laporan penjahitan

16
PENJAHITAN Kelompok 2 Andi Sarmalia (O111 12 002), Risna Risyani (O111 12 004), Muh. Danawir Alwi (O111 12 009), Anitawati Umar (O111 12 252), Hanum Latifah P(O111 12 276) Asisten : Muh. Yogi Wildan Pranoto Praktikum Ilmu Bedah Umum Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ABSTRAK Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis benang operasi, pola jahitan dan jenis simpul. Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pola jahitan interrupted suture terdiri atas simple interrupted suture, horizontal matters suture, vertical mattress suture, lambert interrupted suture, dan halsteed suture. Continous suture terdiri atas continous simple suture, continous mattress suture, continous lambert suture. Simpul jahitan terdiri atas First tie, square knot, surgeon’s knot, triple knot dan granny knot. Dari praktikum ini, kesimpulan jenis benang oprasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu benang diserap dan beang tidak diserap. Pola jahitan operasi hendaknya disesuaikan dengan keadaan jaringan atau organ yang dijahit. Pola jahitan terbagi atas dua yaitu interrupted suture atau pola jahitan yang selalu diputus setiap simpul dibuat terdiri atas simple interrupted suture, horizontal matters suture, vertical mattress suture, lambert interrupted suture, dan halsteed suture. Continous suture atau pola jahitan menerus dan penyimpulan dilakukan pada akhir jahitan terdiri atas continous simple suture, continous mattress suture, continous lambert suture. Simpul jahitan terdiri atas First tie, square knot, surgeon’s knot, triple knot dan granny knot. 1

Upload: anitaumar

Post on 14-Dec-2015

503 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

laporan praktikum ilmu bedah umum teknik penjahitan

TRANSCRIPT

Page 1: laporan penjahitan

PENJAHITAN

Kelompok 2

Andi Sarmalia (O111 12 002), Risna Risyani (O111 12 004), Muh. Danawir Alwi

(O111 12 009), Anitawati Umar (O111 12 252), Hanum Latifah P(O111 12 276)

Asisten : Muh. Yogi Wildan Pranoto

Praktikum Ilmu Bedah Umum

Program Studi Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis benang operasi, pola jahitan dan jenis simpul. Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pola jahitan interrupted suture terdiri atas simple interrupted suture, horizontal matters suture, vertical mattress suture, lambert interrupted suture, dan halsteed suture. Continous suture terdiri atas continous simple suture, continous mattress suture, continous lambert suture. Simpul jahitan terdiri atas First tie, square knot, surgeon’s knot, triple knot dan granny knot. Dari praktikum ini, kesimpulan jenis benang oprasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu benang diserap dan beang tidak diserap. Pola jahitan operasi hendaknya disesuaikan dengan keadaan jaringan atau organ yang dijahit. Pola jahitan terbagi atas dua yaitu interrupted suture atau pola jahitan yang selalu diputus setiap simpul dibuat terdiri atas simple interrupted suture, horizontal matters suture, vertical mattress suture, lambert interrupted suture, dan halsteed suture. Continous suture atau pola jahitan menerus dan penyimpulan dilakukan pada akhir jahitan terdiri atas continous simple suture, continous mattress suture, continous lambert suture. Simpul jahitan terdiri atas First tie, square knot, surgeon’s knot, triple knot dan granny knot.

Kata Kunci : Jenis benang, pola jahitan, pola simpul

Pendahuluan

Jahitan : Benang digunakan untuk menyatukan jaringan tubuh selama tindakan operasi. Jahitan biasanya berarti penggunaan bahan bersama dengan jarum, walaupun bahan serupa juga dapat digunakan untuk mengikat pembuluh darah tanpa penggunaan jarum, yang disebut ligasi. Benang ideal harus

cukup kuat sehingga hanya dibuuthkan utas yang halus untuk menyatukan jaringan, mengurangi jumlah benda asing yang tertinggal didalam tubuh. Ia harus mudah dimanipulasi dan disimpul serta terabsorbsi dan hilang segera setelah jaringan sembuh dan mencapai kekuatan normal. Benang dapat diklasifikasi sebagai (1) bahan alamiah seperti catgut , sutera atau

1

Page 2: laporan penjahitan

kawat.; atau (2) bahan sintetik seperti (a) kolagen sintetik (asam poliglikolat, poliglatin), yang dapat terabsorbsi atau (b) berbagai plastik yang tidak terabsorbsi seperti poliamida (nilon), poliester (dacron), poliolefin (polietilen, polipropilen) (Sabiston, 1995).

