laporan pl respi 7

50
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit tuberkulosis mendapat perhatian yang serius di dunia kesehatan, karena kasus-kasus baru yang bermunculan. Di perkirakan 9 juta orang terinfeksi dan 3 juta orang meninggal akibat penyakit tuberkulosis setiap tahunnya. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah kasus TB paru yang resisten terhadap beberapa antibiotik (Wihartini, 2008). Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Ghafar, 2009). Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita baru tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi dengan penderita yang tidak menular. Artinya setiap tahun di dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru dan akan ada sekitar 3 juta orang meninggal oleh karena penyakit ini. Di tahun 1990 tercatat ada lebih dari 45 juta kematian di dunia karena berbagai sebab, dimana 3 juta diantaranya (7%) terjadi karena kasus tuberkulosis. Selain itu 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat 1

Upload: previasari-zahra-pertiwi

Post on 11-Feb-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pl Respi 7

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini penyakit tuberkulosis mendapat perhatian yang serius di

dunia kesehatan, karena kasus-kasus baru yang bermunculan. Di perkirakan 9

juta orang terinfeksi dan 3 juta orang meninggal akibat penyakit tuberkulosis

setiap tahunnya. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah kasus TB

paru yang resisten terhadap beberapa antibiotik (Wihartini, 2008).

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

kuman Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik, yang dapat

bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di

paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Ghafar, 2009).

Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita baru tuberkulosis paru menular

di dunia, ditambah lagi dengan penderita yang tidak menular. Artinya setiap

tahun di dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru dan akan

ada sekitar 3 juta orang meninggal oleh karena penyakit ini. Di tahun 1990

tercatat ada lebih dari 45 juta kematian di dunia karena berbagai sebab,

dimana 3 juta diantaranya (7%) terjadi karena kasus tuberkulosis. Selain itu

25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah terjadi akibat

tuberkulosis. Tahun 1990 dikawasan Asia Tenggara telah muncul 3,1 juta

penderita baru tuberkulosis dan terjadi lebih dari satu juta kematian akibat

penyakit ini. Pada tahun 2005 di Asia Tenggara ada lebih dari 8,8 juta

penderita baru tuberkulosis dan lebih dari 1,6 juta kematian (Gunawan, 2011).

Munculnya atau meningkatnya beban TB global ini disebabkan

beberapa alasan utama. Pertama, kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak

hanya pada negara yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk

perkotaan tertentu di negara maju. Kedua, adanya perubahan demografik

dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur usia

manusia yang hidup. Ketiga, perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi

pada penduduk di kelompok yang rentan terutama di negara-negara miskin.

Keempat, tidak memadainya pendidikan mengenai TB. Kelima, terlantar dan

kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan kasus TB

1

Page 2: Laporan Pl Respi 7

dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat. Dan yang

terakhir, adanya epidemik HIV terutama di Afrika dan Asia (Sudoyo, 2006).

Laporan WHO pada tahun 2012, mencatat peringkat Indonesia di posisi

empat dengan jumlah kasus TBC sekitar 0,4-0,5 juta kasus. Lima negara

dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2011 adalah India, Cina,

Afrika Selatan, dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2012).

B. Tujuan Praktik Lapangan

1. Mengetahui faktor resiko penyakit TB

2. Mengetahui tanda dan gejala TB

3. Mengetahui penyebaran TB terutama pada keluarga penderita

4. Mengetahui hasil pemeriksaan sputum pasien dan keluarga pasien

5. Menginformasikan tentang penyakit TB dan penyebabnya

6. Menginformasikan tentang cara pencegahan dan pengobatan TB

C. Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan penderita, keluarga, serta mahasiswa mengenai

penyakit tuberkulosis

2. Menambah pengalaman dan kecakapan mahasiswa

3. Meningkatkan kepedulian dan ketanggapan mahasiswa terhadap penyakit

tuberkulosis

4. Mahasiswa dapat menjembatani hubungan antara penderita dan

puskesmas

2

Page 3: Laporan Pl Respi 7

II. DASAR TEORI

A. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Robbins, 2007). Bakteri

ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga disebut juga Batang

Tahan Asam (BTA).

B. Etiologi

BTA adalah mikroorganisme yang mengandung banyak lemak

kompleks dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen (karbol fukhsin) dan

sulit untuk dekolorisasi. M. tuberculosis hominis merupakan penyebab

sebagian besar kasus tuberkulosis dan umumnya ditemukan pada manusia

dengan TB paru aktif. M. bovis berjangkit pada susu yang tercemar dan dapat

menyebabkan TB orofaring dan TB usus, namun keberadaannya kini jarang

ditemukan di negara berkembang. Baik M. hominis dan M. bovis dalam

bakteri aerob obligat yang pertumbuhannya lambat dan rentan terhadap pH

yang < 6,5 serta asam lemak rantai panjang (Robbins, 2007).

C. Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular udara yang dapat dicegah

dan disembuhkan. WHO memiliki target mengurangi beban TB (global

burden), serta mengurangi separuh kematian TB dan prevalensi pada tahun

2015, melalui Strategi Stop TB dan mendukung Global Plan to Stop TB

(WHO, 2012).

Secara geografis, beban TB tertinggi di Asia dan Afrika. India dan Cina

bersama-sama mengisi angka untuk hampir 40% kasus TB di dunia. Sekitar

60% kasus berada di Asia Tenggara dan daerah Barat Pasifik. Hampir 80%

kasus TB dengan HIV diperkirakan berada di Afrika (WHO, 2012).

