laporan penelitian hibah unggulan program studi filesangat sensitif untuk itu penyampaian informasi...

64
LAPORAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI EFEKTIFITAS METODE KOMUNIKASI INTERPERSONAL (KONSELING) DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI KONTRASEPSI VASEKTOMI UNTUK MENINGKATKAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) MELAKUKAN KB VASEKTOMI SEBAGAI PILIHAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR TIM PENGUSUL Ni Komang Ekawati, S.Psi.,Psi.MPH (197912022006042023/0002127903) Dinar SM Lubis SKM, MPH (197510182009122002/0018107514) Luh K Pande Ary S, S.Psi.M.Psi.,Psi (198005222008122004/0022058002) PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 246-160/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015 Bidang Unggulan : Kesehatan dan Obat-obatan Kode/Nama Bidang Ilmu: Kesehatan Masyarakat

Upload: vongoc

Post on 28-May-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

EFEKTIFITAS METODE KOMUNIKASI INTERPERSONAL(KONSELING) DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI KONTRASEPSI

VASEKTOMI UNTUK MENINGKATKAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS)MELAKUKAN KB VASEKTOMI SEBAGAI PILIHAN PROGRAM

KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR

TIM PENGUSUL

Ni Komang Ekawati, S.Psi.,Psi.MPH (197912022006042023/0002127903)

Dinar SM Lubis SKM, MPH (197510182009122002/0018107514)

Luh K Pande Ary S, S.Psi.M.Psi.,Psi (198005222008122004/0022058002)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Dibiayai oleh

DIPA PNBP Universitas Udayana

Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian

Nomor : 246-160/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015

Bidang Unggulan : Kesehatan dan Obat-obatan

Kode/Nama Bidang Ilmu: Kesehatan Masyarakat

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian: Efektifitas Metode Komunikasi Interpersonal (Konseling) DalamPenyampaian Informasi Kontrasepsi Vasektomi Untuk Meningkatkan Pasangan UsiaSubur (PUS) Melakukan KB Vasektomi Sebagai Pilihan Program KeluargaBerencana Di Kabupaten Gianyar

Ketua Penelitia. Nama lengkap dengan gelar : Ni Komang Ekawati, S.Psi.,Psi.MPHb. NIP/NIDN : 197912022006042023/0002127903c. Pangkat/Gol : Penata Muda Tk.1/IIIbd. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten ahlie. Pengalaman penelitian : 6 tahunf. Program Studi/Jurusan : IKMg. Fakultas : Kedokteranh. Alamat Rumah/HP : Jalan Tukad Irawadi Gang Sejahtera

No. 6 Panjeri. E-mail : [email protected]

Jumlah Tim Peneliti : 2 orang

Jumlah Mahasiswa : 3 orang

Pembiayaan Penelitian :Jumlah biaya yang diajukan ke fakultas : Rp 25.000.000

RINGKASAN

Denpasar, 30 November 2015Ketua Peneliti

Ni Komang Ekawati, S.Psi.Psi.MPHNIP. 197912022006042023

Mengetahui,Ketua PS. IKM

Fakultas Kedokteran Unud

dr.Made Ady Wirawan MPH.,PhDNIP. 197712282005011001

MengetahuiDekan Fakultas Kedokteran

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT(K), M.KesNIP. 19530131198003004

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL(KONSELING) DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI KB

VASEKTOMI UNTUK MENINGKATKAN PUS MELAKUKANVASEKTOMI DI KABUPATEN GIANYAR

Ni Komang Ekawati (1), Luh Kade Pande Ary S(2)PS. IKM Fakultas Kedokteran , Universitas Udayana

[email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang : Masih rendahnya kesertaan Pria dalam ber-KB menjadi salah satukendala pada program KB. Menurunnya partisipasi pria sebagai akseptor KB karenakurangnya informasi yang menyeluruh terkait KB Vasektomi. KB vasektomi isunyasangat sensitif untuk itu penyampaian informasi sangat penting dilakukan denganteknik komunikasi interpersonal (konseling). Dalam konseling calon aseptor akanmerasa nyaman dan aman untuk membicarakan KB vasektomi karena dilakukansecara individu dan diruang konseling. Selama proses konseling, konselor akanmenjajagi pengetahuan, sikap, perasaan dan kebutuhan calon aseptor sehubungandengan masalah yang dibicarakan. Calon aseptor juga mendapatkan informasi KBvasektomi kemudian dikaitkan dengan perilaku, host, agent dan environment sampaicalon aseptor mengerti kaitan tersebut. Calon aseptor akan diberikan beberapaalternatif pemecahan masalah dan diberikan kebebasan untuk mengambil keputusansesuai dengan kondisinya.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan perilaku calon Aseptoruntuk mengambil keputusan setelah di konseling. Peneliti juga juga melihatpengetahua, sikap dan perilaku calon aseptor setelah dikonseling.

Metode : Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif naratif.Instrument yang digunakan adalah kuisoner yang diwawancarakan kepada aseptor.Sampel dipilih secara purposive sampling. Data dianalisis secara tematik.Hasil : 30 orang PUS yang sudah dikonseling mengambil keputusan melakukantindakan vasektomi setelah dikonseling. Keputusan mengambil tindakan vasektomidikarenakan pengetahuan calon aseptor terhadap metode vasektomi sudah lebihmemahami setelah diberi konseling. calon aseptor lebih memahami terhadap tujuan,manfaat dan proses vasektomi serta sikap yang positif terhadap metode vasektomi.Dengan konseling pengetahuan calon aseptor terhadap KB vasektomi meningkatsehingga keputusan yang diambil calon aseptor adalah melakukan tindakanvasektomi.

Kesimpulan : Metode Komunikasi Interpersonal (Konseling) sangat Efektif untukmeningkatkan pengetahuan, perubahan sikap yang positif terhadap metodevasektomi. Pengetahuan calon aseptor baik terhadap metode vasektomi sehinggamenimbulkan perubahan perilaku calon aseptor mengambil keputusan menjadiaseptor KB vasektomi.

Kata Kunci : PUS, Aseptor, KB Vasektomi, komunikasi interpersonal (Konseling), Informasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia (setelah

Cina, India dan Amerika Serikat). Di Indonesia peningkatan jumlah penduduk terjadi

setiap tahun oleh karena itu BKKBN menetapkan upaya strategis pengendalian

penduduk, antara lain melalui peningkatan pemakaian alat kontrasepsi dan

penggarapan berbagai segmentasi kelompok sasaran, termasuk generasi muda yang

memasuki usia reproduksi. Pendekatan kepada kelompok sasaran tertentu,

disesuaikan dengan karakteristik, cara pendekatan, maupun saluran komunikasi yang

efektif (DR. Dr. Sugiri Syarief, 2011)

Salah satu yang menjadi kendala dalam pelaksanaan strategi upaya

pengendalian penduduk adalah partisipasi pria dalam program KB. Paradigma baru

program KB adalah telah mengarah dan berorientasi kepada kesetaraan dan keadilan

gender artinya ada kesetaraan ber-KB bagi pria maupun wanita (ICPD, 1994).

Permasalahan yang terjadi dilapangan adalah masih rendahnya partisipasi pria dalam

kesertaan KB pria. Faktor – faktor yang menyebabkan antara lain 1) kurangnya

dukungan politis, 2) dukungan sosial budaya, 3) dukungan keluarga serta 4)

kurangnya pengetahuan dan kesadaran pria (BKKBN, 2009)

Di Provinsi Bali kabupaten Gianyar menempati peringkat 8 dari 9 kabupaten

perihal persentase pencapaian PB MKJP dan peringkat 9 (terbawah) untuk

pencapaian KB pria dengan persentase 66,09% dimana persentase Provinsi Bali

adalah 109,96% (Dallap BKKBN Provinsi Bali, 2011). Di kabupaten Gianyar jumlah

pasangan usia subur sebanyak 81.534. dari pasangan usia subur tersebut peserta KB

yang aktif tercatat 66.107 akseptor (Gianyar 2009) dan alat kontrasepsi yang paling

banyak digunakan adalah IUD sebanyak 41.261 ( 62,72%) dan alat kontrasepsi yang

paling kecil atau rendah digunakan adalah medis operatif pria (mop) atau vasektomi

sebanyak 287 orang. (Gianyar, 2010)

Medis operatif pria (MOP) atau vasektomi merupakan satu metode kontrasepsi

permanen yang menjadi pilihan pria. Berdasarkan data lapangan BPPKB Kabupaten

Gianyar, 2009-2010 perbandingan kesertaan metode kontrasepsi permanen jenis

tubektomi pada perempuan dan vasektomi pada pria tahun 2010 perbandingannya

mencapai 117:15. Hal ini memperlihatkan masih belum seimbangnya pemilihan

metode kontrasepsi mantap jenis vasektomi.

Metode kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) juga merupakan

metode kontrasepsi paling efektif dengan tingkat kegagalan paling rendah.

Menurunnya kejadian kegagalan KB yang akan berdampak pada menurunnya

kejadian kehamilan yang tidak diinginkan, secara tidak langsung dengan

menurunnya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan akan berdampak pada

penurunan jumlah aborsi yang sering berujung pada kasus kematian ibu. Disamping

juga akan mempengaruhi tingkat fertilitas.

Menurunnya partisipasi pria sebagai akseptor KB disebabakan karena

kurangnya pengetahuan pria terhadap pengertian dan proses pemakaian metode MOP

ini. Informasi yang diberikan oleh motivator KB di kabupaten gianyar memang lebih

menekankan pada manfaat dan tujuan dari metode vasektomi. Pada proses operasi

metode vasektomi tidak dijelaskan di awal dengan alasan untuk menghilangkan rasa

takut calon akseptor terhadap metode vasektomi ( Lingga 2012).

Sumber Informasi mengenai vasektomi belum jelas diberikan kepada calon

akseptor sehingga calon akseptor belum memahami secara benar tentang metode

vasektomi. Kekurangpahaman calon akseptor terhadap metode vasektomi sering

menimbulkan mitos dan rumor yang salah di masyarakat. Berbagai upaya program

promosi kesehatan dalam meningkatkan partisipasi pria dalam melakukan KB sudah

dilakukan oleh BKKBN Kabupaten Gianyar seperti sosialisasi dan penyuluhan

terkait dengan KB, namun angka partisipasi PUS masih rendah

Isu tentang KB laki-laki (vasektomi) sangat sensitive sehingga perlu metode

dan cara yang efektif dalam penyampaian informasi KB vasektomi. Teknik

komunikasi interpersonal (konseling) salah satu metode yang bisa dilakukan dalam

penyampaian informasi KB vasektomi pada laki-laki. Dengan konseling calon

aseptor akan mendapatkan informasi secara menyeluruh mengenai KB laki-laki dan

calon aseptor akan merasa nyaman dan aman untuk bertanya sehingga mampu

membuat keputusan berdasarkan kondisinya.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan perilaku calon

Aseptor untuk mengambil keputusan setelah mendapatkan informasi dengan

konseling. Peneliti akan melihat pengetahuan, sikap dan perilaku calon aseptor

setelah diberi konseling. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan alat pengumpulan data dengan kuisoner yang diwawancarakan kepada

aseptor.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepi Mantap pada Pria (metode operasi pria/vasektomi)

Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi mantap pada pria.

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria

dengan jalan melakukan oklusi vena diferensia sehingga alur transportasi sperma

terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin,

2003).

Vasektomi adalah tindakan yang lebih ringan dari sunat atau khitan, pada

umumnya dilakukan sekitar 10-15 menit. Vasektomi sangat efektif, tidak ada efek

samping jangka panjang, tindak bedah yang aman dan sederhana, dan efektif setelah

20 ejakulasi atau 3 bulan (BKKBN, 2008).Vasektomi tidak sama dengan kastrasi atau

kebiri. Kastrasi (pengebirian) menyangkut pengeluaran atau merusak testis sehingga

produksi sel mani tidak ada lagi (Suwiyoga, 2001).

