laporan pengawas tenaga kerja

162
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang dapat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan. Oleh karena itu masalah ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja perlu mendapat perhatian dan penanganan serius serta berkesinambungan dari semuan pihak, baik pemerintah, pengusaha maupun pekerja. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa pembinaan, penyuluhan, lokakarya, pengawasan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan, pembinaan tehnis keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga permasalahan ketenagakerjaan bisa diantisipasi dan diselesaikan dengan baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah hak asasi manusia yang dilindungi oleh UUD 1945 khususnya pada pasal 27 ayat (2) dan diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Oleh sebab itu penerapan dan Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 1

Upload: gusti-rean-azmi

Post on 19-Dec-2015

94 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Laporan Ketenagakerjaan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang dapat berpengaruh

terhadap berbagai aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun

keamanan. Oleh karena itu masalah ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut

Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja perlu mendapat perhatian dan

penanganan serius serta berkesinambungan dari semuan pihak, baik pemerintah,

pengusaha maupun pekerja. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka upaya-upaya yang

dilakukan dapat berupa pembinaan, penyuluhan, lokakarya, pengawasan peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan, pembinaan tehnis keselamatan dan kesehatan

kerja. Sehingga permasalahan ketenagakerjaan bisa diantisipasi dan diselesaikan

dengan baik.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah hak asasi manusia yang dilindungi

oleh UUD 1945 khususnya pada pasal 27 ayat (2) dan diatur dalam UU No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja. Oleh sebab itu penerapan dan pelaksanaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dapat menjamin agar setiap tenaga kerja

dan orang di sekitarnya dapat terlindungi keselamatan dan kesehatannya

Untuk melaksanakan semua kebijakan perundangan ketenagakerjaan

ditegakkan sebagaimana yang diharapkan, Pemerintah melalui Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi khususnya Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan

Ketenagakerjaan memiliki jajaran aparatur pemerintah yang bertanggung jawab atas

penegakkan peraturan perundangan ketenagakerjaan. Pegawai Pengawas

Ketenagakerjaan merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 1

Page 2: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

pembinaan dan pengawasan penegakan perundangan ketenagakerjaan. Oleh karena itu

fungsi dari pengawasan ketenagakerjaan sangat penting dan strategis dalam menjamin

adanya kepastian hukum bagi para pihak baik dari pihak pengusaha maupun pihak

pekerja, sehingga pelaksanaannnya harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan

pekerja melalui penerapan dan pembinaan pelaksanaan peraturan perundang-undangan

bidang ketenagakerjaan.

Tingkat keberhasilan seorang pegawai pengawas ketenagakerjaan dinilai dari

kualitas dan kuantitas dari hasil pemeriksaan dan hasil pengujian di lapangan. Salah

satu program yang dilakukan dalam merealisasikan hal tersebut adalah dengan

diadakannya diklat pegawa pengawas ketenagakerjaan dimana salah satu programnya

adalah pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) ke PT. Taruna Kusuma Purinusa

Kab. Semarang untuk tujuan agar peserta diklat mampu menganalisa segala aspek baik

norma kerja dan norma K3 untuk membandingkan antara peraturan perudang-undangan

di bidang ketenagakerjaan dengan pelaksanaan di lapangan, sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan attitude pegawai pengawas

ketenagakerjaan sebelum nantinya akan diterjunkan secara nyata dalam permasalahan

ketenagakerjaan yang terjadi di Indonesia.

B. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dariKertas Kerja Perorangan (KKP) ini terdiri dari 36(tiga

puluh enam)kompetensi yang mencakup :

1. Administrasi Pengawasan Ketenagakerjaan

2. PenyusunanLaporandan Nota Pemeriksaan Ketenagakerjaan

3. Norma Wajib Lapor Ketenagakerjaan

4. Norma Waktu KerjadanWaktu Istirahat

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 2

Page 3: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

5. Norma PerlindunganUpah

6. Norma HubunganKerja

7. Norma KebebasanBerserikatdan Berunding

8. Norma Jamsostek

9. Kompensasi Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

10. Norma PenempatanTenagaKerjaDalamNegeri

11. PenempatanTenagaKerjaAsing (TKA)

12. Norma Pelatihan Tenaga Kerja

13. Norma Penerapan Persyaratan Penempatan TKI di luar negeri

14. Norma Pelatihan Tenaga Kerja

15. Norma PerlindunganPekerjaAnak

16. PenghapusanBentuk-bentukPekerjaanTerburukAnak

17. Norma PerlindunganPekerjaPerempuan

18. Sarana dan Fasilitas K3

19. Norma Kelembagaan dan Keahlian K3

20. Pengawasan Norma K3 Uap

21. Norma Bejana Tekan

22. Norma K3 PesawatTenagadanProduksi

23. Pengawasan Norma K3 PesawatAngkatdanAngkut

24. Norma K3 InstalasiListrik

25. Norma K3 PenyalurPetir

26. Norma K3 Lift

27. Norma K3 Sarana Penanggulangan Kebakaran

28. Norma K3 KonstruksiBangunan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 3

Page 4: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

29. Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja

30. Norma PemeliharaanKesehatanTenagaKerja

31. Norma Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular di Tempat Kerja

32. Norma K3 LingkunganKerja

33. Norma K3 BahanBerbahaya

34. Norma Penerapan SMK3

35. MenganalisaKecelakaanKerjadanPenyakitAkibatKerja (PAK)

36. Teknik Penyelidikan dan Analisis Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja / PAK

C. SISTEMATIKA PENULISAN/METODOLOGI PENGAMBILAN DATA

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA

meliputi :

1. Pemeriksaan Administratif/ Dokumen

Dalam metode pemeriksaan administratif/dokumen, yang dilakukan adalah

melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan dokumen atau surat-surat yang

dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan penanganan masalah

ketenagakerjaan, antara lain : Akte Pengawasan Ketenagakerjaan, Wajib Lapor

Ketenagakerjaan, Struktur Organisasi, Kepesertaan Jamsostek, Pengesahan

pemakaian/ akte izin peralatan, Sertifikat/SIO Operator, Sertifikat Keahlian,

Surat Penunjukan, Rekomendasi, Naskah Perjanjian Kerja, Peraturan

Perusahaan, dan Dokumen lainnya yang terkait dengan masalah

ketenagakerjaan.

2. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan didampingi oleh General Manager, Manajer Personalia

dan Kepala Produksi untuk melisihat secara langsung lingkungan kerja, proses

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 4

Page 5: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

produksi di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA, peralatan dan mesin-mesin

yang berhubungan dengan K3 dan usaha-usaha pemenuhan norma

ketenagakerjaan.

Tujuan dari dilakukannya pemeriksaan lapangan adalah untuk mengetahui dan

memastikan apakan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan serta

standar-standar yang berlaku telah diterapkan dann dipenuhi atau belum,

sekaligus untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut dari pekerja mengenai

penerapan norma ketenagakerjaan dan norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di lapangan.

3. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan

informasi tambahan selain informasi dari dokumen/berkas yang dimiliki

perusahaan guna mengetahui penerapan norma ketenagakerjaan dan norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara nyata di lingkungan kerja PT.

TARUNA KUSUMA PURINUSA apakah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan ketenagakerjaan ataukah masih ada penyimpangan-penyimpangan

yang dilakukan.

Metode wawancara ini dilakukan kepada :

a. Pimpinan/Pengurus Perusahaan yang diwakili oleh Manajer Personalia.

Wawancara yang dilakukan adalah mengenai gambaran umum tentang

ketenagakerjaan di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA yang berkaitan

dengan pekerja, pelaksanaan norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

perusahaan, usaha-usaha yang dilakuakan oleh perusahaan dalam rangka

pemenuhan norma ketenagakerjaan dan tata cara penerimaan serta

pemberhentian pekerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 5

Page 6: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

b. Serikat Pekerja/Buruh dan LKS Bipartit

Wawancara dengan Serikat Pekerja/Buruh dan LKS Bipartit dimaksudkan

untuk mengetahui sampai sejauh mana kegiatan yang dilakukan oleh serikat

pekerja/buruh berkaitan dengan fungsinya sebagai perwakilan pekerja

dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap anggotanya, serta

dalam hubungan dengan perusahaan terkait dengan hal-hal

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan pekerja kepada pimpinan

perusahaan serta perlindungan hak-hak tenaga kerja.

c. Para Pekerja

Wawancara ini dilakukan secara acak kepada pekerja yang ditemui pada

saat pemeriksaan lapangan dalam memperoleh data dan informasi tentang

waktu kerja lembur, waktu istirahat, upah, kecelakaan kerja, penempatan

tenaga kerja, jaminan sosial, tenaga kerja perempuan dan anak, tenaga kerja

asing, operator mesin / pesawat, kondisi mesin / instalansi, sertifikat diklat /

keahlian / penunjukan serta hal-hal yang berkaitan dengan norma

ketenagakerjaan umum dan norma keselamatan dan kesehatan kerja

lainnya.

4. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data-data dan informasi dari sumber-

sumber buku, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang berkaitan dengan

permasalahan.

Hasil informasi, data dan fakta yang telah terkumpul kemudian diolah dan

dianalisa.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 6

Page 7: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

D. DASAR HUKUM

Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan Norma Kerja & Norma K3 ini dilakukan

berdasarkan pada :

1. Undang – undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie)

2. Undang – undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya Undang-

undang Pengawasan Perburuhan tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia

untuk seluruh Indonesia

3. Undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

4. Undang – undang Nomor 7 Tahun 1981, tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di

Perusahaan.

5. Undang – undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

6. Undang – undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

7. Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakejaan.

8. Peraturan Uap Tahun 1930

9. Peraturan Pemerintah Nomor, 14 Tahun 1993, tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2005 tentang Tata Kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerjasama Tripartit.

12. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3 tentang

penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

13. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2012 tentang perubahan ke delapan atas

peraturan nomor 14 tahun 1993

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 7

Page 8: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja NomorKep-147/Men/1989 tentang Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan bagi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja.

15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-186/Men/1999 tentang

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep-

16/Men/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

17. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP-75/MEN/2002 tentang

Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI-04-0225-2000 Mengenai

Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja

18. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-75/Men/2002 tentang Pemberlakuan

SNI No. SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi listrik 2000

(PUIL 2000) di Tempat Kerja

19. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-255/Men/2003

tentang Tata Cara Pembentukan Susunan Keanggotaan Lembaga Kerjasama

Bipartit.

20. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-224/Men/2003

tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan

Antara pulul 23.00 sampai dengan 07.00.

21. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep-

187/Men/2004 tentang Iuran Anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

22. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-48/Men/2004

tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta

Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 8

Page 9: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

23. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-101/Men/2004

tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedian Jasa Pekerja/Buruh.

24. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-51/Men/IV/2004,

tentang istirahat Panjang pada Perusahaan Tertentu.

25. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-68/Men/IV/2004,

tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

26. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Kep-102/Men/IV/2004,

tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.

27. Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP-100/MEN/VI/2004 tentang ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu

28. Kepmenakertrans RI Nomor KEP 68/MEN/VI/2008 tentang Pencegahan

dan Penanggulangan HIV / AIDS di Tempat Kerja

27. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per -01/Men/1976

tentang Wajib Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan.

29. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi Nomor Per.03/Men/ 1978

tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pengawas K3 dan

Ahli Keselamatan Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-03/Men/1987

tentang Upah Bagi Pekerja pada Hari Libur Resmi.

30. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-01/Men/1979

tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan

Kerja bagi Para Medis Perusahaan.

31. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-02/Men/1980

tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Kesehatan

Kerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 9

Page 10: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

32. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—01/Men/1980

tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.

33. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1980,

tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api

ringan.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Per—01/Men/1982 tentang Bejana Tekanan.

34. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per -01/Men/1981

tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.

35. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per -03/Men/1982

tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

36. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—02/Men/1982

tentang Kualifikasi Juru Las.

37. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—02/Men/1983

tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.

38. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/MEN/1984 tentang

pengawasan ketenagakerjaan

39. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1985

tentang Pesawat Tenaga dan produksi.

40. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer—05/Men/1985

tentang Pesawat Angkat dan Angkut.

41. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1985

tentang PJK3.

42. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1987

tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 10

Page 11: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

43. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-03/Men/1987 tentang Upah Bagi

Pekerja pada Hari Libur Resmi.

44. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—01/Men/1988

tentang Kwalifikasi dan Syarat – syarat Operator Pesawat uap.

45. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer—02/Men/1989

tentang Pengawasan instalasi Penyalur Petir.

46. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—02/Men/1992,

tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli K3.

47. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/Men/1994 tentang Tunjangan Hari

Raya Keagamaan bagi Pekerja di Perusahaan.

48. Peraturan Menteri Tenaga Kerja NomorKep-01/Men/1998 tentang

Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat

Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

49. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—05/Men/1996

tentang SMK3Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999 tentang

Upah Minimum.

50. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer—03/Men/1999

tentang Syarat – syarat K3 Lift untuk Pengangkutan orang dan Barang.

51. Permenakertrans No.Per 09/M/V/2005 tentang tata cara penyampaian laporan

pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan

52. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER-11/MEN/2005

tentang pencegahan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktf

Lainnya di Tempat Kerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 11

Page 12: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

53. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 20/DJPPK/VI/2005

tentang petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

di tempat kerja

54. Permenakertrans No. Per 14/MEN/IV/2006 tentang Tata Cara Pelaporan

Ketenagakerjaan

55. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER-15/MEN/VIII/2008

56. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/III/2008

tentang tata cara penggunaan Tenaga Kerja Asing

57. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER

08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

58. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 13/MEN/X/2011

tentang nilai ambang batas Faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja

59. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan

Ketenagakerjaan Nomor Kep-407/BW/1999 tentang persyaratan, penunjukan. Hak

dan Kewajiban Teknisi listrik

60. Keputusan Direktur jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan

Ketenagakerjaan Nomor Kep-311/BW/2002 tentang sertifikasi Kompetensi

Keselamatan dan Kesehatan Teknisi Listrik

61. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.

Kep.370/DJPPK/XI/2004 tentang Kelengkapan dan Identitas Ahli Keselamatan

dan Kesehatan kerja.

62. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 111/DJPKK/2007

tentang petunjuk teknis Pelaksanaan P4GN

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 12

Page 13: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

63. Kepdirjen PPK No. KEP 22/DJPPK/V/2008 tentang Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja

64. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 45/DJPPK/IX/2008

tentang pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja pada ketinggian

dengan menggunakan akses tali (Rope Acsess)

65. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP

53/DJPKK/VIII/2009 tentang pedoman Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas

P3K di tempat Kerja

66. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 44/PPK/VIII/2012

tentang pedoman Pemberian Penghargaan Program Pencegahan dan

Penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja

67. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja NomorSE-07/Men/1990 tentang

Pengelompokan Komponen Upah dan pendapatan Non Upah.

68. Surat Edaran Dirjen Binawas No; SE-08/M/BW/1999 tentang Pembayaran Upah

Terhadap Pekerja Wanita yang Menjalankan Cuti Hamil dan Bersalin

69. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan

Ketenagakerjaan No. SE. 461/BW/VI/2000 tentang Pembinaan dan Pengujian

Lisensi K3 bagi Operator Pesawat Angkat dan Angkut.

70. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorSE 643/MEN/PHI-

PPHI/IX/2005 tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

71. Surat Edaran Menakertrans No. SE 280/MEN/PPK-PNK3/VII/2009 tentang

kesiapsiagaan dalam menghadapi Pandemi Influenza di tempat kerja

72. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

NomorSE. No. 01/DJPPK/VI/2009, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Pembinaan dan Pengujian Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Petugas

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 13

Page 14: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

dan operator Pesawat Uap, Pesawat Tenaga dan Produksi, Pesawat Angkat dan

Angkut.

73. Surat Edaran Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor

SE.02/DJPPK/X/2010 tentang pedoman penyelesaian Jaminan Kematian

74. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor SE.238/MEN/PPK-

NK/XI/2010 tentang penyempurnaan Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan

Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

75. Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.

SK 84/PPK/X/2012 tentang pedoman penyusunan dokumen pengendalian Potensi

Bahaya Besar dan Menengah

76. SKB Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kepala Kepolisian Republik

Indonesia Nomor KEP-275/MEN/1989, POL.KEP/04/V/1989 tentang pengaturan

Jam kerja Shift dan Jam Istirahat serta pembinaan Tenaga Kerja Satuan

Pengamanan ( SATPAM).

E. PENGERTIAN-PENGERTIAN

1. Akte Pengawasan Ketenagakerjaan adalah buku data perusahaan yang memuat

keadaan ketenagakerjaan yang dapat dipergunakan untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan dan syarat-syarat perbaikan atas penyimpangan peraturan

perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan

2. Alat Pelindung Diri (berdasarkan Permenaker No. Per.08/MEN/2013) adalah

suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat

kerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 14

Page 15: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) (berdasarkan Permenaker No.

