laporan pkl (hana desliana ;
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
( P K L ) PENGARUH TINGKAT AIR TERSEDIA TERHADAP EFISIENSI
PENGAIRAN
Oleh :
HANA DESLIANA
NO. BP : 1111112045
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
i
ii
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan rasa syukur selalu penulis perbaharui pada Allah SWT,
atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, khususnya
dalam menyelesaikan Laporan Parktek Kerja Lapangan (PKL).
Laporan ini penulis susun berdasarkan data-data yang diperoleh saat
melakukan PKL di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (BALITKLIMAT)
dan ditunjang oleh beberapa literatur yang sesuai dengan judul PKL yaKNI
Pengaruh Tingkat Air Tersedia Terhadap Efisiensi Pengairan.
Atas selesainya laporan PKL ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Ir. Feri Arlius, M.Sc selaku Dosen Pembimbing PKL, Bapak
Haryono,SP,MM selaku Pembimbing Lapangan, seluruh Karyawan/ti
BALITKLIMAT, serta rekan sesama peserta PKL.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2 Tujuan ……………………………………………………….. 2
1.3 Manfaat ……………………………………………………… 2
1.4 Deskripsi Tempat PKL ……………………………………… 2
1.5 Waktu Pelaksanaan PKL ……………………………………. 6
II. PENGARUH TINGKAT AIR TERSSEDIA TERHADAP
EFISIENSI PENGAIRAN
2.1 Air Tersedia, Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen ... 7
2.2 Retensi Air Tanah …………………………............................ 10
2.3 Ruang Pori Total ………………….........…………................. 12
2.4 Metode Penelitian .................................................................... 14
2.5 Hasil dan Pembahasan ............................................................ 16
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 20
3.2 Saran ………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 21
LAMPIRAN …………………………………………………………... 22
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hubungan antara ukuran pori tanah dan tekanan yang
disetarakan dengan tinggi kolom air serta nilai pF dari
masing-masing tinggi kolom air .................................
11
Tabel 2. Kriteria kemampuan pori-pori tanah memegang air .... 13
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alat untuk penetapan kadar air tanah pada berbagai tegangan
(pF) .............................................................................................. 12
Gambar 2. Contoh tanah yang dijenuhi air untuk penetapan pF ...................... 15
Gambar 3. Kurva pF untuk menentukan air tanah tersedia ............................... 18
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan telah Melakukan PKL dari Instansi
Tempat Pelaksanaan PKL ………………………….....
22
Lampiran 2. Lembar Penilaian PKL oleh Pembimbing Lapangan … 23
Lampiran 3. Dokumentasi …………………………………………. 24
Lampiran 4.
Lampiran 5
Lampiran 6
Struktur Organisasi BALITKLIMAT............................
.Data Pendukung Topik PKL ………………………...
Grafik Pemberian Air Irigasi …………………………
27
28
30
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek kerja lapangan (PKL) dilakukan sebagai sarana bagi mahasiswa
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa. Melalui
praktik kerja lapangan, mahasiswa dapat mengaplikasi ilmu yang telah diperoleh
baik secara teoritis maupun praktek di lingkungan yang sebenarnya. Dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) perusahaan, industri dan lembaga
penelitian dapat membantu perguruan tinggi dalam usaha meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Oleh karena itu, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Andalas mengadakan mata Kuliah wajib Praktek Kerja Lapangan bagi
Mahasiswa.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi (BALITKLIMAT) Bogor. Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi (BALITKLIMAT) merupakan sebuah instansi yang berada di
bawah naungan Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian RI. Visi instansi
ini adalah mengahasilkan teknologi yang tepat guna dan informasi sumberdaya
iklim dan air yang akurat, real time dan profesional untuk mendukung
pembangunan pertanian.
Dalam pelaksanaan PKL penyusun memilih topik pengaruh tingkat air
tersedia terhadap efisiensi pengairan. Hal itu dikarenakan hubungan antara tanah,
air dan tanaman dapat diketahui dengan mengenal air tersedia bagi tanaman. Air
tersedia bagi tanaman yaitu kisaran nilai kandungan air di dalam tanah dan sesuai
untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Kondisi ini berkaitan erat dengan
kemampuan tanah dalam menahan air disebut retensi air tanah. Penentuan kurva
retensi air tanah merupakan langkah penting untuk dalam pengelolaan air tanah
seperti irigasi pertanian. Oleh sebab itu tingkat air tersedia di dalam tanah perlu
diketahui untuk mengefisiensi penggunaan air khususnya pada sektor pertanian.
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui latihan kerja dan aplikasi ilmu yang
telah diperoleh sesuai dengan bidang keahlian. Sedangkan tujuan dari topik PKL
yaitu mempelajari cara menentukan kurva retensi air tanah untuk mengetahui
tingkat air tersedia bagi tanaman dan efisiensi pengairan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu
Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi,
merumuskan dan memecahkan permasalahan yang ada di lapangan. Manfaat topik
PKL `yaitu dapat mengelola dan mengefisiensikan penggunaan air khususnya
pada bidang pertanian.
1.4 Deskripsi Tempat PKL
Lokasi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (BALITKLIMAT) Bogor berlokasi di
Jalan Tentara Pelajar No. 1A Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Kecamatan
Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Balitklimat berada pada 6034’
Lintang Selatan dan 104047’ Bujur Timur dengan Elevasi 231.8 m.
Sejarah dan Perkembangan BALITKLIMAT
Sejak tahun 1974, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian saat itu bernama
Lembaga Penelitian Tanah bersama-sama lembaga penelitian pertanian lainnya
bernaung di bawah Badan Litbang Pertanian sesuai dengan Kepres No.44 dan
No.45 tahun1974. Sejalan dengan penambahan mandatnya yang juga melakukan
penelitian agroklimat, Lembaga Penelitian Tanah berubah nama menjadi Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pada Tahun 2001, Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Kemudian berdasarkan Permentan No. 345/Kpts/OT.140/7/2005 tanggal 6
Desember 2005, berubah nama menjadi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). BBSDLP dipimpin oleh
seorang Kepala Balai Besar (Eselon II) dan dibantu oleh satu kepala bagian yaitu,
Kepala Bagian Tata Usaha dan dua Kepala Bidang yaitu Kepala Bidang Program
dan Evaluasi dan Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian.
