laporan penilaian ketangguhan kota ambon · mangrove di daerah teluk ambon, pembuatan lubang...

80
LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON November 2017

Upload: dinhdiep

Post on 21-Apr-2019

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON

November 2017

Page 2: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

ii

LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN

KOTA AMBON

PROGRAM USAID

ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN

November 2017

DISCLAIMER

Laporan ini dibuat dengan dukungan dari rakyat Amerika melalui

Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi

dari laporan ini merupakan sepenuhnya tanggung jawab penulis

dan tidak mencerminkan pandangan USAID ataupun pemerintah

Amerika Serikat.

Tim Penulis:

Juan Eldo Kayadoe, S.STP - Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan

Daerah

Wiesye V. Pelupessy, S.T., M.P.S. - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Irene M. Sohilait, S.Si., M.Si - Organisasi Kemasyarakatan Green Moluccas

Elda E. Silanno, S.STP - Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan

Daerah

Lexy M. Manuputty, S.H - Bagian Hukum

Diana M. Lating - Yayasan Walang Perempuan

Penyunting:

Willy Wicaksono – APIK Regional Manager Maluku

Desi Patty – APIK Maluku Governance/Institutional Strengthening Specialist

Panjitresna Prawiradiputra – APIK Disaster Risk Reduction Advisor

Page 3: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

iii

KATA PENGANTAR

Assallamualaikum warahmatullahi Wabarakatu. Salam sejahtera untuk kita semua. Shalom.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena proses Penilaian Ketangguhan Kota

Ambon terhadap bencana tahun 2017 telah terlaksana dengan baik. Proses Penilaian

Ketangguhan ini telah memberikan kepada kita semua, posisi dan kerja keras kita selama ini

dalam upaya mewujudkan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat kota Ambon secara

menyeluruh.

Kota tangguh adalah kota yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan

memulihkan diri dari akibat dampak perubahan iklim dan bencana secara tepat waktu dan

efisien, namun tetap mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasarnya.Melihat

pengertian diatas, maka sebagai kota kecil yang memiliki topografi yang berbukit – bukit, Kota

Ambon memiliki potensi untuk terjadinya bencana seperti banjir dan longsor serta lainnya.

Dengan adanya perubahan iklim yang terjadi saat ini tentunya saja akan semakin meningkatkan

ancaman bencana. Namun semua ini dapat diminimalisir ketika kita mau bekerjasama untuk

mengurangi dampak dari perubahan iklim tersebut.

Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Ambon terhadap bencana tahun 2017 telah kita miliki dan

menjadi dokumen daerah yang akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Rekomendasi yang tertuang dalam dokumen

ini ada baiknya disinkronkan dengan perencanaan pada setiap Perangkat Daerah. Adaptasi

Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (API PRB) haruslah menjadi prioritas dalam

pembangunan sehingga kita semua dapat merasakan Ambon yang aman dan nyaman.

Demikian yang dapat disampaikan, semua yang ada dalam dokumen ini akan tetap diperbaharui

untuk kepentingan Kota Ambon kedepan. Terima kasih untuk semua pihak yang telah bekerja

keras selama proses Penilaian Ketangguhan maupun penyelesaian dokumen ini.

Wassallamualaikum warahmatullahi Wabarakatu. Salam sejahtera bagi kita semua. Shalom.

Ambon, November 2017

Walikota Ambon

Richard Louhenapessy, S.H

Page 4: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pelaksanaan penilaian ketangguhan kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Ambon

adalah bagian dari kerjasama antara Pemerintah Kota Ambon dengan USAID-APIK yang

didahului dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Nomor: 557/7095/SETKOT dan

Nomor: 02/APIK Maluku/MoU/XII/2016 Tanggal 2 Desember Tahun 2016 Tentang

Implementasi Program Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) di Kota Ambon.

Penilaian ketangguhan Kota Ambon bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kapasitas Kota

dalam hal ini pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas pengurangan

resiko bencana maupun penanggulangan bencana, khususnya bencana banjir dan tanah longsor

yang kerap terjadi di Kota Ambon.

Dalam proses penilaian ketangguhan kota, telah dibentuk Tim sebagai fasilitator dan notulis

untuk melaksanakan tugas:

1. Menginventarisir dan mengumpulkan data pada perangkat daerah terkait dan

pemangku kepentingan lainnya dalam proses penilaian ketangguhan kota;

2. Melaksanakan proses penilaian ketangguhan kota;

3. Melakukan penulisan laporan hasil penilaian ketangguhan kota;

4. Melakukan sosialisasi dan memberikan rekomendasi hasil penilaian ketangguhan kota.

Perangkat untuk mengukur tingkat ketangguhan kota dalam menghadapi bencana. Perangkat

pengukuran dan penilaian Ketangguhan Bencana Pemerintah Daerah dikembangkan

berdasarkan “ 10 (Sepuluh Langkah Mendasar) dalam membangun Kota Tangguh atau yang

dikenal dengan scorecard yang diturunkan dari Kerangka Pengurangan Resiko Bencana (PRB)

global dan 71 Indikator yang diturunkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS PB) tahun

2015-2019. Penilaian ketangguhan di Kota Ambon telah dilaksanakan dalam 2 (dua) kali

lokakarya, dan hasil dari lokakarya tersebut telah diperoleh hasil penilaian dari 10 Langkah

Mendasar dan 71 indikator Ketahanan Daerah terhadap bencana.

Page 5: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

v

HASIL PENILAIAN 10 LANGKAH MENDASAR

Gambar 1: Grafik nilai ketangguhan Kota Ambon terhadap bencana berdasarkan 10 Langkah Mendasar; nilai rerata 2,30 (Kurang Tangguh).

2.692.33 2.36

2.863.17

2.452.21

1.89

1.20

1.75

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

LM 1. Adanya

organisasi untuk

ketangguhan

terhadap

bencana

LM 2.

Mengidentifikasi,

memahami dan

menggunakan

skenario risiko

saat ini dan masa

mendatang.

LM 3.

Memperkuat

kapasitas

keuangan untuk

mewujudkan

ketangguhan

LM 4.

Mengupayakan

pembangunan

dan rancangan

kota yang

tangguh.

LM 5. Melindungi

penyangga alami

untuk

meningkatkan

fungsi

perlindungan

oleh ekosistem

LM 6.

Memperkuat

kapasitas

kelembagaan

untuk

ketangguhan

LM 7. Memahami

dan memperkuat

kemampuan

masyarakat untuk

mewujudkan

ketangguhan

LM 8.

Meningkatkan

ketangguhan

infrastruktur

LM 9.

Memastikan

kesiapsiagaan

dan tanggap

bencana yang

efektif

LM 10.

Mempercepat

pemulihan dan

membangun

kembali dengan

lebih baik

Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Ambon Tahun (2,30)

Page 6: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

vi

Berdasarkan hasil penialiaan 10 Langkah Mendasar, Kota Ambon memperoleh nilai 2,30

(Kurang Tangguh). Rekapitulasi hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon menunjukan nilai

tertinggi pada Langkah Mendasar 5 (lima) tentang Melindungi penyangga alami untuk

meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem dengan nilai 3,17 (sedang). Adapun faktor-

faktor pendukung pencapaian atas pemenuhan indikator penilaian ketangguhan pada Langkah

Mendasar 5 adalah upaya Pemerintah Kota Ambon, dan instansi lainnya seperti LIPI,

TNI/POLRI, sekolah, komunitas, organisasi masyarakat, organisasi keagamaan dan instansi

Pemerintah lainnya yang ada di Kota Ambon, yang memiliki fungsi yang berkaitan dalam

pemulihan ekosistem di Kota Ambon. Upaya yang dilakukan dalam memulihkan ekosistem

seperti penanaman pohon di area kritis dan rawan bencana di Kota Ambon, penanaman

mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur

resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM di lokasi-lokasi hulu sungai

seperti di Desa Soya dan Desa Batu Merah, pemulihan karang dan penanaman karang di lokasi

yang kondisi karangnya telah kritis, serta pembangunan Ruang Terbuka Hijau dan taman kota

di Kota Ambon. Sedangkan nilai terendah adalah pada Langkah Mendasar 9 (sembilan) yaitu

Memastikan Kesiapsiagaan dan tanggap bencana yang efektif dengan nilai 1,29 (rendah).

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil penilaian pada Langkah Mendasar 9 adalah

dikarenakan kota Ambon belum memiliki rencana pengurangan risiko bencana (PRB) dan

sistem Early Warning Systems (AWS) belum terdapat di seluruh kawasan sehingga belum dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hasil penilaian yang telah dilakukan menunjukan

bahwa Pemerintah Kota Ambon dalam hal ini para pemangku kepentingan harus lebih

berperan aktif dalam proses penanggulangan bencana (PB) maupun proses pengurangan risiko

bencana (PRB) yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing pemangku

kepentingan. Hasil dari penilaian tersebut juga telah dilihat bersama oleh seluruh pemangku

kepentingan di Kota Ambon melalui kegiatan Konsultasi Publik. Melalui proses konsultasi

publik, telah diperoleh rekomendasi kebijakan dan program yang harus ditindaklanjuti.

Page 7: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

vii

HASIL PENILAIAN 71 INDIKATOR

Gambar 2: Grafik indeks kapasitas Kota Ambon terhadap bencana dengan nilai rerata 0,53 (Sedang).

0.88

0.50

0.80

0.48 0.54

0.48

0.40

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

Perkuatan Kebijakan

dan Kelembagaan

Pengkajian Risiko dan

Perencanaan Terpadu

Pengembangan Sistem

Informasi, Diklat dan

Logistik

Penanganan Tematik

Kawasan Rawan

Bencana

Peningkatan Efektivitas

Pencegahan dan

Mitigasi Bencana

Perkuatan

Kesiapsiagaan dan

Penanganan Darurat

Bencana

Pengembangan Sistem

Pemulihan Bencana

INDEKS KAPASITAS KOTA AMBON (0.53)

Page 8: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

viii

Berdasarkan hasil penialiaan 71 Indikator ketahanan daerah, Kota Ambon memperoleh

nilai 0,49 (kategori sedang). Penilaian dilakukan dari 7 aspek dan didapati dari aspek

Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan mendapatkan nilai 0,88 (kategori tinggi). Adapun

faktor-faktor yang mendukung dalam pencapaian aspek perkuatan kebijakan dan

kelembagaan adalah telah dibentuknya BPBD Kota Ambon melalui Peraturan Daerah Kota

Ambon Nomor 25 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan

Bencana Kota Ambon yang secara struktural telah dilegalkan. Selanjutnya aspek terendah

dari penilaian 71 indikator ketahanan daerah adalah dari aspek pengembangan sistem

pemulihan bencana dengan nilai 0,40 (sangat rendah). Faktor yang menghambat rendahnya

aspek pengembangan sistem pemulihan bencana adalah mekanisme rencana pemulihan

pasca bencana yang belum terintegrasi dengan mempertimbangkan resiko jangka panjang

dan belum secara spesifik pada infrastruktur pelayanan dasar pemerintah, infrastruktur

penting, rumah/ permukiman penduduk, serta pemulihan penghidupan/ mata pencaharian

masyarakat yang terkena dampak bencana yang terjadi.

Page 9: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

ix

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... III

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................. IV

Hasil Penilaian 10 Langkah Mendasar .......................................................................................... v

Hasil Penilaian 71 Indikator ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... IX

DAFTAR TABEL ................................................................................................. XI

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ XII

LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

1.1. Maksud dan Tujuan .................................................................................................................. 1

1.2. Konsep Pengembangan Kota ................................................................................................. 2

1.3. Pendekatan/Metode Penilaian Ketangguhan ....................................................................... 4

RANGKUMAN PROSES PENILAIAN ................................................................ 7

2.1. Persiapan .................................................................................................................................... 7

2.1.1. Pembentukan Tim Inti ....................................................................................................... 7

2.1.2. Identifikasi pihak-pihak yang terlibat. ............................................................................. 7

2.1.3. Penyamaan persepsi kerangka penilaian dan tahapan kegiatan. ............................... 7

2.1.4. Pengumpulan, analisa data, dan sumber bukti pendukung awal. ............................. 8

2.2. Pelaksanaan ................................................................................................................................ 8

2.2.1. Penentuan prioritas potensi bahaya bencana .............................................................. 8

2.2.2. Pelaksanaan pengukuran ................................................................................................... 8

2.3. Pasca Penilaian .......................................................................................................................... 8

2.3.1. Konsultasi publik hasil dan rekomendasi hasil ............................................................. 8

2.3.2. Monitoring dan evaluasi integrasi rekomendasi hasil penilaian ............................... 9

2.3.3. Pelembagaan Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kota Tangguh ............... 9

2.4. Pelaksana .................................................................................................................................... 9

GAMBARAN UMUM KOTA AMBON .............................................................. 10

3.1. Kondisi Geografis Daerah ................................................................................................... 10

3.1.1. Luas, Letak dan Batas Administrasi Kota Ambon ................................................... 10

3.1.2. Topografi Kota Ambon ................................................................................................. 12

3.1.3. Iklim .................................................................................................................................... 12

3.1.4. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk ............. 13

3.1.5. Penduduk Miskin di Kota Ambon ............................................................................... 15

3.2. Kondisi Sosial ......................................................................................................................... 16

3.3. Kondisi Ekonomi ................................................................................................................... 16

3.4. Profil Kerentanan Terhadap Bencana dan Perubahan Iklim ........................................ 17

HASIL PENGUKURAN ...................................................................................... 26

4.1. Hasil Penilaian Level 0 .......................................................................................................... 26

4.1.1. Langkah Mendasar 1 ....................................................................................................... 26

4.1.2. Langkah Mendasar II ....................................................................................................... 26

4.1.3. Langkah Mendasar III ...................................................................................................... 26

Page 10: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

x

4.1.4. Langkah Mendasar VIII ....................................................................................................26

4.2. Hasil Penilaian Level 1 sampai Level 3 ..............................................................................28

4.2.1. Langkah Mendasar 1 - Adanya organisasi untuk ketangguhan ...............................29

4.2.2. Langkah Mendasar 2 - Mengidentifikasi, memahami dan menggunakan skenario

risiko saat ini dan masa mendatang. ........................................................................................31

4.2.3. Langkah Mendasar 3 - Memperkuat Kapasitas Keuangan Untuk Mewujudkan

Ketangguhan. ................................................................................................................................33

4.2.4. Langkah Mendasar 4 - Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Yang

Tangguh .........................................................................................................................................35

4.2.5. Langkah Mendasar 5 - Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi

perlindungan alami oleh ekosistem .........................................................................................36

4.2.6. Langkah Mendasar 6 - Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Ketangguhan

39

4.2.7. Langkah Mendasar 7 - Memahami dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat

untuk Mewujudkan Ketangguhan. ...........................................................................................42

4.2.8. Langkah Mendasar 8 - Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur ........................44

4.2.9. Langkah Mendasar 9 - Memastikan Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana yang

Efektif .............................................................................................................................................46

4.2.10. Langkah Mendasar 10 - Mempercepat Pemulihan dan Membangun Kembali

Dengan Lebih Baik ......................................................................................................................47

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................................. 50

5.1. Kesimpulan ..............................................................................................................................50

5.2. Rekomendasi ...........................................................................................................................50

5.2.1. Adanya Organisasi Untuk Ketangguhan Terhadap Bencana ..................................50

5.2.2. Mengidentifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko Saat Ini dan

Masa Mendatang ..........................................................................................................................51

5.2.3. Memperkuat kapasitas keuangan untuk mewujudkan ketangguhan. ....................53

5.2.4. Mengupayakan pembangunan dan rancangan kota yang tangguh ..........................54

5.2.5. Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan oleh

ekosistem ......................................................................................................................................55

5.2.6. Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan .......................................55

5.2.7. Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan

ketangguhan ..................................................................................................................................56

5.2.8. Meningkatkan ketangguhan infrastruktur ...................................................................57

5.2.9. Memastikan kesiapsiagaan dan tanggap bencana yang efektif ................................58

5.2.10. Mempercepat Pemulihan Dan Membangun Kembali Dengan Lebih Baik. ........59

LAMPIRAN ........................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 62

Page 11: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

xi

Daftar Tabel

Tabel 1: Catatan tahapan pelaksanaan penilaian ketangguhan Kota Ambon .......................... 1

Tabel 2: Distribusi dan pertumbuhan penduduk Kota Ambon menurut Kecamatan tahun

2012-2016 (Disdukcapil Kota Ambon, 2017) .................................................................... 14

Tabel 3: Luas wilayah dan kepadatan penduduk tiap Kecamatan tahun 2016 (Disdukcapil

Kota Ambon, 2017) ................................................................................................................. 14

Tabel 4: Indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Ambon menurut komponen tahun

2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016) .................................................................................. 16

Tabel 5: Risiko bencana Gempabumi menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen

Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 18

Tabel 6: Risiko bencana Tanah Longsor menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen

Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 19

Tabel 7: Risiko bencana Banjir menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen Pemetaan

Risiko Kota Ambon, 2012) ..................................................................................................... 19

Tabel 8: Risiko bencana Tsunami berdasarkan kecamatan di Kota Ambon (dokumen

Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 20

Tabel 9: Risiko bencana Abrasi berdasarkan kecamatan di Kota Ambon (dokumen

Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 21

Tabel 10: Risiko bencana Kekeringan berdasarkan kecamatan di Kota Ambon (dokumen

Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012) ................................................................................. 21

Tabel 11: Rekapitulasi kejadian bencana di Kota Ambon tahun 2012 dan 2013 (dokumen

Data Bencana Kota Ambon, 2014) ...................................................................................... 23

Tabel 12: Rekapitulasi kerusakan infrastruktur akibat bencana banjir dan longsor di Kota

Ambon tahun 2012-2013 (BPBD Kota Ambon, 2016) .................................................... 27

Page 12: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

xii

Daftar Gambar

Gambar 1: Grafik nilai ketangguhan Kota Ambon terhadap bencana berdasarkan 10

Langkah Mendasar; nilai rerata 2,30 (Kurang Tangguh). .................................................... v

Gambar 2: Grafik indeks kapasitas Kota Ambon terhadap bencana dengan nilai rerata

0,53 (Sedang). ............................................................................................................................. vii

Gambar 1: Peta wilayah administrasi Kota Ambon (Bappeda Litbang Kota Ambon, 2016)

.......................................................................................................................................................11

Gambar 2: Grafik curah hujan di Kota Ambon tahun 2016 (BMKG Meteorologi

Pattimura, 2017) ........................................................................................................................13

Gambar 3: Grafik jumlah penduduk miskin Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota

Ambon, 2016) ............................................................................................................................15

Gambar 4: Grafik pertumbuhan ekonomi Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota

Ambon, 2016) ............................................................................................................................17

Gambar 5: Perbandingan jumlah kejadian bencana di Provinsi Maluku 2006-2016 (analisa

dibi.bnpb.go.id) ...........................................................................................................................22

Gambar 6: Catatan kejadian bencana di Kota Ambon 2007-2017 (analisa dibi.bnpb.go.id)

.......................................................................................................................................................23

Gambar 7: Rekapitulasi hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon 2017 ...............................28

Gambar 8: Hasil penilaian Langkah Mendasar 1: Adanya organisasi/kelembagaan untuk

ketangguhan terhadap bencana. .............................................................................................31

Gambar 9: Hasil penilaian Langkah Mendasar 2: Memahami dan menggunakan skenario

risiko saat ini dan masa mendatang. ......................................................................................33

Gambar 10: Hasil penilaian Langkah Mendasar 3: Memperkuat kapasitas keuangan untuk

mewujudkan ketangguhan. ......................................................................................................34

Gambar 11: Hasil penilaian Langkah Mendasar 4: Mengupayakan pembangunan dan

rancangan kota yang tangguh. .................................................................................................36

Gambar 12: Hasil penilaian Langkah Mendasar 5: Melindungi penyangga alami untuk

meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem. ..........................................................39

Gambar 13: Hasil penilaian Langkah Mendasar 6: Memperkuat kapasitas kelembagaan

untuk ketangguhan. ...................................................................................................................41

Gambar 14: Hasil penilaian Langkah Mendasar 7: Memahami dan memperkuat

kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan. .............................................43

Gambar 15: Hasil penilaian Langkah Mendasar 8: Meningkatkan ketangguhan

infrastruktur. ..............................................................................................................................45

Gambar 16: Hasil penilaian Langkah Mendasar 9: Memastikan kesiapsiagaan dan tanggap

bencana yang efektif. .................................................................................................................47

Gambar 17: Hasil penilaian Langkah Mendasar 10: Mempercepat pemulihan dan

membangun kembali dengan lebih baik. ...............................................................................48

Page 13: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM
Page 14: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

xiv

Page 15: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

1

Bab 1.

