laporan pkl

77
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek kerja lapangan merupakan salah satu dari syarat pekuliahan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, menjadikan upaya untuk pendalaman materi yang telah di dapatkan di bangku perkuliahan. Sesuai dengan syarat perkuliahan tersebut, penulis tertarik dengan salah satu sumber daya alam berupa Ekosistem Terumbu Karang yang ada di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Melatih mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam suatu lembaga. Gugusan terumbu karang adalah yang bagian yang paling majemuk dan produktif dalam ekosistem laut secara keseluruhan. Mereka adalah bank keanekaragaman genetik dan merupakan tempat hidup sekitar 25% species ikan laut meskipun terumbu karang hanya menempati area yang luasnya hanya 1% dari seluruh habitat laut. Terumbu karang juga menjadi benteng pelindung terhadap terpaan badai serta menrupakan kekayaan sumberdaya hayati bagi negara-negara maritim. Menjaga keragaman dan keutuhan fisik terumbu karang sangatlah penting untuk menunjang kesejahteraan ekonomi dan sosial 1

Upload: arffii

Post on 03-Jul-2015

1.882 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan PKL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Praktek kerja lapangan merupakan salah satu dari syarat

pekuliahan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Padjadjaran, menjadikan upaya untuk pendalaman materi yang telah

di dapatkan di bangku perkuliahan. Sesuai dengan syarat perkuliahan

tersebut, penulis tertarik dengan salah satu sumber daya alam berupa

Ekosistem Terumbu Karang yang ada di Taman Nasional Kepulauan

Seribu. Melatih mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam suatu

lembaga.

Gugusan terumbu karang adalah yang bagian yang paling

majemuk dan produktif dalam ekosistem laut secara keseluruhan.

Mereka adalah bank keanekaragaman genetik dan merupakan tempat

hidup sekitar 25% species ikan laut meskipun terumbu karang hanya

menempati area yang luasnya hanya 1% dari seluruh habitat laut.

Terumbu karang juga menjadi benteng pelindung terhadap terpaan

badai serta menrupakan kekayaan sumberdaya hayati bagi negara-

negara maritim. Menjaga keragaman dan keutuhan fisik terumbu

karang sangatlah penting untuk menunjang kesejahteraan ekonomi

dan sosial berjuta-juta orang di dunia. Diperkirakan, sekitar 70%

kebutuhan protein sejumlah negara di Asia Tenggara berasal dari

perikanan terumbu karang.

Itu mengapa saya mengambil PKL tentang komoditas terumbu

karang. Selain untuk mempelajari dari segi ilmu biologi dan perikanan,

juga mempelajari dari segi social dan ekonomi.terumbu karang

merupakan bagian penting dari laut yang harus kita perhatikan, kita

jaga kelestariannya.

1

Page 2: laporan PKL

1.2Tujuan

1. Menambah pengetahuan yang berkaitan dengan wilayah

konservasi di Kepulauan Seribu.

2. Mengamati secara langsung dan berpartisipasi dalam program

pelestarian sumber daya alam di Kepulauan Seribu, serta

3. Untuk mendapatkan pengalaman dan permasalahan secara

langsung di lapangan yang berhubungan dengan perkuliahan

pada konservasi atau bidang sumber daya tersebut.

4. Dengan adanya Praktik kerja Lapang ini dapat membantu

memberikan peluang bagi mahasiswa untuk memilih salah satu

bidang untuk materi tugas akhir nanti.

1.3Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan di Pulau Pramuka, .

Pulau Pramuka adalah salah satu gugusan Kepulauan Seribu yang

merupakan pusat pemerintahan kabupaten administrasi Kepulauan

Seribu. Dengan menempuh jalur laut selama 2 sampai 3 jam dari

Muara Angke, Jakarta dengan menggunakan kapal transportasi kita

akan sampai di dermaga Pulau Pramuka. Kapal transportasi ini

berangkat setiap harinya pukul 07:00 dan 13:00 baik dari Muara Angke

atau Pulau Pramuka. Kegiatan Praktik Kerja Lapang ini dimulai tanggal

22 Januari 2011 sampai dengan tanggal 22 Februari 2011.

2

Page 3: laporan PKL

BAB II

KEADAAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Lokasi dan Gambaran Lokasi

Gambar 1. Peta Pulau Pramuka

Kepulauan Seribu merupakan gugusan kepulauan yang terletak di

sebelah utara Jakarta, tepat berhadapan dengan teluk Jakarta.

Kabupaten administratif Kepulauan Seribu mengisi lautan dangkal

utara Jakarta membentuk gugusan pulau dimana tidak ada pulau

besar yang memiliki luas kurang dari 10 Ha dan jarak antara pulau

berdekatan yang masih dapat di tempuh dengan kapal kayu

bertenaga motor, kecuali pulai SeribaGugusan  Kepulauan Seribu

memiliki potensi yang tidak kecil untuk pengembangan berbagai

macam industri, antara lain pertambangan, perikanan serta yang

paling utama ialah pariwisata.

Pulau Pramuka merupakan salah satu pulau dalam gugusan pulau

Kepulauan Seribu. Pulau ini merupakan pusat administrasi dan

pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Pulau

Pramuka termasuk ke dalam Kelurahan Pulau Panggang. Pulau ini

3

Page 4: laporan PKL

berdekatan dengan Pulau Panggang dan Pulau Karya. Kita dapat

menempuh kedua pulau tetangga tersebut dengan ojek kapal dan

waktu tempuhnya sekita 5-10 menit.

Pulau Pramuka sendiri merupakan pulau berpenduduk yang mulai

berkembang menjadi daerah pariwisata beberapa tahun belakangan

ini karena keindahan alam di sekitar pulau ini dan penduduk yang

ramah. Jernihnya air laut yang biru, terumbu-terumbu karang yang

indah dan pulau pasir putih di sekitar membuat setiap orang yang

pernah pergi ke pulau ini ingin kembali lagi ke Pulau Pramuka.

Sebagai pusat pemerintahan Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka

memiliki fasilitas-fasilitas yang diperlukan warga atau wisatawan mulai

dari tempat penginapan (homestay), rumah makan, , RSUD (Rumah

sakit Unit Daerah), Lembaga KUA, TPI (Tempat Pelelangan Ikan),

lapangan olahraga, dll. Fasilitas yang ada terawat dengan baik

sehingga akan memberikan kenyamanan pada wisatawan yang

berkunjung ke pulau ini. Tempat tinggal dan sanitasi Pulau Pramuka

sudah cukup baik dan dalam bidang pendidikan, Pulau ini sudah

memiliki SD, SMP maupun SMA.

Gambar 2. Peta Pulau Pramuka

4

Page 5: laporan PKL

2.2 Organisasi Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah bagian dari

Departemen Kehutanan dan berada dalam naungan Direktorat

Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA),

berkantor pusat di Jakarta, tepatnya di jalan Salemba no.9, namun di

masing-masing wilayah konservasi seperti Pulau Pramuka terdapat

pula kantor operasional yang dilengkapi dengan sarana pendukung

seperti asrama karyawan dan asrama bagi para tamu, selain kantor

operasional di Pulau Pramuka, Balai Taman Nasional Kepulauan

Seribu (BTNKpS) juga memiliki beberapa pos operasional jaga pada

pulau-pulau lainnya.

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu di pimpin oleh Kepala

Balai yang berhubungan dan bertanggung jawab langsung dengan

Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Kepala

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dibantu langsung oleh

kepala sub bagian tata usaha dan juga kepala seksi konservasi

wilayah serta beberapa pegawai dan kelompok jabatan fungsional

seperti pegawai honorer atau polisi hutan serta staff pembantu bagian

administrasi. Struktur organisasi Balai Taman Nasional Kepulauan

Seribu dapat dilihat pada gambar 3.

