laporan pkl finish

52
Mengetahui Ketua Program Studi Rita Ariani,S.P, M.P Nip: 1976 1108 2006 Lembaran pengesahan ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI DESA ALUE MANGKI KECAMATAN GANDAPURA KAB.BIREUEN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG RAHMAT HIDAYAT NIM : 090320030 Laporan Praktek Kerja Lapang Merupakan Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Pertanian i Menyetujui Dosen Pembimbing Ir. Murdani, M.P Nip: 1957 1212 2001

Upload: yoga-adhitya

Post on 11-Aug-2015

170 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Mengetahui

Ketua Program Studi

Rita Ariani,S.P, M.P

Nip: 1976 1108 2006 04 2001

Lembaran pengesahan

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI

DESA ALUE MANGKI KECAMATAN GANDAPURA

KAB.BIREUEN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

RAHMAT HIDAYAT

NIM : 090320030

Laporan Praktek Kerja Lapang Merupakan Salah Satu Syarat Dalam

Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Pertanian

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

MUARA BATU

2012/2013

i

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Ir. Murdani, M.P

Nip: 1957 1212 2001 12 1001

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin Segala puji dan syukur kami ucapkan

kehadirat Allah SWT, yang Maha Berkehendak dan tak lupa pula selawat dan

salam kita sanjung sajikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, dan disertai

dengan usaha tanpa lelah penyusun akhirnya penyusun Laporan Praktek Kerja

Lapang yang berjudul “Analisis Pendapatan Usaha pembibitan Kelapa Sawit

(Elaeis guineensis Jack) Di Desa Alue Mangki Kecamatan Gandapura-Bireuen”

dapat terselesaikan tepat pada waktu yang ditetapkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terima kasih kepada bapak

Ir.Murdani,M.P selaku dosen pembibing yang telah mengamanatkan tugas

menyusun laporan praktek kerja lapang ini, dan juga kepada rekan-rekan

perkuliahan, serta kepada pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam

penyusunan laporan praktek kerja lapang

Harapan kami, semoga dengan tersusunnya laporan praktek kerja lapang

ini dapat dijadikan suatu referensi ilmiah yang berguna terutama bagi penulis

sendiri dan para pembaca yang memang berminat terhadap usaha pembibitan

kelapa sawit yang ingin berbisnis di usaha ini untuk meningkatkan pendapatan

atau sebagai mata pencaharian pokok kedepannya. Selain itu, penulis juga

berharap adanya kritik dan saran membangun dari para pembaca agar menjadi

masukan berharga bagi penyusun.

iii

Reuleut, 27 Desember 2012

penulis

iv

DAFTAR ISI

Lembaran pengesahan.................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................vi

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang....................................................................4

1.3. Kegunaan Dan Mamfaat Praktek Kerja Lapang........................................5

BAB II...........................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6

2.1 Landasan Teori.....................................................................................................6

BAB III........................................................................................................................11

METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANG....................................................11

3.1. Wilayah Umum Praktek Kerja Lapang...................................................11

3.2. Keadaan Penduduk..................................................................................11

3.3. Keadaan Iklim.........................................................................................12

BAB IV........................................................................................................................14

v

HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................14

4.1. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit..................................................................14

4.2. Proses Pembibitan...................................................................................15

4.3. Analisis Biaya Pembibitan Kelapa sawit.................................................18

BAB V.........................................................................................................................26

KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................26

5.1. Kesimpulan..............................................................................................26

5.2. Saran........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Wilayah potensi pengembangan komoditas kelapa sawit di provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam....................................................................2

Tabel 2 . Jumlah Penduduk Desa Alue Mangki, Kec.Gandapura, Kab.Bireuen...12

Tabel 3. Jumlah curah hujan, hari hujan dan rata-rata curah hujan dikecamatan

Gandapura 2011......................................................................................12

Tabel 4 . Rincian Biaya Produksi..........................................................................18

Tabel 5 . Biaya Penyusutan Peralatan...................................................................22

Tabel 6. Biaya Produksi........................................................................................23

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 dan 2. Pekerja sedang mengisi tanah kedalam polibag.............................28

Gambar 3 dan 4. Bibit kelapa sawit di dalam polibag dan di bedengan.....................28