Per-04/Men/1980) adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang

untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.

4. Bejana Tekanan atau Bejana Tekan (berdasarkan Permenaker No.

Per.01/Men/1982) adalah bejana selain Pesawat Uap didalamnya terdapat tekanan

yang melebihi dari tekanan udara luar, dan dipakai untuk menampung gas atau

campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam keadaan larut

atau beku.

5. Hubungan Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah hubungan antara

pengusaha dan pekerja /buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai

unsur pekerjaan upah dan perintah.

6. Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik (berdasarkan Permenaker No.

Per.02/Men/1983) adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang

menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan titik panggil

secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm

kebakaran.

7. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) (berdasarkan UU No. 3 Tahun

1992) adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa

uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang

dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga

kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal

dunia.

8. Perusahaan (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah

a.setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 15

Page 16: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b.Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan

mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain.

9. Pengusaha (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah

a.orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu

perusahaan milik sendiri;

b.orang perseorangan, persekutuan, atau bdan hukum yang secara berdiri sendiri

menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c.orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia

mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang

berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

10. Pengurus (berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970) adalah orang yang mempunyai

tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri

sendiri.

11. Pekerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

12. Peraturan Perusahaan (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah peraturan

yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan

tata tertib perusahaan.

13. Perjanjian Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah perjanjian antara

pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat

kerja, hak dan kewajiban para pihak.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 16

Page 17: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

14. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) (berdasarkan Kepmenaker No.

Kep.100/Men/VI/2004) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan

pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk

pekerjaan tertentu.

15. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) (berdasarkan Kepmenaker

No. Kep.100/Men/VI/2004) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan

pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.

16. Pemeliharaan Kesehatan (berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992) adalah upaya

penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan

pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan bersalin.

17. Penyakit Akibat Kerja (berdasarkan Permenaker No. Per.01/Men/1981) adalah

setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

18. Pemeriksaan (berdasarkan Permenaker No. Per.04/Men/1995) adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bahan keterangan

tentang suatu keadaan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dalam rangka tindakan korektif.

19. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan (berdasarkan Peraturan Presiden RI No.

21 Tahun 2013) adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan

dalam jabatan fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

20. Pengawasan Ketenagakerjaan (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah

kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-

undangan di bidang ketenagakerjaan.

21. Pesawat Tenaga dan Produksi (berdasarkan Permenaker No. Per.04/Men/1985)

adalah pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap yang dipakai

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 17

Page 18: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

atau dipasang untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga,

mengolah, membuat : bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang

mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

22. Pesawat uap (berdasarkan UU Uap Th. 1930) ialah ketel uap dan alat-alat

lainnya yang dengan peraturan Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau

tidak langsung berhubungan (atau tersambung) dengan suatu ketel uap dan

diperuntukan bekerja dengan tekanan yang lebih besar (tinggi) daripada tekanan

udara.

23. Pesawat angkat dan angkut (berdasarkan Permenaker No. Per.05/Men/1985)

adalah suatu pesawat atau alat yang dgunakan untuk memindahkan, mengangkat

muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal dan atau horizontal

dalam jarak yang ditentukan;

24. Serikat Pekerja / Serikat Buruh (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah

organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan

maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis,

dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak

dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekrja/buruh

dan keluarganya.

25. Tempat Kerja (berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970) adalah tiap ruangan atau

lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja,

atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana

terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik didarat, didalam tanah,

dipermukaan air, didalam air maupun udara, yang berada didalam wilayah

kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 18

Page 19: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

26. Tenaga Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

27. Upah (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah hak pekerja/buruh yang

diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau

pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut

suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,

termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atau suatu pekerjaan

dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

28. Upah Minimum Kabupaten/Kotamadya (UMK) atau UMR Tk. II

(berdasarkan Permenaker No. Per.01/Men/1999) adalah upah minimum yang

berlaku di daerah Kabupaten/Kotamadya atau menurut wilayah pembangunan

ekonomi daerah atau karena kekhususan wilayah tertentu.

29. Waktu Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah 7 jam 1 hari dan 40

jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1

minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

30. Waktu Kerja Lembur (berdasarkan Kepmenaker No. Kep-102/Men/VI/2004)

adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari

kerja dalam 1 minggu atau 8 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja

dalam 1 minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari

libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 19

Page 20: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

BAB IIFAKTA DAN MASALAH

A. DATA UMUM PERUSAHAAN

Identitas Perusahaan

Berdasarkan data dalam Wajib lapor didapatkan data perusahaan sebagai berikut:

Nama Hotel : PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA

Jenis Usaha : Kapas Kecantikan

KLUI : 32169

Alamat : Jl. Soekarno – Hatta Km. 30, Bawen

Telepon/Faksimil : 0298 – 522288 / 0298 – 522557

Pemilik : Heryanto Tanaka

Jl. Cempolorejo VIII, No. 10 Semarang

Bentuk Badan Hukum : Perseroan Terbatas

Nomor Akte Pendirian : Nomor 84

Nama Notaris : Farid Tjandra, SH

Tanggal Pendirian : 19 Mei 1993

Status Perusahaan : Cabang

Status Pemilikan : Swasta

Status Permodalan : Swasta Nasional

Komisaris : Heryanto Tanaka

Direktur : H. Wuryantoro

Penanggung Jawab : Frans Toisuta

Jumlah Tenaga Kerja : Total : 330 orang; L= 105 orang, P= 225 orang

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 20

Page 21: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

B. PROSES PRODUKSI

1. Alur Produksi

2. Penjelasan Singkat

Kapas mentah sebagai bahan baku kapas kecantikan dimasukkan kedalam

mesin bleaching lalu dipanaskan dalam larutan causatic soda dan air, kemudian

dikeringkan dan dimasukkan ke dalam mesin hidro extractor untuk diproses

menjadi lembaran gulung, setelah itu kapas yang sudah menjadi lembaran gulung

dimasukkan ke dalam mesin pemotong untuk dipotong sesuai ukuran kemasan (75

Gr, 150 Gr,dan 250 Gr) lalu dikemas untuk kemudian dikirimkan ke Distributor.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 21

Kapas dipress

menjadi

gulungan besar

(Rol)

Kapas Melalui

Proses Bleaching

(Pemutihan)

Kapas Mentah

Kapas yang

berupa roll

memasuki mesin

cutting

Delivery Kapas yang sudah

terpotong dalam

bentuk tertentu

dikemas

Page 22: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

3. LAY OUT PERUSAHAAN

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 22

Page 23: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

4. FAKTA

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di PT. Taruna Kusuma Puri Nusa, pada tanggal

30 April – 10 Mei 2013, berdasarkan Surat Perintah Tugas No. 094/ /2013, maka

ditemukan fakta sebagai berikut :

1. Norma Wajib Lapor Ketenagakerjaan

PT. Taruna Kusuma Purinusa, dengan kode KLUI 32169 dan No.4 pendaftaran

Wajib Lapor 14.0213/DSTKT/2012, didirikan pada tanggal 08 Agustus 2003 dan

telah melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan kembali sebanyak 14 kali ke

Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang. Kewajiban

PT. Taruma Kusuma Purinusa untuk melapor kembali adalah pada tanggal 1

September 2013

Adapun Isi Wajib Lapor Ketenagakerjaan dari PT. Taruna Kusuma Purinusa

adalah sebagai berikut:

- Nama Perusahaan : PT. Taruna Kusuma Purinusa

- No. Pendaftaran : 14.0213/DSTKT/2012

- Kode KLUI : 32169

- Tgl. Pengesahan : 21 Nopember 2012

- Ditandangani : An. Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kabupaten Semarang

- Masa berlaku s.d : 1 September 2013

- Alamat Perusahaan : Jl. Soekarno-Hatta km 30 Bawen, Kab.

Semarang

- No. Telp/Fax : (0298) 522288/(0298) 522557

- Jenis Usaha : Kapas Kecantikan

- Nama Pemilik : Heryanto Tanaka

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 23

Page 24: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- Alamat Pemilik : Jl. Cempolrejo VIII, No. 10 Semarang

- Nama Pengurus : H. Wuryantoro

- Alamat Pengurus : Jl. Soekarno – Hatta km 30 Bawen

- Tanggal Pendirian : 08 Agustus 2003

- Status Perusahaan : Cabang

- Status Pemilikan : Swasta

- Status Permodalan : Swasta Nasional

- Jumlah Tenaga Kerja

WNI : 330 orang

Laki-laki : 105 orang

Perempuan : 225 orang

WNA : Tidak ada

- Waktu Kerja : 7 jam/hari dan 40 jam/minggu

- Penggunaan Alat dan Bahan : - 1 buah Pesawat Uap

- 4 buah Pesawat Angkat

- 2 buah Pesawat Angkut

- 1 buah Instalasi Listrik

- 3 buah Instalasi Penyalur Petir

- 1 buah Pembangkit Listrik

- 2 buah Bejana Tekan

- 20 buah APAR

- Limbah produksi : Cair

- Instalasi Pengelola Limbah : Ada

- AMDAL : Pernah Ada

- Pengupahan

Jumlah upah seluruh pekerja

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 24

Page 25: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

yang dibayarkan

Tingkat upah tertinggi

Tingkat upah terendah

Jumlah pekerja penerima

UMK

:

:

:

:

Rp. 363.000.000,00

Rp. 3.500.000,00

Rp. 941.000,00

35 orang (10 %)

- Tunjangan Hari Raya

Keagaamaan

: 1 bulan upah

- Fasilitas Perusahaan

Fasilitas Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Fasilitas Kesejahteraan

:

:

:

- P3K

- Poliklinik

- Dokter Pemeriksa

- Regu Pemadam Kebakaran

- Sarana Ibadah

- Kantin

- Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Mulai menjadi peserta

Nomor pendaftaran

Jumlah peserta

Program yang diikuti

:

:

:

:

01 Oktober 1996

LL002372

330 orang Keluarga 450 orang

- Jaminan Kecelakaan Kerja

- Jaminan Kematian

- Jaminan Hari Tua

- Jaminan Pemeliharaam Kesehatan

- Program pension : Tidak diisi

- Perangkat Hubungan Industrial

- Perangkat organisasi

: - PP

- Bipartit

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 25

Page 26: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

ketenagakerjaan :

- Pekerja yang dibutuhkan dalam

12 bulan terakhir

: 405 orang, L=130 orang, P= 275 orang

- Produksi = 109 orang

- Maintenance = 33 orang

- Packing = 183 orang

- Gudang = 30 orang

- Staff/umum = 50 orang

- Pekerja 12 bulan terakhir : - 330 orang, L=105 orang, P=225 orang

- Produksi = 69 orang

- Maintenance = 27 orang

- Packing = 165 orang

- Gudang = 27 orang

- Staff/umum = 42 orang

- Jumlah penerimaan pekerja 12

bulan terakhir

: Tidak ada

- Jumlah pekerja yang berhenti

selama 12 bulan terakhir

: Tidak ada

- Program Pelatihan : Tidak ada

- Perencanaan Kebutuhan

Latihan bagi Pekerja

: Kepemimpinan = 60 orang

Komunikasi efektif = 25 orang

PIC untuk operator = 6 orang

Hubungan Industrial = 75 orang

Pendidikan Mutu = 250 orang

- Pengesahan Wajib Lapor Ketenagakerjaan

Nomor pendaftaran : 14.0213/DSTKT/2012

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 26

Page 27: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Tanggal Disahkan : 21 Nopember 2012

Ditandatangani Oleh : Soemardjoto, SH. MM

Jabatan : An Ka. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kab. Semarang

Pendaftaran ke : 14

Masa Berlaku : 1 tahun

Tanggal Daftar Ulang : 1 September 2013

Dalam kaitannya dengan tata cara pengadministrasian wajib lapor, untuk

administrasi wajib lapor di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.

Semarang dibukukan dalam buku register wajib lapor ketenagakerjaan,

sedangkan untuk administrasi di perusahaan diarsipkan dengan baik oleh bagian

personalia.

2. Norma Waktu Kerja, Waktu Istirahat

a. Norma Waktu Kerja dan Waktu Istirahat

1. Waktu Kerja

Pengaturan Waktu Kerja di PT. Taruna Kusuma Purinusa adalah 7

(tujuh) jam/hari dan 40 (empat puluh) jam perminggu untuk 6 hari

kerja dan 1 hari off.

Pembagian waktu kerja adalah menggunakan Non Shift untuk

bagian office (administrasi) dan menggunakan Shift untuk bagian

operasional dan security.

Adapun pembagian waktu kerja nya adalah sebagai berikut :

1. Pekerja Non Shift (Bagian Administrasi)

Senin s/d Sabtu = (08.00 – 11.30) + (12.30 – 15.30)

Istirahat antar jam kerja 1 jam (11.30 s/d 12.30)

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 27

Page 28: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Istirahat Mingguan = Minggu

2. Pekerja Shift

Bagian Produksi

6 hari kerja 1 hari off

Shift I : 06.00 s/d 14.00

Shift II : 14.00 s/d 22.00

Shift III : 22.00 s/d 06.00

Istirahat antar jam kerja adalah 1 jam secara bergantian.

Istirahat Mingguan = Minggu

Bagian Satpam

5 hari kerja 2 hari off

Shift I : 06.00 s/d 14.00

Shift II : 14.00 s/d 22.00

Shift III : 22.00 s/d 06.00

Jam Kerja tersebut termasuk dalam istirahat antar jam kerja

yang dilakukan secara bergantian.

Tenaga Satpam berjumlah 16 orang dibagi dalam 4 group

dan 3 shift. Masing-masing group terdiri dari 4 orang.

Untuk jam kerja yang melebihi ketentuan tersebut maka dihitung

lembur.

2. Waktu Istirahat

Adapun waktu Istirahat yang diberlakukan di PT. Taruna Kusuma

Purinusa adalah sebagai berikut :

a. Istirahat antara jam kerja yang diberikan

3. Pekerja Non Shift,

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 28

Page 29: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

1 jam setelah bekerja selama 4 jam, yaitu pada pukul: 11.30

s/d 12.30 WIB

4. Pekerja Shift Bagian Produksi dan tenaga Satpam

Waktu istirahat Shift I, II dan III diatur oleh pihak

perusahaan melalui bagiannya masing-masing, selama 1

jam dilakukan secara bergantian.

b. Istirahat mingguan

5. Pekerja Non Shift dan Shift bagian Produksi

Selama 1 hari pada setiap minggunya yaitu pada hari

Minggu.

6. Bagian Satpam

Setelah 5 hari kerja berturut-turut diberikan Istirahat

Mingguan 2 hari.

c. Cuti Tahunan

Cuti Tahunan diberikan setelah bekerja 12 bulan berturut-turut

selama 12 hari kerja.

d. Ijin tidak masuk kerja dengan tetap mendapat upah dan tidak

dipotongkan pada cuti tahunan diberikan perusahaan kepada

pekerja, untuk kepentingan/alasan sebagai berikut :

- Karena sakit mendadak, dibuktikan dengan surat

keterangan dari dokter;

- Kepentingan pribadi seperti yang tercantum pada peraturan

perundangan, telah dilakukan perusahaan sesuai ketentuan,

seperti :

a). Melangsungkan pernikahan : 3 hari

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 29

Page 30: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

sendiri

b). Pernikahan anak karyawan : 2 hari

c). Mengkhitankan anak karyawan : 2 hari

d). Pembaptisan anak : 2 hari

e). Isteri atau suami atau orang tua

atau mertua atau anak kandung

atau menantu meninggal dunia

: 2 hari

f). Isteri melahirkan : 2 hari

g). Anggota keluarga dalam 1 (satu)

rumah meninggal dunia

: 1 hari

e. Cuti Haid

Cuti haid tidak diberlakukan di perusahaan

f. Cuti hari raya keagamaan, pelaksanaannya mengikuti ketentuan

pemerintah.

g. Cuti Hamil, Melahirkan dan Gugur Kandungan

- Cuti hamil diberikan selama 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan

sesudah melahirkan.

- Cuti gugur kandungan diberikan selama 1,5 bulan yang

dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter

h. Cuti panjang tidak dilaksanakan pada perusahaan

i. Selama melaksanakan istirahat/cuti, upah tetap dibayar.

3. Upah Lembur

Jam kerja lembur terjadi di bagian Produksi, dimana ada kelebihan

jam kerja setiap minggunya sebanyak 2 jam kerja.

Adapun perhitungan upah lemburnya telah sesuai dengan

Kepmenaker No. Kep. 102/Men/VI/2004 yaitu :

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 30

Page 31: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

7. Untuk hari kerja biasa

untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5

(satu setengah) kali upah sejam

untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah

sebesar 2(dua) kali upah sejam.

