laporan praktikum
TRANSCRIPT
![Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM
I. NAMA PERCOBAAM : Stoikiometri Reaksi Logam dengan Garam
II. TUJUAN PERCOBAAN : Mempelajari stoikiometri reaksi antara
logam tembaga dengan larutan besi (III) dan meramalkan ion tembaga
yang dihasilkan.
III. DASAR TEORI
Reaksi kimia pada hakekatnya merupakan proses yang melibatkan
perubahan struktur komposisi dan energi setiap spesies yang berperan serta di
dalamnya dalam skala molekular, bahkan kadang-kadang atomik.
Stoikiometri adalah merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang
memepelajari berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang
terlibat dalam reaksi kimia, baik dalam skala molekular maupun dalam skala
eksperimental. Pengetahuan tentang kesetaraan massa antara zat yang bereaksi
merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep
mol diperlukan untuk mengkonversi kesetaraan massa antar zat dari skala
molekular ke dalam skala eksperimental dalam laboratorium. Dalam percobaan
ini, akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan gram
besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil reaksi secara volumetri.
Secara teoritis, ion tembaga monovalen, Cu+ dan ion tembaga bivalen Cu2+
merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi
ini. Dengan memanfaatkan harga potensial elektroda standar untuk setiap spesies,
dapat diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dari dua spesies.
Reaksi antar logam Cu dengan larutan garam Fe3+ dapat
diperkirakan berlangsung menurut persamaan-persamaan berikut:
Cu + 2 Fe3+ Fe2 + Cu2+ ... (1)
Cu + Fe3+ 2Fe2 + Cu2+ ... (2)
Reaksi yang terjadi dapat diketahiu dari harga perbandingan
jumlah mol antara ion Fe3+ yang bereaksi dengan logam tembaga yang terpakai.
![Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/2.jpg)
Jika harga perbandingan jumlah mol itu digunakan simbol r, maka diperoleh
rumus
r = mol Fe3+ yang bereaksi
mol Cu yang bereaksi
harga r berkisar antara 1 sampai 2. Apabila reaksi yang terjadi hanya
reaksi (1),maka r = 1, dan r = 2 apabila reaksi yang terjadi hanya reaksi (2).
(Abu Bakar. 2013)
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan senyawa
kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi
disebut sebagaireaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan
perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya
memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara umum, reaksi kimia
melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan
dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia
juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti
pada reaksi nuklir.
Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
reaksi
asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, Redoks (singkatan dari reaksi
reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan
oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.Hal ini dapat
berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasikarbon yang menghasilkan
karbondioksida, atau reduksikarbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4),
ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh
manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat
dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuahmolekul, atom, atau ion.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan
di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk
![Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/3.jpg)
pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak
akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagaipeningkatan
bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam
prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun
terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada
transfer elektron dalam reaksi tersebut. (http://www.chem-is-try.org)
Reaksi Redoks
Reaksi asam basa dapat dikenali sebagai proses transfer-proton. Kelompok
reaksi yang disebut reaksi oksidasi-reduksi (atau redoks) dikenal juga sebagai
reaksi transfer-elektron. Reaksi oksidasi-reduksi berperan dalam banyak hal
didalam kehidupan kita sehari-hari. Reaksi ini terlibat mulai dari pembakaran
bahan bakar minyak bumi sampai dengan kerja cairan pemutih yang digunakan
dalam rumah tangga. Selain itu sebagian besar unsur logam dan nonlogam
diperoleh dari bijinya melalui proses oksidasi reduksi. (R. Chang, 2004)
Mekipun reaksi oksidasi-reduksi didasarkan pada serah terima elektron,
hal ini tak selalu tampak dari persamaan reaksinya. Proses-proses ini lebih baik
untuk dipahami jika dipecah menjadi dua tahap yang terpisah, oksidasi satu zat
reduksi zat yang lain. Berikut ini adalah contoh reaksi antara logam besi dan ion
tembaga:
Fe + Cu²⁺ → Fe²⁺ + Cu.......................(1)
Terdiri dari reduksi Cu²⁺
Cu²⁺ + 2e⁻ → Cu.................................(2)
Dan oksidasi Fe
Fe → Fe²+ + 2e⁻.....................................(3)
Kedua elektron yang dilepaskan Fe diambil oleh Cu²⁺dalam proses ini. (Vogel,
1979)
- Larutan yang Terlibat
Asam Oksalat (H2C2O4.H2O)
![Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/4.jpg)
Oksalat dari logam-logam alkali dan besi(II), larut dalam air, semua oksalat lain
tak larut atau sangat sedikit larut dalm air. Berbentuk zat padat kristalin, tak
berwarna dan menjadi anhidrat dengan dipanaskan sampai 110oC . Zat ini mudah
larut dalam air.