3
Sejak lembaga ini ditetapkan menjadi Balai Besar pada tahun 2005, lembaga ini
mengkoordinasi beberapa unit kerja yaitu :
1. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru
2. Balai Penelitian Tanah, Bogor
3. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor
4. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
Sejalan dengan pengembangan teknologi dan informasi pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya agroklimat dan hidrologi, pemerintah melalui
Departemen Pertanian Membentuk Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
(BALITKLIMAT) berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor:
67/Kpts/OT.210/2002 tanggal 29 Januari 2002. Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi saat ini dikepalai oleh Dr.Ir. Haris Syahbuddin, DEA.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi diatur berdasarkan
SK Menteri Pertanian Nomor: 67/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002
(Gambar 1), yaitu terdiri dari :
1. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan serta rumah tangga.
2. Seksi pelayanan Teknis
Seksi Pelayanan Teknik mempunyai tugas melalukan penyiapan bahan
penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, evaluasi, dan
laporan serta pelayanan sarana penelitian agroklimat dan hidrologi.
3. Seksi Jasa Penelitian
Seksi jasa penelitian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerja
sama, informasi dan dokumentasi serta penyebar luasan dan
pendayagunaan hasil penelitian agroklimat dan hidrologi.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kelompok Peneliti Agroklimat yang mempunyai tugas inventarisasi dan
menyediakan data iklim pertanian, melaksanakan penelitian komponen
teknologi pengelolaan sumberdaya iklim.
4
2. Kelompok Peneliti Hidrologi yang mempunyai tugas melakukan
inventarisasi dan menyediakan data dan peta-peta hidrologi,
melaksanakan penelitian komponen teknologi pengelolaan sumberdaya
air.
Karyawan yang bekerja di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi terdiri
atas beberapa golongan, yaitu:
1. Karyawan staff atau pimpinan
Merupakan tenaga kerja yang pengangkatannya melalui menteri
pertanian, dimana tugas pokoknya sebagai pengatur yang bertanggung
jawab atas kelangsungan balai penelitian. Sedangkan tugas dan
pelaksanaannya dibantu oleh karyawan pelaksana.
2. Karyawan Tetap
Merupakan tenaga kerja pelaksana yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan.
3. Karyawan harian lepas atau tidak tetap
Merupakan tenaga kerja pelaksana yang bekerja sesuai kontrak yang
diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki Balitklimat untuk mendukung seluruh
kegiatan, antara lain:
1. Screenhouse
Balitklimat mempunyai screenhouse yang digunakan untuk budidaya
tanaman. Screenhouse tersebut berlokasi di Balitklimat dan BBSDLP.
Screenhouse yang berlokasi di Balitklimat sedang dalam rekontruksi
sehingga tidak dapat digunakan. Screenhouse yang berada di BBSDLP
terbuat dari bahan paranet yang berfungsi untuk membatasi radiasi
matahari dan angin yang masuk(gambar. ). Penanaman dilakukan dalam
pot tanam yang dibentuk beberapa barisan.
2. Rumah Tamu
5
Balitklimat mempunyai rumah tamu yang digunakan untuk membantu
tamu-tamu terutama dari instansi Badan Litbang Pertanianyang berasal
dari luar daerah Bogor.
3. Laboratorium Agrohidrometeorologi
Laboratorium yang memberikan jasa Survei, seperti:
Topografi/ topographic mapping
Delinasi wilayah menggunakan GPS/ area
delineating GPS
Potensi Ketersediaan air tanah / Potential ground water availability
assessment.
Potensi air permukaan / water quality analysis.
Kualitas air / water qualitysis.
4. Database Agroklimat dan Hidrologi
Inventarisasi data tabular / spasial iklim dan hidrologi
Akuisisi data station AWS dan AWLR.
Akuisisi data cuaca satelit NOAA / Fengyun.
Penyediaan data tabular / Spasial iklim hdrologi.
5. Analisis Pemodelan Iklim dan Hidrologi
Laboratorium ini melayani jasa seperti:
Jasa pengembangan DSS
Jasa analisis data iklim dan hidrologi
Jasa Pengembangan Software pemodelan iklim dan hidrologi
Jasa analisis citra satelit, GIS, Topografi, Data Geolistrik.
6. Instrumentasi dan Otomatisasi Sistem
Laboratorium ini melayani jasa seperti:
Perbaikan Stasion AWLR, AWS dan peralatan survei.
Litbang instrumentasi iklim dan hidrologi.
Pemindahan dan pemasangan AWLR /AWS serta instrumen lainnya.
Otomatisasi sistem pemantauan dan pengiriman data cuaca hidrologi.
6
7. Laboratorium DAS mikro
Laboratorium ini menyediakan fasilitas dan pelaayanan pelaksanaan
penelitian perilaku hidrologi di DAS Mikro Puncak, Pemantauan
hidrologi dan iklim serta sistem pertanaman DAS Mikro Puncak.
8. Modifikasi Cuaca Mikro
Bagian ini bertugas sebagai penyedia dan pelaksanaan penelitian
modifikasi cuaca dan sistem irigasi serta perawatan rumah plastik beserta
fasilitas penunjangnya.
1.5 Waktu Pelaksanaan PKL
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi, Bogor, Jawa Barat yang beralamat di jalan Tentara Pelajar No.1A
Kampus Penelitian Pertanian Cimaggu, Bogor. Waktu pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ini selama 25 hari kerja efektif terhitung mulai tanggal 5 Januari 2015
sampai 6 Februari 2015.
