laporan penilaian ketangguhan kota ambon · mangrove di daerah teluk ambon, pembuatan lubang...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON
November 2017
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
ii
LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN
KOTA AMBON
PROGRAM USAID
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN
November 2017
DISCLAIMER
Laporan ini dibuat dengan dukungan dari rakyat Amerika melalui
Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi
dari laporan ini merupakan sepenuhnya tanggung jawab penulis
dan tidak mencerminkan pandangan USAID ataupun pemerintah
Amerika Serikat.
Tim Penulis:
Juan Eldo Kayadoe, S.STP - Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan
Daerah
Wiesye V. Pelupessy, S.T., M.P.S. - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Irene M. Sohilait, S.Si., M.Si - Organisasi Kemasyarakatan Green Moluccas
Elda E. Silanno, S.STP - Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan
Daerah
Lexy M. Manuputty, S.H - Bagian Hukum
Diana M. Lating - Yayasan Walang Perempuan
Penyunting:
Willy Wicaksono – APIK Regional Manager Maluku
Desi Patty – APIK Maluku Governance/Institutional Strengthening Specialist
Panjitresna Prawiradiputra – APIK Disaster Risk Reduction Advisor
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
iii
KATA PENGANTAR
Assallamualaikum warahmatullahi Wabarakatu. Salam sejahtera untuk kita semua. Shalom.
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena proses Penilaian Ketangguhan Kota
Ambon terhadap bencana tahun 2017 telah terlaksana dengan baik. Proses Penilaian
Ketangguhan ini telah memberikan kepada kita semua, posisi dan kerja keras kita selama ini
dalam upaya mewujudkan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat kota Ambon secara
menyeluruh.
Kota tangguh adalah kota yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan
memulihkan diri dari akibat dampak perubahan iklim dan bencana secara tepat waktu dan
efisien, namun tetap mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasarnya.Melihat
pengertian diatas, maka sebagai kota kecil yang memiliki topografi yang berbukit – bukit, Kota
Ambon memiliki potensi untuk terjadinya bencana seperti banjir dan longsor serta lainnya.
Dengan adanya perubahan iklim yang terjadi saat ini tentunya saja akan semakin meningkatkan
ancaman bencana. Namun semua ini dapat diminimalisir ketika kita mau bekerjasama untuk
mengurangi dampak dari perubahan iklim tersebut.
Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Ambon terhadap bencana tahun 2017 telah kita miliki dan
menjadi dokumen daerah yang akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Rekomendasi yang tertuang dalam dokumen
ini ada baiknya disinkronkan dengan perencanaan pada setiap Perangkat Daerah. Adaptasi
Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (API PRB) haruslah menjadi prioritas dalam
pembangunan sehingga kita semua dapat merasakan Ambon yang aman dan nyaman.
Demikian yang dapat disampaikan, semua yang ada dalam dokumen ini akan tetap diperbaharui
untuk kepentingan Kota Ambon kedepan. Terima kasih untuk semua pihak yang telah bekerja
keras selama proses Penilaian Ketangguhan maupun penyelesaian dokumen ini.
Wassallamualaikum warahmatullahi Wabarakatu. Salam sejahtera bagi kita semua. Shalom.
Ambon, November 2017
Walikota Ambon
Richard Louhenapessy, S.H
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pelaksanaan penilaian ketangguhan kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Ambon
adalah bagian dari kerjasama antara Pemerintah Kota Ambon dengan USAID-APIK yang
didahului dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Nomor: 557/7095/SETKOT dan
Nomor: 02/APIK Maluku/MoU/XII/2016 Tanggal 2 Desember Tahun 2016 Tentang
Implementasi Program Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) di Kota Ambon.
Penilaian ketangguhan Kota Ambon bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kapasitas Kota
dalam hal ini pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas pengurangan
resiko bencana maupun penanggulangan bencana, khususnya bencana banjir dan tanah longsor
yang kerap terjadi di Kota Ambon.
Dalam proses penilaian ketangguhan kota, telah dibentuk Tim sebagai fasilitator dan notulis
untuk melaksanakan tugas:
1. Menginventarisir dan mengumpulkan data pada perangkat daerah terkait dan
pemangku kepentingan lainnya dalam proses penilaian ketangguhan kota;
2. Melaksanakan proses penilaian ketangguhan kota;
3. Melakukan penulisan laporan hasil penilaian ketangguhan kota;
4. Melakukan sosialisasi dan memberikan rekomendasi hasil penilaian ketangguhan kota.
Perangkat untuk mengukur tingkat ketangguhan kota dalam menghadapi bencana. Perangkat
pengukuran dan penilaian Ketangguhan Bencana Pemerintah Daerah dikembangkan
berdasarkan “ 10 (Sepuluh Langkah Mendasar) dalam membangun Kota Tangguh atau yang
dikenal dengan scorecard yang diturunkan dari Kerangka Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
global dan 71 Indikator yang diturunkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS PB) tahun
2015-2019. Penilaian ketangguhan di Kota Ambon telah dilaksanakan dalam 2 (dua) kali
lokakarya, dan hasil dari lokakarya tersebut telah diperoleh hasil penilaian dari 10 Langkah
Mendasar dan 71 indikator Ketahanan Daerah terhadap bencana.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
v
HASIL PENILAIAN 10 LANGKAH MENDASAR
Gambar 1: Grafik nilai ketangguhan Kota Ambon terhadap bencana berdasarkan 10 Langkah Mendasar; nilai rerata 2,30 (Kurang Tangguh).
2.692.33 2.36
2.863.17
2.452.21
1.89
1.20
1.75
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
LM 1. Adanya
organisasi untuk
ketangguhan
terhadap
bencana
LM 2.
Mengidentifikasi,
memahami dan
menggunakan
skenario risiko
saat ini dan masa
mendatang.
LM 3.
Memperkuat
kapasitas
keuangan untuk
mewujudkan
ketangguhan
LM 4.
Mengupayakan
pembangunan
dan rancangan
kota yang
tangguh.
LM 5. Melindungi
penyangga alami
untuk
meningkatkan
fungsi
perlindungan
oleh ekosistem
LM 6.
Memperkuat
kapasitas
kelembagaan
untuk
ketangguhan
LM 7. Memahami
dan memperkuat
kemampuan
masyarakat untuk
mewujudkan
ketangguhan
LM 8.
Meningkatkan
ketangguhan
infrastruktur
LM 9.
Memastikan
kesiapsiagaan
dan tanggap
bencana yang
efektif
LM 10.
Mempercepat
pemulihan dan
membangun
kembali dengan
lebih baik
Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Ambon Tahun (2,30)
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
vi
Berdasarkan hasil penialiaan 10 Langkah Mendasar, Kota Ambon memperoleh nilai 2,30
(Kurang Tangguh). Rekapitulasi hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon menunjukan nilai
tertinggi pada Langkah Mendasar 5 (lima) tentang Melindungi penyangga alami untuk
meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem dengan nilai 3,17 (sedang). Adapun faktor-
faktor pendukung pencapaian atas pemenuhan indikator penilaian ketangguhan pada Langkah
Mendasar 5 adalah upaya Pemerintah Kota Ambon, dan instansi lainnya seperti LIPI,
TNI/POLRI, sekolah, komunitas, organisasi masyarakat, organisasi keagamaan dan instansi
Pemerintah lainnya yang ada di Kota Ambon, yang memiliki fungsi yang berkaitan dalam
pemulihan ekosistem di Kota Ambon. Upaya yang dilakukan dalam memulihkan ekosistem
seperti penanaman pohon di area kritis dan rawan bencana di Kota Ambon, penanaman
mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur
resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM di lokasi-lokasi hulu sungai
seperti di Desa Soya dan Desa Batu Merah, pemulihan karang dan penanaman karang di lokasi
yang kondisi karangnya telah kritis, serta pembangunan Ruang Terbuka Hijau dan taman kota
di Kota Ambon. Sedangkan nilai terendah adalah pada Langkah Mendasar 9 (sembilan) yaitu
Memastikan Kesiapsiagaan dan tanggap bencana yang efektif dengan nilai 1,29 (rendah).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil penilaian pada Langkah Mendasar 9 adalah
dikarenakan kota Ambon belum memiliki rencana pengurangan risiko bencana (PRB) dan
sistem Early Warning Systems (AWS) belum terdapat di seluruh kawasan sehingga belum dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hasil penilaian yang telah dilakukan menunjukan
bahwa Pemerintah Kota Ambon dalam hal ini para pemangku kepentingan harus lebih
berperan aktif dalam proses penanggulangan bencana (PB) maupun proses pengurangan risiko
bencana (PRB) yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing pemangku
kepentingan. Hasil dari penilaian tersebut juga telah dilihat bersama oleh seluruh pemangku
kepentingan di Kota Ambon melalui kegiatan Konsultasi Publik. Melalui proses konsultasi
publik, telah diperoleh rekomendasi kebijakan dan program yang harus ditindaklanjuti.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
vii
HASIL PENILAIAN 71 INDIKATOR
Gambar 2: Grafik indeks kapasitas Kota Ambon terhadap bencana dengan nilai rerata 0,53 (Sedang).
0.88
0.50
0.80
0.48 0.54
0.48
0.40
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
Perkuatan Kebijakan
dan Kelembagaan
Pengkajian Risiko dan
Perencanaan Terpadu
Pengembangan Sistem
Informasi, Diklat dan
Logistik
Penanganan Tematik
Kawasan Rawan
Bencana
Peningkatan Efektivitas
Pencegahan dan
Mitigasi Bencana
Perkuatan
Kesiapsiagaan dan
Penanganan Darurat
Bencana
Pengembangan Sistem
Pemulihan Bencana
INDEKS KAPASITAS KOTA AMBON (0.53)
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
viii
Berdasarkan hasil penialiaan 71 Indikator ketahanan daerah, Kota Ambon memperoleh
nilai 0,49 (kategori sedang). Penilaian dilakukan dari 7 aspek dan didapati dari aspek
Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan mendapatkan nilai 0,88 (kategori tinggi). Adapun
faktor-faktor yang mendukung dalam pencapaian aspek perkuatan kebijakan dan
kelembagaan adalah telah dibentuknya BPBD Kota Ambon melalui Peraturan Daerah Kota
Ambon Nomor 25 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Kota Ambon yang secara struktural telah dilegalkan. Selanjutnya aspek terendah
dari penilaian 71 indikator ketahanan daerah adalah dari aspek pengembangan sistem
pemulihan bencana dengan nilai 0,40 (sangat rendah). Faktor yang menghambat rendahnya
aspek pengembangan sistem pemulihan bencana adalah mekanisme rencana pemulihan
pasca bencana yang belum terintegrasi dengan mempertimbangkan resiko jangka panjang
dan belum secara spesifik pada infrastruktur pelayanan dasar pemerintah, infrastruktur
penting, rumah/ permukiman penduduk, serta pemulihan penghidupan/ mata pencaharian
masyarakat yang terkena dampak bencana yang terjadi.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
ix
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... III
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................. IV
Hasil Penilaian 10 Langkah Mendasar .......................................................................................... v
Hasil Penilaian 71 Indikator ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... IX
DAFTAR TABEL ................................................................................................. XI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ XII
LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1
1.1. Maksud dan Tujuan .................................................................................................................. 1
1.2. Konsep Pengembangan Kota ................................................................................................. 2
1.3. Pendekatan/Metode Penilaian Ketangguhan ....................................................................... 4
RANGKUMAN PROSES PENILAIAN ................................................................ 7
2.1. Persiapan .................................................................................................................................... 7
2.1.1. Pembentukan Tim Inti ....................................................................................................... 7
2.1.2. Identifikasi pihak-pihak yang terlibat. ............................................................................. 7
2.1.3. Penyamaan persepsi kerangka penilaian dan tahapan kegiatan. ............................... 7
2.1.4. Pengumpulan, analisa data, dan sumber bukti pendukung awal. ............................. 8
2.2. Pelaksanaan ................................................................................................................................ 8
2.2.1. Penentuan prioritas potensi bahaya bencana .............................................................. 8
2.2.2. Pelaksanaan pengukuran ................................................................................................... 8
2.3. Pasca Penilaian .......................................................................................................................... 8
2.3.1. Konsultasi publik hasil dan rekomendasi hasil ............................................................. 8
2.3.2. Monitoring dan evaluasi integrasi rekomendasi hasil penilaian ............................... 9
2.3.3. Pelembagaan Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kota Tangguh ............... 9
2.4. Pelaksana .................................................................................................................................... 9
GAMBARAN UMUM KOTA AMBON .............................................................. 10
3.1. Kondisi Geografis Daerah ................................................................................................... 10
3.1.1. Luas, Letak dan Batas Administrasi Kota Ambon ................................................... 10
3.1.2. Topografi Kota Ambon ................................................................................................. 12
3.1.3. Iklim .................................................................................................................................... 12
3.1.4. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk ............. 13
3.1.5. Penduduk Miskin di Kota Ambon ............................................................................... 15
3.2. Kondisi Sosial ......................................................................................................................... 16
3.3. Kondisi Ekonomi ................................................................................................................... 16
3.4. Profil Kerentanan Terhadap Bencana dan Perubahan Iklim ........................................ 17
HASIL PENGUKURAN ...................................................................................... 26
4.1. Hasil Penilaian Level 0 .......................................................................................................... 26
4.1.1. Langkah Mendasar 1 ....................................................................................................... 26
4.1.2. Langkah Mendasar II ....................................................................................................... 26
4.1.3. Langkah Mendasar III ...................................................................................................... 26
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
x
4.1.4. Langkah Mendasar VIII ....................................................................................................26
4.2. Hasil Penilaian Level 1 sampai Level 3 ..............................................................................28
4.2.1. Langkah Mendasar 1 - Adanya organisasi untuk ketangguhan ...............................29
4.2.2. Langkah Mendasar 2 - Mengidentifikasi, memahami dan menggunakan skenario
risiko saat ini dan masa mendatang. ........................................................................................31
4.2.3. Langkah Mendasar 3 - Memperkuat Kapasitas Keuangan Untuk Mewujudkan
Ketangguhan. ................................................................................................................................33
4.2.4. Langkah Mendasar 4 - Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Yang
Tangguh .........................................................................................................................................35
4.2.5. Langkah Mendasar 5 - Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi
perlindungan alami oleh ekosistem .........................................................................................36
4.2.6. Langkah Mendasar 6 - Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Ketangguhan
39
4.2.7. Langkah Mendasar 7 - Memahami dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat
untuk Mewujudkan Ketangguhan. ...........................................................................................42
4.2.8. Langkah Mendasar 8 - Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur ........................44
4.2.9. Langkah Mendasar 9 - Memastikan Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana yang
Efektif .............................................................................................................................................46
4.2.10. Langkah Mendasar 10 - Mempercepat Pemulihan dan Membangun Kembali
Dengan Lebih Baik ......................................................................................................................47
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................................. 50
5.1. Kesimpulan ..............................................................................................................................50
5.2. Rekomendasi ...........................................................................................................................50
5.2.1. Adanya Organisasi Untuk Ketangguhan Terhadap Bencana ..................................50
5.2.2. Mengidentifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko Saat Ini dan
Masa Mendatang ..........................................................................................................................51
5.2.3. Memperkuat kapasitas keuangan untuk mewujudkan ketangguhan. ....................53
5.2.4. Mengupayakan pembangunan dan rancangan kota yang tangguh ..........................54
5.2.5. Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan oleh
ekosistem ......................................................................................................................................55
5.2.6. Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan .......................................55
5.2.7. Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan
ketangguhan ..................................................................................................................................56
5.2.8. Meningkatkan ketangguhan infrastruktur ...................................................................57
5.2.9. Memastikan kesiapsiagaan dan tanggap bencana yang efektif ................................58
5.2.10. Mempercepat Pemulihan Dan Membangun Kembali Dengan Lebih Baik. ........59
LAMPIRAN ........................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 62
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
xi
Daftar Tabel
Tabel 1: Catatan tahapan pelaksanaan penilaian ketangguhan Kota Ambon .......................... 1
Tabel 2: Distribusi dan pertumbuhan penduduk Kota Ambon menurut Kecamatan tahun
2012-2016 (Disdukcapil Kota Ambon, 2017) .................................................................... 14
Tabel 3: Luas wilayah dan kepadatan penduduk tiap Kecamatan tahun 2016 (Disdukcapil
Kota Ambon, 2017) ................................................................................................................. 14
Tabel 4: Indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Ambon menurut komponen tahun
2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016) .................................................................................. 16
Tabel 5: Risiko bencana Gempabumi menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen
Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 18
Tabel 6: Risiko bencana Tanah Longsor menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen
Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 19
Tabel 7: Risiko bencana Banjir menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen Pemetaan
Risiko Kota Ambon, 2012) ..................................................................................................... 19
Tabel 8: Risiko bencana Tsunami berdasarkan kecamatan di Kota Ambon (dokumen
Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 20
Tabel 9: Risiko bencana Abrasi berdasarkan kecamatan di Kota Ambon (dokumen
Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 21
Tabel 10: Risiko bencana Kekeringan berdasarkan kecamatan di Kota Ambon (dokumen
Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 21
Tabel 11: Rekapitulasi kejadian bencana di Kota Ambon tahun 2012 dan 2013 (dokumen
Data Bencana Kota Ambon, 2014) ...................................................................................... 23
Tabel 12: Rekapitulasi kerusakan infrastruktur akibat bencana banjir dan longsor di Kota
Ambon tahun 2012-2013 (BPBD Kota Ambon, 2016) .................................................... 27
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
xii
Daftar Gambar
Gambar 1: Grafik nilai ketangguhan Kota Ambon terhadap bencana berdasarkan 10
Langkah Mendasar; nilai rerata 2,30 (Kurang Tangguh). .................................................... v
Gambar 2: Grafik indeks kapasitas Kota Ambon terhadap bencana dengan nilai rerata
0,53 (Sedang). ............................................................................................................................. vii
Gambar 1: Peta wilayah administrasi Kota Ambon (Bappeda Litbang Kota Ambon, 2016)
.......................................................................................................................................................11
Gambar 2: Grafik curah hujan di Kota Ambon tahun 2016 (BMKG Meteorologi
Pattimura, 2017) ........................................................................................................................13
Gambar 3: Grafik jumlah penduduk miskin Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota
Ambon, 2016) ............................................................................................................................15
Gambar 4: Grafik pertumbuhan ekonomi Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota
Ambon, 2016) ............................................................................................................................17
Gambar 5: Perbandingan jumlah kejadian bencana di Provinsi Maluku 2006-2016 (analisa
dibi.bnpb.go.id) ...........................................................................................................................22
Gambar 6: Catatan kejadian bencana di Kota Ambon 2007-2017 (analisa dibi.bnpb.go.id)
.......................................................................................................................................................23
Gambar 7: Rekapitulasi hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon 2017 ...............................28
Gambar 8: Hasil penilaian Langkah Mendasar 1: Adanya organisasi/kelembagaan untuk
ketangguhan terhadap bencana. .............................................................................................31
Gambar 9: Hasil penilaian Langkah Mendasar 2: Memahami dan menggunakan skenario
risiko saat ini dan masa mendatang. ......................................................................................33
Gambar 10: Hasil penilaian Langkah Mendasar 3: Memperkuat kapasitas keuangan untuk
mewujudkan ketangguhan. ......................................................................................................34
Gambar 11: Hasil penilaian Langkah Mendasar 4: Mengupayakan pembangunan dan
rancangan kota yang tangguh. .................................................................................................36
Gambar 12: Hasil penilaian Langkah Mendasar 5: Melindungi penyangga alami untuk
meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem. ..........................................................39
Gambar 13: Hasil penilaian Langkah Mendasar 6: Memperkuat kapasitas kelembagaan
untuk ketangguhan. ...................................................................................................................41
Gambar 14: Hasil penilaian Langkah Mendasar 7: Memahami dan memperkuat
kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan. .............................................43
Gambar 15: Hasil penilaian Langkah Mendasar 8: Meningkatkan ketangguhan
infrastruktur. ..............................................................................................................................45
Gambar 16: Hasil penilaian Langkah Mendasar 9: Memastikan kesiapsiagaan dan tanggap
bencana yang efektif. .................................................................................................................47
Gambar 17: Hasil penilaian Langkah Mendasar 10: Mempercepat pemulihan dan
membangun kembali dengan lebih baik. ...............................................................................48
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
xiv
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
1
Bab 1.