5

Page 6: laporan PKL

DEPARTEMEN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDRAL PERLINDUNGAN HUTAN

DAN KONSERVASI ALAM

KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL

KEPULAUAN SERIBU

KEPALA SUB

BAGIAN TATA USAHA

KEPALA SEKSI

WILAYAH I

KEPALA SEKSI

WILAYAH II

KEPALA SEKSI

WILAYAH III

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

- POLISI KEHUTANAN

- PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN

- PENYULUH KEHUTANAN, DLL

Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Kepulauan

Seribu

6

Page 7: laporan PKL

2.3 Bidang Usaha

Bidang usaha yang terdapat dalam Pulau Pramuka ini adalah

perdagangan ikan, seperti diketahui bahwa lokasi sangat dekat

dengan laut makan banyak dari warga Pulau Pramuka bekerja

sebagai nelayan dengan di fasilitasi TPI (Tempat Pelelangan Ikan).

Sebagai tempat mereka menjual ikan.

Yang menjadi poin utama dari wisata Pulau Pramuka ini adalah

gugusan terumbu karang yang tersebar di sekitar Pulau Pramuka.

Dengan menggunakan baju pelampung, sepatu katak, masker dan

snorkle kita akan bisa melihat keindahan terumbu karang berwarna-

warni secara langsung dan ikan-ikan hias yang berenang di terumbu

karang juga sangat indah.

Selain menjadi nelayan warga pun memanfaatkan Pulau Pramuka

yang merupakan salah satu pulau wisata untuk memiliki bisnis dalam

penginapan, penyewaan fasilitas-fasilitas lainnya seperti perahu, alat

selam, paket wisata keliling pulau dan lain-lain. Untuk menunjang para

wisatawan di pulau ini pun terdapat warga-warga yang membuka

tempat makan dan tempat oleh-oleh seperti cinderamata dari kerang-

kerangan ataupun kaos, serta usaha dalam bidang

7

Page 8: laporan PKL

BAB III

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

3.1 Kegiatan Umum

Secara umum kegiatan yang dilakukan saat melaksanakan

Praktek Kerja lapang adalah kegiatan pembelajaran dan penerapan

secara langsung dari teori yang didapat di bangku kuliah serta

menimba informasi secara informal dari setiap praktisi baik secara

langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dalam kegiatan di

Taman Nasional Kepulauan Seribu, serta dari para penduduk

setempat yang juga turut andil dalam usaha pelestarian wilayah

konservasi dengan program dan layanan pariwisata, khususnya

pelestarian bahari dan pelestarian sumberdaya alam lainnya di Pulau

Pramuka.

Berhubung dengan studi Praktek Kerja Lapang yang saya pilih

adalah Terumbu Karang Pulau Pramuka, sehingga segala kegiatan

yang menyangkut terumbu karang menjadi kegiatan yang

diprioritaskan. Kegiatan Praktek Kerja Lapang sendiri meliputi dua

macam kegiatan, yaitu:

1. Kegiatan pembelajaran metode penyebaran karang

2. Kegiatan praktikum transplantasi karang

3. Keiatan pendukung Praktek Keja Lapang

3.1.1 Kegiatan pembelajaran metode penyebaran karang

Sebelum melakukan metode pengambilan data terumbu

karang, mahasiswa PKL diharuskan dapat menguasai

keterampilan selam. Sehingga sekitar beberapa minggu

melakukan pelatihan penyelaman dan juga pembelajaran teknik

pengambilan data di darat, karena pada dasarnya untuk dapat

mengetahui tentang ekosistem karang yang ada di Pulau Pramuka

8

Page 9: laporan PKL

mengharuskan kita untuk berada di kedalaman tertentu di laut dan

itu memerlukan keterampilan selam.

Pembelajaran pertama adalah skin diving, atau penyelaman

dipermukaan laut yang kemudian dilanjutkan dengan perkenalan

alat-alat selam, lalu teknik-teknik dalam penyelaman serta

pembelajaran lainnya yang berhubungan dengan penyelaman

yang mendukung dalam praktik pengambilan data terumbu

karang. Setelah pembelajaran teknik tersebut mahasiswa

diperkenankan berlatih SCUBA atau penyelaman dengan alat

selam lengkap dan berlatih untuk menulis di sabak, bersikap netral

didalam laut dan banyak lagi. Hingga di akui bahwa mahasiswa

mampu barulah praktek pengambilan data terumbu karang.

Ada beberapa metode dalam pengukuran dan analisis

kondisi ekosistem terumbu karang, seperti metode RAA (Rapid

Reef Resource Assessment) atau manta tow, ,metode LIT (Line

Intercept Transect) ata transek garis dan metode quadran (Plot).

Di Pulau Pramuka metode pemeriksaan kondisi terumbu karang

dilakukan dengan metode transek garis atau LIT (Line Intercept

Transect).

Metode Transek Garis (Line Intercept Transect/LIT)

merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi

penutupan karang maupun komunitas bentos yang hidup

bersamanya. Metode ini cukup praktis, cepat dan sesuai untuk

wilayah terumbu karang daerah tropis. Biasanya pengambilan

data dilakukan di kedalaman sekitar 3 meter dan 10 meter.

9

Page 10: laporan PKL

a. Tim Kerja

Pengamatan dengan menggunakan metode ini

membutuhkan paling sedikit 3 orang dengan masing-masing

orang mengetahui tugas dan fungsinya, sebagai berikut:

1 orang bertugas memasang patok, membentangkan

meteran dan menggulungnya kembali,

1 orang bertugas sebagai pengamat (observer)

1 orang bertugas mengemudikan perahu motor yang

digunakan menuju lokasi pengambilan data. Selain itu

bertugas untuk merekam posisi pengambilan sample

dengan GPS.

Sebenarnya untuk tim kerja idealnya memiliki anggota

tim minimal 5 orang yang berada di dalam laut dengan fungsi

sebagai berikut:

1 orang menjadi DL (Dive Leader) untuk memonitoring

seluruh rekan tim yang bekerja di bawah air.

1 orang menjadi observer untuk karang,

1 orang observer untuk ikan karang yang sekaligus

bekerja untuk memasang patok dan membentangkan

meteran, karena untuk metode ini pengamatan ikan

karang akan sangat bersangkutan sama halnya dengan

bentos,

1 orang menjadi observer untuk bentos, dan

1 orang untuk dokumentasi.

Seluruh anggota tim harus mengetahui metode ini

dengan benar serta melaksanakannya dengan penuh

tanggung jawab dan sesuai dengan prosedur yang ada, agar

terhindar dari hal-hal yang buruk dan membahayakan.

10

Page 11: laporan PKL

b. Peralatan yang Dibutuhkan

Untuk melakukan pengamatan terumbu karang dengan

menggunakan metode LIT, diperlukan peralatan sebagai

berikut:

1. Kacamata selam (masker)

2. Alat bantu pernapasan di permukaan air (Snorkle)

3. Alat bantu renang pada kaki (fins/kaki katak)

4. Perahu motor (mininal 5 PK)

5. SCUBA (Self Contained Underwater Breathing

Apparatus).

6. Meteran gulung sepanjang 50 meter

7. Patok besi

8. Papan plastik putih yang permukaannya telah dikasarkan

dengan kertas pasir (sabak)

9. Pensil

10.Tas peralatan

11.Tali nilon sepanjang paling seikit 60 meter.

12.GPS (Global Positioning System)

c. Prosedur kerja

Garis transek dibuat dengan cara membentangkan tali

atau rol meter sepanjang 50 meter sejajar garis pantai.

Transek ini diberi tanda dengan menancapkan besi beton

sebagai patok seperti pada gambar 4.

11

Page 12: laporan PKL

Gambar 4. Cara pemasangan Transek Garis (LIT)

Spesies dari komunitas bentos seperti karang dan alga

makro serta kategori bentuk pertumbuhan karang (lifeform)

kemudian di catat pada data sheet oleh penyelam pengamat

(observer) yang bergerak sepanjang garis yang dibentangkan

secara paralel dengan reef crest pada kedalaman 3 meter dan

10 meter di setiap lokasi pengamatan. Semua bentuk

pertumbuan karang dan biota yang terletak di bawah transek

(garis meteran) dicatat.