7
II. PENGARUH TINGKAT AIR TERSEDIA TERHADAP
EFISIENSI PENGAIRAN
2.1 Air Tersedia, Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen
1. Air Tersedia
Air tersedia (air yang dapat diserap langsung oleh tanaman) adalah air yang
ditahan tanah pada kondisi kapasitas lapang hingga koefisien layu, namun
semakin mendekati koefisien layu tingkat ketersediaannya semakin rendah. Oleh
karena itu untuk menjamin tercukupinya kebutuhan tanaman, suplai air harus
diberikan apabila 50-80% air tersedia ini telah habis terpakai (Hanafiah, 2005).
Menurut Murtilaksono dan Wahyuni (2004) kadar air tersedia tanah adalah
sejumlah air yang berada di pori tanah karena potensial matrik tanah setelah
potensial gravitasi tidak bekerja lagi pada air dalam pori tanah tersebut, dan air
tanah tersebut masih dapat diserap oleh akar tanaman.
Kapasitas tanah untuk menahan air juga berhubungan erat dengan struktur
dan tekstur tanah. Penelitian menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa tanah
berhubungan erat dengan kandungan liat, debu, dan pasir. Tanah-tanah dengan
tekstur halus (liat) sangat mudah menahan air tersedia yang lebih banyak,
sedangkan tanah pasir lebih mudah kering dibandingkan dengan tanah bertekstur
liat (Foth, 1988).
2. Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah kandungan air didalam tanah, dicapai 2 atau 3 hari
sejak terjadi pembasahan atau hujan dan setelah proses drainase berhenti. Bila
tanah dalam keadaan kering, pemberian air ditujukan untuk membasahi tanah
sampai mencapai kapasitas lapangan khususnya disekitar perakaran tanaman.
Kandungan air tanah pada kapasitas lapangan sangat tergantung pada berbagai
macam faktor, diantaranya tekstur tanah, kandungan air tanah awal, dan
kedalaman permukaan air tanah. Kandungan air tanah berkurang secara
eksponensial menurut waktu (t), namun 2-3 hari setelah drainase selesai,
perubahan kandungan air tanah masih relatif besar, dan pergerakan air melalui
drainase masih berlangsung. Adanya nilai perubahan kandungan air tanah yang
sedikit berbeda dengan bertambahnya kedalaman, mengindikasikan penampang
8
tanahnya relatif seragam. Hasil penelitian pada tanah bertekstur bagak kasar
menunjukkan berkurangnya kandungan air tanah terjadi secara teratur, dan
perubahan kandungan air tanah secara nyata tercapai 8-10 hari sejak drainase.
Menurut Hanafiah (2005) kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal
lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara
meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro)
habis dan air tersedia (pada pori-pori meso atau mikro) bagi tanaman dalam
keadaan optimum. Kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar
1/3 atm atau pF 2.54. Koefisien layu (titik layu permanen atau titik kelembaban
kritis) adalah kondisi kadar air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah
ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas dan mempertahankan turgornya,
sehingga tanaman menjadi layu permanen atau tidak dapat pulih lagi. Hal ini
akibat terbatasnya suplai air atau hujan padahal penyerapan air oleh tanaman dan
evaporasi terus terjadi. Pada kondisi ini air yang tersisa hanya air adhesi dan
kohesi yang terikat kuat oleh gaya matrik tanah, yaitu pada tegangan sekitar 15
atm. Pada keadaan kapasitas lapang, air berada pada pori-pori kapiler tanah dan
merupakan lapisan yang kontinyu di sekeliling zarah-zarah tanah. Presentase air
tersedia bagi tanaman terbesar pada keadaan kapasitas lapang, sehingga keadaan
ini sering dipertahankan untuk pertumbuhan tanaman yang baik.
Menurut Hillel (1997), kapasitas lapang dipengaruhi oleh banyak faktor, di
antaranya adalah:
a. Tekstur tanah
Tanah bertekstur klei dapat menahan air yang lebih banyak dan lebih lama
daripada tanah bertekstur pasir, oleh sebab itu semakin halus tekstur tanah maka
semakin besar kadar air kapasitas lapangnya. Hal ini berkaitan erat dengan jumlah
pori mikro yang merupakan pori pemegang air. Pada tekstur klei jumlah pori
mikro lebih banyak daripada tanah bertekstur pasir sehingga kemampuan
memegang airnya lebih tinggi.
b. Struktur tanah
Struktur tanah mempengaruhi kapasitas lapang melalui cara tersusunya partikel-
partikel tanah. Partikel-partikel yang sangat padat mempunyai ruang dengan
selaput air yang tipis, sehingga air dipegang dengan kuat. Semakin banyak pori
9
berukuran kecil makin tinggi kandungan air kapiler. Tanah pasir yang lepas
memiliki ruang pori yang besar. Pori ini banyak terisi oleh udara namun hanya
sedikit memegang air.
c. Kandungan bahan organik
Bahan organik tanah dapat membantu menahan air yang lebih banyak. Semakin
tinggi permukaan spesifik bahan organik dan semakin sarang tanah, maka
kandungan kadar air kapasitas lapang tanah semakin tinggi.
d. Kedalaman solum dan kadar air sebelumnya
Pada umumnya semakin basah profil tanah pada awalnya dan semakin besar
kedalaman solum, maka semakin lambat laju redistribusi dan semakin besar kadar
air kapasitas lapangnya karena volume simpan air tanahnya juga semakin besar.
Kedalaman solum ini sangat penting bagi tanaman berakar tunggang dan dalam
(Hanafiah, 2005).
e. Adanya lapisan penahan pada profil
Lapisan penahan pada profil yang dimaksud adalah seperti lapisan klei, pasir, atau
kerikil yang dapat menghambat redistribusi dan meningkatkan kapasitas lapang.
