laporan praktikum
TRANSCRIPT
PEMBEBANAN DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA SISTEM
YANG DI SUPLAI 2 GENERATOR
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengerti dan memahami operasi MG - set (Motor Generator – Set).
2. Menentukan regulasi tegangan alternator 3 fasa di bawah kondisi berbagai macam
beban.
3. Mengerti dan memahami teknik memparalelkan 2 atau lebih generator AC 3 fasa
4. Mengerti dan memahami pengaruh dari berbagai macam beban terhadap generator
3 fasa.
B. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Hampden Power System Simulator
C. DASAR TEORI
Power System Simulator menggunakan 3 MG – set untuk mensuplai daya ke
beban. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengerti dan memahami operasi dan
karakteristik alternator 3 fasa tersebut. Di sini, tidak di bahas tentang teori motor
listrik dan generator. Akan tetapi perhatian kita tertuju pada mempelajari operasi dan
karakteristik alternator 3 fasa dengan Power System Simulator.
Penggerak utama (prime mover) dari masing-masing MG – set adalah motor
DC. Alternator 3 fasa dari MG – set adalah generator sinkron penguatan medan
terpisah. Kontrol dari MG – set terdiri dari :
Sumber DC 125 Volt, untuk mencatu jangkar motor DC.
Rheostat, yang terhubung seri dengan belitan medan motor DC.
Sumber tegangan DC 0 – 18 Volt, untuk mencatu belitan medan generator.
Saklar pemutus medan generator untuk masing-masing MG – set.
Kecepatan putar motor DC dapat di ubah-ubah melalui rheostat. Semakin
cepat putaran motor DC, frekuensi gelombang tegangan keluaran generator semakin
besar dan tegangan keluaran juga semakin besar. Begitu pula sebaliknya. Sumber
tegangan DC 0 – 18 Volt digunakan untuk mencatu belitan medan generator sinkron.
1
Jika tegangan penguatan semakin besar, maka tegangan keluaran generator bertambah
besar.
Generator
Ada 3 hal yang menyebabkan drop tegangan pada generator sinkron
penguatan medan terpisah, yaitu :
a. Resistansi jangkar ( Ra )
Resistansi jangkar / fasa Ra menyebabkan terjadinya tegangan jatuh ( kerugian
tegangan )/ fasa I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar , sebagian fluks yang terjadi
tidak mengimbas pada jalur yang telah ditentukan. Hal seperti ini disebut
Flukbocor.
c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat alternator dibebani
akan menimbulkan fluks jangkar ( фA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang
dihasilkan pada kumparan medan rotor ( фF ), sehingga akan dihasilkan suatu
fluksi resultan sebesar : фR = фF . фA
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut reaksi jangkar.
Poin a dan b adalah dua faktor yang selalu menyebabkan drop tegangan.
Sedangkan poin c, reaksi jangkar, dapat menyebabkan tegangan keluaran naik
atau turun, tergantung pada power faktor beban. Drop tegangan adalah fungsi dari
arus beban. Hal ini akan membawa dampak pada pengaturan tegangan, yaitu :
2
Dengan power factor leading, tegangan akan naik dari kondisi tanpa beban ke
beban penuh
Dengan power factor lagging, tegangan akan turun dari kondisi tanpa beban ke
beban penuh
Pengaturan tegangan (dalam %) ditentukan dengan rumus :
Pengaturan tegangan (%) =
Keterangan : VNL = tegangan tanpa beban
VFL = tegangan beban penuh
Paralel Generator
Ada dua metode sistem pembangkitan energi listrik, yaitu :
a. Sistem pembangkitan tunggal. Kelemahan dari sistem ini adalah
Generator akan terus memproduksi energi listrik sepanjang waktu bahkan
ketika sistem daya memikul beban yang ringan
Apabila generator gagal dalam bekerja, tidak ada daya cadangan yang dapat
diberikan
Jika suatu saat beban bertambah, sistem pembangkita energi listrik secara
keseluruhan harus di-upgrade.