Gambar 5. Contoh pengukuran dengan metode LIT

12

Page 13: laporan PKL

Dari contoh pengukuran transek garis pada gambar

diatas, dapat ditulis ke dalam table pengamatan sebagai

berukut:

Tabel 1. Tabel Pengamatan LIT

Bentuk

PertumbuhanTransisi (cm) Panjang (cm)

HC 10 10

S 12 2

SP 17,5 5,5

SC 19 1,5

S 21 3

HC 29 8

R 33 4

SC 38,5 5,5

SP 44 5,5

d. Analisis Data

Besar presentase tutupan karang mati, hidup dan jenis

lifeform lainnya dihitung dengan rumus (English et al., 1997):

A

Dimana:

C = persentase tutupan Lifeform i

a = panjang transek lifeform i

A = panjang total transek

Sehingga dari contoh diatas, bila diketahui panjang total

transek adalah 44 cm, maka persentase penutupan untuk

setiap lifeform yang terukur adalah sebagai berikut:

13

Page 14: laporan PKL

Persentase tutupan HC =

Persentase tutupan S =

Persentase tutupan SP =

Persentase tutupan SC =

Persentase tutupan R =

Tabel 2. Tabel presentase tutupan karang

No. Lifeform Presentase tutupan (%)

1 HC 40

2 S 11

3 SP 25

4 SC 15

5 R 9

14

Page 15: laporan PKL

15

Page 16: laporan PKL

16

Page 17: laporan PKL

17

Page 18: laporan PKL

18

Page 19: laporan PKL

3.1.1.1 Pembahasan

Salah satu keanekaragaman hayati yang tinggi di perairan

(laut) adalah terumbu karang. Jumlah jenis karang batu (Hard

Coral) di Indonesia tercatat sebanyak 590 jenis yang didominasi

oleh karang jenis Acropora (91 jenis), Montipora (29 Jenis) dan

Porites (14 jenis). Kondisi ekosistem karang saat ini telah

mengalami kerusakan ang disebabkan oleh perbuatan manusia

seperti pengeboman ikan, pengambilan ikan dengan

menggunakan bahan beracun (potassium sianida) serta

pengambilan ikan dan karang hias secara ilegal. Berdasarlan hasil

penelitian Pusan Penelitian Oseanografi (P2O) – LIPI tahun 2002,

dari 556 lokasi yang tersebar di perairan Indonesia menunjukkan

bahwa 6.83% dalam kondisi yang sangat baik, 25,72% dalam

kondisi baik, 36,87% dalam kondisi sedang dan 30,58% dalam

kondisi rusak. (Suharso & Gianto, 2003).

Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara

komunitas laut lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya melalui

aktifitas biologi. Pada dasarnya karang merupakan endapan

massif kalsium karbonat atau kapur yang diproduksi oleh binatang

karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organism

lainnya yang menghasilkan kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah

menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok binatang dan

bukan kelompok tumbuhan yang termasuk ke dalam phylum

Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia. (Sukamara, A. 2001).

Terumbu karang meerupakan ekosistem kompleks dengan

keanekaragamanhayati tinggi yang ditemukan di perairan dangkal

diseluruh wilayah tropis. Terumbu karang sebagai pendukung

perikanan produktif dalam pemasok sumber protein utama. Dibalik

kompleksitas dan tingginya keanekaragaman hayati ekosistem ini,

terumbu karang kurang stabil, bahkan sensitive terhadap setiap

gangguan. (Fitriani. D, 2007).

19

Page 20: laporan PKL

Terumbu karang merupakan salah satu sub system

ekosistem perairan laut yang produktif, mencapai sekitar 10.000

gram Carbon/m2/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan

produktifitas perairan lepas pantai dengan tingkat produksinya

sekitar 50 – 100 gram Carbon/m2/tahun. (Anonim, 2008)

Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai penting bukan

hanya dari sisi biologi, kimia serta fungsi fisik, namun dari sisi

social dan ekonomi pun memiliki nilai yang penting. Fungsi biologi

dari terumbu karang berupa sebagai tempat mencari makan,

bersarang, memijahkan dan pembesaran bagi berbagai biota laut.

Untuk fungsi kimia dari terumbu karang sendiri adalah sebagai

pendaur ulang unsur hara yang paling efektif dan efisien serta

berfungsi sebagai sumber nutfah bahan obat-obatan. Fungsi

fisiknya adalah sebagai pelindung daerah pantai, terutama dari

proses abrasi dikarenakan gelombang laut. Sedangkan

berdasarkan fungsi sosialnya terumbu karang merupakan

salahsatu sumber mata pencaharian untuk nelayan dan juga

member kesenangan dalam bentuk objek ekowisata. (Mawardi,

2003).

Secara umum kerusakan terumbu karang dapat disebabkan

oleh dua hal seperti yang dikemukakan oleh Dahuri (2004), yaitu

aktifitas manusia dan faktor alami.

a. Kerusakan ekosistem terumbu karang yang diakibatkan oleh

manusia yaitu:

1. Siltasi dan sedimen yang diakibatkan pengerukan,

reklamasi, erosi dari sungai dan kegiatan pembangunan

konstruksi.

2. Penurunan kualitas air yang diakibatkan perubahan

salinitas dan suhu, pencemaran seperti tumpahan

minyak, limbah industry dan limbah domestik.

20

Page 21: laporan PKL

3. Pemasukan air tawar yang sangat besar sebagai akibat

pemindahan aliran sungai dan pembuangan limbah cair,

pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik

yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu

karang

4. Penangkapan ikan yang bersifat merusak, seperti

penggunaan bahan peledak, racun dan alat tangkap

yang non selektif seperti trawl.

5. Eksploitasi terumbu karang yang digunakan untuk hiasan

cinderamata atau bahkan sebagai material bangunan.

6. Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar

perahu pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan

dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya

yang sangat merusak koloni karang terinjak oleh

wisatawan yang berkunjung ke daerah terumbu karang

serta kegiatan selam yang tidak bertanggungjawab.

Selain itu ada beberapa sebab lain, seperti;

1. Pengendapan kapur, Pengendapan kapur dapat berasal

dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan

pengikisan tanah (erosi)  yang akan terbawa kelaut dan

menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh

karena sinar matahari tertutup oleh sedimen

2. Uji coba senjata militer, Pengujian bahan peledak dan

nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir

menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut

dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi

meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis

(mutasi) biota laut

b. Kerusakan ekosistem terumbu karang yang diakibatkan oleh

faktor alami misalnya kenaikan suhu, badai dan pemangsaan

21

Page 22: laporan PKL

predator. Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan

karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2

diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang

dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang

menjadi memutih (bleaching) seiring dengan  perginya

zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus

menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan

akan mati. Kenaikan suhu 4o C – 6o C dapat diakibatkan

karena pengaruh el nino pada tahun 1982 – 1983 disenyalir

telah merusak terumbu karang di habitatnya. Di Indonesia air

laut mencapai 30o C. pemangsaan oleh predator misalnya

dikarenakan bintang laut pemakan karang di beberapa

tempat di wilayah tropic sehingga mengakibatkan kerusakan

terumbu karang dan diperkirakan kerusakan akibat organism

ini dapat menghilangkan fungsi pelindung dari terumbu

karang yang akhirnya mengancam stabillitas wilayah pantai..

c. Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar

pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia

memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya

ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan

membungkus  polip-polip karang dipermukaan koloni

tersebut.

Beberapa jenis umum terumbu karang yang ada di Pulau

Pramuka diantaranya adalah Famili Acroporidae, hidup berkoloni,

hermatipik dan keberadaanya masih berlimpah. Koralit yang

berukuran kecil dengan dua siklus septa atau kurang. Contoh dari

Famili Acroporidae ini adalah: Montipora, Acropora, Anacropora

dan Astreopora.

Juga dari Famili Pocilloporidae yang hidupnya berkoloni

dengan tipe pertumbuhan submassive dan bercabang, contoh dari

Famili Pocilloporidae adalah: pocillopora dan seriatopora.

22

Page 23: laporan PKL

Diketahui berdasarkan statistic Balai Taman Nasional

Kepulauan Seribu (BTNKpS) potensi tutupan terumbu karang

kawasan TNKpS di Pulau Pramuka adalah sebagai berikut:

Karang hidup : 9,2 %

Karang mati : 2,4%

Biota lain : 11,1%

Alga : 44,6%

Abiotik : 32%

Persentase diatas dari keseluruhan potensi tutupan karang

di Taman Nasional Kepulauan Seribu, sehingga indeks mortalitas

dari karang di Pulau Pramuka mencapai 0,2% dari keseluruhan

kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Dan tutupan karang

hidup di Pulau Pramuka terjadi penurunan melihat dari data tahun

1995 yaitu 9,95% sedangkan pada tahun 2009 tutupan karang

hidup menjadi 9,20%.

