laporan poligon

21
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (IUT) MODUL 4 POLIGON KELOMPOK 14 Cipta Adhi Prakasa (0906630235) Kevin Anditirama (0906511795) Srisadewo Fauzi (0906511920) Tanggal Praktikum : 16 Oktober 2010 Asisten Praktikum : Mita Amalia Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010

Upload: cipta-adhi-prakasa

Post on 03-Aug-2015

1.366 views

Category:

Documents


118 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Poligon

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (IUT)

MODUL 4

POLIGON

KELOMPOK 14

Cipta Adhi Prakasa (0906630235)Kevin Anditirama (0906511795)

Srisadewo Fauzi (0906511920)

Tanggal Praktikum : 16 Oktober 2010

Asisten Praktikum : Mita Amalia

Tanggal Disetujui :

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2010

Page 2: Laporan Poligon

A. TUJUAN PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan letak suatu titik dalam suatu system

koordinat tertentu dan menerapkan penggunaan alat Theodolit dalam pembuatan

kerangka dasar pemetaan.

B. PERALATAN

1. Theodolit 1 buah

2. Payung 1 buah

3. Meteran 1 buah

4. Patok 6 buah

5. Statif 1 buah

C. TEORI DASAR

Poligon merupakan serangkain garis lurus khayal yang menghubungkan titik –

titik di permukaan bumi. Setiap titik dalam rangkaian tersebut akan menjadi acuan bagi

penentuan koordinat titik – titik disekitarnya. Pengukuran poligon bisa digunakan untuk

menentukan kerangka dasar mendatar dalam pengukuran situasi.

Pada pengukuran situasi , Theodolit diletakkan pada titik – titik poligon. Jika

tidak terdapat titik diantara titik – titik poligon sebagai titik acuan, maka harus dilakukan

pengikatan ke belakang (dari titik pertama poligon ke titik acuan).

Pengukuran poligon mengikuti pengukuran sudut mendatar dan jarak mendatar

antar titik – titik poligon. Dari selisih antara dua sudut mendatar pada satu titik akan

diperoleh sudut dalam poligon pada titik tersebut.

Page 3: Laporan Poligon

Ada dua cara pengukuran poligon, yaitu :

a. Cara Poligon tertutup ( satu titik acuan )

b. Cara Poligon terbuka ( dua titik acuan )

Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik referensi (acuan)

yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon.

Titik referensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam

penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta

Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk

pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas yaitu sekitar (20

km x 20 km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan

berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan maupun pemeriksa.

Tingkat ketelitian, sistem koordinat yang diinginkan, dan keadaan medan

lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun

ketentuan poligon kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan

atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan

keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk

konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan

jarak selang penempatan titik.

D. PROSEDUR

1. Membuat sketsa titik – titik poligon berupa segienam kemudian meletakkan patok-

patok pada area lapangan sesuai dengan sketsa yang telah dibuat

2. Memasang Theodolit di atas statif pada titik A (titik awal) kemudian mengatur

gelembung nivo agar berada di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus

terhadap batch mark sehingga diperoleh sudut vertikal 90o

3. Menghitung tinggi alat di titik A dengan menggunakan pita ukur.

Page 4: Laporan Poligon

4. Membidikkan Theodolit searah jarum jam ke titik B dan lakukan pembacaan sudut,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Menghitung jarak antara titik A dan

B dengan menggunakan pita ukur.

5. Setelah itu, membidikkan Theodolit ke titik F kemudian catat sudut horizontal,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Menghitung jarak antara tiitk A dan

F dengan menggunakan pita ukur.

6. Memindahkan Theodolit ke titik B kemudian mengatur gelembung nivo agar berada

di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus terhadap batch mark sehingga

diperoleh sudut vertikal 90o

7. Menghitung tinggi alat di titik B dengan menggunakan pita ukur.

8. Membidikkan Theodolit searah jarum jam ke titik C dan lakukan pembacaan sudut,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Menghitung jarak antara titik A dan

B dengan menggunakan pita ukur.

9. Setelah itu, membidikkan Theodolit ke titik A kemudian catat sudut horizontal,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

10.Memindahkan Theodolit ke titik C kemudian mengatur gelembung nivo agar berada

di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus terhadap batch mark sehingga

diperoleh sudut vertikal 90o

11.Menghitung tinggi alat di titik C dengan menggunakan pita ukur.

12.Membidikkan Theodolit searah jarum jam ke titik D dan lakukan pembacaan sudut,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Menghitung jarak antara titik C dan

D dengan menggunakan pita ukur.