LATAR BELAKANG

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu asas penyelenggaraan pemerintahan

yang baik (good governance) dimana proses pembangunan yang dilakukan berprinsip untuk

memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan dari generasi mendatang

untuk memenuhi kebutuhannya (Langhelle, 1999). Lingkungan hidup adalah salah satu

bidang yang menjadi fokus pembangunan berkelanjutan untuk memastikan tidak hancurnya

lingkungan hidup tersebut akibat pembangunan ekonomi dan sosial. Isu-isu lingkungan

hidup yang menjadi permasalahan baik pada skala lokal, nasional, regional, maupun global

antara lain adalah tingginya emisi rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global. Dari

hasil penelitiandari berbagai lembaga, telah diketahui bahwa pemanasan global berdampak

pada perubahan iklim secara global dan meningkatkan intensitas bencana hidrometrologi

(banjir, tanah longsor, gelombang pasang/abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan,

dan puting beliung) pada berbagai wilayah di Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya

tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana melalui

pengurangan emisi rumah kaca, pemulihan ekosistem, pengelolaan sampah terpadu, serta

penyediaan energi terbaharukan.

Menyikapi isu-isu strategis dan permasalahan di atas, telah dilakukan berbagai pertemuan-

pertemuan pada skala global dalam rangka menyamakan persepsi serta menyusun kerangka

tindak lanjut berupa rencana aksi yang perlu dilaksanakan. Sebagai bagian dari komitmen

global yang telah dibangun, pada tahun 2015 telah dikeluarkan sebuah kerangka kerja untuk

pengurangan resiko bencana yang bernama Sendai Framework for Disaster Risk Reduction

(SFDRR) 2015-2030 (Pearson, L., & Pelling, M., 2015). Dalam kerangka kerja dimaksud,

telah terjadi perubahan paradigma dalam mewujudkan ketangguhan suatu wilayah dari

pengelolaan bencana ke pengelolaan resiko bencana yang bertujuan mencegah risiko

bencana baru, pengurangan risiko bencana yang ada, memperkuat ketangguhan, mencegah

dan mengurangi keterpaparan dan kerentanan, serta meningkatkan kesiapsiagaan dan

pemulihan setelah bencana.

Dalam rangka pengurangan resiko bencana, perlu diketahui sejauh mana

kapasitas/kemampuan wilayah dalam hal ini pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam

melaksanakan aktifitas/kegiatan pengurangan resiko bencana maupun penanggulangan

bencana yang terjadi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations

International for Disaster Reduction (UNISDR) telah mengeluarkan perangkat

pengukuran tingkat ketangguhan wilayah dalam menghadapi bencana yang kemudian

dapat dipakai oleh Pemerintah Daerah secara mandiri menilai kapasitas daerah dalam

Page 16: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

2

mengurangi resiko bencana, menanggulangi bencana, dan membangun kembali dengan

lebih baik setelah bencana.

Adapun tujuan dalam melaksanakan penilaian ketangguhan kota adalah:

1. Membantu Pemerintah Kota Ambon dan para pemangku kepentingan lain dalam menilai kebutuhan dan kapasitas mereka saat ini dan di masa mendatang;

2. Mempertemukan semua pemangku kepentingan untuk menyusun strategi-strategi dan tujuan-tujuan besar bersama;

3. Membangun satu pemahaman holistik tentang status kota termasuk hubungan mereka satu sama lain; dan

4. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan intervensi-intervensi yang akan meningkatkan ketangguhan kota untuk bisa menghasilkan solusi-solusi yang menjawab berbagai aspek kota.

1.2. KONSEP PENGEMBANGAN KOTA UNISDR mendefinisikan ketangguhan sebagai “kemampuan sebuah sistem, komunitas atau masyarakat yang terpapar ancaman bahaya untuk bertahan terhadap, menyerap,

berakomodasi dengan dan pulih dari dampak-dampak sebuah ancaman bahaya dengan tepat

pada waktunya dan secara efisien, termasuk melalui pemeliharaan dan pemulihan struktur-

struktur dan fungsi-fungsi dasar yang paling mendasar” (ADRRN, 2010). Secara umum, ketangguhan merupakan kemampuan untuk melenting kembali atau kembali ke bentuk

semula dari satu guncangan. Berdasarkan dari sudut pandang bencana alam dan perubahan

iklim, ketangguhan dipandang sebagai kemampuan pemulihan secara cepat setelah terjadi

bencana.

Kota tangguh adalah kota yang dapat bertahan dan pulih dari sebuah guncangan atau

tekanan dimana fungsi-fungsi penting, struktur, identitas, serta kemampuan beradaptasi dan

berkembang dapat menghadapi perubahan yang terjadi secara terus-menerus. Kota yang

tangguh adalah suatu kemampuan sistem perkotaan dengan segala unsur jaringan sosio-

ekologis dan sosio-teknis yang secara skala temporal dan spasial dapat mengelola, bertahan,

atau kembali pulih dengan cepat ketika menghadapi bencana, ketika beradaptasi dengan

perubahan, dan secara cepat dapat mengubah sistem yang memiliki serta mampu

beradaptasi baik sekarang ataupun di masa yang akan datang. Kota tangguh adalah kota

yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan memulihkan diri dari akibat

dampak perubahan iklim dan bencana secara tepat waktu dan efisien, namun tetap

mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasarnya.

Kota tangguh merupakan salah satu tujuan nasional. Upaya mewujudkan kota tangguh

dapat menjawab tujuan nasional dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Kota tangguh

termasuk ke dalam target global Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 11, yaitu

“membangun kota dan tempat tinggal yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan”. Target ini disinkronkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019 serta target global nomor 2 pada kerangka Pengurangan Risiko

Bencana (SFDRR). Perencanaan pembangunan berkelanjutan diterjemahkan dalam tujuan

sebagai berikut: (a) Menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang

berisiko tinggi; (b) Terbangunnya kawasan perkotaan untuk mewujudkan pembangunan

hijau yang berketahanan iklim dan bencana pada aspek ketahanan terhadap bencana dan

perubahan iklim.

Page 17: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

3

Sepuluh Langkah Mendasar untuk menjadikan Kota Lebih Tangguh (UNISDR):

1. Menetapkan organisasi dan koordinasi untuk memahami pengurangan risiko bencana

yang didasari pada partisipasi kelompok warga dan masyarakat sipil. Membangun aliansi

di tingkat lokal. Memastikan semua departemen/dinas pemerintah memahami peran

mereka dalam pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana;

2. Menetapkan satu anggaran untuk pengurangan risiko bencana dan menyediakan insentif

untuk para pemilik rumah, rumah tangga berpenghasilan rendah, masyarakat, dunia

usaha, dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam pengurangan risiko yang mereka

hadapi;

3. Melakukan pemutakhiran data tentang ancaman-ancaman dan kerentanankerentanan.

Menyusun pengkajian risiko dan menggunakannya sebagai landasan bagi rencana-

rencana dan keputusan-keputusan pembangunan perkotaan, memastikan bahwa

informasi ini dan perencanaan untuk ketangguhan kota anda bisa diakses dengan mudah

oleh masyarakat dan didiskusikan sepenuhnya dengan mereka;

4. Menanamkan investasi dalam dan merawat infrastuktur penting untuk pengurangan

risiko bencana, misalnya drainase banjir, yang disesuaikan apabila perlu untuk mengatasi

perubahan iklim;

5. Mengkaji keselamatan semua sekolah dan fasilitas kesehatan dan meningkatkan fasilitas-

fasilitas ini bila perlu;

6. Menerapkan dan menegakkan peraturan-peraturan pendirian bangunan dan prinsip-

prinsip perencanaan tata guna lahan yang realistis dan berwawasan risiko.

Mengidentifikasi lahan yang aman untuk warga berpenghasilan rendah dan sejauh

memungkinkan mengupayakan perbaikan permukiman-permukiman informal;

7. Memastikan agar program pendidikan dan pelatihan pengurangan risiko bencana

tersedia di sekolah-sekolah dan masyarakat setempat;

8. Melindungi ekosistem dan penyangga-penyangga alamiah untuk meredam banjir,

gelombang badai, dan ancaman-ancaman bencana lain yang membuat kota menjadi

rentan. Beradaptasi pada perubahan iklim dengan memperkuat praktik-praktik

pengurangan risiko bencana yang baik;

9. Membentuk sistem peringatan dini dan kapasitas manajemen kedaruratan di kota dan

melakukan geladi kesiapsiagaan untuk masyarakat secara rutin;

10. Setelah bencana, memastikan agar kebutuhan-kebutuhan dan partisipasi penduduk yang

terdampak menjadi pusat dari upaya rekonstruksi, dengan disertai bantuan untuk

mereka dan organisasi-organisasi masyarakat untuk merancang dan membantu respons

bencana, termasuk membangun kembali perumahan dan penghidupan.

Adapun dasar pelaksanaan penilaian ketangguhan adalah:

1. Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana;

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

4. Surat Keputusan Walikota Ambon Nomor 38 Tahun 2017 Tanggal 16 Januari 2017

tentang Pembentukan Tim Fasilitator dan Notulis Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

Terhadap Bencana;

Page 18: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

4

5. Surat BNPB No. B.198.I/BNPB/PR/PK.01.01/10/2016 tanggal 18 Oktober 2016 tentang

Dukungan Terhadap Penilaian Ketangguhan Kabupaten/Kota Terhadap Bencana;

6. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kota Ambon dengan Program Adaptasi

Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Nomor 557/7095/SETKOT dan Nomor

02/APIK Maluku/MoU/XII/2016 Tanggal 2 Desember 2016 Tentang Implementasi

Program Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) di Kota Ambon.

1.3. PENDEKATAN/METODE PENILAIAN KETANGGUHAN Proses penilaian ketangguhan kota dimulai sejak proses pemilihan fasilitator dan notulensi

yang berasal dari komponen pemerintah dan lembaga sosial masyarakat. Sebelum proses

penilaian dilakukan, para fasilitator dan notulensi dibekali dengan pemahaman dan

ketrampilan melalukan penilaian melalui proses training di Kota Surabaya pada tanggal 10-

12 Januari 2017.

Penilaian ketangguhan Kota Ambon pada dasarnya menggunakan pendekatan partisipatif

inklusif dimana seluruh pemangku kepentingan sebelumnya telah diinventarisir sesuai tugas

pokok dan fungsinya yang terkait dengan kebutuhan data. Dalam pelaksanaan penilaian

metode yang digunakan adalah:

1. Pengumpulan data (primer dan sekunder) Melalui wawancara awal secara langsung dengan para pemangku kepentingan sebelum

dilaksanakan lokakarya penilaian. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi terhadap

maksud pertanyaan dan untuk memberikan informasi tentang bahan apa saja yang harus

dipersiapkan para pemangku kepentingan sebagai alat bukti verifikasi terhadap jawaban

yang diberikan. Selain itu juga dilakukan inventarisir awal terhadap dokumen-dokumen

yang dianggap mampu memberikan jawaban maupun petunjuk atas pertanyaan dalam

formulir penilaian. Lebih jelas dapat dilihat pada check list bukti verifikasi sebagai lampiran

yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

2. Focus Group Discussion (FGD)/ diskusi kelompok terfokus Penilaian kota/kabupaten tangguh terdiri dari 2 perangkat yaitu 71 Indikator Kapasitas

Penanggulangan Bencana Pemerintah Daerah (BNPB) yang diintegrasikan dengan New

Scorecard Kota Tangguh milik UNISDR. Sehingga setelah para pemangku kepentingan

diinventarisir, kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan bidang kerja dan

pengetahuan dari masing-masing pemangku kepentingan. Dalam proses diskusi, para

fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam perangkat

pengukuran dan para notulis mencatat jawaban-jawaban yang diberikan. Perangkat berisi

pertanyaan-pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan tentang

karakteristik wilayah kota. Untuk menentukan validasi dari penilaian yang dilakukan, maka

proses konfirmasi dan verifikasi bukti pendukung diberikan oleh instansi terkait. Dalam

diskusi ini, para fasilitator mendorong peserta untuk mengambil bagian dalam proses

diskusi tanpa dinterfensi atau diarahkan oleh pengetahuan awal yang dimiliki oleh para

fasilitator sehingga jawaban yang didapat adalah objektif. Fasilitator menguasai teknik

fasilitasi sehingga hasil penilaian yang didapat sesuai dengan poin-poin penting dalam

pertanyaan yang tertuang dalam perangkat serta tidak terjadi debat yang tidak penting

antara peserta dengan peserta maupun peserta dengan fasilitator.

Page 19: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

1

Tabel 1: Catatan tahapan pelaksanaan penilaian ketangguhan Kota Ambon

Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator

Persiapan

Pertemuan pendahuluan antara tim inti dan pendamping dari Perangkat Daerah terkait penilaian kota tangguh

Terlaksananya pertemuan untuk menyampaikan hasil ToF di Surabaya dan rencana pelaksanaan penilaian kota tangguh

Tersusunnya Rencana Tindak Lanjut pelaksanaan penilaian kota tangguh

Terlaksananya pertemuan untuk menyampaikan hasil ToF di Surabaya dan rencana pelaksanaan penilaian kota tangguh

16 Januari 2017 APIK

Internalisasi Perangkat

Adanya Persamaan persepsi fasilitator dan notulen terhadap perangkat penilaian Kota Tangguh

Ruangan pertemuan

Hard Copy perangkat penilaian

ATK

Proyektor

Komputer

Printer

17 Januari 2017 APIK

Pembuatan SK Tim Penilaian Kota Tangguh

Tersusunnya Draft SK Tim Fasilitator dan Notulis Kota Tangguh

Penandatanganan SK Tim Fasilitator dan Notulis Kota Tangguh oleh Penjabat Walikota Ambon

ATK

Komputer

Printer

Produk hukum sebagai pedoman penyusunan SK

18 - 19 Januari 2017

Bagian Hukum Sekretariat Kota Ambon

Audiensi dengan pimpinan daerah

Terlaksananya audiensi dengan Sekretaris Daerah dan Penjabat Walikota Ambon

Ruang pertemuan

Sound System

18 Januari 2017

APIK

Page 20: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

2

Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator

Menginventa- risir Data untuk kebutuhan menjawab perangkat

Tersusunnya Draft Surat pengantar bagi tim penilai dalam menginventarisir data ke Perangkat Daerah, Swasta, Instanisi Vertikal dan masyarakat

Terkumpulnya data awal terkait pengisian perangkat penilaian

ATK

Komputer

Printer

Ruang pertemuan

Sound System

Buku Ekspedisi

Kendaraan operasional

23 – 27 Januari 2017

Fasilitator dan notulis penilaian kota tangguh

Pengolahan Data Awal

Tersedianya gambaran pemenuhan data sekunder awal

ATK

Komputer

Printer

Data Sekunder dari pemangku kepentingan

30 Januari – 3 Februari 2017

Fasilitator dan notulis penilaian kota tangguh

Persiapan lokasi kegiatan

Terkoordinasinya tempat pelaksanaan lokasi workshop penilaian

Ruangan pertemuan tempat pelaskanaan workshop penilaian kota tangguh

10 Februari 2017 APIK

Inventarisir pemangku kepentingan yang diundang

Terinventarisasinya pemangku kepentingan terkait penilaian kota tangguh

ATK

Komputer

Printer

Tabel analisa pemangku kepentingan

10 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis penilaian kota tangguh

Penyiapan Surat Undangan

Tersusunnya draft surat undangan pelaksanaan workshop

Penandatanganan surat undangan workshop penilaian kota tangguh oleh Sekretaris Daaerah

ATK

Komputer

Printer

10 Februari 2017 APIK

Page 21: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

3

Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator

Penyebaran Undangan dan TOR

Terdistribusinya Undangan dan TOR pelaksanaan workshop kepada para pemangku kepentingan

Buku ekspedisi

Kendaraan operasional

10 Februari 2017 APIK

Penyiapan dan penggandaan materi dan perangkat

Tersusunnya materi paparan profil bencana oleh BPBD Kota Ambon

Tersedianya perangkat penilaian bagi seluruh peserta workshop

ATK

Komputer

Printer

Copy Materi

11 Februari 2017 BPBD dan APIK

Penilaian

Lokakarya I

Sambutan : Pj. Walikota Ambon

Penyampaian sambutan Walikota Ambon tentang Pentingnya Kota Ambon diikutsertakan dalam Penilaian Kota Tangguh

Konsep sambutan 27 Februari 2017 APIK

Pengantar: Profil Bencana –BNPB /BPBD

Pemaparan profil bencana Materi Paparan (Hands out) 27 Februari 2017 BPBD Kota Ambon

Penyampaian Kerangka Global

Peserta workshop memahami konsep global tentang kota tangguh

Materi Paparan (Hands out) 27 Februari 2017 Konsultan LINGKAR

Pengenalan Perangkat, penjelasan alur

Pemahaman peserta workshop terhadap perangkat dan alur workshop

Proyektor

File paparan

27-28 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis

FGD Pembagian 3 kelompok Terlaksananya diskusi

ATK

Proyektor

Sound system

27-28 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis

Page 22: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

4

Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator

Konsumsi (Snack)

Pleno Penyampaian Hasil diskusi Kelompok

Pemaparan kelompok tentang Pleno Hasil diskusi kelompok

ATK

Proyektor

Sound system

28 Februari 2017 Tim fasilitator dan notulis

Penulisan laporan Penilaian Level 1 dan 2

Laporan penilaian kota tangguh level 1 dan 2

ATK

Komputer

Printer

29 – 30 Februari 2017

Tim fasilitator dan notulis

Lokakarya II

Penyampaian hasil lokakarya 1

Hasil sementara penilaian ketangguhan dipaparkan kepada para pemangku kepentingan

ATK

Proyektor

Sound system

Ruangan pertemuan

Materi paparan

29 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis

Pengenalan perangkat LM Level 3

Para pemangku kepentingan memahami tata cara menjawab pertanyaan, menentukan pilihan, menganalisa dan menjelaskan bukti sesuai formulir penilaian

ATK

Proyektor

Sound system

Ruangan pertemuan

Materi paparan

Form Penilaian

29 Maret 2017 Konsultan LINGKAR

FGD Pembagian 3 kelompok Terlaksananya diskusi

ATK

Proyektor

Sound system

Konsumsi

29-31 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis

Page 23: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

5

Kegiatan Indikator Input Jadwal Koordinator

Pleno Penyampaian Hasil diskusi Kelompok

Pemaparan kelompok tentang Pleno Hasil diskusi kelompok

ATK

Proyektor

Sound system

31 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis

Penulisan laporan lokakarya 2

Terselesaikannya draft laporan lokakarya 2 penilaian ketangguhan

ATK

Komputer

31-30 Maret 2017 Tim fasilitator dan notulis

Pasca Penilaian

Finalisasi Draft Laporan

Sinkronisasi jawaban, penjelasan, hasil analisa, bukti, rekomendasi kebijakan dan program

ATK

Komputer

Proyektor

1-20 Mei 2017 Tim fasilitator dan notulis

Review oleh Fasilitator Nasional dan APIK

Penyempurnaan laporan akhir penialaian ketangguhan Kota Ambon

Komputer

Jaringan Internet

22-25 Mei 2017 Konsultan LINGKAR

Audiensi dengan Pimpinan Daerah

Pimpinan daerah tahu dan paham 10 LM; Memperoleh respon pimpinan daerah

Ruangan pertemuan

Sound System

29 Mei 2017 APIK

Konsultasi Publik hasil kepada para pemangku kepentingan dan pimpinan daerah

Adanya komitmen Pimpinan Daerah; Pakta integritas dari para pemangku kepentingan

ATK

Ruangan pertemuan

Sound System

Konsumsi

30 Mei 2017 APIK, Konsultan LINGKAR, Fasilitator dan Notulis

Dalam mengelola proses inklusif-partisipatif pada seluruh proses tahapan penilaian ketangguhan Kota Ambon dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 24: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

6

Page 25: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

7

Bab 2.