Gambar 5 dan 6 : Bibit sudah dipindahkan kedalam polibag besar...........................29

Gambar 7 dan 8. Bibit kelapa Sawit berumur antara 6 dan 7 bulan............................29

viii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Aceh sebagai salah satu produsen CPO terbesar di Indonesia

memiliki perkebunan kelapa sawit yang pertumbuhan luas arealnya sangat pesat,

luas areal perkebunan kelapa sawit adalah Perkebunan Rakyat : 142,233 Ha,

Perkebunan Negara : 40,710 Ha, dan Perkebunan Swasta : 136,224 Ha. Produksi

Kelapa Sawit untuk Tahun 2006 Terdiri dari : Produksi Perkebunan Rakyat :

117,960 Ton, Produksi Perkebunan Negara : 149,100 Ton, dan Produksi

Perkebunan Swasta : 498,356 Ton, Untuk Tahun 2007 Terdiri dari : Produksi

Perkebunan Rakyat : 121,528 Ton, Produksi Perkebunan Negara : 149,100 Ton,

dan Produksi Perkebunan Swasta : 498,382 Ton Status Masih Sementara,Untuk

Tahun 2009 Terdiri dari : Produksi Perkebunan Rakyat : 181,632 Ton, Produksi

Perkebunan Negara : 67,936 Ton, dan Produksi Perkebunan Swasta : 233,327 Ton

,Untuk Tahun 2010 Terdiri dari : Produksi Perkebunan Rakyat : 185,265 Ton,

Produksi Perkebunan Negara : 69,634 Ton, dan Produksi Perkebunan Swasta :

238,927 Ton Status Masih Sementara.

Perluasan areal perkebunan kelapa sawit yang terus meningkat

menyebabkan tingginya permintaan akan bibit kelapa sawit. Permintaan bibit

kelapa sawit ini juga diakibatkan oleh banyaknya kebun kelapa sawit yang

diremajakan. Peremajaan kebun 236 kelapa sawit ini dilakukan setelah tanaman

1

berumur 25 tahun dimana tanaman tidak produktif lagi dan biaya perawatan yang

dikeluarkan lebih tinggi dari hasil produksi.

Berikut data potensi pengembangan komoditas kelapa sawit di wilayah

provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Tabel 1. Wilayah potensi pengembangan komoditas kelapa sawit di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

NO NAMA DAERAH LUAS LAHAN1 Kabupaten Aceh

BaratLahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.978

2 Kabupaten Aceh Barat Daya

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.837Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari TBM: 2,158, TM :589, TTM: 90

3 Kabupaten Aceh Besar

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.200Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Terdiri TBM: 435, TM : 71, TTM : 694

4 Kabupaten Aceh Jaya

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 6.519

5 Kabupaten Aceh Selatan

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 5.848

6 Kabupaten Aceh Singkil

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 19.318Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari TBM : 4,516, TM : 13,947, TTM: 855

7 Kabupaten Aceh Tamiang

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 19.611

8 Kabupaten Aceh Tenggara

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.921

9 Kabupaten Aceh Timur

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 16.573

10 Kabupaten Aceh Utara

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 16.089

11 Kabupaten Bener Meriah

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 52Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari TBM: 8,TM : 44

12 Kabupaten Bireuen Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.372Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari : TBM : 1,772, TM: 2,468,

2

TTM: 13213 Kabupaten

NaganrayaLahan yang sudah Digunakan (Ha): 27.434Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari : TBM : 13,270, TM : 13,963, TTM :201

14 Kabupaten Pidie Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 55Status Lahan: Luas lahan perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari TM: 5 , TTM: 50

15 Kabupaten Pidie Jaya

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 56

16 Kabupaten Simeulue

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.688Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Yang terdiri dari : TBM : 1,684, TM : 2, TTM : 2

17 Kota Langsa Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 375Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Terdiri Dari TBM : 9, TM : 366

18 Kota Lhokseumawe Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 207Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit terdiri dari TBM : 137, TM :70

19 Kota Subulussalam Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 11.309

Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id(2012)

Peluang usaha pembibitan kelapa sawit ini telah dilirik oleh banyak

investor, mulai dari usaha berskala kecil (5.000-10.000 bibit per tahun) yang

dilakukan oleh masyarakat sampai usaha berskala besar yang menghasilkan

50.000-100.000 bibit per tahun. Usaha pembibitan kelapa sawit pada umumnya

tidak mudah meningkatkan skala usahanya karena terbatasnya luas lahan yang

tersedia dan sulitnya mendapatkan tenaga kerja di sekitar tempat usaha. Faktor

pembatas lainnya adalah sulitnya mendapatkan tambahan kecambah pada Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat karena terbatasnya produksi kecambah

PPKS Marihat dan berbagai persyaratan lainnya.