Benang yang ideal yang terbanyak mengandung sifat-sifat ini : yang kurang iritatif terhadap jaringan (biasanya yang tak diserap dan sintetis); yang satu kesatuan (monofilament); ukuran kecil tetapi masih bisa memenuhi kekuatan pertautan yang dibutuhkan; yang dapat mempertahankan kekuatan lebih lama (yang tak diserap atau diserap tetapi sintetis); yang simpul ikatannya tidak mudha terbuka (jenis braided, jenis poliamed) (Bisono, 2003).

Mengikat simpul bisa dengan alat atau tangan. Pada hewan kecil lebih disukai pemakaian alat. Perlu untuk memakai pemegang jarum yang dapat memegang benang cukup erat supaya tidak lepas, tetapi tidak terlalu keras sampai benangnya rantas (Sardjana, et al., 2011).

Ciri-ciri penting dari cara menjahit yang baik adalah mencocokkan dengan sempurna tepi-tepi jaringan yang akan dijahit (terutama untuk kulit dan jaringan) dan memberi tekanan cukup untuk meratakan tepi-tepi tanpa menghentikan aliran darah. Jahitan bisa bersambung atau terputus-putus. Keuntungan dari yang bersambung adalah mudah dilakukan, karena bundelannya hanya pada ujung-ujung jahitan dan lebih haemostatik tetapi kurang kuat dan kurang rapi pada

tepi-tepinya seperti pada jahitan terputus-putus (Sardjana,et al., 2011)

Materi dan Metode

Materi

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum yaitu :- Scalpel- Blade- gunting operasii - needle holder- pinset anatomis.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu

- kanebo - benang silk.

Metode

Metode yang digunakan yaitu menjahit dengan 2 pola jahitan.

1. Interrupted suture (pola jahitan yang selalu diputus setiap simpul dibuat). (a) Simple interrupted suture (b) Horizontal Mattress suture (c) vertical Mattress suture (d) Lambert interrupted suture (e) Halsteed suture

2. Continuous suture (pola jahitan menerus dan penyimpulan dilakukan pada akhir jahitan ) (a) Continuous simple suture (b) Continuous mattress suture (c) Continuous lambert suture

3. simpul (a) Half hitch knot(b)Square knot, Surgeon’s knot

(c) Triple knot, Granny knot)

2

Page 3: laporan penjahitan

Hasil

Berbagai macam pola jahitan :

1. Interrupted suture

Simple interrupted suture

Horizontal mattress suture

Vertical mattress suture

Lambert interrupted suture

Halsteed suture

2. Continuous suture

Continuous simple suture

Continuous mattress suture

Continuous lambert suture

Pembahasan

Interrupted SutureInterrupted suture yaitu pola

jahitan yang terputus setiapa simpul dibuat. Keuntungan dari pola jahitan ini yaitu jika ada jahitan yang terbuka maka tidak mempengaruhi jahitan yang lain.

3

Page 4: laporan penjahitan

(a) Simple interrupted sutureMerupakan pola jahitan yang

sederhana dan diputus setiap simpul telah dibuat. Jahitan ini dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan yang lain. Digunakan untuk jahitan situasi.

Cara menjahit dengan pola ini yaitu pegang bagian tepi kanebo (diibaratkan sebagai kulit yang telah di incisi) dengan pinset anatomis. Masukkan ujung jarum dari tepi luka sektar 1cm dari tempat luka/incisi. Masukkan ujung jarum dari ujung dalam luka dan keluarkan kurang lebih 1cm dari tempat insisi. Tarik benang jangan ada yang tertekuk, buat simpul, kencangkan simpul dna lakukan minimal 3x simpul (2 arah yang sama, 1 arah yang berbeda). Potong bagian benang yang tersisa.