- Permanganat, MnO4-
Semua permanganat larut dalam air, membentuk larutan ungu (lembayung
kemerahan). Untuk mempelajari reaksi pada permanganat digunakan larulan
kalium permanganat(KMnO4). Jika direaksikan dengan asam
oksalat(H2C2O4.H2O) dan dengan asam sulfat(H2SO4) , yang berfungsi sebagai
katalis, akan menghasilkan gas karbon dioksida, dengan mekanisme reaksi:
Reaksi ini lambat pada suhu kamar, tetapi menjadi cepat pada 60oC. Ion
mangan (II) mengkatalis reaksi ini, jadi reaksi ini adalah otokatalitik. Sekali ion
mangan(II) telah terbentuk, reaksi ini menjadi semakin cepat. (Vogel I , 1985)
- Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa dan liat.
Ia melebur pada 10380C, karena potensial electrode standarnya positif maka ia tak
larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen
ia bisa larut sedikit. Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :
Cu + 2H2SO4 Cu2+ + SO42- + SO2 + H2O.........(5)
- Besi (Fe)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak yang kukuh dan liat.
Ia melebur pada 1535OC. Asam sulfat encer melarutkan besi. Besi membentuk dua
deret garam yang penting :
- Besi (II) atau fero
Diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam-garam ini
mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion besi (II) dapat mudah
dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat.
- Besi (III) atau feri
![Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/5.jpg)
Diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. . Dalam larutannya, terdapat kation-
kation Fe3+ yang berwarna kuning muda. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi
(III) menjadi besi (II). (Vogel I, 1985)
Reaksi antara logam Cu dan larutan Fe3+ adalah sebagai berikut:
Cu + Fe3+ Fe2+ + Cu+ .......................(6)
Cu + 2 Fe3+ 2Fe2+ + Cu2+ ......................(7)
Reaksi redoks KMnO4 dengan asam Oksalat :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O X 2
C2O42- 2CO 2 + 2e - X 5________
2MnO4-+ 5C2O42- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2+ 8H2O...........(8)
Reaksi redoks KMnO4 dengan Fe2+:
Fe2+ Fe3++ e- X 5
MnO 4- + 8H + + 5e - Mn 2+ + 4H 2O X 1
5Fe2++ MnO4- + 8H+ 5Fe3++ Mn2+ + 4H2O..................................(9)
- Reaksi Permanganometri
Reaksi antara KMnO4 dengan asam oksalat(H2C2O4.H2O) dan asam sulfat (H2SO4 )
akan terjadi reaksi redoks yaitu :
2MnO4 + 5H2O2 + 6H+ 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O.............(10)
(Underwood, 2001)
Reaksi kimia pada hakekatnya merupakan proses yang melibatkan
perubahan struktur, komposisi dan energi setiap spesies yang berperan serta
didalamnya dalam skala molekuler bahkan kadang-kadan atomik.
Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari
berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam
reaksi kimia baik secara molekuler maupun secara eksperimental. Pengetahuan
kesetaraan massa antara zat yang bereakasi merupakan dasar penyelesaian
hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan untuk
![Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/6.jpg)
mengkonversikan kesetaraan massa antara zat dari skala molekuler ke skala
eksperimental dalam laboratorium.
Sebagai contoh dapat ditemukan dengan mengetahui stoikiometri reaksi
dalam proses analisa volumetri, data hasil titrasi dapat digunakan untuk
menghitung konsentrasi suatu senyawa yang terlibat dalam proses itu.
Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam
tembaga dengan larutan besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil
secara volumetri. Secara teoritis ion tembaga monovalen dan ion tembaga bivalen
merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi
ini. Dengan memenfaatkan harga potensial elektroda standart untuk setiap spesies
dapat diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dua spesies itu.
Banyak logam tersusun rapat. Selama atom mempunyai kecenderungan
lemah terhadap kovalensinya, akan mempunyai karakter yang lemah terhadap
ikatannya dan memperoleh bilangan yang maksimal akibat dari susunan yang
rapat bahwa logam mempunyai kerapatan yang tinggi. Unsur-unsur yang berada
pada blok d, dekat Ir dan Os yang mengandung padatan yang rapat.
