laporan pendahuluan desain arsitektur iii

Upload: ony-van-java

Post on 19-Oct-2015

195 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Desain Arsitektur III

TRANSCRIPT

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGMalang, kota kedua terbesar di Jawa TImur, memiliki jumlah penduduk sebesar hampir 850.000 jiwa (per 1 Februari 2014, dispendukcapil.org). Selain itu, Malang yang merupakan ibukota kabupaten juga menaungi pekerja yang berasal dari daerah Kabupaten Malang. Tingkat mobilitas yang tinggi tersebut itulah yang memicu urbanisasi dari daerah sekitar Malang Raya masuk ke kota Malang. Hal itu mendesak Malang memberikan ruang hunian yang lebih banyak untuk memenuhi kualitas hidup penduduknya. Perkembangan kota yang berubah dari kota bentukan jaman penjajahan Belanda menjadi kota urban yang dipaksa untuk mengikuti globalisasi, perlahan menjadi kota yang kurang terstruktur, mengakibatkan kesenjangan yang signifikan pada daerah tengah kota (urban) serta pinggir kota (sub-urban).Untuk mengefektifkan lahan yang ada, hunian yang vertikal merupakan solusi yang tepat bagi masalah kependudukan di Malang. Rumah Susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah yang ada. Pembangunan Rumah Susun meliputi orang banyak dan tentunya pemerintah telah menetapkan ketetapan-ketetapan mengenai hal ini. penduduk yang menghuni rumah susun selalu memiliki kegiatan ataupun aktivitas setiap harinya yang melatarbelakangi segala fasilitas di dalam rumah susun. Untuk itu perlu dibuatnya laporan Pendahuluan ini agar dapat memahami pembangunan rusun dan dapat diterapakan sesuai dengan ketetapan yang ada dan bisa memenuhi kebutuhan dari masyarakat sebagai penunjang kesejahteraan kehidupannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana rancangan Rusunawa yang dapat memfasilitasi penghuni dengan aktivitas keseharian serta sosialnya? Bagaimana rancangan Rusunawa yang dapat menjaga kestabilan lingkungan sekitar rusunawa?

1.3 TUJUAN Merancang Rusunawa yang dapat memfasilitasi penguni di dalamnya dengan aktivitas keseharian serta sosialnya. Merancang Rusunawa yang dapat menjaga kestabilan lingkungan sekitar Rusunawa

1.4 METODE PEMROGRAMAN DAN DESAIN1.4.1 Metoda Pengambilan Dataa. Data PrimerData primer merupakan data yang kami ambil secara langsung. Data ini bersumber dari tinjauan langsung ke lokasi dan wawancara dengan narasumber yang kami butuhkan.b. Data SekunderData sekunder kami peroleh dari tinjauan-tinjauan baik pustaka maupun website.1.4.2 Metoda pengolahan Dataa. Metode Kanonik, data yang sudah terkumpul dianalisis secara keseluruhan berdasarkan kesesuaian dengan lingkungan tapak eksisting.b. Metode Pragmatik, bersamaan dengan analisis, data dikomparasikan dengan data perimer dan data sekunder.c. Metode Tipologi, metode ini merupakan metode terakhir dalam pengolahan data yaitu dengan cara mengambil sifat-sifat dasar dari data komparasi yang telah dilakukan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI UMUM2.1.1 Pengertian Rumah Susun (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_susun_sederhana_milik)Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Milik. Rumah Susun atau Rusun merupakan kategori resmi pemerintah Indonesia untuk tipe hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain. Namun pada perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk menggambarkan hunian bertingkat kelas bawah. Penambahan kata Sederhana setelah rusun bisa berakibat negatif, karena pada pikiran masyarakat awam rusun yang ada sudah sangat sederhana. Kenyataannya rusunami yang digalakkan pemerintah dengan sebutan proyek 1000 Menara merupakan rusuna bertingkat tinggi yaitu rusun dengan jumlah lantai lebih dari 8 yang secara fisik luar hampir mirip dengan rusun apartemen yang dikenal masyarakat luas. Kata Milik berarti seseorang pengguna tangan pertama harus membeli dari pengembangnya. Sedangkan Rusunawa atau Rumah Susun Sederhana Sewa berarti pengguna harus menyewa dari pengembangnya.

2.1.2 Klasifikasi Rumah Susun (Sumber: PERMENPUNO. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rusuna) Rumah Susun dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1. Berdasarkan Fungsi :- Rumah Susun Hunian (rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal).- Rumah Susun Bukan Hunian (rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat usaha dan atau kegiatan sosial).- Rumah Susun Campuran (rumah susun yang sebagian berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian lainnya berfungsi sebagai tempat usaha atau kegiatan sosial).

