laporan pengaruh suhu terhadap denyut jantung daphnia

13
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 1 A. Judul praktikum: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. B. Tujuan praktikum : Tujuan dari praktikum ini adalah: - Mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp. - Mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap denyut jantung Daphnia sp. C. Dasar Teori 1. Daphnia sp Pada hewan poikiloterm yang hidup di air suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi air di sekelilingnya, kenaikan suhu akan mempengaruhi laju metabolisme dan meningkatkan laju respirasi. Hewan poikiloterm yang hidup di akuatik adalah Daphnia sp. merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga sangat mudah untuk diamati dan digunakan sebagai hewan uji hayati. Hewan ini adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia sp. merupakan jenis udang-udangan dan termasuk ke dalam sub filum Crustasea golongan Branchiopoda. Hewan ini disebut dengan kutu air karena cara bergeraknya menyerupai seekor kutu, yakni meloncat-loncat. Daphnia sp. hidup pada selang suhu 18-24°C. Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia sp. Diluar selang tersebut, Daphnia sp akan cenderung dorman. Daphnia sp membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6,7 sampai 9,2. Seperti halnya makhluk akuatik lainnya, pH tinggi dan kandungan amonia yang tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia sp (Mukoginta, 2003). Oleh karena itu tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya spesies ini. Seluruh spesies Daphnia sp diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih, dan deterjen. Daphnia sp merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk medapatkan pakannya berupa mahluk-mahluk bersel tunggal seperti alga dan jenis protozoa lain serta detritus organic (Mukoginta, 2003). Selain itu, mereka juga membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air adalah kalsium. Unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan cangkangnya. Oleh

Upload: poufizh

Post on 17-Sep-2015

623 views

Category:

Documents


120 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum fisiologi hewan, mengamati perubahan denyut jantung Daphnia pada berbagai suhu

TRANSCRIPT

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 1

    A. Judul praktikum: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp.

    B. Tujuan praktikum :

    Tujuan dari praktikum ini adalah:

    - Mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp.

    - Mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap

    denyut jantung Daphnia sp.

    C. Dasar Teori

    1. Daphnia sp

    Pada hewan poikiloterm yang hidup di air suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh

    keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi air di sekelilingnya, kenaikan

    suhu akan mempengaruhi laju metabolisme dan meningkatkan laju respirasi. Hewan

    poikiloterm yang hidup di akuatik adalah Daphnia sp. merupakan hewan yang sangat

    sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga sangat mudah untuk diamati dan

    digunakan sebagai hewan uji hayati. Hewan ini adalah sejenis zooplankton yang hidup

    di air tawar yang mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia sp. merupakan

    jenis udang-udangan dan termasuk ke dalam sub filum Crustasea golongan

    Branchiopoda. Hewan ini disebut dengan kutu air karena cara bergeraknya menyerupai

    seekor kutu, yakni meloncat-loncat. Daphnia sp. hidup pada selang suhu 18-24C.

    Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan

    Daphnia sp. Diluar selang tersebut, Daphnia sp akan cenderung dorman. Daphnia sp

    membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6,7 sampai 9,2. Seperti halnya makhluk

    akuatik lainnya, pH tinggi dan kandungan amonia yang tinggi dapat bersifat

    mematikan bagi Daphnia sp (Mukoginta, 2003). Oleh karena itu tingkat amonia perlu

    dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya spesies ini.

    Seluruh spesies Daphnia sp diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam

    seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih,

    dan deterjen. Daphnia sp merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air

    untuk medapatkan pakannya berupa mahluk-mahluk bersel tunggal seperti alga dan

    jenis protozoa lain serta detritus organic (Mukoginta, 2003). Selain itu, mereka juga

    membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air

    adalah kalsium. Unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan cangkangnya. Oleh

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 2

    karena itu, dalam wadah pembiakan akan lebih baik apabila di tambahkan potongan

    batu kapur, karang (koral) batu apung dan sejenisnya. Selain dapat meningkatkan pH

    bahan tersebut akan memberikan suplai kalsium yang cukup bagi Daphnia sp.

    Beberapa jenis kotoran hewan yang sering dijadikan media tumbuh Daphnia sp

    seringkali telah mengandung kalsium dalam jumlah cukup sehingga dalam kondisi

    demikian kalsium tidak perlu lagi ditambahkan.

    Gambar anatomi Daphnia sp. Gambar Daphnia sp.

