laporan pengawas tenaga kerja
DESCRIPTION
Laporan KetenagakerjaanTRANSCRIPT
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang dapat berpengaruh
terhadap berbagai aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun
keamanan. Oleh karena itu masalah ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut
Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja perlu mendapat perhatian dan
penanganan serius serta berkesinambungan dari semuan pihak, baik pemerintah,
pengusaha maupun pekerja. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka upaya-upaya yang
dilakukan dapat berupa pembinaan, penyuluhan, lokakarya, pengawasan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan, pembinaan tehnis keselamatan dan kesehatan
kerja. Sehingga permasalahan ketenagakerjaan bisa diantisipasi dan diselesaikan
dengan baik.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah hak asasi manusia yang dilindungi
oleh UUD 1945 khususnya pada pasal 27 ayat (2) dan diatur dalam UU No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. Oleh sebab itu penerapan dan pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dapat menjamin agar setiap tenaga kerja
dan orang di sekitarnya dapat terlindungi keselamatan dan kesehatannya
Untuk melaksanakan semua kebijakan perundangan ketenagakerjaan
ditegakkan sebagaimana yang diharapkan, Pemerintah melalui Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi khususnya Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan
Ketenagakerjaan memiliki jajaran aparatur pemerintah yang bertanggung jawab atas
penegakkan peraturan perundangan ketenagakerjaan. Pegawai Pengawas
Ketenagakerjaan merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 1
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
pembinaan dan pengawasan penegakan perundangan ketenagakerjaan. Oleh karena itu
fungsi dari pengawasan ketenagakerjaan sangat penting dan strategis dalam menjamin
adanya kepastian hukum bagi para pihak baik dari pihak pengusaha maupun pihak
pekerja, sehingga pelaksanaannnya harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
pekerja melalui penerapan dan pembinaan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
bidang ketenagakerjaan.
Tingkat keberhasilan seorang pegawai pengawas ketenagakerjaan dinilai dari
kualitas dan kuantitas dari hasil pemeriksaan dan hasil pengujian di lapangan. Salah
satu program yang dilakukan dalam merealisasikan hal tersebut adalah dengan
diadakannya diklat pegawa pengawas ketenagakerjaan dimana salah satu programnya
adalah pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) ke PT. Taruna Kusuma Purinusa
Kab. Semarang untuk tujuan agar peserta diklat mampu menganalisa segala aspek baik
norma kerja dan norma K3 untuk membandingkan antara peraturan perudang-undangan
di bidang ketenagakerjaan dengan pelaksanaan di lapangan, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan attitude pegawai pengawas
ketenagakerjaan sebelum nantinya akan diterjunkan secara nyata dalam permasalahan
ketenagakerjaan yang terjadi di Indonesia.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dariKertas Kerja Perorangan (KKP) ini terdiri dari 36(tiga
puluh enam)kompetensi yang mencakup :
1. Administrasi Pengawasan Ketenagakerjaan
2. PenyusunanLaporandan Nota Pemeriksaan Ketenagakerjaan
3. Norma Wajib Lapor Ketenagakerjaan
4. Norma Waktu KerjadanWaktu Istirahat
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 2
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
5. Norma PerlindunganUpah
6. Norma HubunganKerja
7. Norma KebebasanBerserikatdan Berunding
8. Norma Jamsostek
9. Kompensasi Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
10. Norma PenempatanTenagaKerjaDalamNegeri
11. PenempatanTenagaKerjaAsing (TKA)
12. Norma Pelatihan Tenaga Kerja
13. Norma Penerapan Persyaratan Penempatan TKI di luar negeri
14. Norma Pelatihan Tenaga Kerja
15. Norma PerlindunganPekerjaAnak
16. PenghapusanBentuk-bentukPekerjaanTerburukAnak
17. Norma PerlindunganPekerjaPerempuan
18. Sarana dan Fasilitas K3
19. Norma Kelembagaan dan Keahlian K3
20. Pengawasan Norma K3 Uap
21. Norma Bejana Tekan
22. Norma K3 PesawatTenagadanProduksi
23. Pengawasan Norma K3 PesawatAngkatdanAngkut
24. Norma K3 InstalasiListrik
25. Norma K3 PenyalurPetir
26. Norma K3 Lift
27. Norma K3 Sarana Penanggulangan Kebakaran
28. Norma K3 KonstruksiBangunan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 3
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
29. Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
30. Norma PemeliharaanKesehatanTenagaKerja
31. Norma Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular di Tempat Kerja
32. Norma K3 LingkunganKerja
33. Norma K3 BahanBerbahaya
34. Norma Penerapan SMK3
35. MenganalisaKecelakaanKerjadanPenyakitAkibatKerja (PAK)
36. Teknik Penyelidikan dan Analisis Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja / PAK
C. SISTEMATIKA PENULISAN/METODOLOGI PENGAMBILAN DATA
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA
meliputi :
1. Pemeriksaan Administratif/ Dokumen
Dalam metode pemeriksaan administratif/dokumen, yang dilakukan adalah
melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan dokumen atau surat-surat yang
dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan penanganan masalah
ketenagakerjaan, antara lain : Akte Pengawasan Ketenagakerjaan, Wajib Lapor
Ketenagakerjaan, Struktur Organisasi, Kepesertaan Jamsostek, Pengesahan
pemakaian/ akte izin peralatan, Sertifikat/SIO Operator, Sertifikat Keahlian,
Surat Penunjukan, Rekomendasi, Naskah Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, dan Dokumen lainnya yang terkait dengan masalah
ketenagakerjaan.
2. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan didampingi oleh General Manager, Manajer Personalia
dan Kepala Produksi untuk melisihat secara langsung lingkungan kerja, proses
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 4
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
produksi di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA, peralatan dan mesin-mesin
yang berhubungan dengan K3 dan usaha-usaha pemenuhan norma
ketenagakerjaan.
Tujuan dari dilakukannya pemeriksaan lapangan adalah untuk mengetahui dan
memastikan apakan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan serta
standar-standar yang berlaku telah diterapkan dann dipenuhi atau belum,
sekaligus untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut dari pekerja mengenai
penerapan norma ketenagakerjaan dan norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di lapangan.
3. Wawancara
Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan
informasi tambahan selain informasi dari dokumen/berkas yang dimiliki
perusahaan guna mengetahui penerapan norma ketenagakerjaan dan norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara nyata di lingkungan kerja PT.
TARUNA KUSUMA PURINUSA apakah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan ataukah masih ada penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan.
Metode wawancara ini dilakukan kepada :
a. Pimpinan/Pengurus Perusahaan yang diwakili oleh Manajer Personalia.
Wawancara yang dilakukan adalah mengenai gambaran umum tentang
ketenagakerjaan di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA yang berkaitan
dengan pekerja, pelaksanaan norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
perusahaan, usaha-usaha yang dilakuakan oleh perusahaan dalam rangka
pemenuhan norma ketenagakerjaan dan tata cara penerimaan serta
pemberhentian pekerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 5
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
b. Serikat Pekerja/Buruh dan LKS Bipartit
Wawancara dengan Serikat Pekerja/Buruh dan LKS Bipartit dimaksudkan
untuk mengetahui sampai sejauh mana kegiatan yang dilakukan oleh serikat
pekerja/buruh berkaitan dengan fungsinya sebagai perwakilan pekerja
dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap anggotanya, serta
dalam hubungan dengan perusahaan terkait dengan hal-hal
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan pekerja kepada pimpinan
perusahaan serta perlindungan hak-hak tenaga kerja.
c. Para Pekerja
Wawancara ini dilakukan secara acak kepada pekerja yang ditemui pada
saat pemeriksaan lapangan dalam memperoleh data dan informasi tentang
waktu kerja lembur, waktu istirahat, upah, kecelakaan kerja, penempatan
tenaga kerja, jaminan sosial, tenaga kerja perempuan dan anak, tenaga kerja
asing, operator mesin / pesawat, kondisi mesin / instalansi, sertifikat diklat /
keahlian / penunjukan serta hal-hal yang berkaitan dengan norma
ketenagakerjaan umum dan norma keselamatan dan kesehatan kerja
lainnya.
4. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data-data dan informasi dari sumber-
sumber buku, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
permasalahan.
Hasil informasi, data dan fakta yang telah terkumpul kemudian diolah dan
dianalisa.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 6
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
D. DASAR HUKUM
Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan Norma Kerja & Norma K3 ini dilakukan
berdasarkan pada :
1. Undang – undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie)
2. Undang – undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya Undang-
undang Pengawasan Perburuhan tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia
untuk seluruh Indonesia
3. Undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. Undang – undang Nomor 7 Tahun 1981, tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
Perusahaan.
5. Undang – undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. Undang – undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
7. Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakejaan.
8. Peraturan Uap Tahun 1930
9. Peraturan Pemerintah Nomor, 14 Tahun 1993, tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2005 tentang Tata Kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerjasama Tripartit.
12. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3 tentang
penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
13. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2012 tentang perubahan ke delapan atas
peraturan nomor 14 tahun 1993
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 7
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja NomorKep-147/Men/1989 tentang Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan bagi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-186/Men/1999 tentang
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep-
16/Men/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
17. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP-75/MEN/2002 tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI-04-0225-2000 Mengenai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja
18. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-75/Men/2002 tentang Pemberlakuan
SNI No. SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi listrik 2000
(PUIL 2000) di Tempat Kerja
19. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-255/Men/2003
tentang Tata Cara Pembentukan Susunan Keanggotaan Lembaga Kerjasama
Bipartit.
20. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-224/Men/2003
tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan
Antara pulul 23.00 sampai dengan 07.00.
21. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep-
187/Men/2004 tentang Iuran Anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
22. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-48/Men/2004
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta
Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 8
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
23. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-101/Men/2004
tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedian Jasa Pekerja/Buruh.
24. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-51/Men/IV/2004,
tentang istirahat Panjang pada Perusahaan Tertentu.
25. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomorKep-68/Men/IV/2004,
tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
26. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Kep-102/Men/IV/2004,
tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.
27. Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-100/MEN/VI/2004 tentang ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu
28. Kepmenakertrans RI Nomor KEP 68/MEN/VI/2008 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan HIV / AIDS di Tempat Kerja
27. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per -01/Men/1976
tentang Wajib Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan.
29. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi Nomor Per.03/Men/ 1978
tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pengawas K3 dan
Ahli Keselamatan Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-03/Men/1987
tentang Upah Bagi Pekerja pada Hari Libur Resmi.
30. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-01/Men/1979
tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja bagi Para Medis Perusahaan.
31. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-02/Men/1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Kesehatan
Kerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 9
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
32. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
33. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1980,
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
ringan.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per—01/Men/1982 tentang Bejana Tekanan.
34. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per -01/Men/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
35. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per -03/Men/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
36. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—02/Men/1982
tentang Kualifikasi Juru Las.
37. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—02/Men/1983
tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
38. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/MEN/1984 tentang
pengawasan ketenagakerjaan
39. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1985
tentang Pesawat Tenaga dan produksi.
40. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer—05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
41. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1985
tentang PJK3.
42. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—04/Men/1987
tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 10
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
43. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-03/Men/1987 tentang Upah Bagi
Pekerja pada Hari Libur Resmi.
44. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—01/Men/1988
tentang Kwalifikasi dan Syarat – syarat Operator Pesawat uap.
45. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer—02/Men/1989
tentang Pengawasan instalasi Penyalur Petir.
46. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—02/Men/1992,
tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli K3.
47. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/Men/1994 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan bagi Pekerja di Perusahaan.
48. Peraturan Menteri Tenaga Kerja NomorKep-01/Men/1998 tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat
Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
49. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per—05/Men/1996
tentang SMK3Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999 tentang
Upah Minimum.
50. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer—03/Men/1999
tentang Syarat – syarat K3 Lift untuk Pengangkutan orang dan Barang.
51. Permenakertrans No.Per 09/M/V/2005 tentang tata cara penyampaian laporan
pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan
52. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER-11/MEN/2005
tentang pencegahan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktf
Lainnya di Tempat Kerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 11
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
53. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 20/DJPPK/VI/2005
tentang petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja
54. Permenakertrans No. Per 14/MEN/IV/2006 tentang Tata Cara Pelaporan
Ketenagakerjaan
55. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER-15/MEN/VIII/2008
56. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/III/2008
tentang tata cara penggunaan Tenaga Kerja Asing
57. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER
08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
58. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 13/MEN/X/2011
tentang nilai ambang batas Faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja
59. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Nomor Kep-407/BW/1999 tentang persyaratan, penunjukan. Hak
dan Kewajiban Teknisi listrik
60. Keputusan Direktur jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Nomor Kep-311/BW/2002 tentang sertifikasi Kompetensi
Keselamatan dan Kesehatan Teknisi Listrik
61. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
Kep.370/DJPPK/XI/2004 tentang Kelengkapan dan Identitas Ahli Keselamatan
dan Kesehatan kerja.
62. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 111/DJPKK/2007
tentang petunjuk teknis Pelaksanaan P4GN
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 12
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
63. Kepdirjen PPK No. KEP 22/DJPPK/V/2008 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
64. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 45/DJPPK/IX/2008
tentang pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja pada ketinggian
dengan menggunakan akses tali (Rope Acsess)
65. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP
53/DJPKK/VIII/2009 tentang pedoman Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas
P3K di tempat Kerja
66. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 44/PPK/VIII/2012
tentang pedoman Pemberian Penghargaan Program Pencegahan dan
Penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja
67. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja NomorSE-07/Men/1990 tentang
Pengelompokan Komponen Upah dan pendapatan Non Upah.
68. Surat Edaran Dirjen Binawas No; SE-08/M/BW/1999 tentang Pembayaran Upah
Terhadap Pekerja Wanita yang Menjalankan Cuti Hamil dan Bersalin
69. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. SE. 461/BW/VI/2000 tentang Pembinaan dan Pengujian
Lisensi K3 bagi Operator Pesawat Angkat dan Angkut.
70. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorSE 643/MEN/PHI-
PPHI/IX/2005 tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
71. Surat Edaran Menakertrans No. SE 280/MEN/PPK-PNK3/VII/2009 tentang
kesiapsiagaan dalam menghadapi Pandemi Influenza di tempat kerja
72. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
NomorSE. No. 01/DJPPK/VI/2009, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pembinaan dan Pengujian Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Petugas
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 13
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
dan operator Pesawat Uap, Pesawat Tenaga dan Produksi, Pesawat Angkat dan
Angkut.
73. Surat Edaran Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
SE.02/DJPPK/X/2010 tentang pedoman penyelesaian Jaminan Kematian
74. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor SE.238/MEN/PPK-
NK/XI/2010 tentang penyempurnaan Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
75. Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
SK 84/PPK/X/2012 tentang pedoman penyusunan dokumen pengendalian Potensi
Bahaya Besar dan Menengah
76. SKB Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Nomor KEP-275/MEN/1989, POL.KEP/04/V/1989 tentang pengaturan
Jam kerja Shift dan Jam Istirahat serta pembinaan Tenaga Kerja Satuan
Pengamanan ( SATPAM).
E. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Akte Pengawasan Ketenagakerjaan adalah buku data perusahaan yang memuat
keadaan ketenagakerjaan yang dapat dipergunakan untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan dan syarat-syarat perbaikan atas penyimpangan peraturan
perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan
2. Alat Pelindung Diri (berdasarkan Permenaker No. Per.08/MEN/2013) adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 14
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) (berdasarkan Permenaker No.
Per-04/Men/1980) adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
4. Bejana Tekanan atau Bejana Tekan (berdasarkan Permenaker No.
Per.01/Men/1982) adalah bejana selain Pesawat Uap didalamnya terdapat tekanan
yang melebihi dari tekanan udara luar, dan dipakai untuk menampung gas atau
campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam keadaan larut
atau beku.
5. Hubungan Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah hubungan antara
pengusaha dan pekerja /buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai
unsur pekerjaan upah dan perintah.
6. Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik (berdasarkan Permenaker No.
Per.02/Men/1983) adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang
menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan titik panggil
secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm
kebakaran.
7. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) (berdasarkan UU No. 3 Tahun
1992) adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa
uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang
dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal
dunia.
8. Perusahaan (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah
a.setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 15
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b.Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
9. Pengusaha (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah
a.orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
b.orang perseorangan, persekutuan, atau bdan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c.orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
10. Pengurus (berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970) adalah orang yang mempunyai
tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri
sendiri.
11. Pekerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
12. Peraturan Perusahaan (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah peraturan
yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan
tata tertib perusahaan.
13. Perjanjian Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah perjanjian antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 16
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
14. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) (berdasarkan Kepmenaker No.
Kep.100/Men/VI/2004) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan
pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk
pekerjaan tertentu.
15. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) (berdasarkan Kepmenaker
No. Kep.100/Men/VI/2004) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan
pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.
16. Pemeliharaan Kesehatan (berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992) adalah upaya
penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan bersalin.
17. Penyakit Akibat Kerja (berdasarkan Permenaker No. Per.01/Men/1981) adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
18. Pemeriksaan (berdasarkan Permenaker No. Per.04/Men/1995) adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bahan keterangan
tentang suatu keadaan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam rangka tindakan korektif.
19. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan (berdasarkan Peraturan Presiden RI No.
21 Tahun 2013) adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
dalam jabatan fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
20. Pengawasan Ketenagakerjaan (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah
kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di bidang ketenagakerjaan.
21. Pesawat Tenaga dan Produksi (berdasarkan Permenaker No. Per.04/Men/1985)
adalah pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap yang dipakai
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 17
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
atau dipasang untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga,
mengolah, membuat : bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
22. Pesawat uap (berdasarkan UU Uap Th. 1930) ialah ketel uap dan alat-alat
lainnya yang dengan peraturan Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau
tidak langsung berhubungan (atau tersambung) dengan suatu ketel uap dan
diperuntukan bekerja dengan tekanan yang lebih besar (tinggi) daripada tekanan
udara.
23. Pesawat angkat dan angkut (berdasarkan Permenaker No. Per.05/Men/1985)
adalah suatu pesawat atau alat yang dgunakan untuk memindahkan, mengangkat
muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal dan atau horizontal
dalam jarak yang ditentukan;
24. Serikat Pekerja / Serikat Buruh (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah
organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan
maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis,
dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekrja/buruh
dan keluarganya.
25. Tempat Kerja (berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970) adalah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja,
atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik didarat, didalam tanah,
dipermukaan air, didalam air maupun udara, yang berada didalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 18
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
26. Tenaga Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
27. Upah (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah hak pekerja/buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atau suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
28. Upah Minimum Kabupaten/Kotamadya (UMK) atau UMR Tk. II
(berdasarkan Permenaker No. Per.01/Men/1999) adalah upah minimum yang
berlaku di daerah Kabupaten/Kotamadya atau menurut wilayah pembangunan
ekonomi daerah atau karena kekhususan wilayah tertentu.
29. Waktu Kerja (berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003) adalah 7 jam 1 hari dan 40
jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1
minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
30. Waktu Kerja Lembur (berdasarkan Kepmenaker No. Kep-102/Men/VI/2004)
adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari
kerja dalam 1 minggu atau 8 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari
libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 19
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
BAB IIFAKTA DAN MASALAH
A. DATA UMUM PERUSAHAAN
Identitas Perusahaan
Berdasarkan data dalam Wajib lapor didapatkan data perusahaan sebagai berikut:
Nama Hotel : PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA
Jenis Usaha : Kapas Kecantikan
KLUI : 32169
Alamat : Jl. Soekarno – Hatta Km. 30, Bawen
Telepon/Faksimil : 0298 – 522288 / 0298 – 522557
Pemilik : Heryanto Tanaka
Jl. Cempolorejo VIII, No. 10 Semarang
Bentuk Badan Hukum : Perseroan Terbatas
Nomor Akte Pendirian : Nomor 84
Nama Notaris : Farid Tjandra, SH
Tanggal Pendirian : 19 Mei 1993
Status Perusahaan : Cabang
Status Pemilikan : Swasta
Status Permodalan : Swasta Nasional
Komisaris : Heryanto Tanaka
Direktur : H. Wuryantoro
Penanggung Jawab : Frans Toisuta
Jumlah Tenaga Kerja : Total : 330 orang; L= 105 orang, P= 225 orang
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 20
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
B. PROSES PRODUKSI
1. Alur Produksi
2. Penjelasan Singkat
Kapas mentah sebagai bahan baku kapas kecantikan dimasukkan kedalam
mesin bleaching lalu dipanaskan dalam larutan causatic soda dan air, kemudian
dikeringkan dan dimasukkan ke dalam mesin hidro extractor untuk diproses
menjadi lembaran gulung, setelah itu kapas yang sudah menjadi lembaran gulung
dimasukkan ke dalam mesin pemotong untuk dipotong sesuai ukuran kemasan (75
Gr, 150 Gr,dan 250 Gr) lalu dikemas untuk kemudian dikirimkan ke Distributor.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 21
Kapas dipress
menjadi
gulungan besar
(Rol)
Kapas Melalui
Proses Bleaching
(Pemutihan)
Kapas Mentah
Kapas yang
berupa roll
memasuki mesin
cutting
Delivery Kapas yang sudah
terpotong dalam
bentuk tertentu
dikemas
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
3. LAY OUT PERUSAHAAN
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 22
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
4. FAKTA
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di PT. Taruna Kusuma Puri Nusa, pada tanggal
30 April – 10 Mei 2013, berdasarkan Surat Perintah Tugas No. 094/ /2013, maka
ditemukan fakta sebagai berikut :
1. Norma Wajib Lapor Ketenagakerjaan
PT. Taruna Kusuma Purinusa, dengan kode KLUI 32169 dan No.4 pendaftaran
Wajib Lapor 14.0213/DSTKT/2012, didirikan pada tanggal 08 Agustus 2003 dan
telah melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan kembali sebanyak 14 kali ke
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang. Kewajiban
PT. Taruma Kusuma Purinusa untuk melapor kembali adalah pada tanggal 1
September 2013
Adapun Isi Wajib Lapor Ketenagakerjaan dari PT. Taruna Kusuma Purinusa
adalah sebagai berikut:
- Nama Perusahaan : PT. Taruna Kusuma Purinusa
- No. Pendaftaran : 14.0213/DSTKT/2012
- Kode KLUI : 32169
- Tgl. Pengesahan : 21 Nopember 2012
- Ditandangani : An. Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Semarang
- Masa berlaku s.d : 1 September 2013
- Alamat Perusahaan : Jl. Soekarno-Hatta km 30 Bawen, Kab.
Semarang
- No. Telp/Fax : (0298) 522288/(0298) 522557
- Jenis Usaha : Kapas Kecantikan
- Nama Pemilik : Heryanto Tanaka
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 23
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- Alamat Pemilik : Jl. Cempolrejo VIII, No. 10 Semarang
- Nama Pengurus : H. Wuryantoro
- Alamat Pengurus : Jl. Soekarno – Hatta km 30 Bawen
- Tanggal Pendirian : 08 Agustus 2003
- Status Perusahaan : Cabang
- Status Pemilikan : Swasta
- Status Permodalan : Swasta Nasional
- Jumlah Tenaga Kerja
WNI : 330 orang
Laki-laki : 105 orang
Perempuan : 225 orang
WNA : Tidak ada
- Waktu Kerja : 7 jam/hari dan 40 jam/minggu
- Penggunaan Alat dan Bahan : - 1 buah Pesawat Uap
- 4 buah Pesawat Angkat
- 2 buah Pesawat Angkut
- 1 buah Instalasi Listrik
- 3 buah Instalasi Penyalur Petir
- 1 buah Pembangkit Listrik
- 2 buah Bejana Tekan
- 20 buah APAR
- Limbah produksi : Cair
- Instalasi Pengelola Limbah : Ada
- AMDAL : Pernah Ada
- Pengupahan
Jumlah upah seluruh pekerja
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 24
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
yang dibayarkan
Tingkat upah tertinggi
Tingkat upah terendah
Jumlah pekerja penerima
UMK
:
:
:
:
Rp. 363.000.000,00
Rp. 3.500.000,00
Rp. 941.000,00
35 orang (10 %)
- Tunjangan Hari Raya
Keagaamaan
: 1 bulan upah
- Fasilitas Perusahaan
Fasilitas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Fasilitas Kesejahteraan
:
:
:
- P3K
- Poliklinik
- Dokter Pemeriksa
- Regu Pemadam Kebakaran
- Sarana Ibadah
- Kantin
- Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Mulai menjadi peserta
Nomor pendaftaran
Jumlah peserta
Program yang diikuti
:
:
:
:
01 Oktober 1996
LL002372
330 orang Keluarga 450 orang
- Jaminan Kecelakaan Kerja
- Jaminan Kematian
- Jaminan Hari Tua
- Jaminan Pemeliharaam Kesehatan
- Program pension : Tidak diisi
- Perangkat Hubungan Industrial
- Perangkat organisasi
: - PP
- Bipartit
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 25
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
ketenagakerjaan :
- Pekerja yang dibutuhkan dalam
12 bulan terakhir
: 405 orang, L=130 orang, P= 275 orang
- Produksi = 109 orang
- Maintenance = 33 orang
- Packing = 183 orang
- Gudang = 30 orang
- Staff/umum = 50 orang
- Pekerja 12 bulan terakhir : - 330 orang, L=105 orang, P=225 orang
- Produksi = 69 orang
- Maintenance = 27 orang
- Packing = 165 orang
- Gudang = 27 orang
- Staff/umum = 42 orang
- Jumlah penerimaan pekerja 12
bulan terakhir
: Tidak ada
- Jumlah pekerja yang berhenti
selama 12 bulan terakhir
: Tidak ada
- Program Pelatihan : Tidak ada
- Perencanaan Kebutuhan
Latihan bagi Pekerja
: Kepemimpinan = 60 orang
Komunikasi efektif = 25 orang
PIC untuk operator = 6 orang
Hubungan Industrial = 75 orang
Pendidikan Mutu = 250 orang
- Pengesahan Wajib Lapor Ketenagakerjaan
Nomor pendaftaran : 14.0213/DSTKT/2012
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 26
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Tanggal Disahkan : 21 Nopember 2012
Ditandatangani Oleh : Soemardjoto, SH. MM
Jabatan : An Ka. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kab. Semarang
Pendaftaran ke : 14
Masa Berlaku : 1 tahun
Tanggal Daftar Ulang : 1 September 2013
Dalam kaitannya dengan tata cara pengadministrasian wajib lapor, untuk
administrasi wajib lapor di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.
Semarang dibukukan dalam buku register wajib lapor ketenagakerjaan,
sedangkan untuk administrasi di perusahaan diarsipkan dengan baik oleh bagian
personalia.
2. Norma Waktu Kerja, Waktu Istirahat
a. Norma Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
1. Waktu Kerja
Pengaturan Waktu Kerja di PT. Taruna Kusuma Purinusa adalah 7
(tujuh) jam/hari dan 40 (empat puluh) jam perminggu untuk 6 hari
kerja dan 1 hari off.
Pembagian waktu kerja adalah menggunakan Non Shift untuk
bagian office (administrasi) dan menggunakan Shift untuk bagian
operasional dan security.
Adapun pembagian waktu kerja nya adalah sebagai berikut :
1. Pekerja Non Shift (Bagian Administrasi)
Senin s/d Sabtu = (08.00 – 11.30) + (12.30 – 15.30)
Istirahat antar jam kerja 1 jam (11.30 s/d 12.30)
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 27
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Istirahat Mingguan = Minggu
2. Pekerja Shift
Bagian Produksi
6 hari kerja 1 hari off
Shift I : 06.00 s/d 14.00
Shift II : 14.00 s/d 22.00
Shift III : 22.00 s/d 06.00
Istirahat antar jam kerja adalah 1 jam secara bergantian.
Istirahat Mingguan = Minggu
Bagian Satpam
5 hari kerja 2 hari off
Shift I : 06.00 s/d 14.00
Shift II : 14.00 s/d 22.00
Shift III : 22.00 s/d 06.00
Jam Kerja tersebut termasuk dalam istirahat antar jam kerja
yang dilakukan secara bergantian.
Tenaga Satpam berjumlah 16 orang dibagi dalam 4 group
dan 3 shift. Masing-masing group terdiri dari 4 orang.
Untuk jam kerja yang melebihi ketentuan tersebut maka dihitung
lembur.
2. Waktu Istirahat
Adapun waktu Istirahat yang diberlakukan di PT. Taruna Kusuma
Purinusa adalah sebagai berikut :
a. Istirahat antara jam kerja yang diberikan
3. Pekerja Non Shift,
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 28
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
1 jam setelah bekerja selama 4 jam, yaitu pada pukul: 11.30
s/d 12.30 WIB
4. Pekerja Shift Bagian Produksi dan tenaga Satpam
Waktu istirahat Shift I, II dan III diatur oleh pihak
perusahaan melalui bagiannya masing-masing, selama 1
jam dilakukan secara bergantian.
b. Istirahat mingguan
5. Pekerja Non Shift dan Shift bagian Produksi
Selama 1 hari pada setiap minggunya yaitu pada hari
Minggu.
6. Bagian Satpam
Setelah 5 hari kerja berturut-turut diberikan Istirahat
Mingguan 2 hari.
c. Cuti Tahunan
Cuti Tahunan diberikan setelah bekerja 12 bulan berturut-turut
selama 12 hari kerja.
d. Ijin tidak masuk kerja dengan tetap mendapat upah dan tidak
dipotongkan pada cuti tahunan diberikan perusahaan kepada
pekerja, untuk kepentingan/alasan sebagai berikut :
- Karena sakit mendadak, dibuktikan dengan surat
keterangan dari dokter;
- Kepentingan pribadi seperti yang tercantum pada peraturan
perundangan, telah dilakukan perusahaan sesuai ketentuan,
seperti :
a). Melangsungkan pernikahan : 3 hari
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 29
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
sendiri
b). Pernikahan anak karyawan : 2 hari
c). Mengkhitankan anak karyawan : 2 hari
d). Pembaptisan anak : 2 hari
e). Isteri atau suami atau orang tua
atau mertua atau anak kandung
atau menantu meninggal dunia
: 2 hari
f). Isteri melahirkan : 2 hari
g). Anggota keluarga dalam 1 (satu)
rumah meninggal dunia
: 1 hari
e. Cuti Haid
Cuti haid tidak diberlakukan di perusahaan
f. Cuti hari raya keagamaan, pelaksanaannya mengikuti ketentuan
pemerintah.
g. Cuti Hamil, Melahirkan dan Gugur Kandungan
- Cuti hamil diberikan selama 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan
sesudah melahirkan.
- Cuti gugur kandungan diberikan selama 1,5 bulan yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter
h. Cuti panjang tidak dilaksanakan pada perusahaan
i. Selama melaksanakan istirahat/cuti, upah tetap dibayar.
3. Upah Lembur
Jam kerja lembur terjadi di bagian Produksi, dimana ada kelebihan
jam kerja setiap minggunya sebanyak 2 jam kerja.
Adapun perhitungan upah lemburnya telah sesuai dengan
Kepmenaker No. Kep. 102/Men/VI/2004 yaitu :
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 30
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
7. Untuk hari kerja biasa
untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5
(satu setengah) kali upah sejam
untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah
sebesar 2(dua) kali upah sejam.
8. Untuk Bagian Administrasi dan Produksi tidak ada lembur di
hari Istirahat mingguan atau hari libur resmi karena tidak ada
kegiatan produksi. Lembur hari istirahat mingguan dan hari
libur resmi hanya berlaku untuk bagian Satpam.
Contoh perhitungan di istirahat mingguan di Slip Gaji An. Doni
Setiawan Periode 26 Maret – 25 April
Gaji Pokok : Rp.1.051.000,-
Lembur : Rp 170.100,-
Total :
7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam
jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam
jam lembur kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali
upah sejam.
