laporan pendahuluan

84
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BURSITIS A. KONSEP DASAR MEDIS BURSITIS 1. DEFINISI Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri. Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial , yang memudahkan pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Bursa terletak pada sisi yang mengalami gesekan, terutama di tempat dimana tendon atau otot melewati tulang. Dalam keadaan normal, sebuah bursa mengandung sangat sedikit cairan. Tetapi jika terluka, bursa akan meradang dan terisi oleh cairan. 2. ETIOLOGI Penyebab utama bursitis adalah cedera ringan berulang, biasanya berhubungan dengan kegiatan kerja. Pergeseran yang berulang-ulang dapat menyebabkan bursitis akibat gesekan (friction bursitis) dimana dinding bursa menebal dan dapat terjadi efusi pada bursa. Bursitis juga dapat berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu seperti prepatela bursitis pada lutut pembantu rumah tangga, dan alekranon bursitis pada pelajar. Peradangan disertai dengan peningkatan junlah cairan yang menyebabkan distensi ( pelembungan ) dapat menyebabkan dinding

Upload: bayu-cahyo-oktafian

Post on 30-Nov-2015

469 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan asma

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BURSITIS

A.    KONSEP DASAR MEDIS BURSITIS

1.      DEFINISI

Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri.

Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial , yang memudahkan pergerakan

normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Bursa terletak pada sisi yang

mengalami gesekan, terutama di tempat dimana tendon atau otot melewati tulang. Dalam

keadaan normal, sebuah bursa mengandung sangat sedikit cairan. Tetapi jika terluka, bursa akan

meradang dan terisi oleh cairan.

2.      ETIOLOGI

          Penyebab utama bursitis adalah cedera ringan berulang, biasanya berhubungan dengan

kegiatan kerja. Pergeseran yang berulang-ulang dapat menyebabkan bursitis akibat gesekan

(friction bursitis) dimana dinding bursa menebal dan dapat terjadi efusi pada bursa. Bursitis juga

dapat berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu seperti prepatela bursitis pada lutut pembantu

rumah tangga, dan alekranon bursitis pada pelajar. Peradangan disertai dengan peningkatan

junlah cairan yang menyebabkan distensi ( pelembungan ) dapat menyebabkan dinding burse

mengeras. Bagian tubuh yang biasanya terkena bursitis adalah bahu, siku, pinggul, panggul,

lutut, jari kaki dan tumit.

3.      KLASIFIKASI

Berdasarkan waktu berapa lama telah terinfeksinya bursitis di klasifikasikan menjadi 2 jenis,

yaitu bersitis akut dan bursitis kronis.

a.      Bursitis Akut

Bursitis akut terjadi secara mendadak. Jika disentuh atau digerakkan, akan timbul nyeri di

daerah yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak. Bursitis akut

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout menyebabkan nyeri yang luar biasa dan daerah

yang terkena tampak kemerahan dan teraba hangat.

b.      Bursitis Kronis

Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau karena

cedera yang berulang. Pada akhirnya, dinding bursa akan menebal dan di dalamnya terkumpul

endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat

peka terhadap peradangan tambahan. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi

pergerakan, sehingga otot mengalami penciutan (atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis

kronis berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.

                                    Berdasarkan lokasi terjadinya bursitis di klasifikasi kan menjadi 6, yaitu:

a.      Bursitis Alekranon

Radang bursa alekranon merupakan penyebab tersering nyeri periartikuler sikron.

Penyebab utama bursitis adalah cedera ringan berulang, biasanya berhubungan dengan kegiatan

kerja. Gambaran klinis gerakan sendi sedikit terbatas pada fleksi maksimal karena nyeri, bursitis

trauma biasanya hanya nyeri ringan maupun dapat sangat bengkak, bursitis alekranon sering

merupakan radang piogenik. Gejala dini berupa tanda radang akut dengan hipertemia, edema

luas di sekitarnya tetapi tidak ada tanda arthritis. Penanganan pada bursistis alekranon akibat

trauma atau idiopatik perlu perlindungan bursa terhadap iritasi dan tekanan bila perlu dilakukan

aspirasi dan beban tekan aspirasi harus dilakukan secara steril mengingat adanya infeksi

bacterial.

