laporan pendahuluan

15
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS CEPHALGIA (SAKIT KEPALA) DI RUANG TULIP III C RSUD ULIN BANJARMASIN A. DEFINISI Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart). B. KLASIFIKASI Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia dapat primer atau sekunder: 1. Primer berupa migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot. 2. Sekunder berupa nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala organik sebagai bagian penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematoma subdural, dll), perdarahan subaraknoid, neuralgia trigeminus/pascaherpetik, penyakit sistemik (anemia, polisitemia, hipertensi atau hipotensi, dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi untrakranial/sistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksik dan penyakit mata

Upload: dani-chie-penyayank

Post on 20-Jul-2016

133 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS CEPHALGIA (SAKIT KEPALA)

DI RUANG TULIP III C RSUD ULIN BANJARMASIN

A. DEFINISI

Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama

manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat

menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi

(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut

(Brunner & Suddart).

B. KLASIFIKASI

Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia dapat primer atau sekunder:

1.    Primer berupa migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot.

2.  Sekunder berupa nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala organik sebagai bagian

penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematoma subdural, dll), perdarahan

subaraknoid, neuralgia trigeminus/pascaherpetik, penyakit sistemik (anemia, polisitemia,

hipertensi atau hipotensi, dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi untrakranial/sistemik,

penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksik dan penyakit mata

C. ETIOLOGI

Menurut Papdi (2012) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resikoyang

umum yaitu:

1. Penggunaan obat yang berlebihan 

Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak kesebuah keadaantereksasi, yang

dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihandapat menyebabkan

rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

2. Stress 

Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakitkepala kronis. Stress

menyebabkan pembuluh darah di otak mengalamipenegangan sehingga menyebabkan sakit

kepala.

3. Masalah tidur  

Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala.Karenahanya

sewaktu tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.

4. Kegiatan berlebihan 

Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakitkepala,

termasuk hubungan seks.Kegiatan yang berlebihan dapat membuatpembuluh darah di

kepala dan leher mengalami pembengkakan.

5. Kafein 

Sementara kafein telah ditujukan untuk meningkatkan efektifitas ketikaditambahkan

kebeberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepalaberlebihan dapat

memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan jugadapat menciptakan efek rebound

(tambah parah setiap kali diobati).

6. Rokok 

Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala.Kandungan nikotin dalamrokok dapat

membuat pembuluh darah menyempit.

7. Alkohol 

Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok,alkohol

juga merupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.

8.Penyakit atau infeksi seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit dileher atau

bahkan tumor.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral. 

2. Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebihsering didaerah

fronto temporal .

3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leherbagian bawah.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leherbagian atas menjalar

ke depan.

5. Kadang pada di seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai muka.

6. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambahsesuai dengan

pulsasi dan selanjutnya konstan.

7. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.

8. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.

9. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.

10. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.

11. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain.

12. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbulkemudian atau

mendahului serangan.

E. PATOFISIOLOGI

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

F. KOMPLIKASI

- Cidera serebrovaskuler / Stroke

- Infeksi intracranial

- Trauma kranioserebral

- Cemas

- Gangguan tidur

- Depresi

- Masalah fisik dan psikologis lainnya

- Ruptur pembuluh darah otak

- Kebutaan

G. PROGNOSIS

Prognosis baik jika ditangani dengan cepat dan prognosis buruk jika penanganaanya

lambat karena dapat menimbulkan komplikasi yang akan semakin memperburukkondisi

pasien.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk

menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.

2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis

dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat

bayangan struktur tubuh.

3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini

tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak,

karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

I. TERAPI

1.      Migren

a.       Terapi Profilaksis

1)      Menghindari pemicu

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

2)      Menggunakan obat profilaksis secara teratur

Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang mengontrol

aliran darah dan aktivitas system syaraf

b.      Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau vasokonstriktor

Obat-obat untuk terapi abortif

Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol

1) NSAIDS :Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan pelepasan 5-

HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine.

Pilihan lain : ibuprofen, ketorolac

2)      Golongan triptan

a)      Agonis reseptor 5-HT1Dmenyebabkan vasokonstriksi Menghambat pelepasan

takikinin, memblok inflamasi neurogenikEfikasinya setara dengan dihidroergotamin,

tetapi onsetnya lebih cepat

b)      Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral

3)      Ergotamin

Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi reseptor 5-HT1

presinapti.  Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan yang berat

4)      Metoklopramid

Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-30 min sebelum terapi

antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam

5)      Kortikosteroid

Dapat mengurangi inflamasi.Analgesik opiate.Contoh : butorphanol

c.       Obat untuk terapi profilaksis

1)      Beta bloker

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh: atenolol, metoprolol,

propanolol, nadolol. Antidepresan trisiklik  Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin,

doksepin, nortriptilin Punya efek antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk pasien

glaukoma atau hiperplasia prostat

6)      Metisergid

Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2.  Asam/Na Valproat dapat

menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi pada 80% penderita migraine