    Sumber: Pangkey, Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan

    dan Kelautan. Volume 5. Halaman 33-36.

    2. Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm (Eksoterm)

    Eksoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap

    panas lingkungan). Suhu tubuh hewan eksoterm cenderung berfluktuasi, tergantung

    pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,

    amphibia, dan reptilia.

    Suhu tubuh hewan poikiloterm atau eksoterm ditentukan oleh keseimbangan

    kondisi suhu lingkungan dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya kondisi suhu

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 3

    lingkungan. Pada hewan poikiloterm air, suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh

    keseimbangan konduktif dan konfektif dengan air mediumnya dan suhu tubuhnya

    mirip dengan suhu air. Hewan memproduksi panas internal secara metabolik, dan ini

    mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu

    hewan dengan air sangat kecil (Goenarso, 2005).

    Ada beberapa cara untuk mencapai keseimbangan ini. Salah satu cara dengan

    lingkungan adalah memperluas permukaan tubuh sehingga dapat meningkatkan panas

    yang masuk dari radiasi matahari. Hal ini dilakukan dengan mengarahkan permukaan

    kulitnya tegak lurus dengan sinar matahari. Dengan cara ini dapat menyerap panas

    jauh lebih tinggi daripada suhu udara lingkungannya. Bila suhu tubuh yang cocok

    telah tercapai, biasanya hewan air ini akan berpindah ketempat yang lebih teduh. Hal

    ini berarti dapat dipahami bahwa hewan poikiloterm yang biasanya didefinisikan

    sebagai hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan fluktuasi suhu

    lingkungannya dan dianggap tidak melakukan usaha untuk mempertahankan suhu

    tubuhnya ternyata kurang tepat, sebab banyak usaha yang dilakukan oleh poikiloterm

    untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

    3. Mekanisme Pengeluaran panas

    Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh yang membuat sel-sel mampu

    berfungsi secara efisien. Mekanisme pengeluaran panas terdapat empat proses fisik

    yang bertanggung jawab atas perolehan panas dan kehilangan panas yaitu:

    a. Konduksi yaitu perpindahan langsung gerakan termal (panas) antara molekul-

    molekul lingkungan dengan molekul-molekul permukaan tubuh misalnya seekor

    hewan duduk dalam koam air dingin atau diatas batu yang panas akan selalu

    dihantarkan dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah.

    b. Konveksi yaitu perpindahn panas melalui pergerakan udara atau cairan melewati

    permukaan tubuh seperti ketika tiupan angin turut menghilangkan panas dari

    permukaan tubuh hewan yang berkuit kering.

    c. Radiasi yaitu pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh semua

    benda yang lebih hangat dari suhu yang absolute nol termasuk tubuh hewan dan

    matahari contohnya hewan menyerap panas radiasi dari matahari.

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 4

    d. Evaporasi atau penguapan adalah kehilangan panas dari permukaan cairan yang

    hilang berupa molekulnya yang berubah menjadi gas evaporasi air dari seekor

    hewan memberi efek pendinginan yang signifikan pada permukaan hewan itu.

    Konveksi dan evaporasi merupakan penyebab kehilangan panas yang paling

    bervariasi. (Campbell, 2004).

    4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

    Menurut Goenarso (2005) faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah:

    a. Kecepatan metabolisme basal

    Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi

    dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana

    disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.

    b. Rangsangan saraf simpatis

    Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi

    100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah

    lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper

    seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan

    saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan

    produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

    c. Hormone pertumbuhan

    Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan

    kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga

    meningkat.

    d. Hormone tiroid

    Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam

    tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme

    menjadi 50-100% diatas normal.

    e. Hormone kelamin

    Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira

    10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada

    perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 5

    hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3

    0,6C di atas suhu basal.

    f. Demam ( peradangan )

    Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme

    sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C.

    g. Status gizi

    Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%.

    Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk

    mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi

    mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan

    lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak

    merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan

    kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

    h. Aktivitas

    Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan

    gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan

    (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.

    i. Gangguan organ

    Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat

    menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat

    pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan

    suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga

    dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

    j. Lingkungan

    Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh

    dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga

    sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan

    suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

    Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan

    melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui

    anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 6

    fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah

    jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi

    sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif

    untuk keseimbangan suhu tubuh (Goenarso, 2005).

    5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Denyut Jantung Daphnia sp.