LATAR BELAKANG
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu asas penyelenggaraan pemerintahan
yang baik (good governance) dimana proses pembangunan yang dilakukan berprinsip untuk
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan dari generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya (Langhelle, 1999). Lingkungan hidup adalah salah satu
bidang yang menjadi fokus pembangunan berkelanjutan untuk memastikan tidak hancurnya
lingkungan hidup tersebut akibat pembangunan ekonomi dan sosial. Isu-isu lingkungan
hidup yang menjadi permasalahan baik pada skala lokal, nasional, regional, maupun global
antara lain adalah tingginya emisi rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global. Dari
hasil penelitiandari berbagai lembaga, telah diketahui bahwa pemanasan global berdampak
pada perubahan iklim secara global dan meningkatkan intensitas bencana hidrometrologi
(banjir, tanah longsor, gelombang pasang/abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan,
dan puting beliung) pada berbagai wilayah di Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya
tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana melalui
pengurangan emisi rumah kaca, pemulihan ekosistem, pengelolaan sampah terpadu, serta
penyediaan energi terbaharukan.
Menyikapi isu-isu strategis dan permasalahan di atas, telah dilakukan berbagai pertemuan-
pertemuan pada skala global dalam rangka menyamakan persepsi serta menyusun kerangka
tindak lanjut berupa rencana aksi yang perlu dilaksanakan. Sebagai bagian dari komitmen
global yang telah dibangun, pada tahun 2015 telah dikeluarkan sebuah kerangka kerja untuk
pengurangan resiko bencana yang bernama Sendai Framework for Disaster Risk Reduction
(SFDRR) 2015-2030 (Pearson, L., & Pelling, M., 2015). Dalam kerangka kerja dimaksud,
telah terjadi perubahan paradigma dalam mewujudkan ketangguhan suatu wilayah dari
pengelolaan bencana ke pengelolaan resiko bencana yang bertujuan mencegah risiko
bencana baru, pengurangan risiko bencana yang ada, memperkuat ketangguhan, mencegah
dan mengurangi keterpaparan dan kerentanan, serta meningkatkan kesiapsiagaan dan
pemulihan setelah bencana.
Dalam rangka pengurangan resiko bencana, perlu diketahui sejauh mana
kapasitas/kemampuan wilayah dalam hal ini pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
melaksanakan aktifitas/kegiatan pengurangan resiko bencana maupun penanggulangan
bencana yang terjadi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations
International for Disaster Reduction (UNISDR) telah mengeluarkan perangkat
pengukuran tingkat ketangguhan wilayah dalam menghadapi bencana yang kemudian
dapat dipakai oleh Pemerintah Daerah secara mandiri menilai kapasitas daerah dalam
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
2
mengurangi resiko bencana, menanggulangi bencana, dan membangun kembali dengan
lebih baik setelah bencana.
Adapun tujuan dalam melaksanakan penilaian ketangguhan kota adalah:
1. Membantu Pemerintah Kota Ambon dan para pemangku kepentingan lain dalam menilai kebutuhan dan kapasitas mereka saat ini dan di masa mendatang;
2. Mempertemukan semua pemangku kepentingan untuk menyusun strategi-strategi dan tujuan-tujuan besar bersama;
3. Membangun satu pemahaman holistik tentang status kota termasuk hubungan mereka satu sama lain; dan
4. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan intervensi-intervensi yang akan meningkatkan ketangguhan kota untuk bisa menghasilkan solusi-solusi yang menjawab berbagai aspek kota.
1.2. KONSEP PENGEMBANGAN KOTA UNISDR mendefinisikan ketangguhan sebagai “kemampuan sebuah sistem, komunitas atau masyarakat yang terpapar ancaman bahaya untuk bertahan terhadap, menyerap,
berakomodasi dengan dan pulih dari dampak-dampak sebuah ancaman bahaya dengan tepat
pada waktunya dan secara efisien, termasuk melalui pemeliharaan dan pemulihan struktur-
struktur dan fungsi-fungsi dasar yang paling mendasar” (ADRRN, 2010). Secara umum, ketangguhan merupakan kemampuan untuk melenting kembali atau kembali ke bentuk
semula dari satu guncangan. Berdasarkan dari sudut pandang bencana alam dan perubahan
iklim, ketangguhan dipandang sebagai kemampuan pemulihan secara cepat setelah terjadi
bencana.
Kota tangguh adalah kota yang dapat bertahan dan pulih dari sebuah guncangan atau
tekanan dimana fungsi-fungsi penting, struktur, identitas, serta kemampuan beradaptasi dan
berkembang dapat menghadapi perubahan yang terjadi secara terus-menerus. Kota yang
tangguh adalah suatu kemampuan sistem perkotaan dengan segala unsur jaringan sosio-
ekologis dan sosio-teknis yang secara skala temporal dan spasial dapat mengelola, bertahan,
atau kembali pulih dengan cepat ketika menghadapi bencana, ketika beradaptasi dengan
perubahan, dan secara cepat dapat mengubah sistem yang memiliki serta mampu
beradaptasi baik sekarang ataupun di masa yang akan datang. Kota tangguh adalah kota
yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan memulihkan diri dari akibat
dampak perubahan iklim dan bencana secara tepat waktu dan efisien, namun tetap
mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasarnya.
Kota tangguh merupakan salah satu tujuan nasional. Upaya mewujudkan kota tangguh
dapat menjawab tujuan nasional dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Kota tangguh
termasuk ke dalam target global Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 11, yaitu
“membangun kota dan tempat tinggal yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan”. Target ini disinkronkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 serta target global nomor 2 pada kerangka Pengurangan Risiko
Bencana (SFDRR). Perencanaan pembangunan berkelanjutan diterjemahkan dalam tujuan
sebagai berikut: (a) Menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang
berisiko tinggi; (b) Terbangunnya kawasan perkotaan untuk mewujudkan pembangunan
hijau yang berketahanan iklim dan bencana pada aspek ketahanan terhadap bencana dan
perubahan iklim.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
3
Sepuluh Langkah Mendasar untuk menjadikan Kota Lebih Tangguh (UNISDR):
1. Menetapkan organisasi dan koordinasi untuk memahami pengurangan risiko bencana
yang didasari pada partisipasi kelompok warga dan masyarakat sipil. Membangun aliansi
di tingkat lokal. Memastikan semua departemen/dinas pemerintah memahami peran
mereka dalam pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana;
2. Menetapkan satu anggaran untuk pengurangan risiko bencana dan menyediakan insentif
untuk para pemilik rumah, rumah tangga berpenghasilan rendah, masyarakat, dunia
usaha, dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam pengurangan risiko yang mereka
hadapi;
3. Melakukan pemutakhiran data tentang ancaman-ancaman dan kerentanankerentanan.
Menyusun pengkajian risiko dan menggunakannya sebagai landasan bagi rencana-
rencana dan keputusan-keputusan pembangunan perkotaan, memastikan bahwa
informasi ini dan perencanaan untuk ketangguhan kota anda bisa diakses dengan mudah
oleh masyarakat dan didiskusikan sepenuhnya dengan mereka;
4. Menanamkan investasi dalam dan merawat infrastuktur penting untuk pengurangan
risiko bencana, misalnya drainase banjir, yang disesuaikan apabila perlu untuk mengatasi
perubahan iklim;
5. Mengkaji keselamatan semua sekolah dan fasilitas kesehatan dan meningkatkan fasilitas-
fasilitas ini bila perlu;
6. Menerapkan dan menegakkan peraturan-peraturan pendirian bangunan dan prinsip-
prinsip perencanaan tata guna lahan yang realistis dan berwawasan risiko.
Mengidentifikasi lahan yang aman untuk warga berpenghasilan rendah dan sejauh
memungkinkan mengupayakan perbaikan permukiman-permukiman informal;
7. Memastikan agar program pendidikan dan pelatihan pengurangan risiko bencana
tersedia di sekolah-sekolah dan masyarakat setempat;
8. Melindungi ekosistem dan penyangga-penyangga alamiah untuk meredam banjir,
gelombang badai, dan ancaman-ancaman bencana lain yang membuat kota menjadi
rentan. Beradaptasi pada perubahan iklim dengan memperkuat praktik-praktik
pengurangan risiko bencana yang baik;
9. Membentuk sistem peringatan dini dan kapasitas manajemen kedaruratan di kota dan
melakukan geladi kesiapsiagaan untuk masyarakat secara rutin;
10. Setelah bencana, memastikan agar kebutuhan-kebutuhan dan partisipasi penduduk yang
terdampak menjadi pusat dari upaya rekonstruksi, dengan disertai bantuan untuk
mereka dan organisasi-organisasi masyarakat untuk merancang dan membantu respons
bencana, termasuk membangun kembali perumahan dan penghidupan.
Adapun dasar pelaksanaan penilaian ketangguhan adalah:
1. Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
4. Surat Keputusan Walikota Ambon Nomor 38 Tahun 2017 Tanggal 16 Januari 2017
tentang Pembentukan Tim Fasilitator dan Notulis Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
Terhadap Bencana;
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
4
5. Surat BNPB No. B.198.I/BNPB/PR/PK.01.01/10/2016 tanggal 18 Oktober 2016 tentang
Dukungan Terhadap Penilaian Ketangguhan Kabupaten/Kota Terhadap Bencana;
6. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kota Ambon dengan Program Adaptasi
Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Nomor 557/7095/SETKOT dan Nomor
02/APIK Maluku/MoU/XII/2016 Tanggal 2 Desember 2016 Tentang Implementasi
Program Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) di Kota Ambon.
1.3. PENDEKATAN/METODE PENILAIAN KETANGGUHAN Proses penilaian ketangguhan kota dimulai sejak proses pemilihan fasilitator dan notulensi
yang berasal dari komponen pemerintah dan lembaga sosial masyarakat. Sebelum proses
penilaian dilakukan, para fasilitator dan notulensi dibekali dengan pemahaman dan
ketrampilan melalukan penilaian melalui proses training di Kota Surabaya pada tanggal 10-
12 Januari 2017.
Penilaian ketangguhan Kota Ambon pada dasarnya menggunakan pendekatan partisipatif
inklusif dimana seluruh pemangku kepentingan sebelumnya telah diinventarisir sesuai tugas
pokok dan fungsinya yang terkait dengan kebutuhan data. Dalam pelaksanaan penilaian
metode yang digunakan adalah:
1. Pengumpulan data (primer dan sekunder) Melalui wawancara awal secara langsung dengan para pemangku kepentingan sebelum
dilaksanakan lokakarya penilaian. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi terhadap
maksud pertanyaan dan untuk memberikan informasi tentang bahan apa saja yang harus
dipersiapkan para pemangku kepentingan sebagai alat bukti verifikasi terhadap jawaban
yang diberikan. Selain itu juga dilakukan inventarisir awal terhadap dokumen-dokumen
yang dianggap mampu memberikan jawaban maupun petunjuk atas pertanyaan dalam
formulir penilaian. Lebih jelas dapat dilihat pada check list bukti verifikasi sebagai lampiran
yang tidak terpisahkan dari laporan ini.
2. Focus Group Discussion (FGD)/ diskusi kelompok terfokus Penilaian kota/kabupaten tangguh terdiri dari 2 perangkat yaitu 71 Indikator Kapasitas
Penanggulangan Bencana Pemerintah Daerah (BNPB) yang diintegrasikan dengan New
Scorecard Kota Tangguh milik UNISDR. Sehingga setelah para pemangku kepentingan
diinventarisir, kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan bidang kerja dan
pengetahuan dari masing-masing pemangku kepentingan. Dalam proses diskusi, para
fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam perangkat
pengukuran dan para notulis mencatat jawaban-jawaban yang diberikan. Perangkat berisi
pertanyaan-pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan tentang
karakteristik wilayah kota. Untuk menentukan validasi dari penilaian yang dilakukan, maka
proses konfirmasi dan verifikasi bukti pendukung diberikan oleh instansi terkait. Dalam
diskusi ini, para fasilitator mendorong peserta untuk mengambil bagian dalam proses
diskusi tanpa dinterfensi atau diarahkan oleh pengetahuan awal yang dimiliki oleh para
fasilitator sehingga jawaban yang didapat adalah objektif. Fasilitator menguasai teknik
fasilitasi sehingga hasil penilaian yang didapat sesuai dengan poin-poin penting dalam
pertanyaan yang tertuang dalam perangkat serta tidak terjadi debat yang tidak penting
antara peserta dengan peserta maupun peserta dengan fasilitator.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
1
Tabel 1: Catatan tahapan pelaksanaan penilaian ketangguhan Kota Ambon
Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator
Persiapan
Pertemuan pendahuluan antara tim inti dan pendamping dari Perangkat Daerah terkait penilaian kota tangguh
Terlaksananya pertemuan untuk menyampaikan hasil ToF di Surabaya dan rencana pelaksanaan penilaian kota tangguh
Tersusunnya Rencana Tindak Lanjut pelaksanaan penilaian kota tangguh
Terlaksananya pertemuan untuk menyampaikan hasil ToF di Surabaya dan rencana pelaksanaan penilaian kota tangguh
16 Januari 2017 APIK
Internalisasi Perangkat
Adanya Persamaan persepsi fasilitator dan notulen terhadap perangkat penilaian Kota Tangguh
Ruangan pertemuan
Hard Copy perangkat penilaian
ATK
Proyektor
Komputer
Printer
17 Januari 2017 APIK
Pembuatan SK Tim Penilaian Kota Tangguh
Tersusunnya Draft SK Tim Fasilitator dan Notulis Kota Tangguh
Penandatanganan SK Tim Fasilitator dan Notulis Kota Tangguh oleh Penjabat Walikota Ambon
ATK
Komputer
Printer
Produk hukum sebagai pedoman penyusunan SK
18 - 19 Januari 2017
Bagian Hukum Sekretariat Kota Ambon
Audiensi dengan pimpinan daerah
Terlaksananya audiensi dengan Sekretaris Daerah dan Penjabat Walikota Ambon
Ruang pertemuan
Sound System
18 Januari 2017
APIK
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
2
Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator
Menginventa- risir Data untuk kebutuhan menjawab perangkat
Tersusunnya Draft Surat pengantar bagi tim penilai dalam menginventarisir data ke Perangkat Daerah, Swasta, Instanisi Vertikal dan masyarakat
Terkumpulnya data awal terkait pengisian perangkat penilaian
ATK
Komputer
Printer
Ruang pertemuan
Sound System
Buku Ekspedisi
Kendaraan operasional
23 – 27 Januari 2017
Fasilitator dan notulis penilaian kota tangguh
Pengolahan Data Awal
Tersedianya gambaran pemenuhan data sekunder awal
ATK
Komputer
Printer
Data Sekunder dari pemangku kepentingan
30 Januari – 3 Februari 2017
Fasilitator dan notulis penilaian kota tangguh
Persiapan lokasi kegiatan
Terkoordinasinya tempat pelaksanaan lokasi workshop penilaian
Ruangan pertemuan tempat pelaskanaan workshop penilaian kota tangguh
10 Februari 2017 APIK
Inventarisir pemangku kepentingan yang diundang
Terinventarisasinya pemangku kepentingan terkait penilaian kota tangguh
ATK
Komputer
Printer
Tabel analisa pemangku kepentingan
10 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis penilaian kota tangguh
Penyiapan Surat Undangan
Tersusunnya draft surat undangan pelaksanaan workshop
Penandatanganan surat undangan workshop penilaian kota tangguh oleh Sekretaris Daaerah
ATK
Komputer
Printer
10 Februari 2017 APIK
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
3
Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator
Penyebaran Undangan dan TOR
Terdistribusinya Undangan dan TOR pelaksanaan workshop kepada para pemangku kepentingan
Buku ekspedisi
Kendaraan operasional
10 Februari 2017 APIK
Penyiapan dan penggandaan materi dan perangkat
Tersusunnya materi paparan profil bencana oleh BPBD Kota Ambon
Tersedianya perangkat penilaian bagi seluruh peserta workshop
ATK
Komputer
Printer
Copy Materi
11 Februari 2017 BPBD dan APIK
Penilaian
Lokakarya I
Sambutan : Pj. Walikota Ambon
Penyampaian sambutan Walikota Ambon tentang Pentingnya Kota Ambon diikutsertakan dalam Penilaian Kota Tangguh
Konsep sambutan 27 Februari 2017 APIK
Pengantar: Profil Bencana –BNPB /BPBD
Pemaparan profil bencana Materi Paparan (Hands out) 27 Februari 2017 BPBD Kota Ambon
Penyampaian Kerangka Global
Peserta workshop memahami konsep global tentang kota tangguh
Materi Paparan (Hands out) 27 Februari 2017 Konsultan LINGKAR
Pengenalan Perangkat, penjelasan alur
Pemahaman peserta workshop terhadap perangkat dan alur workshop
Proyektor
File paparan
27-28 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis
FGD Pembagian 3 kelompok Terlaksananya diskusi
ATK
Proyektor
Sound system
27-28 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
4
Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator
Konsumsi (Snack)
Pleno Penyampaian Hasil diskusi Kelompok
Pemaparan kelompok tentang Pleno Hasil diskusi kelompok
ATK
Proyektor
Sound system
28 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis
Penulisan laporan Penilaian Level 1 dan 2
Laporan penilaian kota tangguh level 1 dan 2
ATK
Komputer
Printer
29 – 30 Februari 2017
Tim fasilitator dan notulis
Lokakarya II
Penyampaian hasil lokakarya 1
Hasil sementara penilaian ketangguhan dipaparkan kepada para pemangku kepentingan
ATK
Proyektor
Sound system
Ruangan pertemuan
Materi paparan
29 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis
Pengenalan perangkat LM Level 3
Para pemangku kepentingan memahami tata cara menjawab pertanyaan, menentukan pilihan, menganalisa dan menjelaskan bukti sesuai formulir penilaian
ATK
Proyektor
Sound system
Ruangan pertemuan
Materi paparan
Form Penilaian
29 Maret 2017 Konsultan LINGKAR
FGD Pembagian 3 kelompok Terlaksananya diskusi
ATK
Proyektor
Sound system
Konsumsi
29-31 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
5
Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator
Pleno Penyampaian Hasil diskusi Kelompok
Pemaparan kelompok tentang Pleno Hasil diskusi kelompok
ATK
Proyektor
Sound system
31 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis
Penulisan laporan lokakarya 2
Terselesaikannya draft laporan lokakarya 2 penilaian ketangguhan
ATK
Komputer
31-30 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis
Pasca Penilaian
Finalisasi Draft Laporan
Sinkronisasi jawaban, penjelasan, hasil analisa, bukti, rekomendasi kebijakan dan program
ATK
Komputer
Proyektor
1-20 Mei 2017 Tim fasilitator dan notulis
Review oleh Fasilitator Nasional dan APIK
Penyempurnaan laporan akhir penialaian ketangguhan Kota Ambon
Komputer
Jaringan Internet
22-25 Mei 2017 Konsultan LINGKAR
Audiensi dengan Pimpinan Daerah
Pimpinan daerah tahu dan paham 10 LM; Memperoleh respon pimpinan daerah
Ruangan pertemuan
Sound System
29 Mei 2017 APIK
Konsultasi Publik hasil kepada para pemangku kepentingan dan pimpinan daerah
Adanya komitmen Pimpinan Daerah; Pakta integritas dari para pemangku kepentingan
ATK
Ruangan pertemuan
Sound System
Konsumsi
30 Mei 2017 APIK, Konsultan LINGKAR, Fasilitator dan Notulis
Dalam mengelola proses inklusif-partisipatif pada seluruh proses tahapan penilaian ketangguhan Kota Ambon dapat diuraikan sebagai berikut:
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
6
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
7
Bab 2.
