laporan praktikum acara erosi kta

22
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanah yang produktif dan tersedianya air yang cukup teratur adalah sangat penting bagi kehidupan manusia beserta mahluk hidup lainnya, seperti yang sudah diketahui bahwa bagian yang paling vital dari tanah yaitu tanah lapisan permukaan (top soil) yang merupakan zona tersedianya sumber nutrisi bagi berbagai macam jenis tanaman yang dibutuhkan manusia dan ternak. Tanah merupakan basis fisik bagi bidang pertanian, akan tetapi sangat disayangkan bahwa di bawah kondisi-kondisi tertentu tanah merupakan suatu sumber alam yang paling tidak stabil. Kekuatan air hujan dan angin dalam gerakannya di atas permukaan tanah, mengangkat dan memindahkan partikel-partikel tanah dapat menimbulkan kerusakan, kerugian dan membahayakan lingkungan (Kartasapoetra,1989) Ketersediaan sumberdaya lahan yang bermanfaat bagi manusia dalam upayanya mencapai pemenuhan kebutuhan hidup berada pada kondisi yang tetap dan sangat terbatas. Keadaan dua hal yang saling bertentangan tersebut akan meningkatkan tekanan penduduk atas sumber daya lahan, dalam memanfaatkan tanah, hingga saat ini manusia hanya memperlakukan tanah sebagai objek, artinya usaha yang dilakukan baru terbatas bagaimana mendapatkan hasil yang

Upload: dianputra123

Post on 24-Oct-2015

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tanah yang produktif dan tersedianya air yang cukup teratur adalah

sangat penting bagi kehidupan manusia beserta mahluk hidup lainnya, seperti

yang sudah diketahui bahwa bagian yang paling vital dari tanah yaitu tanah

lapisan permukaan (top soil) yang merupakan zona tersedianya sumber nutrisi

bagi berbagai macam jenis tanaman yang dibutuhkan manusia dan ternak.

Tanah merupakan basis fisik bagi bidang pertanian, akan tetapi sangat

disayangkan bahwa di bawah kondisi-kondisi tertentu tanah merupakan suatu

sumber alam yang paling tidak stabil. Kekuatan air hujan dan angin dalam

gerakannya di atas permukaan tanah, mengangkat dan memindahkan partikel-

partikel tanah dapat menimbulkan kerusakan, kerugian dan membahayakan

lingkungan (Kartasapoetra,1989)

Ketersediaan sumberdaya lahan yang bermanfaat bagi manusia dalam

upayanya mencapai pemenuhan kebutuhan hidup berada pada kondisi yang

tetap dan sangat terbatas. Keadaan dua hal yang saling bertentangan tersebut

akan meningkatkan tekanan penduduk atas sumber daya lahan, dalam

memanfaatkan tanah, hingga saat ini manusia hanya memperlakukan tanah

sebagai objek, artinya usaha yang dilakukan baru terbatas bagaimana

mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya, tanpa memperhatikan kerusakan

yang ditimbulkan oleh erosi (Blanco,2008).

Perhatian terhadap masalah erosi menjadi lebih besar terutama sejak

dibangunnya beberapa bendungan besar di beberapa sungai besar di pulau

jawa, antara lain Bendungan Jatiluhur di Citarum, Karangkates di Kali

Brantas, Gajah Mungkur di Bengawan solo dan masih banyak lagi. Karena

endapan berlebihan yang terjadi karena erosi, untuk mengetahui berapa

seriusnya masalah erosi dapat digunakan beberapa pendekatan. Pendekatan

yang umum digunakan adalah dengan mengukur luas lahan rusak, intensitas

erosi, indeks kekuatan hujan, maupun akibat yang ditimbulkan erosi (Suripin.

2001).

Page 2: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

2. Tujuan

Tujuan praktikum acara keempat ini adalah

1. Menghitung indeks erosivitas hujan (R) menurut metode Wischmier dan

Smith atau EI30.