Yang dapat menjadi peserta vasektomi adalah suami dari Pasangan Usia

Subur (PUS) dengan syarat sebagai berikut (BKKBN, 2009):

1. Tidak ingin punya anak lagi

2. Sukarela dan telah mendapat konseling tentang vasektomi

3. Mendapat persetujuan dari istri atau keluarga

4. Jumlah anak sudah ideal, sehat jasmani dan rohani

5. Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun

6. Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya

7. Menandatangani formulir persetujuan (informed concern)

Sebagai metode kontrasepsi yang bersifat permanen, vasektomi

mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

1. Efektivitas tinggi (99,9%) untuk mencegah kehamilan.

2. Tidak ada mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) rendah.

3. Prosedur medis dilakukan hanya 10-15 menit.

4. Tidak mengganggu hubungan seksual setelah vasektomi

5. Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan

kontrasepsi lain.

Vasektomi juga sering disebut sebagai sterilisasi pada pria. Sterilisasi dapat

meningkatkan kenikmatan seksual dengan menghapus rasa takut kehamilan yang

tidak direncanakan. Karena prosedur ini permanen, sterilisasi adalah sebuah

keputusan penting yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Hal ini sering

keputusan saling untuk tidak memiliki anak lagi dicapai oleh kedua pasangan.

Sterilisasi laki-laki sedikit lebih sederhana, lebih aman dan lebih efektif daripada

sterilisasi wanita Sterilisasi sangat jarang diperuntukan untuk orang yang masih

muda. Orang yang masih muda yang telah disterilkan memiliki tingkat penyesalan

lebih tinggi daripada pria yang lebih tua dan wanita. Maka dari itu harus ada pilihan

informasi dan persetujuan terlebih dahulu. Sterilisasi lebih dari 99% efektif terhadap

kehamilan, tetapi tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IPPF, 2011)

Indikasi Vasektomi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi

reproduksi merupakan ancaman dan gangguan terhadap kesehatan pria dan

pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2003)

Prosedur Metode Operasi Pria atau Vasektomi

Setelah anesthesia lokal, dilakukan irisan pada kulit scrotum. Kulit dan otot-

otot disayat, maka terlihat vas deferens dengan sarangnya. Irisan dapat dilakukan

pada garis tengah antara dua belahan scrotum atau pada dua tempat di atas masing-

masing vas deferens. Kedua vas deferens tampak sebagai saluran putih dan agak

kenyal pada perabaan. Vas deferens dapat dibedakan dari pembuluh darah karena

tidak berdenyut. Kadang-kadang otot cremaster, vena yang mengalami thrombus,

atau pembuluh limfa yang menebal mangacaukan vas deferens. Penentuan menjadi

sukar terutama bila kulit scrotum tebal (Suwiyoga, 2001)

Tempat Pelayanan Metode Operasi Pria

Walaupun prosedur vasektomi merupakan tindakan bedah minor,

ketersediaan peralatan dan medikamentosa untuk tindakan gawat darurat merupakan

syarat mutlak pelayanan. Akeses ke fasilitas kesehatan rujukan juga harus tersedia

setiap saat (Saifuddin, 2003)

B. Komunikasi Interpersonal (Konseling)

Konseling adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang dalam proses

memberi bantuan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau

memecahkan suatu masalah melalui pemahaman fakta – fakta , harapan , kebutuhan

dan perasaan klien. Konseling digunakan dalam penyuluhan kesehatan untuk

meningkatkan perilaku sehat secara perorangan dan keluarga.

Adapun langkah-langkah atau proses dalam melakukan konseling yaitu sering

disebut SATU TUJU.

SA = Salam memberi salam, Tanya Kabar ?

Beri salam kepada klien, sambut kedatangannya dgn hangat namun wajar, dan

berikan perhatian. (apa kabar..? )

T = Tanya

-Anamnese, pertanyaan berkaitan dengan masalah terkait dengan KB

-Pertnyaan bersifat umum. cerita klien didengar dgn penuh perhatian Tanya / gali

dari klien untuk menjajagi pengetahuan, sikap, perasaan dan kebutuhan klien

sehubungan dgn masalah yang dibicarakan.

- Pertanyaan perilaku

U = Uraikan

Kembangkan diskusi dgn klien dan berikan informasi sehubungan dengan masalah

kesehatan yang dibicarakan, kaitkan antara perilaku, host, agent dan environment

sampai klien mengerti kaitan tersebut. Gunakan media bantu yangg ada seperti

Leaflet, Lembar Balik, LCD, OHP

TU = Bantu

Bantu klien membuat pilihan/alternatif pemecahan yg berkaitan dengan:

- Pencegahan : Primer, Sekunder, Tersier

- Promosi

- Rehabilitasi

J = Jelaskan

Jelaskan secara rasional dan seimbang mengenai berbagai konsekwensi negatif dan

positif dari tiap alternatif pilihan.

U = Ulang

- Meminta klien untuk mengemukakan alternatif yang dipilih sesuai dengan

kondisinya.

- Minta klien datang kembali untuk konseling selanjutnya.

- Berikan penghargaan (ucapan selamat atas kemampuan memilih alternative

pemecahan masalah)

Dalam proses Konseling Kliendiberikan informasi bahwa prosedur vasektomi

tidak menggangu hormone pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau

kepuasan seksual. (Saifuddin, 2003)

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pria

Hasil penelitian oleh Saptono Budi Santoso di Kabupaten Bantul pada tahun

2008 menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang partisipasi pria

dalam KB (p value 0,009), sikap terhadap partisipasi pria dalam KB (p value 0,009),

persepsi tentang partisipasi pria dalam KB (p value 0,007), sikap istri terhadap

partisipasi pria dalam KB (p value 0,027), praktik istri terhadap partisipasi pria

dalam KB (p value 0,020), sikap teman terhadap partisipasi pria dalam KB (p value

0,020), praktik teman terhadap partisipasi pria dalam KB (p value 0,001) dengan

partisipasi pria dalam KB. Masih ada hambatan faktor nilai-nilai sosial budaya yang

berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB seperti KB pria hukumnya haram,

urusan KB adalah urusan wanita, nilai anak laki-laki lebih tinggi daripada anak

perempuan, faktor malu terhadap lingkungan (Budisantoso, 2008).

Hasil penelitian Sri Madya Bhakti Ekarini mengenai analisis faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan

Selo Kabupaten Boyolali diperoleh ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan terhadap KB (p value = 0.0001), sikap terhadap KB (p value = 0.005),

sosial budaya terhadap KB (p value = 0.024), akses pelayanan KB (p value =

0.0001), kualitas pelayanan KB (p value = 0.0001) dengan partisipasi pria dalam

keluarga berencana. ada pengaruh antara variabel pengetahuan terhadap KB (or =

18.712), kualitas pelayanan KB (or = 17.152), sikap terhadap KB (or = 5.663), akses

pelayanan KB (or = 5.228), sosial budaya terhadap KB (or = 2.020) terhadap

partisipasi pria dalam keluarga berencana (Ekarini, 2008).

Faktor yang berkontribusi terhadap proses pengambilan keputusan untuk

vasektomi yaitu ekonomi, pengaruh pasangan, agama, reputasi penyedia dan

ketersediaan, ketidakpastian tentang masa depan, dan pengetahuan vasektomi yang

masih rendah. Penerimaan vasektomi dibatasi oleh kelangkaan penyedia vasektomi

terampil dan oleh kenyataan bahwa laki-laki dan perempuan memegang banyak

kesalahpahaman yang sama tentang vasektomi, termasuk takut performa seksual

menurun sebagai akibat dari prosedur (Bunce A, 2007).

D. Konsep Perilaku

Salah satu aspek yang mempengaruhi status kesehatan seseorang menurut

teori H.L Blum adalah perilaku, disamping ada faktor lain seperti genetik, pelayanan

kesehatan dan faktor lingkungan.

Ada beberapa teori tentang perilaku. Menurut Solita (1993) dikatakan bahwa

perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia

dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, praktik atau

tindakan (Sarwono, 2007 : 1)(Sarwono, 2007b).

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi :

1. Perilaku tertutup (covert behaviour). Respon atau reaksi terhadap reaksi ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi

pada yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour). Respon tehadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati

atau dilihat oleh orang lain.

Di dunia kesehatan kemudian dikenal adanya perilaku kesehatan.

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut maka perilaku kesehatan adalah

suatu respon seorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta

lingkungan (Notoatmodjo, 2007 :136) (Notoatmodjo, 2007)

E. Proses Adopsi Perilaku atau Inovasi

Proses pengambilan keputusan adalah suatu proses kejiwaan yang dialami

oleh seorang sejak saat individu tersebut pertama kali mengenal inovasi sampai

individu tersebut mengambil keputusan terhdap inovasi tersebut baik diterima

ataupun ditolak (Sarwono, 2007:58-59). (Sarwono, 2007a)

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses berurutan yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa

perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku atau

adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan

sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng dan begitu pula

sebaliknya. Dalam Sarwono tahun 2007 Rogers dan Shoemaker mengubah teori

mereka dengan membagi proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi

empat tahapan :

a. Pengetahuan, individu mengetahui tentang adanya inovasi dan mendapat

beberapa pengetahuan tentang inovasi tersebut.

b. Persuasi, individu akan membentuk persepsi dan sikap terhadap inovasi

kearah penerimaan atau penolakan. Pada tahap ini individu mencari

informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi tersebut. Memutusakan

pesan apa yang dia anggap kredible dan memutuskan bagaimana

menafsirkan pesan yang diterima individu Pada tahap ini sering kali

muncul berbagi persepsi terhadap suatu inovasi (Rogers, 1983).

c. Keputusan, individu mengenal keputusan sesuai dengan sikap yang telah

dibentuk pada persuasi. Keputusan ini bisa menerima atau menolak

inovasi setelah melalui proses-proses sebelumnya.

d. Penguatan, pada tahap ini individu akan mencari alasan-alasan penunjang

(reinforcement) terhadap keputusan yang telah di ambil. Kalau alasan-

alasan tersebut tidak didapatkan maka kemungkinan akan terjadi tindakan

yang berlawanan dengan keputusan yang telah diambil. Jadi yang semula

mengadopsi bisa saja akhirnya dapat menolak atau sebaliknya.

Secara skematis maka proses adopsi dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 3 ) :

Gambar 1. Paradigm of The Inovation Decision Proces oleh Rogers and Shoemaker

Sumber: Sarwono, Solita (2007:61)

Pada tahap persuasi individu akan mancari informasi sebanyak-banyaknya

yang dalam hal ini meliputi (Bruce G. Simon-Morton, 1995) :

1. Relative advantages : persepsi terhadap keuntungan relative dari sebuah

inovasi akan beda diinterpretasikan setiap orang. Orang yang sudah mencoba

inovasi cenderung akan memiliki perbedaan persepsi dengan orang yang

belum mencoba.

2. Compatibility : kesesuaian dan keserasian inovsi tersebut dengan nilai-nilai

sosial budaya suatu wilayah dan juga norma-norma yang berlaku akan

I

Pengetahun(Knowladge)

II

Persuasi(Persuation)n)

III

Keputusan(Decision)

IV

Penguatan(Confimation)

Adopsi

Tetap ditolak

Adopsi(Adoption)

Penolakan(Rejection)

Ditolak

Tetap adopsi

Perceived characteristic :

1. Relativeadvantages

2. Compatibility3. Complexity4. Observability5. Triability

mempengaruhi adopso inovasi suatu kelompok sosial.

3. Complexity : persepsi terhadap kerumitan atau kesulitan yang akan dihadapi

suatu inovasi akan mempengarihi adopsi inovasi. Makin sederhana suatu

inovasi maka kemungkinan untuk diteria menjadi lebih besar karena

biasanya lebih cepat untuk dipahami.