13.Setelah itu, membidikkan Theodolit ke titik B kemudian catat sudut horizontal,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

14.Memindahkan Theodolit ke titik D kemudian mengatur gelembung nivo agar berada

di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus terhadap batch mark sehingga

diperoleh sudut vertikal 90o

15.Menghitung tinggi alat di titik D dengan menggunakan pita ukur.

16.Membidikkan Theodolit searah jarum jam ke titik E dan lakukan pembacaan sudut,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Menghitung jarak antara titik D dan

E dengan menggunakan pita ukur.

Page 5: Laporan Poligon

17.Setelah itu, membidikkan Theodolit ke titik C kemudian catat sudut horizontal,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

18.Memindahkan Theodolit ke titik E kemudian mengatur gelembung nivo agar berada

di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus terhadap batch mark sehingga

diperoleh sudut vertikal 90o

19.Menghitung tinggi alat di titik E dengan menggunakan pita ukur.

20.Membidikkan Theodolit searah jarum jam ke titik F dan lakukan pembacaan sudut,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Menghitung jarak antara titik E dan F

dengan menggunakan pita ukur.

21.Setelah itu, membidikkan Theodolit ke titik D kemudian catat sudut horizontal,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

22.Memindahkan Theodolit ke titik F kemudian mengatur gelembung nivo agar berada

di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus terhadap batch mark sehingga

diperoleh sudut vertikal 90o

23.Menghitung tinggi alat di titik F dengan menggunakan pita ukur.

24.Membidikkan Theodolit searah jarum jam ke titik A dan lakukan pembacaan sudut,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

25.Setelah itu, membidikkan Theodolit ke titik E kemudian catat sudut horizontal,

benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

Page 6: Laporan Poligon

E. DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Data Pengamatan

Lokasi

Alat

Tinggi

Alat (m)

Titik

Pembacaan

BA BT BB Sudut

Vertikal (˚)

Sudut Dalam (˚) Jarak

(m)

A 1,475B 133 131,3 127,8

90˚ 120,5˚5,2

F 141,6 136,8 132,9 8,7

B 1,41C 130,2 127 123,7

90˚ 128,5˚6,3

A 158,8 156,1 153,5 5,3

C 1,426D 146,2 142,7 137,2

90˚ 145˚9

B 158 154,8 151,4 6,6

D 1,49E 165 159 155

90˚ 80˚10

C 157,5 153 148,5 9

E 1,505F 166,5 162,5 158,5

90˚ 128˚ 51’ 50”8

D 148 143,5 138,5 9,5

F 1,545A 168,5 164,5 160,5

90˚ 117˚ 12’ 00”8

E 145,5 141,5 138 7,5

F. PENGOLAHAN DATA

a. Pengolahan Data Sudut

1. Sudut Dalam Sebelum koreksi

Titik Sudut Dalam (Hz˚)

A 120,5˚

B 128,5˚

C 145˚

D 80˚

E 128˚ 51’ 50”

F 117˚ 12’ 00”

Page 7: Laporan Poligon

∑ Sudut Dalam = 720,06˚

Koreksi Sudut

Polygon segi-n

R∞ = (n-2) x 180°

Polygon segienam, maka n = 6, sehingga

Rα = (6-2) x 180° = 720°

Faktor koreksi

Fα = (720° - 720,06˚)/6 = - 0,01˚

2. Sudut Dalam Setelah Koreksi

Titik Sudut Dalam Terkoreksi

A 120,49˚

B 128,49˚

C 144,99˚

D 79,99˚

E 128,85˚

F 117,19˚

∑ Sudut Dalam Terkoreksi = 720˚

Page 8: Laporan Poligon

3. Sudut Jurusan

b. Pengolahan Data Jarak

1. Proyeksi terhadap sumbu X

dij x = Lij sin αij

αij = Sudut Jurusan

Titik Lij ( m ) αij Hasil ( dij x)

A – B 5,2 37.5 3,165

B – C 6,3 88.5 6,297

C – D 9 115 8,156

D – E 10 222 -6,691

E – F 8 263.044 - 7,941

F – A 8 325.844 -4,577

∑ 46,5 - 1,591

Titik Besar Sudut Jurusan

A-B N 37,5˚ E

B-C N 88,5˚ E

C-D N 115˚ E

D-E S 42˚ W

E-F S 83˚02’40” W

F-A S 145˚ 50’ 40” W

Page 9: Laporan Poligon

Koreksi jarak terhadap sumbu X (∆dij x)