RANGKUMAN PROSES PENILAIAN
2.1. PERSIAPAN
2.1.1. Pembentukan Tim Inti Pelaksana kegiatan penilaian ketangguhan Kota Ambon difasilitasi oleh USAID-APIK
dengan merekrut tim-inti yang memenuhi kualifikasi yang sudah ditetapkan, dengan
komposisi tim yang merupakan perpaduan antara birokrasi dan masyarakat sipil yang
menguasai isu pengelolaan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Pembentukan tim
dengan SK Walikota Nomor 38 Tahun 2017 tanggal 16 Januari 2017. Tim inti berfungsi
mempersiapkan semua Panduan Pelaksanaan Penilaian Kota Tangguh Program USAID-
APIK 10 Langkah Mendasar, memfasilitasi kegiatan-kegiatan penilaian, dan melakukan
advokasi untuk memastikan rekomendasi dari pengukuran dimasukkan dalam agenda dan
muatan perencanaan pembangunan daerah. Adapun susunan tim penilaian ketangguhan
Kota Ambon ini adalah sebagai berikut:
a. Juan Eldo Kayadoe, S.STP (BAPPEDA –LITBANG Kota Ambon)
b. Wiesye V. Pelupessy, ST., M.P.S. (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Ambon)
c. Irene M. Sohilait, S.Si., M.Si (Organisasi Kemasyarakatan Green Moluccas)
d. Elda E. Silanno, S.STP (BAPPEDA –LITBANG Kota Ambon)
e. Lexy M. Manuputty, SH (Bagian Hukum Sekretariat Kota Ambon)
f. Diana M. Lating (Yayasan Walang Perempuan)
2.1.2. Identifikasi pihak-pihak yang terlibat. Identifikasi Oorganisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak-pihak yang terlibat perlu
dilakukan untuk memastikan adanya pemetaan para pemangku kepentingan. Mereka ini
diasumsikan memiliki data dan informasi serta dokumen–dokumen pendukung yang
dibutuhkan dalam penilaian ketangguhan. OPD dan pihak terkait kemudian dikelompokkan
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya yang terkait dengan 10 Langkah Mendasar UNISDR
sehingga memudahkan dalam pengisian form penilaian.
2.1.3. Penyamaan persepsi kerangka penilaian dan tahapan kegiatan. Perlu untuk melakukan penyamaan persepsi terhadap pertanyaan yang ada dalam form
penilaian terutama tentang maksud pertanyaan tersebut sehingga dalam melakukan
penilaian tidak menimbulkan bias jawaban yang akan berdampak pada kurang pahamnya
pemangku kepentingan dan rekomendasi yang diberikan. Selain itu tahapan kegiatan mulai
dari pra penilaian hingga pasca penilaian juga menjadi kesepakatan sehingga menjadi
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
8
komitmen dari tim inti (fasilitator dan notulis) dan APIK Maluku untuk mempersiapkan
kegiatan sebaik mungkin.
2.1.4. Pengumpulan, analisa data, dan sumber bukti pendukung awal. Salah satu bagian penting dalam menilai ketangguhan kota adalah bukti pendukung yang
mampu menjelaskan kegiatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan resiko bencana di Kota
Ambon. Fasilitator dan notulis melaksanakan pengumpulan dan analisa data serta bukti
pendukung awal dengan maksud agar OPD dapat mempersiapkannya sejak awal sehingga
proses penilaian yang dilaksanakan dalam diskusi kelompok dapat berjalan lancar.
2.2. PELAKSANAAN
2.2.1. Penentuan prioritas potensi bahaya bencana Terdapat 7 (tujuh) jenis bahaya dan risiko bencana hidrometeorologis di Indonesia yaitu
banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, gelombang laut tinggi (tsunami), siklon
tropis, dan cuaca ekstrim. Sedangkan berdasarkan dampak bencana yang paling parah dan
yang paling sering terjadi di Kota Ambon, maka prioritas bahaya bencana di Kota Ambon
adalah banjir dan tanah longsor. Dari banyaknya bahaya dan resiko bencana yang ada
dibutuhkan kapasitas yang sangat besar untuk dapat mengelola seluruh resiko bencana yang
ada disebabkan Kota Ambon memiliki keterbatasan sumber daya baik manusia maupun
modal/anggaran. Oleh karena itu, dibutuhkan penentuan prioritas pengelolaan resiko
bencana yang dilakukan dengan melihat tingginya dampak bencana yang pernah terjadi dan
peluang bencana tersebut terulang kembali. Adapun tujuan dilakukannya penentuan
prioritas bahaya bencana adalah:
a. Memastikan peserta pengukuran memahami ancaman bencana dan
perubahan iklim di wilayahnya;
b. Memudahkan menggali informasi dari pemangku kepentingan upaya yang
sudah dilakukan dalam mengatasi ancaman bencana dan perubahan iklim;
c. Memastikan bahwa ancaman bencana yang disepakati sebagai ancaman
terparah dan sering terjadi sesuai yang terjadi di wilayahnya tersebut.
2.2.2. Pelaksanaan pengukuran Dalam melaksanakan pengukuran ketangguhan Kota Ambon, diawali dengan paparan
tentang pengenalan Kerangka Pengurangan Resiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim
(PRB-API) dan Membangun Kota Tangguh yang dilakukan oleh Konsultan LINGKAR, profil
bencana Kota Ambon dari Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon oleh Kepala
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Ambon, serta kebijakan Pemerintah
Kota Ambon dalam pengurangan resiko bencana dan perubahan iklim di Kota Ambon oleh
Kepala BAPPEDA LITBANG Kota Ambon. Selanjutnya dibangun kesepakatan dengan para
pemangku kepentingan tentang dampak dan peluang peluang bencana apa yang menjadi
prioritas dalam membangun ketangguhan di Kota Ambon.
2.3. PASCA PENILAIAN
2.3.1. Konsultasi publik hasil dan rekomendasi hasil Penyampaian hasil pengukuran dan rekomendasi yang disusun berdasarkan proses yang
telah dilakukan kepada Kepala Daerah, DPRD Kota Ambon, perangkat daerah, dan para
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
9
pemangku kepentingan lainnya. Penyampaian hasil pengukuran dan rekomendasi hasil
penilaian dilakukan secara bersama-sama dan dalam sebuah forum konsultasi publik dengan
tujuan:
a. Memperoleh respon dari pimpinan daerah, DPRD, perangkat daerah, dan para
pemangku kepentingan lainnya;
b. Memperoleh komitmen dari pimpinan daerah, perangkat daerah, dan para
pemangku kepentingan untuk mengadopsi rekomendasi menjadi rencana aksi.
2.3.2. Monitoring dan evaluasi integrasi rekomendasi hasil penilaian Setelah dokumen hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon disempurnakan, selanjutnya
dibuat kerangka monitoring dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana hasil strategi dan
rekomendasi yang telah dikeluarkan ditindaklanjuti kedalam kebijakan dan
program/kegiatan para pemangku kepentingan pada umumnya dan perangkat daerah pada
khususnnya dalam membangun ketangguhan di Kota Ambon.
2.3.3. Pelembagaan Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kota Tangguh a. Penentuan tahapan, prioritas strategi, dan rencana aksi pengembangan kota tangguh
yang dilanjutkan dengan pelembagaannya agar kemudian dapat dilaksanakan dan diukur
pencapaian pelaksanaannya;
b. Pembagian peran implementasi strategi dan rencana aksi tersebut.
2.4. PELAKSANA Dalam pelaksanaan Penilaian Ketangguhan ini ada tiga komponen yang menjadi penanggung
jawab untuk terlaksananya kegiatan ini yakni:
Perkumpulan Lingkar sebagai penanggung jawab teknis yang bertugas untuk
menyediakan tools serta melakukan pelatihan bagi tim fasilitator maupun
notulis. Pendampingan teknis ini bukan hanya sebatas pelatihan untuk tim
sebelum pelaksanaan penilaian tapi juga pada saat pelaksanaan lokakarya
penilaian ketangguhan.
Tim fasilitator dan notulis bertugas untuk melakukan pengumpulan data serta
memfasilitasi diskusi pada saat berlangsungnya lokakarya. Selain itu tim akan
membuat laporan hasil dari lokakarya yang berisikan rekomendasi kebijakan
maupun program yang akan diberikan kepada semua pemangku kepentingan
yang berproses selama pelaksanaan lokakarya.
USAID – APIK bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan ke pemerintah daerah serta melakukan advokasi hasil dari penilaian
ketangguhan kepada pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya
yang akan dipakai sebagai masukan dalam perencanaan dan pembangunan
di masing – masing sektor. Dokumen laporan yang telah selesai di kerjakan
oleh tim fasilitator dan notulis akan diperbanyak oleh USAID – APIK dan
didistribusikan ke semua pemangku kepentingan. Selain itu semua
pembiayaan dalam pelaksanaan penilaian ketangguhan (pra dan pasca) ini
menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari USAID - APIK
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
10
Bab 3.
GAMBARAN UMUM
KOTA AMBON
3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAERAH
3.1.1. Luas, Letak dan Batas Administrasi Kota Ambon Kota Ambon merupakan ibukota Provinsi Maluku dengan luas daratan 359,45 km2, luas
lautan 17,55 Km2, dan panjang garis pantai 98_Km (Survey Tata Guna Tanah 1980).
Wilayah Administratif Kota Ambon sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979
dengan luas 377 Km² atau 2/5 dari luas Pulau Ambon. Secara Geografis Kota Ambon
terletak pada 3º 34’ 8,40” - 3º 47’ 42,00” Lintang Selatan dan 128º 1’ 33,60” - 128º 18’ 3,60” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu dari
Kecamatan Leihutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Banda
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Petuanan Desa Suli dari Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan Leihitu
Barat Kabupaten Maluku Tengah
Kota Ambon terbagi atas 5 (lima) Kecamatan yang terdiri dari 30 (tiga puluh) Desa/Negeri
dan 20 (dua puluh) Kelurahan. Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan di Kota Ambon
dapat dilihat pada Gambar 3. Keadaan Wilayah Administrasi Kota Ambon Per Kecamatan
berikut:
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
11
Gambar 3: Peta wilayah administrasi Kota Ambon (Bappeda Litbang Kota Ambon, 2016)
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
12
Berdasarkan kondisi geografis, dapat dilihat bahwa Kota Ambon merupakan kota kecil yang
berada pada pesisir pantai. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan ruang harus di atur dengan
baik sehingga tidak menyebabkan dampak kerusakan lingkungan yang dapat menyebabkan
bencana alam terutama banjir dan tanah longsor.
3.1.2. Topografi Kota Ambon Kondisi Topografis Kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah bergelombang sampai
terjal dengan luas ± 280 Km² (87% dari total luasan Kota Ambon) dan daerah datar dengan
luas ± 42 Km2 (13% dari total wilayah daratan). Kondisi topografi seperti ini menyebabkan
Kota Ambon sangat rentan terhadap ancaman bencana terutama bencana tanah longsor
dan banjir.
Pengelompokan Kondisi Topografi Kota Ambon sebagai berikut:
a. Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-8% terdapat
di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.
b. Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 8-15%
terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).
c. Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan
kemiringan 15-30% terdapat pada kawasan perbukitan.
d. Topografi terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter dan kemiringan lebih dari 30%
terdapat pada kawasan pegunungan.
Kondisi Kota Ambon topografi menggambarkan sebagian besar wilayah yang bergelombang
hingga terjal. Hal ini menyebabkan lahan yang layak untuk membangun sangat sedikit.
Banyaknya wilayah yang memeiliki topografi yang bergelombang dan terjal menyebabkan
terjadinya bencana tanah longsor sering terjadi di Kota Ambon..
3.1.3. Iklim Keberadaan Kota Ambon secara geografis pada Pulau Ambon yang dikelilingi oleh laut
menyebabkan Kota Ambon mengalami 2 (dua) Iklim yaitu Iklim Tropis dan Iklim Musim.
Besarnya pengaruh lautan terhadap Iklim di Kota Ambon disertai dengan iklim musim, yaitu
musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Musim Barat berlangsung dari
bulan Desember sampai dengan bulan Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi.
Musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Oktober, dimana bulan November
merupakan masa transisi. Masa transisi pergantian musim selalu diselingi oleh musim
Pancaroba.
Berdasarkan klasifikasi Iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951), Kota Ambon
tergolong tipe iklim B yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah
1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q
sebesar 17,4%. Selama tahun 2016 Curah hujan di Kota Ambon tertinggi terjadi pada bulan
Juli sebesar 914 mm dengan 28 hari hujan, sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan
Februari yaitu 34 mm dengan 11 hari hujan. Persentase penyinaran matahari tertinggi di
Kota Ambon terjadi pada bulan November yaitu 87% sedangkan persentase
penyinaran terendah terjadi di bulan september sebesar 33% dengan rata-rata penyinaran
matahari selama tahun 2016 sebesar 63%. Temperatur di Kota Ambon rata-rata berkisar
27,3 ºC dengan kisaran suhu minimum adalah 24,2 ºC dan suhu maksimum 31,9 ºC.
Tekanan udara rata-rata tahun 2016 berkisar sekitar 1.011,4 mb. Kondisi Curah Hujan di
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
13
Kota Ambon selama Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar I.2. Curah Hujan di Kota
Ambon Tahun 2016, berikut ini:
Gambar 4: Grafik curah hujan di Kota Ambon tahun 2016 (BMKG Meteorologi Pattimura, 2017)
Kondisi iklim tersebut di atas turut berkontribusi terhadap ancaman bencana terutama
kekeringan, banjir dan tanah longsor. Bencana kekeringan di Kota Ambon kurang
berpengaruh di sektor pertanian, hal ini dikarenakan sektor pertanian belum menjadi
sektor unggulan di Kota Ambon. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani akan memiliki
alternatif pendapatan lainnya dan kebutuhan akan bahan pangan pertanian akan didapat dari
daerah Kabupaten di sekitar Maluku, Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Jawa
Timur. Dampak bencana kekeringan di kota Ambon adalah pada ketersediaan air baku di
Kota Ambon terutama pada kawasan Negeri Batumerah, Negeri Nusaniwe (gunung
Nona), dimana ketika kekeringan terjadi maka pengeluaran masyarakat akan meningkat
untuk membeli air.