Karena kelemahan-kelemahan di atas, sistem ini tidak banyak dipakai.
b. Sistem pembangkitan dengan cara memparalelkan dua generator atau lebih
melalui sistem transmisi tegangan tinggi, yang disebut grid. Walaupun
demikian timbul masalah-masalah, yaitu :
Tegangan, frekuensi dan sinkronnya fasa dari masing-masing generator
harus sama
Pengamanan grid dan stasiun pembangkitan dari gangguan pada generator
maupun saluran transmisi juga harus mendapat perhatian
Harus diperhitungkan masalah produksi energi dan pemeliharaan berkala
untuk operasi ekonomis sistem daya yang berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan kerja pararel adalah pengoperasian beberapa buah
generator secara bersama-sama, dimana output dari genset yang sedang
3
beroperasi tersebut disalurkan ke beban melalui rel yang sama (common busbar
sistem). Sedangkan yang dimaksud dengan sinkronisasi adalah memasukkan satu
generator untuk kerja pararel yang lain. Seringkali sistem dimana generator yang
akan dihubungkan sudah mempunyai begitu banyak generator dan beban yang
terpasang, sehingga berapapun juga daya yang diberikan oleh generator yang baru
masuk tidak mempengaruhi tegangan dan frekuensi dari sistem. Hal ini yang
disebut generator terhubung pada sistem yang kuat sekali.
Adapun tujuan utama dari pelaksanaan kerja pararel ini adalah sebagai berikut :
a. Penambahan daya, jika genset yang terpasang tidak mampu menanggung
pertambahan beban listrik. dengan kerja pararel dapat diatasi.
b. Kontuinitas. jika ada gangguan dari sumber listrik PLN. maka beban akan
tetap mendapatkan suplai listrik
c. Efisiensi, efisiensi maksimum dari generator dapat tercapai jika generator
mengirim beban puncak. generator dapat dioperasikan pararel dengan
Generator yang lain.
Memparalelkan generator AC jauh lebih rumit dari pada generator DC.
Persyaratan utama untuk memparalelkan generator DC hanyalah pada tegangan
dan polaritasnya saja. Sedangkan untuk generator AC harus dipertimbangkan
masalah tegangan, bentuk gelombang, perputaran fasa (phase rotation) dan
sinkronisasi fasa (phase sinchonization). Dalam sistem utilitas, bentuk gelombang
dan rotasi fasa dirancang konstan sehingga perhatian ditujukan pada tegangan,
frekuensi dan sinkronisasi fasa (power factor dan daya juga harus diperhatikan
untuk memonitor efisiensi daya dan masalah ekonomi).
Untuk mengukur tegangan dan frekuensi sistem digunakan volt meter dan
frekuensi meter. Sinkronisasi fasa dapat dimonitor dengan synchroscope atau
dengan lampu fasa (phasing lamps). Pada dasarnya synchroscope adalah sebuah
motor dengan statornya dicatu oleh generator yang akan diparalelkan (incoming
generator) sedangkan rotornya dicatu oleh generator yang sedang berjalan
(running generator).
4
Kecepatan putar dari motor (synchroscope) tersebut ditentukan oleh
perbedaan frekuensi antara kedua generator itu. Apabila kedua generator
mempunyai frekuensi yang sama, maka synchroscope akan berhenti berputar.
Untuk sinkronisasi fasa dengan lampu fasa (phasing lamps) pada prinsipnya
juga sama. Lampu fasa (phasing lamps) dipasang seri di antara 3 saluran (fasa R,
S dan T) dua generator untuk fasa – fasa yang sama. Apabila kedua generator
mempunyai frekuensi yang berbeda, maka lampu fasa (phasing lamps) akan
berkedip-kedip.
Apabila telah memiliki frekuensi yang sama, maka lampu fasa (phasing
lamps) tidak menyala (untuk lampu sinkronisasi fasa hubungan gelap). Langkah-
langkah yang perlu diperhatikan dalam memparalelkan generator 3 fasa dengan
bus (jala-jala PLN) adalah sebagai berikut :
Tegangan efektif saluran generator disesuaikan dengan tegangan efektif
saluran dari bus.
Kecepatan rotor generator dibuat sedemikian rupa sehingga frekuensinya sama
dengan frekuensi bus.