2. Berdasarkan sistem pengolahan :- Rumah Susun Sewa (dikelola oleh pengelola profesional, hak milik pembeli yang kemudian disewakan dalam jangka waktu panjang).- Rumah susun milik (dikelola oleh perhimpunan penghuni setelah seluruh unit terjual, hak milik pribadi)

2.1.3 Standardisasi Rumah Susun (sumber)1. Fasilitas2. Bahan bangunan3. 4. Utilitas Rumah SusunRumah susun harus dilengkapi dengan : a. jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai persiapan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan; b. jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan; c. jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya termasuk meter gas, pengatur arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan; d. saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan pemasangan; e. saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, pemasangan, f. saluran dan/atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan; g tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya; h. alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat keperluan dan persyaratan yang berlaku; i. pintu dan tangga darurat kebakaran; j. tempat jemuran; k. alat pemadam kebakaran, 1. penangkal petir; m. alat/sistem alarm n. pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu; o. generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift.

Dibawah ini merupakan penjelasan istilah mengenai rumah susun menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi (Bab 1, bagian kesatu, pasal 1)Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang berfungsi untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. 2. Satuan Rumah Susun (Sarusun) adalah unit hunian rumah susun yang dihubungkan dan mempunyai akses ke selasar/koridor/lobi dan lantai lainnya dalam bangunan rumah susun, serta akses ke lingkungan dan jalan umum.3. Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang antara lain berupa jaringan jalan dan utilitas umum, jaringan pemadam kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran drainase, tangki septik, sumur resapan, rambu penuntun dan lampu penerangan luar. 4. Rumah Susun Sederhana (Rusuna) adalah rumah susun yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah. 5. Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang mempunyai pendapatan diatas Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat. 6. Masyarakat Berpenghasilan Menengah Bawah adalah masyarakat yang mempunyai pendapatan diatas Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp. 4.500.000,- per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat. 7. Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah susun sederhana dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum 20 lantai. 8. Penyelenggara Rusuna Bertingkat Tinggi adalah pengembang, penyedia jasa konstruksi, dan pengguna Rusuna Bertingkat Tinggi. 9. Persyaratan Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.

Ketentuan mengenai penyesuaian harga jual ataupun harga sewa rumah susun (Bab 1, Bagian kelima, pasal 7):

(1) Ketentuan biaya bangunan rusuna bertingkat tinggi meliputi: a. Umum; b. Biaya pembangunan fisik; c. Biaya yang dapat dioptimasi; dan d. Biaya-biaya yang dapat disubsidi/dibiayai oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. (2) Biaya bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dibedakan harga jualnya sesuai dengan kemampuan masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah. Selain itu, juga disebutkan kriteria-kriteria pembangunan rumah susun sebagai berikut:

Kriteria Khusus a. Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus mempertimbangkan identitas setempat pada wujud arsitektur bangunan tersebut; b. Masa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3, hindari bentuk denah yang mengakibatkan puntiran pada bangunan; c. Jika terpaksa denah terlalu panjang atau tidak simetris : pasang dilatasi bila dianggap perlu; d. Lantai Dasar dipergunakan untuk fasilitas social (fasos), fasilitas ekonomi (fasek) dan fasumum, antara lain : Ruang Unit Usaha, Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang Penitipan Anak, Ruang Mekanikal-Elektrikal, Prasarana dan Sarana lainnya, antara lain Tempat Penampungan Sampah/Kotoran; e. Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang 1 (satu) Unit Huniannya terdiri atas: 1 (satu) Ruang Duduk/ Keluarga, 2 (dua) Ruang Tidur, 1 (satu) KM/WC, dan Ruang Service (Dapur dan Cuci) dengan total luas per unit maksimum 36 m2. f. Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari total luas lantai bangunan; g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan sedapat mungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi persyaratan penghawaan dan pencahayaan; h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding geser atau rangka perimetral) harus kokoh, stabil, dan efisien terhadap beban gempa; i. Setiap 3 (tiga) lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan ruang bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni. j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi kualitas, kecepatan dan ekonomis (seperti sistem formwork dan sistem pracetak) dibanding sistem konvensional; k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak sedangkan dinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehingga beban struktur dapat lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan. l. Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk memenuhi keselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm; m. Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan faktor privasi dan keselamatan dengan memperhatikan estetika sehingga tidak menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railling; n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan penutup lantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik kecuali KM/WC; o. Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggi maksimum adalah 1.80 meter dari level lantai. p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggi maksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60 meter dari level meja dapur; q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini berkaitan dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas dan kotor menembus pelat lantai; r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium ukuran 3x7 cm, kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan terhadap tekanan angin. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, khusus untuk kusen yang terkena langsung air hujan harus ditambahkan detail mengenai penggunaan sealant; s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed); t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harus memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan; u. Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang secara terintegrasi dan efisien, dengan sistem yang dibuat seefektif mungkin (misalnya : sistem plumbing dibuat dengan sistem positive suction untuk menjamin efektivitas sistem). v. Penggunaan lif direncanakan untuk lantai 6 keatas, bila diperlukan dapat digunakan sistem pemberhentian lif di lantai genap/ganjil.