7)      NSAID

Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak disarankan penggunaan jangka

panjang karena dapat menyebabkan gangguan GI

8)      Verapamil

Merupakan terapi lini kedua atau ketiga

9)      Topiramat

 Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migraine

2.      SakIt kepala tegang otot

a.       Terapi Non-farmakologi

1.)    Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit,

2)      perubahan posisi tidur,

3)      pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain,

4)      Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :

1. Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau

saat menonton televise

2. Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

3. Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari

2. Terapi farmakologi

Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri Contoh : Obat-

obat OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk

kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesic.Untuk sakit kepala kronis,

perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau

depresi.Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan

lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache

3.      Cluster headache

Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan

(profilaksis)Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral

a.    Obat-obat terapi abortif:

1)      Oksigen

2)       ErgotaminDosis sama dengan dosis untuk migraine

3)      Sumatriptan

b.    Obat-obat untuk terapi profilaksis:

1)      Verapamil

2)      Litium

3)      Ergotamin

4)      Metisergid

5)      Kortikosteroid

6)      Topiramat

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

J. PENCEGAHAN

1. Hindari stress dengan strategi manajemen stress

2. Relaksasi

3. Postur tubuh yang baik saat bekerja,membaca dan aktifitas lain

4. Cukup tidur dan aktifitas lain

5. Pijat pada otot yang tengang

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d stess agen cedera (fisiologis, zat kimia, fisik, psikologis) 

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, hospitalisasi. 

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur  

d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,anoreksia dan intake

inadekuat.

L. INTERVENSI

1. Nyeri akut b.d stess agen cedera (fisiologis, zat kimia, fisik, psikologis)

 Tujuan:Rasa nyeri terkontrol atau dapat dikurangi

KH: Nyeri berkurang ditandai dengan klien melaporkan nyeri berkurangdengan skala nyeri ringa

(1-3), ekspresi wajah rileks, TTV dalam batas normal

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian karakteristik nyeri klien.

 R/ : Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya

2) Lakukan pengukuran TTV.

R/ : mengetahui kondisi klien

3) Berikan kompres dingin pada kepala

R/: Untuk mengurangi nyeri.

4) Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam/ distraksi

R/ : mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan.

5) Berikan posisi yang nyaman sesuai pasien

R/ : mengurangi penekanan otot pada area nyeri

6) Kolaborasi pemberian obat analgetik.R/ : Untuk mengontrol nyeri.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan hospitalisasi

 Tujuan: Ansietas berkurang atau hilang

KH: Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yangdapat diatasi.

Intervensi :

 1) Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan kopingyang

telahdilakukan dengan berhasil pada masa lalu,

R/:Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatandiri, keterampilan

koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.

2) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan berikan umpanbalik

R/ : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalammengidentifikasi masalah yang

menyebabkan stress

3) Berikan lingkungan tenang dan istirahat

R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi,membantu menurunkan ansietas

4) Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.

R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas

5) Kolaborasi pemberian obat sedatif 

R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkanistirahat

3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur 

 Tujuan: kebutuhan tidur terpenuhi

Kriteria hasil :

-  Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur

- Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

- Tanda- tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik danpenyebab kurang

tidurR/:Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan

2) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.

R/: Memudahkan klien untuk bisa tidur.

3). Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman

R/: Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderitauntuk tidur.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

4) Kolaborasi pemberian obat

R/: Mengurangi gangguan tidurd. 

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,anoreksia dan

intake inadekuat

Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

KH : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan beratbadan,menunjukkan

peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsimakanan yang diberikan.

Intervensi :

1) Kaji intake makanan,

R/ : Sebagai dasar untuk menetukan intervensi selanjutnya

2) Berikan kebersihan oral

R/: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan

3) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,dengan situasi tidak

terburu-buru, temani

R/: Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusifuntuk makan

4)  Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik.

R/: menghilangkan gejala mual muntah

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Cynthia. M.T, Sheila. S.R. 2011.Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan EGC:Jakarta.

Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.

Papdi, Eimed. 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in

internalmedicine). Interna Publishing: Jakarta.

Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Mourologi  Erlangga: Jakarta.

Markam, soemarmo. 2009. Penuntun Neurlogi. Binarupa Aksara.Jakarta.

Priguna Sidharta. 2008. Neurogi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat : Jakarta.

Weiner.H.L, Levitt.L.P. 2005.NEUROLOGI  Edisi 5. EGC: Jakarta.