Di Indonesia, pengendalian tuberkulosis telah mendekati target

Millenium Development Goals (MDGs). Pada tahun 2008 prevalensi TB di

Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada

3

Page 4: Laporan Pl Respi 7

tahun 2015 adalah 222 per 100.000 penduduk. Sementara itu, angka kematian

TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk

dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itu

disebabkan implementasi strategi DOTS di Indonesia telah dilakukan secara

meluas dengan hasil cukup baik. Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan

kasus mencapai 71 % dan angka keberhasilan pengobatan mencapai 90 %.

Keberhasilan ini perlu ditingkatkan agar dapat menurunkan prevalensi,

insiden dan kematian akibat TB (Depkes, 2010).

D. Penegakan Diagnosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa

hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

1. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3

minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan

yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,

nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat

malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru

selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,

dan lain-lain (Depkes, 2011).

2. Pemeriksaan fisik.

a. Konjungtiva mata dan kulit anemis

b. Suhu tubuh naik.

c. Berat badan turun (Sudoyo,2009)

3. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi

penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada

semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen

dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) (Depkes, 2011):

4

Page 5: Laporan Pl Respi 7

a. S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung

pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak

untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

b. P (pagi):

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas di UPK.

c. S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan

dahak pagi.

4. Rontgen dada (thorax photo).

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan

dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan

foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks

perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut (Depkes,

2011).

a. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk

mendukung diagnosis TB paru BTA positif.

b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

OAT(non fluoroquinolon).

c. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat

yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak,

pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien

yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan

bronkiektasis atau aspergiloma).

5. Uji tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling

bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi

5

Page 6: Laporan Pl Respi 7

Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam “Screening

TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji

tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang

dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%,

umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–

12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin

besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik

(Depkes, 2011).

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai

sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan

uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri

bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian

uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan

diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi (Depkes,

2011):

a. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.

Arti klinis: tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.

b. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.

Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang

dengan Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.

c. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.

Arti klinis: sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis.

6

Page 7: Laporan Pl Respi 7

Gambar 1. Alur Diagnosis TB Paru (Depkes, 2011)

7

Page 8: Laporan Pl Respi 7

Tabel 1. Sistem skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB pada

anak (Depkes, 2011).

Diperlukan perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan

dibawah ini:

a. Tanda bahaya:

1) Kejang, kaku kuduk

2) Penurunan kesadaran

3) Kegawatan lain, misalnya sesak napas

b. Foto thoraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura

c. Gibbus, koksitis (Depkes, 2011).

Selain itu, dengan catatan:

a. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

b. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab

batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.

c. Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien

dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.

d. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).-->

8

Page 9: Laporan Pl Respi 7

lampirkan tabel badan badan.

e. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak

f. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7

hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring

TB anak.

g. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)

h. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk

evaluasi lebih lanjut (Depkes, 2011).

E. Penatalaksanaan

Obat OAT adalah obat yang diberikan kepada pasien TBC. Obat OAT

diberikan kepada pasien menurut kategorinya. Kategori TBC dapat dibagi

menjadi 2 atau 3 kategori, namun masyarakat pada umumnya membagi

kategori TBC menjadi 2, yaitu kategori satu dan kategori dua (Sudoyo,2009).

Obat kategori satu yaitu 2(RHZE)/4(RH)3, kategori satu diperuntukkan

untuk pasien TB dengan kriteria sebagai berikut

1. TB kasus baru BTA (+)

2. TB kasus baru BTA (-), rontgen (+)

3. TB kasus baru ekstra paru berat (Sudoyo, 2009).

Obat kategori dua yaitu 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)3E3, kategori dua

diperuntukkan untuk pasien dengan kriteria sebagai berikut.

1. TB kasus kambuh

2. TB kasus gagal

3. TB kasus putus obat (Sudoyo, 2009).

Pasien yang kami periksa adalah pasien dengan kategori satu, yaitu

pasien TB kasus baru dengan BTA (+), oleh karena itu dokter memberikan

obat 2(RHZE)/4(RH)3. Pasien sekarang sedang menjalani perawatan pada

tahap pengobatan lanjutan, yaitu pemberian (RH)3. Sebelum pengobatan

lanjutan pasien telah diberikan obat sisipan yaitu (RHZE) selama 28 hari,

namun setelah pemberian obat selesai, hasil pemeriksaan BTA masih positif,

dan akhirnya dokter memberikan obat lanjutan, yaitu (RH)3.

9

Page 10: Laporan Pl Respi 7

F. Prognosis dan Komplikasi

Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika

disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut,

dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi

menderita tuberkulosis milier (Robbins, 2007).

Semakin besar ukuran fokus paru dan kelenjar mediastinal, terutama

kelenjar paratrakeal, semakin besar kemungkinan prognosis yang buruk. Gizi

buruk terutama dalam derajat parah (kwashiorkor dan marasmus) dapat

memperparah TB. Keparahan, perluasan dan prognosis buruk dapat juga

dipicu oleh infeksi kambuhan, terutama campak, batuk rejan, infeksi saluran

pernapasan kronis, tindakan pembedahan, dan terapi steroid. Diagnosis dini

dan pengobatan yang tepat dapat mengarah ke prognosis yang baik

(Himayatnagar, 2009).