3

Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena

permintaan dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak

hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai Negara tropis

yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk

mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing

maupun skala rakyat.

Setelah terbukti perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang

cukup tinggi, banyak perusahaan asing berbondong-bondong berinvestasi di

bidang perkebunan ini. Para investor tersebut diantaranya RCMA (Inggris), Uni

Royal (Amerika Serikat), SIPEF (Belgia), dan Lonsum (Inggris). Selain itu,

pemerintah pun tertarik mendirikan PTP I-X di Aceh (NAD), Sumatra Utara,

Sumatra Selatan, Kalimantan, dan Irian Jaya (kini papua). Dipulau Jawa, ada PTP

XI (Banten) dan PT Condong Garut (Garut).

Keuntungan yang menggiurkan menjadi landasan utama munculnya

usaha-usaha pembibitan kelapa sawit. Bagaimana kinerja finansial kegiatan usaha

pembibitan kelapa sawit tersebut dan bagaimana prospeknya di tahun-tahun

mendatang? Isu-isu tersebut mendasari dilaksanakannya studi ini.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang

Adapun tujuan diperoleh dari Praktek Kerja Lapang yang dilakukan

diDesa Alue Mangki, kec.Gandapura-Bireuen adalah:

“Untuk Menganalisis Pendapatan Usaha Pembibitan Kelapa Sawit Di Desa Alue

Mangki, Kec.Gandapura-Bireuen”.

4

1.3. Kegunaan Dan Mamfaat Praktek Kerja Lapang

Adapun diadakan nya Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat

bermamfaat bagi penulis pada khususnya dan pada umumnya bisa bermamfaat

semua elemen mulai dari lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan dan

masyarakat. Adapun kegunaannya antara lain sebagai berikut:

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan teoritis yang

didapat selama kuliah, sehingga membuka wawasan agribisnis yang lebih

jelas.

2. Sebagai landasan bagi penulis selanjutnya yang berminat melakukan

penelitian yang berhubungan dengan Analisis Pendapatan Usaha pembibitan

Kelapa Sawit

3. Dapat berguna sebagai informasi bagi petani dalam Analisis Pendapatan

Usaha pembibitan Kelapa Sawit.

4. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan dan pemerintah dalam

mengambil kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

masyarakat.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori.

2.1.1. komoditas Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack)

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup

penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup

cerah. Komoditas kelapa Sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil

olahannya, menduduki perungkat ketiga penyumbang Devisa nonmigas terbesar

bagi Negara setelah Karet dan Kopi.

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan

dibandingkan dengan minyak yang oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut di

antaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol.

Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa

sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih.

Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton pertahun),

tingkat produksi ini termasuk tinggi.

Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) secara pasti belum

bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu

Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elais

oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan Spesies Elaeis guineensis

berasal dari Afrika (Guenia).

6

Sampai saat ini, kedua spesies diatas sudah menyebar keseluruh Negara

beriklim tropis, termasuk Indonesia. Adrien Hallet, seorang berkebangsaan

Belgia, merupakan orang pertama yang memasukkan tanaman ini ke Indonesia

pada tahun 1911, sekaligus medirikan perkebunan kelapa sawit di Asahan

(Sumatra Timur) dan di sungai Liput (Aceh Timur). Perkebunan ini sekarang

bernama PT.Socfindo.

2.1.2 Analisis Usaha

Analisis usaha merupakan pendekatan yang sangat penting bagi usaha.

Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang

dihadapi. Analisis usaha bertujuan untuk mencari titik tolak untuk memperbaiki

hasil dari usaha tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pedoman

dalam perencanaan pengelola usaha, baik menambah maupun mencari pemecahan

terhadap berbagai kendala (Surya, 2009).