    Menurut Pangkey (2009) beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan denyut

    jantung Daphnia sp. adalah:

    Aktivitas. Dalam keadaan tenang dan tidak banyak bergerak akan mempengaruhi

    denyut jantung pada Daphnia sp. yaitu menjadi semakin lambat.

    Ukuran dan umur. Daphnia sp. yang memiliki ukuran tubuh lebih besar

    cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.

    Cahaya. Pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp. akan mengalami

    penurunan sedangkan pada daerah yang cukup cahaya denyut jantung Daphnia

    sp. akan mengalami peningkatan.

    Temperatur. Denyut jantung Daphnia sp. akan bertambah tinggi apabila suhu

    meningkat.

    Obat-obat (senyawa kimia). Zat kimia akan menyebabkan aktivitas denyut

    jantung Daphnia sp. menjadi tinggi atau meningkat.

    6. Pusat Termoregulasi

    Pusat termoregulasi terdapat di hipotalamus yaitu:

    a. Hipotalamus anterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu panas, stiulasi

    pada hipotalamus anterior akan menyebab kan hipotermia, penurunan

    termogenesis:anoreksia, apati,peningkatan TSH, peningkatan termolisi

    yaitu:vasodilatasi perifer, berkeringat, peningkatan respirasi.

    b. Hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu dingin

    stimulasi pada hipotalamus postteriaor akan menyebabkan hipertermia , peningkatan

    termogenesis seperti menggigil, rasa lapar, peningkatan TSH, penurunan termolisis

    yaitu : vasokontriksi perifer, curling up, memakai baju tebal (Ernawati, 2009).

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 7

    D. Bahan dan alat

    1. Alat :

    a. Mikroskop

    b. Gelas objek datar dan cekung

    c. Gelas piala

    d. Gelas arloji

    e. Gelas penutup

    f. Pipet tetes

    g. Termometer

    h. Statif

    i. Klem

    j. Stopwatch atau jam dengan penunjuk detik

    2. Bahan

    a. Kultur Daphnia sp.

    b. Es batu

    c. Air hangat

    E. Langkah Kerja

    1. Menyiapkan kultur Daphnia pada suhu awal [10C, 15C, 20C, dan 25C ].

    2. Meletakkan Daphnia pada gelas arloji yang berada pada suhu yang telah ditentukan

    (diletakkan di atas es batu atau air dengan suhu yang dikehendaki).

    3. Dengan pipet, memindahkan secara hati-hati seekor Daphnia pada gelas obyek yang

    cekung (kemudian tutup dengan kaca penutup) atau gelas arloji lain sambil dilihat di

    bawah mikroskop. Daphnia bisa juga diletakkan di atas gelas obyek datar. Berhati

    jangan sampai air pada media Daphnia mengenai lensa mikroskop.

    4. Menambahkanlah air secukupnya agar tidak kekeringan. Jangan menambahkan air

    terlalu banyak, karena Daphnia akan mudah bergerak dan sulit diatur posisinya.

    Mengatur letak Daphnia dengan posisi tubuh miring hingga jantungnya tampak jelas

    dan mudah diikuti denyutnya. Apabila menggunakan gelas arloji atau gelas obyek

    datar tidak perlu ditutup dengan kaca penutup.

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 8

    5. Setelah tampak denyutan jantungnya menghitung jumlah denyut setiap 15 detik

    [dengan menggunakan jarum penunjuk detik pada arloji].

    6. Membuat tiga kali pengukuran dan hasilnya dirata-rata. Pada setiap kali pengukuran

    suhu harus tetap pada suhu yang dikehendaki. Jika perlu setiap selesai satu kali

    pengukuran Daphnia dikembalikan pada air dengan suhu yang telah ditentukan,

    karena lampu mikroskop dapat dengan cepat menaikkan suhu obyek pada meja obyek.

    7. Selanjutnya Daphnia dipindahkan ke tempat baru [10C lebih tinggi daripada suhu

    awal].

    8. Mengukur denyut jantung Daphnia pada suhu yang baru. Pengukuran dilakukan

    seperti cara/ langkah pada urutan ke 4.

    F. Rancangan Eksperimen

    MMenyiapkan kultur Daphnia pada

    suhu awal [10C, 15C, 20C, dan

    25C ].

    Meletakkan Daphnia pada gelas arloji

    yang berada pada suhu yang telah

    ditentukan.

    Menambahkanlah air secukupnya

    agar tidak kekeringan.