Urutan fasa dicek dengan menggunakan indikator urutaan fasa atau dengan
menggunakan lampu.
Frekuensi generator dibandingkan dengan frekuensi bus dengan menggunakan
synchrosacope atau lampu fasa (phasing lamps). Apabila frekuensinya lebih
tinggi maka kecepatan putar prime mover diturunkan. Dan begitu sebaliknya,
apabila frekuensi generator lebih rendah daripada frekuensi bus, maka
kecepatan putar prime mover dinaikkan.
Apabila telah diketahui bahwa tegangan dan frekuensinya benar-benar sama
maka generator siap untuk bekerja paralel.
Apabila dua generator telah bekerja paralel, maka
Frekuensi sistem secara keseluruhan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan
menambah atau mengurangi kecepatan prime mover masing-masing generator
secara serentak (simultan).
5
Tegangan sistem secara keseluruhan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan
menaikkan atau menurunkan tegangan pengeksitasi medan masing-masing
generator.
Perbaikan Faktor Daya
Sebagian besar masalah faktor daya disebabkan oleh beban induktif,seperti
motor dan transformer induksi.salah satu metode yang digunakkan untuk
meningkatkan faktor daya dari rangkaian jenis ini adalah dengan menghubungkan
kapasitor secara parallel dengan beban.(lihat gambar).
Gambar Menghubungkan Kapasitor untuk meningkatkan faktor daya.
Dengan cara ini IL tetap sama dan setiap beban bekerja pada faktor dayanya
sendiri, tetapi faktor daya keseluruhan pada rangkaian yang dikombinasikan akan
meningkat. Kapasitor murni merupakan beban yang bekerja pada faktor daya
yang mendahului dan ketika dihubungkan ke beban induktif,cenderung melawan
efek ketertinggalan induktansi tetapi tanpa menghabiskan daya apapun.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Persiapan
1. Hidupkan (ON) CB catu daya peralatan Hampden Power System Simulator.
2. Hidupkan (ON) generator 2 sebagai generator referensi.
3. Masukkan prime mover generator 2 sebagai pemanasan dengan langkah di
bawah ini :
Hidupkan CB prime mover.
Hidupkan switch control generator 2.
6
Masukkan prime mover selama 3 detik.
4. Masukkan eksitasi generator 2 dengan langkah di bawah ini :
Hidupkan CB eksitasi.
Naikkan eksitasi hingga mencapai tegangan sebesar 320 V.
Naikkan prim mover hingga frekuensi 50 Hz.
5. Masukkan beban Station Service (SS) pada generator 1 dengan menghidupkan
(ON) DS pada jalur yang dipilih terlebih dahulu baru menghidupkan (ON) CB
beban SS.
6. Cek tegangan dan frekuensi pada generator 1 dengan melihat voltmeter dan
frekuensimeter yang terdapat pada simulator.
7. Atur tegangan dan frekuensi generator 2 dengan nilai 320 V dan 50 Hz apabila
nilainya berubah, jaga konstan pada nilai tersebut.
8. Putar saklar synchronouscope dari generator 2 ke posisi running dan putar
saklar synchronouscope dari generator 1 ke posisi incoming.
9. Arahkan selector switch frekuensimeter dan voltmeter ke generator 1.
10.Hidupkan (ON) generator 1.
11.Masukkan prime mover generator 1 sebagai pemanasan dengan langkah di
bawah ini :
Hidupkan CB prime mover.
Hidupkan switch control generator 1.
Masukkan prime mover selama 3 detik.
12.Masukkan eksitasi generator 1 dengan langkah di bawah ini :
Hidupkan CB eksitasi.
Naikkan eksitasi hingga mencapai tegangan sebesar 320 V.
Naikkan prim mover hingga frekuensi 50 Hz.
Paralel Generator
1. Setelah generator 1 dimasukkan, amati lampu sinkronisasi dan jarum
synchronouscope. Apabila lampu sinkronisasi masih berkedip-kedip dan jarum
synchronouscope masih berputar, maka kedua generator belum sinkron.