2.1.3 Pendapatan Usaha

Dalam bisnis, pendapatan usaha adalah jumlah uang yang diterima oleh

perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada

pelanggan.

Menurut Ramlan (2006:13) pendapatan usaha adalah kerja dari suatu

usaha yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Ramlan (2006:41) pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan bersih

dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang telah

mengalami pengurangan dari hasil produksi. Sedangkan pendapatan kotor yaitu

7

pendapatan dari hasil usaha dikurangi kebutuhan selama mengadakan usaha serta

penggunaan bahan bakar dan tenaga pembantu lainnya.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengulur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak (Surya, 2009)

2.1.4 Biaya

2.1.4.1. Pengertian Biaya

Menurut Mulyadi (1999 : 8) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan

sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit

diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang

disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan

bagian dari harga pokok yang dikorbankan didalam suatu usaha untuk

memperoleh penghasilan.

2.1.4.2. Macam-macam Biaya

Biaya digolongkan sebagai berikut:

1) Menurut objek pengeluaran.

Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu

berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya

pengeluaran yang berhubungan dengan telepon.

2) Menurut fungsi pokok dalam perusahaan.

Biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu

8

a. Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau

kegiatan biaya pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya

produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,

dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya pemasaran, adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk.

c. Biaya administrasi dan umum, adalah biaya untuk mengkoordinasikan

kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3) Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Ada 2 golongan yaitu:

a. Biaya langsung, merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya

adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan

produk biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung.

b. Biaya tidak langsung, adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh

sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak

langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.

4) Menurut prilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan.

Biaya dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi

perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu.

9

b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding

dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.

c. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

2.1.5 Penerimaan

Penerimaan merupakan nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu

tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dalam usaha tani

meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang

sama (Surya, 2009).

Surya (2009), menjelaskan bahwa dalam analisis pendapatan usaha tani

diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran

selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan

analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan

yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan

bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

10

BAB III

METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANG

3.1. Wilayah Umum Praktek Kerja Lapang

Praktek Kerja Lapang ini dilakukan di Desa Alue Mangki, kecamatan

Gandapura, Kabupaten Bireuen, dengan luas wilayah 150 Ha dan berbatasan

dengan Desa seperti tercantum di bawah ini:

a) Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Desa Ie Rhop

b) Timur berbatasan dengan Desa Pante Gurah

c) Selatan berbatasan dengan Desa Lapang Timur

d) Barat berbatasan dengan Desa Lingka kuta

Pelaksanaan praktek kerja lapang ini berlansung selama 3 bulan yang di mulai

dari tanggal 25 Oktober 2012 sampai dengan 28 Desember 2012.

3.2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk Desa Alue Mangki, kecamatan Gandapura, Kabupaten

Bireuen tahun 2012 tercatat data yang diperincikan menurut Kelompok umur

tertera pada tabel berikut :

11

Tabel 2 . Jumlah Penduduk Desa Alue Mangki, Kec.Gandapura, Kab.Bireuen

No Umur Jumlah penduduk

1 0 -12 bulan 27 orang

2 1 - 5 tahun 88 orang

3 5 – 7 tahun 20 orang

4 7 - 15 tahun 107 orang

5 15 – 56 tahun 446 orang

6 <56 tahun 80 orang

Sumber: Desa Alue Mangki dalam angka (2012)

3.3. Keadaan Iklim

Iklim di kecamatan Gandapura menurut data curah hujan dan jumlah hari

selama beberapa bulan terakhir diperoleh gambaran bahwa antara musim

penghujan dan kemarau menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 3 Tentang keadaan hujan dan hari hujan di kecamatan Gandapura.

Tabel 3. Jumlah curah hujan, hari hujan dan rata-rata curah hujan dikecamatan Gandapura 2011

No BulanCurah Hujan

(mm)Hari Hujan

Rata-Rata Hujan

(mm/hari hujan)

(1) (2) (3) (4)1 Januari - - -2 Februari - - -3 Maret - - -4 April - - -5 Mei 177 8 226 Juni 91 6 157 Juli 50 3 178 Agustus 184 6 319 September 198 6 3310 Oktober 304 12 35

12

11 November 257 9 2912 Desember - - -

Sumber: Kecamatan Gandapura Dalam Angka (2011)

Menurut data Badan Meteorologi dan Geofisika (2011), keadaan iklim di

kecamatan Gandapura pada tahun 2011 yaitu dengan hari hujan minimal terjadi

pada bulan Juli dengan curah hujan sebesar 50 mm, dan hari hujan maksimal

terjadi pada bulan Oktober dengan curah hujan 304 mm.