RANGKUMAN PROSES PENILAIAN

2.1. PERSIAPAN

2.1.1. Pembentukan Tim Inti Pelaksana kegiatan penilaian ketangguhan Kota Ambon difasilitasi oleh USAID-APIK

dengan merekrut tim-inti yang memenuhi kualifikasi yang sudah ditetapkan, dengan

komposisi tim yang merupakan perpaduan antara birokrasi dan masyarakat sipil yang

menguasai isu pengelolaan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Pembentukan tim

dengan SK Walikota Nomor 38 Tahun 2017 tanggal 16 Januari 2017. Tim inti berfungsi

mempersiapkan semua Panduan Pelaksanaan Penilaian Kota Tangguh Program USAID-

APIK 10 Langkah Mendasar, memfasilitasi kegiatan-kegiatan penilaian, dan melakukan

advokasi untuk memastikan rekomendasi dari pengukuran dimasukkan dalam agenda dan

muatan perencanaan pembangunan daerah. Adapun susunan tim penilaian ketangguhan

Kota Ambon ini adalah sebagai berikut:

a. Juan Eldo Kayadoe, S.STP (BAPPEDA –LITBANG Kota Ambon)

b. Wiesye V. Pelupessy, ST., M.P.S. (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

Ambon)

c. Irene M. Sohilait, S.Si., M.Si (Organisasi Kemasyarakatan Green Moluccas)

d. Elda E. Silanno, S.STP (BAPPEDA –LITBANG Kota Ambon)

e. Lexy M. Manuputty, SH (Bagian Hukum Sekretariat Kota Ambon)

f. Diana M. Lating (Yayasan Walang Perempuan)

2.1.2. Identifikasi pihak-pihak yang terlibat. Identifikasi Oorganisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak-pihak yang terlibat perlu

dilakukan untuk memastikan adanya pemetaan para pemangku kepentingan. Mereka ini

diasumsikan memiliki data dan informasi serta dokumen–dokumen pendukung yang

dibutuhkan dalam penilaian ketangguhan. OPD dan pihak terkait kemudian dikelompokkan

berdasarkan tugas pokok dan fungsinya yang terkait dengan 10 Langkah Mendasar UNISDR

sehingga memudahkan dalam pengisian form penilaian.

2.1.3. Penyamaan persepsi kerangka penilaian dan tahapan kegiatan. Perlu untuk melakukan penyamaan persepsi terhadap pertanyaan yang ada dalam form

penilaian terutama tentang maksud pertanyaan tersebut sehingga dalam melakukan

penilaian tidak menimbulkan bias jawaban yang akan berdampak pada kurang pahamnya

pemangku kepentingan dan rekomendasi yang diberikan. Selain itu tahapan kegiatan mulai

dari pra penilaian hingga pasca penilaian juga menjadi kesepakatan sehingga menjadi

Page 26: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

8

komitmen dari tim inti (fasilitator dan notulis) dan APIK Maluku untuk mempersiapkan

kegiatan sebaik mungkin.

2.1.4. Pengumpulan, analisa data, dan sumber bukti pendukung awal. Salah satu bagian penting dalam menilai ketangguhan kota adalah bukti pendukung yang

mampu menjelaskan kegiatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan resiko bencana di Kota

Ambon. Fasilitator dan notulis melaksanakan pengumpulan dan analisa data serta bukti

pendukung awal dengan maksud agar OPD dapat mempersiapkannya sejak awal sehingga

proses penilaian yang dilaksanakan dalam diskusi kelompok dapat berjalan lancar.

2.2. PELAKSANAAN

2.2.1. Penentuan prioritas potensi bahaya bencana Terdapat 7 (tujuh) jenis bahaya dan risiko bencana hidrometeorologis di Indonesia yaitu

banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, gelombang laut tinggi (tsunami), siklon

tropis, dan cuaca ekstrim. Sedangkan berdasarkan dampak bencana yang paling parah dan

yang paling sering terjadi di Kota Ambon, maka prioritas bahaya bencana di Kota Ambon

adalah banjir dan tanah longsor. Dari banyaknya bahaya dan resiko bencana yang ada

dibutuhkan kapasitas yang sangat besar untuk dapat mengelola seluruh resiko bencana yang

ada disebabkan Kota Ambon memiliki keterbatasan sumber daya baik manusia maupun

modal/anggaran. Oleh karena itu, dibutuhkan penentuan prioritas pengelolaan resiko

bencana yang dilakukan dengan melihat tingginya dampak bencana yang pernah terjadi dan

peluang bencana tersebut terulang kembali. Adapun tujuan dilakukannya penentuan

prioritas bahaya bencana adalah:

a. Memastikan peserta pengukuran memahami ancaman bencana dan

perubahan iklim di wilayahnya;

b. Memudahkan menggali informasi dari pemangku kepentingan upaya yang

sudah dilakukan dalam mengatasi ancaman bencana dan perubahan iklim;

c. Memastikan bahwa ancaman bencana yang disepakati sebagai ancaman

terparah dan sering terjadi sesuai yang terjadi di wilayahnya tersebut.

2.2.2. Pelaksanaan pengukuran Dalam melaksanakan pengukuran ketangguhan Kota Ambon, diawali dengan paparan

tentang pengenalan Kerangka Pengurangan Resiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim

(PRB-API) dan Membangun Kota Tangguh yang dilakukan oleh Konsultan LINGKAR, profil

bencana Kota Ambon dari Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon oleh Kepala

Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Ambon, serta kebijakan Pemerintah

Kota Ambon dalam pengurangan resiko bencana dan perubahan iklim di Kota Ambon oleh

Kepala BAPPEDA LITBANG Kota Ambon. Selanjutnya dibangun kesepakatan dengan para

pemangku kepentingan tentang dampak dan peluang peluang bencana apa yang menjadi

prioritas dalam membangun ketangguhan di Kota Ambon.

2.3. PASCA PENILAIAN

2.3.1. Konsultasi publik hasil dan rekomendasi hasil Penyampaian hasil pengukuran dan rekomendasi yang disusun berdasarkan proses yang

telah dilakukan kepada Kepala Daerah, DPRD Kota Ambon, perangkat daerah, dan para

Page 27: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

9

pemangku kepentingan lainnya. Penyampaian hasil pengukuran dan rekomendasi hasil

penilaian dilakukan secara bersama-sama dan dalam sebuah forum konsultasi publik dengan

tujuan:

a. Memperoleh respon dari pimpinan daerah, DPRD, perangkat daerah, dan para

pemangku kepentingan lainnya;

b. Memperoleh komitmen dari pimpinan daerah, perangkat daerah, dan para

pemangku kepentingan untuk mengadopsi rekomendasi menjadi rencana aksi.

2.3.2. Monitoring dan evaluasi integrasi rekomendasi hasil penilaian Setelah dokumen hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon disempurnakan, selanjutnya

dibuat kerangka monitoring dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana hasil strategi dan

rekomendasi yang telah dikeluarkan ditindaklanjuti kedalam kebijakan dan

program/kegiatan para pemangku kepentingan pada umumnya dan perangkat daerah pada

khususnnya dalam membangun ketangguhan di Kota Ambon.

2.3.3. Pelembagaan Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kota Tangguh a. Penentuan tahapan, prioritas strategi, dan rencana aksi pengembangan kota tangguh

yang dilanjutkan dengan pelembagaannya agar kemudian dapat dilaksanakan dan diukur

pencapaian pelaksanaannya;

b. Pembagian peran implementasi strategi dan rencana aksi tersebut.

2.4. PELAKSANA Dalam pelaksanaan Penilaian Ketangguhan ini ada tiga komponen yang menjadi penanggung

jawab untuk terlaksananya kegiatan ini yakni:

Perkumpulan Lingkar sebagai penanggung jawab teknis yang bertugas untuk

menyediakan tools serta melakukan pelatihan bagi tim fasilitator maupun

notulis. Pendampingan teknis ini bukan hanya sebatas pelatihan untuk tim

sebelum pelaksanaan penilaian tapi juga pada saat pelaksanaan lokakarya

penilaian ketangguhan.

Tim fasilitator dan notulis bertugas untuk melakukan pengumpulan data serta

memfasilitasi diskusi pada saat berlangsungnya lokakarya. Selain itu tim akan

membuat laporan hasil dari lokakarya yang berisikan rekomendasi kebijakan

maupun program yang akan diberikan kepada semua pemangku kepentingan

yang berproses selama pelaksanaan lokakarya.

USAID – APIK bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

kegiatan ke pemerintah daerah serta melakukan advokasi hasil dari penilaian

ketangguhan kepada pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya

yang akan dipakai sebagai masukan dalam perencanaan dan pembangunan

di masing – masing sektor. Dokumen laporan yang telah selesai di kerjakan

oleh tim fasilitator dan notulis akan diperbanyak oleh USAID – APIK dan

didistribusikan ke semua pemangku kepentingan. Selain itu semua

pembiayaan dalam pelaksanaan penilaian ketangguhan (pra dan pasca) ini

menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari USAID - APIK

Page 28: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

10

Bab 3.

GAMBARAN UMUM

KOTA AMBON

3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAERAH

3.1.1. Luas, Letak dan Batas Administrasi Kota Ambon Kota Ambon merupakan ibukota Provinsi Maluku dengan luas daratan 359,45 km2, luas

lautan 17,55 Km2, dan panjang garis pantai 98_Km (Survey Tata Guna Tanah 1980).

Wilayah Administratif Kota Ambon sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979

dengan luas 377 Km² atau 2/5 dari luas Pulau Ambon. Secara Geografis Kota Ambon

terletak pada 3º 34’ 8,40” - 3º 47’ 42,00” Lintang Selatan dan 128º 1’ 33,60” - 128º 18’ 3,60” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu dari

Kecamatan Leihutu Kabupaten Maluku Tengah.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Banda

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Petuanan Desa Suli dari Kecamatan Salahutu

Kabupaten Maluku Tengah.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan Leihitu

Barat Kabupaten Maluku Tengah

Kota Ambon terbagi atas 5 (lima) Kecamatan yang terdiri dari 30 (tiga puluh) Desa/Negeri

dan 20 (dua puluh) Kelurahan. Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan di Kota Ambon

dapat dilihat pada Gambar 3. Keadaan Wilayah Administrasi Kota Ambon Per Kecamatan

berikut:

Page 29: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

11

Gambar 3: Peta wilayah administrasi Kota Ambon (Bappeda Litbang Kota Ambon, 2016)

Page 30: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

12

Berdasarkan kondisi geografis, dapat dilihat bahwa Kota Ambon merupakan kota kecil yang

berada pada pesisir pantai. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan ruang harus di atur dengan

baik sehingga tidak menyebabkan dampak kerusakan lingkungan yang dapat menyebabkan

bencana alam terutama banjir dan tanah longsor.

3.1.2. Topografi Kota Ambon Kondisi Topografis Kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah bergelombang sampai

terjal dengan luas ± 280 Km² (87% dari total luasan Kota Ambon) dan daerah datar dengan

luas ± 42 Km2 (13% dari total wilayah daratan). Kondisi topografi seperti ini menyebabkan

Kota Ambon sangat rentan terhadap ancaman bencana terutama bencana tanah longsor

dan banjir.

Pengelompokan Kondisi Topografi Kota Ambon sebagai berikut:

a. Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-8% terdapat

di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.

b. Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 8-15%

terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).

c. Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan

kemiringan 15-30% terdapat pada kawasan perbukitan.

d. Topografi terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter dan kemiringan lebih dari 30%

terdapat pada kawasan pegunungan.

Kondisi Kota Ambon topografi menggambarkan sebagian besar wilayah yang bergelombang

hingga terjal. Hal ini menyebabkan lahan yang layak untuk membangun sangat sedikit.

Banyaknya wilayah yang memeiliki topografi yang bergelombang dan terjal menyebabkan

terjadinya bencana tanah longsor sering terjadi di Kota Ambon..

3.1.3. Iklim Keberadaan Kota Ambon secara geografis pada Pulau Ambon yang dikelilingi oleh laut

menyebabkan Kota Ambon mengalami 2 (dua) Iklim yaitu Iklim Tropis dan Iklim Musim.

Besarnya pengaruh lautan terhadap Iklim di Kota Ambon disertai dengan iklim musim, yaitu

musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Musim Barat berlangsung dari

bulan Desember sampai dengan bulan Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi.

Musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Oktober, dimana bulan November

merupakan masa transisi. Masa transisi pergantian musim selalu diselingi oleh musim

Pancaroba.

Berdasarkan klasifikasi Iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951), Kota Ambon

tergolong tipe iklim B yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah

1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q

sebesar 17,4%. Selama tahun 2016 Curah hujan di Kota Ambon tertinggi terjadi pada bulan

Juli sebesar 914 mm dengan 28 hari hujan, sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan

Februari yaitu 34 mm dengan 11 hari hujan. Persentase penyinaran matahari tertinggi di

Kota Ambon terjadi pada bulan November yaitu 87% sedangkan persentase

penyinaran terendah terjadi di bulan september sebesar 33% dengan rata-rata penyinaran

matahari selama tahun 2016 sebesar 63%. Temperatur di Kota Ambon rata-rata berkisar

27,3 ºC dengan kisaran suhu minimum adalah 24,2 ºC dan suhu maksimum 31,9 ºC.

Tekanan udara rata-rata tahun 2016 berkisar sekitar 1.011,4 mb. Kondisi Curah Hujan di

Page 31: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

13

Kota Ambon selama Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar I.2. Curah Hujan di Kota

Ambon Tahun 2016, berikut ini:

Gambar 4: Grafik curah hujan di Kota Ambon tahun 2016 (BMKG Meteorologi Pattimura, 2017)

Kondisi iklim tersebut di atas turut berkontribusi terhadap ancaman bencana terutama

kekeringan, banjir dan tanah longsor. Bencana kekeringan di Kota Ambon kurang

berpengaruh di sektor pertanian, hal ini dikarenakan sektor pertanian belum menjadi

sektor unggulan di Kota Ambon. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani akan memiliki

alternatif pendapatan lainnya dan kebutuhan akan bahan pangan pertanian akan didapat dari

daerah Kabupaten di sekitar Maluku, Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Jawa

Timur. Dampak bencana kekeringan di kota Ambon adalah pada ketersediaan air baku di

Kota Ambon terutama pada kawasan Negeri Batumerah, Negeri Nusaniwe (gunung

Nona), dimana ketika kekeringan terjadi maka pengeluaran masyarakat akan meningkat

untuk membeli air.

3.1.4. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Perkembangan Kependudukan di Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh keberadaan Kota

Ambon sebagai Ibu Kota Provinsi Maluku sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN),

Kota Ambon bekembang pesat dari segi aktivitas pemerintahan, sosial, ekonomi, dan

pendidikan. Perkembangan ini sangat berdampak pada pertumbuhan penduduk di Kota

Ambon seperti aktivitas pendidikan khususnya perguruan tinggi.

Page 32: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

14

Tabel 2: Distribusi dan pertumbuhan penduduk Kota Ambon menurut

Kecamatan tahun 2012-2016 (Disdukcapil Kota Ambon, 2017)

No Kecamatan Penduduk (Jiwa)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Nusaniwe 113.142 113.575 116.237 119.551 120.945

2 Sirimau 160.808 163.009 166.398 171.218 192.046

3 Teluk Ambon Baguala 56.921 57.728 59.168 61.555 61.209

4 Teluk Ambon 49.674 50.673 52.766 54.346 45.308

5 Leitimur Selatan 10.280 10.520 10.687 10.985 10.402

Kota Ambon 390.825 395.505 405.256 417.665 429.910

Pertumbuhan (%) 0,86 1,19 2,46 3,06 2,93

Pertumbuhan 2012-2016 (%)

2,1

Berdasarkan Data Base Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Ambon, Jumlah penduduk Kota Ambon tahun 2016 adalah sebanyak 429.910 jiwa. Terjadi

pertambahan penduduk sebesar 12.255 Jiwa atau 2,93% dari jumlah Penduduk Tahun 2015

yang sebesar 417.655 jiwa. Sebaran penduduk pada masing-masing kecamatan di Kota

Ambon tahun 2012-2016 terlihat pada Tabel2

Penduduk Kota Ambon tersebar pada 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe

sebanyak 120.945 jiwa, Kecamatan Sirimau sebanyak 192.046 jiwa, Kecamatan Teluk

Ambon Baguala sebanyak 61.209 jiwa, Kecamatan Teluk Ambon sebanyak 45.308 jiwa, dan

Kecamatan Leitimur Selatan sebanyak 10.402 jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota

Ambon selama tahun 2012-2016 adalah 2,1 % (dua koma satu persen). Kepadatan

penduduk Kota Ambon pada masing-masing kecamatan terlihat pada Tabel 3. Luas Wilayah

dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2016, berikut ini:

Tabel 3: Luas wilayah dan kepadatan penduduk tiap Kecamatan tahun 2016

(Disdukcapil Kota Ambon, 2017)

No Kecamatan Luas Wilayah Daratan (Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/ Km2)

1 Nusaniwe 88,35 120.945 1.369

2 Sirimau 86,81 192.046 2.212

3 Teluk Ambon Baguala 40,11 61.209 1.526

4 Teluk Ambon 93,68 45.308 484

5 Leitimur Selatan 50,50 10.402 205

Kota Ambon 359,45 429.910 1.196

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Kondisi Tahun

2016, Kepadatan Penduduk Kota Ambon adalah 1.196 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk per

kecamatan diurut dari kepadatan tertinggi hingga terendah antara lain: Kecamatan Sirimau

dengan kepadatan 2.212 jiwa/Km2, Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan kepadatan

1.526 jiwa/Km2, Kecamatan Nusaniwe dengan kepadatan 1.369 jiwa/Km2, Kecamatan

Teluk Ambon dengan kepadatan 484 Jiwa/Km2, dan Kecamatan Leitimur Selatan dengan

kepadatan penduduk terendah yaitu berjumlah 205 jiwa/km2.