4. Observability : sebuah inovasi yang mudah dilihat dalam bentuk nyata

cenderung lebih mudah dan cepat diterima dari yang kurang jelas. Dan hal ini

juga akan mempengaruhi komunikasi antar individu dalam mendorong untuk

menginovasi karena inovasi dapat dilihat secara nyata.

5. Triability : makin mudah suatu inovasi dikerjakan maka kecenderungan untuk

diterima masyarakat makin mudah dan cepat.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Berbagai Metode

Kontrasepsi

1. Faktor Akseptor KB. Pilihan penggunaan jenis kontrasepsi sebaiknya

ditentukan oleh calon pemakainya sendiri. Calon pemakai seyogyanya

mengetahui jenis kontrasepsi yang dipertimngkan untuk dipilih yang

kiranya cocok bagi dirinya sendiri agar mampu memilih jenis kontrasepsi

yang paling cocok bagi dirinya. Seorang akseptor dapat menerima suatu

metode kontrasepsi juga dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap dan

persepsinya.

2. Faktor Jenis Kontrasepsi

Banyak pilihan yang dapat dipilih aksepstor KB, seperti KB metode

sederhana, kontrasepsi pil, hormonal, suntikan KB, susuk KB (norplant atai

implant) alat kontrasepsi dalam rahim dan kontrasepsi mantap. Adanya

kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode akan mempengaruhi

keputusan seseorang untuk menggunakan atau menerima metode

kontrasepsi. Calon peserta KB yang bersangkutan harus memahami benar

alat/metode kontrasepsi yang dipilihnya, termasuk cara kerjanya, cara

penggunaannya, kelebihan dan kekurangannya dibandingkan alat atau

metode kontrasepsi yang lain, kemugkinan terjadinya komplikasi atau

kegagalan.

3. Faktor Konselor KB

Salah satu aspek lain dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

kontrasepsi adalah dengan memberikan pelayanan konseling kepada setiap

calon peserta KB, yaitu pada saat sebelum mereka memperoleh pelayanan

kontrasepsi. Konseling menjadi penting karena beberapa penelitian

menunjukan bahwa hal ini sangat berpengaruh pada partisipasi orang dalam

menggunakan metode kontrasepsi.

4. Faktor Agama

Keluarga berencana dalam pelaksanaannya banyak mendapat pro dan

kontra. Sikap pro dan kontra terhadap keluarga berencana memiliki

pandangan bahwa usaha manusia adalah ikthiar, tidak ada perbuatan atau

kehendak Tuhan terhalang oleh usaha manusia, manusia memiliki sikap

aktif terhadap takdir dan menentukan nasib sendiri. Hambatan agama

umumnya beruapa pandangan bersikap pronatalis (setuju akan sejumlah

kelahiran secara alamiah) termasuk anggapan bahwa melakukan hubungan

kelamin tanpa keinginan memperoleh anak adalah perbuatan amoral.

Agama biasanya dapat menerima metode kontrasepsi bila efek kontrasepsi

tidak bersifat menetap dan dapat dipulihkan

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dan pengumpulan data akan

dilakukan mulai bulan Juni sampai dengan Desember 2015

2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif naratif dengan menggunakan

metode kualitatif

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok pria yang tidak

menggunakan vasektomi yang merupakan pasangan usia subur yang telah

memiliki anak lebih dari 4 (empat) Orang.

b. Sampel dalam data kualitatif

Sampel penelitian ini adalah kelompok pasangan usia subur (PUS)

atau pria yang pernah ditawarkan untuk melakukan vasektomi yang tidak

ingin punya anak lagi atau sudah memiliki anak lebih dari 4 orang yang

tersebar di 7 kecamatan yaitu Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring,

Ubud, Tegallalang dan Payangan.

4. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang diwawancarakan kepada

aseptor setelah melakukan tindakan vasektomi.

5. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan beberapa tahap yaitu :

1. Penjaringan calon aseptor dilakukan dengan melihat data kelurga berencana

menurut kelompok umur. Dari data tersebut dilihat mana yang sudah ber KB

dan mana yang belum ber KB termasuk kontrasepsi yang digunakan.

Kesemuanya itu data itu dijadikan pegangan untuk menetapkan sasaran

pelayanan KB di RTRW/Dusun.

2. Petugas PLKB melakukan sosialisasi KIE kelapangan, disamping

sebelumnya sudah ada sosialisasi dengan para toma, toga dan kader

3. Petugas PLKB memberikan pelayanan dengan mobil keliling

4. Petugas PLKB mendapatkan Data berapa jumlah PUS tiap-tiap kecamatan.

5. PUS peserta KB dan Bukan peserta KB yang tertarik mendatangi Kader

untuk mendapatkan informasi lebih mendalam. Oleh petugas dilakukan

pelayanan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)

6. Pelayanan KIE dilakukan oleh petugas PLKB. Pelayanan KIE adalah

kegiatan komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku

keluarga, masyarakat dan penduduk dalam program KB. Isi pesan KIE adalah

informasi program KB Nasional yang perlu diketahui oleh keluarga,

masyarakat dan penduduk. Proses penyampaian isi pesan program KB dan

KS dari petugas kepada masyarakat atau individu untuk mendapatkan

tanggapan. Pesan yang disampaikan berbagai informasi berupa data dan fakta

tentang KKB untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja, agar

terjadinya perubahan seseorang, kelompok dan masyarakat dalam program

KB.

7. Jika individu atau PUS tertarik akan dilakukan konseling. Konseling pertama

akan dilakukan oleh petugas KB untuk membantu calon aseptor mendapat

informasi dan bantuan pemecahan masalah. Konseling pertama penting

dilakukan karena metode vasektomi sifatnya permanen, maka untuk

mendapatkan tindakan, calon aseptor harus memenuhi 3 persyaratan yaitu

syarat sukarela, syarat bahagia dan syarat sehat. Syarat sukarela dimaksud

adalah calon peserta tetap memilih vasektomi setelah diberi penjelasan

bahwa:

- Ada alat kontrasepsi lain yang dapat digunakan

- Vasektomi dilakukan melalui pembedahaan

- Sebagai tindakan pembedahan kemungkinan ada risiko

- Vasektomi hasilnya permanen, untuk kasus tertentu dapat dilakukan

penyambungan kembali tetapi tidak dianjurkan kareana biayanya relative

mahal.

- Diberi kesempatana untuk mempertimbangkan keputusannya.

Syarat bahagia yang dimaksud adalah :

- calon perserta terikat dalam perkawinan yang sah

- Calon peserta mempunyai anak hidup sekurangnya dua orang jika anak

hanya dua yang terkecil minimal berumur dua tahun

- Anak yang dimiliki dalam keadaan sehat fisik dan mental

- Umur istri 25 tahun sampai dengan menopause.

Setelah dikonseling ada kemungkinan keputusan yang diambil calon

peserta yaitu :

1. Membatalkan keputusan memilih metode vasektomi, beralih ke

metode kekontrasepsi lain

2. Menunda keputusan memilih metode vasektomi, masih

mempertimbangkan

3. Tetap memilih metode vasektomi.

8. Ada beberapa tahapan yang dilakukan petugas dalam memberikan informasi

KB vasektomi kepada calon aseptor yang tertarik untuk lebih mengetahui KB

vasektomi antara lain Setelah dilakukan sosialisasi KIE di masyarakat maka

calon aseptor yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam terhadap metode

vasektomi akan dilakukan Konseling.

Konseling akan dilakukan dalam 3 tahap yaitu :

1. KONSELING SEBELUM MENENTUKAN KEPUTUSAN UNTUK

BER KB VASEKTOMI

Konseling yang pertama ini yang menjadi konselor adalah petugas PLKB.

Dalam konseling yang pertama ini seorang konselor yaitu petugas PLKB akan

melakukan tindakan-tindakan seperti membangun hubungan baik dengan calon

aseptor (membangun rapport) yaitu dengan cara menyambut kedatangan calon

aseptor dengan senyum yang ramah dalam ruang konseling, menumbuhkan

kepercayaan calon aseptor dengan konselor, menunjukkan kehangatan emosi,

menjamin kerahasiaan data calon aseptor, menyadari dan menghargai keberadaan

calon aseptor.

Calon aseptor dipersilakan duduk kemudian konselor akan mulai bertanya

secara umum dengan pertanyaan terbuka kepada calon aseptor terkait dengan

masalah KB yang ingin dibicarakan atau diketahui. Melakukan probing dengan

mengajukan pertanyaan terbuka. Contoh pertanyaan terbuka, antara lain:

-“Apakah anda mengalami kesulitan untuk melakukan vasektomi?”

-“Bagaimana perasaan anda jika melakukan vasektomi?”

Memberi kebebasan atau kesempatan kepada dalam menjawab pertanyaan.

Mengulang kembali pernyataan yang diekspresikan oleh akseptor.

Melakukan klarifikasi dengan mengajukan pertanyaan tertutup. Contoh

pertanyaan tertutup, antara lain:

-“Apakah anda melakukan metode KB vasektomi?”

-“Apakah anda mengetahui caranya melakukan vasektomi?”

Menanyakan data diri seperti jumlah anak, penggunaan metode KB yang sudah

dilakukan, riwayat kesehatan. Jelaskan bahwa keterangan tersebut menjadi data

untuk mengidentifikasi kecocokan akseptor dalam menggunakan metode Kb

vasektomi.

Mengajukan pertanyaan refleksi dengan menanyakan kembali perasaan,

pertanyaan dan isi pembicaraan kepada akseptor.

Menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dengan akseptor untuk

mencapai proses pengambilan keputusan.

Pada tahap proses konseling menguraikan atau menjelaskan Konselor mulai

menjelaskan KB vasektomi kepada calon aseptor dengan menggunakan media lembar

balik dan alat peraga KB kit. Penyampain informasi mulai dari pengertian dari KB

vasektomi, tujuan, proses dan manfaat melakukan KB vasektomi. Proses konseling

berlangsung kurang lebih 1.5 jam. Calon aseptor diberi kesempatan untuk bertanya lebih

dalam terkait dengan KB vasektomi sampai calon aseptor memahami kaitan semua

proses tersebut. Selama proses konseling ini calon aseptor diberi kesempatan untuk

berpikir untuk mengambil keputusan tindakan.

Jika calon aseptor pada saat konseling ini langsung mengambil keputusan

untuk dilakukan tindakan maka petugas akan membuat jadwal operasi dengan

dokter dan rumah sakit yang bekerjasama dengan instansi PP dan KB. Jika tidak

atau belum memutuskan untuk diambil tindakan maka calon aseptor akan dipantau

terus oleh petugas.

2. KONSELING MENJELANG TINDAKAN

Konseling kedua dilakukan jika calon aseptor sudah mengambil keputusan

untuk dilakukan tindakan operasi. Konseling ini dilakukan pada hari yang sama

dengan tindakan. Pada konseling ini calon aseptor mengisi dan menandatangai

lembar persetujuan (Informed Consent ) untuk dilakukan tindakan tanpa paksaan

siapapun. Sebelum operasi dokter yang akan menangani tindakan memberi konseling

lagi kepada calon aseptor. Tujuan dilakukan konseling yang kedua ini adalah

memastikan kembali kemantapan calon aseptor untuk melakukan operasi vasektomi.

Dalam konseling kedua ini ada 3 persyaratan yang harus terpenuhi oleh calon aseptor

yaitu mengevaluasi kemungkinan masih ada keraguan, mengkondisikan suasana

untuk tindakan, tenang dan cooperative. Jika ketiga syarat tersebut terpenuhi maka

tindakan operasi akan dilakukan oleh dokter.