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

a. Curah hujan

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa

sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak

turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai

hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memcah) hujan yang lama tidak

turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah

cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan. Hujan yang terlalu

banyak (lebih dari 5.000 mm pertahun) tidak berpengaruh jelek terhadap

produksi buah kelapa sawit,asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari

cukup baik.

b. Penyinaran matahari

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya

matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah

kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit,

pertumbuhannya akan terhambat Karena hasil asimilasinya kurang.

Tanaman dewasa yang ternaungi, produksi bunga betinanya sedikit sehingga

perbandingan bunga berina dan jantan (sex ratio) kecil. Penelitian menunjukkan

pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai

korelasi positif dengan produksi buah kelapa sawit. Kebun-kebun kelapa sawit di

14

Indonesia, Malaysia, ivory coast(pantai gading), Nigeria, dan yangambi (Zaire),

panjang penyinaran matahari tidak menjadi masalah karena letak geografisnya

dekat dengan garis khatulistiwa.

c. Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah,

yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air

pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya

tinggi atau tergenang, akar akan membusuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan

daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah

bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.

4.2. Proses Pembibitan

Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan

oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya

dilakukan sebagai berikut

Benih tanaman kelapa sawit memiliki kulit yang tebal. Karena itu, perlu

persiapan yang lama untuk dipanen, tandan buah diperam (fermentasi I) selama

tiga hari supanya semua buahnya rontok. Setelah itu, diperam lahi selama tiga

hari (fermentasi II).

Selama fermentasi I dan II, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah

daging dalam sabut membusuk, bijinya dipisahkan dari daging buah dan serat,

biji dikeringkan dan disimpan selama dua bulan untuk mematahkan dormansi.

15

Setelah itu, biji dikecambahkan. Biji kelapa sawit akan berkecambah selama 2-3

bulan.

Lokasi pembibitan harus memenuhi syarat sebagai berikut.

1. Dekat dengan sumber air, tetapi tidak kebanjiran.

2. Letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman karena biaya angkutan bibit maha.

3. Areal datar dan mudah dipasang instalasi air

4. Dekat kantor dan pemukiman supaya mudah pengawasannya.

5. Keamanan terjamin dan bebas dari gangguan binatang pengganggu.

6. Jauh dari sumber hama dan penyakit.

Pembibitan tanaman kelapa sawit dilakukan dengan dua system (double

stage system), yaitu melalui pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan

utama (main-nursery).

a. Pembibitan Awal (pre-nursery)

Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag kecil berupa tanah bagian

atas (topsoil) yang mudah dibersihkan dari batu dan sisa-sisa tanaman. Polibag

yang berisi tanah diletakkan di bedengan yang lebarnya 1 meter dan panjang

sekitar 8 meter. Sebelum penanaman kecambah, polibag harus disiram air

dahulu. Tanah di tengah-tengah polibag dilubangi dengan telunjuk tangan, lalu

kecambah dimasukkan ke dalam lubang tadi dengan promordia batang

menghadap keatas, lalu lubang ditutu kembali. Pembibitan awal dilakukan

sampai umur 3 bulan atau kecambah sudah berdaun 4 lembar, lalu dipindahkan

ke pembibitan utama.

16

Pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Bibit disiram dua kali sehari, pagi dan sore

2. Rumput-rumput dalam polibag dicabut pelan-pelan.

3. Bibit dipupuk dengan urea dalam bentuk larutan yang berkonsentrasi 0,2 %

4. Hama dan penyakit diberantas secara terpadu.

b. Pembibitan Utama (Main-Nursery)

Tanah yang sudah bersih dimasukkan ke dalam polibag besar berukuran

40x50 cm yang dapat menampung 25 kg tanah. Pengisian tanah dalam polibag

jangan terlalu penuh, cukup sampai 3 cm dari bagian atas polybag. Tujuannya

supaya air dan pupuk tidak melimpah ke luar. Polibag diletakkan dengan jarak

70x70x70 cm. setelah disiram, tanah di tengah-tengah polibag dilubangi dengan

kayu tumpul yang besarnya sama dengan polibag kecil. Polibag kecil disobek,

bibit beserta tanahnya dimasukkan ke dalam lubang tadi, lalu lubang ditutup

kembali.