Laju aliran yang keluar dari suatu lapisan tertentu pada tanah tidak saja tergantung
pada tekstur tetapi juga pada komposisi dan struktur profil secara keseluruhan,
adanya lapisan penahan pada suatu kedalaman tertentu bisa menjadi penghambat
gerakan air keluar dari lapisan di atas penahan tersebut.
f. Evapotranspirasi
Laju dan pola penyerapan air ke atas dapat mempengaruhi gradient dan
arah aliran dalam profil, sehingga mengubah proses redistribusi dan drainase
internal di dalam tanah. Semakin besar laju evapotranspirasinya maka kapasitas
lapangnya akan menurun.
3. Titik layu Permanen
Titik Layu Permanen yaitu kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman
mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah sehingga tanaman menjadi layu.
Titik Layu permanen adalah kandungan air tanah dimana tanaman sepenuhnya
layu dan pada akhirnya mati karena tidak mampu lagi mengembalikan fungsi
turgor dan aktivitas biologisnya. Ketika tanaman layu, kandungan air didalam
daun mencapai nilai tertentu, serta kondisi lingkungan. Pada titik layu permanen,
10
tekanan air bervariasi dari -0,80 (~ - 8 bar) sampai -2 (~ -20 bar) atau -3 Mpa (~ -
30 bar). Dalam menentukan titik layu permanen harus mempertimbangkan
kondisi.
2.2 Retensi Air Tanah
Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap dan/atau
menahan air di dalam pori-pori tanah, atau melepaskannya dari dalam pori-pori
tanah. Kondisi ini sangat tergantung pada tekstur dan struktur tanah, pori-pori
tanah meso dan mikro, drainase, dan iklim khususnya suhu dan hujan. Oleh sebab
itu, untuk mengkuantifikasi kebutuhan air dan mengoptimalkan penggunaan air
irigasi, maka dengan mengetahui retensi air di dalam tanah merupakan upaya
yang baik dalam perencanaan pertanian (Kurnia, 2006). Nilai retensi tanah
berhubungan dengan distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54,
dan pF 4,2). Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap dan/atau
menahan air di dalam pori-pori tanah, atau melepaskannya dari dalam pori-pori
tanah sedangkan nilai pF adalah hisapan air oleh permukaan partikel tanah.
Retensi air tanah ditetapkan dengan memberikan tekanan pada contoh tanah
jenuh air dengan berbagai kekuatan tekanan. Pada dasarnya, kekuatan tekanan
yang diberikan berhubungan dengan distribusi ukuran pori dan kapiler yang
terdapat di dalam tanah. Presentase volume tanah yang tidak ditempati oleh
bagian padat anah disebut porositas tanah. Jumlah seluruh ruang pori yang ada
didaalam massa tanah disebut dengan ruang poori total. Pada tanah kering mutlak,
seluruh ruang pori terisi oleh air, sedangkan pada tanah lembap, sebagian pori
terisi udara dan sebagian lagi terisi oleh air dalam perbandingan tertentu.
Retensi air biasanya ditampilkan dalam bentuk kurva, dikenal dengan kurva
pF. Dengan demikian, untuk satu contoh tanah perlu dilakukan penetapan
kandungan air tanah pada berbagai tekanan. Sehubungan dengan perbedaan
tekanan yang diberikan, maka diperlukan juga spesifikasi dan kapasitas peralatan
yang digunakan. Menurut Klute dalam Sudirman (2006) terdapat tiga sistem,
masing-masing sesuai untuk cakupan pengukuran yang diinginkan, yaitu (1)
sistem bertekanan rendah (low-range system), dimana sistem ini utamanya
disesuaikan untuk pengukuran pada tinggi tekanan matris potensial tanah antara 0
dan 200 cm kolom air ; (20 sistem bertekanan sedang (med-range system) dengan
11
cakupan pengukuran denga besaran tekanan matriks potensial tanah antara 200
dan 1000 cm tinggi kolom air ; dan (3) sistem bertekanan tinggi (high-range
system) yang mencakup untuk pengukuran 1.000 – 15.000 cm tinggi air atau 1-15
atm.
Besarnya tekanan biasanya dinyatakan dalam satuan atmosfer (atm) dan
dapat juga dipadankan dengan tinggi kolom air (cm) serta nilai pF yang
bersangkutan. Nilai pF adalah logaritma (log 10) dari tegangan air tanah yang
dinyatakan dalam cm kolom air. Pada tabel di tampilkan hubungan antara ukuran
pori-pori tanah dan tekanan yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari dalam
pori tersebut yang disetarakan dengan cm tinggi kolom air, serta nilai pF untuk
masing-masing hisapan matriks potensial.
Tabel 1. Hubungan antara ukuran pori tanah dan tekanan yang disetarakan dengan
tinggi kolom air serta nilai pF dari masing-masing tinggi kolom air
No Penampang
pori
Tekanan Tinggi kolom
air
pF
µ Atm Cm Log tinggi
kolom air
1 296.0 0.01 10 1.00
2 28.8 0.10 100 2.00
3 8.6 0.33 344 2.54
4 5.8 0.50 516 2.73
5 2.8 1.00 1.033 3.01
6 1.4 2.00 2.066 3.33
7 0.2 15.00 15.495 4.20
Kandungan air pada berbagai tekanan
Setelah bagian contoh tanah (pF 1,0; pF 2,0; Pf 2,54; dan pF 4,2) diberi tekanan
dan dikeluarkan dari dalam panci, selanjutnya ditetapkan kandungan airnya
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 = (𝐵𝑇𝐵 − 𝐵𝑇𝐾)
𝐵𝑇𝐾𝑥 100%
Dimana : BTB = berat tanah basah, dan BTK = berat tanah kering.
12
Dari hasil analisis ruang pori total dan keempat nilai pF dapat dibuat grafik yang
menghubungkan antara kandungan air dan pF. Grafik tersebut dikenal dengan
kurva tegangan air (pF).