3.1.2 Kegiatan praktikum transplantasi karang

Kegiatan transplantasi karang diawali dengan pembuatan

subtract untuk karang serta penempatan karang di air yang

kemudian dilanjutkan dengan penanaman bibit karang yang

sebelumnya sudah dipotong sesuai ukuran agar cocok

denganwadah atau subtract yang sudah disediakan. Penurunan

karang dilaut dilakukan selama dua hari (direndam), setelah itu

karang tersebut dipasang di rak perawatan. Setelah tidak lupa

untuk selalu monitoring agar karang yang sudah berada dilaut

tetap dapat berkembang dan tumbuh dengan baik sehingga

menghasilkan karang transplantasi yang baik dan dapat diperjual

belikan ataupun ditanam kembali sebagai upaya dari pelestarian

terumbu karang di Kepulauan Seribu.

23

Page 24: laporan PKL

Adapula metode lain dalam transplantasi karang yaitu

metode rockpell atau penempelan bibit karang baru pada batu

karang yang telah mati. Kegitan tersebut dilakukan secara periodic

agar karang dapat terjaga kondisinya dalam kondisi yang baik dan

dapat tumbuh dengan cepat. Setelah seluruh proses selesai,

maka proses selanjutnya adalah panen karang dan pengepakan

karang untuk pengiriman karang yang akan dijual.

3.1.2.1 Persiapan dan Pelaksanaan Transplantasi Karang

3.1.2.1.1 Persiapan Transplantasi

Teknis persiapan transplantasi karang yang perlu

dilakukan sebelum kegiatan pembibitan, yaitu:

1. Pembuatan Subtrat

Subtrat yang dipakai dibuat dari campuran antara semen,

pasir dan juga air yang kemudian digunakan sebagai

tempat atau wadah seperti pot tempat penanaman bibit

terumbu karang yang telah diambil dari indukan atau

disebut juga F0. Subtract dibuat dengan bentuk yang

menyerupai donat dengan diameter lubang tengah 1,5 cm

yang berfungsi sebagai tempat penancapan karang.

2. Pembuatan Adonan sebagai Media Tempel Bibit

Adonan dibuat dari campuran semen, air dan garam yang

dibuat sedemikian mungkin agar lebih lembek dan

memudahkan sebagai media perekat bibit terumbu karang

pada subtratnya, sedangkan adanya penambahan garam

ini berfungsi untuk sedikit menyerupai subtract asli karang

di alam.

24

Page 25: laporan PKL

3. Pembuatan Rak

Rak dibuat dengan bentuk menyerupai meja persegi

dengan menggunakan pipa paralon yang berukuran 1m X

1m dan di tutup dengan jaring.

3.1.2.1.2 Pelaksanaan Transplantasi

1. Penentuan Lokaso Transplantasi

Lokasi transplantasi ditentukan dari riset yang dilakukan

pada tahap awal dan akan dilakukan pemeriksaan berkala

oleh LIPI. Biasayanya setelah menentukan lokasi maka

nelayan akan member tanda pada tempat tersebut berupa

pelampung atau buoy yang bertujuan agar daerah tersebut

tidak dilewati oleh kapal.

2. Persiapan Alat dan Bahan Transplantasi

Selain mempersiapkan subtrat, adonan dan rak, juga

mempersiapkan alat penunjang lainnya seperti tang,

keranjang, masker, snorkel dan kaki katak yang berfungsi

membantu kita berenang saat melakukan penurunan bibit

karang, serta jarum dan benang wool khusus untuk

transplantasi soft coral yang berfungsi untuk menjahit.

3. Pengambilan Karang dari alam sebagai indukan (F0)

Pengambilan karang dari alam hanya dilakukan satu kali

pada awal melakukan transplantasi karang, karang yang

diambil hanya jenis tertentu da dibatasi berdasarkan

keputusan LIPI. Selanjutnya F0 disebar dilaut dangkal di

sekitar lokasi transplantasi agar mudah dijangkau saat akan

melakukan pembibitan.

4. Pemotongan Indukan (F0) sebagai bibit (F1)

F0 yang sudah siap untuk dibibit akan dipotong

percabangnya untuk selanjutnya ditanam pada subtrat yang

25

Page 26: laporan PKL

telah disiapkan, untuk jenis hard coral, F0 dipotong

menyerupai cabang pohon yang akan distek dengan

panjang sekitar 10cm, sedangkan untuk soft coral, F0

digunting kemudian dipasangkan pada subtrat dengan cara

dijahit.

5. Penyusunan Bibit kedalam Keranjang

Bibit-bibit yang sudah ditanam pada subtrat kemudian

disimpan di dalam keranjang dan selanjutnya diturunkan

kedalam air laut (direndam) selama dua hari. Hal tersebut

dilakukan selama proses pengeringan adonan penempel

karang dan subtrat agar bibit yang sudah ditanam tidak

terlepas karena pengaruh arus air ataupun sentuhan ikan.

6. Pemindahan F1 dari Keranjang ke Rak

F1 yang sudah direndam selama dua hari dan menempel

dengan sempurna serta cukup kokoh dengan subtrat

kemudian dipindahkan ke rak pembesaran F1. Proses ini

dilakukan dengan cara menyelam menggunakan alat bantu

kompresor udara. F1 dipasang sedemikian rupa pada rak

agar tidak terjatuh dan tidak berubah posisi karena

pengaruh arus air laut.

7. Monitoring dan Perawatan Karang F1

Proses monitoring terdiri dari kegiatan pengecekan kondisi

letak karang di rak, pertumbuhan karang, kondisi kesehatan

karang dan pembersihan rak. Jika ada karang yang terjatuh

maka akan dikondisikan ke posisi semula sedangkan

karang yang mati akan dibuang ataupun dipisahkan dari

karang yang masih hidup agar meminimalisir proses

penularan bleeching terhadap karang yang lain.

Pembersihan rak dilakukan dengan cara menggosok rak

dengan sikat agar bersih dari kotoran dan pasir.

8. Panen

26

Page 27: laporan PKL

Panen biasanya dilakukan sehari sebelum pengepakan

(packing) dan pengiriman. Panen dilakukan sesuai pesanan

dan karang yang siap panen terdiri dari tiga kategori, S

(ukuran <10cm), M (ukuran 10cm-12cm) dan L (ukuran

>12cm)

9. Pengepakan (Packing) dan Pengiriman

Proses pengepakan dilakukan sehari setalah panen.

Masing-masing karang dibungkus dengan plastik dan

diletakkan pada kotak Styrofoam yang diisi air laut dengan

tambahan obat pengawet dan es agar suhu tetap dingin,

sementara pengiriman dilakukan melalui kapal menuju

muara angke yang kemudian dilanjutkan dengan

mengirimnya ke perusahaan pengekspor sebelum akhirnya

diekspor.

3.1.2.2 Pembahasan tentang Transplantasi Karang

3.1.2.2.1 Transplantasi Terumbu Karang

Transplantasi terumbu karang adalah pencangkokan atau

pemotongan karang hidup untuk dicangkok di tempat lain atau

di tempat yang telah mengalami kerusakan karang. Tujuan

transplantasi ini untuk pemulihan dan pembentukan terumbu

karang alami dan mempercepat regenerasi terumbu karang

yang telah rusak serta tujuan yang cukup penting adalah

menambah karang dewasa ke dalam populasi sehingga dapat

meningkatkan produksi larva di ekosistem terumbu karang yang

rusak. (Anonim, 2007).

Transplantasi karang adalah menanam dan menumbuhkan

karang dari bagian potongan karang yang diambil dari suatu

terumbu emudian ditempatkan pada terumbu karang lain yang

mengalami kerusakan atau ditempelkan pada subtrat buatan.