2.2 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH SUSUN2.2.1 StrukturBeberapa alternatif sistem struktur dan konstruksi untuk bangunan tinggi (4-6lantai) (Sumber : Kontruksi Bangunan III oleh Drs.Ir.H. Widomoko ) adalah: Struktur rangka kakuJenis sistim struktur ini dibentuk oleh rangkaian kolom dan balok sehingga terdapat garis garis vertical dan horizontal berderet. Dari garis ini dapat ditonjolkan dalam fasad bangunannya bisa menggunakan garis horizontal atupun vertikalnya ,dengan cara membuat luifel lebar kearah atas dan bawah dari plat lantai. Sehingga pada fasad bangunannya nanti akan terlihat garis- garis horizontal maupun vertical yang sesuai dengan tingkatan lantainya.

Struktur rangka portalDibentuk dengan kaki portal dibagian dasar dan rangka dibagian atas. Penggunaan struktur dimaksudkan agar membuat lantai pertama lebih tinggi terhadap permukaan tanah, ruang berada disekitar portal bawah dapat digunakan sebagai tempat parker maupun sentrautilitas.

Struktur rangka alihDibentuk dengan menambahkan balok diagonal dibagia bawah atau bentuk huruf v terbalik, dengan begitu bawah bangunan memiliki view yang berbeda.

Struktur kolom garpuGanda dibentuk oleh penyangga dasar berbentuk garpu dua, struktur ini dimaksudkan untuk menonjolkan system penahan bentuk garpu dua buah mengengket / menahan struktur rangka diatasnya.Sehingga lantai pertama bangunan lebih tinggi dari muka tanah.Ruang didekat garpu biasanya digunakan untuk tempat parker / ruangan khusus lainnya.

Struktur gantungTerbentuk dari inti ditengah yang menahan beban bersama, struktur ini menonjolkan system menggantungnya bangunan terhadap permukaan tanah. Struktur ini tidak dipakai bangunan besar karena beban bangunannya akan semakin berat.

Struktur inti kelilingDibentuk dengan membentuk inti disekeliling / bagian luar bangunan, struktur ini menonjolkan inti vertical yang terletak dibagian tengah dinding yang berupa inti tertutup dan bagian sudut terbuat dari inti terbuka.

Struktur inti sudut dan pusatTerbentuk dengan membuat inti dibagian sudut dibagian pusat bangunan yang keduanya menahan beban bersama yang ditonjolkan adalah inti yang berbentuk bulat besar yang ada disetiap sudut bangunan.

Struktur plat rataTerbentuk oleh plat tiap lantai yang langsung menghubung dinding vertical

Struktur plat terkantileverDibentuk oleh kolom balok dan plat, terbentuk seperti kotak yang menonjol diatas tanah

Struktur tabungDibentuk oleh kolom-kolom yang banyak dengan jarak rapat. Bentukan arsitektur yang terbentuk terdiri dari lobang lobang jendela persegi banyak sekali jumlahnya dipasang berjajar kearah vertical dan horizontal.

2.2.2 Konstruksi2.2.2.1 Pondasi Pondasi tiang pancangPondasi tiang pancang digunakan untuk menyalurkan beban dari atas kedalam tanah , pancang sendiri memiliki bentuk panjang langsing dengan diameter 50- 60 cm yang terbuat dari kayu, baja( steel) dan beton. Pondasi ini dipakai jika kondisi tanah bangunan disekitarnya terbuka sehingga waktu memancang yang menimbulkan getaran tidak menimbulkan gangguan pada bangunan sekelilingnya, pada pondasi ini kedalaman pancang akan berbeda beda antara 5- 30 m sesuai dengan jenis tanahnya dan kedalam tanah padas yang didapat dari penelitian soil..

Pondasi strauss (bore pile)Pondasi ini juga termasuk dalam pondasi tiang pancang hanya saja tiang ini dibuat ditempat dimana bangunan dibuat, panjang tiang antara 4-30 m.Cara membuat pondasi ini ada 2 Membuat lobang setelah lobang selesai didalam tanah dimasukan besi tulang beton yang sudah dirangkai dan dicor beton. Jenis pondasi ini sering dilaksanakan pada tanah sempit dengan kawasan yang padat bangunan Memasukkan pipa baja diameter 30-70 cm kedalam tanah terlebih dulu (franki pile) kemudian ditumbuk dengan beban 1- 4 ton per jarak 3-6 m turun sampai kedalaman yang di kehendaki. Pipa ditahan dan beton terus ditambah sehingga terlepas sebagai dasar tiang, setelah itu dimasukkan rangkaian besi tulang dan dicor beton, kemudian pipa baja ditarik sedikit demi sedikit keatas.