(b) Horizontal mattress sutureMerupakan pola jahitan

secara horizontal. Pola ini menghasilkan jahitan yang kuat, bertujuan untuk membuat pinggir luka menjadi eversi (menjorok keluar) dan membagi rata tekanan pada seluruh pinggir permukaan luka. Teknik ini dipergunakan biasanya pada luka yang memiliki jarak kedua permukaan pinggir luka yang cukup jauh, sehingga regangan cukup kuat. Jahitan ini dipergunakan sebagai initial suture untuk mendekatkan dua permukaan pinggir luka. Teknik suture ini juga cukup efektif dalam memegang permukaan kulit luka yang rapuh seperti kulit di telapak tangan dan kaki. Teknik ini juga efektif untuk hemostasis akibat perdarahan bawah kulit di tepi luka (misalnya di kulit kepala).

Horizontal mattress suture juga berguna untuk aproksimasi tanpa mengganggu sesuatu struktur yang berjalan sejajar dengan luka sayatan, seperti pembuluh darah, nervus.

Cara menjahit dengan pola ini yaitu jahitan dimulai seperti pada pola terputus sederhana. Tetapi benang jahit melintasi kembali ke lapisan sebelahnya membentuk seperti huruf U dan kemudian diikat. Saat benang diikat bagian benang yang tampak dipermukaan terlihat paralel dan sejajar dengan bagian disampingnya dari garis insisi.

(c) Vertical mattress sutureIndikasi utama penggunaan

vertical matress suture adalah untuk mengangkat permukaan pinggir luka, yaitu bila tepi luka tidak sama tinggi sehingga jika dengan jahitan simple interrupted tepi luka (epitel dengan epitel) tidak bertemu (inversi). Vertical mattress suture sering digunakan pada bagian tubuh yang memiliki kecenderungan untuk inverted, seperti posterior neck atau luka yang terdapat pada permukaan yang concave. Vertical matres berfungsi untuk menyamakan permukaan sayatan .

Biasanya pola ini menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.

Penusukan jarum pada kulit pada salah satu lapisan dari luar berkisar 0.5 sampai 1.0 cm dari garis insisi dan penusukan jarum pada sisi jaringan lainnya dilakukan dengan ukuran yang sama dari bawah ke atas. Jarum kemudian masuk kedalam kulit pada sisi kedua dekat dengan garis insisi dan kembali posisi awal dan kemudian simpul diikat. Ikatan dilakukan hanya untuk

4

Page 5: laporan penjahitan

merapatkan lapisan kulit dan tidak menimbulkan lipatan keatas.

(d) Lambert interrupted sutureCara membuat pola lambert

interrupted suture, penjahitannya yaitu dengan memasukkan jarum dengan jarak 1 cm dari luka incisi dan tembus di jarak 0,5 cm dari lubang pertama dan 0,5 cm di sebelum luka incise. kemudian melewati luka incise jarum kemudian dimasukkan dari jarak 0,5 cm dari luka incise dan tembus di sebelah lubang sebelumnya dengan jarak 0, 5 cm (1 cm dari luka incisi). kemudian ujungnya disimpul sebanyak 3 kali dan jahitannya ditarik agar lubang jahitan pertama dan yang terakhir bertemu sehingga luka bekas incise terlipat ke dalam.

Jahitan ini biasanya digunakan pada operasi usus atau organ berlumen lainnya. Setelah itu benang di ujung simpul di gunting.

(e) Halsteed sutureHalsteed suture, cara membuat

pola Halsteed suture, lakukan incisi lalu pasang benang pada jarum. Cara penjahitannya yaitu sama dengan langkah pertama lambert interrupted suture namun setelah jahitannya tembus dilubang keempat, jahitannya tidak disimpul melainkan dilanjutkan dengan memasukkan kembali jarum di bawah jahitan terakhir kemudian tembus 0,5 cm dari luka incisi tapi belum melewati luka incisi, kemudian melewati luka incisi jarum di masukkan 0,5 cm dari luka dan tembus di sebelah lubang jahitan terakhir dengan jarak 0,5 cm (1 cm dari luka incise). Kemudian ujung benang disimpul sebanyak 3 kali. Setelah itu benang di ujung simpul di gunting.

Continuous sutureContinous suture merupakan

pola jahitan yang digunakan menerus dan penyimpulan dilakukan pada akhir jahitan. Kekurangan dari pola jahitan ini adalah jika terdapat jahitan yang terputus makan jahitaan yang lain ikut terputus pula karena pola jahitan ini saling menyambung. Digunakan untuk menjahit peritonium, subcutis, otot dan organ. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit.