17

4.3. Analisis Biaya Pembibitan Kelapa sawit

Perhitungan dan analisis finansial pembibitan kelapa sawit ini

menggunakan Analisis sebagai berikut:

(1) Break event point (Titik Balik Modal)

(2) Benefit Cost Ratio (Rasio Biaya Dan pendapatan)

(3) ROI ( return of investment )

Analisis dilakukan untuk periode waktu 1 tahun, biaya yang diperlukan

dalam pembangunan usaha pembibitan, terdiri dari pengadaan peralatan,

penyiapan media tanam,pengadaan bibit,pupuk, obat-obatan, perlengkapan dan

biaya tenaga kerja. Untuk kegiatan usaha pembibitan dibutuhkan lahan seluas 1

Ha, Biaya pemakaian lahan ini dihitung sebagai biaya investasi dan hanya

dikeluarkan pada tahun pertama kegiatan pembibitan kelapa sawit (tahun 2011)

senilai Rp 3.000.000,00

Berikut data rincian biaya yang digunakan dalam usaha pembibitan kelapa

sawit pada salah satu usaha tani nursery lapang parasawita desa Alue Mangki,

Kec.Gandapura.

Tabel 4 .Rincian Biaya Produksi

NoUraian Volume Satuan

Harga

(Rp)

Jumlah

(Rp)1 2 3 4 5 61 Biaya tetap

A. Peralatan

1. Parang 7 unit 45.000 315.000

18

2. Cangkul/sekop 7 unit 55.000 385.000

3. Naungan 92 meter 11.000 1.012.000

4. pagar 52 meter 25.000 1.300.000

5. Pompa Air 4 unit 1.200.000 4.800.000

6. Selang/pipa untuk penyiraman

a. Pipa paralon

Tipe 2 inci 60 batang 48.000 2.880.000

Tipe 1 inci 32 batang 28.000 896.000

b. Sambungan pipa 62 buah 5.200 322.400

c. selang 250 meter 5.000 1.250.000

7. Hand Spayer/penyemprot

3 unit 265.000 795.000

8. Kereta Sorong 3 unit 325.000 975.000

Jumlah Biaya Tetap Rp.14.930.400

2 Biaya variabela. benih

1.PPKS Sehaspa 5.000 kecambah 6.000 30.000.000

2.DXP Lofsul Scopindo

5.000 kecambah 9.500 47.500.000

3.DXP London Sumatra

5.000 kecambah 11.500 57.500.000

b. Polibag

1.polibag kecil 60 kg 15.000 900.000

19

2.polibag besar 450 kg 15.000 6.750.000

c. Pupuk

1.Majemuk 12 sak 320.000 3.840.000

2.Urea 52 sak 95.000 4.940.000

3.Z.A 7 sak

d. Tanah Untuk Media Tanam

25 Truk 190.000 4.750.000

e. Obat-obatan

1. Insektisida 10 kaleng 50.000 500.000

2.Herbisida 20 liter 48.000 960.000

3.Fungisida 12 bungkus 30.000 360.000

f.Tenaga Kerja

1.Pengisian Tanah Kedalam Media Tanam( 30 hari)

9 HKP 40.000 10.800.000

2.Penanaman ( 7 hari) 9 HKP 40.000 2.520.000

3.Penyiraman (360 hari)

4 HKP 20.000 28.800.000

4.Penyemprotan ( 30 kali)

1 HKP 75.000 2.250.000

5.Penyiangan ( 10 kali)

9 HKP 40.000 3.600.000

4.Pengangkutan ( 7 hari)

10 HKP 40.000 2.800.000

Jumlah biaya Variabel Rp.208.770.000

20

Sumber : data primer (diolah) 2012

4.3.1. Modal kerja

merupakan biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha

setelah pembangunan instalasi pembibitan dengan menggunakan biaya investasi

selesai dilakukan. Modal kerja terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak

tetap (variable cost).