3.1.4. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Perkembangan Kependudukan di Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh keberadaan Kota
Ambon sebagai Ibu Kota Provinsi Maluku sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Kota Ambon bekembang pesat dari segi aktivitas pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
pendidikan. Perkembangan ini sangat berdampak pada pertumbuhan penduduk di Kota
Ambon seperti aktivitas pendidikan khususnya perguruan tinggi.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
14
Tabel 2: Distribusi dan pertumbuhan penduduk Kota Ambon menurut
Kecamatan tahun 2012-2016 (Disdukcapil Kota Ambon, 2017)
No Kecamatan Penduduk (Jiwa)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Nusaniwe 113.142 113.575 116.237 119.551 120.945
2 Sirimau 160.808 163.009 166.398 171.218 192.046
3 Teluk Ambon Baguala 56.921 57.728 59.168 61.555 61.209
4 Teluk Ambon 49.674 50.673 52.766 54.346 45.308
5 Leitimur Selatan 10.280 10.520 10.687 10.985 10.402
Kota Ambon 390.825 395.505 405.256 417.665 429.910
Pertumbuhan (%) 0,86 1,19 2,46 3,06 2,93
Pertumbuhan 2012-2016 (%)
2,1
Berdasarkan Data Base Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Ambon, Jumlah penduduk Kota Ambon tahun 2016 adalah sebanyak 429.910 jiwa. Terjadi
pertambahan penduduk sebesar 12.255 Jiwa atau 2,93% dari jumlah Penduduk Tahun 2015
yang sebesar 417.655 jiwa. Sebaran penduduk pada masing-masing kecamatan di Kota
Ambon tahun 2012-2016 terlihat pada Tabel2
Penduduk Kota Ambon tersebar pada 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe
sebanyak 120.945 jiwa, Kecamatan Sirimau sebanyak 192.046 jiwa, Kecamatan Teluk
Ambon Baguala sebanyak 61.209 jiwa, Kecamatan Teluk Ambon sebanyak 45.308 jiwa, dan
Kecamatan Leitimur Selatan sebanyak 10.402 jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota
Ambon selama tahun 2012-2016 adalah 2,1 % (dua koma satu persen). Kepadatan
penduduk Kota Ambon pada masing-masing kecamatan terlihat pada Tabel 3. Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2016, berikut ini:
Tabel 3: Luas wilayah dan kepadatan penduduk tiap Kecamatan tahun 2016
(Disdukcapil Kota Ambon, 2017)
No Kecamatan Luas Wilayah Daratan (Km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/ Km2)
1 Nusaniwe 88,35 120.945 1.369
2 Sirimau 86,81 192.046 2.212
3 Teluk Ambon Baguala 40,11 61.209 1.526
4 Teluk Ambon 93,68 45.308 484
5 Leitimur Selatan 50,50 10.402 205
Kota Ambon 359,45 429.910 1.196
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Kondisi Tahun
2016, Kepadatan Penduduk Kota Ambon adalah 1.196 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk per
kecamatan diurut dari kepadatan tertinggi hingga terendah antara lain: Kecamatan Sirimau
dengan kepadatan 2.212 jiwa/Km2, Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan kepadatan
1.526 jiwa/Km2, Kecamatan Nusaniwe dengan kepadatan 1.369 jiwa/Km2, Kecamatan
Teluk Ambon dengan kepadatan 484 Jiwa/Km2, dan Kecamatan Leitimur Selatan dengan
kepadatan penduduk terendah yaitu berjumlah 205 jiwa/km2.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
15
Data kepadatan penduduk Kota Ambon di atas memberikan gambaran bahwa kepadatan
penduduk tertinggi berada pada kawasan perkotaan (Kecamatan Sirimau, Nusaniwe dan
Teluk Ambon Baguala). Kepadatan penduduk pada kecamatan-kecamatan tersebut
memberikan kontirbusi terhadap bencana alam banjir di Kota Ambon. Hal ini disebabkan
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak pada kebutuhan lahan.
Penduduk akan berupaya meningkatkan daya tampung dengan mengubah halaman menjadi
tambahan ruangan pada rumah hunian. Dengan demikian serapan air pada kawasan
perkotaan dengan kepadatan yang tinggi menjadi berkurang sehingga ketika terjadi hujan
akan terjadi bencana banjir. Selain itu, kepadatan penduduk juga disertai dengan pola hidup
masyarakat yang kurang melestarikan lingkungan seperti membuang sampah sembarangan
pada saluran drainase dan memotong tanaman yang dapat menyeimbangkan fungsi ekologis
lingkungan.
3.1.5. Penduduk Miskin di Kota Ambon Perkembangan penduduk miskin di Kota Ambon tahun 2012-2015 terlihat pada Gambar
I.3. Penduduk Miskin di Kota Ambon Tahun 2012-2015. Jumlah penduduk miskin di Kota
Ambon tahun 2015 adalah 17.940 jiwa. Kondisi ini mengalami peningkatan sejumlah 1.050
jiwa dibandingkan dengan kondisi tahun 2014 sejumlah 16.890 jiwa. Sementara presentase
penduduk miskin di Kota Ambon tahun 2012-2015 terlihat pada Gambar I.4. . Persentase
Penduduk Miskin di Kota Ambon Tahun 2012–2015. Presentase penduduk miskin di Kota
Ambon tahun 2015 sebesar 4,38%. Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2014 yang hanya sebesar 4,23%.
Gambar 5: Grafik jumlah penduduk miskin Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016)
Penduduk miskin di kota Ambon merupakan penduduk yang rentan terhadap dampak dari
krisis yang terjadi baik itu krisis ekonomi, sosial dan lingkungan. Penduduk miskin menjadi
rentan karena mereka mempunyai kapasitas sumberdaya tidak adaptif terhadap krisis yang
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
16
terjadi, Sebagai contoh penduduk miskin tidak akan mampu membangun rumahnya kembali
ketika runtuh akibat terkena bencana banjir, tanah longsor, dan kebakaran.
3.2. KONDISI SOSIAL Dimensi yang digunakan untuk mengukur kondisi sosial Kota Ambon adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kota Ambon Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. Dimensi Kesehatan yakni pengukuran dengan mengambarkan angka harapan
hidup;
b. Dimensi Pendidikan yakni pengukuran dengan menggambarkan angka harapan
sekolah dan rata-rata lama sekolah;
c. Dimensi Ekonomi yakni pengukuran dengan menggambarkan rata-rata
pengeluaran rill per kapita.
Pengukuran IPM Kota Ambon tahun 2015 berdasarkan 3 (tiga) dimensi di atas dapat dilihat
pada Tabel 4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Ambon Menurut Komponen
Tahun 2012 – 2015, sebagai berikut:
Tabel 4: Indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Ambon menurut komponen tahun 2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016)
No Indikator IPM Kota Ambon Provinsi Maluku
2012 2013 2014 2015 2015
1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 68,97 68,11 69,46 69,56 65,31
2 2.1. Angka Harapan Lama Sekolah (Thn)
15,11 15,35 15,88 15,89 13,56
2.2. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
11,21 11,44 11,61 11,63 9,16
3 Rata-rata Pengeluaran Riil Per Kapita (Ribu Rp.)
12.862 13.047 13,146 13.318 8,026
Indeks Pembangunan Manusia 76,70 76,49 78,16 79,09 67,05
Peringkat Tingkat Provinsi 1 1 1 1 -
Peringkat Secara Nasional 8 7 7 7 24
Hasil pengukuran IPM Kota Ambon tahun 2015 adalah 79,30 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2014 sebesar 78,16. Kondisi ini menempatkan Kota Ambon pada
peringkat 1 Provinsi Maluku dan Peringkat 7 Nasional. Keberadaan Kota Ambon turut
mendorong peningkatan IPM Provinsi Maluku yang berada pada peringkat 24 secara
Nasional.
3.3. KONDISI EKONOMI Untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah, salah satu
indikator penting yang dapat digunakan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi merupakan laju pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor
ekonomi. Dalam kurun waktu tahun 2012-2015, Kota Ambon mengalami pertumbuhan
ekonomi yang positif. Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kota Ambon sebesar 6,30
persen, meningkat 0,37 point mengalami percepatan jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 5,93 persen.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
17
Laju pertumbuhan sektoral tahun 2015, secara signifikan terjadi pada sektor penyediaan
akomodasi dan Makan minum sebesar 8,94 persen dari tahun 2014 sebesar 4,31 persen,
diikuti sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,72 persen dari tahun sebelumya sebesar
7,63 persen dan sektor pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 8,01
persen dari tahun sebelumnya sebesar 6,82 persen.Pertumbuhan ekonomi Kota Ambon
tahun 2012-2015 terlihat pada Gambar I.4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon 2012-
2015, berikut ini:
Gambar 6: Grafik pertumbuhan ekonomi Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016)
3.4. PROFIL KERENTANAN TERHADAP BENCANA DAN
PERUBAHAN IKLIM Berdasarkan data yang tersedia di Database Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB
maupun Buku Data Bencana Kota Ambon 2012-2013, dan dokumen Pemetaan Risiko Kota
Ambon tahun 2012, di bawah ini adalah jenis ancaman bencana yang tercatat pernah terjadi
di Kota Ambon, yaitu:
1. Gempabumi
2. Tsunami
3. Banjir
4. Tanah longsor
5. Kekeringan
6. Angin kencang / Puting beliung
7. Kebakaran hutan dan lahan
8. Abrasi pantai
9. Epidemi (rabies, demam berdarah)
10. Kecelakaan transportasi
11. Konflik sosial
BPBD Kota Ambon pada tahun 2012 telah mendokumentasikan beberapa risiko bencana
sebagai berikut:
1. Risiko Bencana Gempabumi
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
18
Berdasarkan hasil analisis keruangan Peta Risiko Gempabumi, Kota Ambon diklasifikasikan
sebagai wilayah dengan tingkat risiko gempabumi sedang. Ditinjau dari luasannya, tingkat
risiko sedang mencakup ± 70% dari luas total Kota Ambon. Distribusi tingkat risiko
gempabumi menurut wilayah kecamatan ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5: Risiko bencana Gempabumi menurut kecamatan di Kota Ambon
(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)
Tingkat risiko tinggi paling banyak dijumpai di wilayah kecamatan Teluk Ambon yang
melingkupi 37,4% wilayah Kota Ambon. Wilayah dengan risiko gempa tinggi dicirikan
dengan kepadatan penduduk relatif tinggi, sehingga secara fisik, wilayah tersebut dicirikan
oleh kepadatan permukiman/bangunan yang tinggi. Hal ini berakibat bahwa semakin tinggi
kerapatan bangunan maka semakin tinggi pula potensi bangunan tersebut mengalami
keruntuhan pada saat gempabumi terjadi; dan semakin tinggi pula risiko penduduk menjadi
korban runtuhan bangunan.
2. Risiko Bencana Tanah Longsor
Sebagian besar Kota Ambon termasuk dalam kategori risiko tanah longsor sedang dan
rendah. Tingkat risiko tinggi tanah longsor menempati proporsi luasan ± 14,3% dari luas
total Kota Ambon. Distribusi tingkat risiko tanah longsor menurut wilayah kecamatan
ditunjukkan pada tabel di bawah.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
19
Tabel 6: Risiko bencana Tanah Longsor menurut kecamatan di Kota Ambon
(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)
Hampir 53% daerah risiko tinggi tanah longsor di Kota Ambon berada di wilayah
kecamatan Teluk Ambon yang terdistribusi di tujuh desa yaitu Desa Hative Besar, Desa
Hunut/Durian Patah, Desa Laha, Desa Poka, Desa Rumah Tiga, Desa Tawiri dan Desa Tihu.
Karakteristik keruangan risiko tanah longsor dipengaruhi oleh daerah perkembangan kota
dengan dominasi bangunan-bangunan baik permukiman maupun daerah perkantoran yang
berada di lereng-lereng bukit. Secara fisik, daerah dengan vegetasi rapat memiliki potensi
risiko yang lebih rendah, khususnya vegetasi alami dengan akar dalam. Berdasarkan hasil
pengamatan, sebagian besar kejadian longsor terjadi di daerah yang terusik oleh manusia,
oleh karena itu pengetatan aturan dalam tata ruang sangat penting dalam meminimalisasi
potensi longsor di masa mendatang.
3. Risiko Bencana Banjir
Tingkat risiko tinggi bencana banjir menempati proporsi luasan ± 10,3% dari luas total Kota
Ambon. Distribusi tingkat risiko banjir menurut wilayah kecamatan ditunjukkan pada tabel
di bawah.
Tabel 7: Risiko bencana Banjir menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen
Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
20
Tingkat risiko tinggi banjir paling banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Teluk Ambon yang
terdistribusi di enam desa yaitu Desa Hative Besar, Desa Hunut/Durian Patah, Desa Laha,
Desa Poka, Desa Rumah Tiga dan Desa Tihu.
Sebagian besar wilayah dengan risiko tinggi banjir tersebar di daerah dataran, dan pada
beberapa tempat adalah wilayah cekungan. Wilayah dengan risiko tinggi juga dicirikan oleh
perkembangan perkotaan yang cukup pesat sehingga berpengaruh terhadap peningkatan
koefisien aliran. Daerah yang dulunya merupakan wilayah bervegetasi rapat saat ini menjadi
daerah terbangun yang menjadikan wilayah tersebut mengalami penurunan potensi
infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi limpasan permukaan. Tingginya
kepadatan permukiman di wilayah perkotaan meningkatkan risiko melalui peningkatan
kerentanan. Semakin rapat permukiman di suatu wilayah maka semakin tinggi pula potensi
kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir.
4. Risiko Bencana Tsunami
Sebagian besar Kota Ambon (67,5%) termasuk dalam kategori aman tsunami. Distribusi
tingkat risiko tsunami menurut wilayah kecamatan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 8: Risiko bencana Tsunami berdasarkan kecamatan di Kota Ambon
(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)
Daerah dengan tingkat risiko tinggi terhadap bencana tsunami terdapat di kecamatan Teluk
Ambon, dengan karakteristik geografis berhadapan dengan laut yang melingkupi wilayah
subduksi gempa seperti di Desa Leahari, Desa Rutong serta beberapa desa di pusat Kota
Ambon. Desa-desa tersebut secara morfologis merupakan pesisir dengan garis pantai
berbentuk cekung dan langsung menghadap Laut Banda. Sedangkan pusat Kota Ambon
berada pada Teluk Ambon. Walaupun terpisah dengan laut lepas akan tetapi wilayah
tersebut masih berpotensi tinggi menjadi lorong tsunami.
Selain itu, wilayah berisiko tinggi tsunami juga dicirikan oleh wilayah dengan topografi
cukup datar dengan elevasi yang rendah pula. Hal tersebut juga didukung oleh adanya
infrastruktur fisik di sepanjang pantai dan wilayah permukiman. Permukiman di daerah
pesisir sangat berisiko terhadap tsunami, dan secara praktis tidak memiliki pelindung pantai
yang memadai dan memiliki vegetasi yang sangat jarang.
5. Risiko Bencana Abrasi
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
21
Wilayah dengan risiko tinggi terhadap bencana abrasi melingkupi 11,9% dari luas total Kota
Ambon. Distribusi tingkat risiko abrasi ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 9: Risiko bencana Abrasi berdasarkan kecamatan di Kota Ambon
(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)
Daerah risiko tinggi abrasi terdapat di seluruh desa di wilayah kecamatan Teluk Ambon
kecuali Desa Tawiri dan Desa Wayame. Secara umum, wilayah kepesisiran yang memiliki
ancaman abrasi yang tinggi sangat terkait erat dengan keberadaan morfologi garis
pantainya. Pantai-pantai yang memiliki morfologi cekung akan cenderung memiliki arus
balik (back wash) lebih besar. Gelombang laut yang menghantam garis pantai akan
disebarkan secara merata di pantai dengan morfologi cekung dan kemudian terbentuk arus
balik yang terkonsentrasi menuju satu titik atau terpusat.
6. Risiko Bencana Kekeringan.
Daerah dengan risiko tinggi kekeringan menempati proporsi ± 0,1% saja dari total wilayah
Kota Ambon. Distribusi tingkat risiko kekeringan menurut wilayah kecamatan di Kota
Ambon ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 10: Risiko bencana Kekeringan berdasarkan kecamatan di Kota Ambon
(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
22
Daerah yang dikatakan memiliki tingkat ancaman kekeringan Sedang sebagian besar
dikontrol oleh karakteristik geologis dan geomorfologis wilayah tersebut, terutama
karakteristik batuan. Batuan beku berasal dari proses intrusive maupun batuan vulkanik
massif, merupakan batuan yang tidak dapat menyerap dan meloloskan air, sehingga air
hujan yang jatuh di permukaan batuan akan menjadi limpasan permukaan dan hanya sedikit
saja air hujan yang mengalami infiltrasi dan tersimpan sebagai simpanan air tanah.
Berdasarkan grafik di bawah, selama kurun waktu 2006-2016 Kota Ambon mengalami
paling banyak kejadian bencana dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi
Maluku. Hampir 90% dari kejadian tersebut adalah bencana-bencana terkait
hidrometeorologi.
Gambar 7: Perbandingan jumlah kejadian bencana di Provinsi Maluku 2006-2016 (analisa dibi.bnpb.go.id)
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
23
Gambar 8: Catatan kejadian bencana di Kota Ambon 2007-2017 (analisa dibi.bnpb.go.id)
Berdasarkan catatan kejadian bencana di Kota Ambon selama 2007-2017 didominasi oleh
bencana Banjir dan Longsor. Berdasarkan dokumen Data Bencana Kota Ambon, pada
tahun 2012 dan 2013 saja bencana Banjir dan Longsor menempati peringkat pertama
kejadian bencana dengan total korban meninggal dan/atau hilang sebanyak 44 orang dan
kerusakan rumah sebanyak 2.043 unit.
Tabel 11: Rekapitulasi kejadian bencana di Kota Ambon tahun 2012 dan 2013
(dokumen Data Bencana Kota Ambon, 2014)
Jenis Bencana Jumlah Kejadian
Korban Jiwa Rumah Rusak Meninggal
dan Hilang Menderita dan Mengungsi
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
(Kali) (Kali) (Jiwa) (Jiwa)
(KK) (KK) (Unit) (Unit)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Banjir/Tanah Longsor 17 15 35 8 810 - 1.333 710
Gempa Bumi 5 - - - - - - -
Angin Puting Beliung 2 - 2 - - - 126 -
Kecelakaan Transportasi
- - - - - - - -
Gelombang Pasang 3 1 - - - - - -
Konflik Sosial 2 1 1 - - - 11 6
Kebakaran - 6 - - - 136 - 326
Abrasi Pantai - - - - - - - -
Kekeringan - - - - - - - -
Total 29 23 38 8 810 136 1.470 1.042
Berdasarkan data-data di atas, para pemangku kepentingan dalam proses penilaian
ketangguhan memilih bencana banjir dan tanah longsor sebagai bencana yang
paling sering dan paling parah terjadi di Kota Ambon. Berubahnya variabilitas suhu
1
6
10
32
1 1 12
17
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
24
dan curah hujan akibat perubahan iklim dapat memperparah dampak langsung maupun
tidak langsung di berbagai sektor pembangunan. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa isu
strategis yang sangat terdampak antara lain:
1. Kekeringan sangat berdampak pada sektor air bersih, pariwisata, pertanian,
perkebunan, kehutanan, Penanggulangan Bencana dan Perdagangan. Dimana terjadi
krisis air bersih sehingga menyebabkan gagal panen, menurunnya debit air, tingginya
biaya operasional, kenaikan harga pangan dan penurunan biomasa dan tingginya risiko
kebakaran.
2. Kenaikan suhu laut dan suhu udara, dapat menyebabkan kebakaran, berubahnya
ruaya ikan, penurunan produktifitas, dan perubahan keaneragaman hayati
3. Hujan ekstrim, dapat menyebabkan banjir, banjir bandang, gagal panen, longsor,
pencemaran sumber air, pada pohon – pohon tertentu gagal untuk berbungan,
kerusakan jalan, distribusi perdagangan terganggu, longsor serta menurunnya
kunjungan wisatawan.
4. Perubahan pola musim (Enso), dapat menyebabkan menurunnya produktifitas
5. Kenaikan permukaan laut, dapat menyebabkan abrasi, intrusi air laut, berubahnya
objek wisata pantai, kerusakan tambak, berkurangnya area produksi, berkurangnya
mangrove, dan rusaknya infastruktur pesisir.
