laporan pkl eric

Upload: kevin-pramudya-utama

Post on 10-Mar-2016

255 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PEMASANGAN REPEATER ALINCO DR135DI UPT RESOR SINTELIS DAOP 4.6 SEMARANGLAPORAN

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Rangka Menempuh Ujian Akhir

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Semarang

Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video

Tahun Pelajaran 2015/2016

Disusun Oleh :

ERIC SATRIA PAMUNGKAS

NIS : 1212231

KOMPETENSI KEAHLIAN

TEKNIK AUDIO VIDEO

SEKEOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7

SEMARANG

2015

LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI

Laporan dengan judul TROUBLESHOOTING MODUL PERSINYALAN KERETA API DI UPT RESOR SINTELIS 4.6 SMT yang ditulis oleh ERIC SATRIA PAMUNGKAS ini telah diperiksa oleh Pembimbing Lapangan dan telah disahkan oleh PT. KERETA API DAOP IV SEMARANG.

Pada Tanggal:

Di

: Semarang

Pembimbing Industri/Lapangan,

Putut arifinPT. KERETA API DAOP IV SEMARANG

ADIE IWANKepala Resor Sintelis 4.6 SMTLEMBAR PENGESAHAN SEKOLAHLaporan dengan judul TROUBLESHOOTING MODUL PERSINYALAN KERETA API DI UPT RESOR SINTELIS DAOP 4.6 SEMARANG yang ditulis oleh ERIC SATRIA PAMUNGKAS ini telah diperiksa oleh Guru Pembimbing Kompetensi Keahlian Audio Video

Pada Tanggal:

Di

:

Ketua Kompetesi Keahlian,

Guru pembimbing

TEGUH

SUBEKTINIP.

NIP.

Kepala SMK Negeri 7 Semarang

SUDARMANTO

NIP.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Selama melaksanakan Praktik Kerja Industri maupun proses penyusunan Laporannya, Penulis mengalami berbagai kendala dan hambatan, namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada akhirnya Penulis dapat mengatasinya. Maka dari itu dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kepala PT. Kereta Api Daerah Operasi 4 Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Prakter Kerja Industri.

2. Kepala SMK NEGERI 7 Semarang, yang telah memberi ijin untuk kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri.

3. Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video yang selalu memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Industri maupun selama penyusunan Laporan.

4. Bapak Iwan ... yang telah membimbing penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Industri.

5. Bapak Teguh, yang telah membimbing penulis selama penyusunan Laporan.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih terdapat kekurangannya, maka dari itu segala kritik dan saran yang membangun akan selalu diterima dengan senang hati.

Semoga Laporan yang sederhana ini bermanfaat bagi Almamater Civitas SMK NEGERI 7 Semarang, maupun para pembaca pada umumnya.

Semarang, (..tanggal..)

PenulisDAFTAR ISIHALAMAN JUDULiLEMBAR PENGESAHAN INDUSTRIiiLEMBAR PENGESAHAN SEKOLAHiiiKATA PENGANTARivDAFTAR ISIvDAFTAR GAMBARviBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang Praktik Kerja Industri

1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri

1.3 Tujuan Penulisan Laporan

1.4 Alasan Pemilihan Judul

1.5 Pembatasan Laporan

1.6 Metode Pengumpulan Data

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

1. Latar Belakang Perusahaan

2. Visi dan Misi Perusahaan

3. Budaya Perusahaan4. Lokasi Perusahaan/Industri

B. Struktur Organisasi dan Jobdiscription

1. Struktur Organisasi Perusahaan

2. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB IIILANDASAN TEORI/LANDASAN TEORI

A. Sistem Repeater

1. Dasar Teori Repeater

2. Perancangan Sistem Repeater

3. Komponen Pendukung Instalasi Repeater

BAB IVPEMBAHASAN

Instalasi Repeater

BAB V PENUTUP

BAB VIDAFTAR PUSTAKA

BAB VII LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. PT.Kereta Api Indonesia (Persero)4Gambar 2.2. Logo Roda Bersayap6Gambar 2.3.Logo Wahana Daya Pertiwi7Gambar 2.4 Logo KA dalam Segi Lima7Gambar 2.5 Logo KERETA API7Gambar 2.6. Logo Next Step8Gambar 2.7. 5 Nilai Utama 8Gambar 2.8. Struktur Organisasi12Gambar 3.1. Diagram Blok Repeater18Gambar 3.2. Blok Diagram Sistem Cross-Band Repeater19Gambar 3.3.Diagram Blok Sistem Repeater21Gambar 3.4. RIG TM 24122Gambar 3.5. RIG DR 13523Gambar 3.6. Rangkaian Carrier Operated Relay (COR)23Gambar 3.7. Power Supply Linier24Gambar 3.8. Filter25Gambar 3.9. Kabel Transmisi25Gambar 3.10Antena Model Telex26

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Praktek Kerja IndustriSejalan dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus globalisasi dimana masyarakat melakukan mobilitas secara cepat dan efisien, transportasi mempunyai peranan penting dalam lingkup sarana umum. Transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia dalam menjalani kehidupan sehari- hari. Seiring dengan pertumbuhan manusia yang cepat di era modern saat ini dibutuhkan suatu transportasi umum yang dapat mengangkut orang atau barang dalam jumlah yang banyak. Maka dari itulah diciptakan alat transportasi berupa kereta api. Kereta api adalah salah satu alat transportasi masyarakat yang murah dan efisien, dimana keberadaannya sangat membantu dan menunjang pembangunan serta banyak diminati sebagai salah satu alternatif yang handal oleh para konsumen.

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai penyedia sarana transportasi darat yaitu kereta api senantiasa berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penyediaan sarana transportasi. Untuk mendukung kelancaran perjalanan kereta api dibutuhkan aplikasi sistem persinyalan kontrol yang handal. Untuk menujang hal tersebut maka PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menggunakan sistem persinyalan untuk melakukan pemberian suatu isyarat aman kereta api untuk melakukan perjalanan kereta api agar senantiasa aman, lancar dan terkendali.

Atas dasar itu penulis meilih tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPT Resor Sintelis 4.6 SMT dengan materi modul persinyalan kereta api. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini penulis dapat mengetahui dan memahami sistem persinyalan yang digunakan di UPT Resor Sintelis 4.6 SMT, serta diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam bidang elektronika pendalaman sinyal dan kontrol kendali serta memanfaatkannya secara nyata dan benar.