4.3.2. Biaya tetap.

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah

produksi. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja tetap, penyusutan, Biaya yang

dikeluarkan untuk gaji karyawan tetap pada usaha pembibitan dikeluarkan per

hari. Untuk menjaga kesinambungan kegiatan usaha pembibitan kelapa sawit

perlu dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Sebuah kegiatan

usaha yang sehat pada umumnya mempunyai cadangan penyusutan/depresiasi

untuk menjaga keberlanjutan dari kegiatan usaha disamping menjaga kualitas

produk dan memudahkan dalam mengikuti perubahan aset dengan adanya

perubahan teknologi. Biaya penyusutan diperhitungkan sebagai dana pengganti

dari aset yang tidak ekonomis lagi. Di pihak lain, biaya penyusutan juga dianggap

sebagai laba dalam perhitungan rugi laba, karena dana yang disisihkan sebenarnya

merupakan penerimaan perusahaan yang dapat digunakan pada berbagai

kepentingan. Jenis investasi yang perlu disusut terdiri dari bangunan/gedung,

mesin, dan peralatan lainnya yang memerlukan penggantian pada suatu masa

21

sebagai akibat dari pemakaian. Besar kecilnya biaya penyusutan yang dilakukan

pada setiap asset tergantung pada harga aset, umur ekonomis, serta metode yang

digunakan dalam penyusutan. Pada usaha pembibitan ini jumlah penyusutan

secara keseluruhan adalah Rp 2.754.840,- per tahun. Rinciannya sebagai berikut :

Tabel 5 . Rincian Penyusutan Peralatan

NoUraian

Harga

(Rp)

Umur Ekonomis (Tahun)

Biaya penyusutan (Rp/tanun)

1 2 3 4 5a. Peralatan

1. Parang 315.000 5 Tahun 63.000

2. Cangkul/sekop 385.000 5 Tahun 77.000

3. Naungan 1.012.000 2 Tahun 506.000

4. pagar 1.300.000 3 Tahun 260.000

5. Pompa Air 4.800.000 5 Tahun 960.000

6. Pipa paralon Tipe 2 inci

2.880.000 10 Tahun 288.000

7. Pipa paralon Tipe 1 inci

896.000 10 Tahun 89.600

8. Sambungan pipa 322.400 10 Tahun 32.240

9. selang 1.250.000 10 Tahun 125.000

10. Hand Spayer/penyemprot

795.000 5 Tahun 159.000

11. Kereta Sorong 975.000 5 Tahun 195.000

Jumlah biaya penyusutan pertahun Rp. 2.754.840

22

Tabel 6. Tabel Jumlah Biaya Produksi

No Keterangan Harga (Rp)

1 Biaya Usaha Tani

a. Biaya penggunaan lahan Rp.3.000.000,00

b. Nilai penyusutan Rp. 2.754.840,00

c. Biaya variabel Rp.208.770.000,00

Total Biaya Produksi Rp.214.279.680,00

1. Pendapatan Usaha Pembibitan

Jumlah bibit yang diproduksi pertahun sebanyak 1.500 bibit dengan harga rata-

rata dibadrol seharga Rp.25.000

Total Penerimaan (TR)= Jumlah produksi x Harga

= 15.000 x Rp.25.000,00

= Rp. 375.000.000,00

Keuntungan Usaha = Total penerimaan ( TR) – Total biaya (TC)

= Rp. 375.000.000,00 - Rp.214.279.680,00

23

= Rp. 160.720.320,00

2. Break Event Point ( Titik Balik Modal)

BEP adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha diperoleh

sama dengan modal yang dikeluarkan.

1. BEP volume produksi

BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus

dihasilkan agar usaha tani tidak mengalami kerugian

BEP=Total Biaya Produksi (Rp)

Harga Ditingkat Petani( Rpbibit

)

BEP=Rp . 214.279.680,00Rp .25 .000,00

BEP = Rp. 8.571 per unit

Titik balik modal tercapai jika produksi kelapa sawit mencapai 8.571

per bibit. Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat diperoleh peroleh produksi

sebesar 8.571 per unit usaha tani kelapa sawit mendapatkan keuntungan.