∆dij x = ∑ dij x . Lij

∑ Lij

Tabel Proyeksi terhadap sumbu X Setelah Koreksi

Titik Lij ( m ) αij Hasil ( dij x) ∆dij x Setelah Koreksi

A – B 5.2 37.5 3.166 -0.1682 3.334

B – C 6.3 88.5 6.298 -0.2038 6.502

C – D 9.0 115 8.157 -0.2911 8.448

D – E 10.0 222 -6.691 -0.3234 -6.368

E – F 8.0 263.044 -7.941 -0.2588 -7.682

F – A 8.0 325.844 -4.492 -0.2588 -4.233

∑ 46.5 -1.504 0.000

2. Proyeksi terhadap sumbu Y

dij y = Lij cos αij

αij = Sudut Jurusan

Titik Lij ( m ) αij Hasil ( dij y)

A – B 5,2 37.5 4.125B – C 6,3 88.5 0.165C – D 9 115 -3.804D – E 10 222 -7.431E – F 8 263.044 - 0.969F – A 8 325.844 6.620

∑ 46,5 -1.293

Page 10: Laporan Poligon

Koreksi jarak terhadap sumbu X (∆dij y)

∆dij y = ∑ dij y . Lij

∑ Lij

Tabel Proyeksi terhadap sumbu Y Setelah Koreksi

Titik Lij ( m ) αij Hasil ( dij y) ∆dij y Setelah Koreksi

A – B 5.2 37.5 4.125 -0.1446 4.270

B – C 6.3 88.5 0.165 -0.1752 0.340

C – D 9.0 115 -3.804 -0.2503 -3.553

D – E 10.0 222 -7.431 -0.2781 -7.153

E – F 8.0 263.044 -0.969 -0.2225 -0.746

F – A 8.0 325.844 6.620 -0.2225 6.843

∑ 46.5 -1.293 0.000

c. Koordinat Titik

Sebelum Dikoreksi

Titik X Y

A-B 3.166 4.125

B-C 6.298 0.165

C-D 8.157 -3.804

D-E -6.691 -7.431

E-F -7.941 -0.969

F-A -4.492 6.62

Page 11: Laporan Poligon

Setelah Dikoreksi

d. Pengukuran Jarak

Lokasi Alat

Tinggi Alat (m)

Titik Pembacaan

BA BT BB Jarak (m) Jarak dalam Perhitungan

(m)

A 1,475

B 133 131.3 127.8 5.2 5.2

F 141.6 136.8 132.9 8.7 8.7

B 1.41

C 130.2 127 123.7 6.3 6.5

A 158.8 156.1 153.5 5.3 5.3

C 1,426

D 146.2 142.7 137.2 9 9

B 158 154.8 151.4 6.6 6.6

D 1.49

E 165 159 155 10 10

C 157.5 153 148.5 9 9

E 1,505

F 166.5 162.5 158.5 8 8

D 148 143.5 138.5 9.5 9.5

F 1,545

A 168.5 164.5 160.5 8 8

E 145.5 141.5 138 7.5 7.5

Titik X Y

A-B 3.334 4.27

B-C 6.502 0.34

C-D 8.448 -3.553

D-E -6.368 -7.153

E-F -7.682 -0.746

F-G -4.233 6.843

Page 12: Laporan Poligon

Kesalahan relatif jarak = 0.00341 %

F. ANALISIS

● Analisa praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan letak suatu titik dalam suatu sistem

koordinat tertentu dan menerapkan penggunaan alat Theodolit dalam pembuatan

kerangka dasar pemetaan. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

Theodolit, patok, rambu, payung, statif. Theodolit digunakan untuk membaca rambu serta

untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal, statif untuk meletakkan Theodolit, patok

untuk menandai titik yang akan diukur, rambu untuk membaca benang atas, benang

tengah dan benang bawah, serta payung untuk melindungi Theodolit dari cahaya matahari

karena alat tersebut sensitif terhadap cahaya.

Praktikum dimulai dengan membuat sketsa lapangan berupa polygon dengan 6

titik dan setiap titik ditandai dengan patok, mulai dari titik A sampai titik F. Setelah itu,

praktikan menyiapkan semua alat yang diperlukan dalam praktikum ini. Pertama,

praktikan meletakkan statif di titik awal kemudian memasang Theodolit di atas statif dan

mengatur gelembung nivo agar berada di tengah serta memastikan Theodolit tegak lurus

terhadap batch mark sehingga diperoleh sudut vertikal 90o

Kemudian, praktikan mengukur tinggi alat di titik A dan diusahakan agar alat

benar-benar mendatar terhadap acuan dengan menyetel dan mengatur gelembung nivo

agar tepat berada di tengah. Praktikan menentukan garis vertikal dan horizontal di titik

A. Setelah itu, praktikan melakukan pembidikkan searah jarum jam ke titik B lalu ke

titik F sehingga akan diperoleh sudut dalam FAB. Praktikan pun berbagi tugas, ada yang

melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah dengan

Theodolit; ada yang memayungi Theodolit; ada yang memegang rambu di titik yang

dibidik, dan ada yang mencatat hasil pembacaan pada Theodolit.