2. Mmenghitung indeks erosivitas hujan menurut R. LAL atau Aimp.

3. Menghitung KE > 1 (Ke.25).

4. Menduga EI30 menurut rumus Bals.

Page 3: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

B. TINJAUAN PUSTAKA

Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian

tanah dari suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, baik disebabkan oleh

pergerakan air ataupun angin (Arsyad, 1989). Di daerah tropis basah, seperti

Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air. Erosi air timbul apabila terdapat

aksi dispersi dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir di permukaan

tanah. Selama terjadi hujan, limpasan permukaan berubah terus dengan cepat,

tetapi pada waktu mendekati akhir hujan, limpasan permukaan berkurang dengan

laju yang sangat rendah dan pada saat ini umumnya tidak terjadi erosi.

Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat

tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar dari

daya tahan tanah. Hancuran dari tanah ini akan menurun dan mengakibatkan air

mengalir di permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan permukaan. Limpasan

permukaan mempunyai energi yang tinggi untuk mengikis dan mengangkut

partikel-partikel tanah yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga limpasan

permukaan sudah tidak mampu lagi mengangkut bahan-bahan hancuran tersebut,

maka bahan-bahan ini akan diendapkan. Dengan demikian ada tiga proses yang

bekerja secara berurutan dalam proses erosi, yaitu diawali dengan penghancuran

agregat-agregat, pengangkutan dan diakhiri dengan pengendapan.

Erosi pada dasarnya dipengaruhi oleh iklim, sifat tanah, sudut dan panjang

lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas manusia dalam

hubungannya dengan pemakaian tanah yang dapat dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut:

E = f [( i. t. r. v. m )]

Dimana :

i = Iklim

t = Tanah

r = Topografi

v = Vegetasi

m = Manusia

Page 4: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

C. HASIL PENGAMATAN

1. Metode Wishmier dan Smith

EI30 = ∑ EI30 . 10-2 ton/ha/ tahun

EI30 = 210,3 + 89 Log I

EI30 = 210,3 + 89 log 13 = 309,44

Dimana ,

I = 6,5 cm / 30 menit

= 6,5 cm /

= 13 cm / jam

E1 = 299,30

E2 = 299,30

E3 = 309,44

E4 = 306,35

E5 = 306,35

E6 = 310,03

Jadi EI30 = ∑ EI30 . 10-2

= 1818,7 . 10-2

= 18,18 ton/ha/tahun

2. AIM = .

E1 = 210,3 + 89 Log ( 6 x ) = 279,55

E2 = 210,3 + 89 Log ( 6 x ) = 279,55

E3 = 210,3 + 89 Log ( 16 x ) = 290,67

Total Ei = 279,55 + 279,55 + 290,67 = 849,71

AIM = . = 0,014 x 0,035

= 0,00049 = 4,99 x 10-5 ton/ha/tahun

3. Metode

Page 5: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

R = Curah Hujan

D = Hari Hujan

M = Hujan Maksimal

Januari EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (120)1,21 x 15-0,47 x 100,53

= 2006,73 x 0,28 x 3,38

= 1899,16

Februari EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (165)1,21 x 20-0,47 x 90,53

= 2950,09 x 0,24 x 3,20

= 2265,6

Maret EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (132)1,21 x 11-0,47 x 130,53

= 2252,03 x 0,32 x 3,89

= 2803,32

April EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (60)1,21 x 7-0,47 x 90,53

= 867,44 x 0,40 x 3,20

= 1110,32

Mei EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (20)1,21 x 4-0,47 x 60,53

= 229,57 x 0,52 x 2,58

= 307,99

Juni EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (13)1,21 x 2-0,47 x 70,53

= 136,31 x 0,72 x 2,34

= 274,80

Juli EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (10)1,21 x 2-0,47 x 50,53

= 99,23 x 0,72 x 2,34

= 167,18

Page 6: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

Agustus EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (8)1,21 x 2-0,47 x 50,53

= 75,75 x 0,72 x 2,34

= 127,62

September EI30= 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (45)1,21 x 8-0,47 x 60,53

= 612,44 x 0,37 x 2,58

= 584,63

Oktober EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (70)1,21 x 12-0,47 x 60,53

= 1045,31 x 0,31 x 2,58

= 836,03

November EI30= 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (55)1,21 x 15-0,47 x 40,53