(Aldes Lesbani. 2003. hal: 73)
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang digunakan :
Gelas beker 250 ml 1 buah
Gelas arloji untuk tutup 1 buah
Botol Timbang 10 ml 1 buah
Labu ukur 100 ml 1 buah
Pipet gondok 250 ml 1 buah
Buret 50 ml 1 buah
Erlenmeyer 3 buah
Pemanas spritus 1 set
![Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/7.jpg)
B. Bahan kimia yang dibutuhkan :
Tembaga berbentuk serbuk 0,3 gram
Larutan Fe(NH4)(SO4)2 dengan konsentrasi Fe3+ 0,2 M mengandung
H2SO4 pekat 100 ml per 1000 ml
Larutan H2SO4 2,5 M
Larutan standar KMnO4 0,02 M
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M
Diencerkan dengan aquades 100 mL
Dipipet
Ditambahkan
Dititrasi
0,63 gram asam oksalat
Larutan asam oksalat
5 ml larutan asam oksalat
20 mL asam sulfat 2,5 M
![Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/8.jpg)
B. Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe(III)
Dimasukan
Didihkan, Setelah mendidih didinginka
Diencerkan
Dititrasi
*titrasi diulang 3 kali.
*hitung konsentrasi Fe(II) yng dihasilkan dan hitung pula perbandingan jumlah
mol dengan menggunakan rumus :
r = mmol Fe 2+ yangbereaksimmolCu 2+ yang terpakai
= mmol Fe ( II ) hasilmmol Cu ( I ) awal
KMnO4
0,2 gram serbuk logam tembaga
30 mL larutan besi (III) 0,2 M dan 15 mL asam sulfat 2,5 M
Larutan tembaga
Larutan tembaga
25 Larutan tembaga
KMnO4
![Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/9.jpg)
VII. DATA HASIL PENGAMATAN
a. Standarisasi larutan KMnO4
Vrata-rata = V 1+V 2
2=8,1 mL+7,5 mL
27,8 mL=0,0078 Liter
b. Stoikiometri logam Cu dan garam Fe
V1 4,5 mL
V2 5 mL
Vrata-rata = V 1+V 2
2=4,5 mL+5 mL
2=2,75 mL=0,00275 Liter
V1 8,1 mL
V2 7,5 mL
![Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/10.jpg)
IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN
-Reaksi
a. Standarisasi Larutan KMnO4
H2C2O4
b. Stoikiometri logam Cu dan garam
![Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/11.jpg)
-Perhitungan
a. Standarisasi larutan KMnO4
w. asam oksalat = 0,6340 gram
V. Pengenceran = 100 mL = 0,1 Liter
BM. Asam oksalat = 126 gr/mol
v. asam oksalat = 5 mL = 0,005 Liter
V. KMnO4 rata-rata = 0,0078 Liter
M. asam oksalat =w .asam oksalat (gr)BM . asamoksalat ¿¿
¿ 0,6340 gr126 gr /mol
×1000
100 mL
¿0,00503 x10=0,0503 gram
n .asam oksalat=M .asam oksalat ×V . asam oksalat ( L)
¿0,0503 × 0,005
¿0,0002515
b. Stoikiometri reaksi Cu dengan Fe
W Cu = 0,2 gram
Bm. Cu = 63,5 gr/mol
M. KMnO4 = 0,02 M
V. Fe = 15 mL = 0,015 Liter
V. KMnO4 = 0,00275 Liter
![Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/12.jpg)
n. Cu = W .Cu
BM .Cu
=0,2 gr
63,5 gr /mol=0,003
n. KMnO4 = M. KMnO4 . V. KMnO4
= 0,02 M x 0,00275 L
= 0,00055
n. Fe2+ awal = 5/1 x n.KMnO4
= 5 x 0,00055 = 0,00275
n. Fe2+sisa = M x V. Fe
= 0,02 M x 0,015
= 0,0003
n. Fe yang bereaksi = n. Fe2+ awal - n. Fe2+
sisa
= 0,00245 – 0,0003
= 0,00245
r = n. Fe2+yang bereaksi / n. Cu
= 0,00245
0,003=0,8166
Perbandingan
¿¿
¿ 2−0,81660,8166−1
![Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/13.jpg)
VII. PERTANYAAN PRAPRAKTEK
1. Jelaskan asal rumus :
¿¿
Jawaban :
r (Cu+ + Cu2+) = 2 Cu2+ + Cu+
r Cu+ + r Cu2+ = 2 Cu2+ + Cu+
Cu+ (r – 1) = Cu2+ (2 – r)
¿¿
X. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai stoikiometri reaksi
logam dengan garam. Dimana stoikiometri itu sendiri dapat didefinisikan sebagai
![Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/14.jpg)
salah satu cabang ilmu mimia yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut
kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam reaksi kimia baik dalam skala
molecular maupun skala eksperimental.