2. Benefit Cost Ratio ( Rasio Biaya dan pendapatan)

B/C digunakan untuk mengukur analisis kalayakan usaha tani, yaitu

perbandingan antara permintaan kotor dengan total biaya yang dikeluarkan.

24

B/C=Total Perimaan(Rp)

Total Biaya Produksi (Rp)

B/C=Rp . 160.720.320,00Rp . 214.279.680,00

B/C = 0.75

Nilai B/C rasio sebesar 0.75 menunjukkan bahwa dengan biaya atau

modal usaha sebesar Rp.208.770.000 akan diperoleh penerimaan sebesar 1 %

dari modal yang akan dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan biaya sebesar

Rp. 1 maka akan diperoleh penerimaan Rp. 0.75.

3. ROI ( return of investment )

Analisis ROI digunakan untuk mengetahui effiensi penggunaan

modal, yaitu ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya

operasional.

ROI= Penerimaan / labaBiayaOperasional

x 100 %

ROI= Rp .160.720 .320,00Rp .214.279 .680,00

x 100 %

ROI = 75 %

Artinya, dari biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100,- akan dihasilkan

keuntungan sebesar Rp 75  sehingga penggunaan modal untuk usaha ini

effisien.

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL), maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembibitan Kelapa sawit layak diusahakan dan mampu memberikan selisih

positif keuntungan cukup besar.

2. Hasil analisis usaha pembibitan kelapa sawit diperoleh pendapatan sebesar =

Rp. 160.720.320 dari 15.000 bibit dengan biaya Rp.214.279.680 sehingga

memperoleh keuntungan sebesar = Rp. 160.720.320.

3. Usaha pembibitan kelapa sawit merupakan investasi usaha sangat

menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat baik seperti yang didapat

salah satu pengusaha bibit Nursery Lapang Parasawita di kec.Gandapura.

5.2. Saran

1. Diharapkan kepada lembaga-lembaga yang berkompeten dibidang budidaya

Kelapa Sawit Agar memberikan informasi inovasi dan motivasi kepada petani

maupun pengusaha dibidang tersebut.

2. Diharapkan juga bagi pemerintah lebih memerhatikan usaha pembibitan

kelapa sawit pada khususnya, usaha budidaya pertanian pada umumnya baik

dalam pemberian modal usaha maupun dalam bentuk akses informasi

internasional.

26

DAFTAR PUSTAKA

Agus L .2010. Analisis Usaha Tani. http://organik-sawangan.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 30 desember 2012

Anonim. 2012. Bireuen Dalam Angka 2012. http://bireuen kab. bps .go.id . Diakses

pada tanggal 12 desember 2012

Anonim. 2010. Potensi Kelapa Sawit Di Aceh.

http://regionalinvestment.bkpm.go.id. Di akses pada Tgl 12 desember

2012.

Hastuti D. R. dan Rahim A. 2007. Ekonomitrika Pertanian (pengantar, Teori, dan

Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta

Kadariah, Lien Karlina, Clive Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas

Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta

Sakti H. 2006. Analisis kelayakan bisnis pembibitan kelapa sawit PT. Multi sawit

ekanisu di kabupaten kampar. http://faperta.uniska-bjm.ac.id Diakses

pada tgl 06 desember 2012

Selardi S . 2003. Budidaya Kelapa Sawit. PT.Agromedia pustaka. Jakarta

Sudono S. 2005. Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta

27

Wira A .2011. Analisis Pendapatan Usaha Tani Buah Naga (Heloserkusundatus)

Di Desa Alubu Kecamatan Peurelak Barat. Laporan Praktek Kerja

Lapang. Fakultas Pertanian. Universitas Malikussaleh.

Lampiran Document Kegiatan

28

Gambar 3 dan 4. Bibit kelapa sawit di dalam polibag dan di bedengan

Gambar 1 dan 2. Pekerja sedang mengisi tanah kedalam polibag

g

29

Gambar 5 dan 6 : Bibit sudah dipindahkan kedalam polibag besar

Gambar 7 dan 8. Bibit kelapa Sawit berumur antara 6 dan 7 bulan