laporan pengujian identifikasi kondisi arsip film di arsip nasional ri

21
1 PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI ARSIP FILM DI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan pasal 3 mengenai Penyelenggaraan Kearsipan pada huruf f dinyatakan bahwa Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karenanya ANRI melakukan preservasi arsip statis yang merupakan tugas pokok dari Direktorat Preservasi. Salah satu jenis arsip yang tersimpan di Arsip Nasional RI adalah arsip film. Hingga saat ini (tahun 2012) koleksi arsip film yang disimpan di ruang penyimpanan arsip film gedung F lantai 2, 3, 4 dan 8 Arsip Nasional RI terdapat ± 55.806 can film dalam berbagai jenis copy dan format ukuran. Arsip film mempunyai media, struktur dan jenis bahan khusus yang membedakannya dengan jenis arsip lainnya. Arsip film yang disimpan oleh ANRI umumnya mempunyai bahan dasar /base asetat yang sangat mudah terdeteriorasi pada kondisi penyimpanan yang tidak sesuai. Proses dekomposisi dan deteriorasi tersebut dapat diakibatkan oleh bahan penyusun film itu sendiri maupun oleh pengaruh lingkungan penyimpanannya. Kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap perubahan fisik film. Akibat suhu dan kelembaban ruang penyimpanan yang tidak konstan, menyebabkan beberapa koleksi film yang tersimpan di ANRI mengalami kerusakan. Ciri-ciri kerusakan ini ditandai dengan keluarnya lapisan perak nitrat pada film (silvering out) dan keluarnya bau asam yang khas seperti cuka dari film (vinegar syndrome). Deteriorasi yang menghasilkan asam asetat (asam cuka) inilah yang akan mempercepat proses kerusakan film lebih lanjut, proses ini umumnya dikenal dengan istilah vinegar syndrome. Mekanisme dekomposisi ini terjadi karena adanya group acetyl pada base film yang terlepas karena udara lembab, panas dan asam bergabung dengan uap air membentuk asam asetat (vinegar). Proses lebih lanjut dari kerusakan ini adalah terjadinya pengerasan pada gulungan film (blocking), sehingga film menjadi lengket satu sama lain dan menyebabkan hilangnya image yang ada pada film. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya informasi yang terdapat dalam arsip. Asam asetat

Upload: doankhanh

Post on 14-Jan-2017

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

1

PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI ARSIP FILM

DI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2012

I P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

pasal 3 mengenai Penyelenggaraan Kearsipan pada huruf f dinyatakan bahwa Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI) menjamin keselamatan dan keamanan arsip

sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Karenanya ANRI melakukan preservasi arsip statis yang merupakan tugas

pokok dari Direktorat Preservasi.

Salah satu jenis arsip yang tersimpan di Arsip Nasional RI adalah arsip film. Hingga

saat ini (tahun 2012) koleksi arsip film yang disimpan di ruang penyimpanan arsip film

gedung F lantai 2, 3, 4 dan 8 Arsip Nasional RI terdapat ± 55.806 can film dalam

berbagai jenis copy dan format ukuran.

Arsip film mempunyai media, struktur dan jenis bahan khusus yang

membedakannya dengan jenis arsip lainnya. Arsip film yang disimpan oleh ANRI

umumnya mempunyai bahan dasar /base asetat yang sangat mudah terdeteriorasi

pada kondisi penyimpanan yang tidak sesuai. Proses dekomposisi dan deteriorasi

tersebut dapat diakibatkan oleh bahan penyusun film itu sendiri maupun oleh

pengaruh lingkungan penyimpanannya. Kondisi lingkungan terutama suhu dan

kelembaban sangat berpengaruh terhadap perubahan fisik film. Akibat suhu dan

kelembaban ruang penyimpanan yang tidak konstan, menyebabkan beberapa koleksi

film yang tersimpan di ANRI mengalami kerusakan. Ciri-ciri kerusakan ini ditandai

dengan keluarnya lapisan perak nitrat pada film (silvering out) dan keluarnya bau asam

yang khas seperti cuka dari film (vinegar syndrome).

Deteriorasi yang menghasilkan asam asetat (asam cuka) inilah yang akan

mempercepat proses kerusakan film lebih lanjut, proses ini umumnya dikenal dengan

istilah vinegar syndrome. Mekanisme dekomposisi ini terjadi karena adanya group

acetyl pada base film yang terlepas karena udara lembab, panas dan asam bergabung

dengan uap air membentuk asam asetat (vinegar). Proses lebih lanjut dari kerusakan ini

adalah terjadinya pengerasan pada gulungan film (blocking), sehingga film menjadi

lengket satu sama lain dan menyebabkan hilangnya image yang ada pada film. Hal ini

dapat mengakibatkan hilangnya informasi yang terdapat dalam arsip. Asam asetat

Page 2: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

2

yang dihasilkan oleh film juga bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi

magnesium dan seng membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut

logam asetat) yang bisa menyebabkan kerusakan peralatan listrik.

