghitung indeks erosivitas hujan (R) menurut metode Wischmier dan
Smith atau EI30.
2. Mmenghitung indeks erosivitas hujan menurut R. LAL atau Aimp.
3. Menghitung KE > 1 (Ke.25).
4. Menduga EI30 menurut rumus Bals.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian
tanah dari suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, baik disebabkan oleh
pergerakan air ataupun angin (Arsyad, 1989). Di daerah tropis basah, seperti
Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air. Erosi air timbul apabila terdapat
aksi dispersi dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir di permukaan
tanah. Selama terjadi hujan, limpasan permukaan berubah terus dengan cepat,
tetapi pada waktu mendekati akhir hujan, limpasan permukaan berkurang dengan
laju yang sangat rendah dan pada saat ini umumnya tidak terjadi erosi.
Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat
tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar dari
daya tahan tanah. Hancuran dari tanah ini akan menurun dan mengakibatkan air
mengalir di permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan permukaan. Limpasan
permukaan mempunyai energi yang tinggi untuk mengikis dan mengangkut
partikel-partikel tanah yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga limpasan
permukaan sudah tidak mampu lagi mengangkut bahan-bahan hancuran tersebut,
maka bahan-bahan ini akan diendapkan. Dengan demikian ada tiga proses yang
bekerja secara berurutan dalam proses erosi, yaitu diawali dengan penghancuran
agregat-agregat, pengangkutan dan diakhiri dengan pengendapan.
Erosi pada dasarnya dipengaruhi oleh iklim, sifat tanah, sudut dan panjang
lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan pemakaian tanah yang dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
E = f [( i. t. r. v. m )]
Dimana :
i = Iklim
t = Tanah
r = Topografi
v = Vegetasi
m = Manusia
C. HASIL PENGAMATAN
1. Metode Wishmier dan Smith
EI30 = ∑ EI30 . 10-2 ton/ha/ tahun
EI30 = 210,3 + 89 Log I
EI30 = 210,3 + 89 log 13 = 309,44
Dimana ,
I = 6,5 cm / 30 menit
= 6,5 cm /
= 13 cm / jam
E1 = 299,30
E2 = 299,30
E3 = 309,44
E4 = 306,35
E5 = 306,35
E6 = 310,03
Jadi EI30 = ∑ EI30 . 10-2
= 1818,7 . 10-2
= 18,18 ton/ha/tahun
2. AIM = .
E1 = 210,3 + 89 Log ( 6 x ) = 279,55
E2 = 210,3 + 89 Log ( 6 x ) = 279,55
E3 = 210,3 + 89 Log ( 16 x ) = 290,67
Total Ei = 279,55 + 279,55 + 290,67 = 849,71
AIM = . = 0,014 x 0,035
= 0,00049 = 4,99 x 10-5 ton/ha/tahun
3. Metode
R = Curah Hujan
D = Hari Hujan
M = Hujan Maksimal
Januari EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (120)1,21 x 15-0,47 x 100,53
= 2006,73 x 0,28 x 3,38
= 1899,16
Februari EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (165)1,21 x 20-0,47 x 90,53
= 2950,09 x 0,24 x 3,20
= 2265,6
Maret EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (132)1,21 x 11-0,47 x 130,53
= 2252,03 x 0,32 x 3,89
= 2803,32
April EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (60)1,21 x 7-0,47 x 90,53
= 867,44 x 0,40 x 3,20
= 1110,32
Mei EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (20)1,21 x 4-0,47 x 60,53
= 229,57 x 0,52 x 2,58
= 307,99
Juni EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (13)1,21 x 2-0,47 x 70,53
= 136,31 x 0,72 x 2,34
= 274,80
Juli EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (10)1,21 x 2-0,47 x 50,53
= 99,23 x 0,72 x 2,34
= 167,18
Agustus EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (8)1,21 x 2-0,47 x 50,53
= 75,75 x 0,72 x 2,34
= 127,62
September EI30= 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (45)1,21 x 8-0,47 x 60,53
= 612,44 x 0,37 x 2,58
= 584,63
Oktober EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (70)1,21 x 12-0,47 x 60,53
= 1045,31 x 0,31 x 2,58
= 836,03
November EI30= 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (55)1,21 x 15-0,47 x 40,53
= 780,76 x 0,28 x 2,08
= 454,71
Desember EI30= 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
= 6,119 (102)1,21 x 20-0,47 x 80,53
= 1648,49 x 0,24 x 3,01
= 1190,86
Rata-rata bulanan EI30
1899,16 + 2265,6 + 2803,32 + 1110,32 + 307,99 + 274,80 + 167,18 + 127,62 + 584,63 + 836,03 + 454,71 + 1190,86
12= 12022,22 12
= 1001,8517
D. PEMBAHASAN
Faktor ilkim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain hujan,
temperatur, angin, kelembapan dan radiasi matahari. Dari kelima faktor iklim
tersebut hujan merupakan faktor yang terpenting. Hasil penelitian (lihat Utomo,
1988) menunjukkan bahwa sifat hujan yang terpenting adalah curah hujan,
intensitas hujan dan distribusi hujan. Ketiga sifat hujan ini secara bersama-sama
akan menentukan kemampuan hujan untuk menghancurkan butir-butir tanah serta
jumlah dan kecepatan limpasan pernukaan.