    Memindahkan secara hati-hati seekor

    Daphnia gelas arloji dengan hati-hati

    kemudian dilihat di bawah mikroskop.

    Menghitung jumlah denyut setiap

    15 detik.

    Membuat tiga kali pengukuran dan

    hasilnya dirata-rata.

    Selanjutnya Daphnia dipindahkan ke

    tempat baru [10C lebih tinggi

    daripada suhu awal]

    Mengukur denyut jantung Daphnia

    pada suhu yang baru. Pengukuran

    dilakukan seperti cara/ langkah

    urutan ke 4.

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 9

    G. Hasil dan pembahasan

    1. Hasil

    Tabel 1. Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp.

    No.

    Suhu

    a

    C)

    Pengulangan Rata-

    Rata

    Suhu

    khir

    C)

    Pengulangan Rata-

    Rata

    Koefisien

    Aktivitas

    (Q10)

    1. 10

    1. 29

    28 20

    1. 49

    47 1,68 2. 29 2. 44

    3. 26 3. 47

    2. 15

    1. 30

    30 25

    1. 47

    53 1,77 2. 31 2. 53

    3. 29 3. 60

    3. 20

    1. 38

    37 30

    1. 57

    59 1,59 2. 36 2. 55

    3. 36 3. 66

    4. 25

    1. 42

    44 35

    1. 67

    65 1,48 2. 45 2. 62

    3. 44 3. 65

    Grafik 5.1. Hubungan Jumlah Denyut Jantung Daphnia sp. dengan suhu awal

    28 30

    37

    44

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    10 15 20 25

    Rat

    a-r

    ata

    Den

    yut

    Jan

    tun

    g

    Suhu Awal

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 10

    Grafik 2. Hubungan Antara Suhu Lingkungan dengan Koefisien Aktivitas Daphnia sp.

    2. Analisis Data

    Berdasarkan hasil data pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pada percobaan ini

    suhu berpengaruh terhadap denyut jantung Daphnia sp. Pada suhu awal yaitu 10oC

    dengan pengulangan sebanyak 3 kali setiap 15 detik rata-rata denyut jantung adalah

    28. Pada suhu 15oC dengan perlakuan sama yaitu pengulangan sebanyak 3 kali setiap

    15 detik terjadi peningkatan rata-rata denyut jantung Daphnia sp. yaitu sebesar 30.

    Hal ini juga terjadi pada suhu berikutnya yaitu 20 oC dan 25

    oC dengan perlakuan

    sama sebanyak 3 kali pengulangan tiap 15 detik mengalami peningkatan rata-rata

    denyut jantung masing masing sebesar 37 dan 44.

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan juga dapat diketahui nilai Q10 atau

    koefisien aktivitas yang disebabkan oleh kenaikan suhu 10oC. Pada suhu 10

    oC yang

    dinaikkan menjadi 20oC dengan pengulangan 3 kali setiap 15 detik rata-rata denyut

    jantung Daphnia sp. mengalami peningkatan yang semula 28 menjadi 47 serta dapat

    dihitung nilai koefisien aktivitas (Q10) sebesar1,68. Pada suhu 15oC yang dinaikkan

    menjadi 25oC dengan perlakuan sama yaitu 3 kali pengulangan setiap 15 detik juga

    terjadi peningkatan rata-rata denyut jantung yang semula 30 menjadi 53 dengan nilai

    koefisien aktivitas (Q10) sebesar 1,77. Sama halnya dengan suhu berikutnya yaitu

    1.68

    1.77

    1.59

    1.48

    1.3

    1.35

    1.4

    1.45

    1.5

    1.55

    1.6

    1.65

    1.7

    1.75

    1.8

    10 15 20 25

    Ko

    efi

    sien

    Akt

    ivit

    as (

    Q1

    0)

    Suhu Awal

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 11

    20oC dan 25

    oC yang dinaikkan menjadi 30

    oC dan 35

    oC menyebabkan peningkatan

    rata-rata denyut jantung yang masing semula 37 menjadi 59, 44 menjadi 65 serta

    nilai koefisien aktivitas (Q10) masing-masing sebesar 1,59 dan 1,48.

    3. Pembahasan

    Daphnia sp. adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar dan mempunyai

    habitat di kolam atau danau. Pada sistem klasifikasi Daphnia sp. termasuk kelas dari

    Crustacea. Spesies ini dapat hidup pada daerah tropis maupun sub tropis dan telah

    beradaptasi pada kehidupan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan.