Untuk itu, dalam kegiatan preservasi arsip film diperlukan risk assesment kondisi

lingkungan penyimpanan arsip film, dan kondisi kerusakan pada fisik arsip film. Risk

assesment ini sangat penting dilakukan sebagai proses identifikasi awal dalam

menanggulangi kerusakan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan musnahnya

informasi dalam arsip film tersebut. Oleh karenanya maka pada tahun 2012 Subdit

Instalasi Laboratorium menyelenggarakan kegiatan pengujian yang lebih difokuskan

pada Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI khususnya yang

berada di gedung F lantai 2.

B. Dasar Pelaksanaan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;

3. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2006

tentang Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia

sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Kepala Arsip

Nasional Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2010;

4. Peraturan Kepala ANRI Nomor 12 Tahun 2005 tentang Penyempurnaan

Pedoman Penyusunan Penyajian Laporan di Lingkungan ANRI.

C. Maksud dan Tujuan

Maksud pengujian ini adalah melakukan risk assesment terhadap kondisi

ruang penyimpanan dan kondisi arsip film di Arsip Nasional Republik Indonesia.

Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui kondisi ruangan penyimpanan arsip film apakah sesuai dengan

standar;

2. Untuk mengetahui tingkat kerusakan fisik arsip film, dan berapa persen arsip film

yang kondisinya rusak;

Page 3: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

3

3. Untuk memberi masukan/rekomendasi apakah film harus segera dilakukan

restorasi, reproduksi atau film masih aman karena kondisinya baik;

4. Untuk melakukan penyelamatan terhadap informasi arsip film.

D. Ruang Lingkup

1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 1 tahun, dari bulan Januari hingga

Desember 2012 di ANRI.

Pengujian kondisi penyimpanan arsip film dilakukan di tempat penyimpanan arsip

film gedung F lantai 2, 3,4 dan 8. Sedangkan pengujian kondisi fisik arsip film

hanya dibatasi pada khasanah arsip film yang terdapat diruangan penyimpanan

Gedung F lantai 2.

2. Pelaksana

Pelaksana kegiatan pengujian ini adalah Subdit Instalasi laboratorium bekerjasama

dengan Subdit Penyimpanan Arsip Media Baru, yaitu :

1) Yanah Suryanah

2) Dhani Sugiharto

3) Euis Shariasih

4) Sari Hasanah

5) Roby Syafurjaya

6) Fitra Yeni

7) Aris Widodo

8) Achmad Hamsari

9) Sutrisno

3. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan ini meliputi : rapat koordinasi, sampling/pengumpulan contoh,

pengujian laboratorium, konsinyasi pembahasan pengujian, pengolahan hasil

pengujian dan pelaporan hasil pengujian.

Pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ini berasal dari anggaran rutin Subdit

Instalasi Laboratorium tahun anggaran 2012 sesuai Peraturan Kepala ANRI Nomor

03 A Tahun 2012 tentang Rencana Kinerja Tahunan Arsip Nasional Republik

Indonesia Tahun 2012.

Page 4: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

4

I I P E L A K S A N A A N

A. Jenis-jenis Pengujian

1. Pengukuran Kondisi Ruang Penyimpanan

Pengukuran kondisi ruang penyimpanan dilakukan secara periodik selama 1

tahun. Pengukuran dilakukan terhadap ruang penyimpanan lantai 2, 3, 4 dan 8

baik ruang khusus (cold storage) maupun ruang penyimpanan biasa (normal

storage). Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi ruangan sesuai

dengan kondisi ruang penyimpanan arsip film yang dipersyaratkan. Pengukuran

dilakukan pada titik tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan ruang

penyimpanan, hasilnya kemudian dirata-ratakan.

2. Identifikasi Kondisi Arsip Film

Identifikasi kondisi arsip film dilakukan hanya dibatasi pada koleksi arsip film

yang terdapat diruang penyimpanan Gedung F lantai 2 (baik ruang khusus

maupun ruang biasa). Jumlah sampel yang diuji sebanyak 12.873 can, terdiri dari

film 35 mm dan 16 mm (terlampir Daftar Khasanah Arsip Film Lantai 2 Gedung F).

Sampel diuji dengan menggunakan indikator ABC. Penampakan warna indikator

dibandingkan dengan tabel standar warna dan dicatat grade kondisi arsip film.