Curah hujan tinggi dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi
jika intensitasnya rendah. Demikian pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi
terjadi dalam waktu singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya
cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga
sangat berperan dalam menentukan erosi, energi kinetik merupakan penyebab
utama dalam menghancurkan agregat-agregat tanah.
Besarnya curah hujan, internsitas, dan distribusi hujan menentukan
kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah, dan kecepatan aliran permukaan
serta kerusakan erosi. Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada
suatu areal tertentu. oleh karena itu besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam
meter kubik per satuan luas atau secara lebih umum dinyatakan dalam tinggi air
yaitu milimeter (mm). besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali
hujan atau untuk masa tertentu seperti per hari, per bulan, per musim, atau per
tahun.
Intensitas hujan menyatakan besarnya curah hujan yang jatuh dalam suatu
waktu yang singkat yaitu 5, 10, 15, atau 30 menit, yang dinyatakan dalam
milimeter per jam atau sentimeter per jam. Intensitas hujan dapat diklasifikasikan
sebagai tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi intensitas hujan (dalam Kohnke dan Bertrand, 1959)
Intensitas hujan (mm/jam) Klasifikasi
Kurang dari 6,25
6,25 – 12,50
12,50 – 50,00
Lebih dari 50,00
Rendah (gerimis)
sedang
lebat
sangat lebat
Klasifikasi intensitas hujan dapat juga dinyatakansebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi intensitas hujan (Arsyad, 1989)
Intensitas hujan (mm/jam) Klasifikasi
0 – 5
5 – 10
11 – 35
26 – 50
51 – 75
Lebih dari 75
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Keadaan ini tidak memberikan gambaran kekuatan perusak hujan
sebenarnya, mengingat selama terjadinya hujan terdapat periode dimana
intensitasnya mungkin sangat besar. Perlu diingat bahwa, sementara intensitas
hujan dinyatakan dalam milimeter per jam, terjadinya hujan tersebut mungkin
dalam waktu yang singkat. Misalnya, sewaktu terjadinya hujan sangat lebat
sebesar 75 milimeter per jam selama 2 menit, sebenarnya jumlah hujan yang jatuh
adalah 2,5 milimeter. Inilah sebabnya mengapa intensitas saja tidak memberikan
petunjuk tentang jumlah aliran permukaan atau erosi yang disebabkan oleh hujan.
Definisi suatu hujan tidak mungkin dapat memisahkan hujan yang
menyebabkan aliran permukaan yang besar dari hujan yang tidak mengakibatkan
aliran permukaan atau sedikit sama sekali. Faktor-faktor lain seperti jumlah hujan
sebelumnya, permeabilitas tanah, tumbuhan penutup tanah dan sebagainya, juga
mempunyai pengaruh besar. Akan tetapi bagaimanapun juga, penggunaan suatu
tongkat pengukur yang akan sangat berguna dalam membandingkan pengaruh
hujan (Nasiah, 2000).