Pondasi rakit (raff pondation)Jenis pondasi dari plat beton yang dibuat seluas bangunan dengan tebal tergantung tinggi bangunan , yaitu dari 30-250 cm semakin tinggi bangunan semakin tebal pondasinya. Pondasi ini dipakai jika:Daya dukung tanah rendah, kolom kolom berdekatan, daya dukung tanah berbeda- beda ,daya dukung kolom berbeda satu sama lain sehingga sangat berguna untuk mencegah penurunan yang berbeda.

Pondasi kaison Dibuat pada daerah berair, terdapat banyak endapan didasar pondasi, daerah yang banyak getaran dan kemungkinan terdapat penurunan yang besar juga dipakai daya dukung tidak mencukupi jika menggunakan pondasi tiang pancang / krauss, besar kecilnya ukuran pondasi tergantung kebutuhan yang disesuaikan dilapangan dimana proyek dibuat dan dipikul.

2.2.2.2 Pengolahan Lahan BerkonturTanah berkontur dapat dengan mudah kita temui didaerah perbukitan, salah satu contohnya adalah kota Malang yang sebagian besar wilayahnya memiliki permukaan tidak rata. Untuk mengetahui kontruksi apa yang akan kita gunakan untuk tanah berkontur kita harus terlebih dulu mengetahui kepadatan tanah pada tapak, agar menghindarkan dari permukaan lantai yang tidak rata nantinya. Hal ini juga akan membantu untuk mengetahui seberapa dalam tanah padat yang dimiliki oleh tanah tersebut sehingga mudah mengetahui seberapa dalam pancang yang digunakan. Adapun beberapa metode yang dapat kita pakai untuk menangani lahan berkontur adalah:

Sistem cut and fill (Sumber : Anatomi Potongan oleh Ir. Setyo Sorpiadji Soepadi)Istilah ini mengandung arti bahwa kita melakukan pemotongan ( penggalian) dan pengisian (pengurugan) semata-mata pada keperluan untuk mempermudah meletakkan lantai-lantai bangunan, agar dapat menciptakan ruangan-ruangan di kemiringan permukaan tersebut. Jadi, metode cut and fill sama sekali tidak berarti meratakan total kemiringan tanah, tetapi harus diartikan mengolah rancangan bangunan atau rancangan potongan dengan sejauh mungkin memanfaatkan potensi-potensi dan kemungkinan-kemungkinan khas yang diberikan oleh kemiringan tanah tersebut.Di sinilah kita dapat mengembangkan kreativitas rancangan dengan menciptakan hal hal yang terpadu dengan karakter yang ditampilkan oleh permukaan tanah miring yang dimaksud.

Sistem split level / sengkeden (Sumber : Arsitektur Ekologis oleh Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani) split level, berarti rumah tersebut berada pada topografi tanah yang lerengan landai memiliki dua lantai di bagian bawah dan bagian atas pada lereng. Biasanya dengan beda tinggi setengah tingkat rumah. Desain split level bisa diterapkan pada rumah di lahan berkontur atau datar. Rumah sengkedan (terraced house), merupakan rumah yang berada pada topografi tanah berupa lereng terjal. Memiliki susunan tingkat rumah yang sesuai garis kontur, dengan beda tinggi selalu satu tingkat rumah.

2.3 UTILITAS RUMAH SUSUN2.3.1 SISTEM PLAMBINGJaringan pemberian air bersih, penyalur air buangan dan pengaliran air hujan.Sistem pembuangan dan pengaliranSistem pembuangan terdiri atas : Sistem campuran pembuangan air kotor dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran Sistem terpisah pembuangan air kotor dan air bekas masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisahSistem pengaliran terdiri atas : Sistem gravitasi air buangan dialirkan secara gravitasi, dengan mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa pembuangan Sistem bertekanan air buangan yang dikumpulkan dalam bak penampung dan kemudian dipompakan keluar dengan pompa yang bekerja otomatis

2.3.1.1. Air Bersih Air bersih dapat berasal dari pdam atau dari sumur dalam, air itu kemudian ditampung pada bak penampungan air dibawah tanah lalu dipompa keatas yang nantinya akan ditampung ditanki air yng terletaak diatas atap selanjutnya didistribusikan kesemua ruangan.Gambar distribusi air bersih2.3.1.2. Air kotor dan air bekasAir yang telah digunakan di wc, kamar mandi , wastafel, perlu dibuang secara teratur.Cara pembuangannya: Air kotor yakni air penyiraman dalam wc, dibuangan didalam septic tank untuk dihancu, tempatkan kotorannya kemudian airnya dapat dialirkan keperesapan yang terletak dibawah tanah untuk membuang air kotor dari setiap lanta dibuaat pipa induk yang cukup besar sehingga daapat menampung semua bentuk kotoran dari wc Air bekas yakni air yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci , wastafel.Air bekaas dri kamar mandi tidak boleh dimasukkan kedalam septictank Karena dapat membunuh kuman penghancur kotoran. Air buangan ini secara teratur ke bak peresapan air bawah tanah.