1.2 Tujuan Praktek Kerja IndustriTujuan dari Praktek Kerja Industri ini yaitu :

1. Untuk menerapkan disipin ilmu yang telah diperoleh di bangku sekolah pada dunia kerja secara nyata.

2. Mengetahui sistem dan linkungan kerja sistem transportasi di PT. Kereta Api Indonesia DAOP IV Semarang.3. Mengetahui perangkat-perangkat yang digunakan pada sistem persinyalan PT. Kereta Api Indonesia DAOP IV semarang.

4. Untuk menjalin kerjasama antara sekolah dengan industri

5. Untuk mengembangkan social responsibility siswa

6. Untuk melengkapi kompetensi yang belum diberikan di sekolah

7. Untuk menumbuhkan etos kerja siswa

8. Untuk mengimplementasikan materi pelajaran di sekolah pada industri

1.3 Tujuan Penulisan Laporansetelah melaksanakan Prakrtek Kerja Industri, siswa diberikan tugas untuk menyusun Laporan dengan tujuan :

1. Untuk meningkatkan perbendaharaan kata bahasa Indonesia.

2. Untuk melatih agar dapat menyusun Laporan tertulis secara sistematis dan logis sesuai kaidah penulisan karya ilmiah.

3. Untuk melatih siswa agar dapat melakukan pengelolaan informasi dengan baik dan benar.

4. Menumbuhkembangkan kemampuan imajinasi, kreativitas, analisa dan sintesa secara komprehensif yang diwujudkan dalam bentuk Laporan ilmiah.

1.4 Pembatasan LaporanDalam hal ini penulis hanya membatasi tentang troubleshooting pada modul persinyalan kereta api secara fisik beserta infrastrukturnya di PT. Kereta Api Indonesia DAOP IV Semarang.

1.5 Metode Pengambilan DataPada penulisan laporan, penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu :

1. Metode Observasi

Obeservasi dilakukan dengan pengumpulan dan pengamatan data yang ada di DAOP IV Semarang dengan melihat obyek-obyek permasalahan secara langsung sehingga data data yang dikumpulkan lebih akurat serta benar adanya.

2. Metode Kepustakaan

Metode ini dilakukan dengan cara melihat, membaca, dan mempelajari dokumen yang ada berupa catatan, arsip, literature, dan laporan-laporan lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas.

3. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya-jawab atau menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada pembimbing dalam hal ini yaitu pegawai UPT Resor Sinteslis DAOP IV Semarang supaya penulis dapat memahami dengan jelas dan mendalami materi yang diberikan.1.6 Sistematika LaporanSistematika penulisan memberikan gambaran tentang pembahasan yang diuraikan dari BAB I sampai dengan BAB V dan merupakan informasi mengenai materi yang penulis bahas dalam tiap-tiap bab. Sistematika penulisan laporan Praktek Kerja Industri ini adalah :

BAB IPENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang Praktek Kerja Industri, tujuan penulisan laporan, pembatasan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penyusunan laporan ini.

BAB IITINJAUAN UMUM PERUSAHAANDalam bab ini penulis menjelaskan tentang sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, budaya perusahaan, lokasi perusahaan, managemen perusahaan yang berkaitan dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP IV Semarang.

BAB IIILANDASAN TEORIBAB IVPEMASANGAN/ INSTALASI REPEATER BAB VPENUTUP

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat dari materi yang telah disampaikan dan disertai saran-saran mengenai hal yang dapat dilakukan dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan hal-hal yang sudah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB IITINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Latar Belakang Perusahaan

Gambar 2.1 PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

PT. Kereta Api Indonesia ( Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa transportasi pengangkutan penumpang dan barang, negosiasi dan peti kemas menggunakan kereta api sebagai saran. Kereta Api itu sendiri untuk pertama kali di perkenalkan di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda pada tahun 1864 dengan membangun lintas di Semarang (Kemijen), saat ini perusahaan Kereta Api (Persero) sudah mulai perkembang dengan kantor pusat di Bandung. Pertama kali lokomotif ditemukan oleh George Stephenson (Inggris) tahun 1814 pada waktu itu masyarakat menamakannnya dengan sebutan Kuda Besi. Penemuan tersebut membawa angin baru yang mekanis dan membawa sejarah bangsa-bangsa di dunia, terlebih pertumbuhan ekonomi khususnya.

Awal perjalanan itulah tepatnya pada tanggal 17 Juni 1864 Gubernur Jendral Sloed Van Beele melakukan perjangkauan pertama tanda dimulainya perkereta apian di Indonesia, dengan memasang lintas di Semarang (Kemijen). Sesuai dengan posisi Indonesia saat itu merupakan daerah jajahan, motif-motif pendirian kereta api beranjak dari kepentingan negara penjajah, yaitu :

1. Motif Ekonomi/Komersil, yaitu pengiriman hasil bumi Indonesia ke pelabuhan Semarang.

2. Motif Politik/Pertahanan, yaitu merupakan aslasan dan pondasi yang sangat kuatSemenjak pembuatan lintas kereta api tersebut, pertumbuhan selanjutnya di wilayah Indonesia, khusunya di pulau Jawa semakin diperhatikan dan diperluas dengan motif yang sama. Pertumbuhan kereta api tersebut bukan saja dipelopori oleh pemerintah Belanda tetapi juga oleh perusahaan-perusahaan Belanda, misalnya di pulau Jawa seperti : SCS (Semarang Chirebon Stoom Maatschappi), MSM (Malang Stoom Train My) dan lain-lain. Wilayah Sumatra khusunya bagian utara, perusahaan swasta Belanda DSM (Deli Spoorweir Maatschappi) membuka jaringan pertama di Sumatra Utara lintas pelabuhan Medan pada tanggal 17 Juli 1886 dengan motif yang sama. Pada Perang Dunia II pada masa pendudukan Jepang (1 Maret 1941-17 Agustus 1945) semua kereta api di Indonesia dibawah pendudukan Jepang, diubah namanya. Seperti di Jawa dinamakan Rikuyu Kyoku kemudian berubah dengan Tetsudo Kyoka yang berpusat di Bandung. Di Sumatra, perkereta apian dibawah pemerintah Angkatan Laut Jepang dengan nama Tetsudo Tai yang berpusat di Bukit Tinggi. Status perkereta apian di Sumatra mengalami proses yang agak berbeda dengan kereta api lainnya. Sesudah berakhirnya pendudukan Jepang, Kereta Api di Sumatra Utara menjadi perusahaan Belanda di wilayah Republik Indonesia. Sementara itu berdasaklan surat perintah penguasaan militer tanggal 6 Desember 1958 NV DSM, berada dibawah pengawasan militer dari Komando T dan TI. Kemudian berdasarkan SK Panglima T dan TI penguasaan militer tanggal 10 Desember 1957 nomor Pan/KPTS-045/12/57 Juncto, radiogram Kasad/Penguasa Militer Pusat tanggal 18 Desember 1957nomor 77.602/57 tentang pengambil alih wewenang Bahar dari perusahaan milik Belanda, oleh penguasa militer Sumatra Utara. Tanggal 14 Desember 1957 wewenang Bahar atas NV DSM kepada Panglima T dan TI, mulai tanggal 29 April 1963 berdasarkan Undang-Undang Nomor tahun 1958 Juncto PP. 41 Tahun 1959 dengan SK Menhub. tanggal 17 Januari 1963 Nomor 37/120 PT. Kereta Api (Persero) Indonesia LA. DSM yang berpusat di Bandung, kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 DKA berubah menjadi PN PERJAN. Tahap-tahap perkembangan perkereta apian secara umum :1. Jaman Republik Indonesia (17 Agustus 1945-18 Desember 1948). September 1945 secara resmi lahirlah DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia) yang berpusat di Bandung. Sementara pada waktu itu hanya meliputi Jawa, karena perkereta apian di Sumatra Utara berdiri sendiri.