27

Page 28: laporan PKL

Dalam pelaksanaannya transplantasi harus memenuhi

persyaratan bahwa kondisi tempat karang yang akan

ditransplantasikan harus memiliki kondisi lingkungan yang sama

dengan habitat aslanya, seperti aliran air, kecerahan,

temperature dan sebagainya. (Fitriani. D, 2007). Sumber untuk

transplantasi harus dipilih secara hati-hati guna menghindari

kerusakan bagi terumbu karang lain.

Di Pulau Maldive telah dilakukan transplantasi dan sudah

dievaluasi dan telah dievaluasi tingkat keberhasilannya,

sedangkan di Philipina telah diterapkan untuk penyembuhan

ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan

yang diakibatkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan

bahan peledak. Di Taman Laut Great Barrier Reef, transplantasi

telah digunakan untuk mempercepat regenerasi ekosistem

terumbu karang yang rusak akibat serangan dari sejenis bintang

laut pemangsa karang (Acantaster Plancii). (Anonim, 2007).

3.1.2.2.2 Perlindungan Fungsi Kawasan Konservasi TNKpS

Kegiatan ini merupakan implementasi dari komitmen

Masyarakat bahwa SDA Laut harus dapat menyangga hidup

dan kehidupan secara maksimal dan lestari, dan merupakan

perpanjangan tangan dan kemitraan BTNKpS di lapangan

dalam mengelola TNKpS. Rencana, Pelaksanaan dan

Pengendalian dilaksanakan oleh Masyarakat bersama-sama

dengan BTNKpS. Kegiatan Masyarakat terkait dengan

komitmen tersebut antara lain adalah :

a. Penyebarluasan informasi ekosistem penyusun Kepulauan

Seribu kepada Masyarakat tetangga/sekitarnya dan luar

Kepulauan Seribu, antara lain berkaitan dengan potensi,

28

Page 29: laporan PKL

kerentanan, dampak negatif apabila rusak, dan pemanfaatan

yang ramah lingkungan.

b. Menjaga, Monitoring kegiatan Nelayan dan melaporkan

apabila terdapat kegiatan Nelayan yang merusak atau

berindikasi dapat merusaka SDA Laut.

c. Membangun Areal Perlindungan Laut (APL) yang dikelola

oleh Masyarakat.

d. Melakukan berbagai kegiatan fisik yang bertujuan untuk

pelestarian SDA Laut seperti membersihkan sampah, dan

mengembalikan ikan tangkapan yang berukuran kecil.

Penangkaran/Budidaya Karang Hias

Program ini terdiri dari Program Penangkaran/Budidaya

Karang Hias, dan Program Rehabilitasi Karang di Kepulauan

Seribu. Program Rehabilitasi Karang di Kepulauan Seribu

merupakan program lanjutan dari Program

Penangkaran/Budidaya Karang Hias di Kepulauan Seribu.

Perdagangan Karang Hias akan dilakukan pada F1 Karang

Hias tersebut. Selanjutnya berdasarkan pendekatan ilmiah dan

dengan pemahaman konservatif yang tinggi, ditetapkan bahwa

Rehabilitasi Karang dilakukan pada Karang F0 yang sudah 6

(enam) kali di propagasi atau sesuai jenisnya, dengan

perhitungan masa recovery (pemulihan) 4 (empat) bulan.

Lokasi pelaksanaan Program Penangkaran/Budidaya Karang

Hias adalah di Zona Pemukiman dan Daerah Penyangga

TNKpS, yang operasionalnya sesuai dengan perijinan lokasi

yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah atas rekomendasi

instansi terkait (BTNKpS), atau langsung oleh BTNKpS khusus

dalam Kawasan TNKpS.

29

Page 30: laporan PKL

Perubahan lokasi dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan dari Pemerintah Daerah atau BTNKpS khusus

dalam kawasan TNKpS.

Lokasi pelaksanaan Program Rehabilitasi Karang adalah di

Zona Pemukiman, Zona Pemanfaatan Wisata dan Zona

Penyangga TNLKpS, yang operasionalnya akan ditetapkan

oleh BTNKpS.

Bibit dan Substrat

1. Perdataan dilakukan terhadap asal, jenis dan jumlah bibit

karang yang dibudidayakan, dengan kelengkapan

administrasi berupa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) pada

tahapan Pelaksanaan Kegiatan F0, yang dibuat oleh Pelaku

Usaha (Masyarakat), dan diketahui oleh BTNKpS.

2. Penggunaan bibit dilakukan secara selektif, dimana jenis

karang yang dipilih adalah jenis yang sesuai dengan

permintaan pasar (berkualitas, dan bernilai tinggi).

3. Substrat F0 berspesifikasi teknis bentuk lingkaran/kotak

dengan diameter 10 cm dan tebal 3 cm, bahan semen, dan

dengan/atau tanpa tiang.

4. Substrat F0 diletakkan dalam RAK berukuran 1 x 1 meter,

dengan kapasitas 16 Fragmen untuk setiap RAK.

5. Substrat F1 berspesifikasi ukuran, bentuk dan bahan bebas

sesuai improvisasi masing-masing Pelaku Usaha, tetapi

dengan bahan/material yang ramah lingkungan. Ukuran

RAK 1 x 1 m2, dengan jumlah 49 Fragmen per RAK.

6. Frekuensi propagasi ditetapkan untuk F0 maksimal 6 kali

atau 2 tahun, dengan recovery propagasi selama 4 bulan

atau sesuai dengan jenisnya.

7. Fragmen F0 minimal berukuran tinggi atau diameter 10 cm.

30

Page 31: laporan PKL

8. Propagasi untuk F1 minimal dapat mempertahankan F0

berukuran tinggi atau diameter 10 cm.

9. Identifikasi Jenis/Species dilakukan pada tahapan F0 oleh

P20-LIPI selaku Scientific Authority (SA).

Perdataan

1) Sistem Data

a) Monitoring lapangan dalam rangka PERDATAAN

dilakukan setiap bulan untuk F0 dan F1, yang dilakukan

oleh Pelaku Usaha (Masyarakat).

b) Laporan Bulanan Pelaku Usaha (Masyarakat) ditujukan

kepada BTNKpS, dan ditembuskan kepada Pemkab Kep.

Seribu dan AKKII.

c) Laporan Triwulan Pelaku Usaha (Masyarakat) ditujukan

BTNKpS, dan ditembuskan kepada Ditjen PHKA c.q.

Direktur KKH, Pemkab Kep. Seribu dan AKKII.

d) Laporan Tahunan Pelaku Usaha (Masyarakat) ditujukan

BTNKpS, dan ditembuskan kepada Ditjen PHKA c.q.

Direktur KKH, Pemkab Kep. Seribu dan AKKII.

e) Pengawasan dan Penetapan Akurasi Perdataan dalam

rangka pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) akan

dilakukan oleh BTNKpS, dengan sampling 10%.

f) BTNKpS akan melaporkan stok bulanan kepada Ditjen

PHKA, dengan tembusan kepada Pemkab Administrasi

Kepulauan Seribu.

31

Page 32: laporan PKL

2) Format Data

Pelaku Usaha :

Lokasi :

Nama Pencatat :

Tanggal Pencatatan :

Tahapan Transplantasi : F0/F1.

Tabel 3. Tabel format data tagging

Tagging (Penandaan)

1. Tagging (Penandaan) F0 dilakukan komulatif pada masing-

masing RAK, sedangkan tagging F1 untuk setiap fragmen,

dan dilakukan oleh Masing-masing Pelaku Usaha

(Masyarakat).

2. Kode tagging F0 dilakukan sebagai berikut :

Gambar 7. Rak dan tagging rak

32

Kode taggingWaktu

Penanaman

Bulan ke-i

KETTinggi (Cm)

Jumlah Cabang/

Diameter

Page 33: laporan PKL

: Tanda Rak (Plastik/Melamen bernomor).

01 = Kode Pelaku Usaha (Pelaku Usaha 01 sesuai daftar).

1005 = Bulan dan Tahun Propagasi (Propagasi Oktober

2005).

Acfo = Nama Species (contoh Acropora Formosa).

