laporan praktikum 2 (produktivitas) (1)

24
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN PRODUKTIVITAS OLEH KELOMPOK 3 FATHAN HADYAN RIZKI (3415106786) DINA RACHMAWATI (3415106802) INDAH CAHAYA PRAMESTI (3415106777) MUTIA NURAMADHAN (3415106769) WELMY MELATI PUTRI (3415106767) JURUSAN BIOLOGI

Upload: indah-cahaya-pramesti

Post on 11-Feb-2015

300 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN

PRODUKTIVITAS

OLEH

KELOMPOK 3

FATHAN HADYAN RIZKI (3415106786)

DINA RACHMAWATI (3415106802)

INDAH CAHAYA PRAMESTI (3415106777)

MUTIA NURAMADHAN (3415106769)

WELMY MELATI PUTRI (3415106767)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2012

Page 2: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber energi primer bagi ekosistem adalah cahaya matahari. Energi cahaya matahari

hanya dapat diserap oleh organisme tumbuhan  hijau dan organisme fotosintetik. Energi

cahaya digunakan untuk mensintesis molekul anorganik menjadi molekul organik yang

kaya energi. Molekul tersebut selanjutnya disimpan dalam bentuk makanan dalam

tubuhnya dan menjadi sumber bahan organik bagi organisme lain yang heterotrof.

Organisme yang memiliki kemampuan untuk mengikat energi dari lingkungan disebut

produsen.

Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energi

dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem yang dimaksud adalah pemindahan

energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen. Sedangkan penyimpanan energi yang

dimaksudkan adalah penggunaan energi oleh konsumen dan mikroorganisme. Laju

produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut sebagai produktivitas.

1.2 Tujuan

1. Untuk menentukan perubahan produksi dalam biomasa selama kurun waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas.

3. Untuk memahami konsep produktivitas

4. Untuk mengetahui cara mengukur produktivitas primer

5. Untuk mengetahui metode penentuan produktivitas primer

Page 3: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Produktivitas adalah laju produksi biomassa makhluk hidup dalam ekosistem. Produktivitas

ekosistem merupakan suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari banyak proses dan

interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem.Sumber daya energi yang utama untuk

semua tingkat trofik adalah radiasi matahari. Suatu permukaan di alam yang tidak terlindung

dan mendapat radiasi matahari secara langsung, maka permukaan itu akan menerima energi

dari radiasi matahari dengan kecepatan 1,94 g-kalori/cm2/menit, akan tetapi pada umumnya

radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi hanya 46%,hal itu disebabkan adanya

penyerapan dan pemantulan sebagian energi oleh atmosfer, asap, partikel-partikel debu dan

awan (Kendeigh, 1980)

Manfaat utama dari energi matahari yang bisa sampai ke permukaan bumi adalah

untuk kepentingan tetumbuhan hijau yang dalam proses kehidupan dikenal dengan

fotosintesis dan respirasi. Dalam proses fotosintesis, organisme-organisme yang

berfotosintesis (autrotof) hanya memanfaatkan 50% dari radiasi matahari yang diterima dan

efisiensi pemanfaatan energi yang diserap oleh autrotof hingga mencapai produktivitas

primer bersih hanya lebih kurang 1% (Odum, 1993)

Vickery (1984) menyatakan bahwa energi radiasi matahari yang memasuki sebuah

ekosistem hanya sebagian kecil saja yang secara nyata diterima oleh organisme-organisme

autrotof dan diubah menjadi energi kimia. Tumbuh-tumbuhan hijau berfotosintesis selama

lebih kurang 10 jam per hari dalam waktu siang hari. Jika intensitas radiasi matahari yang

dalam kondisi maksimal, maka faktor yang menjadi pembatas efektivitas proses fotosintesis

adalah ketersediaan air, CO2, dan unsur-unsur hara lainnya dari lingkungan. (Ir. Indriyanto,

2006)

Di dalam setiap ekosistem baik daratan maupun perairan, terdapat organisme hidup

dan benda mati (lingkungan abiotik) yang menunjang proses kehidupan. Proses kehidupan di

alam tersebut merupakan kejadian yang mengubah bentuk energi pada berbagai komponen

ekosistem. Proses-proses yang terlibat dalam pengubahan energi dalam ekosistem meliputi

proses metabolisme, aliran energi pada berbagai tingkat trofik, dan siklus biogeokimia

(Odum, 1993). Proses metabolisme merupakan proses fisiologi yang terdapat pada tubuh

organism hidup dan proses ini menjadi ciri yang membedakan antaraorganisme hidup dengan

benda mati. Metabolisme meliputi proses anabolisme dan katabolisme.

