laporan pendahuluan post partum

21
Laporan Pendahuluan Post Natal Care 1. Pengertian Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000) Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000). Masa nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni : a. Immidiate post partum Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam). b. Early post partum

Upload: ajzy

Post on 23-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Post Partum

Laporan Pendahuluan

Post Natal Care

1.      Pengertian

Masa puerperium atau masa nifas (post partum)

adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah

kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ

reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000)

Masa puerperium atau masa nifas (post partum)

adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah

kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ

reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI

2000). Masa nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap

yakni :

a.       Immidiate post partum

Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah

melahirkan (24 jam).

b.      Early post partum

Masa setelah hari pertama  sampai dengan minggu

pertama post partum

c.       Late post partum

Page 2: Laporan Pendahuluan Post Partum

Masa minggu pertama post partum sampai dengan

minggu keempat post partum.

2.      Perubahan fisiologi post partum

a.       Tanda-tanda vital

1)      Suhu

Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C

sebagai suatu akibat dari dehidrasi persalinan 24 jam

wanita tidak boleh demam.

2)      Nadi

Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 – 8 jam

pertama setelah persalinan. Brandikardi merupakan

suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put dan

stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan cardia

output dan stroke volume. Nadi kembali seperti

keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan.

Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap normal.

3)      Respirasi

Page 3: Laporan Pendahuluan Post Partum

Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal

seperti sebelum hamil.

4)      Tekanan darah

Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah

sama sekali. Hipotensi yang diindikasikan dengan

perasaan pusing atau pening setelah berdiri dapat

berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu

akibat gangguan pada daerah persarafan yang

mungkin terjadi setelah persalinan.

b.      Adaptasi sistim cardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya

terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg jika

ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini

disebut hipotensi orthostatik yang merupakan

kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan

resitensi  didaerah panggul. Segera setelah persalinan

ibu kadang menggigil disebabkan oleh instabilitas

vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak

disertai demam.

c.       Adaptasi kandung kemih

Page 4: Laporan Pendahuluan Post Partum

Selama proses persalinan kandung kemih mengalami

trauma akibat tekanan oedema dan menurunnya

sensifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini

menyebabkan tekanan yang berlebihan dan

pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas,

biasanya ibu mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari

pertama post partum.

d.      Adaptasi sistem endokrim

Sustem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv

persalinan mengikuti lahirnya placenta, terjadi

penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan

proaktin. Ibu yang tidak menyusui akan meningkat

secara bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar

hari ketiga post partum. Adanya pembesaran payudara

terjadi karena peningkatan sistem vaskulan dan linfatik

yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal,

kencang dan nyeri bila disentuh.

e.       Adaptasi sistem gastrointestinal

Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi

lambat dalam minggu pertama post partum. Hal ini

Page 5: Laporan Pendahuluan Post Partum

berhubungan dengan penurunan motilitas usus,

kehilangan cairan dan ketidaknyamanan parineal.

f.       Adaptasi sistem muskuloskletal

Otot abdomen terus menerus terganggu selama

kehamilan yang mengakibatkan berkurangnya tonus

otot yang tampak pada masa post partum dinding perut

terasa lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan

otot abdomen terpisah yang disebut distasi recti

abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan

kandung kemih mudah dipalpasi melalui dinding bila ibu

terlentang.

g.      Adaptasi sistem integumen

Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada

akhir kehamilan, hyperpigmenntasi pada areola

mammae dan linea nigra, mungkin belum menghilang

sempurna setelah melahirkan.

h.      Adaptasi Reproduksi

1)      Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil

(involusio) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil.

Page 6: Laporan Pendahuluan Post Partum

Involusio Tinggi Fundus Uterus

Bayi lahir

Plasenta lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat simfisis

Tidak teraba diatas simfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

Involusi terjadi disebabkan oleh :

a)      Kontraksi retraksi serabut otot yang terjadi terus-

menerus sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh

darah dan anemia setempat (iskemia).

b)      Otolisis yang disebabkan sitoplasma sel yang

berlebihan akan tercernah sendiri sehingga

tertinggal  jaringan fibro-elastik dalam jumlah renik

sebagai bukti kehamilan.

c)      Atrofi merupakan jaringan yang berproliferasi dengan

adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian

mengalami atrofit sebagai reaksi terhadap penghentian

produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.

Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus,

lapisannya (desidua) mengalami atrofi dan terlepas

Page 7: Laporan Pendahuluan Post Partum

dengan meninggalkan lapisan basal yang akan

bergenerasi menjadi endometrium yang baru. Luka

bekas pelekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu

untuk sembuh total.

2)      Lokia

Lokia adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran

darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus selama masa nifas. Jumlah dan warnah lokia

akan berkurang secara progresif. Lokia dapat dibagi

atas :

a)      Lokia rebra (hari 1 – 4) jumlahnya sedang, berwarnah

merah terutama darah.

b)      Lokia serosa ( hari 4 – 8) jumlahnya berkurang dan

berwarnah merah mudah (hemoserosal)

c)      Lokia alba (hari 8 – 14) jumlahnya sedikit, berwarnah

putih atau hampir tidak berwarna.

3)        Serviks

Serveksi mengalami involusi bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostium ekstern dapat dimasuki oleh

Page 8: Laporan Pendahuluan Post Partum

dua hingga tiga tangan : setelah 6 minggu postnatal,

serviks menutup.

Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi.

Serviks tidak pernah kembali kekeadaan sebelum hamil

(nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum ;

serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang

berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup  tapi

berbentuk celah. Dengan demikian, os servisis wanita

yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu

tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran lewat

vagina.

4)       Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

perenggangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaab tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

Page 9: Laporan Pendahuluan Post Partum

5)       Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya tegang oleh tekanan kepada bayi

yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5,

perineum sudah mendapatkan kembali bagian besar

tonusnya sekaligus tetap lebih kendur daripada

keadaan sebelum melahirkan (nulipara).

6)        Payudara

payudara mencapai maturitas yang penuh selama

masa nifas kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan

menjadi lebih besar lebih kencang dan mula-mula lebih

nyeri tekan status hormonal serta dimulainya laktasia.

7)        Traktus urinarius

Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasme sfigner dan edema

leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi

antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

3.      ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA POST PARTUM

Fase-fase transisi :o   Fase antisipasi kehamilan :

Page 10: Laporan Pendahuluan Post Partum

      Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan

harapan, membagi pekerjaan dalam keluarga.o   Fase bulan madu (periode post partum)

      Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan

anggota keluarga    yang baru.

Menurut Rubin, fase adaptsi ibu meliputi :

1.      Taking In

-          Dependet

-          Pasif

-          Fokus pada diri sendiri

-          Perlu tidur dan makan

2.      Taking Hold

-          Dependent

-          Independent

-          Fokus melibatkan bayi

-          Melakukan perawatan diri sendiri

-          Waktu yang baik untuk penyuluhan

-          Dapat menerima tanggungjawab

3.      Letting Go

-          independence pada peran yang baru

-          letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu

pertama            persalinan.

            Adaptasi psikologis ayah :

1.      Respon ayah :

-          Bangga dan takut memegang bayi.

-          Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan

keluarga, mengadakan pesta dengan teman-teman.

Page 11: Laporan Pendahuluan Post Partum

-          Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan

mengantuk.

-          Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari

informasi untuk ibu dalam merawat bayinya.

2.      Psikologis ayah :

Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran

berlangsung. Biasanya ayah merasa lelah dan ingin

selalu dekat dengan istri dan anaknya. Bila ada

masalah dengan bayinya dan harus dirawat terpisah

dengan ibunya, maka ayah merupakan sumber

informasi bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini

ayah sering merasa khawatir tentang keadaan istri dan

anaknya.

Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena

masalah keuangan keluarga, merasa tidak yakin akan

kemampuannya sebagai orang tua dan kesulitan

beradaptasi terhadap perubahan hubungan dengan

istrinya.

3.      Psikologi keluarga :

Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga

menimbulkan adanya perubahan-perubahan paeran

dan hubungan di dalam keluarga tersebut. Umpamanya

anak yang lebih besar sekarang menjadi kakak, orang

tua menjadi kakek, suami-istri harus saling membagi

perhatian karena tuntutan dan ketergantungan bayi

dalam memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota

keluarga yang dapat membantu dalam merawat bay,

Page 12: Laporan Pendahuluan Post Partum

mungkin keadaannya tidal sesulit bila tidak ada yang

membantu.

Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa

sesudah melahirkan, dimana ibu harus merawat dirinya,

merawat bayinya dan melakukan tugas rumah tangga,

maka perawat bidan bertanggungjawab untuk

mempersiapkan ibu sebelum melahirkan.

4.      Cara adaptasi Sibling :ö        Ajak saudara kandung jenguk ke rumah sakit

ö        Telepon

ö        Waktu pulang ; ayah memegang bayi, ibu memegang

peranan dalam silingö        Sibling merawat boneka, ibu merawat bayi

ö        Jangan mengurangi waktu

ö        Beri hadiah dari bayi untuk sibling

ö        Anjurkan pengunjung untuk menegur sibling

4.      Perawatan post partum

a.       Perineum

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau

laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk

dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan

perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar

daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah.

Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan

Page 13: Laporan Pendahuluan Post Partum

untuk melakukan inspeksi secara seksama pada

daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya.

b.      Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur

terlentang selama 8 jam post partum, kemudian boleh

miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah

terjadinya trobosis dan tramboemboli. Pada hari kedu

duduk-duduk, hari ketiga jalan-jalan dan pada hari

keempat atau lima boleh pulang. Mobilisasi diatas

mempunyai variasi tergantung pada adanya komplikasi

persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka.

c.       Diet

Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori.

Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein,

banyak cairan sayuran-sayuran dan buah-buahan.

d.      Miksi

Hendaknya berkemih dapat dilakukan  sendiri dngan

secepatnya. Kadang-kadang wanita sulit berkemih

Page 14: Laporan Pendahuluan Post Partum

karena sphineter uretrae mengalami tekanan oleh

kepala janin dan spasme otot iritasi musculus

sphicterani selama persalinan bila kandung kemih

penuh dan wanita sulit berkemih sebaiknya lakukan

kateterisasi.

e.       Defakasi

Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari post partum.

Bila masih sulit buang air besar dan terjadi optipasi

apabila faeces keras harus diberikan obat laksans atau

perectal, jika masih belum bisa dilakukan klisma.

f.       Laktasi

Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil

supaya puting susu tidak keras, lemas dan kering

sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Laktasia

dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran

air susu ibu (ASI).

Keuntungan ASI yakni :

1)      Bagi ibu

a)      Mudah didapatkan

b)      Praktis dan murah

Page 15: Laporan Pendahuluan Post Partum

c)      Memberi kepuasan

2)      Bagi bayi

a)      ASI mengandung zat ASI yang sesuai dengan

kebutuhan

b)      ASI mengandung berbagai zat antibody untuk

mencegah infeksi

c)      ASI mengandung laktoperin untuk mengikat zat gizi

d)     Susu tepat dan selalu segar

e)      Memperindah gigi dan rahang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

pengeluaran ASI

1)      Faktor anatomis

Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang maka

produksi ASI akan kurang karena sel-sel ocini yang

ngisap zat makanan dari pembuluh darah akan

berkurang.

2)      Faktor fisiologis

Bahwa terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon yaitu

hormon proloctin yang merangsang sel-sel ocini untuk

membentuk ASI, apabila ada kelainan dari hormon ini

Page 16: Laporan Pendahuluan Post Partum

maka dengan sendirinya rangsangan pada sel-sel ocini

akan berkurang sehingga tidak dapat membentuk ASI.

3)      Makanan yang dimakan ibu yang menyusui

4)      Faktor istirahat

5)      Faktor isapan anak

6)      Faktor obat-obatan dapat mempengaruhi

pembentukan dan pengeluaran ASI karena adanya

hormon yang dikandung oleh obat-obatan tersebut

mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat berperan

penting dalam produksi dan peneluaran ASI.

7)      Faktor psikologis

g. Cuti hamil dan bersalin ; menurut UU bagi wanita

pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin

selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan

setelah bersalin.

h. Pemeriksaan pasca persalinan

      Pemeriksaan post natal antara lain :

a)      Pemeriksaan umum ; TD, nadi, keluhan dan

sebagainya

b)      Keadaan umum ; suhu badan, selera makan dan lain-

lain

c)      Payudara ; ASI, putting susu

d)     Dinding perut ; perineum, kandung kemih dan rektum

Page 17: Laporan Pendahuluan Post Partum

e)      Sekret yang keluar; lochia, flour albus

f)       Keadaan alat-alat kandungan

i. Nasehat untuk ibu post partum

a)      Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan

b)      Sebaiknya bayi disusui

c)      Kerjakan gimnastik setelah bersalin

d)     Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya

melakukan KB untuk menjarangkan anak

e)      Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri

Fisiologis, obstetri patologis,

Edisi 2, Jilid 1. Jakarta. EGC, 1998

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi

4, Jakarta, EGC, 2004

Page 18: Laporan Pendahuluan Post Partum

Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3,

Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo,

1994.

Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan

Maternal/bayi, Pedoman untuk

Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien,

edidi 2, jakarta, EGC, 2001.