Penyakit TB paru apabila tidak diatasi dengan benar akan menimbulkan

komplikasi antara lain (Sudoyo et al, 2009):

1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, laringitis, usus, Poncet’s

arthropathy.

2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas seperti Sindrom Obstruksi

Pasca Tuberkulosis (SOPT), kerusakan parenkim berat seperti SOPT

(fibrosis paru), kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom

gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas

TB.

10

Page 11: Laporan Pl Respi 7

III. KASUS

A. Penderita

1. IDENTITAS

Nama : Tn. Ahmad Imam

Usia : 26 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

ANAMNESIS

a. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Keluhan : batuk

2) Onset : 7 bulan

3) Kuantitas : sudah jarang

4) Kualitas : mengganggu aktivitas, serta berdarah dan

berdahak kental

5) Faktor memperberat : terkena hawa dingin, kelelahan

6) Faktor memperingan : istirahat

7) Gejala Penyerta : sesak napas saat bekerja, nyeri sendi,

demam menggigil saat malam, lemas, meriang

8) Kronologis : perokok aktif sejak muda, batuk yang tidak

sembuh-sembuh, setengah tahun lalu berhenti merokok karena

batuk semakin berat, 1 bulan lau periksa paru, urin dan dahak

positif TB, 2 bulan menjalani pengobatan fase intensif dan di cek

masih positif, masuk masa sisipan dan masih positif, saat ini sedang

menjalani pengobatan TB masa lanjutan dan istirahat di rumah.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

1) Riwayat mondok di rumah sakit : -

2) Riwayat pengobatan : Obat batuk warung, obat

batuk puskesmas,

3) Penyakit dahulu : -

c. Riwayat Penyakit Keluarga

1) Ayah (Alm) : penyakit TB, batuk-batuk

11

Page 12: Laporan Pl Respi 7

d. Riwayat Sosial Ekonomi

1) Pekerjaan : penganguran

2) Ling. Rumah :

a) Ruangan utama :sumber air dari sumur, tidak ada kamar mandi

dan WC, ventilasi tidak dibuka,di dalam rumah untuk

menyimpan semen, cahaya kurang

b) Kamar : lantai plester, ventilasi kurang

c) Dapur : menggunakan tungku, banyak kayu bakar, lembab,

dinding berlumut, cahaya kurang

d) Belakang rumah: rumah tetangga

3) Habit : perokok aktif (sejak muda sampai setengah tahun

lalu)

PEMERIKSAAN FISIK

a. Vital Sign

1) Respiratory Rate : 18 kali/menit

2) Suhu : 37º C

3) Nadi : 60 kali/menit

4) Tekanan darah : 120/80 mmHg

5) BMI : 45 kg/165 cm = 16,5

b. Keadaan Umum : Composmentis

c. Mata : Dalam batas normal

d. Kepala : Dalam batas normal

e. Leher : Dalam batas normal

f. Thoraks : Inspeksi : Cekung di tengah

Palpasi : Fremitus taktil penyebarannya merata

Perkusi : Sonor

Auskultasi : normal vesikuler paru

g. Abdomen : Dalam batas normal

h. Ekstremitas : Dalam batas normal

12

Page 13: Laporan Pl Respi 7

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA

Pemeriksaan sputum melalui pembuatan preparat Mycobacterium

tuberculosis dengan metode Ziehl-Neelsen hasilnya adalah sebagai

berikut:

Sewaktu 1 Pagi Sewaktu 2

ciri hasil ciri hasil ciri hasil

sputum+salivakategori

1sputum+saliva negatif sputum+saliva

kategori

1

B. Keluarga Penderita

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Burhan

Usia : 37 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

ANAMNESIS

a. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Keluhan : Batuk berdahak

2) Onset : 1 minggu lalu

3) Kuantitas : sudah jarang

4) Kualitas : Mengganggu, berdahak kental.

5) Faktor memperberat : kena dingin, kelelahan

6) Faktor memperingan : istirahat

7) Gejala Penyerta : lemes,meriang,

8) Kronologis : -

b. Riwayat Penyakit Dahulu

1) Riwayat mondok di rumah sakit : -

2) Riwayat pengobatan : Obat batuk warung, obat

batuk puskesmas,

3) Penyakit dahulu : -

c. Riwayat Penyakit Keluarga

13

Page 14: Laporan Pl Respi 7

1) ayah (Alm) : penyakit TB, batuk-batuk

2) adik laki laki : penyakit TB

d. Riwayat Sosial Ekonomi

1) Pekerjaan : -

2) Ling. Rumah :

a) Ruangan utama :sumber air dari sumur, tidak ada kamar mandi

dan WC, ventilasi tidak dibuka,di dalam rumah untuk

menyimpan semen, cahaya kurang

b) Kamar : lantai plester, ventilasi kurang

c) Dapur : menggunakan tungku, banyak kayu bakar, lembab,

dinding berlumut, cahaya kurang

d) Belakang rumah: rumah tetangga

3) Habit : perokok aktif (sejak muda sampai setengah tahun

lalu)

PEMERIKSAAN FISIK

a. Vital Sign

1) Respiratory Rate : 18 kali / menit

2) Suhu : 37º C

3) Nadi : 75 kali / menit

4) Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

5) BMI : 47 kg / 163 cm

b. Keadaan Umum : Composmentis

c. Mata : Dalam batas normal

d. Kepala : Dalam batas normal

e. Leher : Dalam batas normal

f. Thoraks : Inspeksi : Cekung di tengah

Palpasi : Fremitus taktil penyebaranya merata

Perkusi : Sonor

Auskultasi : normal vesikuler paru

g. Abdomen : Dalam batas normal

h. Ekstremitas : Dalam batas normal

14

Page 15: Laporan Pl Respi 7

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA

Pemeriksaan sputum melalui pembuatan preparat Mycobacterium

tuberculosis dengan metode Ziehl-Neelsen hasilnya adalah sebagai

berikut:

Sewaktu 1 Pagi Sewaktu 2

ciri hasil ciri hasil ciri hasil

sputum+saliva negatif sputum+saliva negatif sputum+saliva negatif

2. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Atun

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

ANAMNESIS

a. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Keluhan : batuk berdahak

2) Onset : 3 hari yang lalu

3) Kuantitas : setiap pagi

4) Kualitas : mengganggu aktivitas

5) Faktor memperberat : saat bangun pagi

6) Faktor memperingan : istirahat

7) Gejala Penyerta : demam dan pusing

8) Kronologis : setelang terkena bisulan 1 minggu yang

lalu pasien tidak bisa beraktivitas, tirah baring yang lama pasien

menyatakan terkena batuk dan pilek.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

1) Riwayat mondok di rumah sakit : -

2) Riwayat pengobatan : mengkonsumsi obat warung

3) Penyakit dahulu : bisul

c. Riwayat Penyakit Keluarga

1) Suami : adik pengobatan TB

15

Page 16: Laporan Pl Respi 7

2) Anak : Batuk, pilek, asma

3) Ayah (alm) : batuk batuk, positif TB

d. Riwayat Sosial Ekonomi

1) Pekerjaan : pembantu rumahtangga

a) Ling. Rumah : Ruangan utama :sumber air dari sumur,

tidak ada kamar mandi dan WC, ventilasi tidak dibuka,di

dalam rumah untuk menyimpan semen, cahaya kurang

b) Kamar : lantai plester, ventilasi kurang

c) Dapur : menggunakan tungku, banyak kayu bakar, lembab,

dinding berlumut, cahaya kurang

2) Belakang rumah: rumah tetangga

3) Habit : Memasak dengan menggunakan kayu bakar,

perokok pasif

PEMERIKSAAN FISIK

a. Vital Sign

1) Respiratory Rate : 18 kali/menit

2) Suhu : 37 º C

3) Nadi : 96 kali/menit

4) Tekanan darah : 110/70 mmHg

5) BMI : 47 kg/155 cm = 19,7

b. Keadaan Umum : Composmentis

c. Mata : Terdapat Massa di sudut mata

d. Kepala : Dalam batas normal

e. Leher : Dalam batas normal

f. Thoraks : Inspeksi : Dada simetris

Palpasi : Fremitus taktil penyebaranya merata

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikular

g. Abdomen : Dalam batas normal

h. Ekstremitas : Dalam batas normal

16

Page 17: Laporan Pl Respi 7

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA

Pemeriksaan sputum melalui pembuatan preparat Mycobacterium

tuberculosis dengan metode Ziehl-Neelsen hasilnya adalah sebagai

berikut:

Sewaktu 1 Pagi Sewaktu 2

ciri hasil ciri hasil ciri hasil

sputum+saliva negatif saliva negatif saliva negatif

17

Page 18: Laporan Pl Respi 7

IV. PEMBAHASAN

Pemeriksaan case finding tuberkulosis dilakukan kepada bapak Ahmad

Imam sebagai kasus dan kedua anggota keluarganya yaitu mbak Atun dan pak

Burhan sebagai suspek kasus tuberkulosis. Melalui anamnesis, pak Imam sudah

menderita keluhan batuk-batuk dari 7 bulan yang lalu. Progresivitas batuk

awalnya tidak berdahak (tidak produktif) lalu berubah menjadi batuk produktif

(banyak dahak) dan bahkan menjadi batuk berdarah (hemoptisis). Proses ini

timbul karena inhalasi banyak droplet yang mengandung Mycobaterium

tuberculosis menginduksi resepetor batuk di saluran nafas. Selain itu bakteri

dalam jumlah banyak menginduksi peradangan pada mukosa saluran nafas

sehingga memicu sel-sel goblet dan kelenjar aktif mengsekresikan mukus dan

gerakan eskalator silia mengaktifkan mekanisme batuk untuk membuat dahak

bersama bakteri yang ada (Werdhani, 2002).