Page 33: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

15

Data kepadatan penduduk Kota Ambon di atas memberikan gambaran bahwa kepadatan

penduduk tertinggi berada pada kawasan perkotaan (Kecamatan Sirimau, Nusaniwe dan

Teluk Ambon Baguala). Kepadatan penduduk pada kecamatan-kecamatan tersebut

memberikan kontirbusi terhadap bencana alam banjir di Kota Ambon. Hal ini disebabkan

seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak pada kebutuhan lahan.

Penduduk akan berupaya meningkatkan daya tampung dengan mengubah halaman menjadi

tambahan ruangan pada rumah hunian. Dengan demikian serapan air pada kawasan

perkotaan dengan kepadatan yang tinggi menjadi berkurang sehingga ketika terjadi hujan

akan terjadi bencana banjir. Selain itu, kepadatan penduduk juga disertai dengan pola hidup

masyarakat yang kurang melestarikan lingkungan seperti membuang sampah sembarangan

pada saluran drainase dan memotong tanaman yang dapat menyeimbangkan fungsi ekologis

lingkungan.

3.1.5. Penduduk Miskin di Kota Ambon Perkembangan penduduk miskin di Kota Ambon tahun 2012-2015 terlihat pada Gambar

I.3. Penduduk Miskin di Kota Ambon Tahun 2012-2015. Jumlah penduduk miskin di Kota

Ambon tahun 2015 adalah 17.940 jiwa. Kondisi ini mengalami peningkatan sejumlah 1.050

jiwa dibandingkan dengan kondisi tahun 2014 sejumlah 16.890 jiwa. Sementara presentase

penduduk miskin di Kota Ambon tahun 2012-2015 terlihat pada Gambar I.4. . Persentase

Penduduk Miskin di Kota Ambon Tahun 2012–2015. Presentase penduduk miskin di Kota

Ambon tahun 2015 sebesar 4,38%. Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan

tahun 2014 yang hanya sebesar 4,23%.

Gambar 5: Grafik jumlah penduduk miskin Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016)

Penduduk miskin di kota Ambon merupakan penduduk yang rentan terhadap dampak dari

krisis yang terjadi baik itu krisis ekonomi, sosial dan lingkungan. Penduduk miskin menjadi

rentan karena mereka mempunyai kapasitas sumberdaya tidak adaptif terhadap krisis yang

Page 34: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

16

terjadi, Sebagai contoh penduduk miskin tidak akan mampu membangun rumahnya kembali

ketika runtuh akibat terkena bencana banjir, tanah longsor, dan kebakaran.

3.2. KONDISI SOSIAL Dimensi yang digunakan untuk mengukur kondisi sosial Kota Ambon adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kota Ambon Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a. Dimensi Kesehatan yakni pengukuran dengan mengambarkan angka harapan

hidup;

b. Dimensi Pendidikan yakni pengukuran dengan menggambarkan angka harapan

sekolah dan rata-rata lama sekolah;

c. Dimensi Ekonomi yakni pengukuran dengan menggambarkan rata-rata

pengeluaran rill per kapita.

Pengukuran IPM Kota Ambon tahun 2015 berdasarkan 3 (tiga) dimensi di atas dapat dilihat

pada Tabel 4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Ambon Menurut Komponen

Tahun 2012 – 2015, sebagai berikut:

Tabel 4: Indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Ambon menurut komponen tahun 2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016)

No Indikator IPM Kota Ambon Provinsi Maluku

2012 2013 2014 2015 2015

1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 68,97 68,11 69,46 69,56 65,31

2 2.1. Angka Harapan Lama Sekolah (Thn)

15,11 15,35 15,88 15,89 13,56

2.2. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

11,21 11,44 11,61 11,63 9,16

3 Rata-rata Pengeluaran Riil Per Kapita (Ribu Rp.)

12.862 13.047 13,146 13.318 8,026

Indeks Pembangunan Manusia 76,70 76,49 78,16 79,09 67,05

Peringkat Tingkat Provinsi 1 1 1 1 -

Peringkat Secara Nasional 8 7 7 7 24

Hasil pengukuran IPM Kota Ambon tahun 2015 adalah 79,30 mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2014 sebesar 78,16. Kondisi ini menempatkan Kota Ambon pada

peringkat 1 Provinsi Maluku dan Peringkat 7 Nasional. Keberadaan Kota Ambon turut

mendorong peningkatan IPM Provinsi Maluku yang berada pada peringkat 24 secara

Nasional.

3.3. KONDISI EKONOMI Untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah, salah satu

indikator penting yang dapat digunakan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi merupakan laju pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor

ekonomi. Dalam kurun waktu tahun 2012-2015, Kota Ambon mengalami pertumbuhan

ekonomi yang positif. Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kota Ambon sebesar 6,30

persen, meningkat 0,37 point mengalami percepatan jika dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 5,93 persen.

Page 35: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

17

Laju pertumbuhan sektoral tahun 2015, secara signifikan terjadi pada sektor penyediaan

akomodasi dan Makan minum sebesar 8,94 persen dari tahun 2014 sebesar 4,31 persen,

diikuti sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,72 persen dari tahun sebelumya sebesar

7,63 persen dan sektor pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 8,01

persen dari tahun sebelumnya sebesar 6,82 persen.Pertumbuhan ekonomi Kota Ambon

tahun 2012-2015 terlihat pada Gambar I.4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon 2012-

2015, berikut ini:

Gambar 6: Grafik pertumbuhan ekonomi Kota Ambon tahun 2012-2015 (BPS Kota Ambon, 2016)

3.4. PROFIL KERENTANAN TERHADAP BENCANA DAN

PERUBAHAN IKLIM Berdasarkan data yang tersedia di Database Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB

maupun Buku Data Bencana Kota Ambon 2012-2013, dan dokumen Pemetaan Risiko Kota

Ambon tahun 2012, di bawah ini adalah jenis ancaman bencana yang tercatat pernah terjadi

di Kota Ambon, yaitu:

1. Gempabumi

2. Tsunami

3. Banjir

4. Tanah longsor

5. Kekeringan

6. Angin kencang / Puting beliung

7. Kebakaran hutan dan lahan

8. Abrasi pantai

9. Epidemi (rabies, demam berdarah)

10. Kecelakaan transportasi

11. Konflik sosial

BPBD Kota Ambon pada tahun 2012 telah mendokumentasikan beberapa risiko bencana

sebagai berikut:

1. Risiko Bencana Gempabumi

Page 36: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

18

Berdasarkan hasil analisis keruangan Peta Risiko Gempabumi, Kota Ambon diklasifikasikan

sebagai wilayah dengan tingkat risiko gempabumi sedang. Ditinjau dari luasannya, tingkat

risiko sedang mencakup ± 70% dari luas total Kota Ambon. Distribusi tingkat risiko

gempabumi menurut wilayah kecamatan ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5: Risiko bencana Gempabumi menurut kecamatan di Kota Ambon

(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)

Tingkat risiko tinggi paling banyak dijumpai di wilayah kecamatan Teluk Ambon yang

melingkupi 37,4% wilayah Kota Ambon. Wilayah dengan risiko gempa tinggi dicirikan

dengan kepadatan penduduk relatif tinggi, sehingga secara fisik, wilayah tersebut dicirikan

oleh kepadatan permukiman/bangunan yang tinggi. Hal ini berakibat bahwa semakin tinggi

kerapatan bangunan maka semakin tinggi pula potensi bangunan tersebut mengalami

keruntuhan pada saat gempabumi terjadi; dan semakin tinggi pula risiko penduduk menjadi

korban runtuhan bangunan.

2. Risiko Bencana Tanah Longsor

Sebagian besar Kota Ambon termasuk dalam kategori risiko tanah longsor sedang dan

rendah. Tingkat risiko tinggi tanah longsor menempati proporsi luasan ± 14,3% dari luas

total Kota Ambon. Distribusi tingkat risiko tanah longsor menurut wilayah kecamatan

ditunjukkan pada tabel di bawah.

Page 37: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

19

Tabel 6: Risiko bencana Tanah Longsor menurut kecamatan di Kota Ambon

(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)

Hampir 53% daerah risiko tinggi tanah longsor di Kota Ambon berada di wilayah

kecamatan Teluk Ambon yang terdistribusi di tujuh desa yaitu Desa Hative Besar, Desa

Hunut/Durian Patah, Desa Laha, Desa Poka, Desa Rumah Tiga, Desa Tawiri dan Desa Tihu.

Karakteristik keruangan risiko tanah longsor dipengaruhi oleh daerah perkembangan kota

dengan dominasi bangunan-bangunan baik permukiman maupun daerah perkantoran yang

berada di lereng-lereng bukit. Secara fisik, daerah dengan vegetasi rapat memiliki potensi

risiko yang lebih rendah, khususnya vegetasi alami dengan akar dalam. Berdasarkan hasil

pengamatan, sebagian besar kejadian longsor terjadi di daerah yang terusik oleh manusia,

oleh karena itu pengetatan aturan dalam tata ruang sangat penting dalam meminimalisasi

potensi longsor di masa mendatang.

3. Risiko Bencana Banjir

Tingkat risiko tinggi bencana banjir menempati proporsi luasan ± 10,3% dari luas total Kota

Ambon. Distribusi tingkat risiko banjir menurut wilayah kecamatan ditunjukkan pada tabel

di bawah.

Tabel 7: Risiko bencana Banjir menurut kecamatan di Kota Ambon (dokumen

Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)

Page 38: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

20

Tingkat risiko tinggi banjir paling banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Teluk Ambon yang

terdistribusi di enam desa yaitu Desa Hative Besar, Desa Hunut/Durian Patah, Desa Laha,

Desa Poka, Desa Rumah Tiga dan Desa Tihu.

Sebagian besar wilayah dengan risiko tinggi banjir tersebar di daerah dataran, dan pada

beberapa tempat adalah wilayah cekungan. Wilayah dengan risiko tinggi juga dicirikan oleh

perkembangan perkotaan yang cukup pesat sehingga berpengaruh terhadap peningkatan

koefisien aliran. Daerah yang dulunya merupakan wilayah bervegetasi rapat saat ini menjadi

daerah terbangun yang menjadikan wilayah tersebut mengalami penurunan potensi

infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi limpasan permukaan. Tingginya

kepadatan permukiman di wilayah perkotaan meningkatkan risiko melalui peningkatan

kerentanan. Semakin rapat permukiman di suatu wilayah maka semakin tinggi pula potensi

kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir.

4. Risiko Bencana Tsunami

Sebagian besar Kota Ambon (67,5%) termasuk dalam kategori aman tsunami. Distribusi

tingkat risiko tsunami menurut wilayah kecamatan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 8: Risiko bencana Tsunami berdasarkan kecamatan di Kota Ambon

(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)

Daerah dengan tingkat risiko tinggi terhadap bencana tsunami terdapat di kecamatan Teluk

Ambon, dengan karakteristik geografis berhadapan dengan laut yang melingkupi wilayah

subduksi gempa seperti di Desa Leahari, Desa Rutong serta beberapa desa di pusat Kota

Ambon. Desa-desa tersebut secara morfologis merupakan pesisir dengan garis pantai

berbentuk cekung dan langsung menghadap Laut Banda. Sedangkan pusat Kota Ambon

berada pada Teluk Ambon. Walaupun terpisah dengan laut lepas akan tetapi wilayah

tersebut masih berpotensi tinggi menjadi lorong tsunami.

Selain itu, wilayah berisiko tinggi tsunami juga dicirikan oleh wilayah dengan topografi

cukup datar dengan elevasi yang rendah pula. Hal tersebut juga didukung oleh adanya

infrastruktur fisik di sepanjang pantai dan wilayah permukiman. Permukiman di daerah

pesisir sangat berisiko terhadap tsunami, dan secara praktis tidak memiliki pelindung pantai

yang memadai dan memiliki vegetasi yang sangat jarang.

5. Risiko Bencana Abrasi

Page 39: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

21

Wilayah dengan risiko tinggi terhadap bencana abrasi melingkupi 11,9% dari luas total Kota

Ambon. Distribusi tingkat risiko abrasi ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 9: Risiko bencana Abrasi berdasarkan kecamatan di Kota Ambon

(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)

Daerah risiko tinggi abrasi terdapat di seluruh desa di wilayah kecamatan Teluk Ambon

kecuali Desa Tawiri dan Desa Wayame. Secara umum, wilayah kepesisiran yang memiliki

ancaman abrasi yang tinggi sangat terkait erat dengan keberadaan morfologi garis

pantainya. Pantai-pantai yang memiliki morfologi cekung akan cenderung memiliki arus

balik (back wash) lebih besar. Gelombang laut yang menghantam garis pantai akan

disebarkan secara merata di pantai dengan morfologi cekung dan kemudian terbentuk arus

balik yang terkonsentrasi menuju satu titik atau terpusat.

6. Risiko Bencana Kekeringan.

Daerah dengan risiko tinggi kekeringan menempati proporsi ± 0,1% saja dari total wilayah

Kota Ambon. Distribusi tingkat risiko kekeringan menurut wilayah kecamatan di Kota

Ambon ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 10: Risiko bencana Kekeringan berdasarkan kecamatan di Kota Ambon

(dokumen Pemetaan Risiko Kota Ambon, 2012)

Page 40: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

22

Daerah yang dikatakan memiliki tingkat ancaman kekeringan Sedang sebagian besar

dikontrol oleh karakteristik geologis dan geomorfologis wilayah tersebut, terutama

karakteristik batuan. Batuan beku berasal dari proses intrusive maupun batuan vulkanik

massif, merupakan batuan yang tidak dapat menyerap dan meloloskan air, sehingga air

hujan yang jatuh di permukaan batuan akan menjadi limpasan permukaan dan hanya sedikit

saja air hujan yang mengalami infiltrasi dan tersimpan sebagai simpanan air tanah.

Berdasarkan grafik di bawah, selama kurun waktu 2006-2016 Kota Ambon mengalami

paling banyak kejadian bencana dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi

Maluku. Hampir 90% dari kejadian tersebut adalah bencana-bencana terkait

hidrometeorologi.

Gambar 7: Perbandingan jumlah kejadian bencana di Provinsi Maluku 2006-2016 (analisa dibi.bnpb.go.id)

Page 41: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

23

Gambar 8: Catatan kejadian bencana di Kota Ambon 2007-2017 (analisa dibi.bnpb.go.id)

Berdasarkan catatan kejadian bencana di Kota Ambon selama 2007-2017 didominasi oleh

bencana Banjir dan Longsor. Berdasarkan dokumen Data Bencana Kota Ambon, pada

tahun 2012 dan 2013 saja bencana Banjir dan Longsor menempati peringkat pertama

kejadian bencana dengan total korban meninggal dan/atau hilang sebanyak 44 orang dan

kerusakan rumah sebanyak 2.043 unit.

Tabel 11: Rekapitulasi kejadian bencana di Kota Ambon tahun 2012 dan 2013

(dokumen Data Bencana Kota Ambon, 2014)

Jenis Bencana Jumlah Kejadian

Korban Jiwa Rumah Rusak Meninggal

dan Hilang Menderita dan Mengungsi

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

(Kali) (Kali) (Jiwa) (Jiwa)

(KK) (KK) (Unit) (Unit)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Banjir/Tanah Longsor 17 15 35 8 810 - 1.333 710

Gempa Bumi 5 - - - - - - -

Angin Puting Beliung 2 - 2 - - - 126 -

Kecelakaan Transportasi

- - - - - - - -

Gelombang Pasang 3 1 - - - - - -

Konflik Sosial 2 1 1 - - - 11 6

Kebakaran - 6 - - - 136 - 326

Abrasi Pantai - - - - - - - -

Kekeringan - - - - - - - -

Total 29 23 38 8 810 136 1.470 1.042

Berdasarkan data-data di atas, para pemangku kepentingan dalam proses penilaian

ketangguhan memilih bencana banjir dan tanah longsor sebagai bencana yang

paling sering dan paling parah terjadi di Kota Ambon. Berubahnya variabilitas suhu

1

6

10

32

1 1 12

17

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Page 42: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

24

dan curah hujan akibat perubahan iklim dapat memperparah dampak langsung maupun

tidak langsung di berbagai sektor pembangunan. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa isu

strategis yang sangat terdampak antara lain:

1. Kekeringan sangat berdampak pada sektor air bersih, pariwisata, pertanian,

perkebunan, kehutanan, Penanggulangan Bencana dan Perdagangan. Dimana terjadi

krisis air bersih sehingga menyebabkan gagal panen, menurunnya debit air, tingginya

biaya operasional, kenaikan harga pangan dan penurunan biomasa dan tingginya risiko

kebakaran.

2. Kenaikan suhu laut dan suhu udara, dapat menyebabkan kebakaran, berubahnya

ruaya ikan, penurunan produktifitas, dan perubahan keaneragaman hayati

3. Hujan ekstrim, dapat menyebabkan banjir, banjir bandang, gagal panen, longsor,

pencemaran sumber air, pada pohon – pohon tertentu gagal untuk berbungan,

kerusakan jalan, distribusi perdagangan terganggu, longsor serta menurunnya

kunjungan wisatawan.

4. Perubahan pola musim (Enso), dapat menyebabkan menurunnya produktifitas

5. Kenaikan permukaan laut, dapat menyebabkan abrasi, intrusi air laut, berubahnya

objek wisata pantai, kerusakan tambak, berkurangnya area produksi, berkurangnya

mangrove, dan rusaknya infastruktur pesisir.

6. Angin kencang, dapat menyebabkan rusaknya rumah, rusaknya alat tangkap,

rusaknya objek wisata, pohon tumbang, penurunan produktifitas, gelombang tinggi,

abrasi dan terganggunya jalur distribusi.