3. KONSELING SETELAH TINDAKAN

Konseling setelah tindakan dilakukan sesaat setelah tindakan operasi

dilakukan. Tujuan dilakukan konseling ini adalah untuk mengevaluasi perasaan

aseptor pasca tindakan, menjelaskan dan menenangkan, memberikan nasehat

perawatan dan pemulihan pascatindakan. Juga memberikan ucapan selamat dan

motivasi atas kemantapan dan penerimaan kontrasepsi yang dipilih.

9. Setelah tindakan operasi maka peneliti melakukan wawancara mendalam

menggunakan pedoman kuisoner dengan peserta aseptor

Teknik Analisis Data

Data kualitatif yang menggunakan wawancara mendalam (indepth

interview) dianalisis dengan menggunakan teknik analisis tematik (thematic content

analysis) .Menurut Boyatzis dalam Poerwandari (2009) mendefinisikan analisis

tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar

tema, sehingga memungkinkan penerjemahan informasi kualitatif menjadi data

kualitatif seperlu kebutuhan peneliti. Adapun tahapan dalam melakukan analisis

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil wawancara

mendalam dan studi kepustakaan/penelusuran dokumen.

2. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, kemudian

dibuatkan transkrip data yaitu dengan mencatat atau menuliskan kembali

seluruh data yang diperoleh tanpa membuat kesimpulan.

3. Hasil pencatatan dan penulisan kembali data yang telah diperoleh dari

hasil wawancara tersebut, kemudian direduksi ke dalam matriks.

4. Melakukan pemilahan data dengan mengelompokkan data dalam

subtropik atau variabel yang diperlukan.

5. Dilanjutkan dengan interpretasi data hasil penelitian.

Menulis secara deskriptif dengan membandingkannya pada teori yang

diperoleh dari studi kepustakaan dan penelusuran dokumen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

KONDISI GEOGRAFIS

1. LETAK WILAYAH

Kabupaten Gianyar terletak diantara 08 18’48’’08’38’58’’ Lintang

Selatan dan 115 13”29” – 115” 22’ 23” Bujur Timur dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Bangli

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kota-Madya Denpasar

Sebelah Timur : Kabupaten Klungkung

2. LUAS WILAYAH

Luas seluruh kabupaten Gianyar 368 Km2 atau 36.800 Ha. Dari luas

tanah tersebut tata guna lahannya meliputi tanah sawah 14.787 Ha, Tanah

Kering 22.013 Ha terdiri dari tanah pekarangan 5.160 Ha, tanah tegalan

11.289 Ha dan lainnya 5.564.Ha

Secara administratif Kabupaten Gianyar terbagi menjadi 7 kecamatan

yaitu kecamatan sukawati, blahbatuh, gianyar, tampaksiring, ubud,

tegallalang dan payangan. Wilayah kecamatan dibagi menjadi beberapa

desa/kelurahaan. Berikut nama kecamatan, jumlah desa/kelurahan dan

jumlah banjar/dusun kabupaten gianyar.

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Banjar/Lingkungan

SubPPKBD

1 Sukawati 12 111 115

2 Blahbatuh 9 67 68

3 Gianyar 17 96 98

4 Tampaksiring 8 70 72

5 Ubud 8 79 81

6 Tegallalang 7 65 65

7 Payangan 9 59 65

Jumlah 70 547 564

Sumber data : (Rek. K/0/Kec-Dal/08, tahun 2014

PENYARINGAN CALON ASEPTOR KB VASEKTOMI

Penyelenggara mekanisme operasional program kependudukan dan KB dan

KS adalah lembaga penyelenggara adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD)

yang bertanggungjawab bidang KB dan KS, dinas terkait, kader KB, tokoh agama

dan tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi dan pihak

swasta atau lembaga masyarakat yang dibentuk kegiatan mekanisme operasional

penyelenggara program kependudukan dan KB sedangkan untuk di kecamatan dan

desa adalah penyuluh KB dan PLKB.

Mekanisme Penyelenggara operasioanl program kependudukan dan KB di

Kabupaten Gianyar meliputi 8 (delapan) langkah antara lain :

1. Analisis data keluarga dan potensi wilayah

2. Pertemuan PLKB/PKB

3. Pertemuan PKB/PLKB dg Puskesmas

4. Pertemuan PKB/PLKB dengan perangkat kecamatan

5. Pertemuan PKB/PLKB dg unsur Perangkat Desa

6. Pertemuan PKB/PLKB dg Kader

7. Pelayanan KIE Toma/Toga/Mitra PKB/PLKB, Pelayanan KIE oleh

Kader kepada sasaran baik keluarga, Balita/Remaja/Lansia dan remaja

8. Pelayanan KB di Klinik dan Pembinaan di klinik.

Jenis data demografi menggambarkan keadaan anggota keluarga dari setiap

kelurga yang meliputi kepala kelurga menurut jenis kelamin, kepala kelurga menurut

satus pekerjaan, kepala kelurga menurut status perkawinan, kepala keluarga menurut

tingkat pendidikan,keluarga mendaptkan kredit mikro/bantuan modal. Sedangkan

jenis data keluarga berencana yang menggambarkan keluarga tentang peserta KB

meliputi nama istri dari pasangan usia subur, umur istri dari pasangan usia subur,

menurut kelompok umur, peserta KB, bukan peserta KB.

Dari data demografi dapat diketahui berapa jumlah anggota keluarga berapa

jumlah balita dalam keluarga tersebut. Dari data geografi dapat dipisah-pisahkan

berapa keluarga yang punya balita, berapa kelurga yang punya remaja dan berapa

keluarga yang punya lansia. Dari data kelurga berencana menurut kelompok umur

dilihat mana yang sudah ber KB dan mana yang belum termasuk kontrasepsi yang

digunakan. Kesemuanya itu data itu dijadikan pegangan untuk menetapkan sasaran

pelayanan KB di RTRW/Dusun.

Langkah pelayanan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) adalah tahap

penyaringan peserta KB MOP yaitu :

1. Petugas PLKB melakukan sosialisasi KIE kelapangan, disamping

sebelumnya sudah ada sosialisasi dengan para toma, toga dan kader

2. Petugas PLKB memberikan pelayanan dengan mobil keliling

3. Petugas PLKB mendapatkan Data berapa jumlah PUS tiap-tiap kecamatan.

4. PUS peserta KB dan Bukan peserta KB yang tertarik mendatangi Kader

untuk mendapatkan informasi. Oleh petugas dilakukan pelayanan KIE.

Pelayanan KIE dilakukan oleh petugas PLKB. Pelayanan KIE adalah kegiatan

komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga,

masyarakat dan penduduk dalam program KB. Isi pesan KIE adalah informasi

program KB Nasional yang perlu diketahui oleh keluarga, masyarakat dan penduduk.

Proses penyampaian isi pesan program KB dan KS dari petugas kepada masyarakat

atau individu untuk mendapatkan tanggapan. Pesan yang disampaikan berbagai

informasi berupa data dan fakta tentang KKB untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh

siapa saja, agar terjadinya perubahan seseorang, kelompok dan masyarakat dalam

program KB.

5. Jika individu atau PUS tertarik akan dilakukan konseling. Konseling pertama

akan dilakukan oleh petugas KB untuk membantu calon aseptor mendapat

informasi dan bantuan pemecahan masalah. Konseling pertama penting

dilakukan karena metode vasektomi sifatnya permanen, maka untuk

mendapatkan tindakan, calon aseptor harus memenuhi 3 persyaratan yaitu

syarat sukarela, syarat bahagia dan syarat sehat.

Syarat sukarela dimaksud adalah calon peserta tetap memilih vasektomi

setelah diberi penjelasan bahwa:

- Ada alat kontrasepsi lain yang dapat digunakan

- Vasektomi dilakukan melalui pembedahaan

- Sebagai tindakan pembedahan kemungkinan ada risiko

- Vasektomi hasilnya permanen, untuk kasus tertentu dapat dilakukan

penyambungan kembali tetapi tidak dianjurkan kareana biayanya relative

mahal.

- Diberi kesempatana untuk mempertimbangkan keputusannya.

Syarat bahagia yang dimaksud adalah :

- calon perserta terikat dalam perkawinan yang sah

- Calon peserta mempunyai anak hidup sekurangnya dua orang jika anak

hanya dua yang terkecil minimal berumur dua tahun

- Anak yang dimiliki dalam keadaan sehat fisik dan mental

- umur istri 25 tahun sampai dengan menopause.

Setelah dikonseling ada kemungkinan keputusan yang diambil calon

peserta yaitu :

6. Membatalkan keputusan memilih metode vasektomi, beralih ke metode

kekontrasepsi lain

7. Menunda keputusan memilih metode vasektomi, masih mempertimbangkan

8. Tetap memilih metode vasektomi.

Dari hasil penjaringan calon aseptor yang dilakukan oleh petugas PLKB di

seluruh kecamatan yang ada di kabupaten gianyar, maka diperoleh data calon

aseptor yang langsung dilakukan konseling. Ada beberapa calon aseptor yang akan

dikonseling oleh petugas. masing-masing calon aseptor dikonseling dengan waktu

yang tidak bersamaan. Ada yang langsung setelah dikonseling melakukan tindakan

operasi, ada yang masing menunggu waktu yang tepat. Sehingga oleh petugas calon

aseptor ini selalu dipantau oleh petugsa. Penjaringan calon aseptor sudah dimulai

dari bulan januari 2015 sampai dengan Desember 2015.

DATA ASEPTOR 2015

Sampai bulan Desember 2015 dari sosialisasi yang sudah dilakukan oleh

petugas PLKB ada 30 aseptor yang sudah dikonseling di seluruh kecamatan yang ada

di kabupaten Gianyar. Dari ke 30 orang yang sudah dikonseling semuanya

melakukan tindakan vasektomi. Secara umum berikut data ke 30 orang aseptor yang

sudah melakukan tindakan vasektomi pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel. 1

Tabel 1Karakteristik Sosio Demografi Aseptor Vasektomi tahun 2015

(Nama Aseptor, Jenis Kelamin, Pendidikan, Alamat, Status danAgama)

No Aseptor JK Pendidikan Alamat Status Agama1 Aseptor 1 Laki SMA Palak Sukawati Menikah Hindu2 Aseptor 2 Laki SMA Payangan Menikah Hindu3 Aseptor 3 Laki SMA Tegallalang Menikah Hindu4 Aseptor 4 Laki SD Tegalalang Menikah Hindu5 Aseptor 5 Laki SMP Tegallalang Menikah Hindu6 Aseptor 6 Laki SMP Gianyar Menikah Hindu7 Aseptor 7 Laki SMA Payangan Menikah Hindu8 Aseptor 8 Laki SMA Sukawati Menikah Hindu9 Aseptor 9 Laki Diploma Denpasar Menikah Hindu10 Aseptor 10 Laki SMP Gianyar Menikah Hindu11 Aseptor 11 Laki SD Singapadu Menikah Hindu12 Aseptor 12 Laki SD Tegallang Menikah Hindu13 Aseptor 13 Laki Tidak tamat SD Keramas Menikah Hindu14 Aseptor 14 Laki SMA Tegallalang Menikah Hindu15 Aseptor 15 Laki SMP Singapadu Menikah Hindu16 Aseptor 16 Laki SMA Tegallalang Menikah Hindu17 Aseptor 17 Laki SD Tegalsari Menikah Hindu18 Aseptor 18 Laki SMP Gianyar Menikah Hindu19 Aseptor 19 Laki SMA GIanyar Menikah Islam/j20 Aseptor 20 Laki SMA Tegalalang Menikah Hindu21 Aseptor 21 Laki D1 Buruan Gianyar Menikah Hindu22 Aseptor 22 Laki SMA Buruan Gianyar Menikah Hindu23 Aseptor 23 Laki SMA Buruan Gianyar Menikah Hindu24 Aseptor 24 Laki SMA Buruan Gianyar Menikah Hindu25 Aseptor 25 Laki SMP Buruan Gianyar Menikah Hindu26 Aseptor 26 Laki SMP Buruan Gianyar Menikah Hindu27 Aseptor 27 Laki SMA Buruan Gianyar Menikah Hindu28 Aseptor 28 Laki SD Jember Menikah Islam /j29 Aseptor 29 Laki SD Banyuwangi Menikah Hindu30 Aseptor 30 Laki SMP Buruan Gianyar Menikah Hindu

Dari Tabel diatas dapat dilihat aseptor KB vasektomi semuanya laki-laki

yang sudah menikah dan memiliki anak. Tingkat pendidikan aseptor yang menempuh

pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) berjumlah 6 orang, yang berpendidikan

sekolah menengah tingkat pertama (SMP) berjumlah 8 orang, yang berpendidikan

sekolah menengah atas (SMA) berjumlah 13 orang, yang berpendidikan Diploma

satu (D1) berjumlah 2 orang dan yang tidak tamat sekolah berjumlah 1 orang.