Pada percobaan dilakukan titrasi. Dimana titrasi diartikan sebagai metode
yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasi. Pada saat proses titrasi
terdapat titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen terjadi apabila antara
titran dan titrat tepat bereaksi dan terjadi perubahan warna yang belum konstan.
Sedangkan titik akhir titrasi terjadi apabila antara titran dan titrat tepat habis
bereaksi dan terjadi perubahan warna yang konstan, dan titrasi harus dihentikan.
Dalam titrasi terdapat larutan yang dijadikan sebagai larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan
ynag mengandung zat padat murni yang konsentrasinya telah diketahui secara
tepat melalui metode gravimetric (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Syarat-syarat larutan standar primer diantaranya zat harus mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan murni. Zat harus
tidak berubah berat dalam penimbangan di udara dan tidak higroskopis. Zat
tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji-uji kualitatif dan kepekaan
tertentu. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan masssa
ekivalen yang besar. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Dan reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung. Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan suatu zat yang
konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang
tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan standarisasi
menggunakan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Syarat-
syarat larutan standar sekunder antara lain derajat kemurnian lebih rendah dari
pada larutan standar primer. Mempunyai berat ekivalen yang yang tinggi untuk
![Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/15.jpg)
memperkecil kesalahan penimbangan. Dan larutannya relatif stabil dalam
penyimpanan.
Dalam percobaan stoikiometri ini dilakukan titrasi berupa titrasi
permanganometri. Dinana titrasi permanganometri di definisikan sebagai titrasi
yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganate. Reaksi ini
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara kalium
permanganat dengan larutan antara tembaga dan lartan besi. Beberapa ion logam
yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri . Kalium permanganat berfungsi sebagai larutan auto indikator.
Larutan auto indikator merupakan larutan yang bias berfungsi sebagai titran dan
juga berfungsi sebagai indikator. Indikator merupakan senyawa organik asam atau
basa lemah yang memiliki warna molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya.
Ada beberapa macam bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
diantaranya asam oksalat, aquades, asam sulfat, larutan kalium permanganat,
serbuk logam tembaga, dan larutan besi.
Dalam percobaan stoikiometri ini digunakan serbuk logam tembaga yang
berwarna coklat kemerahan dan larutan kalium permanganate yan berwarna ungu.
Hal tersebut dikarenakan logam tembaga dan mangan dalam kalium permanganat
termasuk golongan logam trasisi, dimana dalam golongan logam transisi terdapat
orbital d yang kosong sehingga energy dari tingkat bawah bergerak menuju
energy tingkat atas yang bergerak atau berpindahnya electron maka kejadian ini
diesbut eksitasi electron. Pada saat electron akan kembali ke tingkat energy
rendah maka pada saat itulah memencarkan warna akibat penyerapan cahaya.
Pada stoikiometri reaksi logam tembaga dan larutan garam besi digunakan
analisa berupa analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif terjadi
saat mengamati perubahan warna yang terjadi saat pemanasan dan titrasi. Karena
analisa kualitatif merupakan analisa yang berdasarkan pada pengamatan panca
indera, misalnya bau, warna, dan suhu. Sedangkan analisa kuantitatif terjadi saat
menghitung molaritas dan mol asam oksalat, serta menghitung volume rata-rata
kalium permanganat, mol tembaga, mol kalium permanganate, mol larutan besi
![Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/16.jpg)
awal dan sisa, dan menghtung perbandingan tembaga. Karena analisa kuantitatif
merupakan analisa yang berdasarkan pada perhitungan.
XI. KESIMPULAN
1. Titrasi yang digunakan berupa titrasi permanganometri karena kalium
permanganate digunakan sebagai titran
2. Pada percobaan ini tidak digunakan indicator karena kalium
permanganate bertindak sebagai larutan auto indicator.
3. Auto inikator berfungsi sebagai titran dan indikator.
![Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/17.jpg)
4. Mangan pada kalium permanganate dan serbuk logam tembaga memiliki
warna yang khas karena termasuk dalam golongan logam transisi.
5. Analisa yang digunakan berupa analisa kualitatif dan analisa kuatitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Reaksi Kimia. (http://www.chem-is-try.org/kimia-dasar/reaksi-
kimia) diakses 08 Desember 2012, Pukul 19:20 WIB.
Lesbani, Aldes. 2003. Kimia Anorganik I. Inderalaya : Universitas Sriwijaya.
Chang, Raymond. 2004. Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
Day & Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
![Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072105/55cf9d3b550346d033acc842/html5/thumbnails/18.jpg)
Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi
Kelima Jilid 1. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi
Kelima Jilid 2. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.