Data kondisi arsip film diolah dengan menghitung persentase kondisi arsip film

yang rusak (baik, rusak sedang dan rusak berat).

Hasil pengukuran kondisi ruangan penyimpanan dan kondisi arsip film kemudian

dibandingkan dengan standar tabel estimasi waktu kerusakan (tahun) pada suhu

dan kelembaban tertentu berdasarkan IPI Storage Guide For Acetate Film sebagai

berikut:

Gambar 1. IPI Storage Guide For Acetate Film

Page 5: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

5

IPI Storage Guide For Acetate Film dapat ditampilkan kedalam bentuk tabel

sebagai berikut :

Tabel 1. Estimasi Waktu Kerusakan (Tahun) Film Asetat (fresh film)

Pada Suhu dan Kelembaban Tertentu

No RH 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Suhu Waktu (tahun)

1 -1 0C 2000 1500 1000 700 500 400 300

2 2 0C 1250 900 700 500 350 250 200

3 4 0C 800 600 450 350 250 175 150

4 7 0C 600 400 300 250 175 125 100

5 10 0C 400 300 200 150 125 90 70

6 13 0C 250 200 150 100 80 60 50

7 16 0C 175 125 100 80 60 45 35

8 18 0C 125 90 70 50 40 30 25

9 21 0C 90 70 50 40 30 25 17

10 24 0C 60 45 35 25 20 16 13

11 27 0C 45 35 25 20 15 12 9

12 29 0C 30 25 18 14 11 9 7

13 32 0C 20 17 13 10 8 6 5

14 35 0C 16 12 10 7 6 5 4

15 38 0C 11 9 7 5 4 3 3

16 41 0C 8 7 5 4 3 3 2

17 43 0C 6 5 4 3 2 2 2

18 46 0C 4 4 3 2 2 1 1

19 49 0C 3 3 2 2 1 1 1

Tabel 2. Estimasi Waktu Kerusakan (Tahun) Film Asetat Yang Mulai

Terdegradasi Pada Suhu dan Kelembaban Tertentu

NO RH 20% 50% 80%

SUHU Waktu (tahun)

1 -1 0C 540 110 30

2 2 0C 350 75 25

3 4 0C 230 50 15

Page 6: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

6

4 7 0C 150 35 10

5 10 0C 100 25 9

6 13 0C 65 15 6

7 16 0C 45 10 5

8 18 0C 30 7 4

9 21 0C 20 5 3

10 24 0C 15 4 2

11 27 0C 10 2 2

12 29 0C 7 2 1

13 32 0C 5 1 1

14 35 0C 3 1 1

15 38 0C 2 1 1

16 41 0C 2 <1 <1

17 43 0C 1 <1 <1

18 46 0C 1 <1 <1

19 49 0C 1 <1 <1

Sumber : James M. Reilly, IPI Storage Guide For Acetate Film, Image Permanence Institute, 1993

Hasil pengukuran suhu dan kelembaban kemudian dibandingkan dengan

tabel diatas untuk menentukan estimasi waktu kerusakan pada arsip film yang

disimpan.

B. Peralatan dan Contoh Uji

Peralatan dan contoh uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk memeriksa kondisi lingkungan ruang

penyimpanan dan mengetahui kondisi arsip film:

1) Thermohygrometer SWEMA AIR;

2) Thermohygrograph;

3) DicksonWare (temperature and humidity logger);

4) Kertas indikator ABC ;

5) Label Warna.

Page 7: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

7

2. Contoh Uji

Pengambilan contoh uji film dilakukan terhadap seluruh koleksi arsip film yang

disimpan di ruang penyimpanan gedung F lantai 2 baik ruang khusus maupun

ruang biasa.

C. Cara Kerja

1. Pengujian Kondisi Ruangan Penyimpanan

Peralatan pengujian di kondisikan pada titik pengujian minimal selama 5 menit

sebelum mengukur suhu dan kelembaban.

Nyalakan alat Termohygrometer/Dickson ware, baca hasil pengukuran dan

simpan dengan hasil pengukuran.

Ulangi pengukuran pada point 1 dan 2, pada sepuluh titik diruang

penyimpanan arsip.

Setelah sepuluh titik pengukuran, di hitung rata-rata hasil pengukuran.

2. Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film

Disiapkan indikator ABC baik dalam bentuk label maupun kertas indikator.

Pengujian dilakukan langsung diruang penyimpanan arsip film tanpa merubah

urutan dan susunan penyimpanan arsip film

Penempatan Indikator ABC dilakukan berdasarkan urutan penyimpanan arsip

film

Kertas indikator dimasukkan kedalam can film kemudian can ditutup kembali.