Butir-butir hujan bermacam-macam ukurannya mulai dari butir-butir
sedikit lebih besar dari butir kabut sampai diameter maksimum sedikit lebih besar
dari 7 milimeter. Mayoritas air hujan berupa butir-butir berdiameter 1 sampai 4
mm. Kowal dan Kassam (1976) mendapatkan rata-rata diameter hujan di daerah
tropika adalah sekitar 3 mm dan diameter 4,4 mm banyak ditemukan. Diameter
hujan di daerah tropika umumnya lebih besar dari daerah beriklim sedang.
Pada setiap kejadian hujan berbagai ukuran butir terdapat. Namun,
demikian terdapat korelasi yang nyata antara intensitas hujan dengan ukuran
median butir-butir hujan. Ukuran median butir hujan yang membagi bervariasi
mulai dari sedikit di atas satu milimeter untuk hujan berintensitas 1,25 mm/jam-3
mm/jam untuk hujan berintensitas 100mm/jam (Laws and Parson,1944). Ini
menunjukkan suatu peningkatan butir sebesar tiga kali menyebabkan peningkatan
intensitas sebesar 80 kali.
Tabel 3. Hubungan antara intensitas hujan dengan diameter median butir-butir
hujan,
Intensitas hujan (mm/jam) Diameter median butir-butir (mm)
0,251,252,5012,5025,0050,00100,00150,00
0,75-1,001,00-1,251,25-1,501,75-2,002,00-2,252,25-2,502,75-3,003,0-3,25
Kecepatan jatuh butir-butir hujan ditentukan oleh gravitasi, tahanan udara,
dan angin. Gravitasi bekerja secara seragam terhadap semua butir dari berbagai
ukuran tetapi tahanan udara per satuan massa air adalah semakin besar dengan
semakin kecilnya butir-butir, oleh karena makin kecil butir-butir makin besar
permukaan jenisnya (permukaan jenis = luas permukaan massa).
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara diameter butir dengan kecepatan
jatuh (Laws,1941), terlihat bahwa laju peningkatan kecepatan jatuh berkurang
dengan bertambah besarnya ukuran butir. Sebagai sebab hal ini adalah ukuran
butir-butir tersebut. Butir-butir hujan yang kecil hampir berbentuk bola.
Lengkungan permukaan yang besar memungkinkan tegangan permukaan
memelihara bentuk bulat tersebut. Butir-butir besar berbentuk agak gepeng
dengan permukaan bawah yang datar. Bentuk demikian ini menyebabkan tahanan
udara yang lebih besar. Lengkungan permukaan butir-butir besar yang lebih kecil
menyebabkan makin lemahnya tegangan permukaan, sehingga butir-butir mudah
pecah oleh tekanan udara. Inilah sebabnya mengapa butir-butir hujan umumnya
diameternya tidak lebih dari 7mm.
Angin adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan,
sementara kecepatan jatuh maksimum butir-butir hujan berkisar sekitar 33
km/jam, anin yang berkecapatan lebih besar sering terjadi. Angin kencang dapat
memperbesar kecepatan jatuh butir hujan.
Tabel 4. Kecepatan jatuh berbagai ukuran butir hujan setelah jatuh 20 meter.
Ukuran butir (mm) Kecepatan jatuh (mm/detik)1,251,502,003,004,005,006,00
4,855,516,588,068,869,259,3
Distribusi hujan menentukan sampai batas tertentu apakah suatu jenis
hujan tahunan akan menyebabkan ancaman erosi yang hebat atau tidak. Korelasi
antara distribusi musiman dan kekuatan perusak hujan tergantung dari kondisi
klimatologi daerah bersangkutan. Barnett dan Hendrickson (1960) di negara
bagian Georgia (Amerika Serikat) mendapatkan hubungan yang erat sekali antara
musim hujan lebih dengan jumlah tanah tererosi. Dalam hal ini hujan dianggap
hujan lebih jika lebih dari 12,5 mm air jatuh dalam waktu setengah jam.
Penelitian-penlitian lain (Borst, Mc Call and Bell, 1945), Smith, Whitt, Zingg, Mc
Call aand Bell, 1945, Hays, McCall and Bell, 1949, mendapatkan hubungan
tersebut dengan musim jatuhnya hujan yang mempunyai intensitas yang besar,
yaitu pada musim panas. Besarnya erosi pada waktu ini juga disebabkan
bersamaan dengan waktu pengolahan tanah dan mulai tumbuhnya tanaman
semusim.