Perhitungan upah sejam = 1/173 x upah sebulan
Upah lembur sesuai dengan ketentuan setelah dilakukan perhitungan
ulang
9. Pehitungan upah lembur untuk hari kerja biasa
Slip gaji an. Doni Setiawan
Pada periode gaji 26 Maret – 25 April 2013
Gaji Pokok : Rp. 1.051.000
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 31
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Tunjangan ttp : -
Tunj. Tdk ttp : -
Upah Lembur : Rp. 85.052
Pot. Jamsostek: Rp. 21.020
Total Terima Rp. 1.115.031
Pada absen 26 Maret – 25 April 2013 ditemukan saudara Doni
Setiawan bekerja lembur pada hari terpendek selama 4 kali
dengan masing – masing hari selama 2 jam
Perhitungan upah lembur di slip gaji adalah Rp. 85.052,-
Hasil perhitungan ulang
Gaji perjam = 1.051.000/173
= Rp. 6075,144
Upah lembur 4 hari terpendek = 3,5 x 4 x 6075,144
= Rp. 85.052,-
Jumlah pembayaran upah lembur telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
10. Perhitungan upah lembur untuk libur resmi (bagian Satpam)
Gaji An. Agung
Gaji Pokok : Rp. 1.051.000,-
Lembur : Rp. 170.100
Jamsostek : Rp. 21.020
Lembur sejam = 1.051.000 /73
= 6.075,144
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 32
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Terdapat 2 hari libur mingguan di mana Saudara Agung harus
masuk menggantikan teman yang berhalangan, yaitu tanggal 3
dan 16 April dengan masing – masing selama 8 jam, jadi
perhitungan lembur =
8 jam X 2 X 2 hari X 6.075,144 = Rp. 194.400
Terdapat kekurangan sebesar = Rp. 170.100 – Rp. 194.400
= Rp. 24.304
Setelah dilakukan interview didapat keterangan nilai jam kerja
satpam adalah 7 jam kerja dan 1 jam istirahat, dimana 1 jam
istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja lembur.
3. Norma Perlindungan Upah
a. Upah dibayar secara bulanan pada periode tanggal 26 sampai dengan
tanggal 25 bulan berikutnya.
b. Upah dibayar melalui transfer ke rekening bank masing-masing
pekerja setiap tanggal 26.
c. Komponen Upah yaitu : (contoh an. Agung, Bag. Satpam)
1) Upah pokok : Rp. 1.051.000
2) Tunjangan Jabatan (Tunjangan Tetap untuk level tertentu)
3) Uang Kerajinan: Rp. 50.000,-
4) Uang Baris Berbaris : Rp. 50.000,-
d. Berdasarkan keterangan dari bagian Personalia upah pekerja tahun
2013 :
1) Upah terendah Rp.1.051.000,-
2) Upah tertinggi Rp. 3.500.000,-
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 33
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
3) Upah yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan UMK Kab.
Semarang yang berlaku tahun 2013 yaitu sebesar
Rp.1.051.000,-
- Jenis Potongan diketahui :
1) Iuran Jamsostek
- Besarnya potongan diketahui, dengan rincian :
1) Iuran Jamsostek (JHT) : Rp. 21.020
- Perhitungan untuk iuran Jamsostek :
Slip gaji an. Doni Setiawan
Pada periode gaji 26 Maret – 25 April 201
Gaji Pokok : Rp. 1.051.000
Tunjangan ttp : -
Tunj. Tdk ttp : -
Upah Lembur : Rp. 85.000
Pot. Jamsostek: Rp. 21.020
Total Terima Rp. 1.114.900
Untuk iuran JHT dari Jamsostek sebesar 5,7 % dimana
Pengusaha berkewajiban membayar sebesar 3,7 % dan
sisanya dibayar oleh pekerja sebanyak 2 % dari upah yang
didaftarkan, maka perhitungan potongan Jamsostek adalah :
2 % x Rp. 1.051.000,- = Rp. 21.020,-
- Denda tidak diberlakukan oleh perusahaan
- Bukti pembayaran upah diketahui melalui slip gaji
- Tidak ada diskriminasi dalam pengupahan antara pekerja laki-laki dan
perempuan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 34
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- THR yang dibayarkan oleh perusahaan adalah sebesar 1 kali upah
sebulan untuk pekerja dengan masa kerja 12 bulan berturut-turut dan
proporsional untuk masa kerja 3 bulan atau lebih tetapi kurang dari 1
tahun dengan perhitungan sebagai berikut :
(masa kerja / 12 bulan) x upah sebulan
- Berdasarkan keterangan dari bagian personalia, THR dibayarkan 2
minggu sebelum hari raya.
- Pengurus tidak bersedia menunjukkan buku upah, pengurus hanya
memberikan beberapa slip gaji pekerja.
4. Norma Hubungan Kerja
a. Perjanjian Kerja
1. Isi perjanjian kerja PKWT sudah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan ketenagakerjaan, yang memuat tentang identitas pekerja, jenis
pekerjaan, waktu kerja, hak dan kewajiban pekerja, gaji yang diterima
pekerja, status hubungan kerja dan masa berlaku perjanjian kerja.
- Jumlah pekerja PKWT : 360 orang
- Masa Berlaku PKWT : 3 (tiga) bulan (Masa Percobaan)
kemudian membuat PKWT untuk masa berlaku 1 (satu) tahun
- Contoh PKWT :
Nomor : 001/HRD-M/IV/2013
Tanggal : 08 April 2013
Nama : Nining Subiyati
Pekerjaan : Operator Mesin Cutting
Bagian/Departement : Produksi (Packing)
Masa Berlaku : 08 April 2013 – 08 Juli 2014
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 35
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Ditandatangani oleh : H. Wuryantoro
Jabatan : General Manager
2. Jenis Pekerjaan yang di-PKWT kan adalah jenis pekerjaan yang terus
menerus yaitu di bagian Produksi, Maintenance, Packing, Gudang dan
Staff/umum.
3. PKWT dilakukan masa percobaan 3 (tiga) bulan.
4. PKWT belum dicatatkan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kab. Semarang.
5. Isi perjanjian kerja PKWTT sudah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan ketenagakerjaan, yang memuat tentang identitas pekerja, jenis
pekerjaan, waktu kerja, hak dan kewajiban pekerja, gaji yang diterima
pekerja, status hubungan kerja..
- Jumlah pekerja PKWTT : 59 orang
- Contoh PKWTT adalah :
Nomor : 009/HRD-M/ VI/2005
Tanggal : 5 Juni 2005
Nama : Lini Yuliana
Pekerjaan : Staf HRD
Bagian/Departement : Administrasi
Ditandatangani oleh : Sutikna Halim Wijaya
Jabatan : Direktur
b. Peraturan Perusahaan
PP PT. Taruna Kusuma Purinusa sudah didaftarkan pada Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi R.I dan disahkan oleh A.n. Direktur Jenderal, Direktur
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 36
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Persyaratan Kerja, Kesejahteraan dan Analisis Diskriminasi, R. Irianto Simbolon,
SE, MM.
Masa berlaku PP : 17 Agustus 2011 s/d 16 Agustus 2013
No.Pengesahan : No. Kep. 738/PHIJSK-PKKAD/PP/VIII/2011
No. Pendaftaran : 74/PP-P-2/VIII/2011
Isi PP tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PP sudah disosialisasikan kepada seluruh pekerja.
Buku saku PP sudah dibagikan kepada seluruh pekerja.
Seluruh pekerja memahami isi PP.
c. Kasus PHI
Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat kasus yang berkaitan dengan
Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
d. LKS Bipartit
LKS Bipartit di PT. Taruna Kusuma Purinusa telah terbentuk.
- Tanggal Terbentuk : 05 Januari 2013
- No. Pendaftaran : 75/BIP/I/2013
- Masa Berlaku : 05 Januari 2013 s/d 04 Januari
2016
- Jumlah Pengurus
Ketua
Jabatan dalam perusahaan
:
:
:
16 orang
H. Wuryantoro
General Manager
6. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa belum dibentuk Serikat
Pekerja/Serikat Buruh
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 37
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
5. Norma Kebebasan Berserikat dan Berunding
7. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa telah dibentuk LKS Bipartit yang
telah tercatat di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.
Semarang, dan diketahui :
- Tanggal Pencatatan : 25 Januari 2013
- No. SK LKS Bipartit : 568/0171/2013
- Jumlah Anggota : 16 orang
- Jumlah Pengurus : 16 orang
- Nama Pengurus : 1. H. Wuryantoro
2. L. Triyoto
3. Lini Yuliana
4. Siti Maspupah
5. Albert Kurniawan
6. F. Aska Rodianto
7. Titus Ade W.
8. Eddy Tjahyo
9. Hardi Sungkowo
10. Wisto
11. Edi Sutrisno
12. Eric Volga
13. Wisnu B.
14. Sunawiyati
15. Larmiyatun
16. Ria Puspitarini
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 38
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Ketua : H. Wuryantoro
8. Terbentuknya LKS Bipartit PT. Taruna Kusuma Purinusa
menunjukkan adanya kebebasan berunding di Perusahaan, dan
terbukti dengan dapat terselesaikannya setiap kasus yang ada di
perusahaan pada tingkat Bipartit saja.
6. Norma Jamsostek
a. Norma Jamsostek
Nomer Sertifikat Pendaftaran Perusahaan = LL002372
Jenis program yang diikutsertakan adalah
- Jaminan Kecelakaan Kerja
- Jaminan Kematian dan
- Jaminan Hari Tua
- Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Perusahaan mengikutsertakan sebanyak 405 pekerjanya dari total jumlah
pekerja 419 pada program asuransi Jamsostek, sehingga ada PDS TK
Upah yang didaftarkan kepada pihak Jamsostek adalah UMK yaitu Rp.
1.051.000,-, dimana dapat diketahui dari Potongan Jamsostek untuk pekerja
sebesar 2 % yaitu Rp. 21.020,00
Upah riil yang diketahui berdasarkan dari slip gaji yang diberikan dan
wawancara dengan HRD Manager, pekerja bagian Produksi dan Satpam
adalah berbeda-beda dimana untuk :
9. an. Agung Fitriyanto (jabatan Satpam) gaji yang diterima terdiri dari
Gaji Pokok dan Tunjangan Tidak Tetap (Kerajinan dan PBB) = Rp.
1.151.000,00
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 39
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
10. an. Doni Setiawan (jabatan operator gudang) gaji yang diterima terdiri
dari Gaji Pokok = Rp. 1.051.000,00
Perusahaan menunjukkan bukti pembayaran setoran jamsostek untuk
seluruh Pekerja untuk bulan Maret 2013 senilai Rp. 67.580.140,-
7. Kompensasi Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
a. Berdasarkan buku register Kecelakaan Kerja tidak terlihat adanya
Kecelakaan Kerja ataupun Penyakit Akibat Kerja di PT. Taruna Kusuma
Purinusa.
b. Berdasarkan wawancara di PT. Taruna Kusuma Purinusa, Terjadi
kecelakaan kerja di PT. TARUNA KUSUMA PURINUSA pada unit kerja
Gedung Produksi 3 dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, yang terjadi di
dalam perusahaan.
c. Kecelakaan Kerja tersebut terjadi pada Jumat, 23 Nopember 2012 Pukul
09.45 WIB.
d. Korban bernama Arif Al Hakim, Maintenance GP3 disebabkan oleh terjepit
pisau pemotong Mesin Cutting yang terganjal kapas saat melakukan
perbaikan.
e. Kecelakaan tersebut di atas terjadi karena pekerja tidak mengetahui dengan
baik proses perbaikan mesin cutting
f. Kecelakaan Kerja tersebut tidak dilaporkan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kab. Semarang dikarenakan ybs. Belum didaftarkan
dalam kepesertaan Jamsostek.
g. Besaran JKK
Upah pekerja saat terjadi kecelakaan kerja tahun 2012 = Rp. 941.600
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 40
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- 2 ruas jari telunjuk tangan kiri = 7 x 80% x 941.600= 5.272.960
- 2 ruas jari tengah tangan kiri = 3 x 80% x 941.600 = 2.259.840
- 1 ruas jari manis tangan kiri = 1,5 x 80% x 941.600 = 1.129.920
- Total yang harus dibayarkan = Rp. 8.662.270
h. Besaran JKK tersebut harus dibayarkan oleh PT. Taruna Kusuma Purinusa.
i. Perusahaan belum membayarkan santunan kecelakaan kerja ke pihak
korban. Perusahaan baru memberikan pembayaran biaya pengobatan.
8. Norma Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kerja Dalam Negeri
PT. Taruna Kusuma Purinusa merupakan suatu perusahaan dengan jenis usaha
kapas kecantikan tidak melakukan penyelenggaraan penempatan tenaga kerja
AKAD, AKL, karena PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak bergerak di bidang
penempatan tenaga kerja.
Untuk penempatan tenaga kerja cacat belum dilakukan dan belum disediakan
pekerjaan khusus di PT. Taruna Kusuma Purinusa
9. Penempatan Tenaga Kerja Asing
Di PT. Taruna Kusuma Purinusa adalah perusahaan dengan status permodalan
Swasta Nasional, sehingga tidak mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dalam
pelaksanaan proses produksinya. Dikarenakan tidak adanya Tenaga Kerja Asing,
maka di perusahaan tidak terdapat Tenaga Kerja Indonesia Pendamping untuk
Tenaga Kerja Asing.
10. Norma Pelatihan Tenaga Kerja
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 41
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Dalam kaitannya dengan Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kerja Dalam Negeri,
PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja dan
pemagangan.
11. Norma Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
PT. Taruna Kusuma Purinusa bukanlah suatu perusahaan yang jenis usahanya
bergerak dalam bidang penyelenggaraan penempatan TKI di Luar Negeri,
sehingga tidak ditemukan adanya tempat penampungan penempatan TKI Luar
Negeri dan Balai Latihan Kerja Luar Negeri di Perusahaan tersebut
12. Norma Pelatihan Tenaga Kerja luar negeri
Dalam kaitannya dengan penempatan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia di
Luar Negeri, PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak menyelenggarakan pelatihan
tenaga kerja dan pemagangan.
13. Norma Perlindungan Pekerja Anak
Didalam Wajib Lapor Ketenagakerjaan yang berlaku sampai dengan 1 September
2013 dan berdasarkan pemeriksaan secara visual maupun wawancara baik dengan
HRD Manager maupun dengan beberapa pekerja, maka diketahui bahwa tidak
terdapat pekerja anak dengan usia di bawah 18 tahun di PT. Taruna Kusuma
Purinusa.
14. Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Anak
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 42
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat Pekerja Anak, sehingga tidak
ditemukan adanya bentuk-bentuk pekerjaan terburut anak.
15. Norma Perlindungan Pekerja Perempuan
Dari hasil pemeriksaan di Perusahaan dan hasil wawancara diperoleh fakta –
fakta berkaitan dengan Norma perlindungan Pekerja Perempuan sebagai berikut:
a. Dari hasil wawancara dengan bagian HRD diketahui jumlah tenaga kerja
perempuan sebanyak 224 orang dari jumlah pekerja total 419 orang.
b. 20 orang pekerja perempuan berstatus sebagai pekerja tetap dan 204 orang
berstatus sebagai pekerja dengan PKWT, dimana mereka dipekerjakan di
semua bagian.
c. Upah bulanan pekerja perempuan a.n Dominica Magdalena (pekerja pada
bagian produksi) yang meliputi :
Gaji pokok : Rp. 1.051.000,-
(Sudah memenuhi UMK Kab. Semarang tahun 2013 yaitu sebesar Rp
1.051.000,-)
d. Tidak ada perbedaan upah antara pekerja pria dengan pekerja perempuan
e. Waktu kerja tenaga kerja perempuan :
1. Pekerja Non Shift (Bagian Administrasi)
Senin s/d Sabtu = (08.00 – 11.30) + (12.30 – 15.30)
Istirahat antar jam kerja 1 jam (11.30 s/d 12.30)
Istirahat Mingguan = Minggu
2. Pekerja Shift
Bagian Produksi
6 hari kerja 1 hari off
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 43
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Shift I : 06.00 s/d 14.00
Shift II : 14.00 s/d 22.00
Shift III : 22.00 s/d 06.00
Istirahat antar jam kerja adalah 1 jam secara bergantian.
Istirahat Mingguan = Minggu
3. Perempuan bekerja pada ketiga Shift
f. Diberikan cuti bagi pekerja perempuan, meliputi :
- Istirahat mingguan 1 hari yaitu hari Minggu
- Istirahat tahunan 12 hari kerja setelah kerja 12 bulan berturut-turut
- Istirahat hamil dan melahirkan 1,5 bulan sebelum dan 1,5 sesudah
melahirkan
- Gugur kandungan 1,5 bulan setelah mengalami gugur Kandungan atau
menurut keterangan dokter
g. Upah selama cuti dibayar penuh
h. Pekerja perempuan yang masih menyusui anaknya diberikan kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya .
i. Tidak disediakan pojok menyusui atau ruang laktasi.
j. Bagi perempuan yang bekerja di malam hari tidak diberikan makanan extra
sebesar 1400 kalori.