= 780,76 x 0,28 x 2,08

= 454,71

Desember EI30= 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

= 6,119 (102)1,21 x 20-0,47 x 80,53

= 1648,49 x 0,24 x 3,01

= 1190,86

Rata-rata bulanan EI30

1899,16 + 2265,6 + 2803,32 + 1110,32 + 307,99 + 274,80 + 167,18 + 127,62 + 584,63 + 836,03 + 454,71 + 1190,86

12= 12022,22 12

= 1001,8517

Page 7: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

D. PEMBAHASAN

Faktor ilkim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain hujan,

temperatur, angin, kelembapan dan radiasi matahari. Dari kelima faktor iklim

tersebut hujan merupakan faktor yang terpenting. Hasil penelitian (lihat Utomo,

1988) menunjukkan bahwa sifat hujan yang terpenting adalah curah hujan,

intensitas hujan dan distribusi hujan. Ketiga sifat hujan ini secara bersama-sama

akan menentukan kemampuan hujan untuk menghancurkan butir-butir tanah serta

jumlah dan kecepatan limpasan pernukaan.

Curah hujan tinggi dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi

jika intensitasnya rendah. Demikian pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi

terjadi dalam waktu singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya

cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga

sangat berperan dalam menentukan erosi, energi kinetik merupakan penyebab

utama dalam menghancurkan agregat-agregat tanah.

Besarnya curah hujan, internsitas, dan distribusi hujan menentukan

kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah, dan kecepatan aliran permukaan

serta kerusakan erosi. Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada

suatu areal tertentu. oleh karena itu besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam

meter kubik per satuan luas atau secara lebih umum dinyatakan dalam tinggi air

yaitu milimeter (mm). besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali

hujan atau untuk masa tertentu seperti per hari, per bulan, per musim, atau per

tahun.

Intensitas hujan menyatakan besarnya curah hujan yang jatuh dalam suatu

waktu yang singkat yaitu 5, 10, 15, atau 30 menit, yang dinyatakan dalam

milimeter per jam atau sentimeter per jam. Intensitas hujan dapat diklasifikasikan

sebagai tabel berikut:

Page 8: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

Tabel 1. Klasifikasi intensitas hujan (dalam Kohnke dan Bertrand, 1959)

Intensitas hujan (mm/jam) Klasifikasi

Kurang dari 6,25

6,25 – 12,50

12,50 – 50,00

Lebih dari 50,00

Rendah (gerimis)

sedang

lebat

sangat lebat

Klasifikasi intensitas hujan dapat juga dinyatakansebagai berikut:

Tabel 2. Klasifikasi intensitas hujan (Arsyad, 1989)

Intensitas hujan (mm/jam) Klasifikasi

0 – 5

5 – 10

11 – 35

26 – 50

51 – 75

Lebih dari 75

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Agak tinggi

Tinggi

Sangat tinggi

Keadaan ini tidak memberikan gambaran kekuatan perusak hujan

sebenarnya, mengingat selama terjadinya hujan terdapat periode dimana

intensitasnya mungkin sangat besar. Perlu diingat bahwa, sementara intensitas

hujan dinyatakan dalam milimeter per jam, terjadinya hujan tersebut mungkin

dalam waktu yang singkat. Misalnya, sewaktu terjadinya hujan sangat lebat

sebesar 75 milimeter per jam selama 2 menit, sebenarnya jumlah hujan yang jatuh

adalah 2,5 milimeter. Inilah sebabnya mengapa intensitas saja tidak memberikan

petunjuk tentang jumlah aliran permukaan atau erosi yang disebabkan oleh hujan.

Definisi suatu hujan tidak mungkin dapat memisahkan hujan yang

menyebabkan aliran permukaan yang besar dari hujan yang tidak mengakibatkan

aliran permukaan atau sedikit sama sekali. Faktor-faktor lain seperti jumlah hujan

sebelumnya, permeabilitas tanah, tumbuhan penutup tanah dan sebagainya, juga

mempunyai pengaruh besar. Akan tetapi bagaimanapun juga, penggunaan suatu

tongkat pengukur yang akan sangat berguna dalam membandingkan pengaruh

hujan (Nasiah, 2000).