2.3.1.3. Air HujanRusun harus memiliki perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap ke sumur resapan air hujan, kemudian ke saluran pembuangan campuran kota.Drainase atap, ketentuan : Kedap air Pemasangan saringan pada lubang talang tegak, saringan harus menonjol sekurang-kurangnya 10cm dari permukaan atap. Luas lubang saringan tidak boleh lebih kecil 1,5 kali dari luas penampang talang tegak.Syarat umum sumur resapan air hujan: Diletakkan pada lahan yang relative datar Air yang dialirkan ke sumur resapan air hujan merupakan air hujan tidak tercemar Peletakkan sumur resapan air hujan memperhatikan keamanan bangunan sekitar Memperhatikan perda setempatPersyaratan teknis pengadaan sumur resapan air hujan : bentuk, ukuran, bahan dan konstruksi, tipe konstruksi, kedalaman air tanah, jarak terhadap bangunan mengacu SNI 03-2459-2002

2.3.1.4. ListrikFungsi listrik dalam gedung penerangan menghidupkan alat elektronika, dll. Pada bangunan bertingkat perlu dibuat ruang khusus untuk mengatur sentral listrik,biasanya dilantai dasar. Dari sentral listrik didistribusikan ke semua ruangan yang disalurkan melalui pipa yang ditanam dalam dinding, ukuran kabel juga diperhitungkan menyesuaikan besar listrik yang diperlukan. Sumber Listrik untuk gedung tinggi selian bersal dari pln juga perlu dipasang genset.Terdiri atas komponen: Sumber daya listrik dari PLN, Genset maupun sumber lain Trafo distribusi (bila dibutuhkan) Panel hubung tegangan rendah Jaringan listrik dan kelengkapannya (kabel kwh, pembatas arus, kabel, pipa pelindug, saklar, outlet, dsb) Beban listrik (lampu, peralatan elektronik rumah tangga, dsb)Pemasangan kelistrikan harus memperhatikan aspek keselamatan manusia terhadap bahaya sengatan listrik, keamanan bangunan rusun terhadap bahaya kebakaran, keamanan perlengkapan bangunan rusun yang mengkonsumsi listrik (electric appliance)

2.3.2. SISTEM KEAMANAN

2.3.2.1. Sistem Transportasi KebakaranDiletakan ditempat strategis yang langsung mengarahkan penghuni keluar dari gedung menuju ruang terbuka..

Tujuan langkah penyelamatan terhadap bahaya kebakaran, antara lain : mencegah terjadinya kebakaran mencegah berkembangnya api secara meluas mendeteksi terjadinya api sedini mungkin memadamkan api dengan cepat memudahkan evakuasi penghuni dan barang properti meminimalkan kerusakan yang timbul

Sistem penanggulangan kebakaran diklasifikasikan dalam dua bagian, yaitu:1. Sistem Proteksi Aktif Sistem proteksi aktif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran melalui sarana aktif yang terdapat pada bangunan atau sistem perlindungan dengan menangani api/kebakaran secara langsung.

Cara yang biasa digunakan adalah :a. Sistem Pendeteksian DiniSistem pendeteksian dini terhadap terjadinya kebakaran dimaksudkan untuk mengetahui serta dapat memberi refleksi cepat kepada penghuni untuk segera memadamkan api pada tahap awal. Sensor-sensor yang dikenal seperti : alarm kebakaran; detektor panas, asap, nyala dan atau gas panel control; sumber daya darurat lainnyab. Sistem Pemercik (Sprinkler) OtomatisSistem ini biasanya bersinergi langsung dengan sistem pendeteksi dini, bila sistem detektor bekerja kemudian langsung dilanjutkan dengan bekerjanya alat ini untuk pemadaman. Beberapa sistem sprinkler antara lain : sistem sprinkler otomatis; sistem hidran (hidran dalam maupun halaman) c. Sistem Pemadam dengan bahan kimia portable : alat pemadam Halon/BCP; alat pemladam C02; alat pemadam Dry chemicals; alat pemadam busa/foam;2. Sistem Proteksi PasifSistem proteksi pasif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran yang bekerjanya melalui sarana pasif yang terdapat pada bangunan. Biasanya juga disebut sebagai sistem perlindungan bangunan dengan menangani api dan kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan meningkatkan kinerja bahan bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran Sistem ini adalah yang paling lazim dan maksimal yang bisa dilakukan pada kasus fasilitas pemukiman.