b.      Bursitis Panggung / Bursitis Trokanter

Bursitis trokanter sering di kelirukan dengan penyakit intra artikuler. Penyebab tersering

nyeri panggul pada usia pertengahan dan lanjut. Gambaran klinis. Gambaran utama bursitis

panggul adalah local yang meliputi trokanter mayor dan nyeri saat melakukan rotasi ekstrim dan

abduksi panggul. Karena nyeri di bokong dan panggul sering berhubungan dengan penyakit

tulang belakang daerah lumbal pada penyakit intra artikuler endorotasi maksimal akan

menimbulkan nyeri tetapi pada bursitis tidak demikian.

c.       Bursitis Kaki

Antara permukaan belakang tulang kalkaneus dan tendo Achilles biasanya terdapat bursa.

Sering ditemukan juga bursa antara Achilles dan kulit. Perbedaan antara kedua bursitis ini dapat

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

ditentukan karena bursitis retrokalkareus menonjol bilateral disamping tendon sedangkan bursitis

rettendo Achilles menutup tendon tersebut. Penyebabnya adalah pembebanna yang berlebihan

atau rangsangan alas kaki yang tidak cocok misalnya rangsangan pinggir belakang sepatu.

d.      Bursitis Prepatela

Disebut juga lutut pembantu RT. Bursitis yang tidak terinfeksi bukanlah akibat tekanan

tetapi akibat friksi tetap antara kulit dan patela. Penyakit ini terjadi pada penenun karpet dan

buruh tambang.

Pembengkakan terbatas akan berfluktuasi tetapi sendi itu normal.

e.       Bursitis Intrapatela

Pembengkakan berada pada tempat yang lebih dangkal daripada ligamentum patela

karena lebih ke distal. Terjadi pada orang yang berada berlutut lebih tegak daripada orang yang

mengepel.

f.       Bursitis Iliopsous

Nyeri pada lipat paha dan paha anterior. Nyeri yang paling khas adalah peningkatan nyeri

yang tajam saat abduksi dan rotasi internal pada panggul.

4.      PATOFISIOLOGI

      Bursitis trokanter dan tendinitis insersi aponeutosis otot gluteus di trokanter mayor sering

dikelirukan dengan penyakit intra antrikuler. Tendinitis M. gluteus medsus dan M. gluteus

minimus pada insersinya di dalam trokanter mayor adalah penyakit tersering panggul pada usia

pertengahan dan lanjut. Inflamasi di daerah insersi otot tersebut biasanya juga meliputi burse

trokanter yang terletak di sub cutan, dengan nyeri lokal di posterolateral prominensia ( menonjol

di atas permukaan ) trokanter. Gejala utama bursitis dan tendinitis panggul ialah nyeri lokal yang

meliputi trokanter mayor dan nyeri saat melakukan rotasi ekstrem atau abduksi panggul.

Penderita mengeluh nyeri panggul, biasanya menjadi lebih hebat pada eksuserbasi dan beralih ke

sisi lateral paha. Biasanya panggul teraba hangat dan kulit meliputi trokanter mayor terlihat

kemerahan.Karena nyeri di bokong dan panggul keatas berhubungan dengan penyakit tulang

belakang daerah lumbal. Penyakit degeneratif diskus invertebratalis dan iskias pada bursitis

terdapat nyeri setempat pada palpasi burse, sedangkan gerak mengangkat tungkai yang lurus

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

tidak menimbulkan nyeri, nyeri ini perlu pula dibedakan dengan penyakit intra artikuler endo

rotasi maksimal akan menimbulkan nyeri tetapi pada bursitis tidak demikian pada penyakit sendi

panggul perkusi di tumit dengan tungkai lurus akan meningkatkan nyeri tidak demi

penanggulangan.Bersifat simptomatik dengan istirahat dan obat anti inflamasi. Nyeri biasanya

menghilang dalam waktu 2 – 3 hari.