Batuk yang dialami pak Imam semakin produktif dan menjadi mudah

sekali berdahak menandankan peradangan hebat yang menginduksis selsel

prainflamasi untuk terus memicu pengeluaran mukos ke saluran nafas. Selain itu,

jika M. tuberculosis yang lolos ke parenkim paru mulai mebentuk fokus primer

dan peradangan masif yang akhirnya memicu adanya kaverne (kavitas berdinding

tebal yang dibentuk oleh basil tuberkel M. tuberculosis). Pada akhirnya kaverne

ini bisa pecah bersama pembuluh darah atau memang sudah ada peradangan dan

ulserasi pad bronkus sehingga pembuluh darah yang mengalami inflamasi jadi

nekrosis dan ruptur dan bercampur dengan mukus pada saluran nafas bawah

sehingga ketika dibatukkan maka dahak bercampur darah (hemoptisis) . Batuk

darah ini menjadi keluhan utama yang membuat bapak Imam untuk segera ke

puskesmas adalah karena telah mengalami batuk darah dan akhirnya menjalani

pemeriksaan di puskesmas dan BP4 .Setelah terdiagnosis positif menderita

tuberkulosis maka pak Imam memulai fase awal terapi dengan obat

antituberkulosis. Melalu autoanamnesis tidak ditemukan adanya faktor spesifik

yang menjelaskan bagaimana pak Imam bisa terpajan bakteri M. tuberculosis dan

terkena penyakit karena tidak banyak faktor pajanan yang bisa menjadi pemicu

18

Page 19: Laporan Pl Respi 7

baik di lingkungan rumah dan lingkungan pekerjaan. Hanya saja memang dulu

ayah dari pak Imam pernah terdiasgnosis penyakit tuberkulosis dan sebelum

mengalami tuberkulosis pak Imam sangat sering merokok mencapai 1-2 bungkus

dalam satu hari sehingga memang bisa memicu iritan dan adanya massa tumor

yang jika ada akan memperparah prognosis penyakit (Werdhani, 2002).

Selain itu keluhan yang juga dirasakan sangat mengganggu pak Imam

adalah demam yang hebat selama 3 minggu. Hal ini mungkin disebabkan karena

bakteri M. tuberculosis yang berhasil masuk dan meginvasi ke dalam pembuluh

darah mengeluarkan banyak pirogen yang bisa mengubah pengaturan suhu tubuh

di hipothalamus sehingga menaikkan pengaturan suhu tubuh dan terjadilah

demam akibat berbagai peningkatan metabolisme yang ditimbulkan didalam

tubuh dan terjadilah demam. Batuk terus-menerus yang bisa menekan abdomen

dan menyebabkan nafsu makan bisa turun . Kekurangan nafsu makan dan

pemakaian nutrisi untuk peningkatan metabolisme terus menerus akan

mengurangi cadangan nutrisi didalam tubuh sehingga membuat berat badan pak

Imam menjadi turun dan membuat kondisi tubuh cendenrung lemas dan kurang

produktif (Werdhani, 2002).

Saat ini pak Imam tidak memiliki pekerjaan tetap dan kesehariannya masih

diisi dengan kegiatan karang taruna bersama warga sekitar. Setelah menjalani

edukasi dari pihak puskesmas pak Imam lebih bisa mengontrol tentang

penyakitnya dan mengurangi risiko penularan dari dirinya ke orang lain seperti

menutup hidung dan mulut melalu bersin dan menghindari kontak dan pemakaian

bersama alat-alat pribadi. Pak Imam sendiri sudah mengalami terapi fase awal

dengan Obat Anti Tuberkulosis Kategori 1 selama dua bulan namun hasil BTA

nya masih positif pada akhir bulan kedua namun setelah pemeriksaan masih

positif dan setelah mendapat sisipan satu bulan masih positif juga. Selain itu pada

penerimaan obat awal juga menimbulkan kondisi nyeri sendi (atralgia) yang

merupakan salah satu efek samping pirazinamid. Namun sekarang keluhan itu

sudah tidak ada karena sudah di follow up saat kunjungan ke puskesmas. Hasil

pemeriksaan BTA yang masih positif ditanggapi puskesmas dengan akan mulai

beralih mengobati pak Imam dengan OAT kategori 2. Walaupun demikian pak

Imam rutin secara teratur meminum obat dan mengontrol diri ke puskesmas.

19

Page 20: Laporan Pl Respi 7

Selain itu gejala klinisnya seperti demam dan batuk berdahak mulai berkurang

(Kemenkes RI, 2009).

Pada pemeriksaan tanda vital semua pemeriksaan temasuk suhu, denyut

nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah masih dalam batas normal. Lalu

pada pemeriksaan fisik di ekstrimitas dan paru (thoraks) juga didapat normal

kecuali memang sedikit cekung pada area dibawah sternum saat inspeksi. Pada

palpasi tidak ada kelainan pola gerakan dada saat bernafas dan fremitus vokal juga

terdengar normal. Pada perkusi terdapat suara sonor di seluruh lapang paru dan

terdapat suara vesikular saat diauskultasi di lapang paru. Tidak terdengar adanya

bunyi infiltrat yang khas pada pulmo karena adanya peradangan dan pembentukan

infiltrat pada parenkim paru. Hal ini mungkin karena pengaruh pengobatan yang

cukup besar dalam mengurangi kompleks primer yang dibentuk bakteri di paru

dan mengurangi infiltratnya (Werdhani, 2002).

Berdasarkan hasil praktik lapangan, rumah tempat tinggal pak Imam juga

diperiksa. Ventilasi pada jendela rumah pak Imam tidak adekuat serta tidak rutin

dibuka dan penerangan di dalam rumah pun kurang maksimal. Padahal sebagai

pemeliharaan kedua faktor tersebut merupakan prioritas karena ventilasi udara

rumah akan mengurangi jumlah bakteri M. Tuberculosis yang ada di rumah dan

penerangan yang cukup akan menimbulkan panas yang bisa membunuh bakteri

M.Tuberculosis. Selain itu kondisi rumah pak Imam tidak memiliki WC/kamar

mandi dan letaknya sangat berdekatan dengan rumah-rumah sekitar yang

memungkinkan risiko karena kondisi yang cukup cocok dengan tumbuhnya

bakteri dan penularannya. Karena hal-hal seperti ini banyak terjadi pada negara

dengan kondisi perekonomian yang kurang seperti pada negara Indonesia maka

kasus TB sangat endemik dengan prevalensi yang tinggi di negara ini (Kemenkes

RI, 2009).