8. Untuk Bagian Administrasi dan Produksi tidak ada lembur di

hari Istirahat mingguan atau hari libur resmi karena tidak ada

kegiatan produksi. Lembur hari istirahat mingguan dan hari

libur resmi hanya berlaku untuk bagian Satpam.

Contoh perhitungan di istirahat mingguan di Slip Gaji An. Doni

Setiawan Periode 26 Maret – 25 April

Gaji Pokok : Rp.1.051.000,-

Lembur : Rp 170.100,-

Total :

7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam

jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam

jam lembur kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali

upah sejam.

Perhitungan upah sejam = 1/173 x upah sebulan

Upah lembur sesuai dengan ketentuan setelah dilakukan perhitungan

ulang

9. Pehitungan upah lembur untuk hari kerja biasa

Slip gaji an. Doni Setiawan

Pada periode gaji 26 Maret – 25 April 2013

Gaji Pokok : Rp. 1.051.000

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 31

Page 32: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Tunjangan ttp : -

Tunj. Tdk ttp : -

Upah Lembur : Rp. 85.052

Pot. Jamsostek: Rp. 21.020

Total Terima Rp. 1.115.031

Pada absen 26 Maret – 25 April 2013 ditemukan saudara Doni

Setiawan bekerja lembur pada hari terpendek selama 4 kali

dengan masing – masing hari selama 2 jam

Perhitungan upah lembur di slip gaji adalah Rp. 85.052,-

Hasil perhitungan ulang

Gaji perjam = 1.051.000/173

= Rp. 6075,144

Upah lembur 4 hari terpendek = 3,5 x 4 x 6075,144

= Rp. 85.052,-

Jumlah pembayaran upah lembur telah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

10. Perhitungan upah lembur untuk libur resmi (bagian Satpam)

Gaji An. Agung

Gaji Pokok : Rp. 1.051.000,-

Lembur : Rp. 170.100

Jamsostek : Rp. 21.020

Lembur sejam = 1.051.000 /73

= 6.075,144

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 32

Page 33: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Terdapat 2 hari libur mingguan di mana Saudara Agung harus

masuk menggantikan teman yang berhalangan, yaitu tanggal 3

dan 16 April dengan masing – masing selama 8 jam, jadi

perhitungan lembur =

8 jam X 2 X 2 hari X 6.075,144 = Rp. 194.400

Terdapat kekurangan sebesar = Rp. 170.100 – Rp. 194.400

= Rp. 24.304

Setelah dilakukan interview didapat keterangan nilai jam kerja

satpam adalah 7 jam kerja dan 1 jam istirahat, dimana 1 jam

istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja lembur.

3. Norma Perlindungan Upah

a. Upah dibayar secara bulanan pada periode tanggal 26 sampai dengan

tanggal 25 bulan berikutnya.

b. Upah dibayar melalui transfer ke rekening bank masing-masing

pekerja setiap tanggal 26.

c. Komponen Upah yaitu : (contoh an. Agung, Bag. Satpam)

1) Upah pokok : Rp. 1.051.000

2) Tunjangan Jabatan (Tunjangan Tetap untuk level tertentu)

3) Uang Kerajinan: Rp. 50.000,-

4) Uang Baris Berbaris : Rp. 50.000,-

d. Berdasarkan keterangan dari bagian Personalia upah pekerja tahun

2013 :

1) Upah terendah Rp.1.051.000,-

2) Upah tertinggi Rp. 3.500.000,-

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 33

Page 34: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

3) Upah yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan UMK Kab.

Semarang yang berlaku tahun 2013 yaitu sebesar

Rp.1.051.000,-

- Jenis Potongan diketahui :

1) Iuran Jamsostek

- Besarnya potongan diketahui, dengan rincian :

1) Iuran Jamsostek (JHT) : Rp. 21.020

- Perhitungan untuk iuran Jamsostek :

Slip gaji an. Doni Setiawan

Pada periode gaji 26 Maret – 25 April 201

Gaji Pokok : Rp. 1.051.000

Tunjangan ttp : -

Tunj. Tdk ttp : -

Upah Lembur : Rp. 85.000

Pot. Jamsostek: Rp. 21.020

Total Terima Rp. 1.114.900

Untuk iuran JHT dari Jamsostek sebesar 5,7 % dimana

Pengusaha berkewajiban membayar sebesar 3,7 % dan

sisanya dibayar oleh pekerja sebanyak 2 % dari upah yang

didaftarkan, maka perhitungan potongan Jamsostek adalah :

2 % x Rp. 1.051.000,- = Rp. 21.020,-

- Denda tidak diberlakukan oleh perusahaan

- Bukti pembayaran upah diketahui melalui slip gaji

- Tidak ada diskriminasi dalam pengupahan antara pekerja laki-laki dan

perempuan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 34

Page 35: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- THR yang dibayarkan oleh perusahaan adalah sebesar 1 kali upah

sebulan untuk pekerja dengan masa kerja 12 bulan berturut-turut dan

proporsional untuk masa kerja 3 bulan atau lebih tetapi kurang dari 1

tahun dengan perhitungan sebagai berikut :

(masa kerja / 12 bulan) x upah sebulan

- Berdasarkan keterangan dari bagian personalia, THR dibayarkan 2

minggu sebelum hari raya.

- Pengurus tidak bersedia menunjukkan buku upah, pengurus hanya

memberikan beberapa slip gaji pekerja.

4. Norma Hubungan Kerja

a. Perjanjian Kerja

1. Isi perjanjian kerja PKWT sudah sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan ketenagakerjaan, yang memuat tentang identitas pekerja, jenis

pekerjaan, waktu kerja, hak dan kewajiban pekerja, gaji yang diterima

pekerja, status hubungan kerja dan masa berlaku perjanjian kerja.

- Jumlah pekerja PKWT : 360 orang

- Masa Berlaku PKWT : 3 (tiga) bulan (Masa Percobaan)

kemudian membuat PKWT untuk masa berlaku 1 (satu) tahun

- Contoh PKWT :

Nomor : 001/HRD-M/IV/2013

Tanggal : 08 April 2013

Nama : Nining Subiyati

Pekerjaan : Operator Mesin Cutting

Bagian/Departement : Produksi (Packing)

Masa Berlaku : 08 April 2013 – 08 Juli 2014

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 35

Page 36: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Ditandatangani oleh : H. Wuryantoro

Jabatan : General Manager

2. Jenis Pekerjaan yang di-PKWT kan adalah jenis pekerjaan yang terus

menerus yaitu di bagian Produksi, Maintenance, Packing, Gudang dan

Staff/umum.

3. PKWT dilakukan masa percobaan 3 (tiga) bulan.

4. PKWT belum dicatatkan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kab. Semarang.

5. Isi perjanjian kerja PKWTT sudah sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan ketenagakerjaan, yang memuat tentang identitas pekerja, jenis

pekerjaan, waktu kerja, hak dan kewajiban pekerja, gaji yang diterima

pekerja, status hubungan kerja..

- Jumlah pekerja PKWTT : 59 orang

- Contoh PKWTT adalah :

Nomor : 009/HRD-M/ VI/2005

Tanggal : 5 Juni 2005

Nama : Lini Yuliana

Pekerjaan : Staf HRD

Bagian/Departement : Administrasi

Ditandatangani oleh : Sutikna Halim Wijaya

Jabatan : Direktur

b. Peraturan Perusahaan

PP PT. Taruna Kusuma Purinusa sudah didaftarkan pada Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi R.I dan disahkan oleh A.n. Direktur Jenderal, Direktur

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 36

Page 37: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Persyaratan Kerja, Kesejahteraan dan Analisis Diskriminasi, R. Irianto Simbolon,

SE, MM.

Masa berlaku PP : 17 Agustus 2011 s/d 16 Agustus 2013

No.Pengesahan : No. Kep. 738/PHIJSK-PKKAD/PP/VIII/2011

No. Pendaftaran : 74/PP-P-2/VIII/2011

Isi PP tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PP sudah disosialisasikan kepada seluruh pekerja.

Buku saku PP sudah dibagikan kepada seluruh pekerja.

Seluruh pekerja memahami isi PP.

c. Kasus PHI

Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat kasus yang berkaitan dengan

Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)

d. LKS Bipartit

LKS Bipartit di PT. Taruna Kusuma Purinusa telah terbentuk.

- Tanggal Terbentuk : 05 Januari 2013

- No. Pendaftaran : 75/BIP/I/2013

- Masa Berlaku : 05 Januari 2013 s/d 04 Januari

2016

- Jumlah Pengurus

Ketua

Jabatan dalam perusahaan

:

:

:

16 orang

H. Wuryantoro

General Manager

6. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa belum dibentuk Serikat

Pekerja/Serikat Buruh

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 37

Page 38: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

5. Norma Kebebasan Berserikat dan Berunding

7. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa telah dibentuk LKS Bipartit yang

telah tercatat di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.

Semarang, dan diketahui :

- Tanggal Pencatatan : 25 Januari 2013

- No. SK LKS Bipartit : 568/0171/2013

- Jumlah Anggota : 16 orang

- Jumlah Pengurus : 16 orang

- Nama Pengurus : 1. H. Wuryantoro

2. L. Triyoto

3. Lini Yuliana

4. Siti Maspupah

5. Albert Kurniawan

6. F. Aska Rodianto

7. Titus Ade W.

8. Eddy Tjahyo

9. Hardi Sungkowo

10. Wisto

11. Edi Sutrisno

12. Eric Volga

13. Wisnu B.

14. Sunawiyati

15. Larmiyatun

16. Ria Puspitarini

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 38

Page 39: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Ketua : H. Wuryantoro

8. Terbentuknya LKS Bipartit PT. Taruna Kusuma Purinusa

menunjukkan adanya kebebasan berunding di Perusahaan, dan

terbukti dengan dapat terselesaikannya setiap kasus yang ada di

perusahaan pada tingkat Bipartit saja.

6. Norma Jamsostek

a. Norma Jamsostek

Nomer Sertifikat Pendaftaran Perusahaan = LL002372

Jenis program yang diikutsertakan adalah

- Jaminan Kecelakaan Kerja

- Jaminan Kematian dan

- Jaminan Hari Tua

- Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Perusahaan mengikutsertakan sebanyak 405 pekerjanya dari total jumlah

pekerja 419 pada program asuransi Jamsostek, sehingga ada PDS TK

Upah yang didaftarkan kepada pihak Jamsostek adalah UMK yaitu Rp.

1.051.000,-, dimana dapat diketahui dari Potongan Jamsostek untuk pekerja

sebesar 2 % yaitu Rp. 21.020,00

Upah riil yang diketahui berdasarkan dari slip gaji yang diberikan dan

wawancara dengan HRD Manager, pekerja bagian Produksi dan Satpam

adalah berbeda-beda dimana untuk :

9. an. Agung Fitriyanto (jabatan Satpam) gaji yang diterima terdiri dari

Gaji Pokok dan Tunjangan Tidak Tetap (Kerajinan dan PBB) = Rp.

1.151.000,00

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 39

Page 40: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

10. an. Doni Setiawan (jabatan operator gudang) gaji yang diterima terdiri

dari Gaji Pokok = Rp. 1.051.000,00

Perusahaan menunjukkan bukti pembayaran setoran jamsostek untuk

seluruh Pekerja untuk bulan Maret 2013 senilai Rp. 67.580.140,-

7. Kompensasi Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

a. Berdasarkan buku register Kecelakaan Kerja tidak terlihat adanya

Kecelakaan Kerja ataupun Penyakit Akibat Kerja di PT. Taruna Kusuma

Purinusa.

b. Berdasarkan wawancara di PT. Taruna Kusuma Purinusa, Terjadi

kecelakaan kerja di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA pada unit kerja

Gedung Produksi 3 dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, yang terjadi di

dalam perusahaan.

c. Kecelakaan Kerja tersebut terjadi pada Jumat, 23 Nopember 2012 Pukul

09.45 WIB.

d. Korban bernama Arif Al Hakim, Maintenance GP3 disebabkan oleh terjepit

pisau pemotong Mesin Cutting yang terganjal kapas saat melakukan

perbaikan.

e. Kecelakaan tersebut di atas terjadi karena pekerja tidak mengetahui dengan

baik proses perbaikan mesin cutting

f. Kecelakaan Kerja tersebut tidak dilaporkan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kab. Semarang dikarenakan ybs. Belum didaftarkan

dalam kepesertaan Jamsostek.

g. Besaran JKK

Upah pekerja saat terjadi kecelakaan kerja tahun 2012 = Rp. 941.600

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 40

Page 41: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- 2 ruas jari telunjuk tangan kiri = 7 x 80% x 941.600= 5.272.960

- 2 ruas jari tengah tangan kiri = 3 x 80% x 941.600 = 2.259.840

- 1 ruas jari manis tangan kiri = 1,5 x 80% x 941.600 = 1.129.920

- Total yang harus dibayarkan = Rp. 8.662.270

h. Besaran JKK tersebut harus dibayarkan oleh PT. Taruna Kusuma Purinusa.

i. Perusahaan belum membayarkan santunan kecelakaan kerja ke pihak

korban. Perusahaan baru memberikan pembayaran biaya pengobatan.

8. Norma Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kerja Dalam Negeri

PT. Taruna Kusuma Purinusa merupakan suatu perusahaan dengan jenis usaha

kapas kecantikan tidak melakukan penyelenggaraan penempatan tenaga kerja

AKAD, AKL, karena PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak bergerak di bidang

penempatan tenaga kerja.

Untuk penempatan tenaga kerja cacat belum dilakukan dan belum disediakan

pekerjaan khusus di PT. Taruna Kusuma Purinusa

9. Penempatan Tenaga Kerja Asing

Di PT. Taruna Kusuma Purinusa adalah perusahaan dengan status permodalan

Swasta Nasional, sehingga tidak mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dalam

pelaksanaan proses produksinya. Dikarenakan tidak adanya Tenaga Kerja Asing,

maka di perusahaan tidak terdapat Tenaga Kerja Indonesia Pendamping untuk

Tenaga Kerja Asing.

10. Norma Pelatihan Tenaga Kerja

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 41

Page 42: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Dalam kaitannya dengan Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kerja Dalam Negeri,

PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja dan

pemagangan.

11. Norma Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

PT. Taruna Kusuma Purinusa bukanlah suatu perusahaan yang jenis usahanya

bergerak dalam bidang penyelenggaraan penempatan TKI di Luar Negeri,

sehingga tidak ditemukan adanya tempat penampungan penempatan TKI Luar

Negeri dan Balai Latihan Kerja Luar Negeri di Perusahaan tersebut

12. Norma Pelatihan Tenaga Kerja luar negeri

Dalam kaitannya dengan penempatan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia di

Luar Negeri, PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak menyelenggarakan pelatihan

tenaga kerja dan pemagangan.

13. Norma Perlindungan Pekerja Anak

Didalam Wajib Lapor Ketenagakerjaan yang berlaku sampai dengan 1 September

2013 dan berdasarkan pemeriksaan secara visual maupun wawancara baik dengan

HRD Manager maupun dengan beberapa pekerja, maka diketahui bahwa tidak

terdapat pekerja anak dengan usia di bawah 18 tahun di PT. Taruna Kusuma

Purinusa.

14. Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Anak

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 42

Page 43: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat Pekerja Anak, sehingga tidak

ditemukan adanya bentuk-bentuk pekerjaan terburut anak.

15. Norma Perlindungan Pekerja Perempuan

Dari hasil pemeriksaan di Perusahaan dan hasil wawancara diperoleh fakta –

fakta berkaitan dengan Norma perlindungan Pekerja Perempuan sebagai berikut:

a. Dari hasil wawancara dengan bagian HRD diketahui jumlah tenaga kerja

perempuan sebanyak 224 orang dari jumlah pekerja total 419 orang.

b. 20 orang pekerja perempuan berstatus sebagai pekerja tetap dan 204 orang

berstatus sebagai pekerja dengan PKWT, dimana mereka dipekerjakan di

semua bagian.

c. Upah bulanan pekerja perempuan a.n Dominica Magdalena (pekerja pada

bagian produksi) yang meliputi :

Gaji pokok : Rp. 1.051.000,-

(Sudah memenuhi UMK Kab. Semarang tahun 2013 yaitu sebesar Rp

1.051.000,-)

d. Tidak ada perbedaan upah antara pekerja pria dengan pekerja perempuan

e. Waktu kerja tenaga kerja perempuan :

1. Pekerja Non Shift (Bagian Administrasi)

Senin s/d Sabtu = (08.00 – 11.30) + (12.30 – 15.30)

Istirahat antar jam kerja 1 jam (11.30 s/d 12.30)

Istirahat Mingguan = Minggu

2. Pekerja Shift

Bagian Produksi

6 hari kerja 1 hari off

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 43

Page 44: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Shift I : 06.00 s/d 14.00

Shift II : 14.00 s/d 22.00

Shift III : 22.00 s/d 06.00

Istirahat antar jam kerja adalah 1 jam secara bergantian.

