laporan pendahuluan
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS CEPHALGIA (SAKIT KEPALA)
DI RUANG TULIP III C RSUD ULIN BANJARMASIN
A. DEFINISI
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut
(Brunner & Suddart).
B. KLASIFIKASI
Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia dapat primer atau sekunder:
1. Primer berupa migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot.
2. Sekunder berupa nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala organik sebagai bagian
penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematoma subdural, dll), perdarahan
subaraknoid, neuralgia trigeminus/pascaherpetik, penyakit sistemik (anemia, polisitemia,
hipertensi atau hipotensi, dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi untrakranial/sistemik,
penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksik dan penyakit mata
C. ETIOLOGI
Menurut Papdi (2012) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resikoyang
umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak kesebuah keadaantereksasi, yang
dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihandapat menyebabkan
rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakitkepala kronis. Stress
menyebabkan pembuluh darah di otak mengalamipenegangan sehingga menyebabkan sakit
kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala.Karenahanya
sewaktu tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakitkepala,
termasuk hubungan seks.Kegiatan yang berlebihan dapat membuatpembuluh darah di
kepala dan leher mengalami pembengkakan.
5. Kafein
Sementara kafein telah ditujukan untuk meningkatkan efektifitas ketikaditambahkan
kebeberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepalaberlebihan dapat
memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan jugadapat menciptakan efek rebound
(tambah parah setiap kali diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala.Kandungan nikotin dalamrokok dapat
membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok,alkohol
juga merupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.
8.Penyakit atau infeksi seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit dileher atau
bahkan tumor.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral.
2. Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebihsering didaerah
fronto temporal .
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leherbagian bawah.
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leherbagian atas menjalar
ke depan.
5. Kadang pada di seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai muka.
6. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambahsesuai dengan
pulsasi dan selanjutnya konstan.
7. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.
8. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.
9. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.
10. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.
11. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain.
12. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbulkemudian atau
mendahului serangan.
E. PATOFISIOLOGI
F. KOMPLIKASI
- Cidera serebrovaskuler / Stroke
- Infeksi intracranial
- Trauma kranioserebral
- Cemas
- Gangguan tidur
- Depresi
- Masalah fisik dan psikologis lainnya
- Ruptur pembuluh darah otak
- Kebutaan
G. PROGNOSIS
Prognosis baik jika ditangani dengan cepat dan prognosis buruk jika penanganaanya
lambat karena dapat menimbulkan komplikasi yang akan semakin memperburukkondisi
pasien.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis
dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini
tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak,
karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
I. TERAPI
1. Migren
a. Terapi Profilaksis
1) Menghindari pemicu
2) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang mengontrol
aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau vasokonstriktor
Obat-obat untuk terapi abortif
Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
1) NSAIDS :Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan pelepasan 5-
HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine.