Page 43: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

25

Page 44: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

26

Bab 4.

HASIL PENGUKURAN

4.1. HASIL PENILAIAN LEVEL 0 Level 0 (Nol) merupakan indikator kuantitatif dalam rangka mendukung indikator global

pengurangan resiko bencana untuk mendukung pelaporan Nasional. Level 0 tidak berada

pada seluruh pertanyaan seluruh Langkah Mendasar, namun hanya ada pada Langkah

Mendasar 1, 2, 3, dan 8.

4.1.1. Langkah Mendasar 1 Dalam RPJMD Kota Ambon Tahun 2011-2016, rencana atau strategi terkait kesiapsiagaan

telah dimasukan namum belum secara menyeluruh seperti yang terdapat dalam Kerangka

kerja Sendai.

4.1.2. Langkah Mendasar II Jumlah kematian karena peristiwa ancaman bahaya pada tahun 2012 sebanyak 34 orang,

dan pada tahun 2013 sebanyak 9 orang yang meninggal dunia. pada tahun 2014-2016, Kota

Ambon mengalami peristiwa elnino dan tidak ada korban jiwa. Tahun 2017, pada beberapa

titik bencana, juga terdapat korban yang meninggal dunia sebanyak 2 orang.

4.1.3. Langkah Mendasar III Peristiwa banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kota Ambon beberapa waktu yang lalu,

mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar yang dirasakan oleh masyarakat,

karena banyak yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda, serta infrastruktur umum.

4.1.4. Langkah Mendasar VIII Bencana alam banjir dan tanah longsor di Kota Ambon dengan tingkat kerusakan yang

cukup parah terjadi pada tahun 2012 dan 2013. Data yang dihimpun dari Badan

Penanggulangan Bencana Kota Ambon menyebutkan kerusakan infrastruktur sebagai

berikut:

Page 45: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

27

Tabel 12: Rekapitulasi kerusakan infrastruktur akibat bencana banjir dan

longsor di Kota Ambon tahun 2012-2013 (BPBD Kota Ambon, 2016)

No Jenis Infrastruktur yang mengalami kerusakan

Tahun Total

2012 2013

1 Jalan, Jembatan, Saluran Air dan talud rusak

55 titik 230 titik 285 titik

2 Permukiman penduduk rusak 29 unit - 29 unit

3 Jaringan Air Bersih rusak 3 buah 19 buah 22 buah

4 Sarana pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan

2 unit 37 unit 39 unit

5 Sarana Pemerintah 1 unit - 1 unit

6 Rumah Ibadah 1 unit 1 unit 2 unit

Page 46: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

28

4.2. HASIL PENILAIAN LEVEL 1 SAMPAI LEVEL 3

Gambar 9: Rekapitulasi hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon 2017

2.692.33 2.36

2.863.17

2.452.21

1.89

1.20

1.75

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Ambon Tahun (2,30)

Page 47: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

29

4.2.1. Langkah Mendasar 1 - Adanya organisasi untuk ketangguhan Adanya organisasi untuk ketangguhan merupakan dasar untuk membangun ketangguhan

suatu wilayah karena merupakan wadah untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi

kebijakan daerah dalam membangun ketangguhan. Kapasitas organisasi dalam memahami

dan merespons isu-isu yang berdampak pada ketangguhan kota terhadap ancaman bahaya

bencana kemudian dituangkan dalam kebijakan daerah sangat penting karena dapat

mengarahkan pembangunan daerah dalam rangka pengelolaan resiko bencana yang

terintegrasi. Keberadaan organisasi untuk membangun ketangguhan dapat dilihat dari

adanya tugas dan fungsi institusi pemerintah sebagai administrator pembangunan yang telah

dilegalkan secara kelembagaan dari aspek perencanaan dalam visi, misi, tujuan, sasaran,

kebijakan, program dan kegiatan serta yang mengupayakan pengurangan resiko bencana

daerah.

Hasil penilaian pada langkah mendasar ini adalah sebesar dilihat dari 4 (empat) aspek utama

yaitu:

a. Visi/ rencana strategis kota bisa menjamin tercapainya tujuan pengurangan

resiko bencana.

Visi Kota Ambon Tahun 2011-2016 adalah “Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius, Lestari dan Harmonis Berbasis Masyarakat”. Dalam visi tersebut terdapat kata

Lestari yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup yang di

dalamnya berkaitan dengan pengurangan resiko bencana. Terkait dengan pengurangan

resiko bencana, dalam proses perumusannya visi/ rencana strategis Kota Ambon yang

tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Ambon Tahun 2011-

2016 pada saat penyusunannya belum mengintegrasikan kajian resiko bencana Kota Ambon

yang pada saat itu masih dalam proses pengidentifikasian oleh Badan Penanggulangan

Bencana Kota Ambon (BPBD). Dalam menyusun visi Kota Ambon Tahun 2011-2016,

Pemerintah Kota Ambon telah berusaha secara maksimal melibatkan seluruh pemangku

kepentingan namun karena keterbatasan kapasitas pemangku kepentingan dalam

memahami pengelolaan resiko bencana, menyebabkan tidak diakomodirnya isu

pengurangan resiko bencana (PRB) dalam perumusan kebijakan strategis Pemerintah Kota

Ambon Tahun 2011-2016.

b. Kewenangan dan sumber daya yang telah dilembagakan untuk

pengurangan resiko bencana;

Kota Ambon telah memiliki kewenangan dan sumber daya yang telah dilembagakan melalui

perangkat daerah. Pembentukan Perangkat Daerah dilaksanakan dengan dikeluarkannya

Peraturan Daerah Kota Ambon tentang Pembentukan Organisasi dan Perangkat Daerah

yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Ambon tentang susunan organisasi dan

tata kerja Perangkat Daerah. Dalam aktifitas pengurangan resiko bencana, Badan

Penanggulangan Bencana Kota Ambon diberikan kewenangan dalam mengkoordinasikan

kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, rekonstruksi, dan rehabilitasi bencana. Kegiatan

pengurangan resiko bencana jika disesusaikan dengan konsep pengelolaan resiko bencana

maka tentu saja kewenangan yang dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Kota

Ambon belum mampu melaksanakan aktifitas pengurangan resiko bencana Kota Ambon

seluruhnya dan harus dilaksanakan secara sinergi dan terintegrasi antara perangkat daerah

lain serta pemangku kepentingan lainnya seperti instansi vertical, lembaga swadaya

masyarakat serta pihak swasta.

Page 48: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

30

c. Lembaga yang bertanggung jawab dalam aspek-aspek ketangguhan sebagai

koordinator di daerah;

Lembaga yang bertanggung jawab penuh terhadap ketangguhan di Kota Ambon sesuai tugas

pokok dan fungsinya adalah Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon khsusnya

mekanisme respons keadaan darurat terhadap bencana/ bahaya yang terjadi. BPBD

memiliki kewenangan terkait respons dalam keadaan darurat untuk mengeluarkan

rekomendasi kepada Walikota Ambon sebagai tingkat kota dalam keadaan darurat. Saat

terjadinya bencana atau bahaya bencana, peran para pemangku kepentingan yang berperan

dalam keadaan darurat dikoordinasikan dan dilaksanakan melalui Pusat Pengendalian

Operasi Bencana yang dibentuk. Sementara sebelum terjadinya bencana, peran dari para

pemangku kepentingan dipraktekan dalam kegiatan-kegiatan simulasi bencana maupun

melalui forum Adaptasi Perubahan Iklim – Pengurangan Resiko Bencana yang dilakukan

oleh Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon secara berkala.

d. Mekanisme yang memprioritaskan sumber daya untuk menurunkan resiko

bencana yang tinggi yang telah diidentifikasi

Identifikasi resiko bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Kota Ambon telah

dilaksanakan sebagai sumber informasi bagi perencanaan pembangunan maupun maupun

pelaksanaan investasi yang dilakukan oleh pihak ketiga. Kota Ambon belum menggunakan

kajian resiko bencana tersebut sebagai bahan masukan dalam menurunkan resiko bencana

pada kegiatan proyek pembangunan maupun proyek investasi. Contoh konkritnya adalah

pada kegiatan pembangunan pada bidang pelayanan dasar seperti sekolah, puskesmas,

jaringan air bersih dan sanitasi lingkungan tidak mempertimbangkan kajian resiko. Terdapat

infrastruktur dimaksud yang dibangun berada pada wilayah banjir dan kondisi tanah labil

yang berpotensi menimbulkan tanah longsor. Selain itu, investasi yang masuk di Kota

Ambon belum mepertimbangkan kondisi kerentanan wilayah terhadap kegiatan investasi

yang dilakukan. Terdapat kegiatan investasi seperti perumahan, fasilitas perdagangan barang

dan jasa yang kemudian berdampak justru meningkatkan resiko bencana pada daerah

sekelilingnya.

Sebagai dasar menentukan keputusan terkait tingkat resiko, Kota Ambon memiliki

Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung namun tingkat resiko yang dipertimbangkan

masih sebatas terkait keamanan konstruksi dan belum memasukan kajian resiko bencana

dalam menentukan kelayakan suatu bangunan. Dapat disimpulkan bahwa Kota Ambon

belum maksimal mengerahkan potensi dalam menurunkan resiko berdasarkan kajian resiko

yang telah diidentifikasi karena belum terintegrasinya kajian resiko bencana kedalam

perencanaan pembangunan.

Page 49: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

31

Gambar 10: Hasil penilaian Langkah Mendasar 1: Adanya organisasi/kelembagaan untuk ketangguhan terhadap bencana.

Langkah Mendasar 1: Menetapkan organisasi dan koordinasi untuk memahami

pengurangan risiko bencana yang didasari pada partisipasi kelompok warga dan masyarakat

sipil. Membangun aliansi di tingkat lokal. Memastikan semua departemen/dinas pemerintah

memahami peran mereka dalam pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana.

4.2.2. Langkah Mendasar 2 - Mengidentifikasi, memahami dan menggunakan skenario risiko saat ini dan masa mendatang. Langkah mendasar 2 dilakukan untuk mengidentifikasi skenario risiko yang paling mungkin

terjadi dan paling parah yang didasarkan pada pemahaman tentang beragam ancaman

bahaya yang berubah-ubah, keterpaparan geografis dan ekonomi, dan kerentanan, untuk

menjadi dasar keputusan-keputusan investasi saat ini dan masa mendatang yang berperan

untuk meningkatkan ketangguhan.

Kota Ambon telah melakukan analisis teknis dan multi-para pemangku kepentingan tentang

ancaman dan bahaya yang dihadapi saat ini dan di masa mendatang untuk mengidentifikasi

keterpaparan dan kerentanan di seluruh kota. analisis teknis ini dalam bentuk kajian resiko

bencana dan dokumen ini belum melibatkan semua pihak di Kota Ambon. masih banyak

stakeholder yang belum terlibat dalam penyusunan dokumen kajian resiko bencana belum

Page 50: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

32

terlibat secara optimal. Peta ancaman bahaya juga telah disajikan sejak tahun 2012 oleh

Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan perlu dimutakhirkan.

Skenario tentang keterpaparan dan kerentanan untuk kejadian setiap ancaman bahaya

“yang paling mungkin terjadi” dan yang “paling parah” telah dilakukan sejak 18 bulan terakhir, dan perlu pemutakhiran untuk tahun yang akan datang, dengan melibatkan seluruh

pemangku kepentingan dan dimonitoring dan evaluasi oleh pihak ketiga, serta perlu

mempertimbangkan resiko lintas batas.

Penyusunan kajian resiko bencana juga masih belum melibatkan seluruh komponen,

terutama melibatkan LSM disabilitas dan LSM dari kelompok minoritas. untuk penyusunan

dokumen kajian resiko di masa yang akan datang, perlu dipertimbangkan untuk keterlibatan

berbagai pihak. keterlibatan pihak lain dalam penyusunan dokumen kajian resiko bencana

ini hanya mencakup sekitar 60-80% keterwakilan dari setiap stakeholder yang diundang.

untuk pembaruan dokumen, akan menghadirkan 100% keterwakilan dari seluruh

komponen dalam penyusunan pembaharuan dokumen kajian resiko bencana.

Aset penting berupa infrastruktur dan pelayanan penting telah teridentifikasi dalam kajian

resiko bencana, hanya saja belum mempertimbangkan “rantai kegagalan”. pada saat terjadi bencana, peremajaan dan pemulihan juga dilakukan oleh dinas-dinas terkait secara terpisah.

Pengkajian resiko bencana saat ini juga hanya fokus pada aset-aset spasial dan fisik yang

beresiko dan ada rencana untuk memperbarui setelah datanya tersedia. dalam penyusunan

rencana perkotaan, faktor perubahan iklim belum terlalu dipertimbangkan dalam

perencanaan pembangunan perkotaan dan faktor resikonya di masa yang akan datang. Data

yang tersedia berkaitan dengan perubahan iklim hanya bersumber pada BMKG dan BPBD

Kota Ambon, dan data tersebut belum digunakan sebagai acuan oleh dinas-dinas lainnya di

lingkup Pemerintah Kota Ambon dalam perencanaan pembangunan perkotaan. hanya

sekitar 1-19% dari total keseluruhan dinas di lingkup Pemerintah Kota Ambon yang

menggunakan dokumen kajian resiko bencana ini untuk dipertimbangkan dalam

perencanaan pembangunan perkotaan. Hal ini penting untuk diperbarui, mengingat data

iklim dan perubahan iklim sangat penting untuk menjadi pertimbangan, dalam penyusunan

rencana perkotaan di masa yang akan datang, sehingga dapat memperkecil resiko bencana

yang akan terjadi.

Informasi mengenai kajian resiko bencana tersedia pada website yang dimiliki oleh BPBD

Kota Ambon, dan juga tersedia dalam halaman website Pemerintah Kota Ambon. Akses

terhadap informasi ini juga sangat terbatas, karena banyak dinas di lingkup Pemerintah Kota

Ambon yang tidak mengakses data tersebut dan juga tidak menganggap dokumen kajian

resiko bencana ini menjadi sesuatu yang penting untuk diketahui. tayangan di media sosial

oleh pemerintah selama ini dilakukan oleh BMKG, dan hanya pada kalangan tertentu yang

dapat mengakses infromasi tersebut, dan tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

informasi yang selama ini beredar juga dipublikasi secara resmi dalam website BMKG, dan

dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan data tersebut dalam pekerjaan maupun

program mereka. diperlukan metode penyebaran informasi yang lebih efektif selain website

seperti melalui buletin, sms, informasi melalui media cetak dan media elektronik. Hal ini

dapat dimungkinan dengan update data harian yang dapat diakses sampai ke tingkat

masyarakat baik melalui radio, koran, website, media komunikasi yang berkembang

terakhir, informasi mengenai melalui telepon seluler yang dapat diakses oleh smartphone

Page 51: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

33

maupun telepon biasa. Seluruh informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat disediakan

dengan format yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, misalnya melalui sms

kepada seluruh masyarakat.. keterlibatan media menjadi sangat penting dalam

penyebarluasan informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat dan kebencanaan.

diperlukan juga dibentuk forum tanggap bencana di tingkat desa/kelurahan, sehingga

mempermudah akses informasi sampai ke tingkat masyarakat.

Gambar 11: Hasil penilaian Langkah Mendasar 2: Memahami dan menggunakan skenario risiko saat ini dan masa mendatang.

Langkah Mendasar 2: Menetapkan satu anggaran untuk pengurangan risiko bencana

dan menyediakan insentif untuk para pemilik rumah, rumah tangga berpenghasilan rendah,

masyarakat, dunia usaha dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam pengurangan risiko

yang mereka hadapi.

4.2.3. Langkah Mendasar 3 - Memperkuat Kapasitas Keuangan Untuk Mewujudkan Ketangguhan. Dalam mewujudkan Kota yang tangguh terhadap bencana, kota harus mempunyai rencana

keuangan dan sumber daya yang memadai baik itu jangka panjang/menengah maupun jangka

pendek. Ketersediaan anggaran sangatlah diperlukan suatu daerah dalam melaksanakan

aktifitas ketangguhan. Terdapat pagu pembiayaan secara indikatif dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Ambon sebagai pedoman penyusunan

Page 52: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

34

rencana pembangunan tahunan. Melihat kapasitas keuangan pemerintah Kota Ambon

dimana sebesar ±69% dialokasikan untuk belanja pegawai ditambah dengan perencanaan

pembangunan kota yang belum mempertimbangkan kajian resiko bencana, maka Kota

Ambon memiliki kapasitas rendah dari segi keuangan dalam membangun ketangguhan.

Perlu dicari alternative pembiayaan program/kegiatan ketangguhan baik itu dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Provinsi Maluku maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja

Nasional (Dana Alokasi Khusus dan Tugas Pembantuan).

Rencana keuangan yang jelas dalam membangun ketangguhan terdapat dalam anggaran

tidak terduga khususnya untuk penanganan bencana, yang disimpan dalam DPA BPKAD

Kota Ambon (dana kontijensi) namun Pemerintah Kota Ambon belum memiliki strategi

dan mekanisme dalam proses penanganan bencana dalam jangka panjang, karena perangkat

daerah terkait masih melakukan perencanaan dalam program kerja masing-masing.

Pemerintah Kota melalui peraturan daerahnya, melibatkan pihak ketiga (pihak swasta),

sehingga dengan melibatkan pihak ketiga maka bantuan juga bisa diperoleh dari perusahaan-

perusahaan tersebut melalui Peraturan Daerah tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

yang kedepannya juga dapat memberikan kontribusi dalam membangun ketangguhan di

Kota Ambon.

Gambar 12: Hasil penilaian Langkah Mendasar 3: Memperkuat kapasitas

keuangan untuk mewujudkan ketangguhan.

Page 53: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

35

Langkah Mendasar 3: Melakukan pemutakhiran data tentang ancaman-ancaman dan

kerentanan-kerentanan. Menyusun pengkajian risiko dan menggunakannya sebagai

landasan bagi rencana-rencana dan keputusan-keputusan pembangunan perkotaan,

memastikan bahwa informasi ini dan perencanaan untuk ketangguhan kota anda bisa

diakses dengan mudah oleh masyarakat dan didiskusikan sepenuhnya dengan mereka.

4.2.4. Langkah Mendasar 4 - Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Yang Tangguh Tujuan penilaian LM-4 adalah untuk mengkaji kerentanan lingkungan terbangun untuk

mengidentifikasi peluang-peluang (didasarkan pada temuan dalam Langkah Mendasar 2)

untuk perbaikan, termasuk perencanaan, perancangan, dan pembangunan infrastruktur dan

ruang perkotaan yang baru, perbaikan infrastruktur yang ada dan ruang-ruang perkotaan,

dan memperbaiki lingkungan regulatori.