Istirahat Mingguan = Minggu

3. Perempuan bekerja pada ketiga Shift

f. Diberikan cuti bagi pekerja perempuan, meliputi :

- Istirahat mingguan 1 hari yaitu hari Minggu

- Istirahat tahunan 12 hari kerja setelah kerja 12 bulan berturut-turut

- Istirahat hamil dan melahirkan 1,5 bulan sebelum dan 1,5 sesudah

melahirkan

- Gugur kandungan 1,5 bulan setelah mengalami gugur Kandungan atau

menurut keterangan dokter

g. Upah selama cuti dibayar penuh

h. Pekerja perempuan yang masih menyusui anaknya diberikan kesempatan

sepatutnya untuk menyusui anaknya .

i. Tidak disediakan pojok menyusui atau ruang laktasi.

j. Bagi perempuan yang bekerja di malam hari tidak diberikan makanan extra

sebesar 1400 kalori.

16. Pengawasan Sarana dan Fasilitas K3

Berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara wawancara maupun visual didapatkan

data-data sebagai berikut :

a. Di perusahaan tidak terlihat adanya Lembaran Undang-undang No. 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 44

Page 45: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

b. Gambar-gambar ataupun rambu-rambu K3 telah terpasang dengan

baik di PT. Taruna Kusuma Purinusa, dimana pemasangan sudah

pada posisi yang mudah terbaca dan terlihat oleh seluruh pekerja, dan

pemasangannya telah sesuai dengan sumber bahaya yang ada.

c. Penerangan di tempat kerja baik di kantor maupun di bagian produksi

belum dapat dikatakan sesuai ataupun tidak sesuai dikarenakan belum

pernah dilakukan Uji Penerangan di tempat kerja.

d. Syarat-syarat kebersihan di PT. Taruna Kusuma Purinusa telah

terpenuhi dengan baik, dimana :

1. Cubic Space : sudah memenuhi (Melebihi 10 M3 per orang)

2. Ruang gerak : sudah memenuhi (Melebihi 2 M2 per orang)

3. Toilet

Toilet yang terdapat di Perusahaan dengan jumlah tenaga kerja

419 orang dengan 3 shift kerja tersedia masing – masing 20 buah

toilet untuk Pekerja laki – laki dan Pekerja Perempuan. Toilet

terpisah antara pria dan wanita, dan toilet terlihat bersih serta

memiliki pintu yang dapat ditutup.

4. Tempat cuci muka/tangan : ada

5. Ruang istirahat bagi tenaga kerja wanita : ada

6. Ruang ganti pakaian bagi tenaga kerja yang harus berganti

pakaian : ada

7. Loker bagi Tenaga Kerja yang harus berganti pakaian : ada

8. Kebersihan bangunan secara umum

a. Lantai terlihat bersih dan tidak licin.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 45

Page 46: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

b. Dinding terlihat terang dan bersih dan dalam keadaan

terpelihara

c. Platform/atap terlihat bersih dan dalam keadaan terpelihara

9. Tutup pengaman pada selokan yang memotong halaman :

tertutup dengan aman

10. Wastafel/tempat pembuangan ludah : ada di toilet

11. Tempat pembuangan sampah/limbah :Menggunakan Instalasi

Pengelolaan Limbah

12. Luas Jendela sudah mencukupi untuk keluar masuknya/peredaran

udara. Bagi ruangan yang tidak memiliki jendela dipasang AC

dan alat ventilasi.

13. Tinggi dinding ruangan : sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.

e. Terdapat tempat makan untuk pekerja.

f. Perusahaan dalam proses produksinya menghasilkan Limbah baik

limbah cair maupun limbah padat, dimana proses pengolahan limbah

telah ada menggunakan sistem Instalasi Pengelolaan Limbah (IPAL)

g. Perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) secara cuma-

cuma untuk pekerjanya yang telah disesuaikan dengan tempat kerja

dan sumber bahayanya.

h. Adapun Alat Pelindung Diri yang telah disediakan oleh perusahaan

adalah sebagai berikut :

a. Masker

b. Helmet

c. Safety Shoes

d. Appron

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 46

Page 47: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

e. Topi

f. Kacamata

i. APD yang digunakan telah memiliki Sertifikat Nasional Indonesia

(SNI)

j. Banyak pekerja tidak menggunakan APD yang telah diberikan dengan

alasan kurang nyaman.

17. Pengawasan Norma Kelembagaan dan Keahlian K3

Fakta-fakta yang didapatkan dari hasil wawancara dan melihat dokumen

mengenai Kelembagaan dan Keahlian K3 adalah sebagai berikut :

a. PT. Taruna Kusuma Purinusa dengan jumlah tenaga kerja sebanyak

419 orang belum membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3)

b. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa belum ada tenaga kerja yang

memiliki SKP Ahli K3 Umum (AK3U)

18. Norma K3 Pesawat Uap

Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :

a. Terdapat 2 buah boiler dengan data sebagai berikut :

1. Jenis : Ketel Uap I

Data Umum

- No. Akte ijin : 678/702/2004

- Tanggal terbit : 17 Juni 2004

- Diterbitkan oleh : Disnakertrans Kab. Semarang

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 47

Page 48: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- Riksa Uji terakhir : 12 Mei 2004

- Pengawas KK yg memeriksa : Ir. Ichsan

- Kesimpulan hasil riksa uji terakhir : Semua alat – alat

perlengkapan dan indicator pressure gauge dapat bekerja

dengan baik dan secara konstruksi kondisi ketel uap

cukup baik tidak terdapat kelainan – kelainan yang

memberatkan

Data Teknis

- Merk : Aalborg

- No. Serie : 097A - AI

- Buatan : PT. Aalborg Industries

- Wp : 10 kg/cm2

- Hs : 97.2 m2

- Kapasitas : 5 T/J

Perusahaan sudah mengajukan permohonan untuk dilakukan

riksa uji berkala, dan riksa uji berkala akan dilakukan pada

tanggal 14 Mei 2013

2. Jenis : Ketel Uap II

Data Teknis

- Jenis : Boiler

- Merk : Ygnis

- Pembuat : PT. Grand Kartech

- Negara : Indonesia (Under Switzerland License)

- Wp : 6 kg/cm2

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 48

Page 49: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- HS : 2,3 m2

- CAR : 55 Kw

- S/N : PY55/05-01

- Tahun : Nov 2009

- WP X HS = 6 X 2,3 = 13,8 ( > 0.2) Wajib akte ijin

Belum mempunyai akte ijin.

b. Terdapat 2 buah Bejana uap dengan data teknis sebagai berikut :

1. Bejana Uap I

Data Teknis:

- Merk : -

- No. Serie : -

- Buatan : -

- Wp : 5 kg /cm2

- Vol : 235 liter

- Inside Diameter : 50 cm

- Vol X WP = 1175 ( > 600) wajib akte ijin

2. Bejana Uap II

Data Teknis:

- Merk : -

- No. Serie : -

- Buatan : -

- Wp : 5.5 kg/cm2

- Vol : 295 liter

- Inside Diameter : 50 cm

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 49

Page 50: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- Vol X WP = 1622,5 (>600) wajib akte ijin

Bejana uap tertutup plat sehingga tidak terlihat name

platenya

Bejana Uap belum memiliki Akte Ijin.

c. Operator Boiler dan Bejana Uap yaitu Sdr. Sismono (35 tahun), Sdr.

Sutrisman (32 tahun), Sdr. Rudi Setiawan (37 tahun ) dan Sdr. Yogi

(29 tahun) belum memiliki Sertifikat Operator Pesawat Uap.

19. Norma K3 Bejana Tekan

Fakta-fakta yang didapat berdasarkan pemeriksaan dokumen adalah sebagai

berikut :

a. Bejana Tekan

1. Jenis : Storage Tank

Data Umum dalam pengesahan pemakaian:

- No. Akte ijin : 6801/704/2004

- Tanggal terbit : 12 Mei 2004

- Diterbitkan oleh : Disosnakertrans Kab. Semarang

- Riksa Uji terakhir : 12 Mei 2004

- Pengawas KK yg memeriksa : Ir. Ichsan

- Kesimpulan hasil riksa uji terakhir : Semua alat – alat

perlengkapan dan indicator pressure gauge dapat bekerja

dengan baik dan secara konstruksi kondisi ketel uap

cukup baik tidak terdapat kelainan – kelainan yang

memberatkan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 50

Page 51: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Data Teknis Dalam Pengesahan Pemakaian:

- Merk : Samjin

- No. Serie : SH - 03011

- Buatan : Samjin Eng Co.Ltd

- Negara : Korea

- Wp : 18 kg/cm2

- Volume : 70.604 Liter/30 Ton

- Isi : LPG

- Tipe : Horizontal Static Tank

Riksa Uji terakhir dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 dan

dilakukan oleh PT. Dharma Trikarya dengan AK3 Penguji

An. Ir. Sarwono, MM, hasil masih belum diketahui.

20. Norma K3 Pesawat Tenaga dan Produksi

a. Terdapat 2 (dua) buah Motor Diesel (Genset) yang digunakan oleh PT.

Taruna Kusuma Purinusa dengan data teknis sebagai berikut :

1) Motor Diesel (Genset) I

Data Teknis :

- Nama Pabrik pembuat : Caterpillar

- Negara pabrik pembuat : USA

- Tahun pembuatan : 2002

- Nomor seri : CAT 00000 HFDN 00699

- Model/Type : 4 Tak

- Daya :2133 HP

- Frekuensi : 50 Hz

- Putaran / silinder :1500 rpm/16 Silinder

- Bahan bakar : Solar

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 51

Page 52: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

2) Motor Diesel (Genset) II

Data Teknis :

- Nama Pabrik pembuat : Deutz. AG

- Negara pabrik pembuat : Germany

- Tahun pembuatan : 2007

- Nomor seri : 1044507

- Model/Type : 4 Tak

- Daya :180 HP

- Frekuensi : 50 Hz

- Putaran / silinder :1500 rpm/12 buah

- Bahan bakar : Solar

b. 2 unit motor diesel tersebut belum memiliki pengesahan pemakaian

c. Motor Diesel tersebut dioperasikan oleh pekerja bernama Suliono dan Aska

yang belum memiliki Lisensi K3

d. Motor Diesel diletakkan di tempat yang baik dan terkunci

e. Bagian yang bergerak dan berbahaya telah dilengkapi dengan Alat

perlindungan berupa tutup pengaman, sangkar pengaman, maupun pagar

pengaman.

f. Knalpot dengan setinggi 2 meter telah disalut dengan timah putih.

g. Ujung knalpot telah diarahkan ke luar ruangan Genset

21. Norma K3 Pesawat Angkat dan Angkut

Fakta-fakta yang didapat berkaitan dengan Pesawat Angkat dan Angkut adalah

sebagai berikut :

a. Ditemukan 3 Unit Forklift dengan data teknis sebagai berikut:

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 52

Page 53: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

1. Forklift 1:

Merk : Toyota

Negara : Jepang

Tahun : 2003

No. Serie : 60 – 7FD30 – 13654

Penggerak : Mesin Diesel

Kapasitas : 3000 Kg

Tinggi Angkat : 300 cm

2. Forklift 2:

Merk : Toyota

Negara : Jepang

Tahun : 2003

No. Serie : 60 – 7FD30 – 13800

Penggerak : Mesin Diesel

Kapasitas : 3000 Kg

Tinggi Angkat : 300 cm

3. Forklift 3:

Merk : Toyota

Negara : Jepang

Tahun : 2003

No. Serie : 60 – 7FD30 – 14669

Penggerak : Mesin Diesel

Kapasitas : 3000 Kg

Tinggi Angkat : 300 cm

b. Tipe : Overhead Crane

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 53

Page 54: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Pabrik : KCL Hoists Corp.

Tahun : 1997

Kapasitas : 8000 kg

Kecepatan : Low 0,8 m/min – High 5 m/Min

Tinggi Angkat : 12,5 m

Penggerak : Motor Listrik

Kekuatan Motor : 7,95 Kw

Perusahaan sudah mengajukan permohonan untuk pengesahan pemakaian

Pesawat Angkat dan Angkut untuk No. Seri 60 – 7FD30 – 13654, 60 –

7FD30 – 13800 dan 60 – 7FD30 – 13800 dan Overhead Crane dengan

kapasitas 8000 kg dan akan dilakukan riksa uji untuk penerbitan

pengesahan pemakaian pada tanggal 14 Mei 2013

c. Operator Forklift: Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th),

Ristiono (29 th) , Operator Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31

th) belum memiliki Lisensi K3 dan Buku Kerja

d. Perusahaan memiliki Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru

Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th) dan Wisnu B (32 th) belum

memiliki sertifikat dan Buku Kerja

22. Norma K3 Instalasi Listrik

Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :

a. Data Teknis Instalasi Listrik:

1. Daya 1200 kVA

2. Voltase 220 V/380 V

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 54

Page 55: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

3. Sumber : a. dari PLN

b. dari Motor Diesel

Instalasi Listrik belum memiliki pengesahan penggunaan, akan tetapi

Perusahaan sudah mengajukan permohonan untuk Pengesahan Penggunaan

Instalasi Listrik dan akan dilakukan riksa uji pada tanggal 14 Mei 2013 oleh

PT. Dharma Trikarya dengan AK3 Spesialis Listrik An. Ir. Sarwono, MM,

hasil masih belum diketahui.

b. Teknisi instalatir listrik yaitu Sdr. Anang Hari Indarto (35 tahun) belum

memiliki Sertifikat/Lisensi K3

23. Norma K3 Instalasi Penyalur Petir

Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :

Jenis Instalasi Penyalur Petir I

Data Umum dalam Pengesahan Penggunaan

- Nomor : 605/1300/2005

- Tgl. Terbit : 26 Oktober 2005

- Instansi penerbit : Disnakertrans Kab. Semarang

- Riksa uji terakhir :

- Tgl. : 21 Oktober 2005

- Oleh : Sutijono, BE

- Perusahaan Penguji : CV. Prima Dinamika Abadi

Data teknis penyalur petir

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 55

Page 56: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- Jenis : Electrostatic (Cirprotec Nimbus

CPT – 3)

- Negara Pembuat : Spanyol

- Jenis penghantar turunan : NYY 1 x 70 mm

- Jenis elektroda bumi / ukuran : Copper rod 5/8” dan BC 50 mm2

- Lampiran dalam Pengesahan Penggunaan Penyalur Petir:

- Gambar Instalasi Penyalur Petir : ada

Jenis Instalasi Penyalur Petir II

Data Umum dalam Pengesahan Penggunaan:

- Nomor : 605/1301/2005

- Tgl. Terbit : 26 Oktober 2005

- Instansi penerbit : Disnakertrans Kab. Semarang

- Riksa uji terakhir :

- Tgl. : 21 Oktober 2005

- Oleh : Sutijono, BE

- Perusahaan Penguji : CV. Prima Dinamika Abadi

Data teknis penyalur petir

- Jenis : Electrostatic (Cirprotec Nimbus

CPT – 3)

- Negara Pembuat : Spanyol

- Jenis penghantar turunan : NYY 1 x 70 mm

- Jenis elektroda bumi / ukuran : Copper rod 5/8” dan BC 50 mm2

- Lampiran dalam Pengesahan Penggunaan Penyalur Petir:

- Gambar Instalasi Penyalur Petir : ada

Jenis Instalasi Penyalur Petir III

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 56

Page 57: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Data Umum dalam Pengesahan Penggunaan:

- Nomor : 605/1298/2005

- Tgl. Terbit : 26 Oktober 2005

- Instansi penerbit : Disnakertrans Kab. Semarang

- Riksa uji terakhir :

- Tgl. : 21 Oktober 2005

- Oleh : Sutijono, BE

- Perusahaan Penguji : CV. Prima Dinamika Abadi

Data teknis penyalur petir

- Jenis : Electrostatic (Cirprotec Nimbus

CPT – 3)

- Negara Pembuat : Spanyol

- Jenis penghantar turunan : NYY 1 x 70 mm

- Jenis elektroda bumi / ukuran : Copper rod 5/8” dan BC 50 mm2

- Lampiran dalam Pengesahan Penggunaan Penyalur Petir:

- Gambar Instalasi Penyalur Petir : ada

3 Instalasi Penyalur Petir tersebut belum pernah dilakukan riksa uji berkala.

24. Norma K3 Lift

PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak menggunakan Lift dalam proses produksinya,

sehingga tidak ada fakta-fakta berkaitan dengan Lift yang didapat.