Gambar 1. Alat untuk Penetapan Kadar Air Tanah Pada Berbagai Tegangan (pF)
2.3 Ruang Pori Total
Ruang pori total adalah volume seluruh pori –pori di dalam suatu volume
tanah yang dinyatakan dalam persentase. Ruang pori total dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑅𝑃𝑇 =(1 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 100
Berat isi atau berat volume dapat dihitung yaitu berat kering tanah dibagi dengan
volume tanah. Berat jenis butiran atau berat jenis partikel adalah perbandingan
antara komponen mineral dan bahan organik tanah.
Dengan mengetahui ukuran pori-pori tanah dapat dilakukan pengelompokan
pori-pori tanah dalam hubungannya dengan kemampuan tanah memegang air
yang dapat tersedia bagi tanaman. Berdasarkan pada keragaman dari penampang
pori dan kapiler tanah, maka besarnya tekanan yang diperlukan untuk
mengeluarkan air dari pori tersebut juga berbeda-beda. Menurut de Boodt dalam
Sudirman (2006) poripori yang berdiameter kurang dari 0,2 mikron disebut pori
tak berguna, karena akar tanaman tidak dapat mengambil air dari dalam tanah
dengan ukuran pori kurang dari 0,2 mikron tersebut. Air dari dalam pori-pori
tanah berukuran kurang dari 0,2 mikron hanya dapat dikeluarkan dengan kekuatan
atau tekanan hisap lebih dari 15 atm (pF 4,2). Daya hisap maksimum akar
tanaman untuk mengambil air dan dalam tanah adalah 15 atm. Jika pada suatu saat
13
dalam tanah terdapat air dalam pori-pori berdiameter kurang 0,2 mikron, maka
tanaman akan layu dan akhirnya akhir mati. Kandungan air pada tekanan 15 atm
atau pF 4,2 disebut titik layu permanen.
Pori-pori tanah yang berdiameter lebih dari 0,2 mikron disebut pori tak
berguna, secara umum pori-pori tersebut terbagi atas tiga kelompok, terdiri atas :
a. Pori pemegang air, yaitu pori yang berdiameter antara 0,2 dan 8,6 mikron
(pF 4,2 – 2,54).
b. Pori drainase lambat, yaitu pori yang berdiameter antara 8,6 dan 28,8
mikron (pF 2,54 – 2,0)
c. Pori drainase cepat, yaitu pori yang berdiameter lebih dari 28,8 mikron (pF
2,0).
Air yang berada dalam pori pemegang air disebut air tersedia bagi tanaman,
berbeda antara titik layu (pF 4,2) dan kapasitas lapang (pF 2,54). Pada umumnya
kapasitas lapang ditetapkan pada tekanan 0,33 atm (pF 2,54), jika air tanah lebih
dalam dari 1 m. Jika air tanah kurang dari 1m, maka kapasitas lapang ditetapkan
pada tekanan 100 cm kolom air (pF 2,0).
Tabel 2. Kriteria kemampuan pori-pori tanah memegang air (LPT,1980)
Pori drainase (%volume) Kriteria
< 5 Sangat Rendah
5 – 10 Rendah
10 – 15 Sedang
>15 Tinggi
Pori air Tersedia (%volume)
<5 Sangat Rendah
5-10 Rendah
10-15 Sedang
15-20 Tinggi
>20 Sangat Tinggi
14
2.4 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu : (1) Identifikasi fisika tanah
dan penentuan kurva pF. (2) penentuan kadar air dan pengairan.
1. Identifikasi Fisika Tanah
Sifat-sifat fisika tanah yang dianalisis adalah Bulk density (BD), ruang pori
total (RPT), distribusi ukuran pori ( kadar air pada pF 1; pF 2; pF 2,54; dan
4,2). Adapun prosedur penetapan pf yaitu sebagai berikut (LPT,1979) :
a. Contoh tanah yaitu contoh tanah utuh yang diambil dari lapangan
menggunakan ring (tabung) kuning.
b. Tanah dari dalam ring dikeluarkan dan diambil setebal 1 cm dari bagian
tengah ring.
c. Tanah setebal 1 cm tersebut dibagi menjadi empat, masing-masing
untuk pF 1,0 (tekanan 10 cm kolom air), pF 2,0 (tekanan 100 cm kolom
air), pF 2,54 (tekanan 1/3 atm) dan pf 4,2 (tekanan 15 atm). Contoh
tanah untuk penetapan kadar air pada pF 4,2 dikeringudarakan,
ditumbuk dan disaring dengan ayakan 2mm.
d. Tanah untuk penetapan pF 1,0 ; pF2,0 ; dan pF 2,54 diletakan di atas
piringan (plate) dalam pressure plat apparatus, sedangkan tanah untuk
penetapan pF 4,2 diletakan di atas piringan dalam pressure membrane
apparatus.
e. Contoh tanah dalam piringan dijenuhi dengan air sampai berlebihan dan
direndam selama 48 jam.
f. Piringan berisi contoh tanah dimasukkan ke dalam panci dan di tutup
rapat-rapat.
g. Berikan tekanan sesuai pF yang dikehendaki.
h. Keseimbangan akan tercapai setelah sekitar 48 jam tekanan-tekanan
tersebut bekerja.
i. Kemudian keluarkan contoh tanah dari dalam panci dan tetapkan
kandungan airnya.
j. Adapun cara mengeluarkan contoh tanah dari dalam ring (butir 2 dan 3)
adalah sebagai berikut:
15
1. Tanah didalam ring ditekan dengan kayu pada permukaan ring yang
satu dan tanah yang muncul keluar dari permukaan ring lainnya
setebal 1 cm dipotong dan dipisahkan.
2. Tanah dalam ring ditekan lagi pada permukaan ring yang satu
dengan kayu dan tanah yang muncul keluar dari permukaan ring
lainnya setebal 1,5 cm dipotong atau diambil dan dibagi menjadi
empat bagian.
3. Masing-masing bagian ditempatkan di atas piringan pF 1,0; pF 2,0;
dan pF 2,54. Sedangkan tanah untuk penetapan pF 4,2 dikeringkan,
ditumbuk dan disaring dengan ayakan 2 mm.