Kota Ambon telah melakukan perencanaan-perencanaan yang didasarkan pada peta resiko,

data statistik penduduk dan sosial, ekonomi perkotaan, infrastruktur dan fasilitas penting,

Rencana tata guna lahan, demografi penduduk termasuk data kawasan kumuh, data status

lingkungan hidup daerah, dll. data tersebut digunakan dalam perencanaan, namun data

belum dimutakhirkan dalam 5 tahun terakhir. peta resiko juga telah tersedia untuk saat ini,

namun tidak ada pedoman untuk memandu perencanaan dan pembangunan perkotaan yang

peka terhadap resiko.

Perencanaan perkotaan telah menyediakan langkah-langkah untuk melakukan mitigasi dan

menyediakan akses ke semua infrastruktur dan pelayanan penting. namun mengenai

pelayanan dasar seperti kebutuhan akan listrik, air minum, sanitasi dan perumahan masih

belum memadai. Secara keseluruhan, seluruh penduduk Kota Ambon telah memiliki akses

terhadap listrik, hanya ketersediaan listrik untuk wilayah Kota Ambon baru mencakup

80% yang memperoleh layanan dengan memadai dan terdaftar secara resmi pada PLN.

Masih sekitar 20% yang belum memiliki pelayanan listrik secara resmi dari PLN dan

menggunakan layanan listrik secara illegal. Demikian juga halnya dengan kebutuhan air

minum. untuk kebutuhan air minum, sebanyak 68,78% masyarakat yang terlayani

kebutuhan akan air minum. persentase penduduk yang bisa mengakses sanitasi yang lebih

baik hanya berkisar antara 60-79% dari seluruh penduduk di Kota Ambon. masih ada

masyarakat yang masih memiliki perilaku buang air besar sembarangan, pengelolaan limbah

yang tidak tepat, serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Untuk itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengidentifikasi sumber air dan peningkatan

layanan akan air bersih. Disamping itu, diperlukan peningkatan kebutuhan akan listrik di

Kota Ambon setelah bencana terjadi, sehingga seluruh masyarakat memperoleh akses

terhadap pelayanan kebutuhan mendasar. Peningkatan kesadaran masyarakat atas sanitasi

yang baik juga sangat diperlukan melalui sosialisasi, pendidikan lingkungan hidup, perilaku

hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dasar akan

sanitasi yang lebih baik.

Praktik-praktik perencanaan inovatif juga dilakukan oleh Pemerintah di Kota Ambon. salah

satunya dengan jalan membuat lubang resapa biopori, sumur resapan, pembuatan MCK

Komunal, pembangunan IPAL komunal, penambahan sarana dan prasarana persampahan.

Peran dan tanggungjawab perencanaan kota juga telah ditetapkan dengan jelas. tidak semua

Page 54: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

36

program mendapatkan alokasi anggaran dan pendanaan, semuanya dipertimbangkan oleh

bapedda-litbang, dengan memperhatikan prioritas pembangunan kota.

Kota Ambon juga telah memiliki peraturan daerah mengenai Ijin Mendirikan Bangunan.

dalam implementasi peraturan daerah tersebut, masih banyak bangunan yang didirikan

tanpa mempertimbangkan faktor resiko bencana. aturan-aturan mengenai ijin mendirikan

bangunan perlu dikaji dengan mempertimbangkan faktor resiko yang akan terjadi dengan

data 10 tahun terakhir.

Gambar 13: Hasil penilaian Langkah Mendasar 4: Mengupayakan pembangunan dan rancangan kota yang tangguh.

Langkah Mendasar 4: Menanamkan investasi dalam dan merawat infrastuktur penting

untuk pengurangan risiko bencana, misalnya drainase banjir, yang disesuaikan apabila

perlu untuk mengatasi perubahan iklim.

4.2.5. Langkah Mendasar 5 - Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan alami oleh ekosistem Tujuan penilaian ini untuk mengidentifikasi, melindungi dan memantau ekosistem alam yang

berperan membangun ketangguhan termasuk air dan lahan basah, tanah dan vegetasi,

polinasi dan keragaman hayati, dan bisa termasuk ekosistem di luar geografi kota. dalam

penilaian ini, ada dua hal penting yaitu:

Page 55: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

37

1. Kota Ambon telah memiliki solusi-solusi untuk mengatasi resiko lingkungan

yang terjadi saat ini, maupun di masa yang akan datang. Contohnya dengan

adanya infrastruktur hijau dan biru yang dilakukan oleh sejumlah instansi

pemerintah, TNI/POLRI, akademisi, NGO/LSM dan kelompok masyarakat. Infrastruktur hijau dan biru yang dilakukan antara lain penanaman pohon di beberapa

ruas jalan di dalam Kota Ambon, penanaman mangrove, transplantasi karang,

rehabilitasi lahan kritis, normalisasi sungai, dll. semua infrastruktur hijau dan biru yang

dibangun baik oleh Pemerintah maupun kelompok masyarakat, tidak dilakukan

pemeliharaan secara berkala, sehingga semua upaya yang telah dilakukan tidak

membuahkan hasil yang maksimal.

Perlindungan dan pemulihan ekosistem tertuang dalam rencana strategi kota dan

rencana-rencana pembangunan Kota. Visi Kota Ambon Tahun 2011-2016 adalah

“Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius, Lestari dan Harmonis Berbasis

Masyarakat”. Dalam visi tersebut terdapat kata Lestari yang berkaitan dengan

pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup. kebijakan-kebijakan tataguna lahan

secara umum mendukung layanan ekosistem, namun tidak ditegakan sepenuhnya atau

peningkatan layanan ekosistem tidak dilakukan secara maksimal. misalnya adanya

Peraturan Daerah tentang Ijin Mendirikan Bangunan, tetapi implementasi Peraturan

Daerah tersebut tidak berjalan dengan optimal. masih banyak bangunan yang dibangun

tanpa ijin di daerah beresiko bencana seperti di lereng gunung dan tepian sungai.

kebijakan yang akan ditempuh adalah:

1. Mengoptimalkan upaya pembangunan infrastruktur hijau dan biru di Kota

Ambon;

2. mengupayakan kerjasama lintas sektoral agar dapat melaksanakan upaya

pemulihan ekosistem secara optimal;

3. Mengoptimalkan upaya penegakan Peraturan Daerah yang mendukung

keberlanjutan ekosistem dan upaya pemulihan lingkungan.

Program yang akan dilakukan antara lain:

1. Penegakan Perda IMB;

2. Pengawasan implementasi Perda IMB;

3. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di dalam Kota;

4. Penanaman pohon dan Pemeliharaannya secara berkala;

5. Transplantasi karang dan pemeliharaannya;

6. Normalisasi sungai di Kota Ambon;

7. Pengembangan pertanian perkotaan (urban farming);

8. Pembangungan hutan kota;

9. Penyusunan Perda terkait dengan Pencemaran Lingkungan.

Potensi status layanan ekosistem dalam peran perlindungan terkait ketangguhan kota

terhadap bencana rata-rata berstatus netral. sejumlah perbaikan dilakukan diimbangi

juga dengan sejumlah penurunan. beberapa program terkait dengan perlindungan

ekosistem tidak disertai dengan upaya pemeliharaan. hal ini menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas lingkungan. Diperlukan upaya dan kebijakan dalam menjaga dan

memelihara ekosistem sehingga seluruh laju kerusakan lingkungan harus dapat

dikendalikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.

Page 56: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

38

layanan-layanan ekosistem yang berperan dalam mitigasi ancaman bahaya belum

diidentifikasi dan dijaga secara memadai. misalnya mangrove di pesisir teluk Ambon,

yang berfungsi sebagai penahan ombak dan penghalang bencana tsunami tidak dijaga

dan dirawat dengan baik. kepedulian masyarakat maupun pemerintah masih sangat

minim. hal ini dapat dilihat juga dengan pemberian ijin terhadap sejumlah bangunan di

daerah kawasan mangrove. pemeliharaan mangrove masih menjadi tanggung jawab

orang per orang yang tinggal di lokasi sekitar kawasan mangrove, dan sejumlah

mangrove mengalami penurunan populasi secara signifikan, terkait dengan pembukaan

lahan atas dan juga berkaitan dengan masalah sampah di dalam teluk Ambon.

Dalam 5 tahun terakhir, kota telah melaksanakan proporsi proyek hijau/biru dalam

jumlah yang sama dengan yang dilaksanakan dalam periode 5 tahun sebelumnya. Dalam

3 tahun terakhir Kota Ambon Juga telah mendapat penghargaan untuk program Langit

Biru. Peristiwa banjir dalam kota yang telah dialami sejak adanya perlindungan layanan-

layanan ekosistem dan penggunaan infrastruktur hijau dan biru menyebabkan kejadian

banjir berkurang (namun tidak signifikan) dan kerusakan yang terjadi juga berkurang.

2. Kota melindungi dan memulihkan ekosistem sehingga ekosistem membantu

adaptasi dan mitigasi yang memadai terhadap risiko saat ini dan di masa

mendatang. Kota Ambon saat ini belum memiliki mengoptimalkan mekanisme hukum dan kebijakan

yang memastikan pelestarian dan pemulihan lahan yang mendukung keanekaragaman

hayati termasuk lahan produktif.

Untuk itu diperlukan sejumlah kebijakan seperti:

a. Penyusunan regulasi terkait dengan konservasi sumber daya alam di Kota

Ambon;

b. penegakan hukum terkait dengan implementasi Perda yang berkaitan dengan

lingkungan;

c. Peningkatan upaya penanaman pohon di areal bekas kebakaran hutan dan di

lokasi tangkapan air (catchment area);

d. Diperlukan pengawasan secara ketat dan berkala terhadap pembangunan di area

tangkapan air tanpa ijin dan dokumen lingkungan yang jelas;

e. Diperlukan penyusunan regulasi daerah terkait dengan konservasi sumber daya

alam di Kota Ambon.

Beberapa program yang akan dilakukan yaitu:

a. Reboisasi di area tangkapan air,

b. Penyusunan Perda konservasi Sumber Daya Alam di Kota Ambon,

c. Peningkatan kapasitas kewang lingkungan di Kota Ambon,

d. Penegakan hukum untuk semua jenis regulasi di daerah terkait konservasi

lingkungan dan tata guna lahan.

Page 57: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

39

Gambar 14: Hasil penilaian Langkah Mendasar 5: Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem.

Langkah Mendasar 5: Mengkaji keselamatan semua sekolah dan fasilitas kesehatan dan

meningkatkan fasilitas-fasilitas ini bila perlu.

4.2.6. Langkah Mendasar 6 - Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Ketangguhan Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan bertujuan untuk menilai apakah

ada keterhubungan sosial dan budaya gotong royong yang dapat menunjang ketangguhan

kota, misalnya apakah ada inisiatif masyarakat dan pemerintah dalam membangun

ketangguhan, serta apakah ada saluran komunikasi berupa media masa untuk menunjang

proses ketangguhan tersebut. Dalam penilaian Langkah Mendasar ini didapatkan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Kapasitas kelembagaan dan ketangguhan telah diperjelas dengan Peraturan Daerah

tentang tindakan Penanggulangan Bencana (PB) yang ditetapkan melalui Rancangan

Peraturan Daerah pada bulan Mei 2016 dan dengan adanya kelembagaan yaitu Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon yang ditetapkan melalui

Peraturan Daerah No. 25 Tahun 2012.

2. Pertukaran pengetahuan dan ketrampilan para pemangku kepentingan yang terlibat

dalam ketangguhan terhadap bencana dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat

Page 58: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

40

umum melalui siaran radio, televisi, dan media cetak serta kepada pemuda dan remaja

melalui pelatihan penanggulangan bencana di sekolah-sekolah. Dengan kehadiran

USAID-APIK dan Forum API-PRB dapat memperkuat dan mempercepat proses

pertukaran informasi antara berbagai pemangku kepentingan di Kota Ambon.

UNESCO juga telah membantu BPBD Kota Ambon dalam penyusunan/pembuatan

buku dengan judul “Air Turun Naik Di Tiga Negeri”. Pemerintah Provinsi Maluku juga telah membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang jangkauan kerjanya sampai ke desa-

desa, namun kegiatan penanganan bencananya hanya pada saat terjadi bencana dan

setelah bencana.

3. Telah ada pertukaran informasi dan koordinasi antara BPBD dan BNPB, tetapi

pertemuan rutin di tingkat nasional dan internasional belum dilakukan dan upaya

untuk belajar dari daerah dan negara lain juga belum menjadi pertimbangan utama

dalam kebijakan daerah dan dalam program kerja. Disamping itu, kompetensi,

kemampuan, dan kapasitas sumber daya berbagai pemangku kepentingan di kota telah

jelas disebutkan dalam rencana PB kota Ambon.

4. BPBD Kota Ambon juga telah melakukan pelatihan PB yang melibatkan masyarakat,

instansi, dan swasta dalam bentuk simulasi. Modul pelatihan didasarkan pada tindakan

penanganan bencana di Kota Ambon pada tahun 2012 dan 2013. Belajar dari

pengalaman penanggulangan bencana pada masa lalu, BPBD Kota Ambon membuat

skenario ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi dan yang paling parah. Namun

di dalam pelatihan kesiapsiagaan terhadap bencana, BPBD Kota Ambon belum

melibatkan seluruh lapisan masyrakat, instansi, dan swasta.

5. Komunikasi top down dilakukan melalui pembentukan desa tangguh dan proses

sosialisas. Proses penyusunan RPJMDes dalam bentuk Pelatihan Penyusunan RPJMdes

dengan menggunakan konteks wilayah. Sedangkan komunikasi bottom up dilakukan

melalui surat masuk, sms, telpon, Watsapp dari masyarakat dengan pelaksana PB yaitu

Dinas Sosial, BPBD, Dinas PUPR, dan intansi terkait lainnya. Contoh lain adalah

permintaan masyarakat berupa anakan pohon untuk reboisasi melalui Dinas

Kehutanan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Komunikasi dua arah ini dapat

memperkuat pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang API-PRB.

6. Mekanisme pelaporan lewat laporan pertanggungjawaban telah mendorong

transparansi dan akuntabilitas. Namun informasi tentang pengeluaran kota untuk PB

baru akan diinformasikan oleh BPBD Kota Ambon apabila ada permintaan surat masuk

dari instansi/lembaga lainnya.

7. Data bencana telah dikelola oleh BPBD Kota Ambon, namun data tersebut belum bisa

diakses secara umum oleh masyarakat karena tidak terupdatenya website BPBD pada

website Pemerintah Kota Ambon.

8. Pemanfaatan kapasitas sektor swasta dan masyarakat sipil untuk PB telah dilakukan

oleh Pemerintah Kota Ambon melalui berbagai intansi atau lembaga; di antaranya:

- BPBD Kota Ambon telah membentuk 7 desa tangguh bencana dan kampung iklim.

- Telah ada rekomendasi pemberian izin usaha dari intansi teknis dengan

mempertimbangkan penanggulangan bencana, misalnya pengolahan limbah oleh

Dinas Lingkungan Hidup dan peruntukan lahan dan tata ruang oleh Dinas PUPR.

- Para pemangku kepentingan PB belum sepenuhnya bekerja sama secara efektif

dengan sektor swasta dan belum teridentifikasi bentuk-bentuk kerjasama yang ada

di masyarakat. Pelibatan swasta hanya bersifat sporadis pada waktu terjadi bencana

di wilayahnya. Belum ada pertemuan kerjasama antara pemerintah dan sektor

Page 59: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

41

swasta untuk membahas masalah penanggulangan bencana (PB) maupun

pengurangan risiko bencana (PRB).

- Pemangku kepentingan PB telah bekerja secara efektif dengan masyarakat sipil

karena para pemangku kepentingan tersebut adalah bagian dari masyarakat dan

yang adalah juga bagian dari Forum API-PRB.

- Pemerintah mulai membangun kapasitas organisasi masyarakat sipil tetapi belum

semua lembaga sosial masyarakat (LSM) atau organisasi kemasyarakatan atau

organisasi kepemudaan atau organisasi keagamaan dapat diidentifikasi secara

keseluruhan di Kota Ambon.

Gambar 15: Hasil penilaian Langkah Mendasar 6: Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan.

Langkah Mendasar 6: Menerapkan dan menegakkan peraturan-peraturan pendirian

bangunan dan prinsip-prinsip perencanaan tata guna lahan yang realistis dan

berwawasan risiko. Mengidentifikasi lahan yang aman untuk warga berpenghasilan

rendah dan sejauh memungkinkan mengupayakan perbaikan permukiman-permukiman

informal.

Page 60: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

42

4.2.7. Langkah Mendasar 7 - Memahami dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat untuk Mewujudkan Ketangguhan. Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan

dapat dinilai melalui apakah ada hubungan sosial dan budaya gotong royong di masyarakat,

apakah ada prakarsa-prakarsa masyarakat, pemerintah, dan swasta untuk mewujudkan

ketangguhan, serta apakah ada berbagai saluran media komunikasi untuk ketangguhan.

Dalam penilaian Langkah Mendasar ini didapatkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kapasitas ketangguhan kepada bagian kota yang paling miskin dengan

tujuan dapat mengurangi kerentanan mereka terhadap bencana melalui program-

program bantuan sosial yang diberikan kepada kelompok-kelompok rentan dan

bantuan stimulan seperti bantuan emergency saat sebelum dan setelah bencana untuk

pemulihan. Bantuan sosial tersebut telah diberikan untuk anak-anak terlantar, divable,

lansia, keluarga miskin, kelompok-kelompok Nelayan, dan UMKM. Namun program-

program bantuan layanan kesehatan dan sosial tersebut belum bisa dikatakan tersedia

secara memadai karena masih ada kelompok - kelompok rentan yang belum

terjangkau layanan kesehatan dan sosial. Contohnya adalah program nasional

JAMKESMAS yang sudah tersedia akan tetapi belum memadai, dalam hal ini

pelayanannya, sarananya, dan prasarananya, serta masih ada masyarakat miskin yang

belum terdata sebagai penerima bantuan. Di bidang pendidikan, dengan adanya

program pemerintah wajib belajar 12 tahun, semua warga negara mempunyai akses

ke dunia pendidikan yang berkualitas tanpa dipungut biaya.

2. Maluku memiliki ikatan persaudaraan dan kekerabatan lintas budaya, agama, dan suku

yang disebut dengan hubungan Pela dan Gandong. Hubungan Pela dan Gandong

menjadi modal sosial yang terbangun secara turun temurun yang menguatkan

hubungan sosial kemasyarakatan antar 2 atau lebih negeri (desa) yang diikat dalam

hubungan Pela dan Gandong. Pela dan Gandong secara alami mengatur, memobilisasi

sumber daya yang ada di suatu komunitas untuk menangani sebuah masalah. Pela dan

Gandong dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan pada beberapa

kasus, Pela dan Gandong mendukung upaya-upaya pemulihan pasca bencana baik

konflik horizontal maupun bencana alam. Pela dan Gandong telah menembus batas-

batas wilayah, ruang dan waktu. Semangat Pela dan gandong menjadi prinsip dasar bagi

komunitas-komunitas masyarakat untuk saling mendukung dan membantu. Contoh

penerapan budaya Pela dan Gandong adalah ketika ada kebakaran di kelurahan Silale,

pada tanggal 24 Oktober 2016, masyarakat di sekitar lokasi beserta organisasi

kemasyarakat, organisasi keagamaan, pihak swasta bersama-sama melakukan tindakan

emergency berupa menyediakan tempat untuk berlindung sementara, memberikan

makanan siap saji, pakaian layak pakai, traumatic healing, dan penyediakan sarana air

bersih dan sanitasi agar masayarakat yang kena dampak mendampatkan perlindungan

sementara.