16. Pengawasan Sarana dan Fasilitas K3
Berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara wawancara maupun visual didapatkan
data-data sebagai berikut :
a. Di perusahaan tidak terlihat adanya Lembaran Undang-undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 44
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
b. Gambar-gambar ataupun rambu-rambu K3 telah terpasang dengan
baik di PT. Taruna Kusuma Purinusa, dimana pemasangan sudah
pada posisi yang mudah terbaca dan terlihat oleh seluruh pekerja, dan
pemasangannya telah sesuai dengan sumber bahaya yang ada.
c. Penerangan di tempat kerja baik di kantor maupun di bagian produksi
belum dapat dikatakan sesuai ataupun tidak sesuai dikarenakan belum
pernah dilakukan Uji Penerangan di tempat kerja.
d. Syarat-syarat kebersihan di PT. Taruna Kusuma Purinusa telah
terpenuhi dengan baik, dimana :
1. Cubic Space : sudah memenuhi (Melebihi 10 M3 per orang)
2. Ruang gerak : sudah memenuhi (Melebihi 2 M2 per orang)
3. Toilet
Toilet yang terdapat di Perusahaan dengan jumlah tenaga kerja
419 orang dengan 3 shift kerja tersedia masing – masing 20 buah
toilet untuk Pekerja laki – laki dan Pekerja Perempuan. Toilet
terpisah antara pria dan wanita, dan toilet terlihat bersih serta
memiliki pintu yang dapat ditutup.
4. Tempat cuci muka/tangan : ada
5. Ruang istirahat bagi tenaga kerja wanita : ada
6. Ruang ganti pakaian bagi tenaga kerja yang harus berganti
pakaian : ada
7. Loker bagi Tenaga Kerja yang harus berganti pakaian : ada
8. Kebersihan bangunan secara umum
a. Lantai terlihat bersih dan tidak licin.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 45
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
b. Dinding terlihat terang dan bersih dan dalam keadaan
terpelihara
c. Platform/atap terlihat bersih dan dalam keadaan terpelihara
9. Tutup pengaman pada selokan yang memotong halaman :
tertutup dengan aman
10. Wastafel/tempat pembuangan ludah : ada di toilet
11. Tempat pembuangan sampah/limbah :Menggunakan Instalasi
Pengelolaan Limbah
12. Luas Jendela sudah mencukupi untuk keluar masuknya/peredaran
udara. Bagi ruangan yang tidak memiliki jendela dipasang AC
dan alat ventilasi.
13. Tinggi dinding ruangan : sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
e. Terdapat tempat makan untuk pekerja.
f. Perusahaan dalam proses produksinya menghasilkan Limbah baik
limbah cair maupun limbah padat, dimana proses pengolahan limbah
telah ada menggunakan sistem Instalasi Pengelolaan Limbah (IPAL)
g. Perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) secara cuma-
cuma untuk pekerjanya yang telah disesuaikan dengan tempat kerja
dan sumber bahayanya.
h. Adapun Alat Pelindung Diri yang telah disediakan oleh perusahaan
adalah sebagai berikut :
a. Masker
b. Helmet
c. Safety Shoes
d. Appron
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 46
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
e. Topi
f. Kacamata
i. APD yang digunakan telah memiliki Sertifikat Nasional Indonesia
(SNI)
j. Banyak pekerja tidak menggunakan APD yang telah diberikan dengan
alasan kurang nyaman.
17. Pengawasan Norma Kelembagaan dan Keahlian K3
Fakta-fakta yang didapatkan dari hasil wawancara dan melihat dokumen
mengenai Kelembagaan dan Keahlian K3 adalah sebagai berikut :
a. PT. Taruna Kusuma Purinusa dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
419 orang belum membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3)
b. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa belum ada tenaga kerja yang
memiliki SKP Ahli K3 Umum (AK3U)
18. Norma K3 Pesawat Uap
Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :
a. Terdapat 2 buah boiler dengan data sebagai berikut :
1. Jenis : Ketel Uap I
Data Umum
- No. Akte ijin : 678/702/2004
- Tanggal terbit : 17 Juni 2004
- Diterbitkan oleh : Disnakertrans Kab. Semarang
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 47
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- Riksa Uji terakhir : 12 Mei 2004
- Pengawas KK yg memeriksa : Ir. Ichsan
- Kesimpulan hasil riksa uji terakhir : Semua alat – alat
perlengkapan dan indicator pressure gauge dapat bekerja
dengan baik dan secara konstruksi kondisi ketel uap
cukup baik tidak terdapat kelainan – kelainan yang
memberatkan
Data Teknis
- Merk : Aalborg
- No. Serie : 097A - AI
- Buatan : PT. Aalborg Industries
- Wp : 10 kg/cm2
- Hs : 97.2 m2
- Kapasitas : 5 T/J
Perusahaan sudah mengajukan permohonan untuk dilakukan
riksa uji berkala, dan riksa uji berkala akan dilakukan pada
tanggal 14 Mei 2013
2. Jenis : Ketel Uap II
Data Teknis
- Jenis : Boiler
- Merk : Ygnis
- Pembuat : PT. Grand Kartech
- Negara : Indonesia (Under Switzerland License)
- Wp : 6 kg/cm2
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 48
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- HS : 2,3 m2
- CAR : 55 Kw
- S/N : PY55/05-01
- Tahun : Nov 2009
- WP X HS = 6 X 2,3 = 13,8 ( > 0.2) Wajib akte ijin
Belum mempunyai akte ijin.
b. Terdapat 2 buah Bejana uap dengan data teknis sebagai berikut :
1. Bejana Uap I
Data Teknis:
- Merk : -
- No. Serie : -
- Buatan : -
- Wp : 5 kg /cm2
- Vol : 235 liter
- Inside Diameter : 50 cm
- Vol X WP = 1175 ( > 600) wajib akte ijin
2. Bejana Uap II
Data Teknis:
- Merk : -
- No. Serie : -
- Buatan : -
- Wp : 5.5 kg/cm2
- Vol : 295 liter
- Inside Diameter : 50 cm
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 49
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- Vol X WP = 1622,5 (>600) wajib akte ijin
Bejana uap tertutup plat sehingga tidak terlihat name
platenya
Bejana Uap belum memiliki Akte Ijin.
c. Operator Boiler dan Bejana Uap yaitu Sdr. Sismono (35 tahun), Sdr.
Sutrisman (32 tahun), Sdr. Rudi Setiawan (37 tahun ) dan Sdr. Yogi
(29 tahun) belum memiliki Sertifikat Operator Pesawat Uap.
19. Norma K3 Bejana Tekan
Fakta-fakta yang didapat berdasarkan pemeriksaan dokumen adalah sebagai
berikut :
a. Bejana Tekan
1. Jenis : Storage Tank
Data Umum dalam pengesahan pemakaian:
- No. Akte ijin : 6801/704/2004
- Tanggal terbit : 12 Mei 2004
- Diterbitkan oleh : Disosnakertrans Kab. Semarang
- Riksa Uji terakhir : 12 Mei 2004
- Pengawas KK yg memeriksa : Ir. Ichsan
- Kesimpulan hasil riksa uji terakhir : Semua alat – alat
perlengkapan dan indicator pressure gauge dapat bekerja
dengan baik dan secara konstruksi kondisi ketel uap
cukup baik tidak terdapat kelainan – kelainan yang
memberatkan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 50
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Data Teknis Dalam Pengesahan Pemakaian:
- Merk : Samjin
- No. Serie : SH - 03011
- Buatan : Samjin Eng Co.Ltd
- Negara : Korea
- Wp : 18 kg/cm2
- Volume : 70.604 Liter/30 Ton
- Isi : LPG
- Tipe : Horizontal Static Tank
Riksa Uji terakhir dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 dan
dilakukan oleh PT. Dharma Trikarya dengan AK3 Penguji
An. Ir. Sarwono, MM, hasil masih belum diketahui.
20. Norma K3 Pesawat Tenaga dan Produksi
a. Terdapat 2 (dua) buah Motor Diesel (Genset) yang digunakan oleh PT.
Taruna Kusuma Purinusa dengan data teknis sebagai berikut :
1) Motor Diesel (Genset) I
Data Teknis :
- Nama Pabrik pembuat : Caterpillar
- Negara pabrik pembuat : USA
- Tahun pembuatan : 2002
- Nomor seri : CAT 00000 HFDN 00699
- Model/Type : 4 Tak
- Daya :2133 HP
- Frekuensi : 50 Hz
- Putaran / silinder :1500 rpm/16 Silinder
- Bahan bakar : Solar
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 51
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
2) Motor Diesel (Genset) II
Data Teknis :
- Nama Pabrik pembuat : Deutz. AG
- Negara pabrik pembuat : Germany
- Tahun pembuatan : 2007
- Nomor seri : 1044507
- Model/Type : 4 Tak
- Daya :180 HP
- Frekuensi : 50 Hz
- Putaran / silinder :1500 rpm/12 buah
- Bahan bakar : Solar
b. 2 unit motor diesel tersebut belum memiliki pengesahan pemakaian
c. Motor Diesel tersebut dioperasikan oleh pekerja bernama Suliono dan Aska
yang belum memiliki Lisensi K3
d. Motor Diesel diletakkan di tempat yang baik dan terkunci
e. Bagian yang bergerak dan berbahaya telah dilengkapi dengan Alat
perlindungan berupa tutup pengaman, sangkar pengaman, maupun pagar
pengaman.
f. Knalpot dengan setinggi 2 meter telah disalut dengan timah putih.
g. Ujung knalpot telah diarahkan ke luar ruangan Genset
21. Norma K3 Pesawat Angkat dan Angkut
Fakta-fakta yang didapat berkaitan dengan Pesawat Angkat dan Angkut adalah
sebagai berikut :
a. Ditemukan 3 Unit Forklift dengan data teknis sebagai berikut:
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 52
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
1. Forklift 1:
Merk : Toyota
Negara : Jepang
Tahun : 2003
No. Serie : 60 – 7FD30 – 13654
Penggerak : Mesin Diesel
Kapasitas : 3000 Kg
Tinggi Angkat : 300 cm
2. Forklift 2:
Merk : Toyota
Negara : Jepang
Tahun : 2003
No. Serie : 60 – 7FD30 – 13800
Penggerak : Mesin Diesel
Kapasitas : 3000 Kg
Tinggi Angkat : 300 cm
3. Forklift 3:
Merk : Toyota
Negara : Jepang
Tahun : 2003
No. Serie : 60 – 7FD30 – 14669
Penggerak : Mesin Diesel
Kapasitas : 3000 Kg
Tinggi Angkat : 300 cm
b. Tipe : Overhead Crane
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 53
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Pabrik : KCL Hoists Corp.
Tahun : 1997
Kapasitas : 8000 kg
Kecepatan : Low 0,8 m/min – High 5 m/Min
Tinggi Angkat : 12,5 m
Penggerak : Motor Listrik
Kekuatan Motor : 7,95 Kw
Perusahaan sudah mengajukan permohonan untuk pengesahan pemakaian
Pesawat Angkat dan Angkut untuk No. Seri 60 – 7FD30 – 13654, 60 –
7FD30 – 13800 dan 60 – 7FD30 – 13800 dan Overhead Crane dengan
kapasitas 8000 kg dan akan dilakukan riksa uji untuk penerbitan
pengesahan pemakaian pada tanggal 14 Mei 2013
c. Operator Forklift: Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th),
Ristiono (29 th) , Operator Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31
th) belum memiliki Lisensi K3 dan Buku Kerja
d. Perusahaan memiliki Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru
Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th) dan Wisnu B (32 th) belum
memiliki sertifikat dan Buku Kerja
22. Norma K3 Instalasi Listrik
Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :
a. Data Teknis Instalasi Listrik:
1. Daya 1200 kVA
2. Voltase 220 V/380 V
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 54
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
3. Sumber : a. dari PLN
b. dari Motor Diesel
Instalasi Listrik belum memiliki pengesahan penggunaan, akan tetapi
Perusahaan sudah mengajukan permohonan untuk Pengesahan Penggunaan
Instalasi Listrik dan akan dilakukan riksa uji pada tanggal 14 Mei 2013 oleh
PT. Dharma Trikarya dengan AK3 Spesialis Listrik An. Ir. Sarwono, MM,
hasil masih belum diketahui.
b. Teknisi instalatir listrik yaitu Sdr. Anang Hari Indarto (35 tahun) belum
memiliki Sertifikat/Lisensi K3
23. Norma K3 Instalasi Penyalur Petir
Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :
Jenis Instalasi Penyalur Petir I
Data Umum dalam Pengesahan Penggunaan
- Nomor : 605/1300/2005
- Tgl. Terbit : 26 Oktober 2005
- Instansi penerbit : Disnakertrans Kab. Semarang
- Riksa uji terakhir :
- Tgl. : 21 Oktober 2005
- Oleh : Sutijono, BE
- Perusahaan Penguji : CV. Prima Dinamika Abadi
Data teknis penyalur petir
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 55
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- Jenis : Electrostatic (Cirprotec Nimbus
CPT – 3)
- Negara Pembuat : Spanyol
- Jenis penghantar turunan : NYY 1 x 70 mm
- Jenis elektroda bumi / ukuran : Copper rod 5/8” dan BC 50 mm2
- Lampiran dalam Pengesahan Penggunaan Penyalur Petir:
- Gambar Instalasi Penyalur Petir : ada
Jenis Instalasi Penyalur Petir II
Data Umum dalam Pengesahan Penggunaan:
- Nomor : 605/1301/2005
- Tgl. Terbit : 26 Oktober 2005
- Instansi penerbit : Disnakertrans Kab. Semarang
- Riksa uji terakhir :
- Tgl. : 21 Oktober 2005
- Oleh : Sutijono, BE
- Perusahaan Penguji : CV. Prima Dinamika Abadi
Data teknis penyalur petir
- Jenis : Electrostatic (Cirprotec Nimbus
CPT – 3)
- Negara Pembuat : Spanyol
- Jenis penghantar turunan : NYY 1 x 70 mm
- Jenis elektroda bumi / ukuran : Copper rod 5/8” dan BC 50 mm2
- Lampiran dalam Pengesahan Penggunaan Penyalur Petir:
- Gambar Instalasi Penyalur Petir : ada
Jenis Instalasi Penyalur Petir III
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 56
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Data Umum dalam Pengesahan Penggunaan:
- Nomor : 605/1298/2005
- Tgl. Terbit : 26 Oktober 2005
- Instansi penerbit : Disnakertrans Kab. Semarang
- Riksa uji terakhir :
- Tgl. : 21 Oktober 2005
- Oleh : Sutijono, BE
- Perusahaan Penguji : CV. Prima Dinamika Abadi
Data teknis penyalur petir
- Jenis : Electrostatic (Cirprotec Nimbus
CPT – 3)
- Negara Pembuat : Spanyol
- Jenis penghantar turunan : NYY 1 x 70 mm
- Jenis elektroda bumi / ukuran : Copper rod 5/8” dan BC 50 mm2
- Lampiran dalam Pengesahan Penggunaan Penyalur Petir:
- Gambar Instalasi Penyalur Petir : ada
3 Instalasi Penyalur Petir tersebut belum pernah dilakukan riksa uji berkala.
24. Norma K3 Lift
PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak menggunakan Lift dalam proses produksinya,
sehingga tidak ada fakta-fakta berkaitan dengan Lift yang didapat.