Setelah melakukan pemeriksaan dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) di

Laboratorium Mikrobiologi Kampus Kedokteran UNSOED maka didapatkan

hasil pemeriksaan dahak positif satu pada dahak sewaktu pertama dan sewaktu

kedua, dan negatif pada pemeriksaan sputum pagi. Hal ini menunjukkan bahwa

setelah terapi OAT sisipan masih positif BTAnya sehingga memang diperlukan

untuk pergantian terapi dengan OAT kategori 2. Pemeriksaan BTA ini dibimbing

20

Page 21: Laporan Pl Respi 7

para laboran Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran UNSOED dan memang

cukup sulit dalam mengidentifikasi BTA yang ada pada sputum. Adapun beberapa

faktor yang bisa memicu pemeriksaan menjadi tidak valid adalah sebagai berikut.

1. Faktor pemeriksa, yaitu pemeriksa kurang teliti membedakan BTA dengan

berbagai artefak lain dalam preparat sputum atau ketidaktelitian dalam

melakukan prosedur pewarnaan seperti kesalahan pencucian dan

ketidaktepatan waktu pemberian zat warna

2. Faktor alat pemeriksaan, seperti lensa mikroskop yang kurang bersih

3. Faktor penderita, yaitu kesalahan dalam mengeluarkan sputum atau

ketidaktepatan mengeluarkan sputum khususnya pada pengambilan sputum

pagi (Girsang, 1999).

Hasil pemeriksaan juga bisa negatif karena berbagai faktor spesifik yang

menyamarkan hasil pemeriksaan yang sesungguhnya. Hasil pemeriksaan yang

seperti ini bisa kita sebut sebagai negatif semu (false negative) yaitu hasil

pemeriksaan pada preparat sputum memang negatif tapi berbeda dengan kondisi

klinis pasien yang sesungguhnya atau bisa hasil yang berupa positif semu (false

positive) yang memiliki hasil BTA pada preparat sputum yang diperiksa naum

buakn merupakan gambaran kondisi klinis penderita yang diperiksa. Adapun

faktor yang bisa mempengaruhi hasil false positive (+) adalah adanya semacam

partikel tahan asam yang bukan dari basil tuberkulosis atau artefak-artefak pada

preparat yang memungkinkan penyamaran dengan bakteri M. tuberculosis.

Sedangkan untuk hasil pemeriksaan BTA false negative (-) adalah antara lain:

1. Pengambilan sputum yang kurang banyak dan tercampur dengan saliva dan

jumlahnya sputum kurang.

2. Transportasi/penyimpanan dan pewarnaan apusan.

3. Apusan sputum yang mengandung materi yang dibuat pada object glass

kurang tipis dan lebar utnuk pengamatan (Girsang, 1999 dan Nurbeti, 2012).

Jadi, pada praktik lapangan kali ini yang bisa ditarik kesimpulan adalah

bahwa berdasarkan pemeriksaan BTA pak Imam tetap dinyatakan kondisi sebagai

positif 1 (+) pada pemeriksaan dahak SPS sedangkan pada pemeriksan mbak

Atun dan pak Burhan hasilnya negatif. Dengan hasil ini kondisi pak Imam harus

21

Page 22: Laporan Pl Respi 7

diberikan OAT kategori 2 dan pemantauan ketat pada anggota keluarga yang

masih memeiliki kerentanan terpapar (Kemenkes RI, 2009).

22

Page 23: Laporan Pl Respi 7

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktik lapangan yang dilaksanakan kelompok kami

mengenai penyakit tuberkulosis dapat disimpulkan bahwa:

1. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

2. Gejala dan tanda penyakit tuberkulosis yang biasa terlihat yaitu demam,

batuk produktif, batuk berdarah, malaise, nafsu makan berkurang, berat

badan turun, dan nyeri dada.

3. Penyebaran penyakit TB ini pada keluarga penderita patut dicurigai

sudah menyebar. Meskipun pada hasil sputum 2 orang dari keluarganya

hasilnya negatif.

4. Hasil pemeriksaan BTA dan sputum pada pak Imam adalah positif 1 (+),

sedangkan pada mbak Atun dan pak Burhan adalah negatif (-).

5. Dibutuhkan informasi dan edukasi yang lebih mengenai tuberkulosis

pada keluarga penderita agar penyakit ini tidak menular.

6. Cara pencegahan penularan yang bisa dilakukan bagi penderita yaitu

dengan menutup mulut saat batuk dan bersin dan meludah tidak di

sembarang tempat. Sedangkan bagi keluarganya yaitu dengan imunisasi

BCG pada bayi, sinar matahari dan udara yang cukup pada tempat tidur,

menggunakan barang yang terpisah dengan penderita, dan menjaga daya

tahan tubuh.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah

melakukan screening test terhadap penyakit TBC pada keluarga penderita

TBC sehingga dapat diidentifikasi apakah keluarga penderita juga terinfeksi

dan nantinya dapat ditangani dengan baik.

Selain itu juga dilakukannya edukasi tentang penyakit tuberkulosis dan

cara pencegahannya kepada masyarakat secara umumnya agar pengetahuan

dari orang-orang yang kurang mengetahui tentang penyakit ini dapat menjadi

bertambah dan mengerti bagaimana cara mencegah penyakit ini, sehingga

23

Page 24: Laporan Pl Respi 7

tidak tertular dari seseorang yang terinfeksi yang berdampak pada

berkurangnya angka kejadian penyakit TB.