(a) Continuous simple suturePola jahitan ini tidak

disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm di atas puncak luka yang terikat tetapi tidak dipotong. Serangkaian jahitan sederhana ditempatkan berturut turut tanpa mengikat atau memotong bahan jahitan setelah melewati satu simpul. Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan pengikatan pada simpul terakhir pada akhir garis jahitan. Simpul diikat diantara ujung ekor dari benang yang keluar dari luka /penempatan jahitan terakhir.

(b) Continuous mattress sutureJahitan menuju ke sebelah

sudut kanan menyilang dari garis insisi melalui jaringan dan bagian benang terluar terbentuk diagonal dengan begitu benang yang melalui jaringan jaraknya berdekatan paralel satu dengan lainnya.

(c ) Continous lambert sutureJahitan Lambert ini

digunakan untuk menjahit usus yang mengalami vulnus. jahitan ini mempunyai kerapatan jahitan yang relative mampu menahan cairan yang terdapat dalam usus untuk

5

Page 6: laporan penjahitan

merembes keluar, karena jahitannya berganda (double).

Cara membuat pola continuous lambert suture. Buat incisi dan pasang benang pada jarum serta jepit pada needle holder. Setelah itu dibuat jahitan seperti simple interrupted suture namun setelah disimpul benangnya tidak digunting. Lalu jahitan dilanjutkan dengan memasukkan jarum diatas simpul lalu tembuh ke bawah, kemudian melintang melewati bagian atas luka incise terus jarum dimasukkan di bawah jahitan pertama kemudian diarahkan kebawah dan tembus dibawah dan sejajar dengan lubang jahitan terakhir. Kemudian jarum kembali diarahkan melintang ke sebelah luka incise dan dimasukkan di bagian atas lubang jahitan terakhir pada sisi luka incise tersebut sehingga jahitan tersebut terlihat seperti kati mengakait. Begitu seterusnya dan di akhir jahitan kemudian disimpul sebanyak 3 kali agar ikatannya erat dan tidak mudah lepas.

Untuk teknik menyimpul, ada tiga teknik yang diajarkan, yakni: First tie/half hitch knot Surgeon’s knot Triple knot

A. First tieSimpul ini dilakukan dengan cara lilitkan benang yang lebih panjang pada needle holder sebanyak satu lilitan, lalu kaitkan dengan benang pendek lalu tarik benang pendek hingga melewati lubang yang terbentuk kemudian buat simpul.

B. Surgeon’s knot

Simpul ini dilakukan dengan cara lilitkan benang yang lebih panjang pada needle holder sebanyak dua lilitan, lalu kaitkan dengan benang pendek lalu tarik benang pendek hingga melewati lubang yang terbentuk kemudian buat simpul.

C. Triple knot

Simpul ini dilakukan dengan cara lilitkan benang yang lebih panjang pada needle holder sebanyak tiga lilitan, lalu kaitkan dengan benang pendek lalu tarik benang pendek hingga melewati lubang yang terbentuk kemudian buat simpul

Kesimpulan

Dari hasil praktikum kesimpulan yang dapat diambil adalah: - Jenis benang oprasi dapat

dibedakan menjadi dua yaitu benang diserap dan beang tidak diserap.

- Ada 2 pola jahitan yang dapat digunakan saat melakukan penjahitan yaitu interrupted suture : atau pola jahitan yang selalu diputus setiap simpul dibuat terdiri dari : simple interrupted suture, horizontal mattress suture, vertical mattress suture, lambert interrupted suture, halsteed suture. Dan continous suture atau pola jahitan menerus dan penyimpulan dilakukan pada akhir jahitan terdiri atas continous simple suture, continuous mattress suture, continous lambert suture

6

Page 7: laporan penjahitan

- Simpul yang dapat digunakan yaitu first tie, square knot, surgeon’s knot, triple knot, granny knot.

Daftar Pustaka

Bisono. 2002. Petunjuk Praktis Operasi Kecil. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sabiston. 1987. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

Sardjana, I Komang Wiarsa. 2011. Buku Ajar Bedah Veteriner. Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair

Lampiran

7

Page 8: laporan penjahitan

8

Page 9: laporan penjahitan

9

Page 10: laporan penjahitan

10

Page 11: laporan penjahitan

11

Page 12: laporan penjahitan

12