2. Atur generator 1 hingga lampu sinkronisasi tidak berkedip dan jarum
synchronouscope berhenti berputar. Jaga konstan tegangan dan frekuensi
7
kedua generator, maka kedua generator siap diparalelkan dengan menutup
saklar isolasi saluran.
3. Tetap pertahankan tegangan keluaran dan aturlah power factor untuk tetap
dalam kondisi lagging. Isikan data tegangan, arus, daya, frekuensi dan power
factor kedua generator pada table 1.
4. Masukkan beban agricultural dan residential secara bergantian atau bersamaan
sesuai dengan tabel dan catat hasilnya pada tabel 1.
Perbaikan Faktor Daya
1. Jika percobaan paralel generator telah selesai dibebani dengan beban
agricultural dan residential sesuai dengan tabel 1, maka sekarang paralel
generator akan dibebani dengan beban industrial.
2. Lepaskan beban residential dan agricultural, namun beban station service tetap
terpasang.
3. Masukkan beban industrial sesuai dengan tabel.
4. Tetap pertahankan tegangan keluaran dan aturlah power factor untuk tetap
dalam kondisi lagging. Isikan data pengukuran pada table 2.
5. Kemudian ambil alihkan semua beban ke generator 2. Pertahankan tegangan
dan frekuensi tetap konstan. Juga pertahankan power factor-nya tetap lagging.
Ketika generator 1 tidak lagi menghasilkan daya watt, buka saklar isolasi
saluran. Dan matikan generator 1.
6. Hilangkan beban dari sistem. Atur kembali generator tetap mempunyai
tegangan 320V, 50 Hz. Matikan generator 2.
7. Untuk mematikan generator :
Lepaskan semua beban dan matikan saklar isolasi saluran
Turunkan tegangan pengeksitasi medan generator sampai 0 volt. Matikan
saklar pemutus medan.
Turunkan kecepatan putar motor DC. Matikan motor DC dengan
mematikan CB pencatu tegangan DC 125 V.
8
E. DATA HASIL PERCOBAAN
a. Beban Station Service dan Agriculture, Resindential
BebanTegangan (V) Arus (A) Frekuensi (Hz)
G1 G2 G1 G2 G1 G2
SS 325 325 0,03 0,12 50 50
SS+AG 325 325 0,13 0,25 50 50
SS+RS1 325 325 0,2 0,36 50 50
SS+RS1+RS2 325 325 0,22 0,36 50 50
SS+AG+RS1 325 325 0,32 0,46 50 50
SS+AG+RS1+RS2 325 325 0,32 0,48 50 50
SS+AG+RS1+RS2+RS3 325 325 0,32 0,48 50 50
BEBANDaya (kW) Power Faktor
G1 G2 G1 G2
SS 0 0,09 1 (UP) 0,99 (Lag)
SS+AG 0,05 0,15 0,99 (Lag) 0,99 (Lag)
SS+RS1 0,05 0,16 0,92 (Lag) 0,89 (Lag)
SS+RS1+RS2 0,1 0,22 0,91 (Lag) 0,91 (Lag)
SS+AG+RS1 0,11 0,22 0,92 (Lag) 0,96 (Lag)
SS+AG+RS1+RS2 0,17 0,28 0,96 (Lag) 0,94 (Lag)
SS+AG+RS1+RS2+RS3 0,22 0,33 0,96 (Lag) 0,96 (Lag)
b. Beban Industrial
Beban Tegangan (V) Arus (A) Power Faktor
R1 + XL1 172 0,25 0,93 (Lag)
R2 + XL2 171 0,5 0,84 (Lag)
R3 + XL3 165 1 0,83 (Lag)
R1 + XL1 + XC1 174 0,21 1 (UP)
R2 + XL2 + XC2 171 0,45 1 (UP)
R3 + XL3 + XC3 168 0,97 0,96 (Lag)
Keterangan : R1 = 1000 ohm
9
R2 = 500 ohm
R3 = 250 ohm
XL1 = 600 ohm
XL2 = 300 ohm
XL3 = 150 ohm
XC1 = 2650 ohm
XC2 = 1325 ohm
XC3 = 1325 ohm
F. ANALISA DAN PEMBAHASAN
a. Beban Station Service dan Agriculture, Resindential
Dari tabel percobaan diatas dapat dilihat nilai tegangan (V) dan nilai
frekuensi (f) adalah konstan yaitu masing – masing 325 V dan 50 Hz. Batas atas
dan batas bawah untuk nilai kesalahan dari tegangan dan frekuensi adalah ±5%,
jika melebihi batasan generator bisa dikatakan tidak memenuhi persyaratan
paralel lagi. Nilai tegangan dan frekuensi dibuat konstan dikarenakan keduanya
merupakan syarat dari paralel generator seperti yang telah dijelaskan di bab III.