5.      MANIFESTASI KLINIK

Gejala utama pada bursitis pada umumnya berupa pembengkakan lokal, panas, merah dan

nyeri. Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi gejala yang

khusus tergantung kepada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa di bahu meradang, maka jika

penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan

nyeri.

6.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Daerah di sekitar bursa

terasa sakit jika diraba dan pergerakan sendi tertentu menimbulkan nyeri. Jika bursa tampak

membengkak, bisa diambil contoh cairan dari bursa dan dilakukan pemeriksaan terhadap cairan

untuk menentukan penyebab dari peradangan.

7.      PENATALAKSANAAN

a.       Bursa yang terinfeksi harus dikeringkan dan diberikan antibiotik.

b.      Bursitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat, dimana untuk sementara waktu

sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya

indometasin, ibuprofen atau naproksen) Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa

disuntikkan campuran dari obat bius lokal dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa.

Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari 1 kali.

c.       Pada bursitis yang berat diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) per-oral (ditelan) selama

beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan khusus guna

meningkatkan daya jangkau sendi.

d.      Bursitis kronis diobati dengan cara yang sama.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

e.       Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa dibuang melalui jarum atau melalui

pembedahan.

f.       Kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi.

g.      Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan bisa membantu

mengembalikan kekuatan otot dan daya jangkau sendi.

8.      FAKTOR RESIKO

a.       Stres cedera (berlebihan) berulang-ulang. Hal ini dapat terjadi ketika berjalan, memanjat

tangga, bersepeda, atau berdiri untuk jangka waktu yang panjang.

b.      Hip cedera. Cedera ke titik pinggul dapat terjadi ketika jatuh ke pinggul, pinggul bertemu di

tepi meja, atau berbaring pada satu sisi tubuh untuk jangka waktu yang lama.

c.       Spine penyakit. Ini termasuk skoliosis, arthritis tulang belakang (bawah) lumbal, dan masalah

tulang lainnya.

d.      Kaki panjang ketidaksetaraan. Ketika satu kaki lebih pendek dari yang lain oleh lebih dari

satu inci atau lebih, hal itu mempengaruhi cara Anda berjalan dan dapat menyebabkan iritasi

bursa pinggul.

e.       Rheumatoid arthritis. Hal ini membuat bursa semakin besar kemungkinan untuk menjadi

meradang.

f.       Bedah Sebelumnya operasi. Sekitar panggul atau implan prostetik di pinggul dapat mengiritasi

bursae dan menyebabkan radang kandung lendir.

g.      Tulang taji atau deposito kalsium. Ini dapat berkembang dalam tendon yang melekat pada

trokanter mayor itu. Mereka dapat mengiritasi bursa dan menyebabkan peradangan.

9.      KOMPLIKASIa.       Terjadinya Bursitis kronis

b.      Terlalu banyak suntikan steroid selama waktu singkat dapat menyebabkan cedera pada tendon

sekitarnya.

10.  PENCEGAHAN

Pencegahan ini bertujuan untuk menghindari perilaku dan aktivitas yang membuat

peradangan pada bursa lebih buruk.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

a.       Hindari aktivitas berulang yang menempatkan tekanan pada pinggul.

b.      Menurunkan berat badan jika perlu.

c.       Dapatkan sepatu memasukkan benar pas untuk kaki panjang perbedaan.

d.      Mempertahankan kekuatan dan fleksibilitas dari otot-otot pinggul.

B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BURSITIS

1.      PENGKAJIAN

a)      Biodata

b)      Keluhan utama

Nyeri, pembengkakan, panas, merah.

c)      Riwayat penyakit sekarang

d)     Riwayat penyakit dahulu.

Apakah klien pernah menderita artitis rematoid, gout, apakah pernah cedera atau koma.

e)      Riwayat penyakit keluarga

f)       Pola mobilitas fisik

g)      Pola perawatan diri.

Klien dalam pemenuhan perawatan diri (mandi, gosok gigi, mencuci rambut) mengalami

keterbatasan karena nyeri tersebut.

h)      Konsep diri

Klien dengan penyakit bursitis akut maupun kronis sering mengalami nyeri sehingga

gambaran dirinya terganggu.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d agen injury fisik.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam nyeri berkurang atau

hilang.