    Kehidupan Daphnia sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu dan

    oksigen. Menurut Waterman (1960) hewan kecil memiliki frekuensi denyut jantung

    yang lebih cepat daripada hewan dewasa baik pada suhu panas, sedang, dingin,

    maupun alkoholik. Aktivitas metabolisme Daphnia akan naik seiring dengan naiknya

    suhu sampai pada titik dimana terjadi kerusakan jaringan. Hal ini disebabkan adanya

    kecepatan metabolik yang dimiliki oleh hewan kecil tersebut. Menurut Pennak

    (1853) mekanisme kerja jantung Daphnia sp. berbanding langsung dengan kebutuhan

    oksigen per unit berat badannya pada hewan-hewan dewasa. Daphnia sp. sangat

    dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada suhu 22 oC 31 oC dan pH 6,5 7,4.

    Menurut Waterman (1960) pada lingkungan dengan suhu tinggi akan meningkatkan

    metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi akan meningkat dan berdampak

    pada peningkatan denyut jantung Daphnia sp. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan

    yang telah dilakukan yaitu pada suhu awal 10 oC, 15

    oC , 20

    oC dan 25

    oC semakin

    meningkat suhu maka rata-rata denyut jantung Daphnia sp. akan semakin meningkat

    dengan perolehan masing-masing 28, 30, 37, dan 44. Hal ini juga berlaku pada suhu

    akhir yang mengalami peningkatan 10 oC dari suhu awal. Saat suhu dinaikkan 10

    oC

    dari suhu awal, Daphnia mengalami kejutan atau shock sehingga aktivitas

    metabolisme di dalam tubuh semakin tinggi. Daphnia merupakan hewan poikiloterm

    yaitu suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternal. Jika

    suhu lingkungan berubah maka suhu tubuh pada Daphnia juga berubah seiring

    dengan suhu lingkungan, hal ini digunakan Daphnia untuk menyesuaikan diri agar

    metabolisme dalam tubuh tetap berjalan dan dapat bertahan hidup.

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 12

    Sehubungan bahwa Daphnia merupakan hewan poikiloterm atau eksoterm,

    maka pada suhu yang semakin meningkat, Daphnia juga akan melakukan adaptasi

    morfologis yang serupa dengan hewan ektoterm pada umumnya yaitu dengan

    mempertinggi konduktan dan mempercepat aliran darah agar panas mudah terlepas

    dari tubuh karena afinitas hemoglobin dalam mengikat oksigen turun. Mekanisme

    adaptasi fisiologi ini juga mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut jantung pada

    Daphnia. Hewan ini dapat memperoleh energi panas dari lingkungan. Energi ini

    digunakan untuk melangsungkan metabolisme.

    Menurut Pangkey (2009) beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan

    denyut jantung Daphnia sp. adalah:

    Aktivitas. Dalam keadaan tenang dan tidak banyak bergerak akan mempengaruhi

    denyut jantung pada Daphnia sp. yaitu menjadi semakin lambat.

    Ukuran dan umur. Daphnia sp. yang memiliki ukuran tubuh lebih besar

    cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.

    Cahaya. Pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp. akan mengalami

    penurunan sedangkan pada daerah yang cukup cahaya denyut jantung Daphnia

    sp. akan mengalami peningkatan.

    Temperatur. Denyut jantung Daphnia sp. akan bertambah tinggi apabila suhu

    meningkat.

    Obat-obat (senyawa kimia). Zat kimia akan menyebabkan aktivitas denyut

    jantung Daphnia sp. menjadi tinggi atau meningkat.

  • Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell, Reece, Micchell. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

    Ernawati, D. 2009. Hubungan Rasio Induk Jantan dan Betina Daphnia sp.Terhadap Efisiensi Perkawinan

    dan Produksi Ephipia. (online) (http://www.adln.lib.unair.ac.id/ go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2009-

    ernawatidw-9874&PHPSESSID) diakses pada 19 November 2014.

    Goenarso, Darmaji. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka.

    Pangkey, Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 5. Halaman 33-36.

    Mokoginta, Ing. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar, Modul: Budidaya Daphnia. Direktorat

    Pendidikan Menengah Kejuruan-Dikdasmen Depdiknas.

    Watterman, T.H. 1960. The Physiology of Crustacea Volume I. New York: Academic Press.