Suatu sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah
energi kinetik hujan tersebut, oleh karena merupakan penyebab pokok dalam
penghancuran agregat-agregat tanah. Dapat dianggap bahwa energi kinetik hujan
dapat dengan mudah dihitung dari rumus dasar:
EK = mv2
dimana EK adalah energi kinetik, m adalah massa butir dan v adalah kecepatan
jatuhnya. Oleh karena terdapat berbagai ukuran butir pada suatu hujan, maka
terdapat banyak kecepatan jatuh kedalam energi penghancur agregat tanah, ukuran
dan bentuk butir harus dipertimbangkan.
Usaha yang paling berhasil dalam mengkorelasikan sifat-sifat hujan
dengan sifat merusaknya dilakukan oleh Wischmier dan Smith (1958). Mereka
telah menghitung energi kinetik hujan dengan meninjau distribusi ukuran butir
dan kecepatan jatuhnya butir untuk setiap intensitas hujan.
Wischmier dan Smith (1958) mendapatkan suatu korelasi antara sifat-sifat
hujan dan erosi yang terjadi dari tanah yang diberakan (tanpa tanaman), jika
empat peubah berikut ini dimasukkan dalam persamaan regresi
1. energi curah hujan
2. pengaruh suatu term yang mengukur pengaruh interaksi energi hujan dan
intensitas maksimum yang terjadi lama
3. suatu term hujan sebelumnya dan
4. energi kumulatif sejak pengolahan tanah terakhir
dengan rumus ini jumlah erosi dari suatu tanah pertanian yang diberakan dapat
diduga dengan tingkat kebenaran yang tinggi jika data dari pencatat hujan tersedia
dan kepekaan erosi tanah tersebut diketahui.
Energi kinetik curah hujan itu sendiri mempengaruhi erosi, walaupun
demikian, korelasi yang lebih erat dengan erosi didapat dengan menggunakan
terms interksi energi intensitas hujan (Wischmier dan Smith 1958). Term ini
adalah hasil kali total energi hujan dengan intensitas maksimum 30 menit. Term
interaksi nampaknya merupakan suatu pengukur yang baik bagi pengaruh bersama
antara :
1. laju infiltrasi yang berkurang selama hujan
2. pengaruh aliran air permukaan yang berbentuk geometri terhadap erosi
dan
3. perlindungan lapisan air atas pengaruh percikan butir-butir hujan
terhadap tanah.
Energi kinetik hujan didapatkan dari persamaan Wischmier dan Smith
(1958, 1978) :
E = 210 + log i
yang bermakna E adalah energi kinetik dalam metrik ton meter per hektar per
sentimeter hujan dan i adalah intensitas hujan dalam sentimeter per jam. Term
interaksi energi dengan intensitas maksimum 30 menit didapat dari hubungan:
EI30 = E (I30 .10-2)
artinya EI30 adalah interaksi energi dengan intensitas maksimum 30 menit, E
adalah energi kinetik selama periode hujan dalam ton meter/ha, I30 adalah
intensitas maksimum 30 menit dalam cm/jam. Oleh karena EI30 berkorelasi sangat
erat dengan besarnya erosi yang terjadi, maka EI30 dinyatakan sebagai indeks
potensial erosi hujan atau indeks erosi hujan.
Indeks erosi hujan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah 18,18
ton/ha/tahun sehingga dari teori yang telah dipaparkan diatas, hasil perhitungan
menunjukkan karakter intensitas hujan yang sangat tinggi, hal ini dikarenakan
pengamatan intensitas hujan (I) selalu berada pada kisaran angka lebih dari 75
mm/jam dengan diameter hujan berkisar antara 2,25-3,25 mm, dengan karakter
seperti itu hujan yang turun diperkirakan mempunyai kecepatan jatuh 6,58-8,06
mm/detik (lihat tabel 2,3 dan 4), karakter intensitas hujan yang tinggi, kecepatan
turunnya hujan yang cepat dan diameter hujan yang besar adalah faktor yang
mendukung terjadinya erosi.