Page 4: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

Hasil dari kegiatan metabolisme adalah pertumbuhan dan penambahan biomassa, dan

penimbunan biomassa itu disebut produksi (Odum, 1993). Produksi selama periode waktu

tertentu disebut produktivitas. Baik produksi maupun produktivitas kedua-duanya secara

umum berhubungan dengan biomassa pada tingkat trofik tertentu (Kendeigh, 1980)

Menurut Resosoedarmo dkk. (1986) bahwa setiap ekosistem atau komunitas atau

bagian-bagian lain dalam organisasi makhluk hidup oleh tetumbuhan hijau menjadi energi

kimia dikenal sebagai produktivitas primer. Odum (1993) menyatakan bahwa produktivitas

primer merupakan kecepatan energy radiasi matahari yang disimpan melalui aktivitas

fotosintesis dan kemosintesis oleh oraganisme produsen dlam bentuk bahan organic yang

dapat digunkan sebagai bahan pangan.

Produktivitas dapat diukur selama beberpa periode waktu tertentu. Salah satu metode

yang digunakan untuk mengukur produktivitas yaitu dengan metode panen. Metode panen

merupakan cara mengukur produktivitas dengan memanen seluruh organ vegetasi secara

periodic menurut periode waktu yang dipilih. Hasil panen kemudian di oven pada suhu 80oC

sampai pada suatu saat bobotnya konstan, dan bobot ini dinyatakan sebagai bobot kering

oven (Ir. Indriyanto, 2006)

2.1 Produktivitas Primer

Produktivitas primer merupakan laju penambatan energy yang dilakukan oleh

produsen.  Menurut Campbell (2002), Produktivitas primer menunjukkan Jumlah energy

cahaya yang diubah menjadi energy kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode

waktu tertentu. Total produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas primer kotor (gross

primary productivity, GPP). Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan

organik pada tubuh organisme produsen atau pada tumbuhan yang sedang tumbuh, karena

organisme tersebut menggunakan sebagian molekul tersebut sebagai bahan bakar organic

dalam respirasinya. Dengan demikian, Produktivitas primer bersih (net primary productivity,

NPP) sama dengan produktivitas primer kotor dikurangi energy yang digunakan oleh

produsen untuk respirasi (Rs):

NPP = GPP – Rs

Dalam sebuah ekosistem, produktivitas primer menunjukkan simpanan energy kimia

yang tersedia bagi konsumen. Pada sebagian besar produsen primer, produktivitas primer

bersih dapat mencapai 50% – 90% dari produktivitas primer kotor. Menurut Campbell et al

(2002), Rasio NPP terhadap GPP umumnya lebih kecil bagi produsen besar dengan struktur

nonfotosintetik yang rumit, seperti pohon yang mendukung sistem batang dan akar yang

besar dan secara metabolik aktif.

Page 5: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energy persatuan luas persatuan waktu

(J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi yang ditambahkan ke

ekosistem persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Namun demikian, produktivitas

primer suatu ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof

fotosintetik yang terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman tegakan

(standing crop biomass). Produktivitas primer menunjukkan laju di mana organisme-

organisme mensintesis biomassa baru. Meskipun sebuah hutan memiliki biomassa tanaman

tegakan yang sangat besar, produktivitas primernya mungkin sesungguhnya kurang dari

produktivitas primer beberapa padang rumput yang tidak mengakumulasi vegetasi (Campbell

et al., 2002).