Gambar 2. Contoh Tanah yang dijenuhi air untuk penetapan pF
2. Menentukan Kadar air dan Pengairan
Dalam menentukan pengairan masing-masing plot diberi tiga perlakuan
kandungan air tersedia yaitu : (I1) 75%-100% ; (I2) 50%-75% ; (I3) 25%-50%.
Dari masing-masing perlakuan memiliki 3 plot dengan luas lahan 20 m2.
Adapun untuk menentukan kadar air dan berapa jumlah air yang diberikan
untuk masing-masing plot yaitu:
a. Sample tanah diambil sebanyak 20 gram untuk 3 kali pengulangan
untuk masing-masing plot.
b. Sample tanah diambil secara acak sedalam 10cm untuk bulan ke-1, 20
cm untuk bulan ke-2 dan 30 cm untuk bulan ke-3.
c. Kemudian sampel dioven lalu ditimbang berat kering.
d. Untuk menentukan kadar air dari sample tanah digunakan rumus
berikut:
𝐾𝐴 % 𝑈 =𝐵𝐵 − 𝐵𝐾
𝐵𝐾 𝑥 100%
16
e. Untuk menghitung dan menentukan pengairan yaitu:
f. Jika : x% dari masing-masing plot lebih kecil dari maksimal perlakuan
%BK, maka plot “harus diberi air”.
g. Jika : x% masing-masing plot lebih besar dari maksimal perlakuan
%BK, maka plot “tidak diberi air”.
X% : Rata-rata kadar air dari masing-masing plot.
h. Menghitung jumlah air yang diberikan untuk masing-masing plot:
𝑊 = 𝐼% 𝐵𝐾 − 𝑋% 𝑥𝐵𝐷𝑥𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑥 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛
2.5 Hasil dan Pembahasan
2.5.1 Hasil
Identifikasi Fisika Tanah dan Penentuan Kurva pF
Hasil analisis tanah di laboratorium menunjukan data fisik tanah sebagai
berikut:
Data Fisik Tanah
Bulk Density (BD) : 1,3 gr/cc
Ruang Pori Total (RPT) : 39,2 % BK = 50,96 % vol
pF 1 : 35,9 % BK = 45,63 % vol
pF 2 : 30,9 % BK = 40,17 % vol
pF 2,54 : 26,9 % BK = 34,97 % vol
pF 4,2 : 15,2 % BK = 19,76 % vol
Pori Drainase : - Cepat : 8,3 %
- Lambat : 4,0 %
Air Tersedia : 11,7 %
17
Tabel 3. Hasil Data Pengairan
Tanggal
Hari
ke-
Irigasi 75-100 % (L) Irigasi 50-75 % (L) Irigasi 25-50 % (L)
I II III I II III I II III
10-Agust 1 0 100.62 0 0 0 0 0 0 0
13-Agust 4 33.8 0 0 0 0 0 0 0 0
16-Agust 7 81.64 91.26 0 0 0 25.48 0 0 0
19-Agust 10 119.08 100.62 81.64 89.7 125.32 34.84 47.06 2.6 0
23-Agust 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26-Agust 17 62.66 0 0 0 0 0 0 0 0
29-Agust 20 0 90.48 4.16 0 34.58 0 0 0 0
01-Sep 23 471.12 8.32 45.24 69.16 88.4 179.92 23.92 147.16 59.8
04-Sep 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0
07-Sep 29 0 0 84.24 0 0 0 0 0 0
10-Sep 32 0 0 0 0 0 0 0 0 507.52
13-Sep 35 311.48 330.2 0 267.28 196.56 0 23.4 23.92 0
16-Sep 38 7.28 0 330.72 0 0 0 0 0 0
19-Sep 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22-Sep 44 257.4 164.32 182.52 0 0 50.96 23.4 0 0
25-Sep 47 0 0 0 267.28 0 0 0 41.6 0
29-Sep 50 436.8 348.92 85.8 0 143.52 161.72 77.48 0 0
02-Okt 53 386.88 0 0 0 0 0 0 0 0
05-Okt 56 0 0 216.84 0 0 185.64 0 0 0
08-Okt 59 41.34 0 0 401.7 402.48 0 0 0 0
11-Okt 62 330.72 386.88 302.64 0 0 102.18 0 115.44 0
14-Okt 65 0 0 0 88.14 0 0 35.1 0 0
17-Okt 68 0 358.02 0 103.74 268.32 0 0 0 0
20-Okt 71 602.94 0 575.64 0 0 294.84 0 167.7 0
23-Okt 74 599.82 102.18 576.42 131.04 480.48 131.82 60.84 0 895.44
Jumlah 3742.96 2081.82 2485.86 1418.04 1739.66 1167.4 291.2 498.42 1462.76
18
Gambar 3. Kurva Pf untuk menentukan air tanah tersedia
2.5.2 Pembahasan
Nilai kandungan air tanah yang sudah ditetapkan berbagai tekanan, maka
dapat dihitung. Pori-pori drainase terdiri atas pori drainase cepat atau pori aerasi,
dan pori drainase lambat. Pori drainase cepat adalah selisih kandungan air pada
ruang pori total dan pF 2,0. Pori drainase lambat adalah selisih kandungan air
pada pF 2,0 dan pF 2,54. Sedangkan Pori air tersedia adalah selisih kandungan air
antara pF 2,54 (kapasitas lapang) dan pF 4,2 (titik layu permanen).