2. Pengesahan Kedaulatan. Januari 1950 terjadi penggabungan antara DKARI dengan SV/VS (Staats Spoorweg/Verenigf Spoorweg Bedryf) yang dikuasi Belanda menjadi DKARIS (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia Serikat). Setelah RIS menjadi Republik Indonesia DKARIS berubah menjadi DKA.

3. Perusahaan Negara. Mei 1963 DKA berbuah menjadi PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api) berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1963.

4. Pengesahan Jawatan. Dengan PP Nomor 61/71, 15 September 1971 telah ditetapkan perubahan status PNKA menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan).

5. Perusahaan Umum. Dengan PP Nomor 57 Tahun 1993, tanggal 30 Oktober 1990 ditetapkan perubahan atas status Perusahaan Jawatan menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA), berlaku mulai tanggal 30 Oktober 1990.

6. Dengan PP Nomor 19 Tahun 1998 ditetapkan bentuk dari PERUM menjadi Persero. Dalam rangka sebagian pelimpahan wewenang Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 1990 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) diubah bentuknyamenjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA), kantor pusat PERUMKA berkedudukan di Bandung.Ringkasan sejarah perkereta apian Indonesia :PERIODESTATUSDASAR HUKUM

1864Pertama kali dibangun jalan rel sepanjang 26 km antara Kemijen Tanggung oleh Pemerintah Hindia Belanda

1864-1945Staatspoor Wegen (SS) Verenidge Spoorwegbedrijf (VS) Deli Spoorweg Maatschapij (DSM)IBW

1945-1950Djawatan Kereta Api (DKA)IBW

1950-1963Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKA RI)IBW

1963-1971Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA)PP No. 22Tahun 1963

1971-1991Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)PP No. 61 Tahun 1971

1991-1998Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka)PP No. 57 Tahun 1990

1998-Mei 2010PT. Kereta Api (Persero)PP No. 19 Tahun 1998

Kepres 39 tahun 1999

Akte Notaris Imas Fatimah No. 2

Mei 2010-SekarangPT. Kereta Api Indonesia (Persero)Intruksi Direksi No. 16/OT.203/KA 2010

Tabel

Perubahan logo PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

1. Logo Roda Bersayap

Gambar 2.2 Logo Roda BersayapLogo Roda Bersayap digambar pada lokomotif diesel pertama di Indonesia yaitu CC.200 pada tahun 1953. Logo ini terdiri dari gambar keping roda dengan 2 sayap yang masih-masing mempunyai 5 helai bulu dan dipasang sejak jaman DKA, PNKA dan PJK

2. Logo Wahana Daya Pertiwi

Gambar 2.3 Logo Wahana Daya PertiwiLogo ini terdiri dari seekor burung garusa dengan kedua sayapnya yang membentang dan berhinggap diatas roda kereta api berjeruji 8 buah. Burung garuda diapit gambar padi 28 butir dan kapas 9 kuntum melambangkan hari ulang tahun perkereta apian Indonesia. Di bagian bawah ada pita yang bertuliskan Wahana Daya Pertiwi

3. Logo KA dalam Segi Lima

Gambar 2.4 Logo KA dalam Segi LimaPada tanggal 28 September 1988, diresmikan logo baru yang berlaku di seluruh PJKA mulai dari surat menyurat, dokumen, papan nama, dan seterusnya, termasuk logo pada lokomotif.

Logo ini berupa segilima dengan warna dasar biru, dengan tulisan KA yang juga berupa gambar perangkat roda dan bagian depan lokomotif berwarna putih. Akan tetapi logo ini hanya digunakan selama 1 tahun.

4. Logo KERETA API

Gambar 2.5 Logo KERETA APILogo dengan warna orange berupa gambar mirip angka 2, dengan kemiringan 700 dan warna dasar putih yang menampakan bagian depan kereta api kecepatan tinggi dengan arah yang saling berlawanan, serta di bagian bawah tertulis KERETA API warna biru.

5. Logo Next step

Gambar 2.6 Logo Next StepLogo dengan sebutan Next Step diresmikan logo baru PT. Kereta Api Indonesia (Persero) pada tanggal 28 September 2011 tepat pada hari ulang tahun Kereta Api yang ke 66 tahun. Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT. KAI dalam mencapai Visi dan Misinya. 2 garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. Anak panak berwarna putih melambangkan nilai integritas yang harus dimiliki insan PT KAI dalam mewujudukan pelayanan prima. 1 garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. 2.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi PerusahaanVisi menjadi penyedia jasa perkereta apian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

2.2.2 Misi PerusahaanMisi menyelenggarakan bisnis perkereataapian dan bisnis penunjangnya, malalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama yaitu Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan dan Keamanan.

2.3 Budaya Perusahaan

Gambar 2.7 5 Nilai Utama

A. INTEGRITASKami nsure PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi nsuree etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.B. PROFESIONAL

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan, membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain.C. KESELAMATAN

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki sifat tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau proses kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian.D. INOVASI

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) selalu menumbuh kembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi stakeholder.E. PELAYANAN PRIMA

Kami nsure PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) akan memberikan pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 A nsure pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability (Tanggung jawab).2.4 Lokasi Perusahaan

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki 8 Daerah Operasional (DAOP). Dan pada praktik kerja kali ini penulis ditempatkan di Daerah Operasional 4 yang melayani rute perjalanan Kereta Api dari Tegal hingga Bojonegoro yang berpusat di Semarang. Dengan membahawahi beberapa stasiun diantaranya stasiun besar yaitu Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Semarang Poncol, Stasiun Pekalongan, Stasiun Tegal, Stasiun Bojonegoro dan Stasiun Cepu, sedangkan stasiun kereta api menengah di antaranya adalah Stasiun Kedungjati, Stasiun Gambringan, Stasiun Weleri, Stasiun Comal, dan Stasiun Pemalang. Gudang kereta api berada di Stasiun Poncol, sedangkan dipo lokomotif berada tak jauh dari Stasiun Semarang Poncol. Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP IV Semarang berada di Jl. MH Thamrin 3 Semarang. Sedangkan untuk UPT. Resor Sintelis berada di Jl. Tamawan Tawang No. 2 Semarang.