Sedangkan Bols 1978 mengembangkan persamaan penduga EI30 sebagai
berikut:
EI30 = 6,119 (Rain)1,21(Days)-0,47(MaxP)0,53
EI30 adalah indeks erosi hujan bulanan, Rain adalah curah hujan rata-rata
bulanan dalam cm, Days adalah jumlah hari hujan rata-rata per bulan dan MAXP
adalah curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan. EI30
tahunan adalah jumlah EI30 bulanan. Hasil perhitungan parameter EI30 tahunan
yang didapat dari rerata EI30 bulanan (januari-desember) adalah 1001,8517.
EI30 telah dipakai secara luas di berbagai negara, tapi para ahli masih
mencari parameter hujan yang lain untuk indeks erosi. Karena EI30 tidak
selamanya menjadi indeks terbaik bagi daerah tropika seperti negara kita. Menurut
Hudson, besar tenaga kinetik untuk curah hujan yang mempunyai intensitas lebih
besar dari 25 milimeter per jam (KE > 25), mempunyai korelasi dengan erosi
lebih baik dari indeks erosi EI30.
Menurut metode R.LAL menunjukkan bahwa perkalian antara jumlah
hujan (bagian hujan) dengan intensitas maksimum hujan yang dinyatakan dalam
AIm, merupakan suatu parameter yang baik untuk menduga besarnya erosi atau
aliran permukaan pada daerah tropika basah. A adalah total curah hujan (cm) dan
Im adalah intensitas curah hujan maksimum (cm/jam). Percobaan yang telah
dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa EI30 dan KE > 25 merupakan indeks
erosi hujan yang mempunyai koefisien korelasi dengan erosi yang paling besar.
Hasil perhitungan yang dilakukan menurut metode ini adalah 0,00049 = 4,99x10 - 5
ton/ha/tahun.
Indeks erosi hujan adalah pengukur kemampuan suatu hujan untuk
menimbulkan erosi. Kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi disebut
erosivitas hujan, sehingga dapat disimpilkan bahwa daya erosi hujan ditentukan
oleh intensitas hujan, diameter butir-butir hujan, kecepatan jatuh butir-butir hujan,
dan kecepatan angin. Di daerah tropika memiliki kemampuan erosi lebih besar
saat hujan dibanding dengan daerah subtropika (Burigh, 1983).
Nilai EI30 merupakan pengukur daya erosi hujan untuk masa atau musim
yang bersangkutan dari setiap kejadian hujan. Indeks erosi hujan untuk suatu
tempat adalah indeks erosi rata-rata hujan tahunan selama beberapa tahun. Indeks
erosi beberapa tempat yang sama besar nilainya dapat dihubungkan oleh garis iso-
iroden. Setelah peta iso-iroden terbentuk kemudian bagi suatu wilayah atau pulau,
maka tindakan-tindakan pencegahan erosi dan pemulihan tanah kritis akan lebih
mudah ditentukan (Foth, 1988).
E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum acara menganalisis sifat-sifat hujan ini adalah :
1. Hasil perhitungan indeks erosivitas hujan (R) menurut metode Wischmier
dan Smith pada praktikum ini adalah 18,1878 ton/ha/tahun.
2. Hasil perhitungan indeks erosivitas hujan menurut R.LAL pada praktikum
ini adalah 4,99×10-5 ton/ha/tahun.
3. Nilai rerata bulanan (Januari-Desember) EI30 menurut rumus Bals adalah -
1001,8517.
4. Faktor ilkim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain hujan,
temperatur, angin, kelembapan dan radiasi matahari.
5. Besarnya curah hujan, internsitas, dan distribusi hujan menentukan
kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah, dan kecepatan aliran
permukaan serta kerusakan erosi.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Blanco, H & R. Lal. 2008. Principles of Soil Conservation and Management. Springer Science+Business Media B.V.
Burigh, P 1983. Pengantar Pengkajian Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Foth, H, D, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kartasapoetra, A. G dkk. 1989. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta, Jakarta.
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi. UGM Press. Yogyakarta.
Suripin. 2001. Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. UGM Press. Yogyakarta.