Yang termasuk di dalam sistem proteksi pasif ini antara lain :1. Perencanaan dan disain site, akses dan lingkungan bangunanBeberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan penanggulangan kebakaran ini antara lain : penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan, kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman

2. Perencanaan struktur bangunanHal-hal yang berkaitan dengan perencanaan sistem ini antara lain : Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponen-komponen struktur. Perencanaan material konstruksi dan interior bangunan Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan biasanya diperuntukkan untuk bangunan pemukiman berlantai banyak dan merupakan bangunan yang lebih kompleks.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan perencanaan sistem ini : kalkulasi jumlah penghuni/pemakai bangunan tangga kebakaran dan jenisnya pintu kebakaran daerah perlindungan sementara jalur keluar bangunan peralatan dan perlengkapan evakuasi Manajemen sistem penanggulangan kebakaran

Sistem manajemen kebakaran ini mencakup lima aspek yang harus dipertimbangkan di dalam sistem penanggulangan kebakaran, yaitu : tindakan preventif / pencegahan sistem prosedural sistem komunikasi perawatan / pemeliharaan sistem pelatihan

2.3.3. SISTEM KOMUNIKASI Telepon pada bangunan bertingkat umumnya mengunakan sentral , hubungan lewat gedung melalui sentral tersebut demi memudahkan control dan perhitungan biaya telepon kesetiap ruangan . penggunaan pesawat telepon dibedakan menjadi 3 :1. antar ruang gedung itu sendiri2. hubungan daalam gedung dalam kota3. hubungan dengan luar kota

2.3.4. PENANGKAL PETIRDirencanakan sesuai SNI 03-7015-2004 Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung : Bangunan rumah susun yang direncanakan 5 lantai atau lebih harus dilengkapi dengan system penangkal petir eksternal, untuk melindungi bangunan dari sambaran petir secara langsungSistem penangkal petir eksternal terdiri atas:1. Penangkap (arrester) berupa elektroda dari bidang runcing yang dipasang diatas atap bangunan rusun, diameter minimal 1cm2. Penghantar terbuat dari kawat baja galvanis, tembaga atau alumunium; sebagai penyalur arus petir ke tanah3. Elektroda tanah berbentuk pelat, strip atau batangSistem penangkal petir eksternal harus direncanakan tahan korosiKabel penghantar arus petir secara vertical harus dilengkapi penyangga pada jarak tertentu agar memberikan ketahanan mekanis Perlindungan petir internal merupakan pilihan opsional penghuni untuk melegkapi kebutuhannya sendiri, biasanya perlindungan internal untuk melindungi peralatan elektronik (tv, komputer, telephone)

2.3.5. PENGOLAHAN SAMPAHOperasional : Sumber sampah dari tiap hunian ditangani oleh penghuni baik wadah maupun pemisahan antar sampah Proses pengumpulan sampah pada rusun bias melalui pengumpulan secara langsung PengangkutanSkema :

Gambar Pembuangan Sampah

LIFT BARANGUkuran sangkar lift tergantung pada jenis lift yang akan digunakan (lift barang ataupun lift manusia). Lorong lift harus sangat rapat, tebal, dan kaku agar beban yang ada didalamnya dapat terangkat dengan baik. Dinding lorong tempat pintu-pintu harus bertekstur licin dan tidak menunjukan bagian yang menonjol. Dinding lorong harus tegak lurus karena sagkar lift akan bergerak ke atas serta ke bawah dengan jarak 10-20 mm dari dinding.Pintu lift dapat merupakan pintu putar tunggal atau berganda; maupun pintu sorong tunggal atau berganda. Pintu tidak dapat dibuka apabila lift tidak berada di tempat pintu.Tinggi langit-langit lorong dimana pada bagian atas biasanya dipasang mesin yakni minimal 3,7 meter; tinggi langit-langit lorong ini ditentukan oleh kecepatan lift.Sangkar lift terdiri daei konstruksi baja dengan lapisan pelat, sebagai pertimbangan keamanan pada langit-langit sangkar lift terdapat lubang darurat yang dapat dibuka, baik dari dalam sangkar lift maupun dari luar sangkar liftPeraturan Pembangunan Model pasal 236 ayat 1 menyatakan :Dinding lorong lift harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar dan apabila lift melewati lebih dari satu ruangan tertutup, harus memiliki daya tahan kebakaran setidak-tidaknya 30 menit.