Kemudian bisa juga diberikan pengarahan mengenai perawatan

lingkungan sekitar penderita TB supaya dapat lebih dijaga kebersihan dan

keteraturannya. Sehingga dapat membantu pemulihan penderita dan tentunya

mengurangi angka penderita TB.

24

Page 25: Laporan Pl Respi 7

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Depkes RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Ghafar, Abdul. 2009. Tuberculosis. Available at:

http://adulgopar.files.com/2009/12/tuberkulosis.pdf (Accessed March

26th 2013).

Girsang, Meryani. 1999. Kesalahan-Kesalahan dalam Pemeriksaan Sputum BTA

Pada Program Penanggulangan TB Terhadap Beberapa Pemeriksaan

Dan Identifikasi Penyakit TB. Media Litbang Kesehatan, vol. 9(3): 33-

41.

Gunawan. 2011. Sejarah Tuberkulosis. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Himayatnagar. 2009. Achar’s Textbook of Pediatrics Fourth Edition. India:

Universities Press (India) Private Limited.

Kemenkes RI. 2009. “Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis”. Jakarta: Menkes

RI.

Nurbeti, Maftuhah et al. 2012. Ilmu Kesehatan Masyaralat Untuk kompetensi

Dokter Umum. Yogyakarta: UII Press.

Robbins, Stanley L; Kumar, Vinay; Cotran, Ramzi S;. 2007. Buku Ajar Patologi

Edisi 7 volume 2. Jakarta: EGC.

Sudoyo, Aru W, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III.

Jakarta: Internal Publishing.

Werdhani, Retno Asti. 2002. “Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi

Tuberkulosis”. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,

Okupasi, dan Keluarga FKUI.

WHO. 2012. Global Tuberculosis Control. World Health Organization: France.

WHO. 2012. Global Tuberculosis Report 2012. World Health Organization:

France.

25

Page 26: Laporan Pl Respi 7

Wihartini. 2008. Tuberkulosis Paru. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Semarang.

26

Page 27: Laporan Pl Respi 7

Lampiran 1

KUESIONER KERAWANAN TBC

Pewawancara : Hari/Tgl. Wawancara :

Lama Wawancara : Paraf Tutor :

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :…………………………………………(L / P)

Tempat, tanggal lahir :………………………………………………....

Usia :…………………………………………………

Pendidikan : SD/ SMP/ SMA/ Universitas/ tidak sekolah

Pekerjaan :…………………………………………………

A. Gaya Hidup

1. Apakah di rumah anda ada yang yang merokok ?

a Ya b. Tidak

2. Ada berapa orang yang merokok ? …… Orang

3. Apakah anda pernah merokok ?

a. Ya b. Tidak

4. Pada umur berapa anda mulai merokok ? …… Tahun

5. Apakah anda masih merokok sampai sekarang ?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah anda merokok setiap hari ?

a. Ya b. Tidak

7. Berapa banyak rokok yang anda isap setiap harinya ?

a. < 10 batang b. > 10 batang

8. Apakah anda mengonsumsi minuman keras?

a Ya b. Tidak

9. Jika ya, berapa lama?

10. Apakah Anda aktif secara seksual?

a Ya b. Tidak

27

Page 28: Laporan Pl Respi 7

B. Riwayat Kontak

11. Apakah dalam keluarga anda ada yang mengalami gejala tuberculosis

paru seperti : batuk berdahak, batuk darah, nyeri dada yang menahun?

a, Ya b. Tidak

12. Jika ya, apakah anda serumah dengan penderita tersebut?

a. Ya b. Tidak

13. Apakah anda mempunyai teman atau tetangga yang mengalami gejala

tuberkulosis paru seperti : batuk berdahak, batuk darah, nyeri dada yang

menahun?

a. Ya b. Tidak

14. Apakah anda pernah berhubungan atau kontak langsung dengan

penderita?

a. Ya b. Tidak

B. KELUARGA (TINGGAL SERUMAH)

Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah

a. Usia 0-1 tahun :…………………………………………

b. Usia 1-5 tahun :…………………………………………

c. Usia 5-12 tahun :…………………………………………

d. Usia < 12 tahun :…………………………………………

e. Usia 13 – 60 tahun :………………………………………....

f. Usia > 60 tahun :………………………………………....

1. Jumlah kepala keluarga (KK) dalam satu rumah?

a. 1

b. > 1

2. Adakah anggota keluarga yang terkena TB/Flek?

a. Ya

b. Tidak

3. Penderita TB?

a. Anak

b. Dewasa

28

Page 29: Laporan Pl Respi 7

4. TB pada orang dewasa?

a. BTA (+)

b. BTA (-),Rontgen +

5. Sudah pernah terapi TB, berapa lama?

a. < 1bulan

b. > 1bulan

6. Bagaimana dengan terapinya ?

Dalam masa terapi □

Terapi teratur □

Tidak teratur □

DO □

7. Ada yang mengawasi penderita minum obat teratur/ada PMO?

a. Ada,Siapa?

b. Tidak ada,kenapa?

8. Jika ada apakah Anda sering beraktivitas intim dengan anggota

keluarga tersebut?

a. Ya

b. Tidak

C. KONDISI RUMAH

1. Luas

Luas Rumah :………………………………………………….

Luas kamar tidur :………………………………………………….