Dasar teori yang menyatakan bahwa syarat paralel generator adalah kedua
generator harus memiliki nilai tegangan dan frekuensi yang sama yang harus
dijaga konstan selama paralel generator berlangsung. Jika tidak, paralel generator
akan gagal.
Pada tabel arus bisa dilihat kalau nilainya semakin meningkat, seiring
penambahan beban hal ini terjadi sesuai dengan rumus P = V x I dengan tegangan
konstan (325 V) dan frekuensi konstan (50 hertz) yaitu semakin bertambahnya
beban maka nilai arus juga akan semakin bertambah. Sebagai contohnya pada
pembebanan Station Service nilai arus pada generator 1 dan 2 masing – masing
adalah 0,03 A dan 0,12 A, dengan penambahan beban Agriculture maka nilai
arusnya meningkat yaitu 0,13 A dan 0,25 A. Nilai untuk daya juga sama dengan
arus yaitu semakin meningkat, sesuai dengan rumus diatas dengan semakin
meningkatnya nilai arus maka nilai daya juga semakin meningkat dengan nilai
tegangan yang konstan. Sebagai contoh dapat dilihat nilai untuk generator 1 dan 2
pada pembebanan Station Service, Residential 1, Residential 2 adalah 0,17 kW
dan 0,28 kW yang meningkat dengan penambahan beban Residential 3 menjadi
0,22 kW dan 0,33 kW. Nilai arus dan daya cenderung lebih besar nilainya pada
10
generator 2 karena generator 2 merupakan generator referensi atau generator
utama yang diparalelkan dengan generator 1, selain itu generator 2 sudah
dibebani terlebih dahulu sebelum diparalelkan dengan generator 1.
Untuk nilai power faktor adalah lagging, hal ini disebabkan karena beban
memerlukan supply VAR, maka dari itu generator mensupply VAR ke beban dan
menjadikan power faktor bernilai lagging. Power faktor generator 1 dan generator
2 cenderung berimpitan karena kedua generator saling menyeimbangkan
dikarenakan kedua generator sudah disinkronkan.
b. Beban Industrial
Pada tabel percobaan kedua ini, kita bisa melihat nilai percobaan pada tabel
tersebut yaitu perbedaan sebelum dimasukkan kapasitor dan sesudah dimasukkan
kapasitor. Dari tabel percobaan tersebut diatas dapat kita lihat bahwa sebelum
dimasukkan kapasitor tegangan semakin menurun dan berakibat nilai power
faktornya menurun sedangkan nilai arus menjadi naik. Setelah dimasukkan
kapasitor dengan tegangan yang hampir sama membuat nilai power faktornya
meningkat dan arus menjadi turun. Terlihat bahwa sebelum penambahan
kapasitor, sistem tidak terlalu jelek, tetapi setelah penambahan kapasitor
menjadikan sistem lebih baik dari sebelumnya. Sebagai contohnya dari tabel
diatas nilai arus, tegangan dan power faktor sebelum dimasukkan kapasitor
adalah 0,25 A, 172 V dan 0,93 lagging, sedangkan setelah dimasukkan kapasitor
nilai arus turun menjadi 0,21 A yang menyebabkan nilai tegangan dan power
faktor meningkat yaitu 174 V dan 1 Unity Power Faktor.
G. PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan
1. Bagaimana pengaruh perubahan beban terhadap generator? Gambar grafik
fungsi I dari tabel percobaan pertama!