Semua aseptor bertempat tinggal di 7 kecamatan kabupaten Gianyar dan beragama

Hindu sebanyak 28 orang beragama islam sebanyak 2 orang.

Tabel 2Karakteristik Sosio Demografi Aseptor Vasektomi tahun 2015

(Nama Aseptor, Umur, Jumlah Anak)

Aseptor Umur Jumlah Anak KeteranganAseptor 1 45 2 1 Laki-laki ,1 Perempuan

Aseptor 2 35 2 1 Laki-laki ,1 Perempuan

Aseptor 3 44 2 2 Laki-laki

Aseptor 4 40 4 2 L aki-laki, 2 Perempuan

Aseptor 5 39 3 1 Laki-laki, 2 Perempuan

Aseptor 6 36 3 2 Laki-laki, 1 Perempuan

Aseptor 7 29 2 1 Laki-laki, 1 Perempuan

Aseptor 8 48 3 1 Laki-laki, 2 Perempuan

Aseptor 9 55 3 2 Laki-laki, 1 Perempuan

Aseptor 10 30 2 2Laki-laki

Aseptor 11 52 4 2 Laki-laki, 2 Perempuan

Aseptor 12 45 3 1 Laki-laki, 2 Perempuan

Aseptor 13 38 4 2 Laki-laki, 1 Perempuan

Aseptor 14 43 2 1 Laki-laki, 1 Perempuan

Aseptor 15 50 7 2 Laki-laki, 5 Perempuan

Aseptor 16 47 3 1 Laki-laki ,2 Perempuan

Aseptor 17 35 5 1 Laki-laki , 4Perempuan

Aseptor 18 45 2 1 Laki-laki ,1 Perempuan

Aseptor 19 46 2 2 Laki-laki

Aseptor 20 45 2 1 Laki-laki ,1 Perempuan

Aseptor 21 45 3 1Laki-laki ,2 Perempuan

Aseptor 22 42 3 1Laki-laki, 2 Perempuan

Aseptor 23 40 3 3 laki-laki

Aseptor 24 47 2 2 Laki-laki

Aseptor 25 45 2 1 Perempuan ,1Laki-laki

Aseptor 26 45 2 1Laki-laki ,1 Perempuan

Aseptor 27 49 2 2 laki-laki

Aseptor 28 40 4 1Perempuan ,3 Laki-laki

Aseptor 29 40 3 1Laki-laki, 2Perempuan

Aseptor 30 45 5 1Laki-laki ,4Perempuan

Dari data dalam tabel diatas umur aseptor yang berumur 29 tahun sebanyak 1

orang, aseptor yang berumur 30 tahun sebanyak 1 orang, berumur 35 tahun sebanyak

2 orang, yang berumur 36 tahun sebanyak 1 orang, berumur 38 tahun sebanyak 1

orang, yang berumur 39 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 40 tahun sebanyak 4

orang, yang berumur 42 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 43 tahun sebanyak 1

orang, yang berumur 44 tahun sebanyak 1 orang yang berumur 45 tahun sebanyak 8

orang, yang berumur 46 tahun sebanyal 1 orang, yang berumur 47 tahun sebanyak 1

orang yang berumur 49 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 50 tahun sebanyak 1

orang yang berumur 52 tahun sebanyak 1 orang dan yang berumur 55 tahun

sebanyak 1 orang.

Dalam kelompok umur 29 – 33 tahun berjumlah 2 orang, kelompok umur 34-

38 tahun berjumlah 4 orang, kelompok umur 39-43 berjumlah 7 orang, kelompok

umur 44-48 berjumlah 11 orang, kelompok umur 49-53 tahun berjumlah 3 orang dan

kelompok umur 54-58 berjumlah 1 orang.

Jumlah anak yang dimiliki masing-masing aseptor adalah aseptor yang

memiliki jumlah anak 2 orang ada 13 aseptor, aseptor yang memiliki jumlah anak 3

orang ada 10 aseptor, aseptor yang memiliki jumlah anak 4 orang ada 4 aseptor,

aseptor yang memiliki jumlah anak 5 orang ada 2 aseptor dan aseptor yang memiliki

anak 7 orang ada 1 aseptor.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SETELAH DIKONSELING

Setelah dilakukan konseling semua calon aseptor melakukan tindakan

memakai KB. Jenis KB yang dipakai ke 30 orang aseptor adalah KB vasektomi.

Alasan aseptor memilih KB vasektomi ada beberapa alasan yang dikemukan antara

lain sebanyak 19 orang menyatakan memilih KB vasektomi karena tidak ingin punya

anak lagi, 3 orang menyatakan lebih praktis dan aman dari kebobolan (IUD), 1 orang

mengatakan dua anak cukup, 1 orang mengatakan karena pernah kebobolan, 2 orang

mengatakan berbagi peran dengan istri, 3 orang mengatakan bantu istri karena istri

bermasalah dengan KB, 1 orang mengatakan karena disuruh istri karena istri tidak

cocok dengan KB suntik, pil pasang dan istri tidak mau steril.

Informasi KB vasektomi dipahami oleh aseptor sebagai jenis KB pria, KB

untuk mencegah kehamilan,KB yang aman, sehat dan tidak ada efek samping,

informasi penggunaan vasektomi, manfaat dan tujuan, menjaga keseimbangan rumah

tangga dan tidak terjadi kehamilan, KB yang aman untuk berhubungan dengan suami

istri, dan KB gratis.

Manfaat KB vasektomi diketahui oleh aseptor bermanfaat untuk mencegah

kehamilan dan tidak ingin punya anak lagi, lebih aman dan nyaman , menjaga

kesehatan, menekan sel dalam sperma, wujud kasih saying dalam keluarga dan

khawatir istri hamil, lebih ringan pemakaian dari KB wanita, membantu istri, istri

tidak perlu berKB, dan istri tidak minum obat KB.

Tujuan melakukan KB vasektomi diketahui oleh aseptor sebagai untuk

mencegah kehamilan dan tidak ingin punya anak lagi, menjaga keharmonisan

kelurga dan berbagi tanggujawab dengan istri, dan membantu istri.

Sumber Informasi KB vasektomi diketahui oleh aseptor melalui petugas KB

dan teman yang sudah melakukan KB vasektomi. Metode yang dipakai oleh petugas

dalam penyampaian informasi KB vasektomi adalah dengan sosialisasi dan

konseling. Calon aseptor tertarik melakukan KB vasektomi setelah mendapatkan

informasi KB vasektomi dengan metode konseling. Dalam konseling calon aseptor

mendapatkan penjelasan yang jelas mengenai proses dan manfaat KB vasektomi.

Menurut aseptor metode konseling yang digunakan dalam penyampaian informasi

KB vasektomi membuat calon aseptor merasa nyaman untuk mendapatkan informasi

KB vasektomi.

Sebelum dilakukan konseling sumber informasi yang diperoleh calon aseptor

terhadap metode vasektomi diperoleh melalui teman, sosialisasi dari petugas namum

penjelasnya kurang jelas. Menurut calon aseptor sebelum dikonseling belum mau

melakukan KB vasektomi karena belum mengetahui informasi yang mendalam

terhadap KB vasektomi.

SIKAP ASEPTOR TERHADAP KB YANG DIPILIH

Semua Aseptor mengatakan sangat setuju metode konseling yang digunakan

dalam penyampain informasi KB vasektomi adalah metode yang sangat tepat.

Karena setelah dikonseling calon aseptor menjadi lebih mengetahui informasi KB

vasektomi secara menyeluruh. menurut aseptor sangat setuju metode konseling

digunakan sebagai metode yang sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan

terutama dalam meningkatkan pengetahuan KB vasektomi seperti pengertian

vasektomi, tujuan, proses dan manfaat vasektomi. Dibandingkan sebelum

dikonseling aseptor mengaku belum mengetahui metode vasektomi secara benar

baik dalam hal proses vasektomi maupun manfaat melakukan vasektomi.

SIKAP ASEPTOR TERHADAP KESETARAAN GENDER

Sikap aseptor tehadap kesetaraan gender positif. Aseptor melakukan tindakan

KB vasektomi karena didahului dengan sikap yang sangat positif terhadap kesetaraan

gender. Kesetaraan gender yang dimaksud oleh aseptor adalah bahwa laki-laki juga

bisa mengambil bagian dalam melakukan KB. Sikap positif tersebut dibarengi

dengan partisipasi laki-laki dalam meredam laju pertumbuhan penduduk dengan

melakukan KB vasektomi. Aseptor setuju laki-laki Bali yang sudah menikah dan

memiliki 2 orang anak dan mendapatkan persetujuan dari istri seharusnya melakukan

KB vasektomi. Disamping itu aseptor juga setuju tidak ada aturan yang melarang

laki-laki Bali yang sudah memiliki 2 orang anak dan mendapatkan persetujuan dari

istri untuk melakukan KB vasektomi. Aseptor juga tidak setuju kalau KB vasektomi

dilarang secara agama.

PERILAKU DAN PENGETAHUAN TENTANG KB VASEKTOMI

Keputusan aseptor setelah dikonseling adalah mengambil keputusan mau

melakukan KB vasektomi. Alasan aseptor melakukan KB vasektomi adalah tidak

ingin anak lagi. Tindakan untuk tidak ingin punya anak lagi yang dilakukan aseptor

berdasarkan keputusan sendiri dan persetujuan istri. Keputusan untuk melakukan KB

vasektomi tidak ada paksaan atau tekanan dari siapapun. Keputusan diambil karena

aseptor sudah mengetahui informasi tentang KB vasektomi secara menyeluruh.

Setelah dikonseling calon aseptor mengambil keputusan melakukan tindakan operasi

vasektomi. Sebelum dilakukan tindakan operasi calon aseptor diberikan konseling

yang kedua oleh dokter yang akan melakukan tindakan operasi. Dokter menanyakan

kembali kemantapan keputusan calon aseptor untuk melakukan tindakan operasi.

Dan dokter menjelaskan kembali bahwa tindakan operasi yang diplih calon aseptor

adalah operasi yang tidak memakai pisau. Dokter juga menjelaskan proses

vasektomi, manfaat, resiko yang mungkin dialami dan perawatan pasca operasi.

Dalam konseling ini Calon aseptor disarankan untuk lebih tenang pada saat operasi.

Sebelum dikonseling aseptor belum memutuskan untuk melakukan KB vasektomi.

AKSES LAYANAN SETELAH TINDAKAN OPERASI

Setelah melakukan tindakan operasi seluruh aseptor mengaku mendapatkan

pelayanan pemeriksaan. Jenis pelayanan yang diperoleh aseptor adalah mendapatkan

pelayanan berupa kesehatan, pemeriksaan bekal luka, control bekas operasi dan

pemeriksaan tekanan darah. Disamping itu aseptor mengaku mendapatkan pelayanan

kesehatan berupa kunjungan rumah apabila aseptor merasa sakit setelah operasi dan

mendapatkan pemeriksaan dan obat.