25. Norma K3 Sarana Penanggulangan Kebakaran
Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut
a. Data Teknis APAR. :
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 57
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
1. Jenis APAR: :
a. Dry Chemical Powder : 34 buah
b. Foam : 8 buah
2. Klasifikasi kebakaran : Potensi Bahaya Berat
3. Merk: :
a. Merk : Gunebo
b. Negara/Pabrik Pembuat : Indonesia/Indolok
c. Media APAR : ABC Powder
d. Merk : Gunebo
e. Negara/Pabrik Pembuat : Indonesia/Indolok
f. Media APAR : Foam
4. Tanggal kadaluarsa : 17 September 2013
5. Tinggi penempatan APAR : puncak APAR 120 cm dari lantai
6. Lokasi penempatan : semua ruangan
7. Jarak antar APAR : Lebih dari 15 meter
8. Warna segitiga tanda pemasangan APAR : tidak ada
9. Ukuran segitiga tanda pemasangan APAR : tidak ada
10. Jarak puncak APAR dengan segitiga tanda pemasangan : tidak ada
11. APAR belum pernah dilakukan riksa uji
b. Petugas Unit Penanggulangan Kebakaran
1. Petugas peran kebakaran tidak ada
2. Regu penanggulangan kebakaran tidak ada
3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran tidak ada
4. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran tidak ada
c. Hydrant
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 58
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
- Tidak ditemukan adanya Hidrant
d. Jalur Evakuasi
- Tanda panah evakuasi : Ada
- Titik kumpul : Ada , di halaman parkir depan
e. Pintu Darurat :
- Semua ruangan memiliki pintu darurat
f. Gladi Penanggulangan Kebakaran
- Berdasarkan wawancara dengan Manager Personalia, Frans Toisuta, telah
dilakukan gladi penanggulangan kebakaran untuk para satpam yang
dilakukan oleh Bromindo (Suplier APAR) setiap tahunnya.
- Dokumentasi gladi penanggulangan kebakaran = tidak ada
g. Perusahaan tidak memiliki Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik
26. Norma K3 Konstruksi Bangunan
Tidak ada proyek Konstruksi Bangunan di perusahaan sehingga tidak ditemukan
fakta-fakta yang berkaitan dengan konstruksi bangunan
27. Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Fakta-fakta yang didapat adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan belum melakukan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Sendiri secara menyeluruh
b. Perusahaan tidak memiliki dokter penanggung jawab, dokter
perusahaan dan paramedis karena tidak memiliki klinik
c. Perusahaan tidak pernah melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan
kerja di tempat kerjanya.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 59
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
d. Tenaga kerja di perusahaan belum pernah mengikuti pelatihan P3K
e. Di perusahaan terdapat Kotak P3K akan tetapi belum memenuhi
klasifikasi jenis A, B maupun C dan perusahaan tidak memiliki
Petugas P3K
f. Fasilitas P3K tidak ada di perusahaan
28. Norma Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja
a. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dimasukkan dalam program
JPK Jamsostek
b. Di perusahaan belum pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja sebelum bekerja
c. Perusahaan tidak memiliki dokumen rencana dilakukannya
pemeriksaan kesehatan awal, Berkala dan khusus
d. Perusahaan telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
setiap 1 tahun sekali . Pemeriksaan berkala terakhir dilakukan pada
tanggal 8 November 2012 dengan menggunakan pihak ketiga.
e. Perusahaan tidak memiliki dokter pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan sendiri
f. Tidak ada terjadi Penyakit Akibat Kerja di perusahaan
g. Perusahaan tidak menyediakan kantin bagi pekerjanya, akan tetapi
menyediakan tempat makan yang sudah memenuhi persyaratan.
h. Perusahaan menggunakan air minum dari Air PDAM, sehingga tidak
melakukan pengujian air minum dan tidak memiliki rekomendasi
penggunaan air minum.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 60
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
29. Penerapan Norma Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular di Tempat Kerja
Dalam upaya pemerintah melakukan upaya aktif mencegah dan menanggulangi
HIV dan AIDS serta P4GN, maka dilakukan pendekatan kepada lingkungan kerja
swasta. Dari hasil pemeriksaan didapatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan hal
tersebut sebagai berikut :
a. Tidak ditemukan brosur, spanduk, poster dan pamflet yang berkaitan
dengan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS,
P4GN di tempat kerja
b. Tidak pernah dilakukan sosialisasi kepada pekerja mengenai upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, P4GN di tempat
kerja.
30. Norma K3 Lingkungan Kerja
Dari pemeriksaan yang berkaitan dengan lingkungan kerja didapatkan data-data
sebagai berikut :
a. Kebisingan diperkirakan terjadi di ruang genset, sehingga pekerja yang
terpajan adalah operator genset atau orang lain yang berada di ruangan
tersebut.
Perusahaan belum menyediakan APD untuk operator genset berupa ear
plug.
b. Iklim Kerja (head Stress)
Tekanan panas yang diperkirakan melebihi NAB adalah yang
bersumber dari genset.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 61
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
c. Getaran : Tidak terdapat pekerja yang terpajan pada lengan dan tangan
akibat getaran.
d. Radiasi ultra violet : Tidak terdapat radiasi sinar UV yang melebihi
ambang batas (NAB).
e. Debu : Diperkirakan debu yang ada di udara lingkungan kerja tidak
melebihi NAB.
Perusahaan belum pernah melakukan pengujian faktor fisika di tempat
kerja.
31. Norma K3 Bahan Berbahaya
Di perusahaan digunakan bahan kimia untuk proses produksinya. Adapun fakta-
fakta yang didapat adalah sebagai berikut :
a. Data Bahan Kimia :
Jenis Bahan Kimia : Causatic Soda
Jumlah Bahan Kimia : 16 M3 (Tidak melebihi NAK)
Wadah Penyimpanan : Tangki Penyimpan
LDKB disekitar wadah: Ada
Label : Ada
NAK : 40 ton
b. Perusahaan menggunakan bahan kimia dalam proses produksinya, akan
tetapi tidak memiliki petugas K3 Kimia
c. Perusahaan belum pernah melakukan pengujian faktor kimia di udara
lingkungan kerja dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 62
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
d. Dari hasil tinjauan lapangan dapat disimpulkan bahwa PT. Taruna
Kusuma Purinusa merupakan perusahaan yang memiliki potensi
bahaya menengah.
32. Norma Penerapan SMK3
Dari Pemeriksaan didapatkan fakta-fakta yang didapat sebagai berikut :
a. Di perusahaan belum terpasang lembar kebijakan K3
b. Perusahaan belum pernah melaksanakan Audit Internal SMK3
c. Perusahaan belum pernah melaksanakan Audit External SMK3
d. Dari pemeriksaan dokumen K3, dokumen-dokumen yang diminta terarsip
dengan baik.
e. Perusahaan sudah membuat prosedur kerja (SOP) yang dipasang pada tiap-
tiap bagian dan tiap-tiap alat peralatan K3
f. Perusahaan belum memiliki sertifikat yang berkaitan dengan keahlian
personil K3
g. Perusahaan telah memiliki beberapa dokumen perijinan K3 dari peralatan
K3 yang dimiliki.
Dari beberapa parameter diatas, PT. Taruna Kusuma Purinusa telah
melaksanakan sebagian kecil dari Penerapan SMK3.
33. Analisa Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
a. Teknik Penyelidikan dan Analisis Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja/PAK
Di tempat kerja telah terjadi kecelakaan kerja pada tenaga kerja, yang
kemudian dilakukan analisa sebagai berikut :
1. Nama Korban : Arif Al Hakim
Jenis Kelamin : Laki-laki
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 63
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Umur : 19 tahun
2. Waktu dan tempat terjadinya kecelakaan
Hari/tanggal : Jum’at/23 November 2013
Pukul : 09.45
Tempat : Bagian Produksi
3. Akibat Kecelakaan :
Pekerja an Arif Al Hakim, umur 19 tahun, dimana ruas jari tangan kiri
(jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) terjepit pisau datar sehingga
menyebabkan terpotong
4. Potensi Bahaya ditempat kerja :
- Bagian tubuh masuk ke pisau pemotong pada mesin cutting dan
bisa mengakibatkan terpotong
- Bagian tubuh dapat masuk ke dalam mesin press
5. Pengendalian yang dilakukan terhadap bahaya yang ditimbulkan dari
pekerjaan di tempat kerja oleh perusahaan adalah:
a. Pada alat pemotong ada plat standar bawaan pabrik pembuat yang
mencegah jari masuk ke pisau pemotong.
b. Ditempelkan SOP pada setiap alat
c. Memberikan APD kepada pekerja (masker dan topi)
6. Kecelakaan kerja tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang
dikarenakan korban belum diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek
34. Pelaporan dan Statistik Kecelakaan Kerja
Fakta-fakta yang didapat adalah bahwa terjadi kecelakaan kerja an. Arif Al
Hakim (19 tahun) yang mengakibatkan cacat tetap sebagian, dan ybs sementara
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 64
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
tidak masuk bekerja (STMB), akan tetapi tidak dilaporkan ke Disosnakertrans
Kab. Semarang.
5. MASALAH
Dari fakta-fakta yang didapatkan pada saat pemeriksaan, ternyata ditemukan beberapa
masalah yang terjadi di perusahaan dan belum memenuhi peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Adapun masalah-masalah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Lembur Security hanya dihitung 7 jam, dari seharusnya 8 jam, karena jam
istirahat selama 1 jam tidak dihitung sebagai jam lembur
2. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan dalam PKWT adalah termasuk dalam
pekerjaan yang bersifat tetap atau terus menerus.
3. Upah yang didaftarkan ke dalam kepesertaan Jamsostek bagi semua pekerja
adalah UMK yang berlaku di Kab. Semarang tahun 2013 yaitu Rp. 1.051.000,00
sehingga terjadi PDS Upah dalam kepesertaan Jamsostek;
4. Dari jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, diketahui bahwa 4 orang belum
diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga terjadi PDS TK dalam
kepesertaan Jamsostek;
5. Terjadi kecelakaan kerja pada an. Arif Al Hakim yang belum diikutsertakan
dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga Jaminan Kecelakaan Kerja harus
ditanggung perusahaan, akan tetapi perusahaan belum membayarkan Santunan
kecelakaan kerja tersebut;
6. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat penempatan tenaga kerja cacat;
7. Pekerja Perempuan yang berkerja malam hari tidak diberikan makanan dan
minuman bergizi berupa makanan dan minuman extra.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 65
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
8. Perusahaan tidak menyediakan pojok laktasi;
9. Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja belum
terpasang di tempat kerja Perusahaan Saudara;
10. PT. Taruna Kusuma Purinusa belum pernah melakukan uji penerangan di tempat
kerja;
11. Perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, akan tetapi belum
membentuk P2K3;
12. Perusahaan belum memiliki Ahli K3 Umum;
13. Terdapat 2 Bejana uap dengan Wp. 5 km/cm2 dan 5.5 kg/cm2, name plate tidak
ada, dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 belum
memiliki akte ijin dan belum pernah dilakukan riksa uji;
14. Empat orang operator pesawat uap belum memiliki sertifikat operator yang
diterbitkan Menaker atau pejabat yang ditunjuk;
15. Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan
Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 belum memiliki pengesahan pemakaian;
16. Operator Mesin Diesel/Genset an. Aska (36 th) dan Sulistiono (39 th) belum
memiliki Lisensi K3;
17. Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono (29 th) , Operator
Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) belum memiliki Lisensi K3 dan
Buku Kerja;
18. Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th)
dan Wisnu B (32 th) belum memiliki sertifikat dan Buku Kerja;
19. Teknisi Listrik yang dimiliki belum memiliki sertifikat (tidak memenuhi
Kepdirjen PHIPK No. Kep.311/BW/2002 Dalam Penetapan Poin 2 huruf A,
tentang Kompetensi Teknisi Listrik);
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 66
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
20. 3 unit Instalasi Penyalur Petir jenis Elektrostatic belum pernah dilakukan riksa uji
berkala sejak pemasangan pada tanggal 26 Oktober 2005;
21. Perusahaan tidak memiliki Instalasi alarm kebakaran otomatik;
22. Tidak ada tanda-tanda pemasangan APAR;
23. Perusahaan belum memiliki dokumen perencanaan tanggap darurat;
24. Perusahaan tidak memiliki unit penanggulangan kebakaran:
a. Petugas Peran Kebakaran ;
b. Regu Penanggulangan Kebakaran ;
c. Koordinator Penanggulangan Kebakaran;
25. Perusahaan melakukan penyelenggaraan kesehatan di tempat kerja namun belum
menyeluruh;
26. Perusahaan tidak melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan kerja ke
Disosnakertrans Kab. Semarang ;
27. Perusahaan belum menunjuk Petugas P3K
28. Belum memiliki Fasilitas P3K di tempat kerja;
29. Tenaga Kerja belum pernah mengikuti Pelatihan P3K ;
30. Perusahaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerjanya secara awal
dan khusus;
31. Perusahaan belum melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi
P4GN di tempat kerja;
32. Perusahaan belum melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS di tempat kerja;
33. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;
34. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor kimia di udara lingkungan kerja
dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 67
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
35. Perusahaan belum memiliki petugas K3 Kimia;
36. Perusahaan baru menerapkan sebagian kecil dari Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
37. Perusahaan tidak melaporkan terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja ke
Disosnakertrans Kab. Semarang ;
38. Terdapat kecelakaan kerja dimana pekerja tersebut sementara tidak masuk
bekerja (STMB) yang tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang.
BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
A. ANALISIS
Setelah dilakukan identifikasi terhadap masalah yang ada di PT. Taruna Kusuma
Purinusa, maka dilakukan analisis berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku :
1. Lembur Satpam adalah termasuk jam istirahatnya, adapun Jam lembur Satpam
yang diberlakukan di PT. Taruna Kusuma Purinusa ternyata tidak menghitung
waktu istirahat sebagai jam lembur, sehinggga terjadi ketidaksesuaian
perhitungan upah lembur yang dibayarkan dengan ketentuan di mana jam istirahat
Satpam tidak dianggap termasuk jam lembur, sehingga terjadi kekurangan upah
lembur sebesar 1 jam kerja. Upah lembur yang sesuai merupakan hak dari pekerja
sebagai kompensasi atas hilangnya waktu bersama keluarga dan rekreasi
dikarenakan harus melaksanakan pekerjaan ekstra yang diperintahkan atasan.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 78 ayat (2) Jo. SKB Menakertrans
dan Kapolri No. Kep – 275/Men/1989, bagian 1 bahwa “Memberlakukan aturan
jam kerja termasuk waktu istirahat bagi Tenaga Kerja Satpam di lingkungan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 68
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Perusahaan dan Badan Hukum lainnya menjadi tiga shift di mana setiap shift
bertugas delapan jam sehari”.
2. PKWT adalah perjanjian kerja yang dilakukan dalam waktu tertentu dan untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu. Adapun di PT. Taruna Kusuma Purinusa, PKWT
diperjanjikan untuk pekerja di bagian produksi dan satpam. Perusahaan mem-
PKWT-kan pekerja tersebut dengan alasan untuk melakukan evaluasi dari pekerja
setiap tahunnya. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan dalam PKWT di PT. Taruna
Kusuma Purinusa adalah termasuk dalam pekerjaan yang bersifat tetap atau terus
menerus;
Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal 59 ayat (1), (2) dan (7)
bahwa ” Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya.
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu tidak terlalu
lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajagan.
Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap dan Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak
memenuhi ketentuan maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak
tertentu.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 69
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Sesuai dengan ketentuan tersebut diatas, maka PKWT tersebut apabila tidak
sesuai dengan ketentuan maka batal demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu
tidak tertentu (PKWTT).
3. Upah yang didaftarkan ke dalam kepesertaan Jamsostek bagi semua pekerja
adalah UMK yang berlaku di Kab. Semarang tahun 2013 yaitu Rp. 1.051.000,00
sehingga terjadi PDS Upah dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga upah yang
dibayarkan bukanlah upah riil dari pekerja.
Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja pasal 18 ayat (4) bahwa “Apabila pengusaha dalam menyampaikan data
terbukti tidak benar,sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran jaminan
kepada tenaga kerja, maka pengusaha wajib memenuhi kekurangan jaminan
tersebut.”
Kekurangan jumlah upah yang dilaporkan untuk kepesertaan Jamsostek
merupakan hak dari pekerja, sehingga itu akan mempengaruhi terjadinya
kekurangan dalam pemberian kompensasi manfaat Jamsostek. Hal tersebut akan
merugikan pekerja sehingga perusahaan harus membayarkan kekurangannya.
Agar tidak terjadi kerugian baik dari pihak pengusaha maupun pekerja, maka
upah yang didaftarkan ke Jamsostek harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua
dan meninggal dunia. Perusahaan mengikutkan pekerjanya dalam program
Jamsostek yaitu JK, JHT, JKK dan JPK. Dari jumlah tenaga kerja sebanyak 419
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 70
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
orang, diketahui bahwa 4 orang belum diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek,
sehingga terjadi PDS TK dalam kepesertaan Jamsostek dengan alasan bahwa
keempat pekerja tersebut adalah top management di perusahaan tersebut.
Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal 3
ayat (2) dan pasal 4 ayat (1) Jo Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 pasal
2 ayat (3) bahwa ” Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10
(sepuluh) orang atau lebih atau membayar upah paling sedikit Rp. 1.000.000
(Satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikutsertakan seluruh tenaga kerjanya
dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang terdiri dari Jaminan
Kecelakaan, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan.”
5. Terjadi kecelakaan kerja pada an. Arif Al Hakim yang belum diikutsertakan
dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga Jaminan Kecelakaan Kerja harus
ditanggung perusahaan, akan tetapi perusahaan belum membayarkan Santunan
kecelakaan kerja tersebut;
Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja pasal 18 ayat (3) Jo Permenaker No. Per-04/Men/1993 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja pasal 5 ayat (1) bahwa “Apabila pengusaha dalam
menyampaikan data terbukti tidak benar, sehingga mengakibatkan ada tenaga
kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial tenagakerja,
maka pengusaha wajib memberikan hak-hak tenaga kerja sesuai dengan
ketentuan Undang-undang ini, dan Pengusaha wajib memberikan Jaminan
Kecelakaan Kerja kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja.”
6. Pemerintah mengatur mengenai penyandang cacat, dimana perusahaan harus
memberikan kesempatan pekerjaan yang sama kepada penyandang cacat. Di
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 71
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Hotel PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak mempekerjakan penyandang cacat ,
karena banyaknya keterbatasan yang dimiliki penyandang cacat sedangkan
pekerjaan di PT. Taruna Kusuma Purinusa memerlukan skill dan kelincahan.
Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 5, pasal 19, pasal 31 dan
pasal 67, Jo. Undang-Undang No.4 Tahun 1997 pasal 13, pasal 14, pasal 27 Jo.
PP No.43 Tahun 1998 pasal 26, pasal 27, pasal 28 dan pasal 29, bahwa
”Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang sama kepada tenaga kerja
penyandang cacat dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan
sebagai pekerja pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja
perusahaannya tersebut.”
7. Pekerja Perempuan yang berkerja malam hari tidak diberikan makanan dan
minuman bergizi berupa makanan dan minuman extra. Hal tersebut berkaitan
dengan perlindungan kepada fungsi reproduksi perempuan, sehingga diberikan
perlindungan kepada perempuan terutama yang bekerja di malam hari.
Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal
76 ayat (3) bahwa Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan
antara pukul 23.00 sampaidengan pukul 07.00 wajib :
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
8. Perusahaan yang mempekerjakan pekerja perempuan harus memberikan
perlindungan terhadapnya terutama yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya.
Bagi pekerja wanita yang masih menyusui anaknya, di perusahaan diberikan
kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya. Akan tetapi perusahaan tidak
menyediakan ruang menyusui di perusahaan (pojok laktasi), hal itu disebabkan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 72
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
karena perusahaan menganggap bahwa pojok laktasi tidak terlalu diperlukan di
perusahaan.
Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal
83 bahwa ”Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi
kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan
selama waktu kerja”.
9. Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja belum
terpasang di tempat kerja PT. Taruna Kusuma Purinusa
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 14 huruf a bahwa ”Pengurus wajib secara tertulis menempatkan dalam
tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja dan UU No. 1
Tahun 1970 dan peraturan pelaksanaannya pada tempat-tempat kerja yang
mudah dilihat dan terbaca.”
Dalam kaitannya dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka
perusahaan harus menerapkan syarat-syarat yang berkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja tersebut. Agar Undang-undang keselamatan kerja dikenal
oleh pekerja maka perlu dilakukan upaya-upaya pengenalan salah satunya dengan
menempelkan syarat-syarat keselamatan kerja, Undang-undang No. 1 Tahun 1970
dan peraturan pelaksanaan lainnya yang berkaitan dengan tempat kerja.
10. PT. Taruna Kusuma Purinusa belum pernah melakukan uji penerangan di tempat
kerja;
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja pasal
3 ayat (1) huruf a Jo Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam tempat kerja pasal 14
bahwa”Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 73
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan
umum (± 1 meter).
Apabila tidak dilakukan pengujian penerangan di tempat kerja, maka perusahaan
akan kesulitan mengetahui kadar penerangan yang aman buat mata, karena
apabila terjadi kesalahan dalam penentuan penerangan di tempat kerja akan
mengganggu kesehatan mata pekerja, selain itu mengurangi produktivitas dan
memperbesar potensi bahaya.
11. Perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, akan tetapi belum
membentuk P2K3;
Berdasarkan Undang-undang R.I. No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 10 Jo Permenaker No. Per-04/Men/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa Setiap tempat kerja dengan
kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3, dan Tempat
kerja dimaksud ialah:
a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang
atau lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari
100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang
mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif.
Pembentukan P2K3 dimaksudkan agar perusahaan dalam pemenuhan peraturan
perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan K3 dapat berjalan dengan
maksimal. Ketua P2K3 harus dari pihak top management diharapkan agar dalam
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 74
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah K3 dapat langsung
dilaksanakan tanpa menunggu prosedural kerja administrasi yang terlalu lama.
12. Dalam struktur organisasi P2K3 harus memiliki sekretaris yang mempunyai
sertifikat sebagai Ahli K3, dimana PT. Taruna Kusuma Purinusa belum memiliki
Ahli K3 Umum
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 10 Jo Permenaker No. Per-04/Men/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (2) bahwa “Sekretaris P2K3 ialah ahli
Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.”
Tujuan persyartan Sekretaris P2K3 adalah seorang ahli K3 karena, Sekretaris
P2K3 juga berfungsi memberikan konsultasi kepada Pengusaha dan tata cara
kerja aman di Lingkungan Kerjanya, sehingga harus memiliki Pengetahuan dan
Skill K3 yang baik dengan dibuktikan telah mengikuti Pelatihan dan memiliki
sertifikat yang diakui oleh Pemerintah RI.
13. Terdapat 2 Bejana uap dengan Wp. 5 km/cm 2 dan 5.5 kg/cm 2 , name plate tidak
ada, dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm 2 belum
memiliki akte ijin dan belum pernah dilakukan riksa uji. Akte ijin diperlukan
untuk menentukan apakah pesawat uap tersebut sudah layak dan memenuhi
persyaratan K3 untuk dipergunakan dalam proses produksi, dikarenakan resiko
bahaya dari pesawat uap yang besar.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo.Undang-
undang Uap Tahun 1930 Pasal 6, bahwa “Dilarang untuk menjalankan atau
mempergunakan sesuatu pesawat uap dengan tidak mempunyai ijin”.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 75
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
14. Empat orang operator pesawat uap belum memiliki sertifikat operator yang
diterbitkan Menaker atau pejabat yang ditunjuk. Pengurus diwajibkan untuk
memberikan pembinaan dan mempekerjakan tenaga kerja yang telah mengetahui
syarat-syarat keselamatan kerja terhadap peralatan yang digunakannya.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 9 ayat (2) huruf Jo.
Peraturan Uap Tahun 1930 Pasal 39 ayat (3), Jo. Permenaker
No.Per.01/Men/1988 pasal 3 angka (2,) Jo Permenaker RI No.
Per-04/MEN/1995 Tentang PJK3, bahwa “Operator ketel uap harus memiliki
keahlian dibuktikan dengan sertifikat dan memiliki SIO, Pelatihan Operator
Pesawat Uap dapat dilakukan pada Pelatihan yang diadakan oleh PJK.
Pesawat uap merupakan rangkaian mesin yang rumit dan memiliki resiko yang
cukup tinggi dalam pengoperasiannya, sehingga untuk menjalankannya
memerlukan rangkai prosedur yang harus dijalankan dengan cermat dan akurat,
dengan mengikuti pelatihan, diharapkan operator dapat memahami dan
menjalankan seluruh rangkaian prosedur kerja Pesawat uap yang aman dan
efisien.
15. Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan
Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 belum memiliki pengesahan pemakaian.
Permohonan pengesahan pemakaian Pesawat tenaga dan produksi harus dilampiri
dengan :
1. Gambar konstruksi dan instalasi
2. Sertifikat bahan
3. Cara kerja pesawat tenaga dan produksi
4. Gambar konstruksi alat perlindungan dan cara kerjanya
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 76
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 3 ayat (1) huruf (a) Jo Permenaker No. 04/Men/1985 tentang Pesawat
Tenaga dan Produksi pasal 139 ayat (1) bahwa ”Setiap pemakaian pesawat
tenaga dan produksi harus mendapat pengesahan dari Direktur atau Pejabat
yang ditunjuknya,” dengan mengajukan permohonan secara tertulis sesuai
dengan ayat (2).
Dengan adanya Pengesahan pemakaian maka dapat diketahui bahwa Pesawat
tersebut aman dan layak digunakan di Wilayah RI.
16. Operator Mesin Diesel/Genset an. Aska (36 th) dan Sulistiono (39 th) belum
memiliki Lisensi K3.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 Jo. UU
no. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (2) Jo Permenaker No.
Per-04/MEN/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi pasal 29 bahwa
”Operator Pesawat Tenaga dan Produksi harus memenuhi syarat-syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.
Apabila mesin diesel tidak dioperasikan oleh operator yang memiliki kompetensi
K3 dalam bidang mesin diesel, maka penerapan mengenai K3 dan cara-cara
pengoperasian motor diesel/genset serta pengenalan mengenai potensi bahaya
yang terjadi belum optimal.
17. Pesawat angkut jenis forklift berjumlah 3 (tiga) unit belum memiliki Pengesahan
Pemakaian, berdasarkan Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) huruf (a) Jo Permenaker No. 05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat dan Angkut Pasal 135 ayat (1) bahwa”Setiap
pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan, dan atau perbaikan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 77
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
tehnis pesawat angkat dan angkut harus mendapat pengesahan dari Direktur
atau Pejabat yang ditunjuknya”.
Permohonan Pengesahan Pemakaian 3 (tiga) unit forklift tersebut harus dilampiri
dengan:
a. Gambar konstruksi dan instalasi listrik serta sistem pengamannya dengan skala
sedemikian rupa sehingga cukup jelas dan terang;
b. Sertifikat bahan dan sambungan – sambungan konstruksinya;
c. Perhitungan kekuatan konstruksi dari bagian – bagian yang penting.
Dengan adanya Pengesahan pemakaian maka dapat diketahui bahwa Pesawat
tersebut aman dan layak digunakan di Wilayah RI.
18. Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono (29 th) , Operator
Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) belum memiliki Lisensi K3 dan
Buku Kerja; Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo.
Permenaker No.Per.09/Men/VII/2010 Pasal 3 bahwa”Pengusaha atau Pengurus
dilarang mempekerjakan Operator dan/atau Petugas Pesawat Angkat dan Angkut
yang tidak memiliki Lisensi K3 dan Buku Kerja.
Pesawat angkat angkut harus dioperasikan oleh operator dan betugas yang
memiliki keterampilan yang memadai mengingat potensi bahaya yang dapat
timbul akibat pengoperasian pesawat angkat dan angkut yang tidak benar,
keterampilan itu harus dibuktikan dengan adanya SIO dan Lisensi K3 yang
menandakan bahwa operator dan petugas yang bersangkutan telah berhasil
mengikuti pendidikan dan uji kelayakan untuk mengoperasikan pesawat tersebut.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 78
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
19. Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th)
dan Wisnu B (32 th) belum memiliki sertifikat dan Buku Kerja; Berdasarkan
Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo. Permenaker
No.Per.09/Men/VII/2010 Pasal 3 bahwa”Pengusaha atau Pengurus dilarang
mempekerjakan Operator dan/atau Petugas Pesawat Angkat dan Angkut yang
tidak memiliki Lisensi K3 dan Buku Kerja.
20. PT. Taruna Kusuma Purinusa memiliki Instalasi Listrik dengan daya 1200 kVa,
Teknisi Listriknya belum mempunyai sertifikat
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 Jo. UU
no. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (2) huruf c
Kepmenaker No. Kep-75/MEN/2002 tentang Pemberlakuaan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Nomor : SNI-04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1) Jo PUIL
2000 Bagian 9.5.3.1 Jo Keputusan Dirjen PHI dan Wasnaker No.
Kep.311/BW/2002 tentang Sertifikat Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Teknisi Listrik bahwa ”Setiap teknisi yang diserahi tugas dan tanggung
jawab dalam pekerjaan pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan,
pemeriksaan, pengujian dan perbaikan instalasi listrik harus memenuhi syarat
kompetensi keselamatan dan kesehatan kerja listrik yang dibuktikan dengan
sertifikat dan lisensi keselamatan dan kesehatan kerja listrik”.
Apabila teknisi listrik tidak memiliki kompetensi K3 dalam bidang listrik, maka
penerapan mengenai K3 dan segala sesuatu yang berhubungan dengan instalasi
listrik serta pengenalan mengenai potensi bahaya yang terjadi belum optimal.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 79
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
21. 3 unit Instalasi Penyalur Petir jenis Elektrostatic belum pernah dilakukan riksa uji
berkala sejak pemasangan pada tanggal 26 Oktober 2005; Berdasarkan Undang-
Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo. Permenaker No. Per.02/Men/1989
Pasal 50 Ayat (2) huruf c, bahwa “Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan
diuji: Secara berkala setiap dua tahun sekali”.
Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji untuk mengukur apakah ada
penurunan fungsi dalam melindungi suatu bangunan / properti, sehingga dapat
dianalisa dan diperbaiki apabila terdapat penurunan dan dapat selalu berfungsi
secara optimal.
22. Perusahaan tidak memiliki Instalasi deteksi alarm kebakaran otomatik ;
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) Jo. Kepmenaker No. Kep-
186/Men/1999 Pasal 2 ayat (2) huruf b, bahwa “kewajiban mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi: penyediaan sarana deteksi, alarm, pemdam kebakaran
dan sarana evakuasi.
Kewajiban Pengurus adalah memastikan kondisi di lingkungan kerjanya aman
dan memberikan kesempatan bagi pekerja dan orang yang ada dalam lingkungan
kerjanya untuk menyelamatkan diri apabila terjadi suatu bencana kebakaran,
dengan adanya instalasi alarm kebakaran otomatik maka kerugian jiwa maupun
materi dapat dihindari/dikurangi.
23. Pada saat dilakukan pemeriksaan APAR di PT. Taruna Kusuma Purinusa,
ternyata dalam penempatan APAR tidak ditemukan adanya tanda-tanda
pemasangan yang menunjukkan tempat APAR.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 80
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf b Jo Permenaker No.
Per.04/MEN/2980 tentang Syarat-syarat Pemaangan dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan pasal 4 ayat (1) bahwa ”Setiap satu atau kelompok alat
pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan
jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan”.
Pada penempatan APAR diberikan tanda-tanda pemasangan dengan maksud agar
pekerja dan orang lain mengetahui letak APAR dan bisa menggunakannya saat
keadaan darurat.
24. Perusahaan belum memiliki dokumen perencanaan tanggap darurat;
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3
ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-185/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf
f bahwa ”Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran dengan memiliki buku rencana penanggulangan
keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari
50 orang tenaga kerja”.
Dalam kewajiban pengusaha untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, maka diperlukan perencanaan mengenai tanggap darurat apabila
terjadi kejadian/kebakaran secara darurat yang harus disosialisasikan kepada
seluruh pekerja, sehingga apabila terjadi musibah, setiap pekerja mengerti apa
yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri dan memahami tugas dan
fungsinya dalam membantu memadamkan kebakaran.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 81
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
25. Selain diperlukan dokumen perencanaan tanggap darurat, dalam kewajiban
pengusaha untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
perusahaan harus membentuk unit penanggulangan kebakaran. Perusahaan yang
potensi bahaya kebakarannya dalam kategori Sedang II, tidak memiliki unit
penanggulangan kebakaran yang terdiri dari :
a. Perusahaan tidak memiliki Petugas peran kebakaran dimana jumlah
karyawan dari perusahaan adalah sebanyak 419 orang.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 tahun 1970
Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)
dan ayat (2) huruf d Jo pasal 5 Jo pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) huruf a Jo
Pasal 7 ayat (2) bahwa ”Pengurus atau pengusaha wajib mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran dengan membentuk unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang terdiri dari Petugas Peran
Kebakaran, dimana petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang
untuk setiap jumlah kerja 25 orang dan harus memenuhi syarat telah
mengikuto kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat I.
b. Perusahaan tidak memiliki Regu Penanggulangan Kebakaran dan Ahli K3
Spesialis Penanggulangan Kebakaran.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 tahun 1970
Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 6 ayat (2)
bahwa “Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b
dan huruf d, ditetapkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 82
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus)
orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran
sedang II, sedang III dan berat.”
c. Perusahaan dengan karyawan 419 orang juga tidak memiliki Koordinator
penanggulangan kebakaran
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 tahun 1970
Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Jo Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)
dan ayat (2) huruf d Jo pasal 5 Jo pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) huruf b Jo
Pasal 9 ayat (2) bahwa ”Pengurus atau pengusaha wajib mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran dengan membentuk unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang terdiri dari Koordinator
unit penanggulangan kebakaran, dimana koordinator unit penanggulangan
kebakaran untuk tempat kerja resiko bahaya sedang II dan sedang III dan
berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) ornag untuk setiap unit kerja, dan harus
mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, II dan
tingkat ahli K3 pratama.