Page 13: Laporan Poligon

Setelah itu, Theodolot dipindah ke titik B, dilakukan penyetelan alat seperti yang

dilakukakn praktikan di titik A sebelumnya kemudian dilakukan pembidikkan ke titik C

dan A sehingga diperoleh sudut dalam ABC. Demikian dengan titik yang lain sampai ke

titik F.

Page 14: Laporan Poligon

Analisa Data

Dari percobaan diperoleh data sebagai berikut :

Titik Sudut Dalam (Hz˚)

A 120,5˚

B 128,5˚

C 145˚

D 80˚

E 128˚ 51’ 50”

F 117˚ 12’ 00”

∑ Sudut Dalam = 720,06˚

Dari data terlihat sudut penutupnya adalah 720,06˚ dari yang seharusnya 720˚. ini

menyebabkan poligon tidak membentuk poligon tertutup. Dalam hal ini kemudian

dilakukan koreksi sudut dan jarak dalam perhitungan data. Dari perhitungan koreksi sudut

dalam, diperoleh koreksi sebesar 0˚3’36’’. Sehingga setelah dilakukannya koreksi, poligon

membentuk sebuah poligon tertutup.

Sedangkan untuk jarak yang diperoleh dari hasil pengukuran jarak adalah sebagai

berikut:

Lokasi Alat

Tinggi Alat (m)

Titik Pembacaan

BA BT BB Jarak (m) Jarak dalam Perhitungan

(m)

A 1,475

B 133 131.3 127.8 5.2 5.2

F 141.6 136.8 132.9 8.7 8.7

B 1.41

C 130.2 127 123.7 6.3 6.5

A 158.8 156.1 153.5 5.3 5.3

C 1,426

D 146.2 142.7 137.2 9 9

B 158 154.8 151.4 6.6 6.6

D 1.49 E 165 159 155 10 10

Page 15: Laporan Poligon

C 157.5 153 148.5 9 9

E 1,505

F 166.5 162.5 158.5 8 8

D 148 143.5 138.5 9.5 9.5

F 1,545

A 168.5 164.5 160.5 8 8

E 145.5 141.5 138 7.5 7.5

Dari data tersebut jarak yang didapat dari pengukuran dengan dari perhitungan hampir

tidak ada perbedaan, kecuali pada pengukuran jarak dari titik B ke titik C yaitu 6,3m dan 6,5m.

Sedangkan pada pengukuran dari titik A ke titik B, C ke D, dan seterusnya didapatkan hasil

yang sama yaitu 5,2m, 9m, 10m, 8m, dan 8m, sehingga kesalahan relatif dari pengukuran jarak

antar titik adalah 0.00341 % dan ketelitian dalam pengukuran pada praktikum ini bisa

dikatakan cukup baik.

Analisa kesalahan

Kesalahan pada praktikum ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Kesalahan pada saat pengolahan data mulai dari sudut, jarak, dan koordinat serta

koreksi-koreksinya mengakibatkan poligon menjadi poligon tidak tertutup.

2. Awalnya poligon yang terbentuk dari data praktikum tidak membentuk poligon

tertutup, namun setelah dikoreksi akhirnya menjadi poligon yang tertutup dengan

sempurna. Hal ini disebabkan kesalahan pada saat pembacaan sudut pada theodolit

yang mengakibatkan jumlah sudut dalamnya tidak 720˚

G. KESIMPULAN

Dari praktikum poligon ini dapat diketahui sudut dalam disetiap poligon.

Sudut penutup poligon sebelum dikoreksi sebesar 720,06˚, dan setelah dikoreksi menjadi

sebesar 720˚.

Besar sudut koreksi sudut sebesar 0˚3’36”

Kesalahan relatif jarak = 0.00341 %

Page 16: Laporan Poligon

Untuk mengurangi kesalahan yang terjadi dalam praktikum, kita dapat melakukan

precobaan berulang-ulang, terutama dalam penembakan rambu dan pembacaan sudut.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Laboratorium Survey dan Pemetaan. Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Buku IUT ver 1 jack