B.Struktur Organisasi dan Jobdiscription1. Susunan Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Struktur organisasi perusahaan memiliki peran yang penting dalam memberikan penjelasan mengenai wewenang, fungsi, tugas, dan tanggung jawab anggota perusahaan untuk mencapai mekanisme yang efektif dan efisien. Adapun struktur organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) secara umum berdasarkan tingkatannnya dapat dilihat sebagai berikut :1. Kereta Api Pusat di Bandung

2. Divisi Sarana Bandung

3. Divisi Usaha Pendukung di Bandung

4. Divisi Pelatihan di Bandung

5. Divisi Angkutan Perkotaan di Bandung

6. Divisi Regional I Sumatra Utara di Medan7. Divisi Regional II di Padang

8. Divisi Regional III Sumatra Selatan di Palembang

9. Daerah Operasional

a. Daerah Operasi 1 di Jakarta

b. Daerah Operasi 2 di Bandung

c. Daerah Operasi 3 di Cirebon

d. Daerah Operasi 4 di Semarang

e. Daerah Operasi 5 di Purwokerto

f. Daerah Operasi 6 di Yogyakarta

g. Daerah Operasi 7 di Madiun

h. Daerah Operasi 8 di Surabaya

i. Daerah Operasi 9 di Jember

Sedangkan struktur organisasi perusahaan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam menjalankan operasionalnya secara umum dibagi menjadi 7 seksi, yang masing masing seksi di kepalai oleh Kepala Seksi. Seksi-seksi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai berikut :

Seksi Sumber Daya Manusia dan Umum Seksi Keuangan

Pemeriksaan Kas Daerah

Hubungan Masyarakat daerah (HUMASDA)

Seksi Jalan Rel dan Jembatan

Seksi Operasi dan Pemasaran

Seksi Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik

Dalam PKL kali ini, penulis ditempatkan pada seksi Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik di UPT Resor Sintelis DAOP IV Semarang Tawang. Resor Sintelis DAOP 4 Semarang dibagi menjadi 12 UPT Resor yang masing-masing mencangkup :

1. Resor 4.1 Tg

Meliputi Stasiun Tegal Stasiun Larangan Stasiun Surodadi Stasiun Pemalang

2. Resor 4.2 Pk

Meliputi Stasiun Pertarukan Stasiun Comal Stasiun Sragi Stasiun Pekalongan

3. Resor 4.3 BtgMeliputi Stasiun Batangbau Stasiun Ujung Negoro Stasiun Kuripan

4. Resor 4.4 Wlr

Meliputi Stasiun Pelabuan Stasiun Krengseng Stasiun Weleri

5. Resor 4.5 Kln

Meliputi Stasiun kalibodri Stasiun Kaliwungu Stasiun Mangkang Stasiun Jerakah

6. Resor 4.6 Smt

Meliputi Stasiun Poncol Stasiun Tawang Stasiun Alastuo

7. Resor 4.7 Bbg

Meliputi Stasiun Brumbung Stasiun Tegowaru Stasiun Gubug Stasiun Karang Jati

8. Resor 4.8 Gd

Meliputi Stasiun Tanggung Stasiun Kedung Jati Stasiun Padas Stasiun Telawang Stasiun Kerangsono Stasiun Gundih

9. Resor 4.9 Gbn

Meliputi Stasiun Sedadi Stasiun Ngrombo Stasiun Gambringan Stasiun Jambon

10. Resor 4.10 Knn

Meliputi Stasiun Panunggalan Stasiun Kradenan Stasiun Sulur Stasiun Doplang

11. Resor 4.11 Cu

Meliputi Stasiun Randu Blatung Stasiun Wadu Stasiun Kapuan Stasiun Cepu

12. Resor 4.12 Bj

Meliputi Stasiun Tobo Stasiun Kalitibu Stasiun Bojonegoro

2. Tugas Pokok dan Fungsia. Tugas dan Tangung Jawab Manager Sintelis

1. Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayahnya.

2. Terselenggaranya proses peningkatan kualitas (quality improvement) secara berkelanjutan, pengelolaan resiko dan terjaminnya safety di Seksinya.

3. Menyusun program anggaran dan evaluasi kinerja perawatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.

4. Menyusun program dan melaksanakan perawatan Sinyal.

5. Menyusun program dan melaksanakan perawatan Telekomunikasi.

6. Menyusun program dan melaksanakan perawatan Listrik.

7. Menjamin ketersediaan dan kelaikan peralatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.

8. Melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan mutu pekerjaan teknis perawatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik di wilayahnya.

9. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Seksi Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik di wilayahnya.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Junior Manager Inspector Sintelis

1. Melaksanakan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan terhadap kondisi peralatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.

2. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap pelaksana perawatan peralatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.

3. Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan pergudangan, suku cadang dan alat kerja perawatan.

4. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan teknis SDM di wilayahnya.

5. Membuat laporan keselamatan rutin maupun insidentil.

6. Melakukan pengawasan kegiatan perawatan dan pembangunan.

c. Tugas dan Tanggung Jawab Assistant Manager Kegiatan dan Pembiayaan Peralatan Sintelis

1. Melaksanakan penyusunan anggaran perawatan.

2. Melaksanakan tertib administrasi tata usaha, kepegawaian dan keuangan.

3. Mengelola dan melakukan pengendalian terhadap suku cadang peralatan.

4. Mengelola dan melakukan pengendalian terhadap alat kerja.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Assistant Manager Perencanaan Teknis Sintelis

1. Melaksanakan pengelolaan dokumentasi teknis perawatan.

2. Melaksanakan penyusunan program kerja perawatan rutin.

3. Melaksanakan penyusunan perencanaan dan jadwal teknis perawatan.

4. Melaksanakan pengelolaan perbaikan perawatan.

5. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan perawatan.