Dari hasil analisis data fisika tanah bahwa tanah
mempunyai sifat fisik yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman. Kapasitas air
tersedia tergolong sedang, pori drainase cepat tergolong rendah dan pori drainase
lambat sangat rendah. Untuk penentuan kurva pF dibuat dari data fisik tanah
dengan kadar air pF 1; 2; 2,54; dan 4,2. Kurva pF dibuat untuk menentukan
tegangan air dan menentukan volume air irigasi. Jumlah air yang diberikan untuk
masing-masing plot sesuai dengan perlakuan yaitu :
I1 : kandungan air tersedia antara 75% – 100% =
24,0% - 26,9% BK
I2 : kandungan air tersedia antara 50% – 75% =
21,1% - 24% BK
I3 : kandungan air tersedia antara 25% – 50% =
18,1% - 21,1% BK
39.2 RPT
35.1 pF1
30.9 pF226.9 Kapasitas
Lapang
15.2 Titik Layu Permanen
02468
10121416182022242628303234363840
RPT pF 1 pF2 pF 2,54 Pf 4,2
Kadar air tanah (%)
Kadar air tanah (%)
Air Tersedia untuk tanaman
Air Tidak Tersedia
Air Tidak Berguna
19
Dari nilai kadar air dan perlakuan tersebut maka dapat ditentukan kapan
plot harus di beri air dan tidak diberi air. Kadar air tanah diambil sampel dan
dianalisis setiap tiga hari sekali. Jika kadar air tanah pada masing-masing plot
kurang dari maksimal kadar air pada perlakuan maka plot harus diberi air.
Sebaliknya jika kadar air tanah pada masing-masing plot kurang dari maksimal
kadar air pada perlakuan maka plot tidak beri air. Untuk menentukan jumlah air
yang akan diberikan diasumsikan pada bulan pertama akar mencapai kedalaman
tanah 10 cm, bulan kedua akar tanaman mencapai kedalaman tanah 10 cm, dan
pada bulan ke tiga tanaman mencapai kedalaman tanah 30 cm.
Perlakuan pemberian air irigasi berkorelasi positif nyata dengan volume
irigasi yang diberikan. Total volume irigasi berbanding lurus dengan perlakuan
yang diberikan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi perlakuan yang diberikan
maka air yang harus dipertahankan dalam tanah semakin tinggi, sehingga interval
irigasi semakin pendek sehingga total air yang diberikan lebih tinggi. Interval
pemberian irigasi berhubungan erat dengan volume irigasi yang harus mencapai
kapasitas lapang pada masing-masing perlakuan
Dari tabel hasil diatas dapat dilihat kapan waktu pemberian air irigasi dan
jumlah air yang harus diberikan. Pada perlakuan 75-100% jadwal pemberian air
lebih sering dibandingkan pada perlakuan 50-75% dan perlakuan 25-50% dan
juga total air yang diberikan lebih banyak dari perlakuan yang lain. Hal ini
dikarenakan pada perlakuan 75-100% interval pemberian air lebih pendek atau
sering diberikan air untuk mempertahankan kapasitas lapang pada lahan tersebut.
Untuk melihat efisiensi pengairan dapat dilihat dari hasil produksi tanaman. Dari
data tersebut diasumsikan hasil produksi dari tanaman sama. Sehingga pada
perlakuan pemberian air 25-50% lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan 50-
75% daan 75-100%.
20
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai sarana Mahasiswa
mengetahui dunia kerja. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa
dalam pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh baik secara teoritis maupun
praktek di lapangan pada lingkungan yang sebenarnya khususnya di bidang
Teknik Pertanian. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sangat membantu
Mahasiswa dalam mengetahui situasi dan kondisi dalam dunia kerja yang
sebenarnya serta menambah wawasan dalam dunia kerja.
Dalam menentukan efisiensi pengairan, air tersedia di dalam tanah dapt
diketahui dengan indentifikasi sifat fisika tanah. Air tersedia di dalam tanah yaitu
pada pori tanah yang berdiameter antara 0,2 dan 8,6 mikron (pF 4,2 – pF2,54).
Jumlah air irigasi pada perlakuan 75%-100% lebih banyak hal ini dikarenakan
pada perlakuan ini interval pemberian air lebih pendek atau lebih sering di beri air
untuk mempertahankan kapasitas lapang. Penentuan efisiensi pengairan
didapatkan dari hasil produksi tanaman. Jika diasumsikan dari ketiga perlakuan
pemberian air irigasi hasil produksi tanaman sama besar maka pada perlakuan
25%-50% pemberian air irigasi adalah yang paling efisien.
3.2 Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu:
1. Tempat pelaksanaan PKL dengan topik untuk penelitian disesuaikan
sehingga mendapatkan ilmu lebih banyak tentang topik penelitian.
2. Tingkat pengaruh air tersedia terhadap efisiensi pengairan dapat
dilengkapi dengan data hasil produksi tanaman sehingga dapat diketahui
perlakuan air tersedia yang paling efisien.
21
DAFTAR PUSTAKA
Haryati N.U., Abdurachman A., Murtilaksono., Sinukaban K. 2010. Management
Allowble Depletion (MAD) Level Untuk Efesiensi Penggunaan Air Tanaman
Cabai pada Tanah Typic Kanhapludults Tamanbogo,Lampung. Jurnal
Tanah dan Iklim (31).
Hanafiah, K., A. 2005, Dasar-Dasar ILmu Tanah, Rajawali Pers, Jakarta.
Lembaga Penelitian Tanah.1979. Penuntun Analisa Fisika Tanah. LPT, Bogor.
Kurnia U., Nurida N.L., Kusnaidi H. 2006. Penetapan Retensi Air Tanah Di
Laboratorium. Di dalam: Kurnia U., Agus F., Adimihardja A., Dariah A.
Editor. Sifat Fisika Tanah Dan Metoda Analisisnya. Jawa Barat (ID): Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hlm
155-165.
Sudirman, S., Sutono., Juarsah I.2006. Penetapan Retensi Air Tanah Di
Laboratorium. Di dalam: Kurnia U., Agus F., Adimihardja A., Dariah A.
Editor. Sifat Fisika Tanah Dan Metoda Analisisnya. Jawa Barat (ID): Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hlm
167-176.