Page 9: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

Butir-butir hujan bermacam-macam ukurannya mulai dari butir-butir

sedikit lebih besar dari butir kabut sampai diameter maksimum sedikit lebih besar

dari 7 milimeter. Mayoritas air hujan berupa butir-butir berdiameter 1 sampai 4

mm. Kowal dan Kassam (1976) mendapatkan rata-rata diameter hujan di daerah

tropika adalah sekitar 3 mm dan diameter 4,4 mm banyak ditemukan. Diameter

hujan di daerah tropika umumnya lebih besar dari daerah beriklim sedang.

Pada setiap kejadian hujan berbagai ukuran butir terdapat. Namun,

demikian terdapat korelasi yang nyata antara intensitas hujan dengan ukuran

median butir-butir hujan. Ukuran median butir hujan yang membagi bervariasi

mulai dari sedikit di atas satu milimeter untuk hujan berintensitas 1,25 mm/jam-3

mm/jam untuk hujan berintensitas 100mm/jam (Laws and Parson,1944). Ini

menunjukkan suatu peningkatan butir sebesar tiga kali menyebabkan peningkatan

intensitas sebesar 80 kali.

Tabel 3. Hubungan antara intensitas hujan dengan diameter median butir-butir

hujan,

Intensitas hujan (mm/jam) Diameter median butir-butir (mm)

0,251,252,5012,5025,0050,00100,00150,00

0,75-1,001,00-1,251,25-1,501,75-2,002,00-2,252,25-2,502,75-3,003,0-3,25

Page 10: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

Kecepatan jatuh butir-butir hujan ditentukan oleh gravitasi, tahanan udara,

dan angin. Gravitasi bekerja secara seragam terhadap semua butir dari berbagai

ukuran tetapi tahanan udara per satuan massa air adalah semakin besar dengan

semakin kecilnya butir-butir, oleh karena makin kecil butir-butir makin besar

permukaan jenisnya (permukaan jenis = luas permukaan massa).

Tabel 3 menunjukkan hubungan antara diameter butir dengan kecepatan

jatuh (Laws,1941), terlihat bahwa laju peningkatan kecepatan jatuh berkurang

dengan bertambah besarnya ukuran butir. Sebagai sebab hal ini adalah ukuran

butir-butir tersebut. Butir-butir hujan yang kecil hampir berbentuk bola.

Lengkungan permukaan yang besar memungkinkan tegangan permukaan

memelihara bentuk bulat tersebut. Butir-butir besar berbentuk agak gepeng

dengan permukaan bawah yang datar. Bentuk demikian ini menyebabkan tahanan

udara yang lebih besar. Lengkungan permukaan butir-butir besar yang lebih kecil

menyebabkan makin lemahnya tegangan permukaan, sehingga butir-butir mudah

pecah oleh tekanan udara. Inilah sebabnya mengapa butir-butir hujan umumnya

diameternya tidak lebih dari 7mm.

Angin adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan,

sementara kecepatan jatuh maksimum butir-butir hujan berkisar sekitar 33

km/jam, anin yang berkecapatan lebih besar sering terjadi. Angin kencang dapat

memperbesar kecepatan jatuh butir hujan.

Tabel 4. Kecepatan jatuh berbagai ukuran butir hujan setelah jatuh 20 meter.

Ukuran butir (mm) Kecepatan jatuh (mm/detik)1,251,502,003,004,005,006,00

4,855,516,588,068,869,259,3

Distribusi hujan menentukan sampai batas tertentu apakah suatu jenis

hujan tahunan akan menyebabkan ancaman erosi yang hebat atau tidak. Korelasi

antara distribusi musiman dan kekuatan perusak hujan tergantung dari kondisi

klimatologi daerah bersangkutan. Barnett dan Hendrickson (1960) di negara

bagian Georgia (Amerika Serikat) mendapatkan hubungan yang erat sekali antara

musim hujan lebih dengan jumlah tanah tererosi. Dalam hal ini hujan dianggap

Page 11: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

hujan lebih jika lebih dari 12,5 mm air jatuh dalam waktu setengah jam.

Penelitian-penlitian lain (Borst, Mc Call and Bell, 1945), Smith, Whitt, Zingg, Mc

Call aand Bell, 1945, Hays, McCall and Bell, 1949, mendapatkan hubungan

tersebut dengan musim jatuhnya hujan yang mempunyai intensitas yang besar,

yaitu pada musim panas. Besarnya erosi pada waktu ini juga disebabkan

bersamaan dengan waktu pengolahan tanah dan mulai tumbuhnya tanaman

semusim.