c. Tugas dan Tanggung Jawab Assistant Manager Informasi dan Evaluasi Sintelis

1. Melaksanakan pengelolaan data aset peralatan Sintelis.2. Mendokumentasi dan mendistribusikan regulasi dan peraturan.3. Melaksanakan evaluasi program kerja perawatan Sintelis.4. Melaksanakan evaluasi realisasi anggaran perawatan Sintelis.5. Melaksanakan evaluasi kinerja peralatan Sintelis.d. Tugas dan Tanggung Jawab Assistant Manager Workshop Sintelis

1. Menyusun program kerja perbaikan dan rekayasa peralatan serta kebutuhan komponen dan alat kerja.

2. Melakukan perbaikan terhadap komponen peralatan yang mengalami kerusakan.

3. Melakukan analisis gangguan peralatan.

4. Mengelola dan mendata suku cadang yang rusak.

5. Melakukan rekayasa teknis terhadap komponen komponen peralatan.

6. Mengelola dan mendistribusikan hasil perbaikan dan rekayasa.

7. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Assman Workshop dibantu oleh Senior Supervisor Kepala Urusan ( KAUR ) Perbaikan dan Kepala Urusan ( KAUR ) Rekayasa Peralatan.

e. Tugas dan Tanggung Jawab Senior Supervisor Kepala Urusan Perbaikan

1. Melakukan perbaikan modul dan atau peralatan.

2. Membuat laporan perbaikan.

f. Tugas dan Tanggung Jawab Senior Supervisor Kepala Urusan Rekayasa Peralatan

1. Melakukan rekayasa untuk mendukung kebutuhan perawatan.

2. Membuat laporan rekayasa peralatan.

g. Tugas dan Tanggung Jawab Senior Supervisor Resor Sintelis

1. Melaksanakan tugas tugas teknis yang meliputi :

a. Merencanakan program kerja perawatan termasuk kebutuhan sku cadang dan alat kerja.

b. Melaksanakan program perawatan dan perbaikan peralatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.

c. Menjaga kehandalan peralatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.

d. Menjaga kondisi aset peralatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.

2. Melaksanakan tertib administrasi yang meliputi :

a. Pelaporan tentang kondisi dan kinerja peralatan.

b. Pelaporan yang bersifat insidentil.

c. Penjagaan suku cadang.

d. Penjagaan alat kerja.

3. Melakukan pembinaan teknis dan SDM.

4. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Senior Supervisor Resor Sintelis dibantu oleh Supervisor Kepala Administrasi Teknik (KAT) Perawatan.

h. Tugas dan Tanggung Jawab Supervisor Kepala Administrasi Teknik Perawatan

1. Koordinator pelaksanaan kegiatan penanganan gangguan peralatan.

2. Mengelola data aset, dokumentasi teknis dan manual pemeliharaan.

3. Membuat laporan kondisi dan kinerja peralatan.

4. Membuat laporan suku cadang dan alat kerja.

5. Membuat laporan SDM.

BAB IIILANDASAN TEORIA. Sistem Repeater

Repeater adalah suatu perangkat atau medium yang digunakan untuk mengatur keluar masuknya transmisi u ntuk diproses dengan cara menerima informasi dari stasiun pengirim serta mengirimkannya kemb ali ke stasiun penerima. Oleh karena itu, repeater juga berfungsi sebagai penguat sinyal ataupun menambah jangkauan sinyal yang semula terbatas sehingga bisa mencapai jarak yang leb ih jauh. Repeater yang sering disebut sebagai Radio Pancar Ulang (RPU) terdiri dari transm itter dan receiver yang bekerja pada frekuensi berbeda, sehingga transmisi yang masuk dap at diterima sekaligus dikirimkan kembali ke stasiun tujuan yang masih berada dalam jangka uan (range) repeater. Oleh karena tujuannya itulah, repeater selalu diletakkan di tempat yang cukup tinggi seperti perbukitan, menara, atau bangunan yang tinggi. Semakin tinggi letak repeater, maka daya jelajahnya akan semakin jauh. 1. Dasar Sistem RepeaterRepeater bertugas mentransmisikan sinyal yang diterima dari bagian receiver melalui bagian transmitter secara simultan. Tujuan digunakannya repeater adalah untuk menghindari adanya signal loss ketika informasi menempuh jarak yang cukup jauh, atau menemui halangan seperti gunung atau bukit, sehingga memungkinkan untuk tercapainya komunikasi yang lebih efektif. Seseorang dengan perangkat radio handheld seperti handy talkie (disebut juga mobile station) dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berada pada jarak yang sangat jauh darinya, dengan memanfaatkan perangkat repeater. Selain itu, alasan lain dari penggunaan repeater adalah kecepatan pengirimannya yang lebih real-time, sehingga repeater sering digunakan untuk berbagai keperluan komunikasi seperti komersial (bisnis), komunikasi darurat (penanggulangan bencana), dan operator radio amatir.Istilah Repeater di Indonesia sudah biasa diterjemahkan oleh para Amatir radio dengan istilah Pancar-Ulang. Pada dasarnya Repeater adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk menerima pancaran (yang biasanya lemah) dan memancarkan kembali sinyal tersebut dengan daya pancar yang jauh lebih besar, sehingga dapat menjangkau area yang lebih luas. Tujuan dari dibangunnya system ini adalah untuk memperkuat sinyal-sinyal yang lemah. Petugas yang berada di lapangan, demi kepraktisannya mereka hanya menggunakan perangkat HT (handy Transceiver) yang berdaya pancar di bawah 5 watt. Untuk dapat berkomunikasi dengan sesame pengguna HT yang tersebar di area yang sangat luas (se Jawa Tengah dan DIY misalnya) diperlukan perangkat Repeater untuk memfasilitasi keperluan tersebut. Watt yang sangat rendah dibutuhkan di lapangan untuk penghematan batere, mengingat petugas ini berada dilapangan dalam jangka waktu yang lama dan yang biasanya terpencil sehingga untuk mendapatkan daya listrik (untuk mengisi ulang baterenya) tidaklah mudah.