11 = Nomor RAK (RAK ke 11)

3. Kode tagging F1, dilakukan berdasarkan Juknis yang

dikeluarkan Direktorat KKH Ditjen PHKA Nomor

SE.282/IV/KKH-2/2006 tanggal 25 April 2006, yaitu :

I0 = Kode BKSDA

01 = Kode Pelaku Usaha (Pelaku Usaha 01 sesuai daftar).

06 = Tahun Propagasi (Propagasi 2005).

Ac fo = Nama Species (contoh Acropora formosa).

1 = Level Propagasi.

00001 = Nomor Kode Individu Koral (Koral ke 01).

1.., 12 = Bulan Propagasi

33

10.01.06.Ac fo.1.00001

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

01.1005.Acfo.0.11

D E L M

C F K N

B G J O

A H I P

Page 34: laporan PKL

4. Kode Perusahaan dan Kode Jenis pada Penandaan

(Tagging) sebagaimana butir 3) diatas, diatur seperti pada

Lampiran 1.

5. Tagging (Penandaan) dilakukan pada setiap fragmen pada

F1 dengan menggunakan bahan yang tahan minimal selama

4 bulan dan ramah lingkungan.

6. Nomor Kode Individu Koral (Nomor Tagging

Fragmen/Substrat) sesuai dengan yang diberikan BTNKpS

pada BAP F0 ke F1.

Mekanisme Penetapan Produksi F1 (”KUOTA”).

1. Pelaku Usaha (Masyarakat) mengajukan usulan produksi F1

penangkaran/budidaya karang hias melalui penyusunan

Rencana Kerja Tahunan (RKT) kepada BTNKpS.

Selanjutnya BTNKpS akan mengajukan usulan produksi F1

penangkaran/budidaya (sebagai bagian dari INSENTIF

Rehabilitasi Karang dan Perlindungan Kawasan Konservasi

TNLKpS Mandiri bagi Masyarakat), kepada Ditjen PHKA c.q.

Direktur KKH selaku Management Authiority (MA), dan LIPI

selaku Scientific Authority (SA), dengan tembusan kepada

Pemkab Kepulauan Seribu.

34

Page 35: laporan PKL

2. Berdasarkan pertimbangan dari SA dan Perdataan Stok

Lapangan (BTNKpS), MA menetapkan Produksi F1 (KUOTA)

karang hias hasil penangkaran/budidaya. Ketetapan

Produksi F1 (KUOTA) tersebut ditembuskan kepada SA, dan

Pemkab Kepulauan Seribu. Selanjutnya, BTNKpS

menetapkan jumlah stok F0 dan jumlah F1 yang dapat

diperdagangkan, untuk setiap Pelaku Usaha (Masyarakat),

dan ditembuskan kepada SA, MA, dan Pemkab Kep. Seribu.

RKT RKT

Gambar 8. Struktur mekanisme penetapan produksi F1

Mekanisme Peredaran/ Perdagangan

a. Pelaku Usaha (Masyarakat) mengajukan permohonan

pelaksanaan BAP Stock kepada BTNKpS dan Balai KSDA.

b. Berdasarkan BAP Stock, pelaku usaha mengajukan

Rekomendasi Ekspor kepada Balai KSDA.

c. BKSDA DKI Jakarta mengeluarkan Rekomendasi Ekspor

(Form C) kepada Pelaku Usaha (Masyarakat) berdasarkan

BAP Stock yang dikeluarkan oleh BTNKpS dan Balai KSDA.

d. Berdasarkan From-C dari BKSDA DKI, Pelaku Usaha

(Masyarakat) mengajukan permohonan ekspor karang hias

hasil penangkaran/budidaya kepada MA (CITES).

35

BTNKpS

PEMKAB Kep. Seribu

MA dan SAPelaku Usaha

Penetapan stok F0 dan F1

Page 36: laporan PKL

e. Setelah izin ekspor keluar, setiap akan membawa barang

(koral hasil transplantasi), pelaku usaha/ masyarakat

mengajukan Surat Jalan kepada BTNKpS yang meliputi

jenis dan jumlah karang hias (sesuai tagging) yang akan

diangkut dari lokasi (wilayah) budidaya (Zona Pemukiman

dan Zona Penyangga TNKpS) ke Jakarta.

f. BTNKpS mengeluarkan Surat Jalan kepada Pelaku Usaha

(Masyarakat), yang ditembuskan kepada Instansi Terkait

(Pemkab Kep. Seribu, BKSDA DKI Jakarta, dan Ditjen PHKA

cq Dit. KKH).

Gambar 9. Struktur mekanisme peredaran/perdagangan

Kemitraan Mutualistik

Dalam upaya lebih mensinergikan dan lebih mendapatkan

dukungan kebijakan, program dan teknis dalam Pengelolaan

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, dilakukan

“KEMITRAAN MUTUALISTIK PENGELOLAAN TAMAN

NASIONAL KEPULAUAN SERIBU”.

Kemitraan mutualistik adalah kerjasama program dan teknis

dilakukan 2 atau lebih unit kerja/instansi/lembaga, dengan

mengandalkan sumber daya dari masing-masing

instansi/lembaga dan menjadikan sinergisitas kegiatan yang

36

BTNKpS BKSDA

MA

Pelaku Usaha

CITES

BAP Stock

Form-C

Permohonan BAP Stock

Permohonan SATS DN kpd BTNKpS

Page 37: laporan PKL

utamanya berdampak positif bagi masyarakat dan sumberdaya

alam.

Pada program ini, Kemitraan Mutualistik dilakukan antara

Masyarakat dengan BTNKpS, antara BTNKpS dengan

Assosiasi dan atau Perusahaan, dan antara Masyarakat

dengan Assosiasi dan atau Perusahaan, yang keseluruhan

dalam kerangka Manajemen Pengelolaan TNKpS.

Kemitraan Mutualistik antara Masyarakat dengan BTNKpS,

merupakan kemitraan yang didahului adanya pendekatan

pembinaan dan upaya penyadaran dimana terdapat kegiatan

masyarakat yang berkecenderungan merusak sumberdaya

alam laut, yang secara menyeluruh, masyarakat akan

menghentikan kegiatan yang tidak ramah lingkungan tersebut

pada kegiatan yang bersubstansi sama yaitu kebaharian.

Selain perubahan kegiatan bermatapencaharian tersebut,

Masyarakat berkomitmen akan melakukan rehabilitas terumbu

karang dan perlindungan fungsi kawasan konservasi TNKpS

secara mandiri. Dalam upaya ini, BTNKpS bertanggung jawab

dapat mengembangkan alternatif mata pencaharian bagi

masyarakat dan memfasilitasi serta mendukung penuh, yang

dalam hal ini berupa pemberian intensif, yaitu usaha ekonomi

penangkaran/budidaya karang hias di sekitar pulau pemukiman

seperti Pulau Pramuka.

Kemitraan Mutualistik antara BTNKpS dengan Asosiasi dan

atau Perusahaan, merupakan kemitraan dalam upaya

melakukan riset terapan yang utamanya dapat mendukung

pengelolaan TNKpS, pengelolaan dan konservasi karang

Indonesia dan pengembangan usaha ekonomi

Penangkaran/Budidaya Karang Hias Masyarakat Kepulauan

Seribu secara lebih efisien dan efektif, serta mengembangkan

kelembagaan utamanya pengembangan Asosiasi

37

Page 38: laporan PKL

Kemasyarakatan, data base dan sistem monitor usaha ekonomi

Masyarakat.

Kemitraan Mutualistik antara Masyarakat dengan Asosiasi

dan atau Perusahaan, merupakan kemitraan yang akan

didorong dan mendapat dampingan monitoring dan

pengawasan dari BTNKpS. Pada kemitraan ini, BTNKpS akan

berupaya mendampingi dan meningkatkan keberpihakan

terhadap Masyarakat, dan disisi lain akan mendorong dan

memberikan pelayanan profesional kepada Assosiasi dan atau

Perusahaan.