Aseptor mengaku pada saat melakukan tindakan operasi didampingi oleh

petugas PLKB, dokter dan bidan, istri, anak, teman,dan ada aseptor yang tidak ada

yang mendampingi pada saat operasi, namun hal itu tidak mengurungkan niat calon

aseptor untuk melakukan tindakan operasi.

Setelah dioperasi aseptor diberikan konseling yang ketiga yaitu konseling

pascaoperasi. Tujuan koseling ini dilakukan adalah untuk melihat kondisi kesehatan

aseptor. Dokter juga menanyakan bagaimana perasaan aseptor setelah dilakukan

operasi. Menurut aseptor setelah dilakukan operasi aseptor mendapatkan pelayanan

kesehatan berupa konseling, pemeriksaan jahitan, kontrol, perawatan bekas luka,

pemeriksaan tekanan darah. Selain itu aseptor mengaku juga mendapatkan pelayanan

yang lain berupa obat-obatan dan kondom. Petugas juga melakukan kunjungan

kerumah-rumah aseptor yang baru selesai dioperasi. Tujuannya untuk memantau

kesehatan bekas luka aseptor.

BAB V

PEMBAHASAN

1.1. Pengetahuan Aseptor Terhadap KB Vasektomi

Rogers dalam bukunya yang berjudul “Diffusion of Innovations”

menyebutkan bahwa perilaku penerimaan seseorang terhadap suatu inovasi didasari

oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng. Setelah itu Rogers dan Shoemaker membagi proses pembuatan keputusan

tentang adopsi inovasi menjadi empat tahap yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan

dan penguatan. Menurut Rahmasari dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa

Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Vasektomi Di Kecamatan

Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2004” menyebutkan bahwa faktor pengetahuan

pria tentang vasektomi berpengaruh secara signifikan.

Pengetahuan calon aseptor setelah diberi konseling meningkat. Calon aseptor

lebih memahami tujuan, manfaat dan proses dari melakukan KB vasektomi. Calon

aseptor setelah dberi konseling mengambil keputusan dengan melakukan KB

vasektomi. Adapun alasan memilih KB vasektomi atas kesadaran untuk tidak ingin

punya anak lagi dan secara ekonomi, berbagi peran dengan istri, praktis dan aman

dari kebobolan.

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Dalam hal ini calon aseptor telah

mempunyai kesadaran untuk berbagi peran dalam keluarga, tidak ingin punya anak

lagi. Interest, yakni orang mulai tertarik, tidak kepada stimulus. Calon aseptor sudah

mulai tertarik dengan metode vasektomi karena dirasa lebih aman dan praktis.

Aman yang dimaksud adalah tidak dapat menimbulkan kehamilan pada istri, atau

terhindar dari kebobolan seperti memakai KB IUD. Praktis yang dimaksud tidak

menggunakan pil atau suntik. Tahap Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi. Sikap calon aseptor yang sudah menjadi aseptor sangat positif atau sangat

setuju jika laki-laki ikut mengambil peran dalam mengatasi laju pertumbuhan

penduduk. Sikap setuju juga ditunjukkan pada aseptor pada keseteraan gender yaitu

laki-laki juga berperan dalam melakukan KB. Pada tahap Trial, orang telah mulai

mencoba perilaku baru. Calon aseptor mengambil keputusan untuk melakukan KB

vasektomi. Dan pada tahap Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Calon aseptor yang

melakukan KB vasektomi dilandasi dengan pengetahuan, kesadara dan sikap yang

positif terhadap metode MOP.

Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku melalui proses seperti

didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng dan begitu pula sebaliknya. Dalam Sarwono tahun 2007 Rogers

dan Shoemaker mengubah teori mereka dengan membagi proses pembuatan

keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahapan :

e. Pengetahuan, individu mengetahui tentang adanya inovasi dan mendapat

beberapa pengetahuan tentang inovasi tersebut.

f. Persuasi, individu akan membentuk persepsi dan sikap terhadap inovasi

kearah penerimaan atau penolakan. Pada tahap ini individu mencari

informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi tersebut. Memutusakan

pesan apa yang dia anggap kredible dan memutuskan bagaimana

menafsirkan pesan yang diterima individu Pada tahap ini sering kali

muncul berbagi persepsi terhadap suatu inovasi (Rogers, 1983).

g. Keputusan, individu mengenal keputusan sesuai dengan sikap yang telah

dibentuk pada persuasi. Keputusan ini bisa menerima atau menolak

inovasi setelah melalui proses-proses sebelumnya.

h. Penguatan, pada tahap ini individu akan mencari alasan-alasan penunjang

(reinforcement) terhadap keputusan yang telah di ambil. Kalau alasan-

alasan tersebut tidak didapatkan maka kemungkinan akan terjadi tindakan

yang berlawanan dengan keputusan yang telah diambil. Jadi yang semula

mengadopsi bisa saja akhirnya dapat menolak atau sebaliknya.

.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode komunikasi interpersonal (konseling) sangat efektif digunakan dalam

meningkatan pengetahuan calon aseptor terhadap metode MOP (vasektomi). Setelah

diberi konseling pengetahuan calon aseptor terhadap metode MOP menjadi

meningkat atau lebih memahami terutama dalam hal tujuan, manfaat dan proses

operasi. Sebelum diberi konseling calon aseptor mendapatkan informasi terhadap

metode MOP melalui sosialisasi dan informasi dari teman, namun informasi tersebut

tidak lengkap. Sikap yang ditunjukkan aseptor terhadap peranan laki-laki dalam

mengatasi laju pertumbuhan penduduk sangat positif. Aseptor sangat setuju kalau

laki-laki Bali yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan mendapatkan

persetujuan dari istri ikut dan mau melakukan KB vasektomi karena untuk berbagi

peran dalam keseteraan gender di dalam rumah tangga.

Keputusan aseptor melakukan KB Vasektomi dilandasi dengan pengetahuan

yang baik dan sikap yang positif setelah diberi konseling.

B. Saran

Metode konseling sangat efektif digunakan dalam penyampaian informasi

KB vasektomi pada calon aseptor. untuk itu bagi instansi terkait yaitu PP dan KB

kabupaten gianyar :

1. Agar lebih meningkatkan keterampilan konselor yaitu petugas PLKB dalam

melakukan konseling.

2. Menambah tenaga konselor yang ada di masing-masing kecamatan. sehingga

akan lebih banyak dapat menjaring calon aseptor selanjutanya.

3. Membuat ruang pojok konseling ketika melakukan sosialisasi ke lapangan

1 DAFTAR PUSTAKA

Barus, Henyria. 2009. Perilaku Pria Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di

Desa BarusJahe, Kecamatan Barus Jahe, Kabuoaten Karo tahun 2009. FKM

USU

BKKBN 2008a. Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi, Jakarta, BKKBN.

BKKBN 2008b. Policy Brief, KTD Cermin Kuantitas dan Kualitas Pelayanan KB di

Provinsi Bali. In: BKKBN (ed.). Bali.

BKKBN 2009. Booklet Peningkatan Partisipasi Pria "Vasektomi", Jakarta, BKKBN.

BRUCE G. SIMON-MORTON, E. D., M.P.H. & WALTER H.GREENE, ED.D &

NELL H. GOTTLIED, PH.D. 1995. Introduction to Health Education and

Health Promotion, Illinois, Waveland Press.

BUDISANTOSO, S. I. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi

Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul

Tahun 2008. Universitas Diponegoro

BUNCE A, G. G., SEARING H, FRAJZYNGIER V, RIWA P, KANAMA J,

ACHWAL I. 2007. Factors affecting vasectomy acceptability in Tanzania

[Online]. New York: National Center for Biotechnology Information (NCBI).

Available: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17462984 [Accessed 26

Januari 2012].

EKARINI, S. M. B. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali. Universitas Diponegoro.

ERNEST R HILGARD, R. C. A., RITA L ATKINSON 1975. Introduction to

Psychologi, New York, Harcourt Brace Jovanovich Inc.

GIANYAR, B. P. S. K. 2010. Gianyar Dalam Angka, Gianyar, BPS Gianyar.

IPPF. 2011. What Is Contraception [Online]. IPPF. Available:

http://www.ippf.org/en/Resources/Contraception/What+is+contraception.htm

[Accessed Desember 26) 2011, ].

KOLS, A. 2008. Reducing unmet need for family planning: Evidencebased strategies

and approaches. 25. Available: http://www.path.org/reproductive-health

[Accessed 2 desember 2011].

MAGGIE DAVIES, W. M. 2006. Health Promotion Theory. In: NICK BLACK

AND ROSALIND RAINE (ed.). London: London School of Hygiene and

Tropical Medicine.

NOTOATMODJO, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka

Cipta.

PENELOPE HAWE, D. D., JANE HALL 1990. Evaluating Helath Promotion, A

Health Worker Guide, Sydney, National Library Of Australia.

PKBI 2009. Back to Family Planning Services : “In Responding the Community

Family Planning Needs Post-Decentralization”. Community Based

Contraception Distribution in 20 Provinces through Cadre Capacity

Building, IPPA Best Practice and Lesson Learnt. Jakarta.

POPIN, U. N. P. I. N. 1994. Report Of The International Conference On Population

And Development Cairo, 5-13 September 1994) [Online]. Cairo: UN

Population Division, Department of Economic and Social Affairs, with

support from the UN Population Fund (UNFPA). Available:

http://www.un.org/popin/icpd/conference/offeng/poa.html [Accessed 26

Januari 2012].

ROGERS, E. M. 1983. Diffusion of Innovations, New York, Free Press.

SAIFUDDIN, A. B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

SARWONO, S. 2007a. Pendidikan Kesehatan Dan Beberapa Model Perilaku.

Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

SARWONO, S. 2007b. Perilaku Kesehatan. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep

Beserta Aplikasinya Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

SUWIYOGA, D. K. 2001. Buku Ajar Keluarga Berencana, Denpasar, Universitas

Udayana.

SYARIEF, S. Year. Sambutan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga

Berencana Nasional. In: Seminar & Peluncuran Buku “State Of The World

Population 2011”, 26 Oktober 2011 2011 Hotel Nikko, Jakarta. BKKBN.

UTARINI, A. 2007. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta,

Minat Utama Perilaku dan Promosi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

WALGITO 2005. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi.

LAMPIRAN

Modul

MODUL

TEKNIK KONSELING SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIANINFORMASI METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI UNTUK

MENINGKATKAN PASANGAN USIA SUBUR MELAKUKAN KBVASEKTOMI SEBAGAI PILIHAN PROGRAM KELUARGA

BERENCANADI KABUPATEN GIANYAR

TIM PENYUSUN

1. Ni Komang Ekawati,S.Psi, Psi, MPH(197912022006042023)

2. Dinar SM Lubis, SKM,MPH(197510182009122002)

3. Luh Kadek Pande Ary Susilawati,S.Psi, M.Psi,Psi(198005222008122004)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS UDAYANA

2015KATAPENGANTAR

Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun membuat

pemerintah melalui BKKBN menetapkan upaya strategis pengendalian penduduk

namun cukup terkendala dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah partisipasi

pria dalam program keluarga berencana (KB). Paradigma baru program KB adalah

telah mengarah dan berorientasi kepada kesetaraan dan keadilan gender, artinya

ada kesetaraan ber-KB antara pria maupun wanita (ICPD, 1994).

Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah masih rendahnya partisipasi

pria dalam kesetaraan KB pria, yang terlihat dari rendahnya penggunaan alat

kontrasepsi vasektomi oleh pria sebanyak 287 orang dari 66.701 ribu peserta KB

yang tercatat aktif sebagai akseptor KB (Gianyar, 2010). Data lapangan BPPKB

Kabupaten Gianyar tahun 2009-2010 menunjukkan perbandingan 117:15 antara

pemilihan metode tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria. Hal ini

memperlihatkan masih belum seimbangnya pemilihan metode kontrasepsi jenis

vasektomi.