Beberapa kiat untuk mengidealisasikan Repeater adalah dengan menaruh perangkat Repeater pada tempat yang sangat tinggi (misal: di Tower yang sangat tinggi, di atas gedung bertingkat, di atas bukit atau gunung), sehingga dari sisi pandang Repeaternya, dapat mendengar sinyal dari area yang jauh dan luas, dan dapat memancarkan dengan daya yang besar (karena dapat pasokan daya PLN atau Aki yang memadai). Bentuk diagram blok Repeater dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram Blok RepeaterFin pada gambar tersebut menggambarkan frekuensi pancaran radio yang diterima, sedangkan Fout adalah frekuensi pancaran ulangnya. Biasanya pada standar Amatir Radio, selisih Antara Fin dan Fout adalah 600 KHz (0,6 Mhz). Misal Repeater menerima pada frekuensi 146,320 MHz dan akan memancarkan kembali pada frekuensi 146,920 MHz. Tentu saja, para pengguna Repeater harus menyetel perangkat HT-nya dengan cara stanby pada frekuensi 146,920 MHz dan ketika HT-nya memancar untuk membuka Repeater harus secara otomatis berubah menjadi 146,320 MHz. Teknik ini disebut dengan istilah duplex minus 600 KHz. Pada teknik duplex ini, HT secara otomatis akan memancar pada frekuensi 146,320 MHZ ketika tombol PTT (push to talk)nya ditekan untuk bicara. Ketika tombol PTT dilepas, maka otomatis HT akan standby kembali pada frekuensi 146,920 MHz kembali.

Pada saat ini pengguna frekuensi sangat banyak, bahkan banyak orang yang tanpa memiliki ijin penggunaan pemancar, ikut menggunakan pemancar (ingat hal ini merupakan pelanggaran undang-undang yang berlaku di Indonesia maupun di dunia internasional), sehingga kondisi frekuensi sangat padat dan buruk dari segi tata cara penggunaannya. Akibatnya, terjadi banyak interferensi antar frekuensi. Belum lagi banyak yang menggunakan frekuensi yang sama ditempat yang tidak seharusnya. Untuk menanggulangi hal itu, selain digunakan radio-filter (Jurusan Teknik Fisika mempunyai paten untuk salah satu jenis filter ini), dan juga digunakan kode Tone (Sub Audible Tone). Hanya radio yang memancar dengan awalan kode yang sama (misalnya Tone 55,8) yang dapat membuka Repeater, sedangkan pemancar yang tidak berkode sama tidak akan dapat mengaktifkan Repeater.

Pada Gambar 7.1 dapat digambarkan secara sederhana sebagai dua buah perangkat radio, yakni bagian penerima dan bagian pemancar. Bagian penerima ketika menerima sinyal pancaran dari HT dengan kode Tone yang sama, maka oleh pabrik pembuat radio, akan muncul logika 1 atau ON dalam bentuk indikator lampu LED yang terang. Lampu LED ini atau logika 1 ini dipakai sebagai pemicu perangkat LOR (Logic ON Relay) untuk menyambung atau menswit ON terminal PTT perangkat pemancarnya, sehingga Pemancar akan memancar ulang sinyal yang diterimanya, namun karena Pemancarnya mempunyai daya yang jauh lebih besar dari sinyal penerimaan, maka Repeater menjadi pemancar yang mampu menjangkau HT yang berada ditempat yang jauh dengan sinyal yang sangat kuat (jelas diterima). Kekuatan Pancar yang dianjurkan adalah sekitar 30 watt, karena bila melebihi daya tersebut banyak kemungkinan justru akan mengganggu sistem penerimanya sendiri (menjadi tidak peka karena terganggu pancarannya sendiri). Demikian juga susunan antena harus pada level ketinggian yang berbeda. Antena penerima sebaiknya ditempatkan pada ujung tower dan antenna pemancarnya ditempatkan di bawahnya dengan jarak lebih dari 10 meter.Secara umum, ada dua jenis repeater, yaitu :a. Cross Band Repeater (XBR) Cross Band Repeater adalah sistem perangkat repeater yang menggunakan dua band berbeda untuk input dan outputnya. Kebanyakan menggunakan band VHF dan UHF. Input dan output dapat dipakai berbalikan, misal input dari VHF dan memancar ulang di UHF dan sebaliknya. Keuntungan dari XBR adalah kemampuan menggabungkan (crossing) kelompok VHF dan UHF. Kelemahannya adalah, ketika pada satu sisi digunakan, sisi lainnya tidak dapat memasukkan panggilan. Cross Band Repeater berfungsi sama dengan Repeater tetapi mempunyai keunggulan lebih bersih dari gangguan diri-sendiri dan mempunyai band yang berbeda Antara frekuensi masuk dan frekuensi keluarnya. Bila sedang menerima sinyal masuk pada band VHF, maka sinyal yang diterima dipancar ulang pada frekuensi dengan Band UHF atau sebaliknya, menerima di UHF dan memancar di VHF. Kelemahan pada system Cross Band ini adalah, ketika sedang menerima maka bagian yang lain tidak bisa menerima, jadi hanya salah satu yang aktif menerima. Tetapi punya kelebihan juga system ini bias dpergunaka untuk membuat jejaring antar Repeater-Repeater VHF agar terinterkoneksi secara peer to peer. Blok diagram system Cross-Band Repeater ditunjukkan pada Gambar 7.2.

Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem Cross-Band RepeaterPada dasarnya Cross Band Repeater terdiri dari dua bagian, yakni perangkat radio UHF dan perangkat radio VHF. Kedua perangkat ini yang digabungkan dan diaktifkan seperti halnya dua buah Repeater yang digabung menjadi satu sistem. Pada Gambar 7.2 tampak bahwa rangkaian blok yang mirip seperti Repeater tetapi dapat berfungsi secara bolak-balik dua arah (bandingkan dengan Repeater yang hanya satu arah saja). Cross Band Repeater ini sangat berguna dalam penyususnan sistem interkoneksi untuk jejaring Repeater-Repeater yang sangat luas, misalnya jejaring Jawa-Bali. Dengan adanya jejaring Jawa Bali ini, hanya dengan perangkat HT yang berdaya pancar di bawah 1 watt, mampu berkomunikasi dengan lawan bicara yang berada pada jarak ribuan kilometer. Baru-baru ini juga dikembangkan system interkoneksi menggunakan jejaring internet, sehingga dengan HT kita mampu berkomunikasi antar benua.b. Same Band Repeater Same Band Repeater adalah sistem perangkat repeater yang menggunakan band yang sama untuk input dan output. Biasanya digunakan band VHF untuk input dan output atau UHF untuk input dan output. Kelebihan dari repeater jenis ini adalah bisa menggunakan antena berjenis sama untuk menerima dan mengirimkan data, sehingga apabila dipasangkan duplexer bisa menggunakan satu antena saja.