Kegiatan kemitraan ini berkaitan dengan upaya

memecahkan permasalahan kebutuhan nyata Masyarakat

terhadap permodalan, teknologi, pasar dan manajemen, dipihak

lain Assosiasi/Perusahaan berpotensi dapat mendukung

dengan juga dapat menerima manfaat ekonomi dengan

menerima dan memasarkan produksi usaha ekonomi

Masyarakat. Selain itu, BTNKpS juga akan merekomendasikan

bahwa Kemitraan Mutualistik antara Masyarakat dengan

Assosiasi/Perusahaan ini, dapat disetarakan dengan

pemenuhan kewajiban membangun penangkaran bagi

Perusahaan atau kinerja perusahaan terumbu karang

diperhitungkan sebagai bagian dari kewajiban melakukan

penangkaran/budidaya terumbu karang sesuai

kapasitas`masing-masing.

Kemitraan Mutualistik tersebut diatas, akan

diimplementasikan dalam bentuk MOU Kemitraan Mutualistik

antara BTNKpS dengan Assosiasi/Perusahaan, dan MOU

Kemitraan Mutualistik antara Masyarakat dengan Assosiasi/

Perusahaan yang diketahui oleh BTNKpS, sedangkan antara

Masyarakat dan BTNKpS tidak memerlukan MOU, karena

38

Page 39: laporan PKL

Masyarakat melakukan kegiatan dalam kerangka Manajemen

Pengelolaan TNKpS

3.1.3 Kegiatan Pendukung Praktik Kerja Lapang

Selain kegiatan yang berhubungan dengan terumbu karang

di Pulau Pramuka, diisi pula dengan kegiatan pendukung Praktek

Kerja Lapang yang bertujuan untuk mengisi waktu senggang

dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat serta sebagai

penambah pendalaman ilmu pengetahuan tentang lingkungan

sekitar.

Kegiatan pendukung Praktik Kerja Lapang tersebut

diantaranya adalah:

1. Pengambilan data lamun di pantai Pulau Pramuka

2. Mengunjugi penangkaran penyu sisik (Eretmochelys

imbrikat)

3. Membantu dalam pengambilan data ikan pelagis di dalam

ekosistem lamun.

4. Pengambilan data tripang.

5. Membantu dalam proses konservasi mangrove berupa

mengisi tempat dengan subtract untuk tempat mangrove

tumbuh dan menanam mangrove itu sendiri sebagai upaya

pelestarian dan pagar pantai.

Kegiatan diatas dilakukan untuk menambah wawasan selain

wawasan utama tentang terumbu karang di Pulau Pramuka,

kegiatan tersebut berlangsung dengan maksud membantu teman-

teman PKL dari universitas lain (Universitas Dipenogoro, Institut

Pertanian Bogor) maupun Universitas Padjadjaran sendiri.

39

Page 40: laporan PKL

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Terumbu karang merupakan organisme yang sangat penting

untuk mendukung keberlangsungan hidup biota yang ada di laut dan

juga merupakan pelindung daerah pantai serta sebagai mata

pencaharian bagi masyarakat sekitarnya. Sehingga keberadaan dari

ekosistem ini harus di lestarikan, karena merupakan kunci

keseimbangan perairan laut.

Keberhasilan dari transplantasi terumbu karang sudah cukup

signifikan juga dapat kita lihat dari berkurangnya nelayan yang

menggunakan bahan peledak sebagai alat untuk penangkapan ikan.

Tingkat kesadaran dari masyarakat di Pulau Pramuka juga sudah

cukup tinggi dalam menjaga ekosistem tersebut dengan adanya

nelayan yang berprofesi sebagaipembudidaya dan pengusaha

transplantasi terumbu karang.

5.2 Saran

Dengan adanya kenyataan diatas, maka terumbu karang harus

selalu kita jaga dengan meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat

dimanapun tentang pentingnya menjaga kelestarian ekosistem

tersebut.

Dengan adanya transplantasi terumbu karang, terutama dengan

keberhasilan transplantasi yang cukup tinggi di Pulau Pramuka harus

dapat menjadi contoh untuk pengembangan transplantasi karang di

wilayah-wilayah lain yang memiliki potensi.

Keberhasilan penerapan transplantasi terumbu buatan tentunya

memerlukan pengetahuan dan kajian yang lebih baik, terutama bila

kita telah ketahui bahwa cukup banyak faktor pembatas alami bagi

pertumbuhan terumbu karang. Sehingga kita harus benar-benar

40

Page 41: laporan PKL

memperhatikan faktor-faktor dalam menetapkan dimana transplantasi

ini akan dipasang. Selain itu harus diperhatikan juga konstruksi dan

media transplantasi serta jenis karang yang akan ditransplantasikan.

Serta dikarenakan perdagangan terumbu karang merupakan

perdagangan yang penting dan harus diawasi, maka sebaiknya

pengeluaran dan peredarannya pun harus lebih diperketat dan teratur

agar memaksimalkan usaha dari pengembangan tersebut.

41

Page 42: laporan PKL

DAFTAR ACUAN

Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan untuk

Kesejahteraan Masyarakat. LISPI. Jakarta

Saleh, A. Teknik Pengukuran dan Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu

Karang

Liley, G. 1998. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

BNTKpS. 2010. Statistik BNTKpS 2009. BNTKpS. Jakarta

42

Page 43: laporan PKL

Lampiran 1. Table Kegiatan Harian

No

.

Hari/Tanggal Kegiatan

1. Sabtu/22 Januari 2011 - Berangkat menuju Pulau Pramuka

dari Muara Angke.

- Sampai di Pulau Pramuka dan

registrasi, penyerahan surat

SIMAKSI kepada staff Balai.

- Pekenalan dengan para Staff di

Balai

- Diskusi bersama

2. Minggu/23 Januari 2011 - Orientasi wilayah Pulau Pramuka

- Perkenalan dengan pak Sairan

- Pembagian wilayah pulau untuk PKL

- Pembagian pembimbing lapangan

selama PKL

3. Senin/24 januari 2011 - Penataan ulang ruang informasi

BTNKpS Pulau Pramuka

- Berangkat menuju Pulau Panggang

untuk penyerahan surat SIMAKSI

kepada Pos Polisi dan Kelurahan

- Pemasangan paving block untuk

kantor dan ruang informasi BTNKpS

4. Selasa/25 Januari 2011 - Melanjutkan pemasangan paving

block

- Perkenalan materi terumbu karang

- Membantu pengisian subtrat ke

dalam polybag

5. Rabu/26 Januari 2011 - Perkenalan dengan Pak Salim dari

43

Page 44: laporan PKL

bagian penangkaran penyu

- Perkenalan dengan Pak Mamo,

Pengusaha budidaya dan

Transplantasi karang di Pulau

Pramuka

6. Kamis/27 Januari 2011 - Diskusi bersama pembimbing

lapangan (Pak Iran dan Pak Apen)

- Pembersihan ruang informasi

dikarenakan pecahnya akuarium

tempat pengawetan ikan mola-mola

sehingga formalin membanjiri

ruangan

- Orientasi tentang transplantasi

terumbu karang

7. Jum’at/ 28 Januari 2011 - Jumsih atau Jum’at bersih – kerja

bakti membereskan dan

membersihkan kantor TNKpS dan

sekitarnya

- Membersihkan Dead Coral (DC) dari

debu-debu untuk dipajang di ruang

informasi agar memudahkan orang

yang dating berkunjung untuk

pengetahuan

- Pengambilan telur penyu di pantai

menuju penangkaran

- Perkenalan alat snorkeling

- Pelatihan snorkeling

8. Sabtu/ 29 Januari 2011 - Bertemu dengan Pak Iran untuk

perencanaan pelatihan diving

- Perkenalan alat SCUBA

44

Page 45: laporan PKL

- Pelatihan selam

9. Minggu/30 Januari 2011 - Persiapan pulang

10. Senin/31 Januari 2011 - Pengurusan KRS di kampus

Jatinangor

11. Selasa/ 01 Februari 2011 - Kembali Menuju Pulau Pramuka

12. Rabu/02 Februari 2011 - Praktek transplantasi karang

- Pengambilan bibit dan penanaman

karang (Hard Coral)

- Pelatihan selam

13. Kamis/03 Februari 2011 - Praktek transplantasi karang

- Pengambilan bibit dan penanaman

karang (Hard Coral)