Untuk label indikator ditempelkan pada bagian tutup can bagian dalam.

Setelah beberapa lama (±30 menit). Amati perubahan warna pada indikator,

bandingkan kondisi grade arsip film dengan tabel warna dibawah ini.

Jika warna indikator tetap biru maka film masih dalam kondisi baik, nilai

keasaman (pH) > 5 (grade A),

Jika berubah menjadi warna hijau maka arsip film mulai terdeteriorasi dan

mengeluarkan asam sehingga mempunyai nilai pH 3 s.d 5 (grade B),

Jika indikator berubah kuning maka arsip film mempunyai keasaman yang

tinggi yaitu pH < 3 dan membutuhkan penanganan secepatnya (grade C).

Page 8: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

8

Hasil perubahan warna/grade arsip film dicatat, dan pada bagian luar can arsip

film diberi label warna yang sesuai dengan perubahan warna hasil uji, untuk

memudahkan petugas melakukan tindakan selanjutnya misalnya warna biru

berarti baik, warna hijau dan kuning berarti harus dilakukan restorasi dan

reproduksi. Pada catatan hasil pengujian juga dicatat nomor kode arsip film

dan jenis arsip film (16mm atau 35mm)

Gambar 2. Perubahan Warna Indikator ABC

Perubahan warna pada label indikator pada arsip film sebaiknya diperiksa

secara rutin 1 bulan sekali untuk menentukan kondisi keasaman arsip film.

Label indikator yang sudah berubah warna menjadi hijau atau kuning

sebaiknya di ganti setelah arsip film mendapat perlakuan restorasi.

D. Hasil Pengujian

1. Kondisi Ruang Penyimpanan

Pengukuran kondisi suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan dilakukan

secara rutin setiap bulan kurun waktu 12 bulan (Januari s/d Desember 2012).

Pengukuran dilakukan pada normal storage dan cold storage.

Nilai interval suhu dan kelembaban rata-rata pada ruangan penyimpanan

arsip film depo F lantai 2, 3, 4 dan 8 selama tahun 2012 ditunjukan dalam bentuk

tabel 3 (Lihat Lampiran : Rerata Suhu dan Kelembaban Perbulan Ruang

Penyimpanan Arsip Film Arsip Nasional RI Pada Tahun 2012).

Kuning Grade C pH < 3,8

Hijau Grade B

pH 3,8 s.d 5,4

Biru Grade A pH > 5,4

Page 9: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

9

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kondisi Penyimpanan Arsip Film di Gedung F

No Parameter Ruang Penyimpanan Film

Standar* Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 8

1 Suhu (ºC)

Maks 18±2 Normal storage 14.0±2.4 13.7±1.5 13.7±1.5 16.6±2.1

Cold storage 12.2±4.4 10.8±2.9 8.7±2.0

2 Kelembaban (%RH)

35±5 Normal storage 77±3.4 75.2±8.0 79.4±4.5 68.5±8.4

Cold storage 58.6±11.3 68.6±11.4 78.5±6.2

Keterangan : * Peraturan Kepala ANRI No 23 Tahun 2011 tentang Pedoman Preservasi Arsip Statis

Data pada tabel 3 menunjukan bahwa rerata kondisi suhu di ruang

penyimpanan arsip film dilantai 2, 3, 4 dan 8 baik ruang penyimpanan normal

storage dan cold storage, memenuhi standar tetapi dengan fluktuasi yang tinggi.

Sedangkan untuk nilai kelembaban masih jauh diatas standar yang ditetapkan

yaitu 35±5% RH.

Rata-rata nilai kelembaban di ruang penyimpanan film berada diatas 50%

RH. Kelembaban yang tinggi terutama lebih dari 60% merupakan kondisi yang

baik bagi pertumbuhan jamur, serta akan mempercepat proses kerusakan pada

arsip film dan untuk jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan

kerusakan pada lapisan emulsi gelatin pada film, serta menyebabkan

pertumbuhan jamur yang akan mengakibatkan emulsi film menjadi lunak dan

lengket. Kelembaban tinggi juga dapat menyebabkan perubahan pada emulsi

perak dan warna pada film. Kelembaban diatas 90% dapat menyebabkan

degradasi pada base film, tetapi ini tidak terjadi untuk kondisi penyimpanan arsip

film Gedung F.

Khusus kondisi suhu dan kelembaban ruang penyimpanan lantai 2, dimana

dilakukan pengujian arsip film ditunjukkan dalam bentuk grafik (Gambar 3 dan 4,

lihat juga Lampiran : Rerata Suhu dan Kelembaban Perbulan Ruang Penyimpanan

Arsip Film Arsip Nasional RI Pada Tahun 2012).