2. Jelaskan pengaruh perubahan eksitasi terhadap Pf, Frekuensi, Arus, Kw, dan V
generator, buktikan dengan rumus!
3. Jelaskan secara singkat metode penyingkronan fasa dengan lampu phasa
(phasing lamp) dengan menggambar rangkaian!
4. Jelaskan bagaimana memperbaiki jatuh tegangan pada sistem tenaga listrik!
11
5. Jelaskan pengaruh power factor terhadap tegangan sistem!
Jawaban
1. Perubahan beban berpengaruh pada nilai arus, daya dan tegangan, yaitu
apabila beban bertambah maka nilai arus akan meningkat dan nilai daya juga
akan meningkat, sedangkan untuk tegangan disini dibuat konstan sebagai
syarat paralel generator yaitu 325V.
2. Pengaruh perubahan arus medan eksitasi terhadap arus pembangkitan
generator
Perubahan di dalam arus medan dc yang mengalir melalui lilitan
medan pada rotor dari generator sinkron menyebabkan perubahan pada faktor
daya ketika generator bekerja. Kemampuan untuk berubah faktor daya oleh
sebab pengubahan keadaan eksitasi ini merupakan karakteristik yang sangat
penting dari generator sinkron.
Pengoperasian generator sinkron pada kecepatan rotasi putar yang
konstan akan membutuhkan resultan fluksi yang konstan supaya tegangan
yang dihasilkan cenderung konstan. Baik sumber dc dan dan putaran rotor
bekerja sama untuk menghasilkan resultan fluks yang konstan ini.
Berikut ini yang merupakan diagram fasor dari arus dan tegangan yang
terjadi ketika generator sinkron beroperasi.
12
Tegangan
Arus
Daya yang dicatu oleh generator akan bernilai konstan jika (E2 /Xt) sin
δ tetap konstan, sehingga perubahan pada E maka sin δ harus berubah sejauh
menjaga (E2 /Xt) sin δ tetap konstan, sehingga daerah dari fasor-fasor
‘keluarga’ E (E1, E2, E3) harus berada pada jalur garis yang terputus-putus.
Lebih jauh, proyeksi fasor I pada fasor E’ harus tetap konstan.
Keadaan eksitasi berlebih (over excitation)
Ketika tegangan eksitasi sebesar E1 , maka arus medan eksitasi
menghasilkan terlalu banyak fluks /over-excitation. Fasor arus
mengasumsikan posisi I1 yang sedemikian sehingga ketika fasor j
I1 Xt ditambahkan kepada fasor E1 akan memberikan tegangan
terminal E’. Hal ini menjadikan arus reaktif yang ‘mendahului
E1’/leading dialirkan dan berlaku untuk mengurangi kemagnetan
(demagnetisasi) medan fluks untuk menambah kebutuhan tegangan
terminal.
Keadaan setimbang (balanced excitation)
Jika eksitasi dikurangi sedemikian hingga tegangan eksitasi menjadi
E2 , maka tidak terjadi kelebihan fluks yang dihasilkan oleh lilitan
medan, sehingga arus keluaran ac dari generator tidak memiliki
komponen reaktif , faktor daya adalah satu dan arus keluaran adalah I2 .
13
Keadaan eksitasi rendah (under excitation)
Ketika tegangan eksitasi adalah E3 maka motor berada pada keadaan
eksitasi-rendah (under-excitation) . Arus keluaran pada keadaan ini
diasumsikan pada posisi I3 dan faktor daya adalah ‘lagging’ atau ‘arus
tertinggal dari tegangan’. Keadaan arus I3 yang tertinggal ini
mempunyai efek magnetisasi yang membantu membentuk fluks celah-
udara seperti yang dibutuhkan oleh tegangan terminal E’.
Hubungan kualitatif antara arus dc lilitan medan terhadap
eksitasi generator sinkron.
Arus eksitasi generator dipengaruhi pula oleh arus lilitan medan dc
dari jangkar rotor.
Berikut rumus untuk pembuktian bahwa perubahan arus eksitasi terhadap pf, f,
I, kW, dan V generator :
E = -N
E = 4,44 f.N. ϕ
E = 4,44 . N. Φ
= C.n. ϕ
Ea = Ia(Ra +jXs) + Va
Va = Ea – Ia(Ra +jXs)
Va = C.n. ϕ – Ia(Ra +jXs)
3. Pada saat proses penyinkronan generator apabila terjadi beda arah sudut fasa
maka lampu phasa akan berkedip terus menerus yang menandakan dua
14
generator belum pada posisi sinkron dan generator tidak boleh disinkronkan
pada kondisi ini karena syarat-syarat pemaralelannya belum terpenuhi.
Sedangkan lampu phasa akan mati atau hidup terus menerus ketika kondisi
kedua generator beda arah sudut fasanya sama, dimana hal tersebut
menandakan kedua generator sudah pada posisi siap untuk disinkronkan.
Gambar Rangkaian Phasing Lamps
4. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki jatuh tegangan
pada sistem tenaga listrik, yaitu :
Perubahan tap changer transformator
Kita dapat menggunakkan tap changer transformer untuk memperoleh
out put tegangan yang tetap, dan bisa mengurangi jatuh tegangan pada
sistem tenaga listrik
Memperbesar nilai out put daya reaktif pada generator
Ini dilakukan jika tidak terdapat tap changer, untuk itu pola
perbaikkannya adalah dengan memperbesar nilai out put daya reaktif
generator pembangkit yang ada agar saat penyaluran daya jatuh
tegangannya dapat dikurangi.
Penambahan kapasitor bank
Kapasitor bank adalah komponen yang dapat memebantu untuk
menambahkan daya reaktif pada sistem, dimana dengan menambahkan
daya reaktif ke sistem dapat memperbaiki (menurunkan) nilai arus
15
pada sistem sehingga dengan turunnya nilai arus dapat meningkatkan
nilai tegangan dan dapat membantu mengurangi jatuh tegangan.
5. Pengaruh Power Faktor disini ada dua, yaitu
a. Pengaruh Power Faktor Generator terhadap tegangan sistem :
Jika Power Faktor lagging maka generator akan menyuplai VAR ke
sistem
Jika Power Faktor generator leading maka generator akan menyerap
VAR dari sistem
Jika Power Faktor generator unity maka generator tidak akan
mensuplai atau menyerap VAR, kondisi ini yang tidak boleh terjadi
b. Pengaruh Power Faktor beban terhadap tegangan sistem :
Jika Power Faktor beban unity maka menunjukkan beban seimbang
atau daya aktif sama dengan daya reaktif
Jika Power Faktor beban lagging maka menunjukkan beban bersifat
induktif sehingga terjadi drop pada nilai tegangan
Jika Power Faktor beban leading maka menunjukkan beban bersifat
kapasitif sehingga terjadi peningkatan pada nilai tegangan
H. KESIMPULAN
Dari analisa hasil percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan nilai tegangan (325 V) dan frekuensi (50 Hz) yang konstan ketika ada
penambahan beban pada sistem maka :
a. Nilai arus juga meningkat sebanding dengan penambahan beban
b. Nilai daya juga meningkat karena nilai arus meningkat, sesuai rumus :
P = V x I
c. Nilai faktor daya akan lagging, karena sistem menyuplai VAR ke beban
menyebabkan nilai faktor daya lagging.
2. Dengan penambahan kapasitor ke sistem dapat membuat :
a. Nilai arus semakin menurun dari nilai sebelumnya tanpa adanya kapasitor
b. Nilai tegangan semakin meningkat karena nilai arus menurun, sesuai dengan
rumus : P = V x I
c. Nilai faktor daya meningkat mendekati unity power faktor
16
I. SIMULASI
1. Tugas simulasi 1, Beban yang disimulasikan :
SS : 5 MW / 3 MVAR
AG : 15 MW / 10 MVAR
RS1 : 25 MW / 15 MVAR
RS2 : 30 MW / 20 MVAR
RS3 : 40 MW / 20 MVAR
R1 : 1000 Ω ; XL : 600 Ω = 30 MW / 15 MVAR
R2 : 500 Ω ; XL : 300 Ω = 32 MW / 18 MVAR
R3 : 250 Ω ; XL : 150 Ω = 35 MW / 20 MVAR
XC1 : 2650 Ω ( 11,55 MVAR)
XC2 : 1325 Ω (23,11 MVAR)
XC3 : 1325 Ω (23,11 MVAR)
2. Hasil dari simulasi dengan menggunakan Power World sebagai berikut :
a. Beban Station Service, Agriculture dan Residential
Beban SS (Station Service) : 5 MW / 3 MVAR
17
Beban SS (Station Service) : 5 MW / 3 MVAR ; AG (Agriculture) : 15 MW / 10 MVAR
Beban SS (Station Service) : 5 MW / 3 MVAR ; RS1 (Residential) : 25 MW / 15 MVAR
18
Beban SS (Station Service) : 5 MW / 3 MVAR ; RS1 (Residential) : 25 MW / 15 MVAR ; RS2 (Residential) : 30 MW / 20 MVAR
Beban SS (Station Service) : 5 MW / 3 MVAR ; AG (Agriculture) : 15 MW / 10 MVAR ; RS1 (Residential) : 25 MW / 15 MVAR
19
Beban SS (Station Service) : 5 MW / 3 MVAR ; AG (Agriculture) : 15 MW / 10 MVAR ; RS1 (Residential) : 25 MW / 15 MVAR ; RS2 (Residential) : 30 MW / 20 MVAR
Beban SS (Station Service) : 5 MW / 3 MVAR ; AG (Agriculture) : 15 MW / 10 MVAR ; RS1 (Residential) : 25 MW / 15 MVAR ; RS2 (Residential) : 30 MW / 20 MVAR ; RS3 (Residential) : 40 MW / 20 MVAR
20
Tabel hasil simulasi untuk beban Station Service, Agriculture dan Residential
BEBANARUS (A) TEGANGAN (Kv)
G1 G2 G1 G2
SS 0.8503 0.8604 325 325
SS+AG 16.9725 15.5717 325 325
SS+RS1 27.2664 25.8145 325 325
SS+RS1+RS2 62.2593 60.9022 325 325
SS+AG+RS1 43.7797 42.3687 325 325
SS+AG+RS1+RS2 79.2752 77.9219 325 325
SS+AG+RS1+RS2+RS3 127.3496 126.0302 325 325
PF DAYA (MW)
G1 G2 G1 G2
1 1 0.48 0.48
0.8356 Lag 0.8004 Lag 7.98 7.02
0.8461 Lag 0.8272 Lag 12.98 12.02
0.798 Lag 0.7885 Lag 27.97 27.03
0.8307 Lag 0.8184 Lag 20.47 19.52
0.7947 Lag 0.7872 Lag 35.47 34.53
0.7736 Lag 0.7688 Lag 55.46 54.54
21
b. Beban Industrial
Kapasitor 1 = 11.55 MVAR
Kapasitor 2/3 = 23.11 MVAR
Beban Industrial : R1 / XL1 (30 MW / 15 MVAR)
Beban Industrial : R2 / XL2 (32 MW / 18 MVAR)
22
Beban Industrial : R3 / XL3 (35 MW / 20 MVAR)
Beban Industrial R1/ XL1 (30 MW / 15 MVAR) ; XC1 (11.55 MVAR)
23
Beban Industrial : R2 / XL2 (32 MW / 18 MVAR) ; XC2 (23.11 MVAR)
Beban Industrial : R3 / XL3 (35 MW / 20 MVAR) ; XC3 (23.11 MVAR)
Tabel hasil simulasi untuk beban Industrial
BEBAN TEGANGAN (KV) ARUS (A) POWER FAKTOR
R1+XL1 171.5 61.0497 0.8802 Lag
R2+XL2 169.75 67.1613 0.8549 Lag
R3+XL3 169.75 74.0074 0.8490 Lag
R1+XL1+XC1 173.25 54.0401 0.9884 Lag
R2+XL2+XC2 176.75 57.2121 0.9919 Lag
R3+XL3+XC3 175 62.2129 0.9985 Lag
24