Suatu sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah

energi kinetik hujan tersebut, oleh karena merupakan penyebab pokok dalam

penghancuran agregat-agregat tanah. Dapat dianggap bahwa energi kinetik hujan

dapat dengan mudah dihitung dari rumus dasar:

EK = mv2

dimana EK adalah energi kinetik, m adalah massa butir dan v adalah kecepatan

jatuhnya. Oleh karena terdapat berbagai ukuran butir pada suatu hujan, maka

terdapat banyak kecepatan jatuh kedalam energi penghancur agregat tanah, ukuran

dan bentuk butir harus dipertimbangkan.

Usaha yang paling berhasil dalam mengkorelasikan sifat-sifat hujan

dengan sifat merusaknya dilakukan oleh Wischmier dan Smith (1958). Mereka

telah menghitung energi kinetik hujan dengan meninjau distribusi ukuran butir

dan kecepatan jatuhnya butir untuk setiap intensitas hujan.

Wischmier dan Smith (1958) mendapatkan suatu korelasi antara sifat-sifat

hujan dan erosi yang terjadi dari tanah yang diberakan (tanpa tanaman), jika

empat peubah berikut ini dimasukkan dalam persamaan regresi

1. energi curah hujan

2. pengaruh suatu term yang mengukur pengaruh interaksi energi hujan dan

intensitas maksimum yang terjadi lama

3. suatu term hujan sebelumnya dan

4. energi kumulatif sejak pengolahan tanah terakhir

dengan rumus ini jumlah erosi dari suatu tanah pertanian yang diberakan dapat

diduga dengan tingkat kebenaran yang tinggi jika data dari pencatat hujan tersedia

dan kepekaan erosi tanah tersebut diketahui.

Page 12: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

Energi kinetik curah hujan itu sendiri mempengaruhi erosi, walaupun

demikian, korelasi yang lebih erat dengan erosi didapat dengan menggunakan

terms interksi energi intensitas hujan (Wischmier dan Smith 1958). Term ini

adalah hasil kali total energi hujan dengan intensitas maksimum 30 menit. Term

interaksi nampaknya merupakan suatu pengukur yang baik bagi pengaruh bersama

antara :

1. laju infiltrasi yang berkurang selama hujan

2. pengaruh aliran air permukaan yang berbentuk geometri terhadap erosi

dan

3. perlindungan lapisan air atas pengaruh percikan butir-butir hujan

terhadap tanah.

Energi kinetik hujan didapatkan dari persamaan Wischmier dan Smith

(1958, 1978) :

E = 210 + log i

yang bermakna E adalah energi kinetik dalam metrik ton meter per hektar per

sentimeter hujan dan i adalah intensitas hujan dalam sentimeter per jam. Term

interaksi energi dengan intensitas maksimum 30 menit didapat dari hubungan:

EI30 = E (I30 .10-2)

artinya EI30 adalah interaksi energi dengan intensitas maksimum 30 menit, E

adalah energi kinetik selama periode hujan dalam ton meter/ha, I30 adalah

intensitas maksimum 30 menit dalam cm/jam. Oleh karena EI30 berkorelasi sangat

erat dengan besarnya erosi yang terjadi, maka EI30 dinyatakan sebagai indeks

potensial erosi hujan atau indeks erosi hujan.

Indeks erosi hujan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah 18,18

ton/ha/tahun sehingga dari teori yang telah dipaparkan diatas, hasil perhitungan

menunjukkan karakter intensitas hujan yang sangat tinggi, hal ini dikarenakan

pengamatan intensitas hujan (I) selalu berada pada kisaran angka lebih dari 75

mm/jam dengan diameter hujan berkisar antara 2,25-3,25 mm, dengan karakter

seperti itu hujan yang turun diperkirakan mempunyai kecepatan jatuh 6,58-8,06

mm/detik (lihat tabel 2,3 dan 4), karakter intensitas hujan yang tinggi, kecepatan

turunnya hujan yang cepat dan diameter hujan yang besar adalah faktor yang

mendukung terjadinya erosi.