Page 10: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

10

Gambar 3. Grafik Rerata Suhu Perbulan di Ruang Penyimpanan Arsip Film

Lantai 2 Gedung F Tahun 2012

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa rerata suhu perbulan di

ruang penyimpanan arsip film lantai 2 gedung F, baik pada ruang khusus

maupun ruang biasa selama tahun 2012 berada dibawah 180C. Hal ini sudah

sesuai dengan standar suhu penyimpanan arsip film yaitu maksimum 18 + 20C.

Tetapi bentuk grafik curam/sangat berfluktuasi yang menandakan kondisi suhu

tidak stabil.

Gambar 4. Grafik Rerata Kelembaban Perbulan di Ruang Penyimpanan Arsip

Film Lantai 2 Gedung F Tahun 2012

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Grafik Rerata Suhu di Ruang Penyimpanan Arsip Film Lantai 2 Tahun 2012

LT 2(RK)LT2(RB)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Grafik Rerata Kelembaban di Ruang Penyimpanan Arsip Film Lantai 2 Tahun 2012

LT2(RK)

LT2(RB)

Page 11: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

11

Berdasarkan grafik diatas, rerata kelembaban perbulan di ruang

penyimpanan arsip film lantai 2 gedung F, baik pada ruang khusus maupun ruang

biasa selama tahun 2012, berada diatas 35%RH, yang berarti tidak sesuai dengan

standar kelembaban yang harus dicapai (35 + 5%RH). Tetapi bentuk grafik

kelembaban perbulan pada ruang biasa lebih datar daripada ruang khusus, yang

menandakan kelembaban pada ruang biasa lebih stabil daripada ruang khusus.

Fluktuasinya suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan arsip film lantai 2

gedung F, disebabkan banyak faktor baik akibat peralatan khususnya AC dan

humidifier yang tidak berfungsi optimal, layout kondisi ruang yang

memungkinkan penyebaran suhu dan kelembaban yang tidak merata, keluar

masuknya petugas ke ruang penyimpanan, dll.

2. Identifikasi Kondisi Arsip Film

Pengujian identifikasi kondisi arsip film dilakukan terhadap 12.873 can film

berbahan dasar film cellulose acetate yang berada di ruang penyimpanan arsip

film Gedung F lantai 2 atau sebanyak kira-kira 23% dari keseluruh koleksi arsip

film (+ 55.800 reel film) yang dimiliki Arsip Nasional RI. Film yang diuji terdiri

dari film negatif, master, copy dan released copy dengan ukuran film 35mm dan

16mm.

Pengujian dilakukan dengan menempatkan label indikator ABC didalam can

film (gambar. 2), kemudian perubahan warna indikator atau grade pada arsip

film dicatat. Arsip film yang termasuk kedalam grade C diberi tanda stiker untuk

memudahkan petugas depo memindahkannya untuk perlakuan restorasi dan

reproduksi.

Gambar 3. Penempatan Label Indikator Pada Can Arsip Film

Page 12: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

12

Hasil pengujian kondisi arsip film dengan menggunakan indikator ABC di

ruang penyimpanan arsip film Gedung F lantai 2 ditunjukan pada tabel dan

gambar berikut.

Tabel 4. Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film Lantai 2 Gedung F

No Grade *Range

PH* Jumlah film % Keterangan

1 A >5,4 9742 76 Kondisi baik

B 3,8 – 5,4 782 6 Mulai terdegradasi

C <3,8 2313 18 Terdegradasi,

kondisi asam

Jumlah 12837

Gambar 4 . Grafik Hasil Pengujian Keasaman Arsip Film Lantai 2 Gedung F

Keterangan : Jumlah contoh sebanyak 12.873 can, diuji dengan menggunakan indikator ABC

76%

6%

18%

Rekapitulasi Hasil Pengujian Keasaman Arsip Film di Lantai 2 Gedung F

Grade A

Grade B

Grade C

Page 13: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

13

Berdasarkan hasil pengujian (tabel 4 dan gambar 4) dapat terlihat bahwa

arsip film yang berada dilantai 2 gedung F, yaitu sebanyak 12.873 can, terdiri dari

arsip film yang kondisinya baik (grade A) adalah sejumlah 9.742 can atau 76%,

dan arsip film yang mulai dalam kondisi terdegradasi (grade B) adalah 782 can

atau 6 % dan arsip yang sudah terdegradasi (Grade C) adalah 2.313 can atau 18%.