6. Angin kencang, dapat menyebabkan rusaknya rumah, rusaknya alat tangkap,
rusaknya objek wisata, pohon tumbang, penurunan produktifitas, gelombang tinggi,
abrasi dan terganggunya jalur distribusi.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
25
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
26
Bab 4.
HASIL PENGUKURAN
4.1. HASIL PENILAIAN LEVEL 0 Level 0 (Nol) merupakan indikator kuantitatif dalam rangka mendukung indikator global
pengurangan resiko bencana untuk mendukung pelaporan Nasional. Level 0 tidak berada
pada seluruh pertanyaan seluruh Langkah Mendasar, namun hanya ada pada Langkah
Mendasar 1, 2, 3, dan 8.
4.1.1. Langkah Mendasar 1 Dalam RPJMD Kota Ambon Tahun 2011-2016, rencana atau strategi terkait kesiapsiagaan
telah dimasukan namum belum secara menyeluruh seperti yang terdapat dalam Kerangka
kerja Sendai.
4.1.2. Langkah Mendasar II Jumlah kematian karena peristiwa ancaman bahaya pada tahun 2012 sebanyak 34 orang,
dan pada tahun 2013 sebanyak 9 orang yang meninggal dunia. pada tahun 2014-2016, Kota
Ambon mengalami peristiwa elnino dan tidak ada korban jiwa. Tahun 2017, pada beberapa
titik bencana, juga terdapat korban yang meninggal dunia sebanyak 2 orang.
4.1.3. Langkah Mendasar III Peristiwa banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kota Ambon beberapa waktu yang lalu,
mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar yang dirasakan oleh masyarakat,
karena banyak yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda, serta infrastruktur umum.
4.1.4. Langkah Mendasar VIII Bencana alam banjir dan tanah longsor di Kota Ambon dengan tingkat kerusakan yang
cukup parah terjadi pada tahun 2012 dan 2013. Data yang dihimpun dari Badan
Penanggulangan Bencana Kota Ambon menyebutkan kerusakan infrastruktur sebagai
berikut:
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
27
Tabel 12: Rekapitulasi kerusakan infrastruktur akibat bencana banjir dan
longsor di Kota Ambon tahun 2012-2013 (BPBD Kota Ambon, 2016)
No Jenis Infrastruktur yang mengalami kerusakan
Tahun Total
2012 2013
1 Jalan, Jembatan, Saluran Air dan talud rusak
55 titik 230 titik 285 titik
2 Permukiman penduduk rusak 29 unit - 29 unit
3 Jaringan Air Bersih rusak 3 buah 19 buah 22 buah
4 Sarana pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan
2 unit 37 unit 39 unit
5 Sarana Pemerintah 1 unit - 1 unit
6 Rumah Ibadah 1 unit 1 unit 2 unit
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
28
4.2. HASIL PENILAIAN LEVEL 1 SAMPAI LEVEL 3
Gambar 9: Rekapitulasi hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon 2017
2.692.33 2.36
2.863.17
2.452.21
1.89
1.20
1.75
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Ambon Tahun (2,30)
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
29
4.2.1. Langkah Mendasar 1 - Adanya organisasi untuk ketangguhan Adanya organisasi untuk ketangguhan merupakan dasar untuk membangun ketangguhan
suatu wilayah karena merupakan wadah untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi
kebijakan daerah dalam membangun ketangguhan. Kapasitas organisasi dalam memahami
dan merespons isu-isu yang berdampak pada ketangguhan kota terhadap ancaman bahaya
bencana kemudian dituangkan dalam kebijakan daerah sangat penting karena dapat
mengarahkan pembangunan daerah dalam rangka pengelolaan resiko bencana yang
terintegrasi. Keberadaan organisasi untuk membangun ketangguhan dapat dilihat dari
adanya tugas dan fungsi institusi pemerintah sebagai administrator pembangunan yang telah
dilegalkan secara kelembagaan dari aspek perencanaan dalam visi, misi, tujuan, sasaran,
kebijakan, program dan kegiatan serta yang mengupayakan pengurangan resiko bencana
daerah.
Hasil penilaian pada langkah mendasar ini adalah sebesar dilihat dari 4 (empat) aspek utama
yaitu:
a. Visi/ rencana strategis kota bisa menjamin tercapainya tujuan pengurangan
resiko bencana.
Visi Kota Ambon Tahun 2011-2016 adalah “Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius, Lestari dan Harmonis Berbasis Masyarakat”. Dalam visi tersebut terdapat kata
Lestari yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup yang di
dalamnya berkaitan dengan pengurangan resiko bencana. Terkait dengan pengurangan
resiko bencana, dalam proses perumusannya visi/ rencana strategis Kota Ambon yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Ambon Tahun 2011-
2016 pada saat penyusunannya belum mengintegrasikan kajian resiko bencana Kota Ambon
yang pada saat itu masih dalam proses pengidentifikasian oleh Badan Penanggulangan
Bencana Kota Ambon (BPBD). Dalam menyusun visi Kota Ambon Tahun 2011-2016,
Pemerintah Kota Ambon telah berusaha secara maksimal melibatkan seluruh pemangku
kepentingan namun karena keterbatasan kapasitas pemangku kepentingan dalam
memahami pengelolaan resiko bencana, menyebabkan tidak diakomodirnya isu
pengurangan resiko bencana (PRB) dalam perumusan kebijakan strategis Pemerintah Kota
Ambon Tahun 2011-2016.
b. Kewenangan dan sumber daya yang telah dilembagakan untuk
pengurangan resiko bencana;
Kota Ambon telah memiliki kewenangan dan sumber daya yang telah dilembagakan melalui
perangkat daerah. Pembentukan Perangkat Daerah dilaksanakan dengan dikeluarkannya
Peraturan Daerah Kota Ambon tentang Pembentukan Organisasi dan Perangkat Daerah
yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Ambon tentang susunan organisasi dan
tata kerja Perangkat Daerah. Dalam aktifitas pengurangan resiko bencana, Badan
Penanggulangan Bencana Kota Ambon diberikan kewenangan dalam mengkoordinasikan
kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, rekonstruksi, dan rehabilitasi bencana. Kegiatan
pengurangan resiko bencana jika disesusaikan dengan konsep pengelolaan resiko bencana
maka tentu saja kewenangan yang dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Kota
Ambon belum mampu melaksanakan aktifitas pengurangan resiko bencana Kota Ambon
seluruhnya dan harus dilaksanakan secara sinergi dan terintegrasi antara perangkat daerah
lain serta pemangku kepentingan lainnya seperti instansi vertical, lembaga swadaya
masyarakat serta pihak swasta.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
30
c. Lembaga yang bertanggung jawab dalam aspek-aspek ketangguhan sebagai
koordinator di daerah;
Lembaga yang bertanggung jawab penuh terhadap ketangguhan di Kota Ambon sesuai tugas
pokok dan fungsinya adalah Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon khsusnya
mekanisme respons keadaan darurat terhadap bencana/ bahaya yang terjadi. BPBD
memiliki kewenangan terkait respons dalam keadaan darurat untuk mengeluarkan
rekomendasi kepada Walikota Ambon sebagai tingkat kota dalam keadaan darurat. Saat
terjadinya bencana atau bahaya bencana, peran para pemangku kepentingan yang berperan
dalam keadaan darurat dikoordinasikan dan dilaksanakan melalui Pusat Pengendalian
Operasi Bencana yang dibentuk. Sementara sebelum terjadinya bencana, peran dari para
pemangku kepentingan dipraktekan dalam kegiatan-kegiatan simulasi bencana maupun
melalui forum Adaptasi Perubahan Iklim – Pengurangan Resiko Bencana yang dilakukan
oleh Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon secara berkala.
d. Mekanisme yang memprioritaskan sumber daya untuk menurunkan resiko
bencana yang tinggi yang telah diidentifikasi
Identifikasi resiko bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon telah
dilaksanakan sebagai sumber informasi bagi perencanaan pembangunan maupun maupun
pelaksanaan investasi yang dilakukan oleh pihak ketiga. Kota Ambon belum menggunakan
kajian resiko bencana tersebut sebagai bahan masukan dalam menurunkan resiko bencana
pada kegiatan proyek pembangunan maupun proyek investasi. Contoh konkritnya adalah
pada kegiatan pembangunan pada bidang pelayanan dasar seperti sekolah, puskesmas,
jaringan air bersih dan sanitasi lingkungan tidak mempertimbangkan kajian resiko. Terdapat
infrastruktur dimaksud yang dibangun berada pada wilayah banjir dan kondisi tanah labil
yang berpotensi menimbulkan tanah longsor. Selain itu, investasi yang masuk di Kota
Ambon belum mepertimbangkan kondisi kerentanan wilayah terhadap kegiatan investasi
yang dilakukan. Terdapat kegiatan investasi seperti perumahan, fasilitas perdagangan barang
dan jasa yang kemudian berdampak justru meningkatkan resiko bencana pada daerah
sekelilingnya.
Sebagai dasar menentukan keputusan terkait tingkat resiko, Kota Ambon memiliki
Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung namun tingkat resiko yang dipertimbangkan
masih sebatas terkait keamanan konstruksi dan belum memasukan kajian resiko bencana
dalam menentukan kelayakan suatu bangunan. Dapat disimpulkan bahwa Kota Ambon
belum maksimal mengerahkan potensi dalam menurunkan resiko berdasarkan kajian resiko
yang telah diidentifikasi karena belum terintegrasinya kajian resiko bencana kedalam
perencanaan pembangunan.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
31
Gambar 10: Hasil penilaian Langkah Mendasar 1: Adanya organisasi/kelembagaan untuk ketangguhan terhadap bencana.
Langkah Mendasar 1: Menetapkan organisasi dan koordinasi untuk memahami
pengurangan risiko bencana yang didasari pada partisipasi kelompok warga dan masyarakat
sipil. Membangun aliansi di tingkat lokal. Memastikan semua departemen/dinas pemerintah
memahami peran mereka dalam pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana.
4.2.2. Langkah Mendasar 2 - Mengidentifikasi, memahami dan menggunakan skenario risiko saat ini dan masa mendatang. Langkah mendasar 2 dilakukan untuk mengidentifikasi skenario risiko yang paling mungkin
terjadi dan paling parah yang didasarkan pada pemahaman tentang beragam ancaman
bahaya yang berubah-ubah, keterpaparan geografis dan ekonomi, dan kerentanan, untuk
menjadi dasar keputusan-keputusan investasi saat ini dan masa mendatang yang berperan
untuk meningkatkan ketangguhan.
Kota Ambon telah melakukan analisis teknis dan multi-para pemangku kepentingan tentang
ancaman dan bahaya yang dihadapi saat ini dan di masa mendatang untuk mengidentifikasi
keterpaparan dan kerentanan di seluruh kota. analisis teknis ini dalam bentuk kajian resiko
bencana dan dokumen ini belum melibatkan semua pihak di Kota Ambon. masih banyak
stakeholder yang belum terlibat dalam penyusunan dokumen kajian resiko bencana belum
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
32
terlibat secara optimal. Peta ancaman bahaya juga telah disajikan sejak tahun 2012 oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan perlu dimutakhirkan.
Skenario tentang keterpaparan dan kerentanan untuk kejadian setiap ancaman bahaya
“yang paling mungkin terjadi” dan yang “paling parah” telah dilakukan sejak 18 bulan terakhir, dan perlu pemutakhiran untuk tahun yang akan datang, dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan dan dimonitoring dan evaluasi oleh pihak ketiga, serta perlu
mempertimbangkan resiko lintas batas.
Penyusunan kajian resiko bencana juga masih belum melibatkan seluruh komponen,
terutama melibatkan LSM disabilitas dan LSM dari kelompok minoritas. untuk penyusunan
dokumen kajian resiko di masa yang akan datang, perlu dipertimbangkan untuk keterlibatan
berbagai pihak. keterlibatan pihak lain dalam penyusunan dokumen kajian resiko bencana
ini hanya mencakup sekitar 60-80% keterwakilan dari setiap stakeholder yang diundang.
untuk pembaruan dokumen, akan menghadirkan 100% keterwakilan dari seluruh
komponen dalam penyusunan pembaharuan dokumen kajian resiko bencana.
Aset penting berupa infrastruktur dan pelayanan penting telah teridentifikasi dalam kajian
resiko bencana, hanya saja belum mempertimbangkan “rantai kegagalan”. pada saat terjadi bencana, peremajaan dan pemulihan juga dilakukan oleh dinas-dinas terkait secara terpisah.
Pengkajian resiko bencana saat ini juga hanya fokus pada aset-aset spasial dan fisik yang
beresiko dan ada rencana untuk memperbarui setelah datanya tersedia. dalam penyusunan
rencana perkotaan, faktor perubahan iklim belum terlalu dipertimbangkan dalam
perencanaan pembangunan perkotaan dan faktor resikonya di masa yang akan datang. Data
yang tersedia berkaitan dengan perubahan iklim hanya bersumber pada BMKG dan BPBD
Kota Ambon, dan data tersebut belum digunakan sebagai acuan oleh dinas-dinas lainnya di
lingkup Pemerintah Kota Ambon dalam perencanaan pembangunan perkotaan. hanya
sekitar 1-19% dari total keseluruhan dinas di lingkup Pemerintah Kota Ambon yang
menggunakan dokumen kajian resiko bencana ini untuk dipertimbangkan dalam
perencanaan pembangunan perkotaan. Hal ini penting untuk diperbarui, mengingat data
iklim dan perubahan iklim sangat penting untuk menjadi pertimbangan, dalam penyusunan
rencana perkotaan di masa yang akan datang, sehingga dapat memperkecil resiko bencana
yang akan terjadi.
Informasi mengenai kajian resiko bencana tersedia pada website yang dimiliki oleh BPBD
Kota Ambon, dan juga tersedia dalam halaman website Pemerintah Kota Ambon. Akses
terhadap informasi ini juga sangat terbatas, karena banyak dinas di lingkup Pemerintah Kota
Ambon yang tidak mengakses data tersebut dan juga tidak menganggap dokumen kajian
resiko bencana ini menjadi sesuatu yang penting untuk diketahui. tayangan di media sosial
oleh pemerintah selama ini dilakukan oleh BMKG, dan hanya pada kalangan tertentu yang
dapat mengakses infromasi tersebut, dan tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
informasi yang selama ini beredar juga dipublikasi secara resmi dalam website BMKG, dan
dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan data tersebut dalam pekerjaan maupun
program mereka. diperlukan metode penyebaran informasi yang lebih efektif selain website
seperti melalui buletin, sms, informasi melalui media cetak dan media elektronik. Hal ini
dapat dimungkinan dengan update data harian yang dapat diakses sampai ke tingkat
masyarakat baik melalui radio, koran, website, media komunikasi yang berkembang
terakhir, informasi mengenai melalui telepon seluler yang dapat diakses oleh smartphone
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
33
maupun telepon biasa. Seluruh informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat disediakan
dengan format yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, misalnya melalui sms
kepada seluruh masyarakat.. keterlibatan media menjadi sangat penting dalam
penyebarluasan informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat dan kebencanaan.
diperlukan juga dibentuk forum tanggap bencana di tingkat desa/kelurahan, sehingga
mempermudah akses informasi sampai ke tingkat masyarakat.
Gambar 11: Hasil penilaian Langkah Mendasar 2: Memahami dan menggunakan skenario risiko saat ini dan masa mendatang.
Langkah Mendasar 2: Menetapkan satu anggaran untuk pengurangan risiko bencana
dan menyediakan insentif untuk para pemilik rumah, rumah tangga berpenghasilan rendah,
masyarakat, dunia usaha dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam pengurangan risiko
yang mereka hadapi.
4.2.3. Langkah Mendasar 3 - Memperkuat Kapasitas Keuangan Untuk Mewujudkan Ketangguhan. Dalam mewujudkan Kota yang tangguh terhadap bencana, kota harus mempunyai rencana
keuangan dan sumber daya yang memadai baik itu jangka panjang/menengah maupun jangka
pendek. Ketersediaan anggaran sangatlah diperlukan suatu daerah dalam melaksanakan
aktifitas ketangguhan. Terdapat pagu pembiayaan secara indikatif dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Ambon sebagai pedoman penyusunan
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
34
rencana pembangunan tahunan. Melihat kapasitas keuangan pemerintah Kota Ambon
dimana sebesar ±69% dialokasikan untuk belanja pegawai ditambah dengan perencanaan
pembangunan kota yang belum mempertimbangkan kajian resiko bencana, maka Kota
Ambon memiliki kapasitas rendah dari segi keuangan dalam membangun ketangguhan.
Perlu dicari alternative pembiayaan program/kegiatan ketangguhan baik itu dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Provinsi Maluku maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (Dana Alokasi Khusus dan Tugas Pembantuan).
Rencana keuangan yang jelas dalam membangun ketangguhan terdapat dalam anggaran
tidak terduga khususnya untuk penanganan bencana, yang disimpan dalam DPA BPKAD
Kota Ambon (dana kontijensi) namun Pemerintah Kota Ambon belum memiliki strategi
dan mekanisme dalam proses penanganan bencana dalam jangka panjang, karena perangkat
daerah terkait masih melakukan perencanaan dalam program kerja masing-masing.
Pemerintah Kota melalui peraturan daerahnya, melibatkan pihak ketiga (pihak swasta),
sehingga dengan melibatkan pihak ketiga maka bantuan juga bisa diperoleh dari perusahaan-
perusahaan tersebut melalui Peraturan Daerah tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
yang kedepannya juga dapat memberikan kontribusi dalam membangun ketangguhan di
Kota Ambon.
Gambar 12: Hasil penilaian Langkah Mendasar 3: Memperkuat kapasitas
keuangan untuk mewujudkan ketangguhan.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
35
Langkah Mendasar 3: Melakukan pemutakhiran data tentang ancaman-ancaman dan
kerentanan-kerentanan. Menyusun pengkajian risiko dan menggunakannya sebagai
landasan bagi rencana-rencana dan keputusan-keputusan pembangunan perkotaan,
memastikan bahwa informasi ini dan perencanaan untuk ketangguhan kota anda bisa
diakses dengan mudah oleh masyarakat dan didiskusikan sepenuhnya dengan mereka.
4.2.4. Langkah Mendasar 4 - Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Yang Tangguh Tujuan penilaian LM-4 adalah untuk mengkaji kerentanan lingkungan terbangun untuk
mengidentifikasi peluang-peluang (didasarkan pada temuan dalam Langkah Mendasar 2)
untuk perbaikan, termasuk perencanaan, perancangan, dan pembangunan infrastruktur dan
ruang perkotaan yang baru, perbaikan infrastruktur yang ada dan ruang-ruang perkotaan,
dan memperbaiki lingkungan regulatori.