Secara fisik, umumnya kedua jenis repeater tersebut tidak dapat dipindahkan dari tempatnya, sehingga harus berada di stasiun tetap (base station). Namun ada jenis repeater lain yang dapat dipindahkan, yaitu mobile repeater (mobile XBR). Repeater ini biasa dipasang di mobil, dengan sumber daya mandiri dan antena yang dipasang pada mobil. Keuntungan dari penggunaan repeater ini adalah mampu bergerak cepat pada posisi tertentu untuk membantu sistem komunikasi petugas di lapangan dengan daya yang lebih kuat daripada HT.2. Perancang Sistem Repeater Sebelum melakukan perancangan sistem repeater, perlu diketahui pula prinsip kerja dan bagian-bagian penting mengenai suatu repeater. Ketika tombol Push To Talk (PTT) pada Handy Talkie ditekan dan memancarkan sinyal informasi dengan frekuensi A. Bagian receiver dengan frekuensi yang sama akan menerima informasi tersebut. Ketika bagian receiver menerima sinyal input, maka Carrier Operated Relay (COR) langsung mengaktifkan bagian transmitter untuk memancarkan kembali informasi yang telah diterima tersebut dengan frekuensi berbeda (disebut frekuensi B). Informasi yang telah dipancarkan oleh transmitter ini diterima oleh HT lain di lapangan yang juga memiliki frekuensi B. Diagram blok dari sistem repeater tampak pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Diagram Blok Sistem Repeater Performa dari repeater dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu daya pancar, sensitivitas, serta selektivitas dari repeater. Untuk meningkatkan kekuatan pancaran, bisa dilakukan dengan meletakkan repeater pada tempat yang tinggi dan menggunakan antena dengan penguatan (gain) yang besar. Dengan penggunaan beberapa repeater pada frekuensi yang sama secara bersamaan juga dapat memperjauh jangkauan sinyal transmisi yang berpengaruh pada performa repeater. Sedangkan untuk sensitivitas dan selektivitas, bisa diatur menggunakan filter yang tepat pada bagian receiver.3. Komponen Pendukung Instalasi Repeater Sebuah repeater tersusun atas beberapa bagian, yang masing-masing memiliki fungsi yang saling terhubung menjadi suatu sistem repeater. Berikut adalah bagian-bagian dari repeater.

a. Receiver

Receiver atau sering disebut Rx adalah bagian dari repeater yang bertugas menerima sinyal dari stasiun pengirim yang ditangkap oleh antena. Umumnya receiver memiliki performa yang sangat sensitif dan sangat selektif sehingga sinyal masuk yang lemah dapat diperkuat dan dikirimkan melalui bagian transmitter, sehingga dapat diterima dengan baik oleh stasiun penerima.

Receiver memiliki peran penting dalam suatu sistem repeater. Receiver bertugas untuk mendapatkan kembali konten informasi dari sebagian sinyal AC yang datang dari antena dan menyajikannya dalam bentuk yang dapat digunakan oleh prosesor. Fungsi dasar dari receiver adalah untuk menguatkan (amplify) sinyal yang diinginkan dengan faktor penguat jutaan kali.

Selain berfungsi untuk menerima, mendapatkan kembali informasi dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat diproses, serta menguatkan sinyal informasi tersebut, receiver juga bertugas untuk mengekstrak konten informasi sinyal yang diinginkan, dari sejumlah kelompok sinyal yang mungkin memiliki amplitudo lebih kuat dari sinyal yang kita inginkan.

Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan performa dari pesawat receiver, ada beberapa karakteristik yang dapat dijadikan ukuran. Karakteristik performansi receiver terdiri dari tiga parameter yaitu sensitivitas, selektivitas, rentang dinamik.

Gambar 3.4 RIG TM 241b. Transmiter

Transmitter atau sering disebut Tx adalah bagian dari repeater yang bertugas memancarkan kembali sinyal informasi yang telah diterima melalui antena sehingga mampu mencapai jarak yang lebih jauh. Tugas utama transmitter adalah membangkitkan sinyal AC dan mengubahnya agar dapat membawa informasi.

Pada awalnya, transmitter berupa alternator sederhana yang terdiri dari sebuah coil dengan inti besi lunak yang dapat bermagnetisasi dan demagnetisasi dengan mudah, berputar melalui dua kutub magnet di dalam besi bulat. Namun pada awal 1920, alternator yang besar ini digantikan oleh transmitter tabung high power. Osilator tabung vakum membangkitkan sinyal frekuensi radio tunggal secara langsung dan kontinu, dan dihubungkan langsung ke antena. Namun kelemahannya, ketika antena berpindah posisi karena pengaruh angin, resultan beban berubah sehingga frekuensi transmisi pun dapat berubah. Untuk mengatasinya, ditambahkan power amplifier di antara osilator dan antena.

Pada transmitter modern yang digunakan saat ini ada beberapa cara yang digunakan untuk dapat menyampaikan informasi, yaitu dengan melakukan modulasi pada sinyal frekuensi radio yang digunakan. Modulasi adalah proses pengubahan beberapa parameter pada gelombang carrier agar dapat mengirimkan informasi.

Parameter-parameter yang digunakan untuk modulasi adalah : 1. Frekuensi, yaitu jumlah siklus yang dibuat oleh sinyal per detik.2. Amplitudo, yaitu nilai maksimal yang diraih oleh sinyal.

3. Fase, yaitu ukuran dimana suatu gelomvang sinus dimulai, jika dibandingkan dengan gelombang sinus lain pada frekuensi yang sama.

Dengan menggunakan teknik modulasi, bisa didapatkan beberapa jenis transmitter. Secara umum dapat digolongkan empat jenis transmitter yang digunakan saat ini, yaitu Continuous Wave (CW) Transmitter, Amplitude Modulated (AM) Transmitter, Single-Sideband (SSB) Transmitter, dan Frequency Modulated (FM) Transmitter.

Gambar 3.5 RIG DR 135c. Carrier Operated Relay (COR)

Carrier Operated Relay (COR) atau Carrier Operated Switch (COS) adalah sebuah perangkat yang menyebabkan repeater dapat menyampaikan transmisi sebagai respon terhadap sinyal yang diterima.

Bagian COR ini yang mengatur transmitter untuk memancarkan informasi ketika receiver telah menerima informasi, dan memutuskan kembali pancaran ketika sinyal informasi terputus (selesai). Dengan kata lain, sebuah COR digunakan untuk menghubungkan dua buah pesawat radio (transmitter dan receiver) agar menjadi suatu sistem radio pancar ulang (repeater).

Carrier Operated Relay awalnya berupa contact point dengan relay. Umumnya digunakan tabung dan relay untuk keperluan switching. Namun kini, telah dikembangkan mode switching dengan menggunakan sinyal logika yang dihasilkan dari perubahan nilai tegangan. Sinyal yang diterima oleh receiver pada titik open squelch akan berubah status dari logika low ke high (0V atau 5V) dan sebaliknya untuk membuat transmitter on atau off. COR kini dapat berupa suatu rangkaian yang berfungsi sebagai pengendali Push To Talk (PTT) pada sebuah repeater.