Kondisi arsip film yang terdegradasi atau berada pada grade C selain

mempunyai kondisi keasaman yang tinggi (pH<3,8), juga pada umumnya

menunjukan tanda - tanda kerusakan seperti keluarnya lapisan emulsi pada film

(vinegar syndrome), emulsi film mengkerut dan mengeluarkan endapan putih

perak (silvering out). Kondisi arsip film seperti ini pada umumnya sudah sulit

untuk diperbaiki karena kerusakan yang terjadi jika sudah pada tahap ini bersifat

irreversible atau tidak dapat dikembalikan pada kondisi semula. Sehingga

tindakan restorasi apapun tidak akan dapat mengembalikan kondisi arsip film

menjadi baik seperti sebelum terjadinya kerusakan.

Kondisi keasaman pada arsip film yang rusak selain dapat memicu reaksi

deteriorasi lebih lanjut, juga memicu reaksi degradasinya menjadi lebih cepat,

selanjutnya dapat menularkan keasamannya pada arsip film lain yang berada

dalam kondisi baik. Sehingga apabila film yang rusak berada dalam satu ruangan

dengan film yang baik maka dikhawatirkan kondisi arsip film yang baik tersebut

akan ikut terdegradasi dan menjadi ikut rusak.

Jenis-jenis kerusakan film dapat terlihat pada perubahan yang terjadi pada

fisik film itu sendiri. Pada film yang terkena efek vinegar syndrome, akan timbul

bau asam yang tajam dari permukaan film. Gejala lain setelah vinegar syndrome

adalah nampak adanya kristal berwarna putih atau jernih pada permukaan film

(silvering out). Pada tingkatan tinggi terjadi pengkeritingan atau pengelupasan

lapisan emulsi yang mengakibatkan hilangnya informasi yang terekam dalam film.

Gambar 5 . Kondisi Arsip Yang Rusak (Vinegar Syndrom dan Silvering Out)

Page 14: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

14

Kerusakan karena air biasanya menghasilkan film yang melengkung atau

kehilangan emulsi. Noda pada film dapat terjadi baik pada base maupun emulsi.

Gambar 6 . Kondisi Arsip Yang Rusak (melengkung, hilangnya emulsi)

Timbulnya deposit Kristal atau gelembung yang berisi cairan muncul pada emulsi

(Gambar 5 dan 6) merupakan bukti dari kerusakan pada base film dimana bahan

plastik, aditif dalam base film menjadi tidak sesuai, sehingga mulai terpisah dari

base film dan mengalir keluar di permukaan film. Ini merupakan pembuangan

plastisiser yang menandakan degradasi maju atau kerusakan semakin terjadi.

Page 15: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

15

Karat iron oxide dari logam akan menghasilkan pengotoran pada gambar atau

warna kemerahan. Efek lain yang ditimbulkan karena air adalah : Ferrotyping,

blocking, dan jamur. Pada film dapat terjadi pula perubahan-perubahan bentuk

seperti : leafing, ribbing, pack slipage, windowing, corsetting/curl.

Gambar 7 . Kondisi Arsip Yang Rusak (can film dan arsip film yang berjamur)

Gambar 8 . Kondisi Arsip Yang Rusak (ribbing dan corsetting/curl)

Berdasarkan Gambar 5, 6, 7, dan 8, menunjukkan arsip film yang disimpan

di ruang penyimpanan arsip lantai 2 gedung F, khususnya dari hasil pengujian

Page 16: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

16

masuk katagori grade B dan grade C, umumnya terjadi perubahan bentuk fisik

karena mengalami kerusakan. Arsip film yang sudah mengalami kerusakan

tersebut, harus segera dipisahkan dari arsip film lainnya yang kondisinya masih

baik. Jika dibiarkan bercampur atau disimpan bersama-sama, maka arsip film

yang kondisinya baik akan tertular oleh film yang sudah mengalami kerusakan

akibat asam asetat yang mudah menyebar di udara.

Untuk melihat gambaran lebih lanjut mengenai kondisi arsip film yang

terdapat di ruang penyimpanan film lantai 2 gedung F Arsip Nasional RI, maka

berikut ini disajikan data kondisi arsip film berdasarkan lokasi ruang

penyimpanannya, yaitu ruangan biasa/normal storage (Lihat Lampiran 3

Rekapitulasi Data Kondisi Keasaman Pada Arsip Film di Gedung F Lantai 2 (Ruang

Biasa), dan ruangan khusus/cold storage (lihat Lampiran 4 Rekapitulasi Data

Kondisi Keasaman Pada Arsip Film di Gedung F Lantai 2 (Ruang Khusus) dan

grade hasil pengujiannya.