Kota Ambon telah melakukan perencanaan-perencanaan yang didasarkan pada peta resiko,
data statistik penduduk dan sosial, ekonomi perkotaan, infrastruktur dan fasilitas penting,
Rencana tata guna lahan, demografi penduduk termasuk data kawasan kumuh, data status
lingkungan hidup daerah, dll. data tersebut digunakan dalam perencanaan, namun data
belum dimutakhirkan dalam 5 tahun terakhir. peta resiko juga telah tersedia untuk saat ini,
namun tidak ada pedoman untuk memandu perencanaan dan pembangunan perkotaan yang
peka terhadap resiko.
Perencanaan perkotaan telah menyediakan langkah-langkah untuk melakukan mitigasi dan
menyediakan akses ke semua infrastruktur dan pelayanan penting. namun mengenai
pelayanan dasar seperti kebutuhan akan listrik, air minum, sanitasi dan perumahan masih
belum memadai. Secara keseluruhan, seluruh penduduk Kota Ambon telah memiliki akses
terhadap listrik, hanya ketersediaan listrik untuk wilayah Kota Ambon baru mencakup
80% yang memperoleh layanan dengan memadai dan terdaftar secara resmi pada PLN.
Masih sekitar 20% yang belum memiliki pelayanan listrik secara resmi dari PLN dan
menggunakan layanan listrik secara illegal. Demikian juga halnya dengan kebutuhan air
minum. untuk kebutuhan air minum, sebanyak 68,78% masyarakat yang terlayani
kebutuhan akan air minum. persentase penduduk yang bisa mengakses sanitasi yang lebih
baik hanya berkisar antara 60-79% dari seluruh penduduk di Kota Ambon. masih ada
masyarakat yang masih memiliki perilaku buang air besar sembarangan, pengelolaan limbah
yang tidak tepat, serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengidentifikasi sumber air dan peningkatan
layanan akan air bersih. Disamping itu, diperlukan peningkatan kebutuhan akan listrik di
Kota Ambon setelah bencana terjadi, sehingga seluruh masyarakat memperoleh akses
terhadap pelayanan kebutuhan mendasar. Peningkatan kesadaran masyarakat atas sanitasi
yang baik juga sangat diperlukan melalui sosialisasi, pendidikan lingkungan hidup, perilaku
hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dasar akan
sanitasi yang lebih baik.
Praktik-praktik perencanaan inovatif juga dilakukan oleh Pemerintah di Kota Ambon. salah
satunya dengan jalan membuat lubang resapa biopori, sumur resapan, pembuatan MCK
Komunal, pembangunan IPAL komunal, penambahan sarana dan prasarana persampahan.
Peran dan tanggungjawab perencanaan kota juga telah ditetapkan dengan jelas. tidak semua
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
36
program mendapatkan alokasi anggaran dan pendanaan, semuanya dipertimbangkan oleh
bapedda-litbang, dengan memperhatikan prioritas pembangunan kota.
Kota Ambon juga telah memiliki peraturan daerah mengenai Ijin Mendirikan Bangunan.
dalam implementasi peraturan daerah tersebut, masih banyak bangunan yang didirikan
tanpa mempertimbangkan faktor resiko bencana. aturan-aturan mengenai ijin mendirikan
bangunan perlu dikaji dengan mempertimbangkan faktor resiko yang akan terjadi dengan
data 10 tahun terakhir.
Gambar 13: Hasil penilaian Langkah Mendasar 4: Mengupayakan pembangunan dan rancangan kota yang tangguh.
Langkah Mendasar 4: Menanamkan investasi dalam dan merawat infrastuktur penting
untuk pengurangan risiko bencana, misalnya drainase banjir, yang disesuaikan apabila
perlu untuk mengatasi perubahan iklim.
4.2.5. Langkah Mendasar 5 - Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan alami oleh ekosistem Tujuan penilaian ini untuk mengidentifikasi, melindungi dan memantau ekosistem alam yang
berperan membangun ketangguhan termasuk air dan lahan basah, tanah dan vegetasi,
polinasi dan keragaman hayati, dan bisa termasuk ekosistem di luar geografi kota. dalam
penilaian ini, ada dua hal penting yaitu:
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
37
1. Kota Ambon telah memiliki solusi-solusi untuk mengatasi resiko lingkungan
yang terjadi saat ini, maupun di masa yang akan datang. Contohnya dengan
adanya infrastruktur hijau dan biru yang dilakukan oleh sejumlah instansi
pemerintah, TNI/POLRI, akademisi, NGO/LSM dan kelompok masyarakat. Infrastruktur hijau dan biru yang dilakukan antara lain penanaman pohon di beberapa
ruas jalan di dalam Kota Ambon, penanaman mangrove, transplantasi karang,
rehabilitasi lahan kritis, normalisasi sungai, dll. semua infrastruktur hijau dan biru yang
dibangun baik oleh Pemerintah maupun kelompok masyarakat, tidak dilakukan
pemeliharaan secara berkala, sehingga semua upaya yang telah dilakukan tidak
membuahkan hasil yang maksimal.
Perlindungan dan pemulihan ekosistem tertuang dalam rencana strategi kota dan
rencana-rencana pembangunan Kota. Visi Kota Ambon Tahun 2011-2016 adalah
“Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius, Lestari dan Harmonis Berbasis
Masyarakat”. Dalam visi tersebut terdapat kata Lestari yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup. kebijakan-kebijakan tataguna lahan
secara umum mendukung layanan ekosistem, namun tidak ditegakan sepenuhnya atau
peningkatan layanan ekosistem tidak dilakukan secara maksimal. misalnya adanya
Peraturan Daerah tentang Ijin Mendirikan Bangunan, tetapi implementasi Peraturan
Daerah tersebut tidak berjalan dengan optimal. masih banyak bangunan yang dibangun
tanpa ijin di daerah beresiko bencana seperti di lereng gunung dan tepian sungai.
kebijakan yang akan ditempuh adalah:
1. Mengoptimalkan upaya pembangunan infrastruktur hijau dan biru di Kota
Ambon;
2. mengupayakan kerjasama lintas sektoral agar dapat melaksanakan upaya
pemulihan ekosistem secara optimal;
3. Mengoptimalkan upaya penegakan Peraturan Daerah yang mendukung
keberlanjutan ekosistem dan upaya pemulihan lingkungan.
Program yang akan dilakukan antara lain:
1. Penegakan Perda IMB;
2. Pengawasan implementasi Perda IMB;
3. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di dalam Kota;
4. Penanaman pohon dan Pemeliharaannya secara berkala;
5. Transplantasi karang dan pemeliharaannya;
6. Normalisasi sungai di Kota Ambon;
7. Pengembangan pertanian perkotaan (urban farming);
8. Pembangungan hutan kota;
9. Penyusunan Perda terkait dengan Pencemaran Lingkungan.
Potensi status layanan ekosistem dalam peran perlindungan terkait ketangguhan kota
terhadap bencana rata-rata berstatus netral. sejumlah perbaikan dilakukan diimbangi
juga dengan sejumlah penurunan. beberapa program terkait dengan perlindungan
ekosistem tidak disertai dengan upaya pemeliharaan. hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas lingkungan. Diperlukan upaya dan kebijakan dalam menjaga dan
memelihara ekosistem sehingga seluruh laju kerusakan lingkungan harus dapat
dikendalikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
38
layanan-layanan ekosistem yang berperan dalam mitigasi ancaman bahaya belum
diidentifikasi dan dijaga secara memadai. misalnya mangrove di pesisir teluk Ambon,
yang berfungsi sebagai penahan ombak dan penghalang bencana tsunami tidak dijaga
dan dirawat dengan baik. kepedulian masyarakat maupun pemerintah masih sangat
minim. hal ini dapat dilihat juga dengan pemberian ijin terhadap sejumlah bangunan di
daerah kawasan mangrove. pemeliharaan mangrove masih menjadi tanggung jawab
orang per orang yang tinggal di lokasi sekitar kawasan mangrove, dan sejumlah
mangrove mengalami penurunan populasi secara signifikan, terkait dengan pembukaan
lahan atas dan juga berkaitan dengan masalah sampah di dalam teluk Ambon.
Dalam 5 tahun terakhir, kota telah melaksanakan proporsi proyek hijau/biru dalam
jumlah yang sama dengan yang dilaksanakan dalam periode 5 tahun sebelumnya. Dalam
3 tahun terakhir Kota Ambon Juga telah mendapat penghargaan untuk program Langit
Biru. Peristiwa banjir dalam kota yang telah dialami sejak adanya perlindungan layanan-
layanan ekosistem dan penggunaan infrastruktur hijau dan biru menyebabkan kejadian
banjir berkurang (namun tidak signifikan) dan kerusakan yang terjadi juga berkurang.
2. Kota melindungi dan memulihkan ekosistem sehingga ekosistem membantu
adaptasi dan mitigasi yang memadai terhadap risiko saat ini dan di masa
mendatang. Kota Ambon saat ini belum memiliki mengoptimalkan mekanisme hukum dan kebijakan
yang memastikan pelestarian dan pemulihan lahan yang mendukung keanekaragaman
hayati termasuk lahan produktif.
Untuk itu diperlukan sejumlah kebijakan seperti:
a. Penyusunan regulasi terkait dengan konservasi sumber daya alam di Kota
Ambon;
b. penegakan hukum terkait dengan implementasi Perda yang berkaitan dengan
lingkungan;
c. Peningkatan upaya penanaman pohon di areal bekas kebakaran hutan dan di
lokasi tangkapan air (catchment area);
d. Diperlukan pengawasan secara ketat dan berkala terhadap pembangunan di area
tangkapan air tanpa ijin dan dokumen lingkungan yang jelas;
e. Diperlukan penyusunan regulasi daerah terkait dengan konservasi sumber daya
alam di Kota Ambon.
Beberapa program yang akan dilakukan yaitu:
a. Reboisasi di area tangkapan air,
b. Penyusunan Perda konservasi Sumber Daya Alam di Kota Ambon,
c. Peningkatan kapasitas kewang lingkungan di Kota Ambon,
d. Penegakan hukum untuk semua jenis regulasi di daerah terkait konservasi
lingkungan dan tata guna lahan.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
39
Gambar 14: Hasil penilaian Langkah Mendasar 5: Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem.
Langkah Mendasar 5: Mengkaji keselamatan semua sekolah dan fasilitas kesehatan dan
meningkatkan fasilitas-fasilitas ini bila perlu.
4.2.6. Langkah Mendasar 6 - Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Ketangguhan Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan bertujuan untuk menilai apakah
ada keterhubungan sosial dan budaya gotong royong yang dapat menunjang ketangguhan
kota, misalnya apakah ada inisiatif masyarakat dan pemerintah dalam membangun
ketangguhan, serta apakah ada saluran komunikasi berupa media masa untuk menunjang
proses ketangguhan tersebut. Dalam penilaian Langkah Mendasar ini didapatkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Kapasitas kelembagaan dan ketangguhan telah diperjelas dengan Peraturan Daerah
tentang tindakan Penanggulangan Bencana (PB) yang ditetapkan melalui Rancangan
Peraturan Daerah pada bulan Mei 2016 dan dengan adanya kelembagaan yaitu Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon yang ditetapkan melalui
Peraturan Daerah No. 25 Tahun 2012.
2. Pertukaran pengetahuan dan ketrampilan para pemangku kepentingan yang terlibat
dalam ketangguhan terhadap bencana dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
40
umum melalui siaran radio, televisi, dan media cetak serta kepada pemuda dan remaja
melalui pelatihan penanggulangan bencana di sekolah-sekolah. Dengan kehadiran
USAID-APIK dan Forum API-PRB dapat memperkuat dan mempercepat proses
pertukaran informasi antara berbagai pemangku kepentingan di Kota Ambon.
UNESCO juga telah membantu BPBD Kota Ambon dalam penyusunan/pembuatan
buku dengan judul “Air Turun Naik Di Tiga Negeri”. Pemerintah Provinsi Maluku juga telah membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang jangkauan kerjanya sampai ke desa-
desa, namun kegiatan penanganan bencananya hanya pada saat terjadi bencana dan
setelah bencana.
3. Telah ada pertukaran informasi dan koordinasi antara BPBD dan BNPB, tetapi
pertemuan rutin di tingkat nasional dan internasional belum dilakukan dan upaya
untuk belajar dari daerah dan negara lain juga belum menjadi pertimbangan utama
dalam kebijakan daerah dan dalam program kerja. Disamping itu, kompetensi,
kemampuan, dan kapasitas sumber daya berbagai pemangku kepentingan di kota telah
jelas disebutkan dalam rencana PB kota Ambon.
4. BPBD Kota Ambon juga telah melakukan pelatihan PB yang melibatkan masyarakat,
instansi, dan swasta dalam bentuk simulasi. Modul pelatihan didasarkan pada tindakan
penanganan bencana di Kota Ambon pada tahun 2012 dan 2013. Belajar dari
pengalaman penanggulangan bencana pada masa lalu, BPBD Kota Ambon membuat
skenario ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi dan yang paling parah. Namun
di dalam pelatihan kesiapsiagaan terhadap bencana, BPBD Kota Ambon belum
melibatkan seluruh lapisan masyrakat, instansi, dan swasta.
5. Komunikasi top down dilakukan melalui pembentukan desa tangguh dan proses
sosialisas. Proses penyusunan RPJMDes dalam bentuk Pelatihan Penyusunan RPJMdes
dengan menggunakan konteks wilayah. Sedangkan komunikasi bottom up dilakukan
melalui surat masuk, sms, telpon, Watsapp dari masyarakat dengan pelaksana PB yaitu
Dinas Sosial, BPBD, Dinas PUPR, dan intansi terkait lainnya. Contoh lain adalah
permintaan masyarakat berupa anakan pohon untuk reboisasi melalui Dinas
Kehutanan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Komunikasi dua arah ini dapat
memperkuat pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang API-PRB.
6. Mekanisme pelaporan lewat laporan pertanggungjawaban telah mendorong
transparansi dan akuntabilitas. Namun informasi tentang pengeluaran kota untuk PB
baru akan diinformasikan oleh BPBD Kota Ambon apabila ada permintaan surat masuk
dari instansi/lembaga lainnya.
7. Data bencana telah dikelola oleh BPBD Kota Ambon, namun data tersebut belum bisa
diakses secara umum oleh masyarakat karena tidak terupdatenya website BPBD pada
website Pemerintah Kota Ambon.
8. Pemanfaatan kapasitas sektor swasta dan masyarakat sipil untuk PB telah dilakukan
oleh Pemerintah Kota Ambon melalui berbagai intansi atau lembaga; di antaranya:
- BPBD Kota Ambon telah membentuk 7 desa tangguh bencana dan kampung iklim.
- Telah ada rekomendasi pemberian izin usaha dari intansi teknis dengan
mempertimbangkan penanggulangan bencana, misalnya pengolahan limbah oleh
Dinas Lingkungan Hidup dan peruntukan lahan dan tata ruang oleh Dinas PUPR.
- Para pemangku kepentingan PB belum sepenuhnya bekerja sama secara efektif
dengan sektor swasta dan belum teridentifikasi bentuk-bentuk kerjasama yang ada
di masyarakat. Pelibatan swasta hanya bersifat sporadis pada waktu terjadi bencana
di wilayahnya. Belum ada pertemuan kerjasama antara pemerintah dan sektor
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
41
swasta untuk membahas masalah penanggulangan bencana (PB) maupun
pengurangan risiko bencana (PRB).
- Pemangku kepentingan PB telah bekerja secara efektif dengan masyarakat sipil
karena para pemangku kepentingan tersebut adalah bagian dari masyarakat dan
yang adalah juga bagian dari Forum API-PRB.
- Pemerintah mulai membangun kapasitas organisasi masyarakat sipil tetapi belum
semua lembaga sosial masyarakat (LSM) atau organisasi kemasyarakatan atau
organisasi kepemudaan atau organisasi keagamaan dapat diidentifikasi secara
keseluruhan di Kota Ambon.
Gambar 15: Hasil penilaian Langkah Mendasar 6: Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan.
Langkah Mendasar 6: Menerapkan dan menegakkan peraturan-peraturan pendirian
bangunan dan prinsip-prinsip perencanaan tata guna lahan yang realistis dan
berwawasan risiko. Mengidentifikasi lahan yang aman untuk warga berpenghasilan
rendah dan sejauh memungkinkan mengupayakan perbaikan permukiman-permukiman
informal.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
42
4.2.7. Langkah Mendasar 7 - Memahami dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat untuk Mewujudkan Ketangguhan. Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan
dapat dinilai melalui apakah ada hubungan sosial dan budaya gotong royong di masyarakat,
apakah ada prakarsa-prakarsa masyarakat, pemerintah, dan swasta untuk mewujudkan
ketangguhan, serta apakah ada berbagai saluran media komunikasi untuk ketangguhan.
Dalam penilaian Langkah Mendasar ini didapatkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas ketangguhan kepada bagian kota yang paling miskin dengan
tujuan dapat mengurangi kerentanan mereka terhadap bencana melalui program-
program bantuan sosial yang diberikan kepada kelompok-kelompok rentan dan
bantuan stimulan seperti bantuan emergency saat sebelum dan setelah bencana untuk
pemulihan. Bantuan sosial tersebut telah diberikan untuk anak-anak terlantar, divable,
lansia, keluarga miskin, kelompok-kelompok Nelayan, dan UMKM. Namun program-
program bantuan layanan kesehatan dan sosial tersebut belum bisa dikatakan tersedia
secara memadai karena masih ada kelompok - kelompok rentan yang belum
terjangkau layanan kesehatan dan sosial. Contohnya adalah program nasional
JAMKESMAS yang sudah tersedia akan tetapi belum memadai, dalam hal ini
pelayanannya, sarananya, dan prasarananya, serta masih ada masyarakat miskin yang
belum terdata sebagai penerima bantuan. Di bidang pendidikan, dengan adanya
program pemerintah wajib belajar 12 tahun, semua warga negara mempunyai akses
ke dunia pendidikan yang berkualitas tanpa dipungut biaya.
2. Maluku memiliki ikatan persaudaraan dan kekerabatan lintas budaya, agama, dan suku
yang disebut dengan hubungan Pela dan Gandong. Hubungan Pela dan Gandong
menjadi modal sosial yang terbangun secara turun temurun yang menguatkan
hubungan sosial kemasyarakatan antar 2 atau lebih negeri (desa) yang diikat dalam
hubungan Pela dan Gandong. Pela dan Gandong secara alami mengatur, memobilisasi
sumber daya yang ada di suatu komunitas untuk menangani sebuah masalah. Pela dan
Gandong dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan pada beberapa
kasus, Pela dan Gandong mendukung upaya-upaya pemulihan pasca bencana baik
konflik horizontal maupun bencana alam. Pela dan Gandong telah menembus batas-
batas wilayah, ruang dan waktu. Semangat Pela dan gandong menjadi prinsip dasar bagi
komunitas-komunitas masyarakat untuk saling mendukung dan membantu. Contoh
penerapan budaya Pela dan Gandong adalah ketika ada kebakaran di kelurahan Silale,
pada tanggal 24 Oktober 2016, masyarakat di sekitar lokasi beserta organisasi
kemasyarakat, organisasi keagamaan, pihak swasta bersama-sama melakukan tindakan
emergency berupa menyediakan tempat untuk berlindung sementara, memberikan
makanan siap saji, pakaian layak pakai, traumatic healing, dan penyediakan sarana air
bersih dan sanitasi agar masayarakat yang kena dampak mendampatkan perlindungan
sementara.
3. Berkaitan dengan kohesi sosial yang lain adalah adanya kewang adat negeri yaitu
kewang laut dan kewang darat yang berfungsi sebagai penjaga laut dan hutan di sebuah
negeri. Budaya ini kemudian diadopsi oleh Pemerintah Kota Ambon melalui penetapan
SK Walikota Nomor 52 Tahun 2009 tentang Kewang Lingkungan Hidup. sebagai
Kewang Lingkungan. Kewang Lingkungan ini dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan
masyarakat yang menyentuh Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Resiko
Bencana (PRB) seperti penanaman mangrove, pengawasan limbah berbahaya, dan
pencegahan kebakaran hutan.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
43
4. Sasi atau hukum adat adalah peraturan-peraturan yang tidak tertulis di masyarakat, memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan, dan bersifat elastis. Sasi negeri atau sasi
gereja ini biasanya digunakan dalam menjaga lingkungan baik di darat maupun di laut.
5. Di Kota Ambon telah ada jaringan akar rumput sebagai bentuk kolaborasi dan partisipasi
masyarakat, khususnya dalam membangun ketangguhan terhadap bencana. Contoh jaringan
akar rumput adalah Muhabeth di Desa Kilang dimana penduduk melakukan pengumpulan
dana (Muhabeth) atau gotong royong dalam membangun kembali bangunan rumah serta
bangunan lainnya yang rusak akibat bencana. Di Kota Ambon, warisan budaya yang penting
bagi masyarakat belum seluruhnya teridentifikasi dan dilindungi sebagaimana mestinya.
6. Proses-proses yang memadai untuk memperkuat kapasitas sosial melalui kearifan lokal,
contohnya di desa Kilang dengan sistem Muhabeth (Batanati/Masohi/Gotong royong untuk
melakukan rehabilitasi). Penguatan kapasitas kewang lingkungan melalui bimbingan teknis
(Bimtek) dan pemberian buku saku Kewang (aturan-aturan lingkungan hidup). Melalui sistem
adat dan budaya lokal setempat, masyarakat umum dapat mengetahui adanya ancaman-
ancaman bahaya dan bagaimana mereka dapat bersiapsiaga serta bertindak dalam satu
keadaan darurat. Kearifan lokal ini membantu masyarakat dalam PB dan PRB selain melalui
terpasangnya jalur evakuasi di seluruh Kecamatan dan Early Warning System (EWS).
Gambar 16: Hasil penilaian Langkah Mendasar 7: Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan.
Langkah Mendasar 7: Memastikan agar program pendidikan dan pelatihan
pengurangan risiko bencana tersedia di sekolah-sekolah dan masyarakat setempat.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
44
4.2.8. Langkah Mendasar 8 - Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur Tujuan penilaian LM-8 ini adalah memahami bagaimana infrastruktur kota yang penting
untuk mendukung penyediaan layanan merespons bencana dan mengidentifikasi peluang
untuk meningkatkan kinerja mereka. dalam penilaian ini, terdapat 2 hal, yaitu :
1. Kota memiliki dan melaksanakan satu rencana atau strategi untuk melindungi
infrastruktur penting, manfaat dan layanan-layanannya.
Kota Ambon memiliki kegiatan rutin setiap tahunnya yang dilakukan oleh Dinas PU PR
untuk melindungi infrastruktur dan di tahun 2017 ada 162 kegiatan yang menunjang
infrastruktur penting. Adanya pemahaman bersama tentang resiko antara kota dan
berbagai penyedia layanan utilitas tentang titik-titik tekanan yang dihadapi, namun belum
optimal. hal ini juga ditandai dengan tidak tersedianya forum yang terdiri dari berbagai
instansi/dinas/perusahaan utilitas yang bertemu secara rutin untuk secara khusus
mengatasi masalah-masalah ketangguhan infrastruktur di tingkat kota.
Infrastruktur penting (yaitu RS, sekolah, gedung pemerintah, gardu listrik, dll.) tidak
dibangun di wilayah-wilayah berisiko rendah, sesuai dengan aturan-aturan dan regulasi
yang semestinya tentang mendirikan bangunan, serta pengaturan untuk menjaga
kelangsungan utiltitas. sekitar 80-99% rumah sakit, sekolah, gedung pemerintah, gardu
listrik,dll berada di kawasan beresiko tinggi.
Pemerintah Kota Ambon memiliki rencana kesinambungan untuk penyediaan layanan
penting di Kota Ambon. keseluruhan layanan di bidang air dan sanitasi, listrik dan energi,
layanan kesehatan, komunikasi termasuk sistem teknologi serta transportasi
mempunyai rencana/pengaturan kesinambungan layanan yang terkini. Selain itu, dana
yang tersedia untuk perbaikan keseluruhan empat pelayanan dasar belum memadai
untuk dapat dilakukan semuanya sekaligus.
Adapun kebijakan yang diperlukan yaitu :
- pembentukan forum yang terdiri dari berbagai instansi/dinas/perusahaan utilitas
yang bertemu secara rutin untuk secara khusus mengatasi masalah-masalah
ketangguhan infrastruktur di tingkat kota;
- membuat regulasi terkait dengan infrastruktur yang beresiko tinggi;
- Pengaturan kesinambungan layanan di bidang air dan sanitasi, listrik dan energi,
layanan kesehatan, komunikasi termasuk sitem teknologi dan transportasi perlu
ditingkatkan;
- perlu adanya tambahan dana dari sumber lain selain APBD untuk menunjang
pemeliharaan dan perbaikan layanan selama 5 tahun;
Program yang diperlukan antara lain:
- pembentukan forum lintas sektoral
- pengawasan peraturan daerah terkait ijin mendirikan bangunan
- koordinasi dengan pihak lain untuk peningkatan dana
2. Ketersediaan infrastruktur pelindung/mitigasi risiko (misalnya pertahanan banjir,
rancangan seismik) selalu tersedia bila diperlukan (dan dipelihara dengan semestinya).
Kota Ambon memiliki infrastruktur pelindung tetapi tidak dirancang dengan baik dan
tidak mempertimbangkan informasi resiko. Infrastruktur pelindung yang ada akan
memitigasi hampir semua skenario ancaman bahaya “yang paling mungkin terjadi”
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
45
namun sejumlah dampak akan tetap terjadi; ada kelemahan yang lebih besar secara
relatif terkait skenario ancaman “yang paling parah”. Proses-proses pemeliharaan
infrastruktur pelindung untuk memastikan integritas dan tetap berjalannya aset-aset
penting belum berjalan secara maksimal.
Adapun kebijakan yang ditempuh antara lain :
- setiap pembangunan infrastuktur harus mempertimbangkan data dan informasi
dari kajian resiko bencana di Kota Ambon, sehingga dapat meminimalisir dampak
dari bencana yang paling mungkin terjadi. pengawasan dan evaluasi tahunan juga
perlu dilakukan, dalam upaya pencegahan terjadinya dampak yang lebih besar.
Program yang dilakukan antara lain :
- Koordinasi lintas sektor dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dengan
melibatkan informasi dari BMKG dan kajian resiko bencana.
- Monitoring dan evaluasi tahunan dari semua SKPD dan pembentukan forum lintas
sektoral agar dapat dilakukan pemetaan pembangunan infrastruktur dengan
mempertimbangkan kajian resiko bencana.
Gambar 17: Hasil penilaian Langkah Mendasar 8: Meningkatkan ketangguhan infrastruktur.
Langkah Mendasar 8: Melindungi ekosistem dan penyangga-penyangga alamiah
untuk meredam banjir, gelombang badai, dan ancaman-ancaman bencana lain yang
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
46
membuat kota menjadi rentan. Beradaptasi pada perubahan iklim dengan memperkuat
praktik-praktik pengurangan risiko bencana yang baik.
4.2.9. Langkah Mendasar 9 - Memastikan Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana yang Efektif Proses ini bertujuan memastikan bahwa Kota Ambon telah menanggapi bencana secara
efektif melalui tinjauan dan pemutakhiran rencana-rencana kesiapsiagaan secara rutin,
menjaga sistem-sistem pemantauan ancaman bahaya dan peringatan dini, serta koordinasi
dan interoperabilitas antar para pemangku kepentingan utama. Dalam penilaian Langkah
Mendasar ini didapatkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Secara idealnya belum ada Rencana Penanggulangan Bencana (PRB) akan tetapi sudah
ada langkah-langkah mendasar dalam proses kesiapsiagaan dan tanggap darudrat
bencana oleh instansi terkait dalam hal ini BPBD Kota Ambon. Hal ini dapat dilihat
dari proses simulasi yang dilakukan oleh istansi yang dimaksud dengan melihat kondisi
saat ini dan belajar dari bencana waktu lalu, disesuaikan dengan Early Warning System
(EWS) yang sudah ada, dan dengan adanya komunikasi dengan instansi-instansi teknis
terkait. Rencana pembangunan yang dilakukan oleh seluruh instansi dalam lingkup
Pemerintah Kota Ambon belum berisi dan berdasarkan data serta pengetahuan terkini
tentang ancaman bencana, kerentanan kota, walaupun sudah dilakukan Kajian Resiko
Bencana, akan tetapi belum sampai ke penyusunan PRB.
2. Surat Walikota tentang tanggap darurat dikeluarkan untuk memastikan bahwa fungsi-
fungsi penting di kota tetap berjalan bahkan dalam keadaan darurat. Melalui SK ini
seluruh instansi terkait dapat menjalankan fungsinya dalam kondisi darurat bencana,
baik itu intansi teknis di lingkup Pemerintah Kota Ambon, BUMD, dan BUMN (Air,
Listrik & Rumah Sakit) serta pihak swasta lainnya.
3. Ada beberapa Sistim Peringatan Dini yang terhubung di Kota Ambon, 1) Gempa Bumi;
informasi dari pihak BMKG sebagai informan pertama yang kemudian disampaikan
langsung ke BPBD dan kemudian diteruskan ke Pemangku kepentingan tertinggi (Wali
Kota) dan setelah itu akan disebarkan ke masyarakat melalui telkomsel. 2) Banjir dan
Tsunami; sudah terpasang alat Early Warning System (EWS) di kelurahan Batu Gajah.
Sistem Peringatan Dini yang sudah terpasang di wilayah-wilayah resiko bencana
berlaku untuk tsunami, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor. Pengumuman peringan
dini belum memiliki cakupan sampai semua wilayah kota dan tidak semua daerah yang
memiliki akses terhadap penyebaran peringatan melalui radia, sirine, ataupun media
sosial.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
47
Gambar 18: Hasil penilaian Langkah Mendasar 9: Memastikan kesiapsiagaan
dan tanggap bencana yang efektif.
Langkah Mendasar 9: Membentuk sistem peringatan dini dan kapasitas manajemen
kedaruratan di kota dan melakukan geladi kesiapsiagaan untuk masyarakat secara rutin.
4.2.10. Langkah Mendasar 10 - Mempercepat Pemulihan dan Membangun Kembali Dengan Lebih Baik Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi dimensi. Menyikapi
kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap Tahun, pemikiran terhadap
penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh para Pemangku
Kepentingan.Penanganan bencana sering terkendala pada koordinasi lintas sektor, karena
koordinasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan rencana aksi, pengendalian rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana yang terintegrasi antar seluruh Pemangku Kepentingan dan penggiat
rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana.
Sesuai dengan arah kebijakan dalam RPJMN 2015-2019, penanggulangan bencana merupakan
tanggung jawab semua pihak. Untuk itu, peranan Pemangku Kepentingan, masyarakat, LSM,
swasta sangat penting. Pemerintah Daerah diharapkan dapat menyediakan landasan kebijakan bagi
penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah
melakukan kajian kerentanan, kerawanan, dan identifikasi risiko bencana daerah, sebagai dasar
pengambilan kebijakan pengarusutamaan PRB dalam perencanaan pembangunan. Untuk itu
pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan dan penganggaran
daerah multi sektoral merupakan upaya untuk melibatkan semua stakeholders dalam mengurangi
risiko bencana pada wilayah tertentu.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
48
Pada proses pasca terjadi bencana, Pemerintah Kota Ambon memiliki tanggung jawab untuk
melakukan pemulihan dan rencana pembangunan kembali bagi para korban yang terkena
bencana maupun infrastruktur umum dan Pemerintah Daerah dalam jangka panjang harus
dapat memberikan lingkungan kota yang lebih baik agar bencana yang kerap terjadi di Kota
Ambon tidak terulang kembali, tetapi kendala terbesar dalam proses pemulihan yaitu
ketersediaan dana. Seperti halnya yang disebutkan pada LM 1 di atas, bahwa penganggaran
terkait penanggulangan bencana hanya terdapat dalam biaya tidak terduga. Pemerintah Kota
Ambon tidaklah memiliki rencana cadangan jika sampai terjadi bencana di Kota Ambon, karena
masih melibatkan perangkat daerah yang ada.
Pasca tanah longsor di Batu Gajah, Pemerintah Kota Ambon telah mengambil langkah-langkah
untuk melakukan relokasi kepada 235 KK. Pemerintah Kota Ambon pada saat tiap terjadi
bencana belum memiliki hunian sementara untuk menampung para korban, sehingga korban
masih tinggal di tenda-tenda darurat yang ada. Langkah yang pernah diambil oleh Pemerintah
Kota Ambon Pasca tanah longsor di Batu Gajah, Pemerintah Kota Ambon telah melakukan
relokasi kepada 235 KK. Karena bencana, khususnya bencana banjir dan tanah longsor yang
kerap terjadi di Kota Ambon, sehingga dipandang perlu untuk membentuk forum yang
melibatkan para Pemangku Kepentingan untuk terlibat bersama-sama untuk menjadikan Kota
yang tangguh terhadap bencana, dan forum-forum banyak yang telah tebentuk, baik pada
tingkat Provinsi Maluku maupun Kota Ambon bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi.
Gambar 19: Hasil penilaian Langkah Mendasar 10: Mempercepat pemulihan dan membangun kembali dengan lebih baik.
Langkah Mendasar 10: Setelah bencana, memastikan agar kebutuhan-kebutuhan dan
partisipasi penduduk yang terdampak menjadi pusat dari upaya rekonstruksi,
dengan disertai bantuan untuk mereka dan organisasi-organisasi masyarakat untuk merancang
dan membantu respons bencana, termasuk membangun kembali perumahan dan penghidupan.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
49
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
50
Bab 5.
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon tahun 2017, dapat diambik
kesimpulan antara lain:
a. Tingkat ketangguhan Kota Ambon dalam pengelolaan resiko bencana sebesar 2,30
menunjukan Kota Ambon masih kurang tangguh dalam pengelolaan resiko
bencana.
b. Hasil penilaian 0-3 dilakukan perbaikan dengan melaksanaan program/kegiatan
yang diprioritaskan dan hasil 4 dan 5 maka akan dilakukan penguatan dan
optimalisasi program/kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan resiko
bencana.
c. Menindaklanjuti hasil penilaian diharapkan seluruh rekomendasi program/kegiatan
serta strategi dan kebijakan dapat diakomodir dalam dokumen perencanaan
pembangunan daerah.
d. Rekomendasi program/kegiatan yang diberikan selanjutnya menjadi bahan evaluasi
dan monitoring daerah dalam membangun ketangguhan.
5.2. REKOMENDASI
5.2.1. Adanya Organisasi Untuk Ketangguhan Terhadap Bencana
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Kajian Resiko menjadi masukan dalam penyusunan Visi-Misi atau rencana strategi Kota Ambon.
Perencanaan pembangunan terintegrasi dengan kajian resiko dan mitigasi bencana dan berbasis lanscape.
2 Membentuk Forum yang mewadahi semua pemangku kepentingan pengarusutamaan PI-PRB Kota Ambon untuk memberikan masukan pada Visi-Misi
Pembentukan Forum
3 Dilakukannya evaluasi Tahunan dan Akhir periode. Menindaklanjuti hasil
Perencanaan pembangunan terintegrasi dengan kajian resiko dan mitigasi bencana
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
51
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
evaluasi, harus digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi.
4 Pemetaan tanggung jawab, kapasitas dan kompetensi yang mudah dipahami pemangku kepentingan.
Pembuatan diagram tanggung jawab, kapasitas dan kompetensi pemangku kepentingan sesuai SOP
5 Meningkatkan kapasitas aparatur dalam pengelolaan informasi dan komunikasi bahaya dan ancaman bencana. Membuat program inovasi dalam pengelolaan informasi bahaya dan ancaman bencana
Bimbingan teknis dan pembuatan sistem inovasi informasi bahaya dan ancaman secara partisipatif
6 Optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai tata ruang dan mitigasi bencana
Pengendalian pemanfaatan ruang secara optimal dengan mempertimbangkan kajian resiko
7 Evaluasi investasi dengan mempertimbangkan kajian resiko bencana
Monitoring dan Evaluasi investasi yang responsif mitigasi bencana
8 Review kajian resiko Evaluasi dan review kajian resiko bencana Kota Ambon secara berkala
5.2.2. Mengidentifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko Saat Ini dan Masa Mendatang
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Pemutakhiran/revisi kajian resiko bencana Kota Ambon dengan mempertimbangkan data-data terkait
Evaluasi dan review kajian resiko bencana Kota Ambon secara berkala
2 Pemutakhiran / revisi kajian risiko bencana kota Ambon
Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon
3 Revisi Kajian Risiko Bencana dengan dukungan data dari Stakeholder terkait
Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting
4 Revisi Kajian Risiko Bencana dengan dukungan data dari Stakeholder terkait terutama untuk mengidentifikasi hasil usaha bisnis dan lapangan pekerjaan yang beresiko, penduduk yang beresiko mengungsi, rumah-rumah yang beresiko, warisan budaya yang beresiko, lahan pertanian dan ekosistem yang beresiko dari skenario ancaman bahaya "yang paling mungkin terjadi".
Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
52
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
5 Revisi Kajian Risiko Bencana dengan dukungan data dari Stakeholder terkait
Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting
6 Perlunya dilakukan Revisi kajian resiko bencana berdasarkan data dan analisis mengenai perubahan iklim termasuk bagaimana perubahan iklim akan berdampak pada resiko-resiko di masa mendatang.
Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting
7 Pengkajian resiko harus dilakukan secara bersama dengan seluruh pemangku kepentingan setiap tahun dan perlu dimutakhirkan setiap saat
Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting
8 Kemudahan akses dokumen kajian resiko bencana pada semua OPD, dan dapat digunakan untuk kepentingan dinas masing-masing. kemudahan akses ini juga harus menjadi pertimbangan dari BPBD Kota Ambon, agar dapat menyediakan data ini secara offline maupun online.
Optimalisasi website BPBD dan penguatan kapasitas aparatur
9 Kemudahan akses dokumen kajian resiko bencana pada semua OPD, sehingga seluruh OPD di Kota Ambon dapat menggunakan dokumen ini sebagai dasar dalam penyusunan program dan perencanaan dengan baik.
Optimalisasi pemanfaatan dokumen kajian resiko bencana dalam penyusunan rencana dan program kegiatan OPD dan pembetukan forum OPD terkait kebencanaan Pembetukan desa/negeri dan Kelurahan tangguh bencana di Kota Ambon
10 Mempersiapkan seluruh informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat disediakan dengan format yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. keterlibatan media menjadi sangat penting dalam penyebarluasan informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat dan kebencanaan. diperlukan juga dibentuk forum tanggap bencana di tingkat desa/kelurahan, sehingga mempermudah akses informasi sampai ke tingkat masyarakat.
Optimalisasi penyebaran informasi terkait kebencanaan di Kota Ambon
11 Diperlukan perluasan media komunikasi dalam penyebarluasan informasi dan berita terkait dengan data dan informasi
Optimalisasi penyebaran informasi terkait kebencanaan di Kota Ambon
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
53
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
mengenai kebencanaan, sehingga mudah diakses oleh masyarakat. update data perlu dilakukan setiap saat, sehingga memudahkan masyarakat memperoleh informasi.
12 Menindaklanjuti dari Perda Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sosialisasi, Pembuatan Perwali tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Perusahaan yang akan memberikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
5.2.3. Memperkuat kapasitas keuangan untuk mewujudkan ketangguhan.
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Menindaklanjuti dari Perda Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sosialisasi, Pembuatan Perwali tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
2 Sinkronisasi program OPD Perencanaan Pembangunan terintegrasi
3 Menindaklanjuti hasil data inventarisir aset ekonomi
Melakukan kajian aset ekonomi
4 Peningkatan pembiayaan terhadap aktifitas API dalam APBD
Perencanaan Pembangunan terintegrasi
5 Penguatan kebijakan yang berkeadilan dalam pembangunan perumahan kelompok rentan dan edukasi bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
Perencanaan Pembangunan terintegrasi Sosialisasi tentang pembangunan permukiman sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan.
6 Mendorong pelaksanaan insentif dan disinsentif bagi permukiman rawan bencana
Konsultasi publik pelaksanaan insentif dan disinsentif bagi permukiman rawan bencana
7 Mengkaji pelaku usaha bisnis di Kota Ambon dalam perspektif PRB
Memberikan insentif/disinsentif bagi pelaku usaha bisnis yang berperspektif PRB.
8 Mengkaji organisasi nirlaba di Kota Ambon dalam perspektif PRB
Memberikan insentif/disinsentif bagi pelaku usaha bisnis yang berperspektif PRB.
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
54
5.2.4. Mengupayakan pembangunan dan rancangan kota yang tangguh
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Update data tentang statistik penduduk dan sosial, ekonomi perkotaan , perumahan dan lahan, infrastruktur dan fasilitas penting dan keberlanjutan lingkungan
Pembuatan peta kajian resiko bencana dan zonasi ancaman
2 Investasi tambahan di bidang pelayanan listrik untuk memastikan kelangsungan layanan dasar setelah bencana terjadi
Pemanfaatan teknlogi termasuk energi terbarukan untuk penyediaan listrik di Kota Ambon
3 Investasi tambahan di bidang infrastruktur untuk kawasan kumuh perkotaan
Rehabilitasi Kawasan kumuh perkotaan dan membangun rumah layak huni
4 Menerapkan praktek-praktek inovatif dan solusi dalam perancangan perkotaan
Pengembangan praktek inovatif mitigasi bencana antara lain: Pembuatan sumur resapan, pembuatan IPAL Komunal, IPLT, Pembuatan lubang resapan biopori, pembuatan MCK Komunal, pembuatan MCK di desa/kelurahan,penambahan sarana dan prasarana persampahan, penanaman pohon dan pemanfaatan pekarangan,dll.
5 Peningkatan pengawasan terkait peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan ijin mendirikan bangunan (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan bangunan dan infrastruktur hijau
Pengawasan dan evaluasi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Ijin Mendirikan Bangunan di Kota Ambon
6 Perlu dilakukan supervisi konstruksi oleh pihak ketiga yang bersertifikasi
Pengawasan dan evaluasi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Ijin Mendirikan Bangunan di Kota Ambon
7 Peningkatan pengawasan terkait peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan ijin mendirikan bangunan (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan bangunan dan infrastruktur hijau
Pemberian Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan bangunan dan infrastruktur hijau. Optimalisasi Pengawasan implementasi perda tentang Rencana Tata Ruang, Ijin Membangun Bangunan, dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan bangunan dan infrastruktur hijau.
8 Penyusunan program pendidikan dan pelatihan yang memadai untuk menjawab masalah terkait konstruksi dan peremajaan yang peka terhadap bencana.
Peningkatan kapasitas aparatur dan kerjasama dengan pihak lain yang profesiona dalam perencanaan hingga pengawasan bangunan, gedung dan infrastuktur
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
55
5.2.5. Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Upaya dan kebijakan dalam menjaga dan memelihara ekosistem. seluruh laju kerusakan lingkungan harus dapat dikendalikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan
Koordinasi dan Kerjasama Lintas sektor dalam upaya untuk memaksimalkan penggunaan tata guna lahan dengan tetap mendukung layanan ekosistem secara optimal, dan optimalisasi dokumen SLHD Kota Ambon
2 Upaya dan kebijakan dalam menjaga dan memelihara ekosistem. seluruh laju kerusakan lingkungan harus dapat dikendalikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan
Pemeliharaan dan pemulihan ekosistem daerah aliran sungai, ekosistem pesisir dan pantai.
3 Penegakan aturan, pemeliharaan dan rehabilitasi
Pembuatan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, Sosialisasi, Edukasi.
4 Kerjasama lintas daerah dalam pengelolaan dan pengkajian aset ekosistem
Inventarisasi dan identifikasi aset-aset ekosistem di daerah batas antara Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah
5 Kerjasama lintas daerah dalam pengelolaan dan pengkajian aset ekosistem
Inventarisasi dan identifikasi aset-aset ekosistem di daerah batas antara Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah
5.2.6. Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Mendorong untuk mempercepat no. Regristrasi PRB
Sosialisasi fungsi tugas BPBD; 2) Sosialisasi Perda PRB
2 Memperkuat kelembagaan (intansi terkait) dalam pemberian Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan PRB di segala lapisan (masyarakat, kelembagaan dan swasta
Instansi terkait melakukan Pelatihan; 2) Pemulihan ekonomi dari instasi terkait; 3) setiap instasi terkait melakukan kesiapsiagan dalam bentuk program
3 Mengintergrasikan Perencanaan PRB kedalam RPJMD. BPBD harus memiliki daftar ketrampilan dan pengalaman ketangguhan terhadap bencana yang dimiliki oleh semua Lembaga/Organisasi/perorangan yang berada di Kota Ambon.
Semua instasi di lingkup Pemerintahan Kota Ambon harus memiliki rencana Kesiapsiagaan untuk pengurangan resiko bencana; Pembuatan data base tentang ketrampilan dan pengalaman ketangguhan terhadap bencana yang dimiliki oleh semua
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
56
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
Lembaga/Organisasi/perorangan yang berada di Kota Ambon.
4 Website BPBD diaktifkan dan terupdate. Manageman sistem informasi yang bisa diakses oleh semua masyarakat diperkotaan maupun dipedesaan.
Pembuatan data base tentang kepasitas ketangguhan yang dimiliki setiap SKPD
5 Manageman sistem informasi yang bisa diakses oleh semua masyarakat diperkotaan maupun dipedesaan
Website BPBD diaktifkan dan terupdate. Pembuatan data base tentang kepasitas ketangguhan yang dimiliki setiap SKPD Merekrut tenaga IT untuk pembuatan data base terpadu dan penyampaian informasi ke masyarakat.
6 Mendaftarkan Kota Ambon ke dalam jarinngan Internasional Kota Tangguh oleh Pemerintah Kota. Membangun sitem pertukaran informasi
Mengirim delegasi dalam pertemuan nasional dan internasional. Mengikuti konfrensi tingkat nasional dan internasional.
7 Membangun sistem pertukaran informasi (Difasilitasi Kominfo dan forum API PRB Kota Ambon)
Melakukan Kajian Sistem dan proses pertukaran informasi. Kajian terhadap sistem dan proses pertukaran informasi antar kota dan kabupaten di Maluku dan di luar Maluku
8 Membangun kerjasama dengan Kominfo Mengaktifkan media sosial, media cetak, dan media lainnya
Mengupdate data di website BPBD, Siaran langsung melalui media TV dan radio
9 Penyusunan Kebijakan tentang penggunaan dana CSR untuk PRB
Pembentukan forum CSR.
10 Melakukan perjanjian kerjasama denganLSM/organisasi Kemasyarakatan/organisasi Keagamaan/organisasi Kepemudaan
Pendataan LSM/Organisasi Kemasyarakatan/organisasi kepemudaan/organisasi keagamaan di Kota Ambon. Memperkuat kerjasama sesuai tupoksi.
5.2.7. Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Memastikan seluruh masyarakat telah memiliki asuransi kesehatan (BPJS/Kartu sehat); Memastikan bahwa program layanan kesehatan telah menjangkau kaum marginal (difabel, lansia, anak, fakir miskin, yatim piatu, perempuan)
Pendataan tenaga medis (dokter, perawat, dan bidan), Perkuat sarana prasarana kesehatan, Kerjasama Pendampingan dari BPJS
2 Edaran / Perwali untuk memastikan desa menggunakan ADD untuk pemberdayaan kelompok rentan dan BUMDes & BUMNeg sadar PRB,
Perdampingan, penguatan, kerjasama antar PRB dan intansi terkait pemberi bantuan, penggunaan ADD Mengidentifikasi usaha-usaha mikro di setiap wilayah rawan bencana
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
57
3 Mendorong masyarakat bebas buta aksara melalui penggunaan dana desa (Penguatan kapasitas penduduk desa
Pelatihan dan pemberdayaan masyarakat
4 Pendataan organisasi akar rumput/berbasis masyarakat yang bekerja membangun ketangguhan di Kota Ambon
Perkuat kapasitas organisasi akar rumput Forum organisasi akar rumput
5 Perkuat kapasitas organiasi-organiasai akar rumput (Pemuda gereja dan masjid)
Pembuatan Forum akar rumput yang berfokus pada ketangguhan untuk transfer pengetahuan (Dilakukan oleh SKPD terkait, BPBD, DLH)
6 Penyusunan Kebijakan perlindungan cagar budaya terutama di daerah rawan bencana
Kajian/studi tempat-tempat cagar budaya di daerah rawan bencana Penyusunan PERDA perlindungan cagar budaya
7 Masukan Konsep Pengurangan Resiko Bencana dalam Kurikulum sekolah
BPBD melakukan program sekolah siaga Bencana dan atau sekolah tangguh Pelatihan tiap tahun salah satunya dengan melibatkan sekolah
5.2.8. Meningkatkan ketangguhan infrastruktur
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Perlu diadakan forum yang terdiri dari berbagai instansi untuk mengkaji masalah-masalah infrastruktur ditingkat kota
Pembentukan forum lintas instansi
2 Perlu diadakan forum yang terdiri dari berbagai instansi untuk mengkaji masalah-masalah infrastruktur ditingkat kota
Pembentukan forum lintas instansi dibidang infrastruktur
3 Peningkatan pengawasan terkait peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan ijin mendirikan bangunan (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan bangunan dan infrastruktur hijau
Revitalisasi lingkungan Rumah Sakit dengan memperhatikan resiko bencana Revitalisasi lingkungan Sekolah dengan memperhatikan resiko bencana
4 Perlu adanya tambahan dana dari sumber lain selain APBD untuk menunjang pemeliharaan dan perbaikan layanan selama 5 tahun.
Koordinasi dengan pendonor dari pihak lain agar dapat menunjang pemeliharaan dan perbaikan layanan selama 5 tahun
5 Pembangunan infrastuktur mempertimbangkan data dan informasi dari kajian resiko bencana di Kota Ambon, serta melakukan pengawasan dan evaluasi tahunan.
Pembuatan data base dan koordinasi lintas sektor dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dengan melibatkan informasi dari BMKG dan kajian resiko bencana.
6 Peningkatan pengawasan dan melakukan laporan secara berkala
Monitoring dan evaluasi tahunan yang dilakukan oleh forum lintas sektoral
7 Pendataan infrastruktur pelindung Pembuatan data base dan koordinasi lintas sektor dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dengan
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
58
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
melibatkan informasi dari BMKG dan kajian resiko bencana.
8 Peningkatan cakupan drainase di Kota Ambon
Penyusunan masterplan drainase, revitalisasi drainase dan perluasan cakupan drainase di Kota Ambon.
5.2.9. Memastikan kesiapsiagaan dan tanggap bencana yang efektif No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Pembuatan SOP tentang tanggap darurat bencana 2) Sinkronisasi program mitigasi bencana di antara SKPD
Program mitigasi bencana di setiap kelembagaan Rapat evaluasi pemangku kepentingan d Kota Ambon untuk kesiapsiagaan PRB dalam 1 tahun sebanyak 2 kali.
2 Penguatan kapasitas dalam menghadapi lonjakan keadaan darurat
Gladi skenario bencana dan risiko yang melibatkan semua pemangku kepentingan terkait Seluruh wilayah terdekat akan bisa tertangani dalam 4 jam.
3 Apel posko 1 tahun 1 kali penanggung jawab BPBD. BPBD memperkuat untuk menjalankan fungsi koordinasi
TOT pelatihan & gladi PRB Rangkaian gladi tahunan divalidasi oleh para profesional sebagai representasi nyata skenario ancaman bahaya “paling parah” dan “yang paling mungkin terjadi”.
4 Kota menyediakan rencana yang menyeluruh dan terkini yang memberikan gambaran bagaimana pemerintah dan layanan-layanan penting lain akan tetap berjalan dalam keadaan darurat
Penyusunan SOP Kedaruratan pada layanan penting dalam menghadapi bencana
5 Optimalisasi data layanan publik Pemuktahiran data layanan-layanan publik dalam 1 tahun 1 kali.
6 Peningkatan kapasitas SDM dalam keadaan darurat
Ujicoba /latihan dilakukan 1 tahun 1kali
7 Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana satuan pemadam kebakaran
Penambahan Armada Pemadam, personil, dan sarana prasarana yang mencakup 5 kecamatan disesuaikan dengan jumlah penduduk dan berdasarkan karateristik wilayah. Pengadaan alat pelindung diri (jaket anti api) dan helm pelindung diri"
8 Jumlah polisi dan masyarakat/kawasan yang dilayani
Penambahan personil berdasarkan SP
9 Kajian perlengkapan dan pasokan PRB Optimalisasi perlengkapan dan pasokan PRB
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
59
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
10 Pembuatan Nota kesepahaman / MOU antara Pemerintah Kota Ambon dengan swasta dalam penanggulangan Bencana
Rapat antara Pemerintah Kota Ambon dan swasta dalam menggunaan dana CSR untuk PRB
11 Hunian sementara di daerah paling rawan bencana
Pembangunan bangunan hunian sementara untuk penanganan bencana (Di daerah paling rawan bencana)
12 100 % penduduk di Kota Ambon dapat terjangkau sistem peringatan dini
Pengadaan alat sistem peringatan dini untuk tsunami, banjir, longsor, & gempa bumi (Dan untuk jenis bencana lainnya)
13 Semua kawasan di 5 kecamatan memiliki akses terhadap penyebaran peringatan melalui radiao, sirine, dan media sosial
Simulasi & gladi darurat bencana
14 Semua kawasan di 5 kecamatan memiliki akses terhadap penyebaran peringatan melalui radiao, sirine, dan media sosial
Melengkapi sistem peringatan dini untuk semua jens bencana di 5 kecamatan Penguatan kapasitas aparatur, tenaga sukarelawan, anggota forum API-PRB dan mensosialisasikan SOP Sistem Peringatan Dini
5.2.10. Mempercepat Pemulihan Dan Membangun Kembali Dengan Lebih Baik.
No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan
1 Pemberdayaan masyarakat korban bencana
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam bidang ekonomi
2 · Pembentukan forum CSR Perda Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
3 Pelibatan seluruh pemangku kepentingan dalam proses RR
Rapat koordinasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
4 Melakukan pembelajaran meningkatkan ketangguhan pada Kota-kota yang karakteristik sama dengan Kota Ambon
Study Banding
5 Penyediaan hunian sementara dari bahaya bencana pada tingkat kecamatan
Pembangunan hunian sementara
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
60
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
61
LAMPIRAN
A. Laporan Diskusi Kelompok (Atau Kegiatan Lain dalam Rangka Pengukuran Level-
1, Level-2, Level-3 dan Penyusunan Simpulan atau Rekomendasi);
B. Laporan Hasil Pengukuran Kapasitas Ketangguhan Daerah (10 Langkah Mendasar
dan 71 Indikator);
Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon
62
DAFTAR PUSTAKA
ADRRN (the Asian Disaster Reduction and Response Network). 2010. 2009
Terminologi Pengurangan Risiko Bencana. Diambil
darihttp://www.unisdr.org/files/7817_isdrindonesia.pdf
Langhelle, O. (1999). Sustainable development: exploring the ethics of Our Common
Future. International Political Science Review, 20(2), 129-149.
Pearson, L., & Pelling, M. (2015). The UN Sendai framework for disaster risk reduction
2015–2030: Negotiation process and prospects for science and practice. Journal of
Extreme Events, 2(01), 1571001.
Pemerintah Kota Ambon. 2012. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 24 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ambon Tahun 2011
Sampai Dengan Tahun 2031.
Schmidt, F. H., & Ferguson, J. H. A. (1951). Rainfall types based on wet and dry period
ratios for Indonesia with Western New Guinee.
USAID APIK. 2017. Panduan Pelaksanaan Penilaian Kabupaten/Kota Tahun 2017.