Gambar Pengoperasian Lift

BAB III. TINJAUAN KOMPARASI

Rumah Susun Sederhana Muharto

Rumah Susun Sederhana Muharto berlokasi di Jl. Muharto, Malang. Rumah susun ini dibangun mulai tahun 1993 hingga tahun 1995. Terdiri dari 3 lantai dengan jumlah 2 massa bangunan yang masing-masing massanya terdapat 49 unit.Rumah Susun ini berdiri diatas tanah datar yang 50cm lebih tinggi dibanding jalan raya sebagai akses sirkulasi kendaraan menuju atau dari jalan utama. Setiap unitnya mempunyai luasan 6x3m beruapa ruangan persegi panjang saja, sedangkan untuk kamar mandi dan dapur memakai sistem kolektif dan terpisah. Setiap lantainya terdapat 6 kamar mandi/wc yang dibagi 3 ruang dibagian kanan bangunan dan 3 lainnya dibagian kiri. Kamar mandi tersebut langsung berbatasan pula dengan ruang untuk mencuci yang besarnya 5x3m masing-masing bagian kanan dan kiri, sehingga totalnya tiap lantai adalah 2 ruang untuk tempat mencuci. Sistem kamar mandi/wc disini menggunakan system bagi, kalau biasanya semua warga bisa menggunakan kamar mandi/wc mana saja, namun di Rumah Susun Muharto setiap kamar mandi/wc hanya boleh digunakan oleh beberapa kepala keluarga yang sudah dibagi menurut kesepakatan, dan tidak diperkenankan menggunakan kamar mandi/wc lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertanggungjawaban dari kebersihan masing-masing kamar mandi/wc. Dapur juga dibagi dibagian kanan dan kiri bangunan tiap lantainya. Dapurnya ini berupa dapur umum yang mempunyai 6 ruangan yang disewakan kepada warga rumah susun. Hanya saja persewaannya ini tidak semua warga mendapatkannya. Istilahnya yang mampu dan perlu yang bisa memiliki ruang dapur tersebut. Namun menurut ketua RW dirumah susun blok A, dapur di setiap lantai kurang maksimal nilai gunanya. Pertama, karena dirasa lokasinya kurang efektif untuk sebuah dapur umum sehingga para warga mayoritas lebih memilih membuat ruangan bersekat sendiri didalam unit yang dihuni. Sehingga di ruang sewa dapur umum berukuran sekitar 1,5x2 itu mayoritas digunakan untuk ruang penyimpanan saja. Namun ruang sirkulasi antar ruang dapur tersebut masih ada beberapa yang memanfaatkannya untuk memasak dan makan.Tangga penghubung antar lantai diletakkan dibagian kanan dan kiri dalam bangunan. Lebar tangga sekitar 1,5m dan penyangga tangan dibagian tangga tingginya sekitar 1m saja, begitu juga dengan tembok yang berbatas dengan lingkungan luar dan bordes. Distribusi listrik Rumah Susun Muharto awalnya memakai sistem pusat yang langsung disalurkan ke semua unit disetiap lantainya. Kini, sistemnya disetiap unit ada sekringnya sendiri.Sedangkan untuk sistem pembuangan sampah disetiap lantai ada tempat tersendiri di daerah dapur umum yang mana setiap paginya aka nada petugas yang membawanya keluar dari rumah susun.

Rumah Susun Sederhana Buring IRumah Susun Sederhana Buring I terletak di Jl. Buring, Malang. Dibangun pada tahun 2013. Terdiri dari 5 lantai dan bermassa 2 bangunan. Rumah Susun Buring terletak di Jalan Buring. Bangunannya terletak ditengah permukiman warga. Bangunannya memiliki 2 massa dan bertingkat 4 lantai. Memiliki 90 unit tiap bloknya. Tiap unit berukuran 4,5x5m terdiri dari kamar mandi, dapur, ruang tamu dan kamar tidur. Kamar tidur berukuran 3x2,5m; Ruang tamu 3x2,5m; Kamar mandi 1,5mx1,5m; Dapur 3,5mx1,5m. Tiap unitnya juga memiliki balkon berukuran 1,5mx1m Fasilitas dapur ada tempat cuci piring, dan kamar mandi menggunakan kloset jongkok dan 1 kran air.Sistem distribusi air memakai sistem linier, didepan bangunan ada sekitar 9 tank air yang kemudian untuk menyalurkan air bersih ke tiap unit. Sistem listriknya memakai sistem linier pula yang awalnya berpusat di satu ruangan mechanical engineerningn yang ada di tiap lantainya yang kemudian didistribusikan ke tiap unit. Fire protection ada di dekat ruang ME tiap lantai dan ada diluar pojok bangunan. Di bagian depan entrance juga ada sirkulasi khusus orang disable. Konsepnya untuk lantai 1, diperuntukkan bagi orang-orang tua dan disable. Sistem Pembuangan sampah ditiap lantai ada tempat khusus dimana langsung bisa menembus ke lantai dasar sehingga dari lantai 3, sampah bisa langsung dijatuhkan ke lantai dasar dan itu digunakan untuk para pengangkut sampah mengambilnya.Di tiap lantai, fasilitas untuk ruang bersama adalah ruang jual beli, parkir, kamar mandi umum, mushalla, dan tempat cuci. Tangga ada di tiga posisi yakni bagian dalam kanan kiri bangunan dan yang utama di tengah. Tangga yang kiri dan kanan mempunyai pintu tersendiri yang ditutup dan dibuka sesuai jadwal yang ditentukan, sedangkan yang ditengah adalah tangga utama dan tidak ada gerbang khusus. Sistem penghawaanya berasal dari ventilasi yang ada, dan sistem pencahayaannya menggunakan sistem pencahayaan alami berasal dari bukaan yang ada pada unit. Pada bagian dapur terdapat bukaan sehingga asap yang dihasilkan saat memasak dapat dikeluarkan. Pada setiap bukaan terdapat shading device dan pada bagian balkon terdapat pagar pelindung yang dapat digunakan juga sebagai jemuran.