Push To Talk merupakan pemberi sinyal ke radio transmitter, yang mengontrol transmisi dari energi radio frekuensi melalui udara. Dinamakan Push To Talk karena awalnya merupakan sebuah tombol pada mikrofon yang ketika ditekan dapat menyambung transmisi pada radio. Namun kini PTT tidak hanya berupa tombol saja, pemberi sinyal yang bukan berbentuk tombol secara fisik juga dapat disebut sebagai PTT.

Gambar 3.6 Rangkaian Carrier Operated Relay (COR)d. Catu Daya

Power supply merupakan catu daya tegangan searah Direct Current (DC) yang menyuplai arus listrik ke seluruh bagian repeater. Penyediaan daya yang cukup bagi sistem repeater sangat penting bagi kinerja repeater tersebut, karena bila terjadi drop tegangan, akan mengakibatkan performa sistem menurun, dan akan mempengaruhi daya pancar repeater. Catu daya umumnya terdiri dari empat komponen utama:1. Penurunan tegangan yang berupa transformator jenis step down, berfungsi menurunkan tegangan DC yang dibutuhkan repeater2. Penyearah (rectifier) berfungsi mengubah tegangan Alternating Current (AC) menjadi DC. Rectifier ini berupa rangkaian dioda, bisa menggunakan satu, dua, atau empat buah dioda sesuai kebutuhan.3. Filter yang berfungsi menyaring atau meratakan tegangan listrik yang keluar dari rectifier.

4. Penstabil tegangan (voltage regulator) berfungsi sebagai pengatur tegangan output dari filter agar lebih halus. Bagian ini terdiri dari dioda zener dan transistor, namun bisa juga digunakan IC LM7805 untuk mendapatkan output 5 volt atau LM7812 untuk output 12 Volt.

Gambar 3.7 Power Supply Liniere. Duplexer

Duplexer adalah suatu alat yang memungkinkan komunikasi dua arah (duplex) melalui satu saluran. Pada sistem komunikasi radio, duplexer mengisolasi sistem penerima dan pemancar secara bergantian ketika menggunakan satu antena yang sama untuk bekerja menerima atau memancarkan sinyal informasi. Dengan adanya duplexer, bagian receiver dan transmitter dapat bekerja secara bersamaan tanpa saling mengganggu meskipun hanya menggunakan satu antena saja. Namun untuk sistem repeater yang sederhana, bagian ini tidak terdapat dalam sistem, dan sebagai konsekuensinya, harus digunakan dua antena yang berbeda untuk menerima (receiver) dan mengirim informasi (transmitter).f. Filter

Filter yang dimaksud disini adalah Cavity Filter, yang berguna untuk menyaring frekuensi yang diinginkan dan menekan atau menghilangkan frekuensi yang tidak diinginkan. Sehingga frekuensi-frekuensi yang diinginkan saja yang dapat melewati filter ini. Dengan kata lain filter ini disebut Band Pass Filter (BPF). Dengan pemasangan filter ini diharapkan frekuensi dari pemancar RPU tidak mengganggu sinyal penerimaan di penerima RPU. Demikian juga sinyal-sinyal liar yang ada di udara tidak mengganggu sinyal penerimaan pada penerima RPU. Bentuk Cavity filter seperti dibawah.

Gambar 3.8 Filterg. Kabel transmisi

Kabel transmisi adalah kabel yang digunakan untuk menyalurkan sinyal dari antena ke radio penerima, atau sebaliknya menyalurkan sinyal radio dari perangkat pemancar ke antena. Kabel transmisi disini dapat menggunakan kabel RG8 yaitu kabel standar RF yang sudah cukup untuk digunakan dalam membangun RPU. Gambar kabel RG8 seperti dibawah ini.

Gambar 3.9 Kabel transmisih. Tower atau tiang antena

Tower atau tiang antena sangat berperan penting dalam membangun RPU. Semakin tinggi antena dapat di tempatkan, maka semakin jauh juga jangkauan RPU nya. Semakin rendah antena maka jangkauan RPU juga akan semakin terbatas.

Dibutuhkan biaya yang besar jika RPU ditempatkan di perkotaan, karena membutuhkan tiang antena yang tinggi. Namun demikian tiang antena juga dapat ditempatkan di atas gedung bertingkat.i. Antena

Antena merupakan bagian yang penting dalam sistem repeater. Antena berfungsi menerima getaran listrik dari transmitter dan memancarkannya sebagai gelombang radio, dan sebaliknya, menerima gelombang radio dan meneruskan sinyal listriknya ke receiver.

Antena merupakan suatu konduktor dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dirancang untuk memancarkan energi gelombang elektromagnetik dari arus listrik (time-varrying currents) yang mengalirinya secara efisien. Untuk antena penerima, proses yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu gelombang elektromagnetik yang diterima diubah menjadi arus listrik yang ekuivalen dengan sinyal informasi yang dibawanya.

Antena merupakan rangkaian resonansi, yang terdiri dari induktor, resistor dan kondensator namun bukan berupa komponen-komponen melainkan rangkaian linear sepanjang kabel antena. Kawat antena yang beresonansi akan mengakibatkan muatan listrik bergetar dengan frekuensi tertentu bolak-balik dari ujung ke ujung kawat. Getaran ini akan menempuh jarak sebesar panjang gelombang resonansi. Untuk dapat menampung getaran ini panjang antena harus paling sedikit setengah dari panjang gelombang resonansinya.Sebagai konsekuensinya, untuk menangkap frekuensi rendah maka antena yang dibutuhkan akan menjadi sangat panjang hingga ketinggian yang tidak memungkinkan dalam penginstalasian. Untuk itulah digunakan ground plane, yaitu sistem konduktor yang dikonfigurasikan sebagai permukaan pemantul bagi elemen antena yang terhubung dengan satu sisi dari transmission line. Transmission line atau feed line adalah kawat atau kabel yang digunakan untuk menghubungkan transmitter atau receiver ke antena, sedangkan elemen adalah bagian konduktif dari sistem antenna yang menentukan karakteristik antena.

Penggunaan ground plane membuat panjang antena menjadi tidak lebih dari seperempat dari panjang gelombangnya, karena memanfaatkan pencerminan atau penerusan gelombang oleh permukaan bumi sehingga kekurangan panjangnya dapat teratasi.

Gambar 3.10 Antena Model TelexBAB IVPEMBAHASAN

ivi