Tabel 5. Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film Lantai 2 Gedung F Berdasarkan

Ruang Penyimpanan Ruangan biasa dan Khusus

No Jenis Film Grade Jumlah % Keterangan

1 Ruangan Biasa

(normal

storage)

A 4452 69 Kondisi baik

B 436 6,8 Mulai terdegradasi

C 1566 24,2 Terdegradasi, kondisi

asam

JUMLAH 6454 100

2 Ruangan

Khusus (cold

storage)

A 5290 82,9 Kondisi baik

B 346 5,4 Mulai terdegradasi

C 747 11,7 Terdegradasi, kondisi

Page 17: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

17

asam

JUMLAH 6383 100

Gambar 6. Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film Lantai 2 Gedung F

Berdasarkan Ruang Penyimpanan Ruangan biasa dan Khusus

Hasil pengujian arsip film pada lantai 2 gedung F untuk kedua jenis ruangan

normal storage dan cold storage , untuk film dengan grade A (dalam kondisi

baik) menunjukan hasil yaitu 69,0% pada ruang biasa dan 82,9% pada ruang

khusus. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa arsip film yang disimpan di

ruangan biasa mempunyai persentase laju kerusakan yang lebih tinggi dari pada

ruangan khusus. Hal ini disebabkan suhu dan kelembaban ruang khusus lebih

stabil daripada ruang biasa (Tabel 3). Pada ruang cold storage, tersimpan negatif

dan stock shoot film sebagai master arsip.

Kondisi arsip film yang disimpan di ruang penyimpanan Arsip Nasional RI

dikhawatirkan sudah mencapai fase autokatalisis (proses percepatan reaksi kimia

dengan sendirinya atau dengan zat katalis yang dihasilkan oleh senyawa itu

sendiri) dimana sebagian besar film telah terdeteriorasi mengeluarkan asam yang

dapat menjadi katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kerusakan yang

berlanjut pada film. Hal ini dapat ditunjukan oleh hasil pengujian ( Tabel 4)

dimana 24% (6% + 18 %) sampel arsip film yang terdapat dilantai 2 mempunyai

grade B dan C, dengan kondisi pH yang kurang dari 5,4. Hal ini ditambah lagi

82,9%

69,0%

5,4%

6,8%

11,7%

24.2%

Ruang Khusus Lt. 2

Ruang Biasa Lt. 2

Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film

Berdasarkan Jenis Ruangan Film

Grade A (baik pH > 5.4)

Grade B (mulai terdeteriorasi, pH 3.8 > pH > 5.4

Grade C (rusak, pH < 3.8)

Page 18: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

18

dengan kondisi suhu dan kelembaban yang fluktuatif dan tidak sesuai dengan

standar, maka dikhawatirkan tingkat kerusakan film dapat menjadi lebih besar.

Jika kita asumsikan bahwa arsip film yang disimpan di Ruang Penyimpanan

film gedung F Arsip Nasional RI dalam kondisi baik (grade A), maka dengan

kondisi hasil pengukuran (Tabel 3), menurut standar IPI, dengan kondisi suhu dan

kelembaban ruang penyimpanan gedung F lantai 2, 3, 4 dan 8 dengan kondisi

maksimum 190C dan kelembaban 83% RH maka film akan mulai terdegradasi

vinegar syndrome (keasaman film mencapai 0,5) pada umur penyimpanan antara

kira-kira 17 s/d 25 tahun (Tabel 1), dan untuk arsip yang sudah terdegradasi

akan mempunyai umur 3 tahun (Tabel 2), kemudian seluruh koleksi arsip film

akan rusak.

Agar tidak terjadi seperti perkiraan tersebut, seluruh khasanah arsip film

harus diperhartikan baik fisik maupun tempat penyimpanannya. Dan untuk

melestarikan informasinya maka seluruh khasanah arsip film harus dilakukan alih

media ke bentuk digital. Digitalisasi akan menjadi cara yang ideal untuk

melestarikan isi film selulosa asetat, standar saat ini tidak memungkinkan untuk

memindai dengan resolusi yang cukup untuk menghasilkan salinan gambar yang

sama dan kualitas suara seperti aslinya.

Salah satu dampak yang terjadi akibat dilepaskannya asam asetat dari arsip

film dengan dasar film asetat adalah terjadinya korosi pada alat elektronik.