Menurunnya partisipasi pria sebagai akseptor KB disebabkan karena

kurangnya pengetahuan pria terhadap pengertian dan proses pemakaian metode

ini. Informasi yang ditekankan adalah manfaat dan tujuan dari metode vasektomi

namun tidak dijelaskan di awal alasan untuk menghilangkan rasa takut calon

akseptor terhadap metode vasektomi.

Isu tentang metode KB vasektomi sangat sensitif sehingga perlu dilakukan

komunikasi interpersonal (konseling) antara konselor dengan calon akseptor.

Dengan konseling, calon akseptor akan mendapatkan informasi secara menyeluruh

mengenai KB laki-laki dan calon akseptor akan merasa nyaman dan aman untuk

bertanya sehingga mampu membuat keputusan berdasarkan kondisinya.

Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi fasilitator dalam

menyampaikan informasi (konseling) bagi pasangan usia subur yang melakukan KB

vasektomi.

Penulis

November,

2015

Daftar Isi

Pedoman Umum Fasilitator

Daftar Sesi :

1. Sesi 1

2. Sesi 2

3. Sesi 3

4. Sesi 4

5. Sesi 5

6. Sesi 6

Lampiran

Lembar inform consent

DAFTAR ISI

Modul ini disusun sebagai panduan dalam penyampaian dan penerapan teknik

konseling sebagai media penyampaian informasi bagi fasilitator agar dapat

memahami dan menerapkan teknik konseling secara tepat kepada pasangan usia

subur selanjutnya disebut akseptor yang akan melakukan KB dengan metode

vasektomi. Teknik konseling digunakan sebagai metode untuk membantu atau

memandu pasangan usia subur dalam memgambil keputusan melakukan pilihan KB

vasektomi.

Fasilitator tidak boleh menggurui dan tidak harus menjadi narasumber, tetapi juga

tidak boleh melepaskan diri dari proses konseling. Secara pribadi, faslitator

diharapkan mampu bersikap hangat, respek, ramah, dan mampu menjaga rahasia.

Fasilitator harus mampu mendorong akseptor untuk mengungkapkan masalah,

memahami masalah, dan mengambil keputusan secara tepat dalam memilih KB

metode vasektomi. Dengan demikian, modul ini penting untuk diperhatikan dan

menjadi pedoman bagi fasilitator agar proses konseling berlangsung efektif antara

akseptor dengan fasilitator.

Secara garis besar, di bawah ini dikemukakan pedoman sikap bagi fasilitator:

a. Secara pribadi, fasilitator mampu menerima dan menghargai kondisi para

akseptor yang akan melakukan KB metode vasektomi dengan

mengesampingkan hal-hal negatif yang ada pada diri mereka, serta lebih

fokus pada sisi positifnya.

b. Mampu bersikap hangat yang tampil dalam intonasi suara, ekspresi mata,

sikap tubuh, dan gesture (mimik muka, gerakan-gerakan fisik), serta

menyapa dengan ketulusan hati agar komunikasi menjadi menyenangkan.

c. Mampu bersikap respek dengan menghormati dan memperlakukan akseptor

selayaknya teman atau tamu yang diharapkan kehadirannya.

d. Empati (pemahaman) dengan menunjukkan sikap menghargai dan

memahami hal yang dipikirkan dan dirasakan, mencoba menempatkan diri

Pedoman Umum Fasilitator

secara sadar terhadap kondisi yang dialami, dan siap mendengarkan hal

yang ingin disampaikan oleh akseptor.

e. Bersikap ramah dengan menggunakan kata-kata serta mimik muka yang

menentramkan.

f. Mampu menjaga rahasia dengan tidak menceritakan hal yang disampaikan

oleh akseptor kepada orang lain.

g. Memiliki kepekaan yang tajam terhadap kondisi-kondisi sosial psikologis

yang dialami akseptor sehingga mampu melihat masalah secara lebih tajam.

h. Siap menghadapi dan percaya diri mampu untuk memberikan arahan secara

jelas.

i. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang KB metode vasektomi,

pengetahuan tentang perilaku manusia, kondisi sosial budaya, norma, dan

aturan agama.

j. Memiliki ketrampilan komunikasi yang baik, seperti menyapa, menggunakan

kalimat yang positif dan memotivasi, memperhatikan situasi yang tepat untuk

melakukan teknik konseling, serta menampilkan bahasa tubuh yan

menghargai.

k. Mampu memahami kerangka berpikir akseptor, seperti perasaan, ketakutan,

dan kecemasan yang dialaminya saat memutuskan untuk melakukan KB

metode vasektomi.

Secara garis besar, tahapan konseling terbagi dalam beberapa sesi sehingga

penting bagi fasilitator untuk memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Dalam membuka sesi konseling, sebaiknya fasilitator :

a. memberikan penjelasan tentang konseling

b. memberikan penjelasan tentang tujuan konseling agar dapat disepakati

oleh akseptor

c. memberikan penjelasan tentang langkah-langkah dalam proses

konseling

d. mempersuasi akseptor dengan informasi mengenai KB metode

vasektomi agar terjadi perubahan perilaku; akseptor mau memilih untuk

menggunakan KB metode vasektomi.

2. Dalam memfasilitasi jalannya proses konseling, sebaiknya fasilitator:

a. Mempersilahkan akseptor untuk menyampaikan pengetahuan, perasaan,

dan ketakutannya dalam melakukan KB metode vasektomi.

b. memberi kesempatan kepada akseptor mengajukan pendapat dengan

bebas dan menjelaskan keraguan atau kekhawatirannya.

c. Mengajak akseptor untuk mempertimbangkan segala yang disampaikan

dan dirasakannya beserta konsekuensinya.

d. Mengajak akseptor untuk memutuskan dengan sadar, termasuk

konsekuensi atas pilihannya agar dapat menjalani proses dengan baik.

3. Dalam mengakhiri sesi konseling, sebaiknya fasilitator:

a. Mengulas kembali pilihan yang sudah dibuat oleh akseptor dengan

melakukan konfirmasi ulang. Fasilitator hanya memberikan pendapat

akhir apabila diperlukan.

b. Mengajak akseptor menyadari pilihannya dan mengingatkan

konsekuensi atas pilihannya dalam melakukan KB metode vasektomi

agar nantinya tidak menyalahkan diri atau melampiaskannya kepada

orang lain.

PengantarHubungan yang baik adalah kunci keberhasilan dalam penyampaian informasi pada

teknik konseling. Fasilitator harus memiliki kepekaan terhadap kondisi akseptor,

mampu menghayati perasaan, dan mampu mengeskpresikan secara tepat.

Kemampuan dalam membangun hubungan awal (rapport) yang baik merupakan

suatu proses yang akan membantu fasilitator memastikan akseptor dalam kerangka

berpikir yang positif. Proses rapport akan lebih bermakna ketika fasilitator mampu

menampilkannya dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kehangatan, ekspresi

suara yang bersahabat dan ramah, penerimaan penuh, dan ketertarikan atas situasi

masalah konseli merupakan aspek nonverbal yang penting untuk diperhatikan dan

dilakukan oleh fasilitator.

TujuanSetelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan:

Mampu memahami dan memiliki skills untuk membangun kerjasama dengan

akseptor.

Mampu menumbuhkan rasa nyaman pada diri akseptor terhadap fasilitator dan

proses konseling.

Mampu memenuhi kebutuhan atau memfasilitasi masalah akseptor terkait

pemilihan metode KB vasektomi.

Pokok Bahasan

Materi dasar dan teknik konseling

Ketrampilan membangun rapport

Identifikasi masalah

Langkah-langkah

SESI 1: MEMBANGUN HUBUNGAN (RAPPORT)

Langkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam membangun rapport, antara

lain:

Fasilitator memperkenalkan diri dan tujuan kedatangan kepada akseptor. Tidak

lupa mengucapkan salam.

Fasilitator memberi perhatian kepada akseptor yang diwujudkan dalam bentuk

kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan.

Menyimak atau memperhatikan penuturan akseptor selama proses berlangsung

dalam bentuk mendengarkan aktif dan menampung permasalahan akseptor.

Menginformasikan tentang KB metode vasektomi kepada akseptor dengan

bahasa yang jelas dan sopan.

Memperhatikan situasi dan kondisi akseptor saat itu, terutama jika akseptor

belum terbuka dengan metode KB vasektomi.

Memperhatikan respon akseptor atas informasi yang disampaikan, baik secara

verbal maupun non verbal.

Fasilitator belajar untuk merasakan perasaan, pikiran, keinginan, dan

pengalaman akseptor, dengan kata lain menunjukkan sikap empati.

Fasilitator mampu melakukan refleksi dengan memantulkan kembali perasaan,

pikiran, dan pengalaman akseptor sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku

verbal dan nonverbalnya.

Fasilitator mampu menunjukkan kehangatan emosi, menjamin kerahasiaan data,

menyadari dan menghargai keberadaan konseli.

Catatan untuk FasilitatorFasilitator diharapkan mampu membangun hubungan dengan baik dan memiliki

kepekaan dengan kebutuhan akseptor sehingga mampu menumbuhkan rasa

percaya akseptor terhadap proses konseling dan juga terhadap fasilitator. Selain itu,

diharapkan akseptor memiliki wawasan dan pemahaman baru terhadap metode KB

vasektomi sehingga terjadi suatu perubahan perilaku pada diri akseptor dan

kemudian berkomitmen melakukannya.

PengantarKeterampilan bertanya merupakan salah satu bagian penting dalam proses

komunikasi antara antara fasilitator dengan akseptor. Dengan mengajukan

pertanyaan secara tepat dapat membantu konseli memperoleh pemahaman tentang

metode KB vasektomi secara jelas. Fasilitator perlu mempelajari ketrampilan dalam

mengajukan pertanyaan, baik mengajukan pertanyaan terbuka maupun pertanyaan

tertutup. Pertanyaan terbuka termasuk ke dalam probing dimana memungkinkan

akseptor memberikan jawaban secara terbuka dan membantu akseptor menggali

diri. Pertanyaan tertutup merupakan klarifikasi atas cerita akseptor. Pertanyaan

yang dapat dijawab dengan jawaban ya atau tidak, atau dijawab dengan satu atau

dua kata. Jawaban yang singkat akan berakibat muncul banyak pertanyaan

selanjutnya dari fasilitator.

TujuanSetelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan:

Mampu menggali perasaan, pikiran dan pengalaman akseptor terhadap metode

KB vasektomi.

Mampu memahami jenis pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

Memiliki ketrampilan mengajukan pertanyaan secara tepat.

Pokok Bahasan

Materi teknik bertanya dalam konseling

Teknik menangkap pesan

Langkah-langkahLangkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam mengajukan pertanyaan,

antara lain:

SESI 2: MENGAJUKAN PERTANYAAN

Menggali informasi dan masalah akseptor dengan menggunakan intonasi yang

menunjukkan minat dan perhatian.

Melakukan probing dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Contoh pertanyaan

terbuka, antara lain:

-“Apakah anda mengalami kesulitan untuk melakukan vasektomi?”

-“Bagaimana perasaan anda jika melakukan vasektomi?”

Memberi kebebasan atau kesempatan kepada dalam menjawab pertanyaan. Mengulang kembali pernyataan yang diekspresikan oleh akseptor.

Melakukan klarifikasi dengan mengajukan pertanyaan tertutup. Contoh

pertanyaan tertutup, antara lain:

-“Apakah anda melakukan metode KB vasektomi?”

-“Apakah anda mengetahui caranya melakukan vasektomi?”

Menanyakan data diri seperti jumlah anak, penggunaan metode KB yang sudah

dilakukan, riwayat kesehatan. Jelaskan bahwa keterangan tersebut menjadi data

untuk mengidentifikasi kecocokan akseptor dalam menggunakan metode Kb

vasektomi.