3. Berkaitan dengan kohesi sosial yang lain adalah adanya kewang adat negeri yaitu

kewang laut dan kewang darat yang berfungsi sebagai penjaga laut dan hutan di sebuah

negeri. Budaya ini kemudian diadopsi oleh Pemerintah Kota Ambon melalui penetapan

SK Walikota Nomor 52 Tahun 2009 tentang Kewang Lingkungan Hidup. sebagai

Kewang Lingkungan. Kewang Lingkungan ini dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan

masyarakat yang menyentuh Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Resiko

Bencana (PRB) seperti penanaman mangrove, pengawasan limbah berbahaya, dan

pencegahan kebakaran hutan.

Page 61: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

43

4. Sasi atau hukum adat adalah peraturan-peraturan yang tidak tertulis di masyarakat, memiliki

kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan, dan bersifat elastis. Sasi negeri atau sasi

gereja ini biasanya digunakan dalam menjaga lingkungan baik di darat maupun di laut.

5. Di Kota Ambon telah ada jaringan akar rumput sebagai bentuk kolaborasi dan partisipasi

masyarakat, khususnya dalam membangun ketangguhan terhadap bencana. Contoh jaringan

akar rumput adalah Muhabeth di Desa Kilang dimana penduduk melakukan pengumpulan

dana (Muhabeth) atau gotong royong dalam membangun kembali bangunan rumah serta

bangunan lainnya yang rusak akibat bencana. Di Kota Ambon, warisan budaya yang penting

bagi masyarakat belum seluruhnya teridentifikasi dan dilindungi sebagaimana mestinya.

6. Proses-proses yang memadai untuk memperkuat kapasitas sosial melalui kearifan lokal,

contohnya di desa Kilang dengan sistem Muhabeth (Batanati/Masohi/Gotong royong untuk

melakukan rehabilitasi). Penguatan kapasitas kewang lingkungan melalui bimbingan teknis

(Bimtek) dan pemberian buku saku Kewang (aturan-aturan lingkungan hidup). Melalui sistem

adat dan budaya lokal setempat, masyarakat umum dapat mengetahui adanya ancaman-

ancaman bahaya dan bagaimana mereka dapat bersiapsiaga serta bertindak dalam satu

keadaan darurat. Kearifan lokal ini membantu masyarakat dalam PB dan PRB selain melalui

terpasangnya jalur evakuasi di seluruh Kecamatan dan Early Warning System (EWS).

Gambar 16: Hasil penilaian Langkah Mendasar 7: Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan.

Langkah Mendasar 7: Memastikan agar program pendidikan dan pelatihan

pengurangan risiko bencana tersedia di sekolah-sekolah dan masyarakat setempat.

Page 62: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

44

4.2.8. Langkah Mendasar 8 - Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur Tujuan penilaian LM-8 ini adalah memahami bagaimana infrastruktur kota yang penting

untuk mendukung penyediaan layanan merespons bencana dan mengidentifikasi peluang

untuk meningkatkan kinerja mereka. dalam penilaian ini, terdapat 2 hal, yaitu :

1. Kota memiliki dan melaksanakan satu rencana atau strategi untuk melindungi

infrastruktur penting, manfaat dan layanan-layanannya.

Kota Ambon memiliki kegiatan rutin setiap tahunnya yang dilakukan oleh Dinas PU PR

untuk melindungi infrastruktur dan di tahun 2017 ada 162 kegiatan yang menunjang

infrastruktur penting. Adanya pemahaman bersama tentang resiko antara kota dan

berbagai penyedia layanan utilitas tentang titik-titik tekanan yang dihadapi, namun belum

optimal. hal ini juga ditandai dengan tidak tersedianya forum yang terdiri dari berbagai

instansi/dinas/perusahaan utilitas yang bertemu secara rutin untuk secara khusus

mengatasi masalah-masalah ketangguhan infrastruktur di tingkat kota.

Infrastruktur penting (yaitu RS, sekolah, gedung pemerintah, gardu listrik, dll.) tidak

dibangun di wilayah-wilayah berisiko rendah, sesuai dengan aturan-aturan dan regulasi

yang semestinya tentang mendirikan bangunan, serta pengaturan untuk menjaga

kelangsungan utiltitas. sekitar 80-99% rumah sakit, sekolah, gedung pemerintah, gardu

listrik,dll berada di kawasan beresiko tinggi.

Pemerintah Kota Ambon memiliki rencana kesinambungan untuk penyediaan layanan

penting di Kota Ambon. keseluruhan layanan di bidang air dan sanitasi, listrik dan energi,

layanan kesehatan, komunikasi termasuk sistem teknologi serta transportasi

mempunyai rencana/pengaturan kesinambungan layanan yang terkini. Selain itu, dana

yang tersedia untuk perbaikan keseluruhan empat pelayanan dasar belum memadai

untuk dapat dilakukan semuanya sekaligus.

Adapun kebijakan yang diperlukan yaitu :

- pembentukan forum yang terdiri dari berbagai instansi/dinas/perusahaan utilitas

yang bertemu secara rutin untuk secara khusus mengatasi masalah-masalah

ketangguhan infrastruktur di tingkat kota;

- membuat regulasi terkait dengan infrastruktur yang beresiko tinggi;

- Pengaturan kesinambungan layanan di bidang air dan sanitasi, listrik dan energi,

layanan kesehatan, komunikasi termasuk sitem teknologi dan transportasi perlu

ditingkatkan;

- perlu adanya tambahan dana dari sumber lain selain APBD untuk menunjang

pemeliharaan dan perbaikan layanan selama 5 tahun;

Program yang diperlukan antara lain:

- pembentukan forum lintas sektoral

- pengawasan peraturan daerah terkait ijin mendirikan bangunan

- koordinasi dengan pihak lain untuk peningkatan dana

2. Ketersediaan infrastruktur pelindung/mitigasi risiko (misalnya pertahanan banjir,

rancangan seismik) selalu tersedia bila diperlukan (dan dipelihara dengan semestinya).

Kota Ambon memiliki infrastruktur pelindung tetapi tidak dirancang dengan baik dan

tidak mempertimbangkan informasi resiko. Infrastruktur pelindung yang ada akan

memitigasi hampir semua skenario ancaman bahaya “yang paling mungkin terjadi”

Page 63: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

45

namun sejumlah dampak akan tetap terjadi; ada kelemahan yang lebih besar secara

relatif terkait skenario ancaman “yang paling parah”. Proses-proses pemeliharaan

infrastruktur pelindung untuk memastikan integritas dan tetap berjalannya aset-aset

penting belum berjalan secara maksimal.

Adapun kebijakan yang ditempuh antara lain :

- setiap pembangunan infrastuktur harus mempertimbangkan data dan informasi

dari kajian resiko bencana di Kota Ambon, sehingga dapat meminimalisir dampak

dari bencana yang paling mungkin terjadi. pengawasan dan evaluasi tahunan juga

perlu dilakukan, dalam upaya pencegahan terjadinya dampak yang lebih besar.

Program yang dilakukan antara lain :

- Koordinasi lintas sektor dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dengan

melibatkan informasi dari BMKG dan kajian resiko bencana.

- Monitoring dan evaluasi tahunan dari semua SKPD dan pembentukan forum lintas

sektoral agar dapat dilakukan pemetaan pembangunan infrastruktur dengan

mempertimbangkan kajian resiko bencana.

Gambar 17: Hasil penilaian Langkah Mendasar 8: Meningkatkan ketangguhan infrastruktur.

Langkah Mendasar 8: Melindungi ekosistem dan penyangga-penyangga alamiah

untuk meredam banjir, gelombang badai, dan ancaman-ancaman bencana lain yang

Page 64: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

46

membuat kota menjadi rentan. Beradaptasi pada perubahan iklim dengan memperkuat

praktik-praktik pengurangan risiko bencana yang baik.

4.2.9. Langkah Mendasar 9 - Memastikan Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana yang Efektif Proses ini bertujuan memastikan bahwa Kota Ambon telah menanggapi bencana secara

efektif melalui tinjauan dan pemutakhiran rencana-rencana kesiapsiagaan secara rutin,

menjaga sistem-sistem pemantauan ancaman bahaya dan peringatan dini, serta koordinasi

dan interoperabilitas antar para pemangku kepentingan utama. Dalam penilaian Langkah

Mendasar ini didapatkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Secara idealnya belum ada Rencana Penanggulangan Bencana (PRB) akan tetapi sudah

ada langkah-langkah mendasar dalam proses kesiapsiagaan dan tanggap darudrat

bencana oleh instansi terkait dalam hal ini BPBD Kota Ambon. Hal ini dapat dilihat

dari proses simulasi yang dilakukan oleh istansi yang dimaksud dengan melihat kondisi

saat ini dan belajar dari bencana waktu lalu, disesuaikan dengan Early Warning System

(EWS) yang sudah ada, dan dengan adanya komunikasi dengan instansi-instansi teknis

terkait. Rencana pembangunan yang dilakukan oleh seluruh instansi dalam lingkup

Pemerintah Kota Ambon belum berisi dan berdasarkan data serta pengetahuan terkini

tentang ancaman bencana, kerentanan kota, walaupun sudah dilakukan Kajian Resiko

Bencana, akan tetapi belum sampai ke penyusunan PRB.

2. Surat Walikota tentang tanggap darurat dikeluarkan untuk memastikan bahwa fungsi-

fungsi penting di kota tetap berjalan bahkan dalam keadaan darurat. Melalui SK ini

seluruh instansi terkait dapat menjalankan fungsinya dalam kondisi darurat bencana,

baik itu intansi teknis di lingkup Pemerintah Kota Ambon, BUMD, dan BUMN (Air,

Listrik & Rumah Sakit) serta pihak swasta lainnya.

3. Ada beberapa Sistim Peringatan Dini yang terhubung di Kota Ambon, 1) Gempa Bumi;

informasi dari pihak BMKG sebagai informan pertama yang kemudian disampaikan

langsung ke BPBD dan kemudian diteruskan ke Pemangku kepentingan tertinggi (Wali

Kota) dan setelah itu akan disebarkan ke masyarakat melalui telkomsel. 2) Banjir dan

Tsunami; sudah terpasang alat Early Warning System (EWS) di kelurahan Batu Gajah.

Sistem Peringatan Dini yang sudah terpasang di wilayah-wilayah resiko bencana

berlaku untuk tsunami, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor. Pengumuman peringan

dini belum memiliki cakupan sampai semua wilayah kota dan tidak semua daerah yang

memiliki akses terhadap penyebaran peringatan melalui radia, sirine, ataupun media

sosial.

Page 65: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

47

Gambar 18: Hasil penilaian Langkah Mendasar 9: Memastikan kesiapsiagaan

dan tanggap bencana yang efektif.

Langkah Mendasar 9: Membentuk sistem peringatan dini dan kapasitas manajemen

kedaruratan di kota dan melakukan geladi kesiapsiagaan untuk masyarakat secara rutin.

4.2.10. Langkah Mendasar 10 - Mempercepat Pemulihan dan Membangun Kembali Dengan Lebih Baik Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi dimensi. Menyikapi

kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap Tahun, pemikiran terhadap

penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh para Pemangku

Kepentingan.Penanganan bencana sering terkendala pada koordinasi lintas sektor, karena

koordinasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan rencana aksi, pengendalian rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana yang terintegrasi antar seluruh Pemangku Kepentingan dan penggiat

rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana.

Sesuai dengan arah kebijakan dalam RPJMN 2015-2019, penanggulangan bencana merupakan

tanggung jawab semua pihak. Untuk itu, peranan Pemangku Kepentingan, masyarakat, LSM,

swasta sangat penting. Pemerintah Daerah diharapkan dapat menyediakan landasan kebijakan bagi

penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah

melakukan kajian kerentanan, kerawanan, dan identifikasi risiko bencana daerah, sebagai dasar

pengambilan kebijakan pengarusutamaan PRB dalam perencanaan pembangunan. Untuk itu

pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan dan penganggaran

daerah multi sektoral merupakan upaya untuk melibatkan semua stakeholders dalam mengurangi

risiko bencana pada wilayah tertentu.

Page 66: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

48

Pada proses pasca terjadi bencana, Pemerintah Kota Ambon memiliki tanggung jawab untuk

melakukan pemulihan dan rencana pembangunan kembali bagi para korban yang terkena

bencana maupun infrastruktur umum dan Pemerintah Daerah dalam jangka panjang harus

dapat memberikan lingkungan kota yang lebih baik agar bencana yang kerap terjadi di Kota

Ambon tidak terulang kembali, tetapi kendala terbesar dalam proses pemulihan yaitu

ketersediaan dana. Seperti halnya yang disebutkan pada LM 1 di atas, bahwa penganggaran

terkait penanggulangan bencana hanya terdapat dalam biaya tidak terduga. Pemerintah Kota

Ambon tidaklah memiliki rencana cadangan jika sampai terjadi bencana di Kota Ambon, karena

masih melibatkan perangkat daerah yang ada.

Pasca tanah longsor di Batu Gajah, Pemerintah Kota Ambon telah mengambil langkah-langkah

untuk melakukan relokasi kepada 235 KK. Pemerintah Kota Ambon pada saat tiap terjadi

bencana belum memiliki hunian sementara untuk menampung para korban, sehingga korban

masih tinggal di tenda-tenda darurat yang ada. Langkah yang pernah diambil oleh Pemerintah

Kota Ambon Pasca tanah longsor di Batu Gajah, Pemerintah Kota Ambon telah melakukan

relokasi kepada 235 KK. Karena bencana, khususnya bencana banjir dan tanah longsor yang

kerap terjadi di Kota Ambon, sehingga dipandang perlu untuk membentuk forum yang

melibatkan para Pemangku Kepentingan untuk terlibat bersama-sama untuk menjadikan Kota

yang tangguh terhadap bencana, dan forum-forum banyak yang telah tebentuk, baik pada

tingkat Provinsi Maluku maupun Kota Ambon bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi.

Gambar 19: Hasil penilaian Langkah Mendasar 10: Mempercepat pemulihan dan membangun kembali dengan lebih baik.

Langkah Mendasar 10: Setelah bencana, memastikan agar kebutuhan-kebutuhan dan

partisipasi penduduk yang terdampak menjadi pusat dari upaya rekonstruksi,

dengan disertai bantuan untuk mereka dan organisasi-organisasi masyarakat untuk merancang

dan membantu respons bencana, termasuk membangun kembali perumahan dan penghidupan.

Page 67: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

49

Page 68: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

50

Bab 5.

KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penilaian ketangguhan Kota Ambon tahun 2017, dapat diambik

kesimpulan antara lain:

a. Tingkat ketangguhan Kota Ambon dalam pengelolaan resiko bencana sebesar 2,30

menunjukan Kota Ambon masih kurang tangguh dalam pengelolaan resiko

bencana.

b. Hasil penilaian 0-3 dilakukan perbaikan dengan melaksanaan program/kegiatan

yang diprioritaskan dan hasil 4 dan 5 maka akan dilakukan penguatan dan

optimalisasi program/kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan resiko

bencana.

c. Menindaklanjuti hasil penilaian diharapkan seluruh rekomendasi program/kegiatan

serta strategi dan kebijakan dapat diakomodir dalam dokumen perencanaan

pembangunan daerah.

d. Rekomendasi program/kegiatan yang diberikan selanjutnya menjadi bahan evaluasi

dan monitoring daerah dalam membangun ketangguhan.

5.2. REKOMENDASI

5.2.1. Adanya Organisasi Untuk Ketangguhan Terhadap Bencana

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Kajian Resiko menjadi masukan dalam penyusunan Visi-Misi atau rencana strategi Kota Ambon.

Perencanaan pembangunan terintegrasi dengan kajian resiko dan mitigasi bencana dan berbasis lanscape.

2 Membentuk Forum yang mewadahi semua pemangku kepentingan pengarusutamaan PI-PRB Kota Ambon untuk memberikan masukan pada Visi-Misi

Pembentukan Forum

3 Dilakukannya evaluasi Tahunan dan Akhir periode. Menindaklanjuti hasil

Perencanaan pembangunan terintegrasi dengan kajian resiko dan mitigasi bencana

Page 69: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

51

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

evaluasi, harus digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi.

4 Pemetaan tanggung jawab, kapasitas dan kompetensi yang mudah dipahami pemangku kepentingan.

Pembuatan diagram tanggung jawab, kapasitas dan kompetensi pemangku kepentingan sesuai SOP

5 Meningkatkan kapasitas aparatur dalam pengelolaan informasi dan komunikasi bahaya dan ancaman bencana. Membuat program inovasi dalam pengelolaan informasi bahaya dan ancaman bencana

Bimbingan teknis dan pembuatan sistem inovasi informasi bahaya dan ancaman secara partisipatif

6 Optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai tata ruang dan mitigasi bencana

Pengendalian pemanfaatan ruang secara optimal dengan mempertimbangkan kajian resiko

7 Evaluasi investasi dengan mempertimbangkan kajian resiko bencana

Monitoring dan Evaluasi investasi yang responsif mitigasi bencana

8 Review kajian resiko Evaluasi dan review kajian resiko bencana Kota Ambon secara berkala

5.2.2. Mengidentifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko Saat Ini dan Masa Mendatang

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Pemutakhiran/revisi kajian resiko bencana Kota Ambon dengan mempertimbangkan data-data terkait

Evaluasi dan review kajian resiko bencana Kota Ambon secara berkala

2 Pemutakhiran / revisi kajian risiko bencana kota Ambon

Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon

3 Revisi Kajian Risiko Bencana dengan dukungan data dari Stakeholder terkait

Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting

4 Revisi Kajian Risiko Bencana dengan dukungan data dari Stakeholder terkait terutama untuk mengidentifikasi hasil usaha bisnis dan lapangan pekerjaan yang beresiko, penduduk yang beresiko mengungsi, rumah-rumah yang beresiko, warisan budaya yang beresiko, lahan pertanian dan ekosistem yang beresiko dari skenario ancaman bahaya "yang paling mungkin terjadi".

Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting

Page 70: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

52

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

5 Revisi Kajian Risiko Bencana dengan dukungan data dari Stakeholder terkait

Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting

6 Perlunya dilakukan Revisi kajian resiko bencana berdasarkan data dan analisis mengenai perubahan iklim termasuk bagaimana perubahan iklim akan berdampak pada resiko-resiko di masa mendatang.

Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting

7 Pengkajian resiko harus dilakukan secara bersama dengan seluruh pemangku kepentingan setiap tahun dan perlu dimutakhirkan setiap saat

Penyusunan Dokumen Revisi kajian risiko bencana kota Ambon dan pemetaan infrastuktur dan pelayanan penting

8 Kemudahan akses dokumen kajian resiko bencana pada semua OPD, dan dapat digunakan untuk kepentingan dinas masing-masing. kemudahan akses ini juga harus menjadi pertimbangan dari BPBD Kota Ambon, agar dapat menyediakan data ini secara offline maupun online.

Optimalisasi website BPBD dan penguatan kapasitas aparatur

9 Kemudahan akses dokumen kajian resiko bencana pada semua OPD, sehingga seluruh OPD di Kota Ambon dapat menggunakan dokumen ini sebagai dasar dalam penyusunan program dan perencanaan dengan baik.

Optimalisasi pemanfaatan dokumen kajian resiko bencana dalam penyusunan rencana dan program kegiatan OPD dan pembetukan forum OPD terkait kebencanaan Pembetukan desa/negeri dan Kelurahan tangguh bencana di Kota Ambon

10 Mempersiapkan seluruh informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat disediakan dengan format yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. keterlibatan media menjadi sangat penting dalam penyebarluasan informasi terkait kesiapsiagaan keadaan darurat dan kebencanaan. diperlukan juga dibentuk forum tanggap bencana di tingkat desa/kelurahan, sehingga mempermudah akses informasi sampai ke tingkat masyarakat.

Optimalisasi penyebaran informasi terkait kebencanaan di Kota Ambon

11 Diperlukan perluasan media komunikasi dalam penyebarluasan informasi dan berita terkait dengan data dan informasi

Optimalisasi penyebaran informasi terkait kebencanaan di Kota Ambon

Page 71: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

53

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

mengenai kebencanaan, sehingga mudah diakses oleh masyarakat. update data perlu dilakukan setiap saat, sehingga memudahkan masyarakat memperoleh informasi.

12 Menindaklanjuti dari Perda Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Sosialisasi, Pembuatan Perwali tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Perusahaan yang akan memberikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

5.2.3. Memperkuat kapasitas keuangan untuk mewujudkan ketangguhan.

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Menindaklanjuti dari Perda Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Sosialisasi, Pembuatan Perwali tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

2 Sinkronisasi program OPD Perencanaan Pembangunan terintegrasi

3 Menindaklanjuti hasil data inventarisir aset ekonomi

Melakukan kajian aset ekonomi

4 Peningkatan pembiayaan terhadap aktifitas API dalam APBD

Perencanaan Pembangunan terintegrasi

5 Penguatan kebijakan yang berkeadilan dalam pembangunan perumahan kelompok rentan dan edukasi bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana

Perencanaan Pembangunan terintegrasi Sosialisasi tentang pembangunan permukiman sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan.

6 Mendorong pelaksanaan insentif dan disinsentif bagi permukiman rawan bencana

Konsultasi publik pelaksanaan insentif dan disinsentif bagi permukiman rawan bencana

7 Mengkaji pelaku usaha bisnis di Kota Ambon dalam perspektif PRB

Memberikan insentif/disinsentif bagi pelaku usaha bisnis yang berperspektif PRB.

8 Mengkaji organisasi nirlaba di Kota Ambon dalam perspektif PRB

Memberikan insentif/disinsentif bagi pelaku usaha bisnis yang berperspektif PRB.

Page 72: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

54

5.2.4. Mengupayakan pembangunan dan rancangan kota yang tangguh

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Update data tentang statistik penduduk dan sosial, ekonomi perkotaan , perumahan dan lahan, infrastruktur dan fasilitas penting dan keberlanjutan lingkungan

Pembuatan peta kajian resiko bencana dan zonasi ancaman

2 Investasi tambahan di bidang pelayanan listrik untuk memastikan kelangsungan layanan dasar setelah bencana terjadi

Pemanfaatan teknlogi termasuk energi terbarukan untuk penyediaan listrik di Kota Ambon

3 Investasi tambahan di bidang infrastruktur untuk kawasan kumuh perkotaan

Rehabilitasi Kawasan kumuh perkotaan dan membangun rumah layak huni

4 Menerapkan praktek-praktek inovatif dan solusi dalam perancangan perkotaan

Pengembangan praktek inovatif mitigasi bencana antara lain: Pembuatan sumur resapan, pembuatan IPAL Komunal, IPLT, Pembuatan lubang resapan biopori, pembuatan MCK Komunal, pembuatan MCK di desa/kelurahan,penambahan sarana dan prasarana persampahan, penanaman pohon dan pemanfaatan pekarangan,dll.

5 Peningkatan pengawasan terkait peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan ijin mendirikan bangunan (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan bangunan dan infrastruktur hijau

Pengawasan dan evaluasi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Ijin Mendirikan Bangunan di Kota Ambon

6 Perlu dilakukan supervisi konstruksi oleh pihak ketiga yang bersertifikasi

Pengawasan dan evaluasi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Ijin Mendirikan Bangunan di Kota Ambon

7 Peningkatan pengawasan terkait peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan ijin mendirikan bangunan (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan bangunan dan infrastruktur hijau

Pemberian Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan bangunan dan infrastruktur hijau. Optimalisasi Pengawasan implementasi perda tentang Rencana Tata Ruang, Ijin Membangun Bangunan, dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan bangunan dan infrastruktur hijau.

8 Penyusunan program pendidikan dan pelatihan yang memadai untuk menjawab masalah terkait konstruksi dan peremajaan yang peka terhadap bencana.

Peningkatan kapasitas aparatur dan kerjasama dengan pihak lain yang profesiona dalam perencanaan hingga pengawasan bangunan, gedung dan infrastuktur

Page 73: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

55

5.2.5. Melindungi penyangga alami untuk meningkatkan fungsi perlindungan oleh ekosistem

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Upaya dan kebijakan dalam menjaga dan memelihara ekosistem. seluruh laju kerusakan lingkungan harus dapat dikendalikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan

Koordinasi dan Kerjasama Lintas sektor dalam upaya untuk memaksimalkan penggunaan tata guna lahan dengan tetap mendukung layanan ekosistem secara optimal, dan optimalisasi dokumen SLHD Kota Ambon

2 Upaya dan kebijakan dalam menjaga dan memelihara ekosistem. seluruh laju kerusakan lingkungan harus dapat dikendalikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan

Pemeliharaan dan pemulihan ekosistem daerah aliran sungai, ekosistem pesisir dan pantai.

3 Penegakan aturan, pemeliharaan dan rehabilitasi

Pembuatan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, Sosialisasi, Edukasi.

4 Kerjasama lintas daerah dalam pengelolaan dan pengkajian aset ekosistem

Inventarisasi dan identifikasi aset-aset ekosistem di daerah batas antara Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah

5 Kerjasama lintas daerah dalam pengelolaan dan pengkajian aset ekosistem

Inventarisasi dan identifikasi aset-aset ekosistem di daerah batas antara Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah

5.2.6. Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk ketangguhan No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Mendorong untuk mempercepat no. Regristrasi PRB

Sosialisasi fungsi tugas BPBD; 2) Sosialisasi Perda PRB

2 Memperkuat kelembagaan (intansi terkait) dalam pemberian Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan PRB di segala lapisan (masyarakat, kelembagaan dan swasta

Instansi terkait melakukan Pelatihan; 2) Pemulihan ekonomi dari instasi terkait; 3) setiap instasi terkait melakukan kesiapsiagan dalam bentuk program

3 Mengintergrasikan Perencanaan PRB kedalam RPJMD. BPBD harus memiliki daftar ketrampilan dan pengalaman ketangguhan terhadap bencana yang dimiliki oleh semua Lembaga/Organisasi/perorangan yang berada di Kota Ambon.

Semua instasi di lingkup Pemerintahan Kota Ambon harus memiliki rencana Kesiapsiagaan untuk pengurangan resiko bencana; Pembuatan data base tentang ketrampilan dan pengalaman ketangguhan terhadap bencana yang dimiliki oleh semua

Page 74: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

56

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

Lembaga/Organisasi/perorangan yang berada di Kota Ambon.

4 Website BPBD diaktifkan dan terupdate. Manageman sistem informasi yang bisa diakses oleh semua masyarakat diperkotaan maupun dipedesaan.

Pembuatan data base tentang kepasitas ketangguhan yang dimiliki setiap SKPD

5 Manageman sistem informasi yang bisa diakses oleh semua masyarakat diperkotaan maupun dipedesaan

Website BPBD diaktifkan dan terupdate. Pembuatan data base tentang kepasitas ketangguhan yang dimiliki setiap SKPD Merekrut tenaga IT untuk pembuatan data base terpadu dan penyampaian informasi ke masyarakat.

6 Mendaftarkan Kota Ambon ke dalam jarinngan Internasional Kota Tangguh oleh Pemerintah Kota. Membangun sitem pertukaran informasi

Mengirim delegasi dalam pertemuan nasional dan internasional. Mengikuti konfrensi tingkat nasional dan internasional.

7 Membangun sistem pertukaran informasi (Difasilitasi Kominfo dan forum API PRB Kota Ambon)

Melakukan Kajian Sistem dan proses pertukaran informasi. Kajian terhadap sistem dan proses pertukaran informasi antar kota dan kabupaten di Maluku dan di luar Maluku

8 Membangun kerjasama dengan Kominfo Mengaktifkan media sosial, media cetak, dan media lainnya

Mengupdate data di website BPBD, Siaran langsung melalui media TV dan radio

9 Penyusunan Kebijakan tentang penggunaan dana CSR untuk PRB

Pembentukan forum CSR.

10 Melakukan perjanjian kerjasama denganLSM/organisasi Kemasyarakatan/organisasi Keagamaan/organisasi Kepemudaan

Pendataan LSM/Organisasi Kemasyarakatan/organisasi kepemudaan/organisasi keagamaan di Kota Ambon. Memperkuat kerjasama sesuai tupoksi.

5.2.7. Memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Memastikan seluruh masyarakat telah memiliki asuransi kesehatan (BPJS/Kartu sehat); Memastikan bahwa program layanan kesehatan telah menjangkau kaum marginal (difabel, lansia, anak, fakir miskin, yatim piatu, perempuan)

Pendataan tenaga medis (dokter, perawat, dan bidan), Perkuat sarana prasarana kesehatan, Kerjasama Pendampingan dari BPJS

2 Edaran / Perwali untuk memastikan desa menggunakan ADD untuk pemberdayaan kelompok rentan dan BUMDes & BUMNeg sadar PRB,

Perdampingan, penguatan, kerjasama antar PRB dan intansi terkait pemberi bantuan, penggunaan ADD Mengidentifikasi usaha-usaha mikro di setiap wilayah rawan bencana

Page 75: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

57

3 Mendorong masyarakat bebas buta aksara melalui penggunaan dana desa (Penguatan kapasitas penduduk desa

Pelatihan dan pemberdayaan masyarakat

4 Pendataan organisasi akar rumput/berbasis masyarakat yang bekerja membangun ketangguhan di Kota Ambon

Perkuat kapasitas organisasi akar rumput Forum organisasi akar rumput

5 Perkuat kapasitas organiasi-organiasai akar rumput (Pemuda gereja dan masjid)

Pembuatan Forum akar rumput yang berfokus pada ketangguhan untuk transfer pengetahuan (Dilakukan oleh SKPD terkait, BPBD, DLH)

6 Penyusunan Kebijakan perlindungan cagar budaya terutama di daerah rawan bencana

Kajian/studi tempat-tempat cagar budaya di daerah rawan bencana Penyusunan PERDA perlindungan cagar budaya

7 Masukan Konsep Pengurangan Resiko Bencana dalam Kurikulum sekolah

BPBD melakukan program sekolah siaga Bencana dan atau sekolah tangguh Pelatihan tiap tahun salah satunya dengan melibatkan sekolah

5.2.8. Meningkatkan ketangguhan infrastruktur

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Perlu diadakan forum yang terdiri dari berbagai instansi untuk mengkaji masalah-masalah infrastruktur ditingkat kota

Pembentukan forum lintas instansi

2 Perlu diadakan forum yang terdiri dari berbagai instansi untuk mengkaji masalah-masalah infrastruktur ditingkat kota

Pembentukan forum lintas instansi dibidang infrastruktur

3 Peningkatan pengawasan terkait peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan ijin mendirikan bangunan (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan bangunan dan infrastruktur hijau

Revitalisasi lingkungan Rumah Sakit dengan memperhatikan resiko bencana Revitalisasi lingkungan Sekolah dengan memperhatikan resiko bencana

4 Perlu adanya tambahan dana dari sumber lain selain APBD untuk menunjang pemeliharaan dan perbaikan layanan selama 5 tahun.

Koordinasi dengan pendonor dari pihak lain agar dapat menunjang pemeliharaan dan perbaikan layanan selama 5 tahun

5 Pembangunan infrastuktur mempertimbangkan data dan informasi dari kajian resiko bencana di Kota Ambon, serta melakukan pengawasan dan evaluasi tahunan.

Pembuatan data base dan koordinasi lintas sektor dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dengan melibatkan informasi dari BMKG dan kajian resiko bencana.

6 Peningkatan pengawasan dan melakukan laporan secara berkala

Monitoring dan evaluasi tahunan yang dilakukan oleh forum lintas sektoral

7 Pendataan infrastruktur pelindung Pembuatan data base dan koordinasi lintas sektor dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dengan

Page 76: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

58

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

melibatkan informasi dari BMKG dan kajian resiko bencana.

8 Peningkatan cakupan drainase di Kota Ambon

Penyusunan masterplan drainase, revitalisasi drainase dan perluasan cakupan drainase di Kota Ambon.

5.2.9. Memastikan kesiapsiagaan dan tanggap bencana yang efektif No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Pembuatan SOP tentang tanggap darurat bencana 2) Sinkronisasi program mitigasi bencana di antara SKPD

Program mitigasi bencana di setiap kelembagaan Rapat evaluasi pemangku kepentingan d Kota Ambon untuk kesiapsiagaan PRB dalam 1 tahun sebanyak 2 kali.

2 Penguatan kapasitas dalam menghadapi lonjakan keadaan darurat

Gladi skenario bencana dan risiko yang melibatkan semua pemangku kepentingan terkait Seluruh wilayah terdekat akan bisa tertangani dalam 4 jam.

3 Apel posko 1 tahun 1 kali penanggung jawab BPBD. BPBD memperkuat untuk menjalankan fungsi koordinasi

TOT pelatihan & gladi PRB Rangkaian gladi tahunan divalidasi oleh para profesional sebagai representasi nyata skenario ancaman bahaya “paling parah” dan “yang paling mungkin terjadi”.

4 Kota menyediakan rencana yang menyeluruh dan terkini yang memberikan gambaran bagaimana pemerintah dan layanan-layanan penting lain akan tetap berjalan dalam keadaan darurat

Penyusunan SOP Kedaruratan pada layanan penting dalam menghadapi bencana

5 Optimalisasi data layanan publik Pemuktahiran data layanan-layanan publik dalam 1 tahun 1 kali.

6 Peningkatan kapasitas SDM dalam keadaan darurat

Ujicoba /latihan dilakukan 1 tahun 1kali

7 Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana satuan pemadam kebakaran

Penambahan Armada Pemadam, personil, dan sarana prasarana yang mencakup 5 kecamatan disesuaikan dengan jumlah penduduk dan berdasarkan karateristik wilayah. Pengadaan alat pelindung diri (jaket anti api) dan helm pelindung diri"

8 Jumlah polisi dan masyarakat/kawasan yang dilayani

Penambahan personil berdasarkan SP

9 Kajian perlengkapan dan pasokan PRB Optimalisasi perlengkapan dan pasokan PRB

Page 77: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

59

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

10 Pembuatan Nota kesepahaman / MOU antara Pemerintah Kota Ambon dengan swasta dalam penanggulangan Bencana

Rapat antara Pemerintah Kota Ambon dan swasta dalam menggunaan dana CSR untuk PRB

11 Hunian sementara di daerah paling rawan bencana

Pembangunan bangunan hunian sementara untuk penanganan bencana (Di daerah paling rawan bencana)

12 100 % penduduk di Kota Ambon dapat terjangkau sistem peringatan dini

Pengadaan alat sistem peringatan dini untuk tsunami, banjir, longsor, & gempa bumi (Dan untuk jenis bencana lainnya)

13 Semua kawasan di 5 kecamatan memiliki akses terhadap penyebaran peringatan melalui radiao, sirine, dan media sosial

Simulasi & gladi darurat bencana

14 Semua kawasan di 5 kecamatan memiliki akses terhadap penyebaran peringatan melalui radiao, sirine, dan media sosial

Melengkapi sistem peringatan dini untuk semua jens bencana di 5 kecamatan Penguatan kapasitas aparatur, tenaga sukarelawan, anggota forum API-PRB dan mensosialisasikan SOP Sistem Peringatan Dini

5.2.10. Mempercepat Pemulihan Dan Membangun Kembali Dengan Lebih Baik.

No Rekomendasi Kebijakan Program/Kegiatan

1 Pemberdayaan masyarakat korban bencana

Peningkatan kapasitas masyarakat dalam bidang ekonomi

2 · Pembentukan forum CSR Perda Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

3 Pelibatan seluruh pemangku kepentingan dalam proses RR

Rapat koordinasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi

4 Melakukan pembelajaran meningkatkan ketangguhan pada Kota-kota yang karakteristik sama dengan Kota Ambon

Study Banding

5 Penyediaan hunian sementara dari bahaya bencana pada tingkat kecamatan

Pembangunan hunian sementara

Page 78: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

60

Page 79: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

61

LAMPIRAN

A. Laporan Diskusi Kelompok (Atau Kegiatan Lain dalam Rangka Pengukuran Level-

1, Level-2, Level-3 dan Penyusunan Simpulan atau Rekomendasi);

B. Laporan Hasil Pengukuran Kapasitas Ketangguhan Daerah (10 Langkah Mendasar

dan 71 Indikator);

Page 80: LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA AMBON · mangrove di daerah teluk Ambon, pembuatan lubang resapan biopori (LRB) dan sumur resapan di beberapa kelurahan dan sekolah, pembuatan DAM

Laporan Penilaian Ketangguhan Kota Ambon

62

DAFTAR PUSTAKA

ADRRN (the Asian Disaster Reduction and Response Network). 2010. 2009

Terminologi Pengurangan Risiko Bencana. Diambil

darihttp://www.unisdr.org/files/7817_isdrindonesia.pdf

Langhelle, O. (1999). Sustainable development: exploring the ethics of Our Common

Future. International Political Science Review, 20(2), 129-149.

Pearson, L., & Pelling, M. (2015). The UN Sendai framework for disaster risk reduction

2015–2030: Negotiation process and prospects for science and practice. Journal of

Extreme Events, 2(01), 1571001.

Pemerintah Kota Ambon. 2012. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 24 Tahun

2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ambon Tahun 2011

Sampai Dengan Tahun 2031.

Schmidt, F. H., & Ferguson, J. H. A. (1951). Rainfall types based on wet and dry period

ratios for Indonesia with Western New Guinee.

USAID APIK. 2017. Panduan Pelaksanaan Penilaian Kabupaten/Kota Tahun 2017.