25. Norma K3 Sarana Penanggulangan Kebakaran

Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut

a. Data Teknis APAR. :

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 57

Page 58: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

1. Jenis APAR: :

a. Dry Chemical Powder : 34 buah

b. Foam : 8 buah

2. Klasifikasi kebakaran : Potensi Bahaya Berat

3. Merk: :

a. Merk : Gunebo

b. Negara/Pabrik Pembuat : Indonesia/Indolok

c. Media APAR : ABC Powder

d. Merk : Gunebo

e. Negara/Pabrik Pembuat : Indonesia/Indolok

f. Media APAR : Foam

4. Tanggal kadaluarsa : 17 September 2013

5. Tinggi penempatan APAR : puncak APAR 120 cm dari lantai

6. Lokasi penempatan : semua ruangan

7. Jarak antar APAR : Lebih dari 15 meter

8. Warna segitiga tanda pemasangan APAR : tidak ada

9. Ukuran segitiga tanda pemasangan APAR : tidak ada

10. Jarak puncak APAR dengan segitiga tanda pemasangan : tidak ada

11. APAR belum pernah dilakukan riksa uji

b. Petugas Unit Penanggulangan Kebakaran

1. Petugas peran kebakaran tidak ada

2. Regu penanggulangan kebakaran tidak ada

3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran tidak ada

4. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran tidak ada

c. Hydrant

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 58

Page 59: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

- Tidak ditemukan adanya Hidrant

d. Jalur Evakuasi

- Tanda panah evakuasi : Ada

- Titik kumpul : Ada , di halaman parkir depan

e. Pintu Darurat :

- Semua ruangan memiliki pintu darurat

f. Gladi Penanggulangan Kebakaran

- Berdasarkan wawancara dengan Manager Personalia, Frans Toisuta, telah

dilakukan gladi penanggulangan kebakaran untuk para satpam yang

dilakukan oleh Bromindo (Suplier APAR) setiap tahunnya.

- Dokumentasi gladi penanggulangan kebakaran = tidak ada

g. Perusahaan tidak memiliki Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik

26. Norma K3 Konstruksi Bangunan

Tidak ada proyek Konstruksi Bangunan di perusahaan sehingga tidak ditemukan

fakta-fakta yang berkaitan dengan konstruksi bangunan

27. Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja

Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan belum melakukan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

Sendiri secara menyeluruh

b. Perusahaan tidak memiliki dokter penanggung jawab, dokter

perusahaan dan paramedis karena tidak memiliki klinik

c. Perusahaan tidak pernah melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan

kerja di tempat kerjanya.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 59

Page 60: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

d. Tenaga kerja di perusahaan belum pernah mengikuti pelatihan P3K

e. Di perusahaan terdapat Kotak P3K akan tetapi belum memenuhi

klasifikasi jenis A, B maupun C dan perusahaan tidak memiliki

Petugas P3K

f. Fasilitas P3K tidak ada di perusahaan

28. Norma Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja

a. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dimasukkan dalam program

JPK Jamsostek

b. Di perusahaan belum pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan tenaga

kerja sebelum bekerja

c. Perusahaan tidak memiliki dokumen rencana dilakukannya

pemeriksaan kesehatan awal, Berkala dan khusus

d. Perusahaan telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

setiap 1 tahun sekali . Pemeriksaan berkala terakhir dilakukan pada

tanggal 8 November 2012 dengan menggunakan pihak ketiga.

e. Perusahaan tidak memiliki dokter pemeriksa untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan sendiri

f. Tidak ada terjadi Penyakit Akibat Kerja di perusahaan

g. Perusahaan tidak menyediakan kantin bagi pekerjanya, akan tetapi

menyediakan tempat makan yang sudah memenuhi persyaratan.

h. Perusahaan menggunakan air minum dari Air PDAM, sehingga tidak

melakukan pengujian air minum dan tidak memiliki rekomendasi

penggunaan air minum.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 60

Page 61: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

29. Penerapan Norma Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Menular di Tempat Kerja

Dalam upaya pemerintah melakukan upaya aktif mencegah dan menanggulangi

HIV dan AIDS serta P4GN, maka dilakukan pendekatan kepada lingkungan kerja

swasta. Dari hasil pemeriksaan didapatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan hal

tersebut sebagai berikut :

a. Tidak ditemukan brosur, spanduk, poster dan pamflet yang berkaitan

dengan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS,

P4GN di tempat kerja

b. Tidak pernah dilakukan sosialisasi kepada pekerja mengenai upaya

pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, P4GN di tempat

kerja.

30. Norma K3 Lingkungan Kerja

Dari pemeriksaan yang berkaitan dengan lingkungan kerja didapatkan data-data

sebagai berikut :

a. Kebisingan diperkirakan terjadi di ruang genset, sehingga pekerja yang

terpajan adalah operator genset atau orang lain yang berada di ruangan

tersebut.

Perusahaan belum menyediakan APD untuk operator genset berupa ear

plug.

b. Iklim Kerja (head Stress)

Tekanan panas yang diperkirakan melebihi NAB adalah yang

bersumber dari genset.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 61

Page 62: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

c. Getaran : Tidak terdapat pekerja yang terpajan pada lengan dan tangan

akibat getaran.

d. Radiasi ultra violet : Tidak terdapat radiasi sinar UV yang melebihi

ambang batas (NAB).

e. Debu : Diperkirakan debu yang ada di udara lingkungan kerja tidak

melebihi NAB.

Perusahaan belum pernah melakukan pengujian faktor fisika di tempat

kerja.

31. Norma K3 Bahan Berbahaya

Di perusahaan digunakan bahan kimia untuk proses produksinya. Adapun fakta-

fakta yang didapat adalah sebagai berikut :

a. Data Bahan Kimia :

Jenis Bahan Kimia : Causatic Soda

Jumlah Bahan Kimia : 16 M3 (Tidak melebihi NAK)

Wadah Penyimpanan : Tangki Penyimpan

LDKB disekitar wadah: Ada

Label : Ada

NAK : 40 ton

b. Perusahaan menggunakan bahan kimia dalam proses produksinya, akan

tetapi tidak memiliki petugas K3 Kimia

c. Perusahaan belum pernah melakukan pengujian faktor kimia di udara

lingkungan kerja dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 62

Page 63: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

d. Dari hasil tinjauan lapangan dapat disimpulkan bahwa PT. Taruna

Kusuma Purinusa merupakan perusahaan yang memiliki potensi

bahaya menengah.

32. Norma Penerapan SMK3

Dari Pemeriksaan didapatkan fakta-fakta yang didapat sebagai berikut :

a. Di perusahaan belum terpasang lembar kebijakan K3

b. Perusahaan belum pernah melaksanakan Audit Internal SMK3

c. Perusahaan belum pernah melaksanakan Audit External SMK3

d. Dari pemeriksaan dokumen K3, dokumen-dokumen yang diminta terarsip

dengan baik.

e. Perusahaan sudah membuat prosedur kerja (SOP) yang dipasang pada tiap-

tiap bagian dan tiap-tiap alat peralatan K3

f. Perusahaan belum memiliki sertifikat yang berkaitan dengan keahlian

personil K3

g. Perusahaan telah memiliki beberapa dokumen perijinan K3 dari peralatan

K3 yang dimiliki.

Dari beberapa parameter diatas, PT. Taruna Kusuma Purinusa telah

melaksanakan sebagian kecil dari Penerapan SMK3.

33. Analisa Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

a. Teknik Penyelidikan dan Analisis Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja/PAK

Di tempat kerja telah terjadi kecelakaan kerja pada tenaga kerja, yang

kemudian dilakukan analisa sebagai berikut :

1. Nama Korban : Arif Al Hakim

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 63

Page 64: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Umur : 19 tahun

2. Waktu dan tempat terjadinya kecelakaan

Hari/tanggal : Jum’at/23 November 2013

Pukul : 09.45

Tempat : Bagian Produksi

3. Akibat Kecelakaan :

Pekerja an Arif Al Hakim, umur 19 tahun, dimana ruas jari tangan kiri

(jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) terjepit pisau datar sehingga

menyebabkan terpotong

4. Potensi Bahaya ditempat kerja :

- Bagian tubuh masuk ke pisau pemotong pada mesin cutting dan

bisa mengakibatkan terpotong

- Bagian tubuh dapat masuk ke dalam mesin press

5. Pengendalian yang dilakukan terhadap bahaya yang ditimbulkan dari

pekerjaan di tempat kerja oleh perusahaan adalah:

a. Pada alat pemotong ada plat standar bawaan pabrik pembuat yang

mencegah jari masuk ke pisau pemotong.

b. Ditempelkan SOP pada setiap alat

c. Memberikan APD kepada pekerja (masker dan topi)

6. Kecelakaan kerja tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang

dikarenakan korban belum diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek

34. Pelaporan dan Statistik Kecelakaan Kerja

Fakta-fakta yang didapat adalah bahwa terjadi kecelakaan kerja an. Arif Al

Hakim (19 tahun) yang mengakibatkan cacat tetap sebagian, dan ybs sementara

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 64

Page 65: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

tidak masuk bekerja (STMB), akan tetapi tidak dilaporkan ke Disosnakertrans

Kab. Semarang.

5. MASALAH

Dari fakta-fakta yang didapatkan pada saat pemeriksaan, ternyata ditemukan beberapa

masalah yang terjadi di perusahaan dan belum memenuhi peraturan perundang-

undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Adapun masalah-masalah tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Lembur Security hanya dihitung 7 jam, dari seharusnya 8 jam, karena jam

istirahat selama 1 jam tidak dihitung sebagai jam lembur

2. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan dalam PKWT adalah termasuk dalam

pekerjaan yang bersifat tetap atau terus menerus.

3. Upah yang didaftarkan ke dalam kepesertaan Jamsostek bagi semua pekerja

adalah UMK yang berlaku di Kab. Semarang tahun 2013 yaitu Rp. 1.051.000,00

sehingga terjadi PDS Upah dalam kepesertaan Jamsostek;

4. Dari jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, diketahui bahwa 4 orang belum

diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga terjadi PDS TK dalam

kepesertaan Jamsostek;

5. Terjadi kecelakaan kerja pada an. Arif Al Hakim yang belum diikutsertakan

dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga Jaminan Kecelakaan Kerja harus

ditanggung perusahaan, akan tetapi perusahaan belum membayarkan Santunan

kecelakaan kerja tersebut;

6. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat penempatan tenaga kerja cacat;

7. Pekerja Perempuan yang berkerja malam hari tidak diberikan makanan dan

minuman bergizi berupa makanan dan minuman extra.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 65

Page 66: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

8. Perusahaan tidak menyediakan pojok laktasi;

9. Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja belum

terpasang di tempat kerja Perusahaan Saudara;

10. PT. Taruna Kusuma Purinusa belum pernah melakukan uji penerangan di tempat

kerja;

11. Perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, akan tetapi belum

membentuk P2K3;

12. Perusahaan belum memiliki Ahli K3 Umum;

13. Terdapat 2 Bejana uap dengan Wp. 5 km/cm2 dan 5.5 kg/cm2, name plate tidak

ada, dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 belum

memiliki akte ijin dan belum pernah dilakukan riksa uji;

14. Empat orang operator pesawat uap belum memiliki sertifikat operator yang

diterbitkan Menaker atau pejabat yang ditunjuk;

15. Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan

Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 belum memiliki pengesahan pemakaian;

16. Operator Mesin Diesel/Genset an. Aska (36 th) dan Sulistiono (39 th) belum

memiliki Lisensi K3;

17. Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono (29 th) , Operator

Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) belum memiliki Lisensi K3 dan

Buku Kerja;

18. Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th)

dan Wisnu B (32 th) belum memiliki sertifikat dan Buku Kerja;

19. Teknisi Listrik yang dimiliki belum memiliki sertifikat (tidak memenuhi

Kepdirjen PHIPK No. Kep.311/BW/2002 Dalam Penetapan Poin 2 huruf A,

tentang Kompetensi Teknisi Listrik);

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 66

Page 67: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

20. 3 unit Instalasi Penyalur Petir jenis Elektrostatic belum pernah dilakukan riksa uji

berkala sejak pemasangan pada tanggal 26 Oktober 2005;

21. Perusahaan tidak memiliki Instalasi alarm kebakaran otomatik;

22. Tidak ada tanda-tanda pemasangan APAR;

23. Perusahaan belum memiliki dokumen perencanaan tanggap darurat;

24. Perusahaan tidak memiliki unit penanggulangan kebakaran:

a. Petugas Peran Kebakaran ;

b. Regu Penanggulangan Kebakaran ;

c. Koordinator Penanggulangan Kebakaran;

25. Perusahaan melakukan penyelenggaraan kesehatan di tempat kerja namun belum

menyeluruh;

26. Perusahaan tidak melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan kerja ke

Disosnakertrans Kab. Semarang ;

27. Perusahaan belum menunjuk Petugas P3K

28. Belum memiliki Fasilitas P3K di tempat kerja;

29. Tenaga Kerja belum pernah mengikuti Pelatihan P3K ;

30. Perusahaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerjanya secara awal

dan khusus;

31. Perusahaan belum melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi

P4GN di tempat kerja;

32. Perusahaan belum melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan

AIDS di tempat kerja;

33. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;

34. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor kimia di udara lingkungan kerja

dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 67

Page 68: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

35. Perusahaan belum memiliki petugas K3 Kimia;

36. Perusahaan baru menerapkan sebagian kecil dari Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja;

37. Perusahaan tidak melaporkan terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja ke

Disosnakertrans Kab. Semarang ;

38. Terdapat kecelakaan kerja dimana pekerja tersebut sementara tidak masuk

bekerja (STMB) yang tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang.

BAB III

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

A. ANALISIS

Setelah dilakukan identifikasi terhadap masalah yang ada di PT. Taruna Kusuma

Purinusa, maka dilakukan analisis berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku :

1. Lembur Satpam adalah termasuk jam istirahatnya, adapun Jam lembur Satpam

yang diberlakukan di PT. Taruna Kusuma Purinusa ternyata tidak menghitung

waktu istirahat sebagai jam lembur, sehinggga terjadi ketidaksesuaian

perhitungan upah lembur yang dibayarkan dengan ketentuan di mana jam istirahat

Satpam tidak dianggap termasuk jam lembur, sehingga terjadi kekurangan upah

lembur sebesar 1 jam kerja. Upah lembur yang sesuai merupakan hak dari pekerja

sebagai kompensasi atas hilangnya waktu bersama keluarga dan rekreasi

dikarenakan harus melaksanakan pekerjaan ekstra yang diperintahkan atasan.

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 78 ayat (2) Jo. SKB Menakertrans

dan Kapolri No. Kep – 275/Men/1989, bagian 1 bahwa “Memberlakukan aturan

jam kerja termasuk waktu istirahat bagi Tenaga Kerja Satpam di lingkungan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 68

Page 69: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Perusahaan dan Badan Hukum lainnya menjadi tiga shift di mana setiap shift

bertugas delapan jam sehari”.

2. PKWT adalah perjanjian kerja yang dilakukan dalam waktu tertentu dan untuk

pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan

selesai dalam waktu tertentu. Adapun di PT. Taruna Kusuma Purinusa, PKWT

diperjanjikan untuk pekerja di bagian produksi dan satpam. Perusahaan mem-

PKWT-kan pekerja tersebut dengan alasan untuk melakukan evaluasi dari pekerja

setiap tahunnya. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan dalam PKWT di PT. Taruna

Kusuma Purinusa adalah termasuk dalam pekerjaan yang bersifat tetap atau terus

menerus;

Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal 59 ayat (1), (2) dan (7)

bahwa ” Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk

pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan

selesai dalam waktu tertentu yaitu :

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya.

b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu tidak terlalu

lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.

c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau

d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru atau produk tambahan

yang masih dalam percobaan atau penjajagan.

Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan

yang bersifat tetap dan Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak

memenuhi ketentuan maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak

tertentu.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 69

Page 70: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Sesuai dengan ketentuan tersebut diatas, maka PKWT tersebut apabila tidak

sesuai dengan ketentuan maka batal demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu

tidak tertentu (PKWTT).

3. Upah yang didaftarkan ke dalam kepesertaan Jamsostek bagi semua pekerja

adalah UMK yang berlaku di Kab. Semarang tahun 2013 yaitu Rp. 1.051.000,00

sehingga terjadi PDS Upah dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga upah yang

dibayarkan bukanlah upah riil dari pekerja.

Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja pasal 18 ayat (4) bahwa “Apabila pengusaha dalam menyampaikan data

terbukti tidak benar,sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran jaminan

kepada tenaga kerja, maka pengusaha wajib memenuhi kekurangan jaminan

tersebut.”

Kekurangan jumlah upah yang dilaporkan untuk kepesertaan Jamsostek

merupakan hak dari pekerja, sehingga itu akan mempengaruhi terjadinya

kekurangan dalam pemberian kompensasi manfaat Jamsostek. Hal tersebut akan

merugikan pekerja sehingga perusahaan harus membayarkan kekurangannya.

Agar tidak terjadi kerugian baik dari pihak pengusaha maupun pekerja, maka

upah yang didaftarkan ke Jamsostek harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam

bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang

hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang

dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua

dan meninggal dunia. Perusahaan mengikutkan pekerjanya dalam program

Jamsostek yaitu JK, JHT, JKK dan JPK. Dari jumlah tenaga kerja sebanyak 419

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 70

Page 71: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

orang, diketahui bahwa 4 orang belum diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek,

sehingga terjadi PDS TK dalam kepesertaan Jamsostek dengan alasan bahwa

keempat pekerja tersebut adalah top management di perusahaan tersebut.

Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal 3

ayat (2) dan pasal 4 ayat (1) Jo Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 pasal

2 ayat (3) bahwa ” Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10

(sepuluh) orang atau lebih atau membayar upah paling sedikit Rp. 1.000.000

(Satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikutsertakan seluruh tenaga kerjanya

dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang terdiri dari Jaminan

Kecelakaan, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan.”

5. Terjadi kecelakaan kerja pada an. Arif Al Hakim yang belum diikutsertakan

dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga Jaminan Kecelakaan Kerja harus

ditanggung perusahaan, akan tetapi perusahaan belum membayarkan Santunan

kecelakaan kerja tersebut;

Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja pasal 18 ayat (3) Jo Permenaker No. Per-04/Men/1993 tentang Jaminan

Kecelakaan Kerja pasal 5 ayat (1) bahwa “Apabila pengusaha dalam

menyampaikan data terbukti tidak benar, sehingga mengakibatkan ada tenaga

kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial tenagakerja,

maka pengusaha wajib memberikan hak-hak tenaga kerja sesuai dengan

ketentuan Undang-undang ini, dan Pengusaha wajib memberikan Jaminan

Kecelakaan Kerja kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja.”

6. Pemerintah mengatur mengenai penyandang cacat, dimana perusahaan harus

memberikan kesempatan pekerjaan yang sama kepada penyandang cacat. Di

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 71

Page 72: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Hotel PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak mempekerjakan penyandang cacat ,

karena banyaknya keterbatasan yang dimiliki penyandang cacat sedangkan

pekerjaan di PT. Taruna Kusuma Purinusa memerlukan skill dan kelincahan.

Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 5, pasal 19, pasal 31 dan

pasal 67, Jo. Undang-Undang No.4 Tahun 1997 pasal 13, pasal 14, pasal 27 Jo.

PP No.43 Tahun 1998 pasal 26, pasal 27, pasal 28 dan pasal 29, bahwa

”Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang sama kepada tenaga kerja

penyandang cacat dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang

penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan

sebagai pekerja pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja

perusahaannya tersebut.”

7. Pekerja Perempuan yang berkerja malam hari tidak diberikan makanan dan

minuman bergizi berupa makanan dan minuman extra. Hal tersebut berkaitan

dengan perlindungan kepada fungsi reproduksi perempuan, sehingga diberikan

perlindungan kepada perempuan terutama yang bekerja di malam hari.

Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal

76 ayat (3) bahwa Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan

antara pukul 23.00 sampaidengan pukul 07.00 wajib :

a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan

b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

8. Perusahaan yang mempekerjakan pekerja perempuan harus memberikan

perlindungan terhadapnya terutama yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya.

Bagi pekerja wanita yang masih menyusui anaknya, di perusahaan diberikan

kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya. Akan tetapi perusahaan tidak

menyediakan ruang menyusui di perusahaan (pojok laktasi), hal itu disebabkan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 72

Page 73: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

karena perusahaan menganggap bahwa pojok laktasi tidak terlalu diperlukan di

perusahaan.

Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal

83 bahwa ”Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi

kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan

selama waktu kerja”.

9. Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja belum

terpasang di tempat kerja PT. Taruna Kusuma Purinusa

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 14 huruf a bahwa ”Pengurus wajib secara tertulis menempatkan dalam

tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja dan UU No. 1

Tahun 1970 dan peraturan pelaksanaannya pada tempat-tempat kerja yang

mudah dilihat dan terbaca.”

Dalam kaitannya dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka

perusahaan harus menerapkan syarat-syarat yang berkaitan dengan keselamatan

dan kesehatan kerja tersebut. Agar Undang-undang keselamatan kerja dikenal

oleh pekerja maka perlu dilakukan upaya-upaya pengenalan salah satunya dengan

menempelkan syarat-syarat keselamatan kerja, Undang-undang No. 1 Tahun 1970

dan peraturan pelaksanaan lainnya yang berkaitan dengan tempat kerja.

10. PT. Taruna Kusuma Purinusa belum pernah melakukan uji penerangan di tempat

kerja;

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja pasal

3 ayat (1) huruf a Jo Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang

Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam tempat kerja pasal 14

bahwa”Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 73

Page 74: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan

umum (± 1 meter).

Apabila tidak dilakukan pengujian penerangan di tempat kerja, maka perusahaan

akan kesulitan mengetahui kadar penerangan yang aman buat mata, karena

apabila terjadi kesalahan dalam penentuan penerangan di tempat kerja akan

mengganggu kesehatan mata pekerja, selain itu mengurangi produktivitas dan

memperbesar potensi bahaya.

11. Perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, akan tetapi belum

membentuk P2K3;

Berdasarkan Undang-undang R.I. No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 10 Jo Permenaker No. Per-04/Men/1987 tentang Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli

Keselamatan Kerja pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa Setiap tempat kerja dengan

kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3, dan Tempat

kerja dimaksud ialah:

a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang

atau lebih;

b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari

100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang

mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,

keracunan dan penyinaran radioaktif.

Pembentukan P2K3 dimaksudkan agar perusahaan dalam pemenuhan peraturan

perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan K3 dapat berjalan dengan

maksimal. Ketua P2K3 harus dari pihak top management diharapkan agar dalam

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 74

Page 75: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah K3 dapat langsung

dilaksanakan tanpa menunggu prosedural kerja administrasi yang terlalu lama.

12. Dalam struktur organisasi P2K3 harus memiliki sekretaris yang mempunyai

sertifikat sebagai Ahli K3, dimana PT. Taruna Kusuma Purinusa belum memiliki

Ahli K3 Umum

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 10 Jo Permenaker No. Per-04/Men/1987 tentang Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli

Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (2) bahwa “Sekretaris P2K3 ialah ahli

Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.”

Tujuan persyartan Sekretaris P2K3 adalah seorang ahli K3 karena, Sekretaris

P2K3 juga berfungsi memberikan konsultasi kepada Pengusaha dan tata cara

kerja aman di Lingkungan Kerjanya, sehingga harus memiliki Pengetahuan dan

Skill K3 yang baik dengan dibuktikan telah mengikuti Pelatihan dan memiliki

sertifikat yang diakui oleh Pemerintah RI.

13. Terdapat 2 Bejana uap dengan Wp. 5 km/cm 2 dan 5.5 kg/cm 2 , name plate tidak

ada, dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm 2 belum

memiliki akte ijin dan belum pernah dilakukan riksa uji. Akte ijin diperlukan

untuk menentukan apakah pesawat uap tersebut sudah layak dan memenuhi

persyaratan K3 untuk dipergunakan dalam proses produksi, dikarenakan resiko

bahaya dari pesawat uap yang besar.

Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo.Undang-

undang Uap Tahun 1930 Pasal 6, bahwa “Dilarang untuk menjalankan atau

mempergunakan sesuatu pesawat uap dengan tidak mempunyai ijin”.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 75

Page 76: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

14. Empat orang operator pesawat uap belum memiliki sertifikat operator yang

diterbitkan Menaker atau pejabat yang ditunjuk. Pengurus diwajibkan untuk

memberikan pembinaan dan mempekerjakan tenaga kerja yang telah mengetahui

syarat-syarat keselamatan kerja terhadap peralatan yang digunakannya.

Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 9 ayat (2) huruf Jo.

Peraturan Uap Tahun 1930 Pasal 39 ayat (3), Jo. Permenaker

No.Per.01/Men/1988 pasal 3 angka (2,) Jo Permenaker RI No.

Per-04/MEN/1995 Tentang PJK3, bahwa “Operator ketel uap harus memiliki

keahlian dibuktikan dengan sertifikat dan memiliki SIO, Pelatihan Operator

Pesawat Uap dapat dilakukan pada Pelatihan yang diadakan oleh PJK.

Pesawat uap merupakan rangkaian mesin yang rumit dan memiliki resiko yang

cukup tinggi dalam pengoperasiannya, sehingga untuk menjalankannya

memerlukan rangkai prosedur yang harus dijalankan dengan cermat dan akurat,

dengan mengikuti pelatihan, diharapkan operator dapat memahami dan

menjalankan seluruh rangkaian prosedur kerja Pesawat uap yang aman dan

efisien.

15. Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan

Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 belum memiliki pengesahan pemakaian.

Permohonan pengesahan pemakaian Pesawat tenaga dan produksi harus dilampiri

dengan :

1. Gambar konstruksi dan instalasi

2. Sertifikat bahan

3. Cara kerja pesawat tenaga dan produksi

4. Gambar konstruksi alat perlindungan dan cara kerjanya

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 76

Page 77: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 3 ayat (1) huruf (a) Jo Permenaker No. 04/Men/1985 tentang Pesawat

Tenaga dan Produksi pasal 139 ayat (1) bahwa ”Setiap pemakaian pesawat

tenaga dan produksi harus mendapat pengesahan dari Direktur atau Pejabat

yang ditunjuknya,” dengan mengajukan permohonan secara tertulis sesuai

dengan ayat (2).

Dengan adanya Pengesahan pemakaian maka dapat diketahui bahwa Pesawat

tersebut aman dan layak digunakan di Wilayah RI.

16. Operator Mesin Diesel/Genset an. Aska (36 th) dan Sulistiono (39 th) belum

memiliki Lisensi K3.

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 Jo. UU

no. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (2) Jo Permenaker No.

Per-04/MEN/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi pasal 29 bahwa

”Operator Pesawat Tenaga dan Produksi harus memenuhi syarat-syarat

Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

Apabila mesin diesel tidak dioperasikan oleh operator yang memiliki kompetensi

K3 dalam bidang mesin diesel, maka penerapan mengenai K3 dan cara-cara

pengoperasian motor diesel/genset serta pengenalan mengenai potensi bahaya

yang terjadi belum optimal.

17. Pesawat angkut jenis forklift berjumlah 3 (tiga) unit belum memiliki Pengesahan

Pemakaian, berdasarkan Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) huruf (a) Jo Permenaker No. 05/Men/1985

tentang Pesawat Angkat dan Angkut Pasal 135 ayat (1) bahwa”Setiap

pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan, dan atau perbaikan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 77

Page 78: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

tehnis pesawat angkat dan angkut harus mendapat pengesahan dari Direktur

atau Pejabat yang ditunjuknya”.

Permohonan Pengesahan Pemakaian 3 (tiga) unit forklift tersebut harus dilampiri

dengan:

a. Gambar konstruksi dan instalasi listrik serta sistem pengamannya dengan skala

sedemikian rupa sehingga cukup jelas dan terang;

b. Sertifikat bahan dan sambungan – sambungan konstruksinya;

c. Perhitungan kekuatan konstruksi dari bagian – bagian yang penting.

Dengan adanya Pengesahan pemakaian maka dapat diketahui bahwa Pesawat

tersebut aman dan layak digunakan di Wilayah RI.

18. Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono (29 th) , Operator

Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) belum memiliki Lisensi K3 dan

Buku Kerja; Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo.

Permenaker No.Per.09/Men/VII/2010 Pasal 3 bahwa”Pengusaha atau Pengurus

dilarang mempekerjakan Operator dan/atau Petugas Pesawat Angkat dan Angkut

yang tidak memiliki Lisensi K3 dan Buku Kerja.

Pesawat angkat angkut harus dioperasikan oleh operator dan betugas yang

memiliki keterampilan yang memadai mengingat potensi bahaya yang dapat

timbul akibat pengoperasian pesawat angkat dan angkut yang tidak benar,

keterampilan itu harus dibuktikan dengan adanya SIO dan Lisensi K3 yang

menandakan bahwa operator dan petugas yang bersangkutan telah berhasil

mengikuti pendidikan dan uji kelayakan untuk mengoperasikan pesawat tersebut.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 78

Page 79: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

19. Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th)

dan Wisnu B (32 th) belum memiliki sertifikat dan Buku Kerja; Berdasarkan

Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo. Permenaker

No.Per.09/Men/VII/2010 Pasal 3 bahwa”Pengusaha atau Pengurus dilarang

mempekerjakan Operator dan/atau Petugas Pesawat Angkat dan Angkut yang

tidak memiliki Lisensi K3 dan Buku Kerja.

20. PT. Taruna Kusuma Purinusa memiliki Instalasi Listrik dengan daya 1200 kVa,

Teknisi Listriknya belum mempunyai sertifikat

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 Jo. UU

no. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (2) huruf c

Kepmenaker No. Kep-75/MEN/2002 tentang Pemberlakuaan Standar Nasional

Indonesia (SNI) Nomor : SNI-04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum

Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1) Jo PUIL

2000 Bagian 9.5.3.1 Jo Keputusan Dirjen PHI dan Wasnaker No.

Kep.311/BW/2002 tentang Sertifikat Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Teknisi Listrik bahwa ”Setiap teknisi yang diserahi tugas dan tanggung

jawab dalam pekerjaan pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan,

pemeriksaan, pengujian dan perbaikan instalasi listrik harus memenuhi syarat

kompetensi keselamatan dan kesehatan kerja listrik yang dibuktikan dengan

sertifikat dan lisensi keselamatan dan kesehatan kerja listrik”.

Apabila teknisi listrik tidak memiliki kompetensi K3 dalam bidang listrik, maka

penerapan mengenai K3 dan segala sesuatu yang berhubungan dengan instalasi

listrik serta pengenalan mengenai potensi bahaya yang terjadi belum optimal.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 79

Page 80: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

21. 3 unit Instalasi Penyalur Petir jenis Elektrostatic belum pernah dilakukan riksa uji

berkala sejak pemasangan pada tanggal 26 Oktober 2005; Berdasarkan Undang-

Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo. Permenaker No. Per.02/Men/1989

Pasal 50 Ayat (2) huruf c, bahwa “Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan

diuji: Secara berkala setiap dua tahun sekali”.

Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji untuk mengukur apakah ada

penurunan fungsi dalam melindungi suatu bangunan / properti, sehingga dapat

dianalisa dan diperbaiki apabila terdapat penurunan dan dapat selalu berfungsi

secara optimal.

22. Perusahaan tidak memiliki Instalasi deteksi alarm kebakaran otomatik ;

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo. Kepmenaker No. Kep-

186/Men/1999 Pasal 2 ayat (2) huruf b, bahwa “kewajiban mencegah,

mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi: penyediaan sarana deteksi, alarm, pemdam kebakaran

dan sarana evakuasi.

Kewajiban Pengurus adalah memastikan kondisi di lingkungan kerjanya aman

dan memberikan kesempatan bagi pekerja dan orang yang ada dalam lingkungan

kerjanya untuk menyelamatkan diri apabila terjadi suatu bencana kebakaran,

dengan adanya instalasi alarm kebakaran otomatik maka kerugian jiwa maupun

materi dapat dihindari/dikurangi.

23. Pada saat dilakukan pemeriksaan APAR di PT. Taruna Kusuma Purinusa,

ternyata dalam penempatan APAR tidak ditemukan adanya tanda-tanda

pemasangan yang menunjukkan tempat APAR.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 80

Page 81: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf b Jo Permenaker No.

Per.04/MEN/2980 tentang Syarat-syarat Pemaangan dan Pemeliharaan Alat

Pemadam Api Ringan pasal 4 ayat (1) bahwa ”Setiap satu atau kelompok alat

pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan

jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan”.

Pada penempatan APAR diberikan tanda-tanda pemasangan dengan maksud agar

pekerja dan orang lain mengetahui letak APAR dan bisa menggunakannya saat

keadaan darurat.

24. Perusahaan belum memiliki dokumen perencanaan tanggap darurat;

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3

ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-185/MEN/1999 tentang Unit

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf

f bahwa ”Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan

memadamkan kebakaran dengan memiliki buku rencana penanggulangan

keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari

50 orang tenaga kerja”.

Dalam kewajiban pengusaha untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan

kebakaran, maka diperlukan perencanaan mengenai tanggap darurat apabila

terjadi kejadian/kebakaran secara darurat yang harus disosialisasikan kepada

seluruh pekerja, sehingga apabila terjadi musibah, setiap pekerja mengerti apa

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri dan memahami tugas dan

fungsinya dalam membantu memadamkan kebakaran.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 81

Page 82: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

25. Selain diperlukan dokumen perencanaan tanggap darurat, dalam kewajiban

pengusaha untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,

perusahaan harus membentuk unit penanggulangan kebakaran. Perusahaan yang

potensi bahaya kebakarannya dalam kategori Sedang II, tidak memiliki unit

penanggulangan kebakaran yang terdiri dari :

a. Perusahaan tidak memiliki Petugas peran kebakaran dimana jumlah

karyawan dari perusahaan adalah sebanyak 419 orang.

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)

dan ayat (2) huruf d Jo pasal 5 Jo pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) huruf a Jo

Pasal 7 ayat (2) bahwa ”Pengurus atau pengusaha wajib mencegah,

mengurangi dan memadamkan kebakaran dengan membentuk unit

penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang terdiri dari Petugas Peran

Kebakaran, dimana petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang

untuk setiap jumlah kerja 25 orang dan harus memenuhi syarat telah

mengikuto kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat I.

b. Perusahaan tidak memiliki Regu Penanggulangan Kebakaran dan Ahli K3

Spesialis Penanggulangan Kebakaran.

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 6 ayat (2)

bahwa “Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis

penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b

dan huruf d, ditetapkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 82

Page 83: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus)

orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran

sedang II, sedang III dan berat.”

c. Perusahaan dengan karyawan 419 orang juga tidak memiliki Koordinator

penanggulangan kebakaran

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)

dan ayat (2) huruf d Jo pasal 5 Jo pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) huruf b Jo

Pasal 9 ayat (2) bahwa ”Pengurus atau pengusaha wajib mencegah,

mengurangi dan memadamkan kebakaran dengan membentuk unit

penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang terdiri dari Koordinator

unit penanggulangan kebakaran, dimana koordinator unit penanggulangan

kebakaran untuk tempat kerja resiko bahaya sedang II dan sedang III dan

berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) ornag untuk setiap unit kerja, dan harus

mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, II dan

tingkat ahli K3 pratama.

Unit Penanggulangan Kebakaran adalah para pekerja di perusahaan yang ditunjuk

oleh perusahaan untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan

kebakaran serta mengkoordinasikan seluruh pekerja dan orang yang ada di

lingkungan kerja untuk menuju titik kumpul dalam kondisi aman.

26. Perusahaan melakukan penyelenggaraan kesehatan di tempat kerja namun belum

menyeluruh

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 83

Page 84: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 8

ayat (1) dan (2) Jo Permenaker No. Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan

Kesehatan pasal 3 ayat (2) Jo pasal 4 ayat (1) bahwa ”Pengurus wajib

memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan tehnologi, dimana penyelenggaraannya dapat diselenggarakan

sendiri oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan

ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan pengurs dari beberapa

perusahaan bersama-sama menyelenggarakan suatu Pelayanan Kesehatan

Kerja”.

PT. Taruna Kusuma Purinusa mengikuti program JPK Jamsostek untuk pelayanan

kesehatan kerjanya, dimana hal tersebut hanya bersifat kuratif dan rehabilitatif.

Oleh karena Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja harus memenuhi 4

unsur yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, maka perusahaan belum

memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan kuratif, sehingga

tidak ada upaya pencegahan akan timbulnya penyakit, hanya dilakukan

pengobatan saja. Hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bagi perusahaan untuk

melakukan upaya pencegahan dan pembinaan, karena titik berat dari

dilakukannya pelayanan kesehatan adalah upaya preventif dan promotif.

27. Perusahaan tidak melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan kerja ke

Disosnakertrans Kab. Semarang ;

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf h, Jo. Pasal 8 ayat (1)

Jo. Permenakertrans No. Per.03/Men/1982 pasal 7 ayat (1) dan (2), bahwa

”Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja

kepada Direktur”.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 84

Page 85: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Laporan kegiatan pelayanan kesehatan kerja dimaksudkan untuk mengetahui

perkembangan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja di perusahaan.

Apabila tidak dilakukan pelaporan, maka Disosnakertrans Kab. Semarang akan

kesulitan untuk mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan di perusahaan.

28. Perusahaan belum menunjuk Petugas P3K

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3

ayat (1) huruf a, e, Jo. Permenaker No.Per-15/Men/2008 pasal 2 dan Lampiran I

bahwa ”Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat

kerja, dimana tempat kerja dengan potensi bahaya rendah dan jumlah pekerja

25-150 orang harus memiliki 1 orang petugas P3K”.

Petugas P3K bertugas untuk melaksanakan tindakan P3K, merawat fasilitas P3K,

mencatat setiap kegiatan P3K dan melaporkan kegiatan P3K di tempat kerja.

Apabila tidak ada petugas P3K maka tidak ada petugas/pekerja yang akan

memberikan first aid secara cepat dan tepat saat pekerja di tempat kerja

mengalami sakit atau cidera.

29. Belum memiliki Fasilitas P3K di tempat kerja;

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3

ayat (1) huruf a, e, Jo. Permenaker No.Per-15/Men/2008 pasal 2 dan pasal 8

ayat (1) bahwa ”Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K

di tempat kerja, dimana Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud meliputi:

a. ruang P3K;

b. kotak P3K dan isi;

c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 85

Page 86: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat

kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.”

Fasilitas P3K di tempat kerja adalah semua peralatan, perlengkapan, dan bahan

yang digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja. Fasilitas tersebut sangat

diperlukan sebagai first aid pada saat terjadi kecelakaan kerja di perusahaan yang

berakibat berat.

30. Tenaga Kerja belum pernah mengikuti Pelatihan P3K ;

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3

ayat (1) huruf a dan e Jo Permenaker No. Per.15/MEN/VIII/2008 tentang

Pertolongan pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja pasal 3 ayat (1) , bahwa

”petugas P3K di tempat kerja harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari

Kepala Instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat”.

Pelatihan yang diberikan kepada petugas P3K dimaksudkan agar petugas

mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dalam penangana P3K secara

cepat dan tepat. Apabila tidak dilakukan pelatihan maka petugas akan kurang

pengetahuannya dalam hal-hal apa yang seharusnya dilakukan oleh petugas P3K.

31. Perusahaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerjanya secara awal

dan khusus;

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 8

ayat (1) dan (2), Jo Permenaker No. Per.03/Men/1982 pasal 2 huruf a Jo pasal 3

ayat (1) Jo. Permenaker No. Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan

tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja pasal 3 ayat (2) bahwa ”

Tugas pokok pelayanan kesehatan meliputi : pemeriksaan kesehatan sebelum

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 86

Page 87: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Setiap tenaga kerja berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan dan semua perusahaan harus melakukan

pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun

sekali”.

Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang

diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak

mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan

cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin.

Sedangkan Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya

pengaruhpengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-

golongan tenaga kerja tertentu atau bisa juga dilakukan apabila terdapat keluhan-

keluhan dianatar pekerja.

Apabila pemeriksaan awal dan khusus tidak dilakukan di perusahaan, maka

perusahaan akan sulit untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh pekerja baik

asal penyakit itu maupun upaya pengobatannya. Selain itu pengusaha juga tidak

mengalami kesulitan dalam menetapkan jenis PAK atau bukan.

32. Perusahaan belum melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi

P4GN di tempat kerja;

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3

ayat (1) huruf l, Jo. Permenaker No.Per-11/Men/2005 pasal 2, bahwa

”Pengusaha wajib melakukan upaya aktif pencegahan dan penanggulangan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya di tempat kerja”.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 87

Page 88: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan, penyalahgunaan

dan peredaran gelap NAPZA di tempat kerja dan ada pekerja yang

mengkonsumsinya, maka hal tersebut akan mengakibatkan turunnya produktivitas

dari pekerja sehingga mengganggu sistem pelayanan di tempat kerja.

33. Perusahaan belum melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan

AIDS di tempat kerja;

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3

ayat (1) huruf l, Jo. Kepmenaker No.Kep.68/Men/2004 pasal 2 ayat (1), bahwa

”Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan

HIV/AIDS di tempat kerja”.

Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dilakukan guna memberikan

sosialisasi kepada pekerja mengenai bahaya dan cara penularan HIV/AIDS baik

di tempat kerja maupun dalam lingkungan sosial (masyarakat umum). Apabila

tidak dilakukan upaya tersebut dan ada pekerja yang terkena HIV/AIDS, maka

hal tersebut akan mengakibatkan turunnya produktivitas dari pekerja sehingga

mengganggu sistem pelayanan di tempat kerja.

34. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 3 ayat (1) huruf a Jo Permenaker No. Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)

Jo pasal 15 Jo pasal 17 bahwa “Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan

pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah

NAB, dimana Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan

pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dilakukan berdasarkan

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 88

Page 89: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

penilaian risiko, NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dapat ditinjau

kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi”

Apabila tidak dilakukan pengujian faktor fisika, tidak diketahui nilai ambang

batas dari parameter faktor fisika seperti kebisingan, getaran, radiasi, iklim kerja

dan lainnya, sehingga perusahaan tidak bisa melakukan pengendalian dalam

mengurangi efek dari pajanan faktor fisika yang melebih nilai ambang batas.

35. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor kimia di udara lingkungan kerja

dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 3 ayat (1) huruf a Jo Permenaker No. Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)

Jo pasal 15 Jo pasal 17 bahwa “Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan

pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah

NAB, dimana Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan

pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dilakukan berdasarkan

penilaian risiko, NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dapat ditinjau

kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi”

Apabila tidak dilakukan pengujian faktor kimia, tidak diketahui nilai ambang

batas dari parameter faktor kimia seperti penggunaan bahan kimia, sehingga

perusahaan tidak bisa melakukan pengendalian dalam mengurangi efek dari

pajanan penggunaan bahan kimia yang melebih nilai ambang batas.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 89

Page 90: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

36. Perusahaan belum memiliki petugas K3 Kimia ; Berdasarkan Undang-undang No.

1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) Jo. Kepmenakertrans

RI No. Kep.187/Men/1999 Pasal 17 ayat (1) huruf a, bahwa, “wajib mempunyai

petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja no

shift sekurang – kurangnya 1 (satu) orang dan apabila dipekerjakan dengan

mempergunakan shift sekurang – kurangnya 3 (tiga) orang.

37. Perusahaan baru menerapkan sebagian kecil dari Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja;

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 Jo. Peraturan Pemerintah No. 50

Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatam dan Kesehatan

Kerja pasal 3 ayat (1) dan (2) bahwa ” Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan

kebijakan nasional tentang SMK3 dimana Kebijakan nasional tentang SMK3

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II,

dan Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Pemerintah No. 50 Tahun 2012

SMK3 adalah suatu sistem yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,

kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif. Dalam pelaksanaan SMK3 harus terintegrasi

dengan sistem manajemen di perusahaan dimana untuk pembuktian penerapannya

dilakukan audit internal dengan menyediakan dokumen-dokumen yaitu Lembar

Kebijakan dan lampirannya; dokumen peijinan K3; dokumen sertifikat personil

K3; dan dokumen Prosedur Kerja.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 90

Page 91: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

38. Perusahaan tidak melaporkan terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja ke

Disosnakertrans Kab. Semarang ; Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 11 Jo. Permenakertrans No. 03/Men/1998

Pasal 2 ayat (1) bahwa, “Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap

kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya”

Hal ini sebagai evaluasi mengenai prosedur suatu proses pekerjaan agar di

kemudian hari kecelakaan ini tidak terulang kembali selain itu unbtuk

memastikan hak – hak kompensasi kepada pekerja yang menjadi korban

terpenuhi sesuai ketentuan.

39. Terdapat kecelakaan kerja dimana pekerja tersebut sementara tidak masuk

bekerja (STMB) yang tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 11 Jo. Permenakertrans No. 03/Men/1998 Pasal 2 ayat (1) bahwa,

“Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan kerja yang terjadi

di tempat kerja yang dipimpinnya”.

Kerjasama dari pengusaha untuk melaporkan kecelakaan kerja sangat diperlukan

untuk mengetahui data real kecelakaan kerja nasional tahunan sebagai bahan

evaluasi penilaian sejauh mana program yang sudah dicanangkan Pemerintah

mencapai sasaran dalam mengurangi kecelakaan kerja dan produktivitas nasional.

B. PEMECAHAN MASALAH

Setelah dilakukan analisis dari permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan

pemecahan masalah untuk mengatasinya yaitu sebagai berikut :

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 91

Page 92: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

1. PKWT untuk pekerja dengan jenis pekerjaan tetap demi hukum menjadi

perjanjian kerja waktu tidak tertentu (pekerja tetap); Dalam hal disyaratkan masa

percobaan untuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, maka masa percobaan yang

disyaratkan batal demi hukum, Perusahaan segera melakukan pencatatan PKWT

ke Disosnakertrans Kab. Semarang, untuk diketahui oleh pihak Disosnakertrans

Kab. Semarang setelah PKWT yang dibuat telah memenuhi persyaratan mengenai

diberlakukannya status hubungan kerja secara PKWT sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Pengusaha wajib melaporkan upah tenaga kerja untuk kepesertaan Jamsostek

sesuai dengan upah riil dari pekerja.

3. Pengusaha agar segera mengikutsertakan seluruh pekerja ke dalam Program

Jamsostek tanpa terkecuali dan memperlihatkan bukti kepesertaan seluruh pekerja

kepada Disosnakertrans Kab. Semarang;

4. Perusahaan agar segera membayarkan kompensasi kecelakaan kerja kepada Sdr.

Arif Al Hakim sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan;

5. Perusahaan disarankan untuk melakukan perekrutan dan mempekerjakan

penyandang cacat yang memenuhi persyaratan kerja, menempatkannya pada

jabatan dengan memperhatikan jenis dan derajat kecacatan yang dimiliki

penyandang cacat tersebut, pendidikan, keterampilan, kesehatan dan rehabilitasi

pelatihan.

6. Perusahaan harus memberikan makanan extra kepada Pekerja perempuan yang

bekerja di malam hari (Shift III) minimal 1400 kalori;

7. Pengurus perusahaan harus menyediakan sarana ruang menyusui/ruang laktasi di

perusahaan.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 92

Page 93: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

8. Perusahaan diwajibkan segera memasang Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja di tempat kerja pada tempat-tempat yang mudah

terlihat dan mudah terbaca;

9. Perusahaan disarankan untuk melakukan pengujian penerangan di tempat kerja

agar penerangan yang digunakan di setiap tempat kerja yang berbeda memenuhi

syarat dan aman untuk penglihatan manusia;

10. Perusahaan diwajibkan untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3) dan kemudian mengajukan permohonan ke

Disosnakertrans Kab. Semarang unvtuk dibuatkan Surat Keputusan (SK) P2K3;

11. Pengusaha harus menunjuk sekretaris P2K3 dan kemudian mengikutkannya

dalam pelatihan Ahli K3 Umum yang diselenggarakan PJK3 di bidang pembinaan

K3 yang telah ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I;

12. Diwajibkan kepada Pengusaha untuk segera mengajukan permohonan pembuatan

akte ijin Bejana uap dengan Wp. 5 km/cm2 dan 5.5 kg/cm2 dan Boiler merk

Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 ke Disosnakertrans Kab.

Semarang, dan melakukan riksa uji pertama dengan menggunakan Pegawai

Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan atau menggunakan PJK3 jasa

pemeriksaan dan pengujian K3 bidang pesawat uap dan bejana tekan yang telah

ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I;

13. Perusahaan dilarang menugaskan operator operator boiler sebelum memiliki

sertifikat operator Pesawat dan Bejana Tekan dari Menteri atau pejabat yang

ditunjuk. Kepada perusahaan disyaratkan agar segera mengikutsertakan operator

Boiler tersebut atas nama Wawan R, umur 25 tahun untuk mengikuti pelatihan

operator Boiler ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 93

Page 94: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

14. Diwajibkan kepada pengusaha untuk mengajukan permohonan pengesahan

pemakaian Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN

00699 dan Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 kepada Disosnakertrans Kab.

Semarang, dan kemudian melakukan riksa uji dengan menggunakan Pegawai

Pengawas Spesialis Pesawat Tenaga dan Produksi atau PJK3 jasa pemeriksaan

dan pengujian bidang pesawat angkat angkut dan pesawat tenaga dan produksi;

15. Pengusaha dilarang menugaskan operator Mesin Diesel yaitu Sdr. Aska (36 th)

dan Sulistiono (39 th) sebelum memiliki Lisensi K3 dari Menteri atau pejabat

yang ditunjuk. Kepada pengusaha agar segera mengirimkan operator Mesin

Diesel tersebut untuk mengikuti pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang

pembinaan dan pelatihan K3;

16. Pengusaha dilarang menugaskan operator forklift sebelum memiliki sertifikat dan

buku kerja dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Kepada pengusaha agar

segera mengirimkan operator forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono

(29 th) , Operator Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) untuk mengikuti

pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3;

17. Pengusaha dilarang menugaskan petugas pesawat angkat angkut (juru ikat dan

rigging) sebelum memiliki sertifikat dan buku kerja dari Menteri atau pejabat

yang ditunjuk. Kepada pengusaha agar segera mengirimkan petugas tersebut an

Hardiyono (30 th) dan Wisnu B. (32 th) untuk mengikuti pelatihan juru

ikat/rigging ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3;

18. Perusahaan dilarang menugaskan teknisi listrik untuk Instalasi Listrik yang

memiliki tegangan kerja 220/380 V, kapasitas daya 1200 kVA dan sumber tenaga

dari PLN sebelum memiliki sertifikat kompetensi listrik. Kepada perusahaan

disyaratkan agar segera mengikutsertakan teknisi listrik tersebut atas nama Anang

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 94

Page 95: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

Hari Indarto, umur 35 tahun untuk mengikuti pelatihan teknisi listrik ke PJK3

bidang pembinaan dan pelatihan K3.

19. Pengusaha wajib untuk melakukan riksa uji berkala 3 unit Instalasi Penyalur Petir

jenis Electrostatic yang dimiliki dengan menggunakan Pegawai pengawas

spesialis Penyalur petir atau PJK3 jasa pemeriksaan dan pengujian teknik bidang

Penyalur Petir dan peralatan elektronik;

20. Pengusaha harus memiliki Sistem Proteksi Kebakaran, dan kemudian

mengajukan pengesahan Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik ke Disosnakertrans

Kab. Semarang, kemudian melakukan riksa uji dengan menggunakan Pegawai

pengawas Spesialis Penanggulangan Kebakaran atau PJK3 jasa pemeriksaan dan

pengujian teknik bidang Instalasi Proteksi Kebakaran;

21. Pengurus harus segera membuat dan memasang tanda-tanda pemasangan APAR

sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja;

22. Perusahaan harus segera membuat rencana tanggap darurat

23. Pengurus harus segera membuat dan memasang tanda-tanda pemasangan APAR

sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja Unit Penanggulangan Kebakaran

a. Perusahaan segera membentuk petugas peran kebakaran karena jumlah

tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sudah mencukupi untuk persyaratan

petugas peran kebakaran. Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2

orang untuk setiap jumlah kerja 25 orang dan harus memenuhi syarat telah

mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat I ke PJK3 di

bidang Pembinaan dan Pelatihan K3.

b. Perusahaan harus segera memiliki regu penanggulangan kebakaran.

Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan

kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dan huruf d,

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 95

Page 96: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

ditetapkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan

sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau

lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II,

sedang III dan berat dan telah mengikuti kursus teknis penanggulangan

kebakaran tingkat dasar I dan tingkat dasar II.

c. Perusahaan harus segera memiliki koordinator penanggulangan kebakaran.

Koordinator unit penanggulangan kebakaran untuk tempat kerja resiko

bahaya sedang II (klasifikasi bahaya untuk pabrik tekstil) untuk Untuk

tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan

berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja dan harus

mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, II dan

tingkat ahli K3 pratama ke PJK3 di bidang Pembinaan dan Pelatihan K3.

24. Perusahaan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja bagi tenaga

kerjanya terutama yang bersifat preventif dan kuratif.

25. Perusahaan harus segera menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan

kesehatan kerja kepada Direktur melalui Disosnakertrans Kab. Semarang;

26. Pengusaha segera membentuk tim /petugas P3K di perusahaan.

27. Pengusaha harus menyediakan fasilitas P3K di tempat kerja meliputi :

a. ruang P3K;

b. kotak P3K dan isi;

c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan

d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di

tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 96

Page 97: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

28. Pengusahan harus mengikutkan pekerja yang ditunjuk sebagai petugas P3K

mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak penyelenggara

pelatihan

29. Perusahaan wajib melakukan pemeriksaan awal dan berkala terhadap kesehatan

tenaga kerjanya untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya PAK.

30. Perusahaan wajib melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi

P4GN di tempat kerja.

31. Perusahaan Saudara wajib untuk melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja;

32. Perusahaan wajib untuk segera melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja

dengan melalui pegawai pengawas spesialis lingkungan kerja atau balai

hiperkes/K3 atau PJK3 Jasa Pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan

kerja bidang Lingkungan keja dan kemudian hasil laporannya disampaikan kepada

Disosnakertrans Kab. Semarang;

33. Perusahaan wajib untuk melakukan pengujian faktor kimia di tempat kerja dan

pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja untuk mengetahui kategori nilai

ambang batasnya dengan melalui pegawai pengawas spesialis lingkungan kerja

atau balai hiperkes/K3 atau PJK3 Jasa Pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan

kesehatan kerja bidang Lingkungan keja dan kemudian hasil laporannya

disampaikan kepada Disosnakertrans Kab. Semarang;

34. Perusahaan memiliki bahan berbahaya dengan potensi bahaya menengah,

sehingga perusahaan harus memiliki petugas K3 kimia untuk pengawasan K3

kimianya. Untuk itu agar pengusaha segera menunjuk pekerjanya sebagai petugas

K3 Kimia sekurang-kurangnya 3 orang apabila dipekerjakan menggunakan Shift;

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 97

Page 98: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

35. Perusahaan Saudara diwajibkan untuk melaksanakan pedoman penerapan SMK3,

dan untuk pembuktian penerapannnya dapat dilakukan audit internal.

36. Perusahaan harus melaporkan terjadinya semua kecelakaan kerja di tempat kerja

ke Disosnakertrans Kab. Semarang;

37. Perusahaan harus melaporkan adanya pekerja yang dalam sementara tidak

mampu bekerja (STMB) ke Disosnakertrans Kab. Semarang untuk mengkontrol

pemenuhan hak-hak nya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di PT. Taruna Kusuma Purinusa baik

melalui pemeriksaan dokumen, pengamatan visual di lapangan maupun melalui

wawancara baik dari pihak pengusaha maupun pekerja, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 98

Page 99: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

1. Upah lembur satpam ada kekurangan perhitungan selama 1 jam, yaitu hanya

dihitung 7 jam saja dari yang seharusnya 8 jam sesuai ketentuan.

2. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan dalam PKWT adalah termasuk dalam

pekerjaan yang bersifat tetap atau terus menerus;

3. Upah yang didaftarkan ke dalam kepesertaan Jamsostek bagi semua pekerja

adalah UMK yang berlaku di Kab. Semarang tahun 2013 yaitu Rp. 1.051.000,00

sehingga terjadi PDS Upah dalam kepesertaan Jamsostek;

4. Dari jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, diketahui bahwa 4 orang belum

diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga terjadi PDS TK dalam

kepesertaan Jamsostek;

5. Terjadi kecelakaan kerja pada an. Arif Al Hakim yang belum diikutsertakan

dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga Jaminan Kecelakaan Kerja harus

ditanggung perusahaan, akan tetapi perusahaan belum membayarkan Santunan

kecelakaan kerja tersebut;

6. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat penempatan tenaga kerja cacat;

7. Pekerja Perempuan yang berkerja malam hari tidak diberikan makanan dan

minuman bergizi berupa makanan dan minuman extra.

8. Perusahaan tidak menyediakan pojok laktasi;

9. Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja belum

terpasang di tempat kerja Perusahaan Saudara;

10. PT. Taruna Kusuma Purinusa belum pernah melakukan uji penerangan di tempat

kerja;

11. Perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, akan tetapi belum

membentuk P2K3;

12. Perusahaan belum memiliki Ahli K3 Umum;

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 99

Page 100: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

13. Terdapat 2 Bejana uap dengan Wp. 5 kg/cm2 dan 5.5 kg/cm2, name plate tidak

ada, dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 belum

memiliki akte ijin dan belum pernah dilakukan riksa uji;

14. Empat orang operator pesawat uap belum memiliki sertifikat operator yang

diterbitkan Menaker atau pejabat yang ditunjuk;

15. Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan

Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 belum memiliki pengesahan pemakaian;

16. Operator Mesin Diesel/Genset an. Aska (36 th) dan Sulistiono (39 th) belum

memiliki Lisensi K3;

17. Pesawat angkut jenis forklift Merk Toyota sejumlah 3 (tiga unit) belum memiliki

Pengesahan Pemakaian.

18. Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono (29 th) , Operator

Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) belum memiliki Lisensi K3 dan

Buku Kerja;

19. Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th)

dan Wisnu B (32 th) belum memiliki sertifikat dan Buku Kerja;

20. Teknisi Listrik yang dimiliki belum memiliki sertifikat (tidak memenuhi

Kepdirjen PHIPK No. Kep.311/BW/2002 Dalam Penetapan Poin 2 huruf A,

tentang Kompetensi Teknisi Listrik);

21. 3 unit Instalasi Penyalur Petir jenis Elektrostatic belum pernah dilakukan riksa uji

berkala sejak pemasangan pada tanggal 26 Oktober 2005;

22. Perusahaan tidak memiliki Sistem Proteksi Kebakaran ;

23. Tidak ada tanda-tanda pemasangan APAR;

24. Perusahaan belum memiliki dokumen perencanaan tanggap darurat;

25. Perusahaan tidak memiliki unit penanggulangan kebakaran

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 100

Page 101: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

a. Petugas Peran Kebakaran ;

b. Regu Penanggulangan Kebakaran ;

c. Koordinator Penanggulangan Kebakaran;

26. Perusahaan melakukan penyelenggaraan kesehatan di tempat kerja namun belum

menyeluruh;

27. Perusahaan tidak melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan kerja ke

Disosnakertrans Kab. Semarang ;

28. Perusahaan belum menunjuk Petugas P3K

29. Belum memiliki Fasilitas P3K di tempat kerja;

30. Tenaga Kerja belum pernah mengikuti Pelatihan P3K ;

31. Perusahaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerjanya secara awal

dan khusus;

32. Perusahaan belum melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi

P4GN di tempat kerja;

33. Perusahaan belum melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan

AIDS di tempat kerja;

34. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;

35. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor kimia di udara lingkungan kerja

dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;

36. Perusahaan belum memiliki petugas K3 Kimia;

37. Perusahaan baru menerapkan sebagian kecil dari Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja;

38. Perusahaan tidak melaporkan terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja ke

Disosnakertrans Kab. Semarang ;

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 101

Page 102: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

39. Terdapat kecelakaan kerja dimana pekerja tersebut sementara tidak masuk

bekerja (STMB) yang tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang.

B. SARAN

1. Sesuaikan perhitungan upah lembur satpam yang berkaitan dengan waktu

istrirahat sesuai dengan ketentuan dalam SKB Menteri Tenaga Kerja RI dengan

Kapolri.

2. PKWT untuk pekerjaan terus – menerus dinyatakan batal demi hukum dan

pekerja dalam PKWT tersebut harus dirubah status hubungan kerjanya menjadi

PKWTT.

3. Pengusaha wajib melaporkan upah tenaga kerja untuk kepesertaan Jamsostek

sesuai dengan upah riil dari pekerja.

4. Pengusaha agar segera mengikutsertakan seluruh pekerja ke dalam Program

Jamsostek;

5. Perusahaan agar segera membayarkan kompensasi kecelakaan kerja kepada Sdr.

Arif Al Hakim sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan;

6. Perusahaan disarankan untuk melakukan perekrutan dan mempekerjakan

penyandang cacat yang memenuhi persyaratan kerja, menempatkannya pada

jabatan dengan memperhatikan jenis dan derajat kecacatan yang dimiliki

penyandang cacat tersebut, pendidikan, keterampilan, kesehatan dan rehabilitasi

pelatihan.

7. Perusahaan harus memberikan makanan extra kepada Pekerja perempuan yang

bekerja di malam hari (Shift III) minimal 1400 kalori;

8. Pengurus perusahaan harus menyediakan sarana ruang menyusui/ruang laktasi di

perusahaan.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 102

Page 103: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

9. Perusahaan diwajibkan segera memasang Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja di tempat kerja pada tempat-tempat yang mudah

terlihat dan mudah terbaca;

10. Perusahaan disarankan untuk melakukan pengujian penerangan di tempat kerja;

11. Perusahaan diwajibkan untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3);

12. Pengusaha harus menunjuk sekretaris P2K3 dan kemudian mengikutkannya

dalam pelatihan Ahli K3 Umum;

13. Pengusaha segera mengajukan permohonan pembuatan akte ijin Bejana uap

dengan Wp. 5 km/cm2 dan 5.5 kg/cm2 dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N

PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 dan melakukan riksa uji pertama;

14. Perusahaan agar segera mengikutsertakan operator Boiler tersebut atas nama

Wawan R, umur 25 tahun untuk mengikuti pelatihan operator Boiler ke PJK3

bidang pembinaan dan pelatihan K3.

15. Pengusaha segera mengajukan permohonan pengesahan pemakaian Mesin

Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan Merk

Deutz AG dengan S/N 1044507 dan melakukan riksa uji;

16. Pengusaha agar segera mengirimkan operator Mesin Diesel tersebut untuk

mengikuti pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang pembinaan dan

pelatihan K3;

17. Pengusaha segera mengajukan permohonan pengesahan pemakaian 3 buah

Pesawat Angkat dan Angkut jenis Forklift dan melakukan riksa uji.

18. Pengusaha agar segera mengirimkan operator forklift an Joko (24 th), Sunarto (28

th), Ristiono (29 th) , Operator Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th)

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 103

Page 104: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

untuk mengikuti pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang pembinaan dan

pelatihan K3;

19. Pengusaha agar segera mengirimkan petugas juru ikat an Hardiyono (30 th) dan

Wisnu B. (32 th) untuk mengikuti pelatihan juru ikat/rigging ke PJK3 bidang

pembinaan dan pelatihan K3;

20. Pengusaha disyaratkan agar segera mengikutsertakan teknisi listrik tersebut atas

nama Anang Hari Indarto, umur 35 tahun untuk mengikuti pelatihan teknisi listrik

ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3.

21. Pengusaha wajib untuk melakukan riksa uji berkala 3 unit Instalasi Penyalur Petir

jenis Electrostatic yang dimiliki;

22. Pengusaha harus memiliki Instalasi alarm kebakaran otomatik;

23. Pengurus harus segera membuat dan memasang tanda-tanda pemasangan APAR

sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja;

24. Perusahaan segera membuat dokumen perencanaan penanggulangan keadaan

darurat kebakaran sebagai panduan apabila terjadi keadaan darurat.

25. Unit Penanggulangan Kebakaran

a. Perusahaan segera membentuk petugas peran kebakaran karena jumlah

tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sudah mencukupi untuk persyaratan

petugas peran kebakaran.

b. Perusahaan harus segera memiliki regu penanggulangan kebakaran.

c. Perusahaan harus segera memiliki koordinator penanggulangan kebakaran.

Koordinator unit penanggulangan kebakaran untuk tempat kerja resiko

26. Perusahaan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja bagi tenaga

kerjanya terutama yang bersifat preventif dan kuratif.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 104

Page 105: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

27. Perusahaan harus segera menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan

kesehatan kerja kepada Direktur melalui Disosnakertrans Kab. Semarang;

28. Pengusaha segera membentuk tim /petugas P3K di perusahaan.

29. Pengusaha harus menyediakan fasilitas P3K di tempat kerja meliputi :

a. ruang P3K;

b. kotak P3K dan isi;

c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan

d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di

tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus

30. Pengusahan harus mengikutkan pekerja yang ditunjuk sebagai petugas P3K

mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak penyelenggara

pelatihan

31. Perusahaan wajib melakukan pemeriksaan awal dan berkala terhadap kesehatan

tenaga kerjanya untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya PAK.

32. Perusahaan wajib melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi

P4GN di tempat kerja.

33. Perusahaan Saudara wajib untuk melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja;

34. Perusahaan wajib untuk segera melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;

35. Perusahaan wajib untuk melakukan pengujian faktor kimia di tempat kerja dan

pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;

36. Perusahaan memiliki bahan berbahaya dengan potensi bahaya menengah,

sehingga perusahaan harus memiliki petugas K3 kimia untuk pengawasan K3

kimianya;

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 105

Page 106: Laporan Pengawas Tenaga Kerja

PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73

37. Perusahaan Saudara diwajibkan untuk melaksanakan pedoman penerapan SMK3,

dan untuk pembuktian penerapannnya dapat dilakukan audit internal.

38. Perusahaan harus melaporkan terjadinya semua kecelakaan kerja di tempat kerja

ke Disosnakertrans Kab. Semarang;

39. Perusahaan harus melaporkan adanya pekerja yang dalam sementara tidak

mampu bekerja (STMB) ke Disosnakertrans Kab. Semarang untuk mengkontrol

pemenuhan hak-hak nya.

Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 106