2. Keadaan dinding bangunan rumah tersebut dari

Bambu/Gedhek □

Papan kayu □

Setengah tembok □

Tembok □

3. Keadaan lantai rumah tersebut dari

Tanah

Semen/plester □

29

Page 30: Laporan Pl Respi 7

Tegel □

Keramik □

4. Keadaan atap rumah tersebut dari

Anyaman bambu □

Seng □

Asbes □

Genting □

5. Apakah Anda mempunyai ventilasi (lubang angin)

Ya □

Tidak □

6. Apakah Anda mempunyai jendela

Ya □

Tidak □

7. Jika Ya, apakah sering di buka setiap pagi

Ya □

Tidak □

8. Apakah ventilasi dalam rumah Anda sering dibersihkan

Ya □

Tidak □

9. Apakah sinar matahari masuk ke dalam rumah Anda? (Observasi)

Ya □

Tidak □

10. Bagaimana pencahayaan dalam rumah Anda (Observasi)

redup □

cukup terang □

sangat terang □

11. Apakah Anda menggunakan kamar tidur khusus/bergabung dengan

penderita?

Ya □

Tidak □

Tidak terdapat kamar tidur □

12. Berapa jumlah penghuni setiap kamar tidur dalam rumah Anda

30

Page 31: Laporan Pl Respi 7

1-2 orang □

3-4 orang □

5-6 orang □

13. Berapa Jarak antara rumah Anda dengan Fasilitas kesehatan ............

D. PENGETAHUAN (tinggal serumah/tidak tinggal serumah)

1. Apakah Anda tahu tentang TBC?

Ya □

Tidak □

2. Apabila ya, apakah penyakit TBC itu?

Jawab:…………………………………………………………………

3. Anda mengetahui TBC dari siapa?

Keluarga □

Saudara □

Puskesmas atau balai pengobatan □

Media cetak / elektronik □

Tetangga □

Lain-lain ..................

4. Menurut Anda apakah penyakit TBC itu berbahaya?

Ya □

Tidak □

5. Jika Ya, Kenapa ?

Sulit disembuhkan □

Menyebabkan kematian □

tidak tahu □

6. Menurut Anda apakah penyakit TBC dapat kambuh kembali?

Ya □

Tidak □

Tidak tahu □

7. Menurut Anda penyakit TBC disebabkan oleh apa?

Bakteri □

Virus □

31

Page 32: Laporan Pl Respi 7

Jamur □

Cacing □

tidak tahu □

8. Menurut Anda TBC itu ditularkan melalui apa?

Tahu (dahak udara) □

Tidak tahu □

9. Apakah ada anggota keluarga Anda yang memiliki gejala seperti ini

Seperti gejala yang tertera diatas?

Batuk lama lebih dari 2 minggu □

Batuk darah □

Sesak nafas □

Nyeri dada □

Badan lemah □

Turun berat badan □

Demam ( subfebril ) / ngelemeng □

Nafsu makan menurun □

Tidak tahu □

10. Apa yang Anda lakukan jika anggota keluarga jika anggota keluarga

ada yang menderita gejala seperti ?

Diberi banyak minum □ □

Dikompres □ □

Diberi penurun panas □ □

Dibawa Kepelayanan Kesehatan □ □

Dibawa ke Dukun □ □

Dibiarkan □ □

Lainnya (sebutkan )…………. □ □

11. Menurut Anda, apakah TBC bisa dicegah ?

Ya □

Tidak □

12. Apakah Anda tahu vaksin untuk mencegah TBC itu apa?

Ya (BCG) □

Tidak □

32

Page 33: Laporan Pl Respi 7

13. Apakah Anda pernah mendapatkan vaksin tersebut?

Ya □

Tidak □

E. PERILAKU KESEHATAN

1. Apakah Anda pernah didiagnosis TBC?

Ya □

Tidak □

2. Oleh siapa Anda didiagnosis ?

Dokter □

Bidan desa □

Mantri □

3. Jika ya, Anda menderita TB sejak kapan?

Kurang dari 6 bulan yang lalu □

Lebih dari 6 bulan yang lalu □

4. Apakah selama menderita TB Anda mendapatkan terapi?

Ya □

Tidak □

5. Jika ya, dimana Anda mendapatkan terapi?

Puskesmas □

Swasta □

Rumah Sakit □

6. Jika ya, apakah terapi yang dilakukan selesai?

Ya □

Tidak □

7. Apabila tidak selesai, mengapa terapi tidak selesai?

Efek samping □

Drop out □

8. Apakah Anda suka membuang ludah di sembarangan?

Ya □

Tidak □

9. Bagaiamana perilaku Anda dalam batuk ?

33

Page 34: Laporan Pl Respi 7

Ditutup dengan tangan □

Ditutup dengan sapu tangan/ tisu □

Dibiarkan saja tanpa ditutup □

10. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok?

Ya □

Tidak □

11. Apabila ya, berapa batang dalam sehari?

Kurang dari 20 batang sehari □

Lebih dari atau sama dengan 20 batang sehari □

F. PELAYANAN KESEHATAN

1. Adakah pemberi layanan kesehatan di desa Anda?

a. Ada

b. Tidak

2. Kalau ada, siapakah yang memberikan pelayanan kesehatan tersebut?

Dokter □

Dokter Gigi □

Bidan Desa □

Perawat □

Mantri kesehatan □

Dukun □

Lainnya □

3. Apakah Anda puas dengan pelayanan penyedia layanan kesehatan?

a. Ya, karena………………………………………………………

b. Tidak, karena……………………………………………………

---0O0---

34