Diketahui bahwa asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,

magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat

(disebut logam asetat). Asam asetat menghasilkan logam etanoat bila bereaksi

dengan logam. Diketahui pula bahwa laju korosi akan naik pada pH yang rendah

dan terjadi korosi lokal (pitting korosi). Dan laju korosi berbanding lurus dengan

jumlah ion asetat yang terlarut. Pada kasus ini laboratorium belum dapat

melakukan pengujian, tetapi dampak korosif di ruang penyimpanan arsip sudah

ada yaitu terjadinya kebocoran pada sambungan pipa AC, dan perawatan alat-

alat listrik di ruang penyimpanan arsip film frekwensinya lebih tinggi dibanding

perawatan arsip konvensional.

I I I P E N U T U P

Page 19: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

19

A. Kesimpulan

Kondisi suhu di ruang penyimpanan arsip film dilantai 2, 3, 4 dan 8 baik ruang

penyimpanan normal storage dan cold storage, memenuhi standar tetapi

dengan fluktuasi yang tinggi. Sedangkan untuk nilai kelembaban masih jauh

diatas standar yang ditetapkan.

Kondisi arsip film yang berada dilantai 2 gedung F (sebanyak 12.873 can) adalah

76% dalam kondisi baik (grade A) atau sejumlah 9.742 can, dan 6 % dalam

kondisi mulai terdegradasi (grade B) atau sejumlah 782 can, dan 18% arsip yang

sudah terdegradasi (grade C) atau sejumlah 2.313 can.

Kondisi arsip film di ruangan biasa/normal storage terdiri dari : 69% grade A,

6,8% grade B, dan 24,2% grade C. Sedangkan di ruangan khusus/cold storage

terdiri dari : 82,9% grade A, 5,4 grade B, dan 11, 7% grade C.

Laju tingkat kerusakan arsip film yang disimpan di ruangan biasa lebih tinggi dari

pada ruangan khusus.

Jenis-jenis kerusakan film dapat terlihat pada perubahan yang terjadi pada fisik

film itu sendiri. Pada film yang terkena efek vinegar syndrome, timbul bau asam

yang tajam, adanya kristal berwarna putih atau jernih pada permukaan film

(silvering out), pengelupasan lapisan emulsi yang mengakibatkan hilangnya

informasi arsip, dan perubahan-perubahan lainnya seperti : leafing, ribbing, pack

slipage, windowing, corsetting/curl .

B. Saran

1. Sebaiknya kegiatan monitoring ruangan penyimpanan arsip film dilakukan secara

rutin setiap hari terutama pemeriksaan setting AC dan dehumidifier agar kondisi

ruangan penyimpanan yang ideal dapat dicapai.

2. Perlunya dipasang air cleaner diruangan penyimpanan arsip film untuk menjamin

sirkulasi udara yang baik dan menyerap bau asam dari arsip film.

3. Perlunya memisahkan fisik arsip film yang sudah terdeteriorasi (grade B dan C)

dari film yang kondisinya baik (grade A) untuk menghindarkan kontak asam dari

udara ruangan penyimpanan.

4. Merestorasi kondisi arsip film yang berada dalam grade B dan C serta sesegera

mungkin serta melakukan alih media ke bentuk digital atau jenis arsip

lainnya untuk menyelamatkan informasi arsip.

5. Agar dapat mengantisipasi adanya pengaruh asam asetat terhadap laju

korosi pada logam terutama pada peralatan listrik.

Page 20: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

20

6. Pengujian perlu dilanjutkan untuk tahun anggaran berikutnya pada lantai 3, 4

dan 8 untuk penyimpanan arsip film.

7. Melakukan pengujian dampak asam asetat terhadap korosi pada logam di ruang

penyimpanan arsip film.

Mengetahui Jakarta, Desember

2012

Kasubdit. Instalasi Laboratorium Sekretaris Tim Penguji,

Yanah Suryanah, Dipl.Kim Fitra Yeni, S.Si

Page 21: Laporan Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI

21

IV D A F T A R P U S T A K A

1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan;

2. Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2000

tentang Standar Penyimpanan Fisik Arsip;

3. Elise Calvi, Preserving Access to Research Materials on Cellulose-Acetate Base

Microfilm in the University of Delaware Library, Preservation Department,

University of Delaware Library, July 2003;

4. James Reilly, IPI Storage Guide for Acetate Film. Rochester, NY: Image

Permanence Institute, 1993;

5. Robley, Les-Paul. 1996. Vinegar Syndrome Articles, American Sinematographer

June 1996 Edition;

6. Nasmi Herlina,”Yuli Panca Asmara” Pengaruh Asam Asetat Terhadap

Korosi di Lingkungan CO2 , Volume 9 No 1, Juni 2008;

7. Ferguson Brian, “Basic Chemical Safety” adapted from “Short Course in

Chemical Awarness”, ASEAN Training on Film and Video Preservation and

Restoration, Manila 12 Pebruary – 12 March 1997.