Page 13: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

Sedangkan Bols 1978 mengembangkan persamaan penduga EI30 sebagai

berikut:

EI30 = 6,119 (Rain)1,21(Days)-0,47(MaxP)0,53

EI30 adalah indeks erosi hujan bulanan, Rain adalah curah hujan rata-rata

bulanan dalam cm, Days adalah jumlah hari hujan rata-rata per bulan dan MAXP

adalah curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan. EI30

tahunan adalah jumlah EI30 bulanan. Hasil perhitungan parameter EI30 tahunan

yang didapat dari rerata EI30 bulanan (januari-desember) adalah 1001,8517.

EI30 telah dipakai secara luas di berbagai negara, tapi para ahli masih

mencari parameter hujan yang lain untuk indeks erosi. Karena EI30 tidak

selamanya menjadi indeks terbaik bagi daerah tropika seperti negara kita. Menurut

Hudson, besar tenaga kinetik untuk curah hujan yang mempunyai intensitas lebih

besar dari 25 milimeter per jam (KE > 25), mempunyai korelasi dengan erosi

lebih baik dari indeks erosi EI30.

Menurut metode R.LAL menunjukkan bahwa perkalian antara jumlah

hujan (bagian hujan) dengan intensitas maksimum hujan yang dinyatakan dalam

AIm, merupakan suatu parameter yang baik untuk menduga besarnya erosi atau

aliran permukaan pada daerah tropika basah. A adalah total curah hujan (cm) dan

Im adalah intensitas curah hujan maksimum (cm/jam). Percobaan yang telah

dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa EI30 dan KE > 25 merupakan indeks

erosi hujan yang mempunyai koefisien korelasi dengan erosi yang paling besar.

Hasil perhitungan yang dilakukan menurut metode ini adalah 0,00049 = 4,99x10 - 5

ton/ha/tahun.

Indeks erosi hujan adalah pengukur kemampuan suatu hujan untuk

menimbulkan erosi. Kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi disebut

erosivitas hujan, sehingga dapat disimpilkan bahwa daya erosi hujan ditentukan

oleh intensitas hujan, diameter butir-butir hujan, kecepatan jatuh butir-butir hujan,

dan kecepatan angin. Di daerah tropika memiliki kemampuan erosi lebih besar

saat hujan dibanding dengan daerah subtropika (Burigh, 1983).

Nilai EI30 merupakan pengukur daya erosi hujan untuk masa atau musim

yang bersangkutan dari setiap kejadian hujan. Indeks erosi hujan untuk suatu

tempat adalah indeks erosi rata-rata hujan tahunan selama beberapa tahun. Indeks

Page 14: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

erosi beberapa tempat yang sama besar nilainya dapat dihubungkan oleh garis iso-

iroden. Setelah peta iso-iroden terbentuk kemudian bagi suatu wilayah atau pulau,

maka tindakan-tindakan pencegahan erosi dan pemulihan tanah kritis akan lebih

mudah ditentukan (Foth, 1988).

Page 15: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

E. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum acara menganalisis sifat-sifat hujan ini adalah :

1. Hasil perhitungan indeks erosivitas hujan (R) menurut metode Wischmier

dan Smith pada praktikum ini adalah 18,1878 ton/ha/tahun.

2. Hasil perhitungan indeks erosivitas hujan menurut R.LAL pada praktikum

ini adalah 4,99×10-5 ton/ha/tahun.

3. Nilai rerata bulanan (Januari-Desember) EI30 menurut rumus Bals adalah -

1001,8517.

4. Faktor ilkim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain hujan,

temperatur, angin, kelembapan dan radiasi matahari.

5. Besarnya curah hujan, internsitas, dan distribusi hujan menentukan

kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah, dan kecepatan aliran

permukaan serta kerusakan erosi.

Page 16: Laporan Praktikum Acara Erosi Kta

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Blanco, H & R. Lal. 2008. Principles of Soil Conservation and Management. Springer Science+Business Media B.V.

Burigh, P 1983. Pengantar Pengkajian Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Foth, H, D, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kartasapoetra, A. G dkk. 1989. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta, Jakarta.

Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi. UGM Press. Yogyakarta.

Suripin. 2001. Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. UGM Press. Yogyakarta.