Studi KomparasiStudi LapanganStudi LiteraturKesimpulan

Rumah Susun BuringRumah Susun MuhartoRumah Susun Mranggen

LokasiJl. Buring, MalangJl. Muharto, MalangMranggen, Sinduadi, Mlati, SlemanLokasi di sekitar permukiman warga

Jumlah Kamar100 kamar /blok49 kamar /blok96 kamarTiap Blok terdiri dari 40-100 kamar

Jumlah Massa221Terdiri dari 1-2 massa

Jumlah Lantai535Rata-rata ketinggian maksimal 5 lantai

TopografiTidak BerkonturTidak BerkonturTidak BerkonturTapak rusun tidak berkontur

StrukturTiang PancangTiang PancangTiang PancangTiang Pancang

Fasilitas Musholla Area Parkir Kantin Taman Ruang Bersama Kamar Mandi Umum Tempat Cuci Umum Kamar Tidur 4,5m x 5m Balkon untuk menjemur pakaian Kamar Mandi dan Dapur di dalam kamar Ruang Pengelola Musholla Kantin Tempat Cuci Umum Area Parkir Gudang Dapur Kamar Mandi 12 Unit/Lantai Kamar Tidur 6m x 3m Musholla Ruang Olahraga Lobby Tempat Cuci Umum Area Parkir TamanBeberapa fasilitas sudah menunjang untuk kebutuhan penghuni rumah susun.

Jenis RusunRusunawa (Sewa)1995- Rusunawa (Sewa)1998 - Rusunami (Milik)Rusunawa (Sewa)Rata-rata jenis rumah susun umum adalah rumah susun umum sederhana sewa

Komponen RusunRumah Susun BuringRumah Susun MuhartoRumah Susun MranggenKesimpulan

Jaringan Air Bersih

Jaringan Listrik

Saluran Pembuangan Air Hujan

Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Sampah

Jaringan Telepon

Tangga Darurat Kebakaran

BAB IV. KONDISI TAPAK TERPILIH

4.1 ASPEK UMUM Tinjauan Makro TapakLokasi tapak berada di daerah kabupaten Malang, sekitar 1 km dari perbatasan antara kota dengan kabupaten. Tepatnya, tapak berada di daerah Mendit, Jalan Bugis.

Tinjauan Mikro TapakDi dekat tapak ada perumahan Harmony dan juga rumah-rumah yang tergolong menengah ke bawah. Selain itu, juga terdapat pabrik rokok, pabrik furniture dan pekerja tukang batu. Di dekat itu, juga ada Taman Wisata Air Mendit.

4.2 ASPEK ALAM

Topografi TapakLuas tapak: 12000 m2Kontur: 10%Angin: Barat-TimurFungsi awal: Kebun singkong, ladang tebu

VegetasiDisebelah timur tapak terdapat banyak pohon jati tingginya sekitar 4-5m dengan luasan 3x7m. Di tapak itu sendiri, saat ini masih digunakan sebagai kebun singkong. Di sebelah utara dan selatan tapak terdapat tanaman tebu yang tingginya mencapai 1m.

Penghawaan Angin pada tapak bertiup dari timur ke barat.

PencahayaanPencahayaan di tapak tergolong maksimal. Tidak ada bangunan tinggi atau tanaman yang menghalangi cahaya masuk secara langsung kedalam tapak, terlebih lagi luasan tapak yang sangat besar.

4.3 ASPEK KULTUR Lingkungan Sekitar TapakBatas utara adalah perkebunan, untuk selatan berbatasan dengan ladang tebu. Sebelah timur, berbatasan dengan makam dan sebelah barat adalah perumahan Harmony.

Manusia dan BudayaPenduduk disekitar tapak tergolong penduduk menengah ke bawah, karena masih ada yang bermata pencaharian sebagai pengurus kebun dan ladang, tukang bangunan. Warga perumahan rata-rata sebagai pegawai swasta.

Pencapaian Menuju Tapak

Kebisingan Relatif tidak bising karena jarak dari jalan raya ke tapak tergolong jauh yakni sekitar 500m.

UtilitasDitapak tidak ada penerangan buatan seperti lampu jalan. Lampu jalan hanya ada di sekitar rumah warga, begitu juga dengan distribusi listrik dan telepon. Tidak terlihat saluran air atau riol didekat tapak, hanya ada di dekat rumah warga.

4.4 ASPEK ESTETIKA pola ruang

eksisting tapak

Batas timur tapakBatas Selatan tapakBatas utara tapak Batas barat tapak

Kontur Tapak

pemandangan

Pemandangan ke dalam tapak Pemandangan ke dalam tapakJalan menuju tapak.

DAFTAR PUSTAKAhttp://dispendukcapil.malangkota.go.id/?p=133