Unit Penanggulangan Kebakaran adalah para pekerja di perusahaan yang ditunjuk
oleh perusahaan untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran serta mengkoordinasikan seluruh pekerja dan orang yang ada di
lingkungan kerja untuk menuju titik kumpul dalam kondisi aman.
26. Perusahaan melakukan penyelenggaraan kesehatan di tempat kerja namun belum
menyeluruh
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 83
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 8
ayat (1) dan (2) Jo Permenaker No. Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan pasal 3 ayat (2) Jo pasal 4 ayat (1) bahwa ”Pengurus wajib
memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi, dimana penyelenggaraannya dapat diselenggarakan
sendiri oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan
ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan pengurs dari beberapa
perusahaan bersama-sama menyelenggarakan suatu Pelayanan Kesehatan
Kerja”.
PT. Taruna Kusuma Purinusa mengikuti program JPK Jamsostek untuk pelayanan
kesehatan kerjanya, dimana hal tersebut hanya bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Oleh karena Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja harus memenuhi 4
unsur yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, maka perusahaan belum
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan kuratif, sehingga
tidak ada upaya pencegahan akan timbulnya penyakit, hanya dilakukan
pengobatan saja. Hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bagi perusahaan untuk
melakukan upaya pencegahan dan pembinaan, karena titik berat dari
dilakukannya pelayanan kesehatan adalah upaya preventif dan promotif.
27. Perusahaan tidak melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan kerja ke
Disosnakertrans Kab. Semarang ;
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf h, Jo. Pasal 8 ayat (1)
Jo. Permenakertrans No. Per.03/Men/1982 pasal 7 ayat (1) dan (2), bahwa
”Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
kepada Direktur”.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 84
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Laporan kegiatan pelayanan kesehatan kerja dimaksudkan untuk mengetahui
perkembangan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja di perusahaan.
Apabila tidak dilakukan pelaporan, maka Disosnakertrans Kab. Semarang akan
kesulitan untuk mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan di perusahaan.
28. Perusahaan belum menunjuk Petugas P3K
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3
ayat (1) huruf a, e, Jo. Permenaker No.Per-15/Men/2008 pasal 2 dan Lampiran I
bahwa ”Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat
kerja, dimana tempat kerja dengan potensi bahaya rendah dan jumlah pekerja
25-150 orang harus memiliki 1 orang petugas P3K”.
Petugas P3K bertugas untuk melaksanakan tindakan P3K, merawat fasilitas P3K,
mencatat setiap kegiatan P3K dan melaporkan kegiatan P3K di tempat kerja.
Apabila tidak ada petugas P3K maka tidak ada petugas/pekerja yang akan
memberikan first aid secara cepat dan tepat saat pekerja di tempat kerja
mengalami sakit atau cidera.
29. Belum memiliki Fasilitas P3K di tempat kerja;
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3
ayat (1) huruf a, e, Jo. Permenaker No.Per-15/Men/2008 pasal 2 dan pasal 8
ayat (1) bahwa ”Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K
di tempat kerja, dimana Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud meliputi:
a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 85
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat
kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.”
Fasilitas P3K di tempat kerja adalah semua peralatan, perlengkapan, dan bahan
yang digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja. Fasilitas tersebut sangat
diperlukan sebagai first aid pada saat terjadi kecelakaan kerja di perusahaan yang
berakibat berat.
30. Tenaga Kerja belum pernah mengikuti Pelatihan P3K ;
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3
ayat (1) huruf a dan e Jo Permenaker No. Per.15/MEN/VIII/2008 tentang
Pertolongan pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja pasal 3 ayat (1) , bahwa
”petugas P3K di tempat kerja harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari
Kepala Instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat”.
Pelatihan yang diberikan kepada petugas P3K dimaksudkan agar petugas
mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dalam penangana P3K secara
cepat dan tepat. Apabila tidak dilakukan pelatihan maka petugas akan kurang
pengetahuannya dalam hal-hal apa yang seharusnya dilakukan oleh petugas P3K.
31. Perusahaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerjanya secara awal
dan khusus;
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 8
ayat (1) dan (2), Jo Permenaker No. Per.03/Men/1982 pasal 2 huruf a Jo pasal 3
ayat (1) Jo. Permenaker No. Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja pasal 3 ayat (2) bahwa ”
Tugas pokok pelayanan kesehatan meliputi : pemeriksaan kesehatan sebelum
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 86
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan dan semua perusahaan harus melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun
sekali”.
Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang
diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak
mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan
cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin.
Sedangkan Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruhpengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tenaga kerja tertentu atau bisa juga dilakukan apabila terdapat keluhan-
keluhan dianatar pekerja.
Apabila pemeriksaan awal dan khusus tidak dilakukan di perusahaan, maka
perusahaan akan sulit untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh pekerja baik
asal penyakit itu maupun upaya pengobatannya. Selain itu pengusaha juga tidak
mengalami kesulitan dalam menetapkan jenis PAK atau bukan.
32. Perusahaan belum melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi
P4GN di tempat kerja;
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3
ayat (1) huruf l, Jo. Permenaker No.Per-11/Men/2005 pasal 2, bahwa
”Pengusaha wajib melakukan upaya aktif pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya di tempat kerja”.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 87
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan, penyalahgunaan
dan peredaran gelap NAPZA di tempat kerja dan ada pekerja yang
mengkonsumsinya, maka hal tersebut akan mengakibatkan turunnya produktivitas
dari pekerja sehingga mengganggu sistem pelayanan di tempat kerja.
33. Perusahaan belum melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS di tempat kerja;
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 Jo UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3
ayat (1) huruf l, Jo. Kepmenaker No.Kep.68/Men/2004 pasal 2 ayat (1), bahwa
”Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja”.
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dilakukan guna memberikan
sosialisasi kepada pekerja mengenai bahaya dan cara penularan HIV/AIDS baik
di tempat kerja maupun dalam lingkungan sosial (masyarakat umum). Apabila
tidak dilakukan upaya tersebut dan ada pekerja yang terkena HIV/AIDS, maka
hal tersebut akan mengakibatkan turunnya produktivitas dari pekerja sehingga
mengganggu sistem pelayanan di tempat kerja.
34. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 3 ayat (1) huruf a Jo Permenaker No. Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)
Jo pasal 15 Jo pasal 17 bahwa “Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan
pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah
NAB, dimana Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dilakukan berdasarkan
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 88
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
penilaian risiko, NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dapat ditinjau
kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi”
Apabila tidak dilakukan pengujian faktor fisika, tidak diketahui nilai ambang
batas dari parameter faktor fisika seperti kebisingan, getaran, radiasi, iklim kerja
dan lainnya, sehingga perusahaan tidak bisa melakukan pengendalian dalam
mengurangi efek dari pajanan faktor fisika yang melebih nilai ambang batas.
35. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor kimia di udara lingkungan kerja
dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 3 ayat (1) huruf a Jo Permenaker No. Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1)
Jo pasal 15 Jo pasal 17 bahwa “Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan
pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah
NAB, dimana Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dilakukan berdasarkan
penilaian risiko, NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dapat ditinjau
kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi”
Apabila tidak dilakukan pengujian faktor kimia, tidak diketahui nilai ambang
batas dari parameter faktor kimia seperti penggunaan bahan kimia, sehingga
perusahaan tidak bisa melakukan pengendalian dalam mengurangi efek dari
pajanan penggunaan bahan kimia yang melebih nilai ambang batas.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 89
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
36. Perusahaan belum memiliki petugas K3 Kimia ; Berdasarkan Undang-undang No.
1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) Jo. Kepmenakertrans
RI No. Kep.187/Men/1999 Pasal 17 ayat (1) huruf a, bahwa, “wajib mempunyai
petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja no
shift sekurang – kurangnya 1 (satu) orang dan apabila dipekerjakan dengan
mempergunakan shift sekurang – kurangnya 3 (tiga) orang.
37. Perusahaan baru menerapkan sebagian kecil dari Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 Jo. Peraturan Pemerintah No. 50
Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatam dan Kesehatan
Kerja pasal 3 ayat (1) dan (2) bahwa ” Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan
kebijakan nasional tentang SMK3 dimana Kebijakan nasional tentang SMK3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II,
dan Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012
SMK3 adalah suatu sistem yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. Dalam pelaksanaan SMK3 harus terintegrasi
dengan sistem manajemen di perusahaan dimana untuk pembuktian penerapannya
dilakukan audit internal dengan menyediakan dokumen-dokumen yaitu Lembar
Kebijakan dan lampirannya; dokumen peijinan K3; dokumen sertifikat personil
K3; dan dokumen Prosedur Kerja.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 90
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
38. Perusahaan tidak melaporkan terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja ke
Disosnakertrans Kab. Semarang ; Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 11 Jo. Permenakertrans No. 03/Men/1998
Pasal 2 ayat (1) bahwa, “Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap
kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya”
Hal ini sebagai evaluasi mengenai prosedur suatu proses pekerjaan agar di
kemudian hari kecelakaan ini tidak terulang kembali selain itu unbtuk
memastikan hak – hak kompensasi kepada pekerja yang menjadi korban
terpenuhi sesuai ketentuan.
39. Terdapat kecelakaan kerja dimana pekerja tersebut sementara tidak masuk
bekerja (STMB) yang tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang.
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 11 Jo. Permenakertrans No. 03/Men/1998 Pasal 2 ayat (1) bahwa,
“Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan kerja yang terjadi
di tempat kerja yang dipimpinnya”.
Kerjasama dari pengusaha untuk melaporkan kecelakaan kerja sangat diperlukan
untuk mengetahui data real kecelakaan kerja nasional tahunan sebagai bahan
evaluasi penilaian sejauh mana program yang sudah dicanangkan Pemerintah
mencapai sasaran dalam mengurangi kecelakaan kerja dan produktivitas nasional.
B. PEMECAHAN MASALAH
Setelah dilakukan analisis dari permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan
pemecahan masalah untuk mengatasinya yaitu sebagai berikut :
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 91
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
1. PKWT untuk pekerja dengan jenis pekerjaan tetap demi hukum menjadi
perjanjian kerja waktu tidak tertentu (pekerja tetap); Dalam hal disyaratkan masa
percobaan untuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, maka masa percobaan yang
disyaratkan batal demi hukum, Perusahaan segera melakukan pencatatan PKWT
ke Disosnakertrans Kab. Semarang, untuk diketahui oleh pihak Disosnakertrans
Kab. Semarang setelah PKWT yang dibuat telah memenuhi persyaratan mengenai
diberlakukannya status hubungan kerja secara PKWT sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Pengusaha wajib melaporkan upah tenaga kerja untuk kepesertaan Jamsostek
sesuai dengan upah riil dari pekerja.
3. Pengusaha agar segera mengikutsertakan seluruh pekerja ke dalam Program
Jamsostek tanpa terkecuali dan memperlihatkan bukti kepesertaan seluruh pekerja
kepada Disosnakertrans Kab. Semarang;
4. Perusahaan agar segera membayarkan kompensasi kecelakaan kerja kepada Sdr.
Arif Al Hakim sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan;
5. Perusahaan disarankan untuk melakukan perekrutan dan mempekerjakan
penyandang cacat yang memenuhi persyaratan kerja, menempatkannya pada
jabatan dengan memperhatikan jenis dan derajat kecacatan yang dimiliki
penyandang cacat tersebut, pendidikan, keterampilan, kesehatan dan rehabilitasi
pelatihan.
6. Perusahaan harus memberikan makanan extra kepada Pekerja perempuan yang
bekerja di malam hari (Shift III) minimal 1400 kalori;
7. Pengurus perusahaan harus menyediakan sarana ruang menyusui/ruang laktasi di
perusahaan.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 92
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
8. Perusahaan diwajibkan segera memasang Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja di tempat kerja pada tempat-tempat yang mudah
terlihat dan mudah terbaca;
9. Perusahaan disarankan untuk melakukan pengujian penerangan di tempat kerja
agar penerangan yang digunakan di setiap tempat kerja yang berbeda memenuhi
syarat dan aman untuk penglihatan manusia;
10. Perusahaan diwajibkan untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) dan kemudian mengajukan permohonan ke
Disosnakertrans Kab. Semarang unvtuk dibuatkan Surat Keputusan (SK) P2K3;
11. Pengusaha harus menunjuk sekretaris P2K3 dan kemudian mengikutkannya
dalam pelatihan Ahli K3 Umum yang diselenggarakan PJK3 di bidang pembinaan
K3 yang telah ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I;
12. Diwajibkan kepada Pengusaha untuk segera mengajukan permohonan pembuatan
akte ijin Bejana uap dengan Wp. 5 km/cm2 dan 5.5 kg/cm2 dan Boiler merk
Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 ke Disosnakertrans Kab.
Semarang, dan melakukan riksa uji pertama dengan menggunakan Pegawai
Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan atau menggunakan PJK3 jasa
pemeriksaan dan pengujian K3 bidang pesawat uap dan bejana tekan yang telah
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I;
13. Perusahaan dilarang menugaskan operator operator boiler sebelum memiliki
sertifikat operator Pesawat dan Bejana Tekan dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. Kepada perusahaan disyaratkan agar segera mengikutsertakan operator
Boiler tersebut atas nama Wawan R, umur 25 tahun untuk mengikuti pelatihan
operator Boiler ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 93
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
14. Diwajibkan kepada pengusaha untuk mengajukan permohonan pengesahan
pemakaian Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN
00699 dan Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 kepada Disosnakertrans Kab.
Semarang, dan kemudian melakukan riksa uji dengan menggunakan Pegawai
Pengawas Spesialis Pesawat Tenaga dan Produksi atau PJK3 jasa pemeriksaan
dan pengujian bidang pesawat angkat angkut dan pesawat tenaga dan produksi;
15. Pengusaha dilarang menugaskan operator Mesin Diesel yaitu Sdr. Aska (36 th)
dan Sulistiono (39 th) sebelum memiliki Lisensi K3 dari Menteri atau pejabat
yang ditunjuk. Kepada pengusaha agar segera mengirimkan operator Mesin
Diesel tersebut untuk mengikuti pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang
pembinaan dan pelatihan K3;
16. Pengusaha dilarang menugaskan operator forklift sebelum memiliki sertifikat dan
buku kerja dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Kepada pengusaha agar
segera mengirimkan operator forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono
(29 th) , Operator Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) untuk mengikuti
pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3;
17. Pengusaha dilarang menugaskan petugas pesawat angkat angkut (juru ikat dan
rigging) sebelum memiliki sertifikat dan buku kerja dari Menteri atau pejabat
yang ditunjuk. Kepada pengusaha agar segera mengirimkan petugas tersebut an
Hardiyono (30 th) dan Wisnu B. (32 th) untuk mengikuti pelatihan juru
ikat/rigging ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3;
18. Perusahaan dilarang menugaskan teknisi listrik untuk Instalasi Listrik yang
memiliki tegangan kerja 220/380 V, kapasitas daya 1200 kVA dan sumber tenaga
dari PLN sebelum memiliki sertifikat kompetensi listrik. Kepada perusahaan
disyaratkan agar segera mengikutsertakan teknisi listrik tersebut atas nama Anang
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 94
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
Hari Indarto, umur 35 tahun untuk mengikuti pelatihan teknisi listrik ke PJK3
bidang pembinaan dan pelatihan K3.