Pilihan lain : ibuprofen, ketorolac
2) Golongan triptan
a) Agonis reseptor 5-HT1Dmenyebabkan vasokonstriksi Menghambat pelepasan
takikinin, memblok inflamasi neurogenikEfikasinya setara dengan dihidroergotamin,
tetapi onsetnya lebih cepat
b) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
3) Ergotamin
Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi reseptor 5-HT1
presinapti. Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan yang berat
4) Metoklopramid
Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-30 min sebelum terapi
antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam
5) Kortikosteroid
Dapat mengurangi inflamasi.Analgesik opiate.Contoh : butorphanol
c. Obat untuk terapi profilaksis
1) Beta bloker
Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh: atenolol, metoprolol,
propanolol, nadolol. Antidepresan trisiklik Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin,
doksepin, nortriptilin Punya efek antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk pasien
glaukoma atau hiperplasia prostat
6) Metisergid
Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2. Asam/Na Valproat dapat
menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi pada 80% penderita migraine
7) NSAID
Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak disarankan penggunaan jangka
panjang karena dapat menyebabkan gangguan GI
8) Verapamil
Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
9) Topiramat
Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migraine
2. SakIt kepala tegang otot
a. Terapi Non-farmakologi
1.) Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit,
2) perubahan posisi tidur,
3) pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain,
4) Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
1. Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau
saat menonton televise
2. Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
3. Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
2. Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri Contoh : Obat-
obat OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk
kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesic.Untuk sakit kepala kronis,
perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau
depresi.Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan
lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache
3. Cluster headache
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan
(profilaksis)Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral
a. Obat-obat terapi abortif:
1) Oksigen
2) ErgotaminDosis sama dengan dosis untuk migraine
3) Sumatriptan
b. Obat-obat untuk terapi profilaksis:
1) Verapamil
2) Litium
3) Ergotamin
4) Metisergid
5) Kortikosteroid
6) Topiramat
J. PENCEGAHAN
1. Hindari stress dengan strategi manajemen stress
2. Relaksasi
3. Postur tubuh yang baik saat bekerja,membaca dan aktifitas lain
4. Cukup tidur dan aktifitas lain
5. Pijat pada otot yang tengang
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d stess agen cedera (fisiologis, zat kimia, fisik, psikologis)
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, hospitalisasi.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,anoreksia dan intake
inadekuat.
L. INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d stess agen cedera (fisiologis, zat kimia, fisik, psikologis)
Tujuan:Rasa nyeri terkontrol atau dapat dikurangi
KH: Nyeri berkurang ditandai dengan klien melaporkan nyeri berkurangdengan skala nyeri ringa
(1-3), ekspresi wajah rileks, TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian karakteristik nyeri klien.
R/ : Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
2) Lakukan pengukuran TTV.
R/ : mengetahui kondisi klien
3) Berikan kompres dingin pada kepala
R/: Untuk mengurangi nyeri.
4) Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam/ distraksi
R/ : mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan.
5) Berikan posisi yang nyaman sesuai pasien
R/ : mengurangi penekanan otot pada area nyeri
6) Kolaborasi pemberian obat analgetik.R/ : Untuk mengontrol nyeri.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan hospitalisasi
Tujuan: Ansietas berkurang atau hilang
KH: Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yangdapat diatasi.
Intervensi :
1) Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan kopingyang
telahdilakukan dengan berhasil pada masa lalu,
R/:Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatandiri, keterampilan
koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan berikan umpanbalik
R/ : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalammengidentifikasi masalah yang
menyebabkan stress
3) Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi,membantu menurunkan ansietas
4) Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.
R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
5) Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkanistirahat
3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
Tujuan: kebutuhan tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
- Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
- Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
- Tanda- tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik danpenyebab kurang
tidurR/:Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
2) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
R/: Memudahkan klien untuk bisa tidur.
3). Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
R/: Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderitauntuk tidur.
4) Kolaborasi pemberian obat
R/: Mengurangi gangguan tidurd.
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,anoreksia dan
intake inadekuat
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
KH : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan beratbadan,menunjukkan
peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsimakanan yang diberikan.
Intervensi :
1) Kaji intake makanan,
R/ : Sebagai dasar untuk menetukan intervensi selanjutnya
2) Berikan kebersihan oral
R/: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
3) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,dengan situasi tidak
terburu-buru, temani
R/: Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusifuntuk makan
4) Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik.
R/: menghilangkan gejala mual muntah
DAFTAR PUSTAKA
Cynthia. M.T, Sheila. S.R. 2011.Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan EGC:Jakarta.
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.
Papdi, Eimed. 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in
internalmedicine). Interna Publishing: Jakarta.
Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Mourologi Erlangga: Jakarta.
Markam, soemarmo. 2009. Penuntun Neurlogi. Binarupa Aksara.Jakarta.
Priguna Sidharta. 2008. Neurogi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat : Jakarta.
Weiner.H.L, Levitt.L.P. 2005.NEUROLOGI Edisi 5. EGC: Jakarta.