22
23
24
Lampiran 3. Dokumentasi
Mengunjungi Stasiun Iklim BALITKLIMAT
Pengenalan Kalender Tanam Terpadu (KATAM) dan Membantu Pengelompokan
KATAM untuk Seluruh Wilayah di Indonesia
25
Mengikuti Seminar Perubahan Iklim di BBSDL BOGOR
Mengunjungi Laboratorium Fisika Tanah
26
Lampiran 4. Bagan Struktur Organisasi Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi (BALITKLIMAT)
27
Lampiran 5. Data pendukung topik PKL
Data Fisik Tanah
BD : 1,3 gr/cc
RPT : 39,2% BK = 50,96 % vol
pF 1 : 35,1 % BK = 45,63 % vol
pF 2 : 26,9 % BK = 40,17 % vol
pF 2,54 : 15,2 % BK = 19,76 vol
Pori Drainase : - Cepat : 8,3 %
- Lambat : 4,0 %
Air Tersedia : 11,7 %
Perlakuan (I)
I1 : Kandungan air tersedia antara 75-100% = 24,0% – 26,9 %
I2 : Kandungan air tersedia antara 50-75 % = 21,1% - 24%
I3 : Kandungan air tersedia antara 25-50% = 18,1% - 21,1%
39.2 RPT
35.1 pF1
30.9 pF226.9 Kapasitas
Lapang
15.2 Titik Layu Permanen
02468
10121416182022242628303234363840
RPT pF 1 pF2 pF 2,54 Pf 4,2
Kadar air tanah (%)
Kadar air tanah (%)
Air Tersedia untuk tanaman
Air Tidak Tersedia
Air Tidak Berguna
28
No Tanggal
Irigasi 75-100 % Irigasi 50-75 % Irigasi 25-50 %
I II III I II III I II III
1 10-Aug 26.59 20.13 29.04 27.39 26.99 25.04 27.44 22.44 23.46
2 13-Aug 22.7 24.61 25.02 27.39 23.09 23.46 26.59 21,979 23.09
3 16-Aug 20.86 20.49 24.61 21.96 21.95 20.12 21.95 20.85 25.4
4 19-Aug 19.42 20.13 20.86 17.65 16.28 19.76 16.29 18 19.04
5 23-Aug 34.67 32.92 29.46 31.14 30.71 28.2 33.77 34.67 31.16
6 26-Aug 21.59 25.92 26.6 21.58 23.07 23.83 22.35 27.39 23.45
7 29-Aug 25.79 20.52 23.84 21.58 19.77 23.08 21.95 24.22 23.08
8 1-Sep 14.94 23.84 23.13 19.77 19.4 17.64 17.64 15.27 16.95
9 4-Sep 25.44 30.72 28.61 34.23 36.53 30.29 29.45 35.63 28.28
10 7-Sep 28.2 25.07 22.38 27.01 36.99 28.21 27.39 27.43 21.58
11 10-Sep 25.83 32.01 33.9 28.54 26.19 22.35 24.63 21.6 8.34
12 13-Sep 18.01 17.65 26.98 15.96 17.32 30.72 17.65 17.64 28.62
13 16-Sep 23.86 29.45 17.64 27.8 32.46 23.84 26.98 28.62 21.96
14 19-Sep 32.04 29.45 31.21 23.84 25.39 33.77 25 20.85 18.37
15 22-Sep 19.05 20.84 20.49 27.39 22.7 20.12 17.65 30.32 29.91
16 25-Sep 26.99 31.57 28.1 15.96 26.58 29.87 26.58 17.3 23.83
17 29-Sep 15.6 17.29 22.35 23.86 18.34 17.99 16.61 28.62 19.79
18 2-Oct 19.04 32.01 29.87 25.82 26.98 28.22 25.39 20.85 29.87
19 5-Oct 26.99 32.89 21.22 27.01 28.61 18.72 20.86 23.08 30.71
20 8-Oct 23.47 27.39 28.62 15.95 15.94 25.79 24.61 21.58 25.39
21 11-Oct 19.76 19.04 20.12 28.65 26.18 19.79 22.32 16.62 22.7
22 14-Oct 28.65 32.02 30.8 19.97 24.22 29.87 17.65 31.18 23.47
23 17-Oct 24.24 19.41 27.8 19.77 17.66 21.21 23.13 26.19 18.7
24 20-Oct 16.27 27.8 16.62 23.89 25.78 17.32 21.96 15.95 18.74
25 23-Oct 16.31 22.69 16.61 19.42 14.94 19.41 17.32 23.84 6.62
29
Lampiran 6. GRAFIK PEMBERIAN AIR IRIGASI
Grafik 1. Kebutuhan Air Irigasi pada Plot I
Grafik 2. Kebutuhan Air Irigasi pada Plot II
0
100
200
300
400
500
600
700
1 7 14 20 26 32 38 44 50 56 62 68 74
Jum
lah
air
/ li
ter/
20
m2
Hari ke
Keutuhan Air Irigasi I
75-100% I
50-75% I
25-50% I
0
100
200
300
400
500
600
700
1 7 14 20 26 32 38 44 50 56 62 68 74
jum
lah
air
/ lit
er/
20
m2
Hari ke
Kebutuhan Air Irigasi II
25-50% II
50-75% II
75-100% II
30
Grafik 3. Kebutuhan Air Irigasi pada Plot III
Grafik 4. Kebutuhan Air Irigasi Rata-rata
0100200300400500600700800900
1000
1 7 14 20 26 32 38 44 50 56 62 68 74
Jum
lah
air
/lit
er/
20
m2
Hari ke
Kebutuhan Air Irigasi III
75-100% III
50-75% III
25-50% III
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 7 14 20 26 32 38 44 50 56 62 68 74
Jum
lah
air
/lit
er/
20
m2
Hari ke
Kebutuhan Air Irigasi
Irigasi 75-100 % Rata-Rata
Irigasi 50-75 % Rata-Rata
Irigasi 25-50 % Rata-Rata