Mengajukan pertanyaan refleksi dengan menanyakan kembali perasaan,

pertanyaan dan isi pembicaraan kepada akseptor.

Menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dengan akseptor

untuk mencapai proses pengambilan keputusan.

Catatan untuk FasilitatorFasilitator diharapkan mampu mengajukan pertanyaan dengan tepat dan

memahami pertanyaan yang diajukan sehingga mampu mendapatkan keterangan

atau data penting tentang kebutuhan akseptor terhadap program KB metode

vasektomi. Karena pertanyaan yang tidak jelas akan direspon secara tidak jelas

sehingga ketrampilan memilih kalimat bertanya yang baik dan tepat menjadi penting

untuk dilakukan.

PengantarPenjelasan mengenai cara-cara atau metode KB vasektomi oleh fasilitator

dapat membantu akseptor dalam melakukan pertimbangan dan keputusan atas

metode tersebut. Berapa banyak penjelasan yang diperlukan oleh akseptor adalah

tergantung dari pengetahuan yang sudah dimiliki terhadap metode KB vasektomi.

TujuanSetelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan:

Mampu menjelaskan tentang KB metode vasektomi kepada akseptor.

Mampu membantu akseptor dalam melakukan pertimbangan dan keputusan untuk

melakukan KB metode vasektomi.

Pokok Bahasan

Materi KB metode vasektomi

Teknik komunikasi verbal lisan

Langkah-langkahLangkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam menguraikan informasi

tentang metode KB vasektomi, antara lain:

Mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi pengetahuan konseli terhadap

metode KB vasektomi. Temukan jika ada kekeliruan atau kesalahan atas

informasi yang diketahui oleh akseptor.

Jika terjadi kekeliruan atau kesalahan, usahakan untuk membetulkan apa yang

diketahui akseptor dengan tidak menyinggung perasaannya.

Jelaskan dan uraikan tentang cara-cara tentang metode KB vasektomi, seperti

1. Cara kerja

2. Keuntungan dan kelebihan

3. Kemungkinan efek samping

SESI 3: MENGURAIKAN TENTANG KB METODE VASEKTOMI

4. Tingkat keberhasilan

5. Siapa saja yang bisa memakai

6. Siapa yang tidak bisa memakai (kontraindikasi)

Catatan untuk FasilitatorFasilitator diharapkan mampu peka dengan penguasaan informasi konseli terhadap

KB metode vasektomi sehingga mampu mengklarifikasi secara tepat, tanpa

menyinggung perasaan akseptor. Selanjutnya fasilitator penting memberikan

wawasan atau informasi yang benar dan menyeluruh.

SESI 4: MENGARAHKAN PADA PILIHAN METODE KB VASEKTOMI

PengantarArahan fasilitator menjadi poin penting untuk membantu menjawab

kebutuhan akseptor sehingga diperlukan kemampuan untuk mendengar secara baik

dan aktif serta keterampilan dalam mengajukan pertanyaan untuk menjaga proses

konseling agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Fasilitator diharapkan

mampu mendorong pola pikir dan perilaku akseptor mengarah pada pilihan metode

KB vasektomi.

TujuanSetelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan:

Mampu peka terhadap kondisi atau masalah akseptor.

Mampu menyimpulkan kebutuhan akseptor.

Mampu mengarahkan dan meyakinkan akseptor untuk melakukan metode KB

vasektomi

Pokok Bahasan

Kemampuan mendengar aktif

Kemampuan analisa sintesa

Ketrampilan bertanya

Ketrampilan komunikasi persuasi

Langkah-langkahLangkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam mengarahkan akseptor

pada pilihan metode KB vasektomi, antara lain:

Menanyakan kondisi akseptor, seperti rencana tentang anak (jumlah anak atau

menambah anak atau target memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu),

kondisi ekonomi, dan aktivitas atau pekerjaan pasangan akseptor.

Mengajukan pertanyaan seputar pilihannya atas metode KB vasektomi.

Perhatikan keyakinan akseptor jika metode vasektomi menjadi pilihannya dari

jawaban yang dikemukakan; apakah belum yakin, belum bisa memilih, sudah ada

alasan yang jelas, atau ingin mendapatkan pertolongan dalam memutuskan

pilihan.

Menggali secara mendalam sehingga akseptor mau terbuka menyampaikan

ketakutan atau rasa khawatirnya terhadap pilihan tersebut. Bicarakan juga hal

lain yang mempengaruhi rasa khawatirnya, seperti sumber informasi yang

didengarnya serta pengaruhnya kepada diri akseptor; seberapa kuat

pengaruhnya.

Beri kesempatan akseptor untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai

reaksi atas ketakutan atau rasa khawatirnya.

Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau hal lain yang ingin diketahuinya

lebih lanjut. Ulangi penjelasan-penjelasan yang penting jika memang diperlukan.

Jika akseptor masih menunjukkan rasa kurang nyaman atas pilihannya,

bicarakan kembali dan ajak untuk melihat sisi positif atau manfaat dari pilihannya.

Catatan untuk FasilitatorFasilitator diharapkan mampu mendengar dengan aktif dan terampil mengajukan

pertanyaan agar lebih peka menangkap pesan dari akseptor (pengetahuan, rasa

khawatir, hal lain yang berpengaruh terhadap keputusannya) sehingga terjadi

perubahan pola pikir dan perilaku untuk mau memilih metode KB vasektomi.

SESI 5: MENJELASKAN PILIHAN ATAS METODE KB VASEKTOMI

PengantarAkseptor perlu diberi penjelasan atas pilihannya agar lebih memahami, siap

menjalankan pilihan dengan ikhlas, serta menghindari adanya rasa penyesalan di

kemudian hari.

TujuanSetelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan:

Mampu mengajak akseptor memahami tentang pilihannya menggunakan metode

KB vasektomi.

Mampu mendorong akseptor melakukan pilihannya dengan sepenuh hati dan

ikhlas

Pokok Bahasan

Kemampuan presentasi

Uraian tentang KB metode vasektomi secara lengkap (tempat yang bisa dituju,

prosedur pelaksanaan vasektomi)

Alat peraga yang digunakan

Langkah-langkahLangkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam menjelaskan pilihan

akseptor atas metode KB vasektomi, antara lain:

Menggunakan alat peraga sebagai contoh dari pelaksanaan KB metode

vasektomi.

Tempat pelayanan dan biaya yang dibayarkan (puskesmas, bidan, dokter praktek

swasta, dan lain-lain)

Siapkan lembar inform consent untuk diisi sebagai bukti persetujuan akseptor

untuk melakukan pilihan metode KB vasektomi.

Jelaskan tentang isi lembar inform consent yang harus ditandatanganinya dan

alasan-alasan dari sisi kepentingan dirinya maupun petugas yang melayani.

Jelaskan secara detil dari cara-cara metode KB vasektomi.

Minta akseptor mengulangi kembali dan dengarkan baik-baik penjelasannya

untuk memastikan apakah sudah memahami dengan benar.

Jelaskan gejala atau tanda yang perlu diperhatikan serta hal yang harus

dilakukan jika akseptor mengalami masalah di kemudian hari.

Untuk mengingat dan memotivasi akseptor, gunakanlah bahan-bahan cetak,

seperti leaflet, brosur, selebaran atau buklet untuk di rumah.

Beritahukan bahwa akseptor dapat menemui kembali fasilitator jika ia

menginginkannya atau jika mengalami kondisi psikologis yang cukup

mengkhawatirkan.

Catatan untuk FasilitatorFasilitator diharapkan mampu menjelaskan secara lengkap tentang metode KB

vasektomi dengan menggunakan alat peraga visual untuk lebih memudahkan

akseptor memahami pesan yang disampaikan. Perlu direferensikan tempat-tempat

yang bisa melakukan metode KB ini. Penting meminta akseptor menandatangani

lembar inform consent sebagai tanda persetujuan dan pemahamannya atas

kelebihan, kekurangan serta efek samping dari pilihannya.

Pengantar

SESI 6: LAKUKAN KUNJUNGAN ULANG

Saat akseptor sudah memilih dan memutuskan menggunakan metode KB

vasektomi, penting bagi fasilitator untuk melakukan kunjungan ulang atau

menyediakan waktu untuk memantau kondisi atau perkembangan pasca

dilakukannya tindakan vasektomi. Penting untuk mengetahui manfaat atau

kelemahan metode ini pada setiap akseptor.

TujuanSetelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan:

Mampu mengajak akseptor untuk berkomunikasi secara intensif pasca tindakan.

Mampu mendorong akseptor menemukan sisi positif dari metode ini.

Pokok Bahasan

Kemampuan menjalin hubungan interpersonal

Kemampuan bertanya

Langkah-langkahLangkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam melakukan kunjungan

ulang kepada akseptor, antara lain:

Menanyakan apakah masih memakai metode KB vasektomi (setelah terakhir

bertemu akseptor);

Jika akseptor menjawab ”Ya” maka bertanyalah apakah akseptor cocok dan

menyukai metode tersebut.

Tanyakan apakah ada mengalami efek samping. Jika ada, bicarakan secara detil

satu persatu setiap keluhan yang dikemukakan akseptor, jelaskan beberapa

kemungkinan penyebabnya, dan saran yang bisa dilakukan untuk mengatasi

kondisinya pasca tindakan vasektomi.

Tanyakan apakah masih ada pertanyaan yang ingin diajukan. Jika ya, beri

kesempatan untuk bertanya jika akseptor memang mau bertanya dan beri

penjelasan atas keluhan atau keinginannya.

Catatan untuk FasilitatorFasilitator perlu melakukan kunjungan ulang atau menyediakan waktu untuk

memantau kondisi atau perkembangan akseptor untuk mengetahui manfaat atau

kelemahan metode ini.

INFORMED CONSENT(LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN)

Setelah membaca lembar persetujuan ini, maka saya menyatakan bersedia

untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini sehubungan dengan

prosedur konseling yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

Nama :

Alamat :

Usia :

Alamat :

Dengan judul penelitian “Teknik Konseling Sebagai Media Penyampaian

Informasi Metode Kontrasepsi Vasektomi Untuk Meningkatkan Pasangan Usia

Subur Melakukan KB Vasektomi Sebagai Pilihan Program Keluarga Berencana Di

Kabupaten Gianyar”

Demikian surat peryataan ini saya tanda tangani untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Gianyar,………………...2016

Ketua Peneliti

Responden

Ni Komang Ekawati, MPH, Psikolog (……………………………….)

LAMPIRAN 6.SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN

1. Ketua Pelaksana

4.1 Nama dan Gelar Lengkap : Ni Komang Ekawati, S.Psi, Psi, MPH

4.2 Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda Tk.I/IIIb/197912022006042023

4.3 Jabatan : Asisten Ahli

4.4 Bidang keahlian : Promosi Kesehatan

4.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu.

2. Anggota Pelaksana

3.1 Nama dan Gelar Lengkap : Dinar SM Lubis, SKM.MPH

3.2 Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda Tk.I/IIIb/197510182009122002

3.3 Jabatan : Asisten Ahli

3.4 Bidang keahlian : Promosi Kesehatan

3.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu

3. Anggota Pelaksana

3.1 Nama dan Gelar Lengkap : Luh Kadek Pande Ary Susilawati, S.Psi, M.Psi,Psi

3.2 Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda Tk.I/IIIb/198005222008122004

3.3 Jabatan : Asisten Ahli

3.4 Bidang keahlian : Psikologi Klinis

3.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu

4. Anggota Pelaksana

3.1 Nama dan Gelar Lengkap : Ni Putu Sawitri

3.2 Pangkat/Golongan/NIP : IId/Pengatur Tk I/198710072010012029

3.3 Jabatan : -

3.4 Bidang keahlian : Promosi Kesehatan

3.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu