laporan pendahuluan pjk alamanda

29
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT JANTUNG KORONER A. DEFINISI Penyakit Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak) pada dinding bagian dalam pembuluh darah koroner. (Abdul Majid, 2007). B. ETIOLOGI Penyebab utama PJK : 1. Merokok 2. Darah tinggi (Hipertensi) 3. Kencing manis (Diabetes Mellitus) 4. Kolesterol tinggi 5. Keturunan Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau

Upload: muhammad-arief

Post on 26-Dec-2015

713 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

PJK

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

A. DEFINISI

Penyakit Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak

seimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan

yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh

darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh

penyumbatan athroma (plak) pada dinding bagian dalam pembuluh darah

koroner. (Abdul Majid, 2007).

B. ETIOLOGI

Penyebab utama PJK :

1. Merokok

2. Darah tinggi (Hipertensi)

3. Kencing manis (Diabetes Mellitus)

4. Kolesterol tinggi

5. KeturunanPenyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan

supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi

kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan

gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor.

Page 2: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi,

tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa factor yang dapat

meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang

mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat,

yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit

saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi

jantung dan lain sebagainya.

C. PATOFISIOLOGI

Penyakit Jantung Koroner sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau

lebih faktor resiko seperti: obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini

menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel

pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi

lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi

komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila

rupture dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh darah

menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut darah

kejaringan miokardium berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat.

Asam laktat yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan PH

endokardium yang menyebabkan perubahan elektro fisiologi endokardium, yang

pada akhirnya menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga

jantung mengalami disritmia. Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit

menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung

(infark). Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak

lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari

intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan

laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami perubahan selama

penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark tampak memar

dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti.

Dalam jangka waktu 2-4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon

peradangan yang disertai infiltrasi leukosit. Infark miokardium akan

menyebabkan fungsi vertrikel terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi.

sedang otot yang iskemik disekitarnya juga mengalami gangguan dalam daya

kontraksi secara fungsional infark miokardium akan mengakibatkan perubahan-

perubahan pada daya kontraksi, gerakan dinding abnormal, penurunan stroke

volume, pengurangan ejeksi peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan

Page 3: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

volume akhir diastolik vertrikel. Keadaan tersebut diatas menyebabkan

kegagalan jantung dalam memompa darah (jatuh dalam dekompensasi kordis)

dan efek jantung ke belakang adalah terjadinya akumulasi cairan yang

menyebabkan terjadinya oedem 

Paru-paru dengan manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan

terjadinya penurunan COP (cardiac out put) sehingga suplay darah dan oksigen

sistemik tidak adekuat sehingga menyebabkan kelelahan. Bila terjadi

peningkatan kebutuhan jaringan aliran yang tadinya mencukupi menjadi

berkurang.

Hal ini akan menyebabkan hipoksia jaringan yang akan menghasilkan

peningkatan hasil metabolisme misalnya asam laktat. Akan menimbulkan

manifestasi klinis nyeri dada, rasa berat, rasa tertekan, panas, rasa tercekik, tak

enak dada, capek kadang – kadang seperti masuk angin. Manifestasi angina

yang timbul setelah aktivitas fisik disebut effort angina. Gradasi beratnya nyeri

dada telah dibuat oleh Canadian Cardiovascular Societyf sebagai berikut:

1. Angina Pektoris stabil

Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik

tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan

oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas

misalnya berolah raga atau naik tangga.

a. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang

meningkatkan kebutuhan oksigen niokard

b. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas

c. Durasi nyeri 3-15 menit

2. Angina Pektoris tidak stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)

Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada

individu dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya

menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat

arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah

mengalami spasme.

a. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil

b. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas

ringan

c. Kurang responsive terhadap nitrat

d. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST

e. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau

trombosit yang beragregasi

Page 4: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

3. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)

Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan

dengan risiko tinggi terjadinya infark

a. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari

b. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik

c. EKG menunjukkan elevasi segmen ST

d. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut

e. Dapat menjadi aritmia

Jantung  adalah sebuah pompa, dan  cara kerjanya ada pada gambar di

bawah. Sisi kiri dari jantung memompa darah keseluruh tubuh; sisi kanan

memompa darah ke paru-paru. Prinsipnya sangat mudah untuk di mengerti.

Oksigen diambil oleh darah yang melewati peru-paru, dan disebarkan

kejaringan-jaringan tubuh, yang digunakan untuk membakar glukosa untuk

menghasilkan energi. Bahan sisa dari energi itu, yaitu karbondioksida, diambil

oleh pembuluh darah balik (vena), dibawa ke sisi kanan jantung, tempat ia

dipompa ke paru-paru dan ditukar dengan oksigen. 

Hal pertama hal yang perlu dimengerti yaitu bahwa jantung adalah sebuah

otot, miokardium (myo=otot, cardia=jantung). Ini berbeda dari semua otot dalam

tubuh dalam kemampuannya yang luar biasa untuk pulih dengan sangat cepat

dari pengerutan atau “denyut” sebelumnya. Ia menyelesaikan siklus-siklusnya

atau tindakan pemendekan dan pemanjangannya dalam seperlima detik,

Page 5: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

kemudian membutuhkan tiga atau empat perlima detik untuk memulihkan diri,

agar ia bisa mengkerut lagi.

Pada saat istirahat yang sangat penting itu, otot jantung mengatur kembali

dirinya sehingga ia bisa memendek atau mengkerut kembali dirinya sehingga

bisa memendek atau mengkerut kembali tanpa menjadi lelah. Ketika berdenyut

ia mengguanakn oksigen yang diambil dari dalam darah untuk menggubah

glukosa yang ada dalam simpanannya menjadi energi 

Page 6: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

D. MANIFESTASI KLINIS

Semua Semua pasien PJK memiliki pengalaman dan tanda-tanda secara

fisik dan gejala PJK dari waktu ke waktu yaitu mengalami perasaan nyeri di

dada, kegelisahan atau perasaan sakit pada kaki, pinggang, perut, tulang rusuk,

rahang, sendi, tulang belakang, tenggorokan dan tulang leher belakang, merasa

lemah, lelah, dan kehilangan energi, nafas pendek, pusing, sakit kepala, tidak

mampu untuk melakukan pekerjaan dengan normal sebagai akibat dari obesitas.

Semua pasien PJK yang mendapat pengobatan atau perawatan fisik

sebelumnya sudah melakukan pengobatan mengenai asma, kegemukan, tidak

menentunya detak jantung, penyakit perdarahan jantung, paru-paru, ginjal atau

masalah pada spinal, rasa sakit pada kaki, diabetes atau arthritis.

Sebagian besar dari pasien PJK telah aktif dengan kehidupan mereka sehari-

hari, tetapi serangan jantung koroner membuatnya tidak aktif, tidur, lemah, tidak

berdaya, dan tergantung pada pengobatan-pengobatan dan keluarga maupun

tetangga untuk mendapatkan dukungan. Secara psikologi, pasien PJK

mengalami ketakutan yang luar biasa, kegelisahan, khawatir dan depresi,

sementara beberapa yang lain menjalani keadaan normal pikiran dan

mendengarkan berita-berita baru dari statusnya yang positif terkena PJK.

Sebagian besar dari pasien PJK merasa bosan dengan kehidupannya,

berlebihan dan di bawah emosional, mudah marah dan bermusuhan.

Pemeriksaan laborat CPK-MB/CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung

meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam

36-48 jam. LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama

untuk kembali normal. AST/SGOT Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi

dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.

Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan

simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi

kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.

(Elizabeth and Braunwald Journal, www.nejm.org)

Page 7: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

   

E. PEMERIKSAAN POLA FUNGSI, FISIK DAN DATA PENUNJANG

1. Fokus pengkajian

a. Anamnesa riwayat kesehatan klien dan keluarga dahulu apakah

mempunyai riwayat penyakit jantung

b. Nutrisi dan metabolic

Gejala: mual. Kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati

Tanda: penurunan turgor kulit, kulit atau berkeringat, muntah, perubahan

berat badan.

c. Nyeri dan ketidaknyamanan

Gejala:

1) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tak berhubungan

dengan aktivitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.

2) Lokasi: tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia dapat

menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti

epigastrum, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.

3) Kualitas: chrushing, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti

dapat dilihat.

4) Intensitas: biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri

paling buruk yang pernah di alami.

Tanda: wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,

meregang, menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, respon

Page 8: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

otomatis perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah,

pernafasan, warna kulit atau kelembaban, kesadaran.

d. Integritas ego

Gejala: menyangkal gejala penting atau adanya kondisi, takut mati,

perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang

tak perlu, kuatir tentang keluarga, kerja dan keuangan.

Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,

marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri atau nyeri.

e. Pernafasan

Gejala: dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk

dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit

pernafasan kronis.

Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak atau kuat, pucat

atau sianosis, bunyi nafas bersih atau krekels atau mengi, sputum bersih

merah muda kental.

f. Aktivitas dal latihan

Gejala atau tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan diri.

g. Neurosensori

Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau

istirahat)

h. Sirkulasi dan TTV

1) Tekanan darah: dapat normal atau tidak, perubahan postural dicatat

dari tidur sampai duduk atau berdiri.

2) Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah atau kuat

kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur ( disritmia ).

3) Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin

menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas atau

complain ventrikel.

4) Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot

jantung.

5) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur

6) Edema: distensi vena juguler, esema dependent, perifer, edema

umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.

7) Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa dan

bibir.

2. Data Penunjang

Page 9: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

a. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan

tertentu

1) Lead II, III, aVF : Infark inferior

2) Lead V1-V3 : Infark anteroseptal

3) Lead V2-V4 : Infark anterior

4) Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral

5) Lead I, aVL : Infark high lateral

6) Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas

7) Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral Adanya Q valve patologis

pada sadapan tertentu

b. Echocardiogram

Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung

khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang

ultrasoouns.

c. Laboratorium

Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan puncaknya 10-

30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah

Page 10: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

serangan puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit

meningkat 10.000 – 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat sebagai

akibat aterosklerosis.

d. Foto thorax roentgen

Tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada

bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi

ventrikel.

e. Tes Treadmill

Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas.

 

F. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN

1. Penyakit Jantung Koroner

a. Terapi Farmakologi

1) Analgetik morfin

2) Antikoagulan

3) Antilipemik: Cholestyramin, lovastatin, simvastatin, asam nikotinik,

gemfibrozil, colestipol

4) Betha bloker adrenergik

5) Calcium channel blocker

6) Therapi aspirin dosis rendah

7) Nitrates

b. Non Farmakologi

1) Perubahan aktivitas: penurunan BB jika perlu

2) Atherectomy

3) Pembedahan bypass arteri koroner

4) Coronary artery stent placement

5) Perubahan diet: rendah garam, kolesterol, lemak, peningkatan diet

serat rendah kalori

6) Mengganti estrogen pd wanita post menopause

7) Pola hidup: berhenti merokok

8) Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTSA)

2. Angina Pectoris

a. Terapi Farmakologi

1) Antikoagulan: heparin, aspirin

2) Betha Blocker adrenergic: propranolol, nadolol, atenolol, metoprolol

3) Calcium channel Blocker: verapamil, diltiazem, nifedipin, nicardipin

Page 11: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

4) Terapi Aspirin dosis rendah

5) Nitare: nitrogliserin, isosorbid dinitrat, topical nitrogliserin, transdermal

nitrogliserin

b. Non Farmakologi

1) DIET : rendah lemak, rendah garam, rendah kolesterol, rendah kalori

2)  Coronary artery bypass grafting

3) Terapi oksigen 2-4 liter

4) Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTSA), Stent

placement

5) Posisi semi fowler

3. Akut Miocard Infark

a. Terapi Farmakologi

1) Analgetik morfin IV

2) ACE inhibitor: Captopril, enalapril

3) Antiaritmia: Amiodaron, lidocain, procainamid

4) Antikoagulan: aspirin, dalteparin, enoxaparin, hepain IV setelah terapi

trombolitik

5) Anti hipertensi: hidralazin

6) Betha bloker adrenergik

7) Calcium channel bloker

8) Atropin IV atau Pacemaker jika ada gejala bradikardi atan block

jantung.

9) Nitrat: Nitrogliserin IV

10) Trombolitik therapi: alteplase, streptokinase, anistreplase, reteplase,

biasa diberikan dlm 6 jam pertama tetapi lebih efektif pd 3 jam awal

serangan

b. Non Farmakologi

1) Bed rest di “Bedside commode”

2) Coronary artery bypass graft.

3) IABP (Intraaortic Ballon Pump)

4) Left Ventricular assist device

5) Diet rendah kalori, rendah lemak, & rendah kolesterol

6) Monitoring TTV, output urine, EKG, & status hemodinamik

7) Pemeriksaan laboratorium lanjut : Analisa gas darah (AGD), CK dgn

isoenzim, kadar elektrolit, troponin jantung.

8) Therapi oksigen

9) PTCA atau coronary stent placement

Page 12: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

10) Kateterisasi arteri pulmonal (untuk deteksi kegagalan jantung

Page 13: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN APLIKASI NOC DAN NIC

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup

NOC :         Cardiac Pump effectiveness         Circulation Status         Vital Sign Status

Kriteria Hasil:1. Tanda Vital dalam rentang

normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

3. v  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

4. v  Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :Cardiac Care1. Evaluasi adanya nyeri dada

( intensitas,lokasi, durasi)2. Catat adanya disritmia jantung3. Catat adanya tanda dan gejala

penurunan cardiac putput4. Monitor status kardiovaskuler5. Monitor status pernafasan yang

menandakan gagal jantung6. Monitor abdomen sebagai indicator

penurunan perfusi7. Monitor balance cairan8. Monitor adanya perubahan tekanan

darah9. Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia10. Atur periode latihan dan istirahat

untuk menghindari kelelahan11. Monitor toleransi aktivitas pasien12. Monitor adanya dyspneu, fatigue,

tekipneu dan ortopneu13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Page 14: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

Vital Sign Monitoring1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah3. Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

selama, dan setelah aktivitas6. Monitor kualitas dari nadi7. Monitor adanya pulsus paradoksus8. Monitor adanya pulsus alterans9. Monitor jumlah dan irama jantung10. Monitor bunyi jantung11. Monitor frekuensi dan irama

pernapasan12. Monitor suara paru13. Monitor pola pernapasan abnormal14. Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit15. Monitor sianosis perifer16. Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

17. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Page 15: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

2 Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli

Definisi :Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi makan jaringan pada tingkat kapiler

NOC :  Circulation status  Tissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :1. Tekanan systole dandiastole

dalam rentang yang diharapkan

2. Tidak ada ortostatikhipertensi3. Tidak ada tanda tanda

peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)

mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:1. berkomunikasi dengan jelas

dan sesuai dengan kemampuan

2. menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

3. memproses informasi4. membuat keputusan dengan

benarmenunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada

NIC :Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)1. Monitor adanya daerah tertentu yang

hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul

2. Monitor adanya paretese3. Instruksikan keluarga untuk

mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi

4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi5. Batasi gerakan pada kepala, leher

dan punggung6. Monitor kemampuan BAB7. Kolaborasi pemberian analgetik8. Monitor adanya tromboplebitis9. Diskusikan menganai penyebab

perubahan sensasi

Page 16: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

gerakan gerakan involunter

3 Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli

NOC :§  Respiratory Status : Gas exchange§  Respiratory Status : ventilation§  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :1. Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

4. Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu6. Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction7. Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan8. Lakukan suction pada mayo9. Berika bronkodilator bial perlu10. Barikan pelembab udara11. Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.12. Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

Page 17: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

3. Monitor suara nafas, seperti dengkur4. Monitor pola nafas : bradipena,

takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

5. Catat lokasi trakea6. Monitor kelelahan otot diagfragma

( gerakan paradoksis )7. Auskultasi suara nafas, catat area

penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

9. Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

AcidBase Managemen

1. Monitor IV line2. Pertahankanjalan nafas paten

Page 18: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

3. Monitor AGD, tingkat elektrolit4. Monitor status hemodinamik(CVP,

MAP, PAP)5. Monitor adanya tanda tanda gagal

nafas6. Monitor pola respirasi7. Lakukan terapi oksigen8. Monitor status neurologi9. Tingkatkan oral hygiene

4 Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal

Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat

NOC :  Electrolit and acid base balance  Fluid balance

Kriteria Hasil:1. Terbebas dari edema, efusi,

anaskara2. Bunyi nafas bersih, tidak ada

dyspneu/ortopneu3. Terbebas dari distensi vena

jugularis, reflek hepatojugular (+)

4. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal

5. Terbebas dari kelelahan,

NIC :Fluid management1. Timbang popok/pembalut jika

diperlukan2. Pertahankan catatan intake dan

output yang akurat3. Pasang urin kateter jika diperlukan4. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan

retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )

5. Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP

6. Monitor vital sign7. Monitor indikasi retensi / kelebihan

cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)

8. Kaji lokasi dan luas edema

Page 19: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

kecemasan atau kebingungan6. Menjelaskan indikator

kelebihan cairan

9. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

10. Monitor status nutrisi11. Berikan diuretik sesuai interuksi12. Batasi masukan cairan pada keadaan

hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe

intake cairan dan eliminaSi2. Tentukan kemungkinan faktor resiko

dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )

3. Monitor berat badan4. Monitor serum dan elektrolit urine5. Monitor serum dan osmilalitas urine6. Monitor BP, HR, dan RR7. Monitor tekanan darah orthostatik dan

perubahan irama jantung8. Monitor parameter hemodinamik

infasif9. Catat secara akutar intake dan output

Page 20: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

10. Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB

11. Monitor tanda dan gejala dari odema

5 Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.

Definisi :Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan

NOC :  Anxiety control  Coping  Impulse control

Kriteria Hasil :1. Klien mampu mengidentifikasi

dan mengungkapkan gejala cemas

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas normal4. Postur tubuh, ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)1. Gunakan pendekatan yang

menenangkan2. Nyatakan dengan jelas harapan

terhadap pelaku pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa

yang dirasakan selama prosedur4. Pahami prespektif pasien terhdap

situasi stres5. Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut6. Berikan informasi faktual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis7. Dorong keluarga untuk menemani

anak8. Lakukan back / neck rub9. Dengarkan dengan penuh perhatian10. Identifikasi tingkat kecemasan11. Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan12. Dorong pasien untuk mengungkapkan

Page 21: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

perasaan, ketakutan, persepsi13. Instruksikan pasien menggunakan

teknik relaksasi14. Berikan obat untuk mengurangi

kecemasan

6 Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit

Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.

NOC :  Energy conservation  Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :1. Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :Energy Management1. Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas2. Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan terhadap keterbatasan3. Kaji adanya factor yang

menyebabkan kelelahan4. Monitor nutrisi  dan sumber energi

tangadekuat5. Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy1. Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik dalam

Page 22: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

merencanakan progran terapi yang tepat.

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai

7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

Page 23: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

7 Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup

Definisi :Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

NOC :  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :1. Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

NIC :Teaching : disease Process1. Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

8. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

Page 24: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

9. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

10. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

11. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

Page 25: Laporan Pendahuluan Pjk Alamanda

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, Cara Kerja Jantung, tersedia di www.wikipedia.org,http://id.wikipedia.org/wiki/Jantung#Cara_Kerja_Jantung, (diakses 23 Maret 2012)

Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi Subekti, Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2009.

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Elizabeth G. Nabel, M.D., and Eugene Braunwald, M.D, A Tale of Coronary Artery Disease and Myocardial Infarction, tersedia di The New England Journal of Medicinewww.google.co.id, http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1112570, (diakses 23 Maret 2012)

Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC, 1997.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Taufik, Maulana, penyakit Jantung Koroner, tersedia di www.scribd.com,http://www.scribd.com/doc/3161769/JANTUNG-KORONER, (diakses 23 Maret 2012)

Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC, 2009.