19. Pengusaha wajib untuk melakukan riksa uji berkala 3 unit Instalasi Penyalur Petir
jenis Electrostatic yang dimiliki dengan menggunakan Pegawai pengawas
spesialis Penyalur petir atau PJK3 jasa pemeriksaan dan pengujian teknik bidang
Penyalur Petir dan peralatan elektronik;
20. Pengusaha harus memiliki Sistem Proteksi Kebakaran, dan kemudian
mengajukan pengesahan Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik ke Disosnakertrans
Kab. Semarang, kemudian melakukan riksa uji dengan menggunakan Pegawai
pengawas Spesialis Penanggulangan Kebakaran atau PJK3 jasa pemeriksaan dan
pengujian teknik bidang Instalasi Proteksi Kebakaran;
21. Pengurus harus segera membuat dan memasang tanda-tanda pemasangan APAR
sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja;
22. Perusahaan harus segera membuat rencana tanggap darurat
23. Pengurus harus segera membuat dan memasang tanda-tanda pemasangan APAR
sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja Unit Penanggulangan Kebakaran
a. Perusahaan segera membentuk petugas peran kebakaran karena jumlah
tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sudah mencukupi untuk persyaratan
petugas peran kebakaran. Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2
orang untuk setiap jumlah kerja 25 orang dan harus memenuhi syarat telah
mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat I ke PJK3 di
bidang Pembinaan dan Pelatihan K3.
b. Perusahaan harus segera memiliki regu penanggulangan kebakaran.
Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dan huruf d,
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 95
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
ditetapkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan
sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau
lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II,
sedang III dan berat dan telah mengikuti kursus teknis penanggulangan
kebakaran tingkat dasar I dan tingkat dasar II.
c. Perusahaan harus segera memiliki koordinator penanggulangan kebakaran.
Koordinator unit penanggulangan kebakaran untuk tempat kerja resiko
bahaya sedang II (klasifikasi bahaya untuk pabrik tekstil) untuk Untuk
tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan
berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja dan harus
mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, II dan
tingkat ahli K3 pratama ke PJK3 di bidang Pembinaan dan Pelatihan K3.
24. Perusahaan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja bagi tenaga
kerjanya terutama yang bersifat preventif dan kuratif.
25. Perusahaan harus segera menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan
kesehatan kerja kepada Direktur melalui Disosnakertrans Kab. Semarang;
26. Pengusaha segera membentuk tim /petugas P3K di perusahaan.
27. Pengusaha harus menyediakan fasilitas P3K di tempat kerja meliputi :
a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 96
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
28. Pengusahan harus mengikutkan pekerja yang ditunjuk sebagai petugas P3K
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak penyelenggara
pelatihan
29. Perusahaan wajib melakukan pemeriksaan awal dan berkala terhadap kesehatan
tenaga kerjanya untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya PAK.
30. Perusahaan wajib melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi
P4GN di tempat kerja.
31. Perusahaan Saudara wajib untuk melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja;
32. Perusahaan wajib untuk segera melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja
dengan melalui pegawai pengawas spesialis lingkungan kerja atau balai
hiperkes/K3 atau PJK3 Jasa Pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan
kerja bidang Lingkungan keja dan kemudian hasil laporannya disampaikan kepada
Disosnakertrans Kab. Semarang;
33. Perusahaan wajib untuk melakukan pengujian faktor kimia di tempat kerja dan
pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja untuk mengetahui kategori nilai
ambang batasnya dengan melalui pegawai pengawas spesialis lingkungan kerja
atau balai hiperkes/K3 atau PJK3 Jasa Pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan
kesehatan kerja bidang Lingkungan keja dan kemudian hasil laporannya
disampaikan kepada Disosnakertrans Kab. Semarang;
34. Perusahaan memiliki bahan berbahaya dengan potensi bahaya menengah,
sehingga perusahaan harus memiliki petugas K3 kimia untuk pengawasan K3
kimianya. Untuk itu agar pengusaha segera menunjuk pekerjanya sebagai petugas
K3 Kimia sekurang-kurangnya 3 orang apabila dipekerjakan menggunakan Shift;
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 97
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
35. Perusahaan Saudara diwajibkan untuk melaksanakan pedoman penerapan SMK3,
dan untuk pembuktian penerapannnya dapat dilakukan audit internal.
36. Perusahaan harus melaporkan terjadinya semua kecelakaan kerja di tempat kerja
ke Disosnakertrans Kab. Semarang;
37. Perusahaan harus melaporkan adanya pekerja yang dalam sementara tidak
mampu bekerja (STMB) ke Disosnakertrans Kab. Semarang untuk mengkontrol
pemenuhan hak-hak nya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di PT. Taruna Kusuma Purinusa baik
melalui pemeriksaan dokumen, pengamatan visual di lapangan maupun melalui
wawancara baik dari pihak pengusaha maupun pekerja, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 98
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
1. Upah lembur satpam ada kekurangan perhitungan selama 1 jam, yaitu hanya
dihitung 7 jam saja dari yang seharusnya 8 jam sesuai ketentuan.
2. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan dalam PKWT adalah termasuk dalam
pekerjaan yang bersifat tetap atau terus menerus;
3. Upah yang didaftarkan ke dalam kepesertaan Jamsostek bagi semua pekerja
adalah UMK yang berlaku di Kab. Semarang tahun 2013 yaitu Rp. 1.051.000,00
sehingga terjadi PDS Upah dalam kepesertaan Jamsostek;
4. Dari jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, diketahui bahwa 4 orang belum
diikutkan dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga terjadi PDS TK dalam
kepesertaan Jamsostek;
5. Terjadi kecelakaan kerja pada an. Arif Al Hakim yang belum diikutsertakan
dalam kepesertaan Jamsostek, sehingga Jaminan Kecelakaan Kerja harus
ditanggung perusahaan, akan tetapi perusahaan belum membayarkan Santunan
kecelakaan kerja tersebut;
6. Di PT. Taruna Kusuma Purinusa tidak terdapat penempatan tenaga kerja cacat;
7. Pekerja Perempuan yang berkerja malam hari tidak diberikan makanan dan
minuman bergizi berupa makanan dan minuman extra.
8. Perusahaan tidak menyediakan pojok laktasi;
9. Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja belum
terpasang di tempat kerja Perusahaan Saudara;
10. PT. Taruna Kusuma Purinusa belum pernah melakukan uji penerangan di tempat
kerja;
11. Perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 419 orang, akan tetapi belum
membentuk P2K3;
12. Perusahaan belum memiliki Ahli K3 Umum;
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 99
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
13. Terdapat 2 Bejana uap dengan Wp. 5 kg/cm2 dan 5.5 kg/cm2, name plate tidak
ada, dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 belum
memiliki akte ijin dan belum pernah dilakukan riksa uji;
14. Empat orang operator pesawat uap belum memiliki sertifikat operator yang
diterbitkan Menaker atau pejabat yang ditunjuk;
15. Mesin Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan
Merk Deutz AG dengan S/N 1044507 belum memiliki pengesahan pemakaian;
16. Operator Mesin Diesel/Genset an. Aska (36 th) dan Sulistiono (39 th) belum
memiliki Lisensi K3;
17. Pesawat angkut jenis forklift Merk Toyota sejumlah 3 (tiga unit) belum memiliki
Pengesahan Pemakaian.
18. Operator Forklift an Joko (24 th), Sunarto (28 th), Ristiono (29 th) , Operator
Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th) belum memiliki Lisensi K3 dan
Buku Kerja;
19. Petugas Pesawat Angkat dan Angkut (Juru Ikat/Rigging) an Hardiyono (30 th)
dan Wisnu B (32 th) belum memiliki sertifikat dan Buku Kerja;
20. Teknisi Listrik yang dimiliki belum memiliki sertifikat (tidak memenuhi
Kepdirjen PHIPK No. Kep.311/BW/2002 Dalam Penetapan Poin 2 huruf A,
tentang Kompetensi Teknisi Listrik);
21. 3 unit Instalasi Penyalur Petir jenis Elektrostatic belum pernah dilakukan riksa uji
berkala sejak pemasangan pada tanggal 26 Oktober 2005;
22. Perusahaan tidak memiliki Sistem Proteksi Kebakaran ;
23. Tidak ada tanda-tanda pemasangan APAR;
24. Perusahaan belum memiliki dokumen perencanaan tanggap darurat;
25. Perusahaan tidak memiliki unit penanggulangan kebakaran
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 100
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
a. Petugas Peran Kebakaran ;
b. Regu Penanggulangan Kebakaran ;
c. Koordinator Penanggulangan Kebakaran;
26. Perusahaan melakukan penyelenggaraan kesehatan di tempat kerja namun belum
menyeluruh;
27. Perusahaan tidak melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan kerja ke
Disosnakertrans Kab. Semarang ;
28. Perusahaan belum menunjuk Petugas P3K
29. Belum memiliki Fasilitas P3K di tempat kerja;
30. Tenaga Kerja belum pernah mengikuti Pelatihan P3K ;
31. Perusahaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerjanya secara awal
dan khusus;
32. Perusahaan belum melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi
P4GN di tempat kerja;
33. Perusahaan belum melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS di tempat kerja;
34. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;
35. Perusahaan belum melakukan pengujian faktor kimia di udara lingkungan kerja
dan pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;
36. Perusahaan belum memiliki petugas K3 Kimia;
37. Perusahaan baru menerapkan sebagian kecil dari Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
38. Perusahaan tidak melaporkan terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja ke
Disosnakertrans Kab. Semarang ;
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 101
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
39. Terdapat kecelakaan kerja dimana pekerja tersebut sementara tidak masuk
bekerja (STMB) yang tidak dilaporkan ke Disosnakertrans Kab. Semarang.
B. SARAN
1. Sesuaikan perhitungan upah lembur satpam yang berkaitan dengan waktu
istrirahat sesuai dengan ketentuan dalam SKB Menteri Tenaga Kerja RI dengan
Kapolri.
2. PKWT untuk pekerjaan terus – menerus dinyatakan batal demi hukum dan
pekerja dalam PKWT tersebut harus dirubah status hubungan kerjanya menjadi
PKWTT.
3. Pengusaha wajib melaporkan upah tenaga kerja untuk kepesertaan Jamsostek
sesuai dengan upah riil dari pekerja.
4. Pengusaha agar segera mengikutsertakan seluruh pekerja ke dalam Program
Jamsostek;
5. Perusahaan agar segera membayarkan kompensasi kecelakaan kerja kepada Sdr.
Arif Al Hakim sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan;
6. Perusahaan disarankan untuk melakukan perekrutan dan mempekerjakan
penyandang cacat yang memenuhi persyaratan kerja, menempatkannya pada
jabatan dengan memperhatikan jenis dan derajat kecacatan yang dimiliki
penyandang cacat tersebut, pendidikan, keterampilan, kesehatan dan rehabilitasi
pelatihan.
7. Perusahaan harus memberikan makanan extra kepada Pekerja perempuan yang
bekerja di malam hari (Shift III) minimal 1400 kalori;
8. Pengurus perusahaan harus menyediakan sarana ruang menyusui/ruang laktasi di
perusahaan.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 102
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
9. Perusahaan diwajibkan segera memasang Lembaran Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja di tempat kerja pada tempat-tempat yang mudah
terlihat dan mudah terbaca;
10. Perusahaan disarankan untuk melakukan pengujian penerangan di tempat kerja;
11. Perusahaan diwajibkan untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3);
12. Pengusaha harus menunjuk sekretaris P2K3 dan kemudian mengikutkannya
dalam pelatihan Ahli K3 Umum;
13. Pengusaha segera mengajukan permohonan pembuatan akte ijin Bejana uap
dengan Wp. 5 km/cm2 dan 5.5 kg/cm2 dan Boiler merk Ygnis, dengan S/N
PY55/05-01, dan Wp 6 km/cm2 dan melakukan riksa uji pertama;
14. Perusahaan agar segera mengikutsertakan operator Boiler tersebut atas nama
Wawan R, umur 25 tahun untuk mengikuti pelatihan operator Boiler ke PJK3
bidang pembinaan dan pelatihan K3.
15. Pengusaha segera mengajukan permohonan pengesahan pemakaian Mesin
Diesel/Genset Merk Caterpillar dengan S/N CAT 00000 HFDN 00699 dan Merk
Deutz AG dengan S/N 1044507 dan melakukan riksa uji;
16. Pengusaha agar segera mengirimkan operator Mesin Diesel tersebut untuk
mengikuti pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang pembinaan dan
pelatihan K3;
17. Pengusaha segera mengajukan permohonan pengesahan pemakaian 3 buah
Pesawat Angkat dan Angkut jenis Forklift dan melakukan riksa uji.
18. Pengusaha agar segera mengirimkan operator forklift an Joko (24 th), Sunarto (28
th), Ristiono (29 th) , Operator Crane an Sujamu (38 th) dan Yayang (31 th)
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 103
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
untuk mengikuti pelatihan operator Mesin Diesel ke PJK3 bidang pembinaan dan
pelatihan K3;
19. Pengusaha agar segera mengirimkan petugas juru ikat an Hardiyono (30 th) dan
Wisnu B. (32 th) untuk mengikuti pelatihan juru ikat/rigging ke PJK3 bidang
pembinaan dan pelatihan K3;
20. Pengusaha disyaratkan agar segera mengikutsertakan teknisi listrik tersebut atas
nama Anang Hari Indarto, umur 35 tahun untuk mengikuti pelatihan teknisi listrik
ke PJK3 bidang pembinaan dan pelatihan K3.
21. Pengusaha wajib untuk melakukan riksa uji berkala 3 unit Instalasi Penyalur Petir
jenis Electrostatic yang dimiliki;
22. Pengusaha harus memiliki Instalasi alarm kebakaran otomatik;
23. Pengurus harus segera membuat dan memasang tanda-tanda pemasangan APAR
sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja;
24. Perusahaan segera membuat dokumen perencanaan penanggulangan keadaan
darurat kebakaran sebagai panduan apabila terjadi keadaan darurat.
25. Unit Penanggulangan Kebakaran
a. Perusahaan segera membentuk petugas peran kebakaran karena jumlah
tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sudah mencukupi untuk persyaratan
petugas peran kebakaran.
b. Perusahaan harus segera memiliki regu penanggulangan kebakaran.
c. Perusahaan harus segera memiliki koordinator penanggulangan kebakaran.
Koordinator unit penanggulangan kebakaran untuk tempat kerja resiko
26. Perusahaan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja bagi tenaga
kerjanya terutama yang bersifat preventif dan kuratif.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 104
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
27. Perusahaan harus segera menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan
kesehatan kerja kepada Direktur melalui Disosnakertrans Kab. Semarang;
28. Pengusaha segera membentuk tim /petugas P3K di perusahaan.
29. Pengusaha harus menyediakan fasilitas P3K di tempat kerja meliputi :
a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus
30. Pengusahan harus mengikutkan pekerja yang ditunjuk sebagai petugas P3K
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak penyelenggara
pelatihan
31. Perusahaan wajib melakukan pemeriksaan awal dan berkala terhadap kesehatan
tenaga kerjanya untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya PAK.
32. Perusahaan wajib melakukan upaya aktif untuk mencegah dan menanggulangi
P4GN di tempat kerja.
33. Perusahaan Saudara wajib untuk melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja;
34. Perusahaan wajib untuk segera melakukan pengujian faktor fisika di tempat kerja;
35. Perusahaan wajib untuk melakukan pengujian faktor kimia di tempat kerja dan
pengujian instalasi bahan kimia di tempat kerja;
36. Perusahaan memiliki bahan berbahaya dengan potensi bahaya menengah,
sehingga perusahaan harus memiliki petugas K3 kimia untuk pengawasan K3
kimianya;
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 105
PT. Taruna Kusuma Purinusa Gusti Rean Azmi, ST 73
37. Perusahaan Saudara diwajibkan untuk melaksanakan pedoman penerapan SMK3,
dan untuk pembuktian penerapannnya dapat dilakukan audit internal.
38. Perusahaan harus melaporkan terjadinya semua kecelakaan kerja di tempat kerja
ke Disosnakertrans Kab. Semarang;
39. Perusahaan harus melaporkan adanya pekerja yang dalam sementara tidak
mampu bekerja (STMB) ke Disosnakertrans Kab. Semarang untuk mengkontrol
pemenuhan hak-hak nya.
Perfer et obdura dolor hic tibi proderit olim 106