- Monitoring karang yang sudah

ditanam

- Pelatihan selam

14. Jum’at/04 Februari 2011 - Jumsih atau Jum’at bersih – kerja

bakti

- Pelatihan selam

15. Sabtu/05 Februari 2011 - Praktek Transplantasi karang

- Monitoring karang yang sudah

ditanam

- Pelatihan selam

16. Minggu/06 Februari 2011 - Mengecat ulang kapal baliho

- Diskusi bersama pembimbing

lapangan tentang terumbu karang

- Pembelajaran metode LIT darat

- Pelatihan selam

17. Senin/07 Februari 2011 - Pembelajaran tentang metode LIT

darat

- Diskusi tentang penghitungan

45

Page 46: laporan PKL

tutupan karang

- Pelatihan selam

18. Selasa/08 Februari 2011 - Pembelajaran identifikasi karang di

darat

- Praktik pembuatan subtrat

- Pembuatan rak

- Pelatihan selam

19. Rabu/09 Februari 2011 - Diskusi dengan Kepala Wilayah

Seksi III

20. Kamis/10 Februari 2011 - Penyambutan kedatangan Kepala

Balai

- Pelatihan selam

21. Jum’at/11 Februari 2011 - Jumsih atau Jum’at bersih – kerja

bakti

- Membantu acara kunjungan

transplantasi karang bersama

rombongan Kepala Balai TNKpS

- Pelatihan selam

22. Sabtu/12 Februari 2011 - Membantu pengambilan data lamun

di Pulau Pramuka

- Pelatihan selam

23. Minggu/13 Februari 2011 - Membantu pengambilan data ikan

pelagis mahasiswa Universitas

Dipenogoro

- Pelatihan selam

24. Senin/14 Februari 2011 - Dikarenakan hujan lebat dari pagi

sampai sore tidak ada kegiatan.

25. Selasa/15 Februari 2011 - Praktik pengambilan data terumbu

karang dengan teknik LIT di titik satu

26. Rabu/16 Februari 2011 - Praktik pengambilan data terumbu

46

Page 47: laporan PKL

karang dengan teknik LIT di titik dua

27. Kamis/17 Februari 2011 - Praktik pengambilan data terumbu

karang dengan teknik LITdi titik tiga

28. Jum’at/18 Februari 2011 - Jumsih atau Jum’at bersih – kerja

bakti

- Diskusi bersama pembingbing

- Praktik penghitungan tutupan

terumbu karang dari hasil praktik

teknik LIT di hari-hari sebelumnya.

29. Sabtu/19 Februari 2011 - Packing dan berpamitan kepada

seluruh staff serta warga sekitar.

30. Minggu/20 Februari 2011 - Pulang menuju Muara Angke dan

rumah masing-masing

47

Page 48: laporan PKL

Lampiran 2. Tabel Kategori dan Kode Bentuk Pertumbuhan

KATEGORI KODE KETERANGAN

Hard Coral:

Dead Coral DCBaru saja mati, berwarna

putih/putih kotor

Dead Coral with Algae DCATerdapat alga pada DC,

tidak terlalu putih

Acropora: Branching ACB

Bercabang paling seidikit

2o, misalnya: Acropora

Formosa

Encrusting ACE

Biasanya berupa

lempengan di dasar pada

bentuk Acropora dewasa,

contoh: Acropora alifera

dan A. cuneata

Submassive ACS

Tegak dengan kepala atau

baji, contoh: Acropora

palifera

Digitate ACD

Bercabang kurang dari 2o,

khusus: Acropora humilis,

A. digitifera dan A.

gemmifera

tabulate ACT

Lempengan datar

horizontal, contol: Acropora

hyacinthus

Non-Acropora Brancing CBBercabang minimal 2o,

contoh Seriatopora hystrix

Encrusting CE Bagian utama menempel

pada sub lapisan sebagai

48

Page 49: laporan PKL

lempengan yang berlapis,

contoh: Porites vaughani,

Montipora undata

foliose CF

Karang yang menempel

pada satu atau beberapa

titik, Nampak seperti daun

(lembaran), contoh:

Merulina ampliata,

Montipora aequituberculata

Massive CM

Batu besar atau gundukan

yang padat, contoh:

Platygyra daedalea

Submassive CS

Cenderung untuk

membentuk tiang kecil,

kepala atau baji, contoh:

porites lichen, psammocora

digitata

Mushroom CMRMenyendiri, terumbu yang

hidup bebas dari fungia

Millepora CME Karang api

Heliopora CHL Karang biru

Other Fauna

Soft Coral SC Karang yang lunak

Sponges SP

Zoanthids ZOContoh: platythoa,

protopalythoa

Others OTAkar bahar, kima raksaksa.

Anemones, dll

Algae Asemblage AATerdiri lebih dair satu

spesies

49

Page 50: laporan PKL

Corraline CA

Halimeda HABerumput/berwarna coklat

daging, merah

Macroalgae MA

Alga berbentuk benang

yang lebat, sering

ditemukan di daerah ikan

dara (damselfish)

Turf Algae TA

Abiotic

Sand S Pasir

Rubble RPecahan karang yang tidak

kompak

Silt SI

Water WACelah air dengan

kedalaman lebih dari 50 m

Rock RCK Batu

Other DDD Tidak tercatat

50

Page 51: laporan PKL

Lampiran 3. Data Restocking Karang Hasil Transplantasi di Gosong

Pramuka (Baliho TNKpS) Blok I

BLOK I

No. Jenis Jumlah (pcs) Keterangan

1. Acropora sp 194

2. Montipora sp 15

3. Merulina ampliata 12

4. Seriatopora hystrix 16

5. Tubinaria peltata 11

6. Euphilia glanrescens 17

7. Tubinaria mesenterina 14

8. Stylopora pistillata 16

9. Pocilopora demicormis 16

10. Echinopora lamelosa 16

11. Montipora digitata 9

12. Porites nigrescens 16

13. Euphylia ancora 0 Mati semua

14. Caulastrea furcata 12

15. Galaxea astreata 9

Jumlah 373

51

Page 52: laporan PKL

Lampiran 4. Data Restocking Karang Hasil Transplantasi di Gosong

Pramuka (Baliho TNKpS) Blok II

BLOK II

No. Jenis Jumlah (pcs) Keterangan

1. Acropora sp 16

2. Acropora sp 16

3. Acropora sp 16

4. Acropora sp 16

5. Acropora sp 16

6. Acropora sp 16

7. Acropora sp/Pocilopora sp 0

8. Acropora sp 16

9. Acropora sp 16

10. Acropora sp 16

11. Acropora sp 16

12. Acropora sp 16

13. Acropora sp 16

14. Acropora sp 16

Jumlah 212

52

Page 53: laporan PKL

Lampiran 5. Data Restocking Karang Hasil Transplantasi di Gosong

Pramuka (Baliho TNKpS) Blok III

BLOK III

No. Jenis Jumlah (pcs) Keterangan

1. Stylopora 16

2. Hypnopora 16

3. Turbinaria mesentarina 16

4. Pocilopora damicormis 0 mati

5. Euphilia glabrescens 16

6. Turbinaria mesentarina 16

7. Acropora sp 16

8. Acropora sp 16

9. Pocilopora damicormis 16

10. Porites nigrescens 16

11. Caulestria 16

12. Euphilia ancora 16

13. Acropora sp 0 Mati terbalik

14. Acropora sp 16

15. Acropora sp 16

16. Acropora sp 16

17. Acropora sp 16

18. Acropora sp 16

19. Acropora sp 16

20. Acropora sp 16

21. Anacpora sp 16

22. Stylopora 16

Jumlah 320

53

Page 54: laporan PKL

Lampiran 6. Foto Kegiatan PKL

Gambar 10. Pembelajaran teknik LIT di darat

Gambar 11. Diskusi pembelajaran terumbu karang

Gambar 12. Rak transplantasi karang

54

Page 55: laporan PKL

Gambar 13. Subtrat transplantasi karang

Gambar 13. Pelatihan selam

Gambar 14. Prakek pelaksanaan teknik LIT (pendataan dan roll meteran)

55

Page 56: laporan PKL

Gambar 15. Contoh terumbu karang di Pulau Pramuka

Gambar 16. Contoh terumbu karang di Pulau Pramuka

56