Produktivitas primer digolongkan menjadi dua, yaitu produktivitas primer kotor dan

produktivitas primer bersih.

1. Produktivitas primer kotor, yaitu kecepatan total fotosintesis, mencakup banyaknya bahan

organic yang digunakan dalam respirasi atau pernafasan selama periode pengukuran.

Produktivitas primer kotor disebut juga fotosintesis total atau asimilasi total.

2. Produktivitas primer bersih, yaitu kecepatan penyimpanan bahan organik dalam jaringan

tumbuhan sebagai kelebihan bahan oraganik yang sebagia telah dipakai untuk respirasi

tumbuhan selama periode pengukuran. Produktivitas primer bersih disebut juga

fotosintesis yang kelihatan atau asimilasi bersih.

2.2. Estimasi Fotosintesis

Estimasi potensi produktivitas primer maksimum dapat diperoleh dari efisiensi

potensial fotosintetis. Energi cahaya yang dipancarkan matahari ke bumi ± 7.000 kkal/m2/hari

pada musim panas atau daerah tropis dalam keadaan tidak mendung. Dari jumlah tersebut,

sebanyak ± 2.735 kkal dapat dimanfaatkan secara potensial untuk fotosintetis bagi tumbuhan.

Sekitar 70% energy yang tersedia berperan dalam perantara pembentukan pemindahan energy

secara fotokhemis ke fotosintesis. Dari total energy tersebut, hanya sekitar 28% diabsorbsi ke

dalam bentuk yang menjadi bagian dari pemasukan energy ke dalam ekosistem. Prinsipnya

dibutuhkan minimum 8 Einstein (mol quanta) cahaya untuk menggerakkan 1 mol

karbohidrat.

Secara teoritis produktivitas primer bruto ekosistem dapat dihasilkan 635 kkal/m2/hari

dan sebanyak 165 g/m2/hari berubah ke massa bahan organik. Untuk keperluan respirasi

harian, tumbuhan menggunakan ± 25% dari produk organik. Dengan demikian produksi netto

yang diperoleh ekosistem ± 124 g/m2/hari. Estimasi hasil itu dapat diperoleh jika cahaya

Page 6: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

maksimal, efisiensi maksimal dalam perubahan cahaya menjadi karbohidrat dan respirasi

minimum. Salah satu bukti catatan produktivitas bersih harian adalah sebesar 54 g/m2/hari

pada ekosistem padang rumput tropis dengan radiasi cahaya yang tinggi.

2.3. Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode

biomassa, metode penandaan  dan metode metabolisme. Penelitian produktivitas di Indonesia

umumnya menggunakan metode penandaan. Produktivitas yang diperoleh dari hasil

pengukuran ini bisa lebih kecil dari produktivitas yang sebenarnya karena tidak

memperhitungkan kehilangan seresah, pengaruh grazing hewan-hewan herbivore yang

memakan tumbuhan. Beberapa peneliti membagi biomassa atau produktivitas menurut

letaknya terhadap substrat yaitu biomassa di atas substrat (meliputi batang, helaian dan

pelepah daun) dan biomassa di bawah substrat meliputi akar, dan rhizome (Dedi, 2009).

Tunas-tunas fotosintetik pada tumbuhan merupakan organ penting untuk berproduksi.

Namun banyak hasil fotosintesis ditranslokasikan ke bawah tanah, di mana hasil fotosintesis

tersebut mendukung pertumbuhan akan dan disimpan. Menurut Mcnaughton dan Wolf

(1998), siklus tahunan biomassa tumbuhan di atas dan di bawah tanah mengarah kepada

hubungan terbalik. Selama musim pertumbuhan, ketika biomassa di atas tanah meningkat

cepat, biomas di bawah tanah umumnya cenderung menurun. Sedangkan pada akhir musim,

biomassa di bawah tanah umumnya meningkat kembali karena kelebihan produksi yang

dihasilkan tunas-tunas kemudian dipindahkan ke bawah.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Menurut Jordan (1985) dalam Wiharto (2007), Jika produktivitas suatu ekosistem

hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal itu menandakan kondisi

lingkungan yang stabil, tetapi jika perubahan yang dramatis maka menunjukkan telah terjadi

perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di

antara organisme penyusun eksosistem. Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan

produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas

dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas

bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan.

Produktivitas pada ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

Suhu

Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari

wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu bukanlah menjadi faktor

Page 7: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

dominan yang menentukan produktivitas, tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang

tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan

akan berlangsung lama, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas.

Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara

langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis,

sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara

tidak langsung, misalnya suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang

akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.

Cahaya

Cahaya merupakan sumber energy primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran

yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan energy cahaya

tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini

berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya

matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga

mendukung peningkatan produktivitas primer.

Pada ekosistem terrestrial seperti hutan hujan tropis memilik produktivitas primer

yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari

tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang (Wiharto, 2007).

Sedangkan pada eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada

ketersediaan cahaya dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan

mengalami penurunan jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.

Air, curah hujan dan kelembaban

Produktivitas pada ekosistem terrestrial berkorelasi dengan ketersediaan air. Air

merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan

faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik.  Secara kimiwi air berperan sebagai pelarut

universal, keberadaan air memungkinkan membawa serta nutrient yang dibutuhkan oleh

tumbuhan.

Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam bentuk

air tanah, air sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di atmosfer dapat

mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara suhu dan air hujan yang

banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembaban yang sangat

ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas.

Menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya kelembaban pada gilirannya

akan meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat

Page 8: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat yang menyebabkan

lepasnya unsure hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Terjadinya petir dan badai selama

hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi di udara, dan turun ke bumi bersama

air hujan.

Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan  akan menyebabkan tanah-tanah yang

tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah.

Pencucian adalah penyebab utama hilangnya zat hara dalam ekosistem.

Nutrien

Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa dalam jumlah

yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada

beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan faktor pembatas yang penting bagi

produktivitas. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau

nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang

demikian disebut nutrient pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan

fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2

kadang-kadang membatasi produktivitas.

Produktivitas di laut umumnya terdapat paling besar diperairan dangkal dekat benua

dan disepanjang terumbu karang, di mana cahaya dan nutrient melimpah. Produktivitas

primer persatuan luas laut terbuka relative rendah karena nutrient anorganic khusunya

nitrogen dan fosfor terbatas ketersediaannya dipermukaan. Di tempat yang dalam di mana

nutrient melimpah, namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis. Sehingga fitoplankton,

berada pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke atas membawa nitrogen dan

fosfor kepermukaan.

Tanah 

Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh

diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan oleh

mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka

karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat

(H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah

ion hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation

hara yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang

dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah

(Wiharto, 2007).

Page 9: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan bereaksi

dengan liat silikat dan membebaskan aluminium. Karena aluminium merupakan unsur yang

terdapat dimana-mana di daerah hutan hujan tropis, maka alminiumlah yang lebih dominan

berasosiasi dengan tanah asam di daerah ini. Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk

asam di tanah. Sulfat ini dapat masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering,

juga melalui aktivitas organisme mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik

juga dapat dilepaskan dari aktivitas penguraian serasah (Jordan, 1985 dalam Wiharto, 2007 ). 

 Herbivor

Menurut Barbour at al. (1987) dalam Wiharto (2007), sekitar 10 % dari produktivitas

vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe

ekosistem darat. Namun demikian, menurut McNaughton dan Wolf (1998) bahwa akibat

yang ditimbulkan oleh herbivore pada produktivitas primer sangat sedikit sekali diketahui.

Bahkan hubunga antar herbivore dan produktivitas primer bersih kemungkinan bersifat

kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga

meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian dapat menurun jika intensitasnya

optimum. 

Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) menyatakan, bahwa walaupun defoliasi pada

individu pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini disebabkan oleh tingginya

keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis. Selain itu, banyak pohon mengembangkan alat

pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi

oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora. 

Page 10: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hari/Tanggal: Senin, 1 Okt 2012 Waktu Pengamatan : 14.00s.d. 15.00

Hari/Tanggal: Senin, 22 Okt 2012 Waktu Pengamatan : 14.00 s.d. 14.30

Hari/Tanggal: Senin, 12 Nov 2012 Waktu Pengamatan : 13.30 s.d. 14.00

Cuaca : Mendung Luas Lokasi Pengamatan : 2 plot x 0,25 m2

Lokasi : Padang rumput di veldrome

Pengamat : 1. Dina R. 2. Indah Cahaya P. 3. Welmy Melati P.

4. Fathan H. R. 5. Mutia Nuramadhan

Tabel 1. Data Pengamatan Metode Pemanenan untuk Pengukuran Produktivitas

Waktu

PanenIndikator Perhitungan

Plot Jumlah

(gram)

Rata-rata

(gram)I II

IBerat Basah (gram) 145, 2 143,4

211 105,5Berat Kering (gram) 39,1 38.5

IIBerat Basah (gram) 74,6 23,1

72,2 36,1Berat Kering (gram) 18,6 6,9

IIIBerat Basah (gram) 17,9 27,3

31,5 15,75Berat Kering (gram) 4,75 8,95

Perhitungan

Waktu Panen I

Plot I = Berat Basah – Berat Kering

= 145,2 – 39,1

= 106,1 gram

Plot II = Berat Basah – Berat Kering

= 143,4 – 38,5

= 104,9 gram

Rata−rata=106,1+104,92

¿ 2112

=105,5 gram

Waktu Panen II

Plot I = Berat Basah – Berat Kering

= 74,6– 18,6

= 56 gram

Plot II = Berat Basah – Berat Kering

= 23,1 – 6,9

= 16,2 gram

Rata−rata=56+16,22

¿ 72,22

=36,1 gram

Page 11: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

Waktu Panen III

Plot I = Berat Basah – Berat Kering

= 17,9– 4,75

= 13,15 gram

Plot II = Berat Basah – Berat Kering

= 27,3– 8,95

= 18,35 gram

Rata−rata=13,15+18,352

=31,52

=15,75 gram

Menentukan Total Jumlah Rata-rata Berat Rumput Selama Tiga Kali Panen

∑ Rata−rata=105,5+36,1+15,753

¿ 157,353

=52,45 gram

Page 12: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini tentang produktifitas. Produktivitas adalah laju produksi

biomassa makhluk hidup dalam ekosistem. Produktivitas dapat diukur selama beberapa

periode waktu tertentu. Pada praktikum ini dilaksanakan dalam waktu 6 minggu dengan

menggunakan metode panen. Metode panen merupakan cara mengukur produktivitas dengan

memanen seluruh organ vegetasi secara periodic menurut periode waktu yang dipilih. Hasil

panen kemudian di oven pada suhu 80oC sampai pada suatu saat bobotnya konstan, dan bobot

ini dinyatakan sebagai bobot kering oven (Ir. Indriyanto, 2006). Namun pada praktikum ini

tidak menggunakan oven , tetapi menggunakan cahaya matahari langsung (dijemur) untuk

mengetahui bobot keringnya.

Hasil perhitungan didapatkan bahwa waktu panen I baik dari plot 1 maupun plot 2

memiliki jumlah 211 gram sehingga rata-rata produktivitas untuk waktu panen 1 sebesar

105,5 gram. Sedangkan untuk waktu panen 2 memiliki jumlah produktivitas sebesar 72,2

gram dan rata-rata sebesar36,1 gram. Terakhir untuk waktu panen 3 baik plot 1 maupun 2

didapatkan jumlah produktifitas sebesar 31,5 gram dan rata-rata sebesar 15,75 gram. Maka

total jumlah rata-rata berat rumput selama 3 kali panen sebesar 52,45 gram.

Bedasarkan hasil tersebut terlihat bahwa produktivitas terbesar adalah saat waktu panen

pertama, selanjutnya pada waktu panen kedua, dan terakhir pada waktu panen ketiga. Selain

itu, pada hasil perhitungan terlihat bahwa terjadi penurunan berat produktivitas dari pemanen

yang telah dilakukan. Selain itu terjadi pula pengurangan hasil produksi setiap

minggunya.Hal ini menandakan bahwa telah terjadi perubahan yang tidak terlalu signifikan

karena hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama yaitu 2 minggu maka hal ini

menandikan bahwa kondisi lingkungan yang stabil (Jordan, 1985 dalam Wiharto, 2007).

Sedangkan , jika perubahannya terjadi secara signifikan terdapat perubahan lingkungan yang

nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme-organisme

yang menyusun ekosistem karena terdapat perubuhan yang dramatis. (Jordan, 1985 dalam

Wiharto, 2007).

Produktivitas sangat erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang dilakukan

tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan berklorofil mampu menangkap energi cahaya dan mengolah

serta menyimpannya menjadi energi kimia berupa bahan organik yang disebut produktivitas

primer. Produktivitas primer menunjukkan Jumlah energy cahaya yang diubah menjadi

energy kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu tertentu (Campbell,

Page 13: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

2010). Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energy persatuan luas persatuan waktu

(J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi yang ditambahkan ke

ekosistem persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Jumlah total yang ditangkap

dalam bentuk bahan makanan oleh tumbuhan dengan proses fotosintesis disebut produktivitas

primer kotor (Thyni, 2012)

Pada praktikum ini kelompok kami memiliki produktifitas terbesar dibandingkan

dengan kelompok-kelompok lainnya. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor

yaitu ...............................

Page 14: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Produktivitas primer merupakan laju penambatan energy yang dilakukan oleh

produsen.

2. Produktivitas primer menunjukkan Jumlah energy cahaya yang diubah menjadi energi

kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu tertentu.

3. Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan organik pada tubuh

organisme produsen atau pada tumbuhan yang sedang tumbuh, karena organisme

tersebut menggunakan sebagian molekul tersebut sebagai bahan bakar organik dalam

respirasinya.

4. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode

biomassa, metode penandaan  dan metode metabolisme. Penelitian produktivitas di

Indonesia umumnya menggunakan metode penandaan.

5. Bedasarkan hasil praktikum terlihat bahwa produktivitas terbesar adalah saat waktu

panen pertama sebesar 105,5 gr, selanjutnya pada waktu panen kedua 36,1 gr, dan

terakhir pada waktu panen ketiga 15,75 gr.

6. Jika produktivitas suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang

lama maka hal itu menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika perubahan

yang dramatis maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan yang nyata atau

terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme penyusun

eksosistem.

7. Produktivitas sangat erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang dilakukan

tumbuhan.

8. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas bergantung pada jenis

ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan.

9. Faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah suhu, cahaya, air, curah hujan,

kelembaban, nutrien, tanah dan herbivor.

10. ...

Page 15: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

Saran

- Untuk mencari berat kering suatu tumbuhan lebih baik menggunakan oven untuk

mengeringkannya, karena tidak bisa menggunakan cahaya matahari pada cuaca

musim hujan seperti ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Kendeigh, S. C. 1980. Ecology with Special Refence to Animal and Man. Department of

Zoology University of Illinois at Urbana-Champaign. New York: Prentice-Hall pf India

Private Limited.

Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku

Fundamental of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, dan A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung:

Remadja Rosda karya.

Vickery, M. L. 1984. Ecology of Tropical Plants. John Wiley and Sons. New York: Penerbit

Yayasan Obor Indonesia.

Anonim. 2007. Produktivitas Primer_Tinjauan Pustaka.(pdf_file).

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mcnaughton, S.J., L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum (terjemahan), Edisi kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wiharto, M. 2007. Produktivitas Vegetasi Hutan Hujan Tropis. (pdf_file).

Page 16: Laporan Praktikum 2 (Produktivitas) (1)

Thyni. 2012. Produktivitas. http://thyni-littlestar.blogspot.com/2012/04/laporan-produktivitas.html diunduh tanggal 25 November 2012.

Dedi, S. 2009. Pertumbuhan, Produktivitas dan Biomassa, Fungsi dan Peranan. Dari http://web.ipb.ac.id/Dedi_s  download tanggal 30 Juni 2009.