Kriteria hasil:

         Klien mengatakan nyeri berkurang.

         Klien tampak dan mampu tidur atau istirahat dengan tepat.

  Intervensi Keperawatan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

  Kaji lokasi, intensitas dan derajat nyeri

Rasional:

Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan ke efektifan program.

  Berikan klien posisi yang nyaman.

Rasional:

Pada penyakit berat / eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri.

  Berikan kasur busa atau bantal air pada bagian yang nyeri.

Rasional:

Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.    

  Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

Rasional:

Meningkatkan relaksasi / mengurangi tegangan otot.

  Kolaborasi pemberian aspirin.

Rasional:

Aspirin bekerja sebagai anti dan efek analgetik ringan dalam mengurangi kekakuan dan

meningkatkan mobilitas.

b.      Intoleransi b/d kelemahan atau keletihan.

Tujuan:

Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam.

                        Kriteria Hasil:

         Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan

         Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitas

  Intervensi Keperawatan

  Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas

sehari-hari

Rasional:

Klien menunjukkan kelemahannya berkurang dan dapat melakukan aktifitasnya

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

  Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional:

Menghemat energi untuk aktifitas

  Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan

Rasional:

Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi dan seluruh fase penyakit yang penting

mencegah kelemhan

  Berikan lingkungan yang aman

Rasional:

Menghindari cedera akibat kecelakaan

c.       Kurang pengetahuan tentang  kondisi, prognosis dan tindakan keperawatan b/d kurangnya

informasi, kemungkinan dibuktikan oleh :

         Pertanyaan/meminta informasi,

         Mengungkapkan masalah, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

  Intervensi Keperawtan

  Kaji pengetahuan tentang proses tindakan terhadap penyakit

Rasional:

Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan / salah informasi dan memberikan kesempatan

untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan.

  Berikan penjelasan kepada klien bahwa penyakitnya memerlukan tindakan dan pengobatan

khusus.

Rasional:

Proses penyakit dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejala ada lebih

lama dari 6 bulan. Sehingga memerlukan tindakan dan pengobatan khusus.

  Berikan penjelasan kepada klien tentang pencegahan penyakit bursitis

Rasional:

Mencegah terjadinya penyakit yang sama atau berulang jika klien telah sembuh.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

3.      IMPLEMENTASI

Pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan

pasien terpenuhi secara optimal.

Langkah-langkah persiapan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

a.       Memahami rencana perawatan yang telah ditentukan.

b.      Menyiapkan tenaga atau alat  yang diperlukan.

c.       Menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan antara lain : langkah

pelaksanaan, sikap yang meyakinkan, sistematika kerja yang tepat, pertimbangan hukum dan

etika, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, mencatat semua tindakan keperawatan yang

telah ditentukan

Implementasi / pelaksanaan pada diagnosa keperawatan penyakit Bursitis mengacu pada

perencanaan yang sudah dibuat.

4.      EVALUASI

Tahap evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang yang

telah ditentukan.

Tujuannya adalah menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

BAB IPENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Spondilitis ankilosa (SA) merupakan penyakit jaringan ikat yang ditandai dengan peradangan pada tulang belakang dan sendi-sendi yang besar, menyebabkan kekakuan progresif,nyeri dan dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau Bechterew's disease.

Insidens

a.       2-10 kali lebih banyak pada pria dibanding pada wanitab.      Umur 15-25 tahunc.       Lebih bayak pada orang Eropa daripada orang Jepang dan Negro

B.       TUJUAN PENULISAN1. Tujuan umum

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada pasien Spondilitis ankilosis.

2. Tujuan khusus

a.       Mampu memahami teori tentang Spondilitis ankilosisb.      Mampu melakukan pengkajian pada penderita yang menderita Spondilitis ankilosis.c.       Mampu merumuskan diagnosa keperawatan untuk pasien yang menderita Spondilitis ankilosis d.      Mampu menyusun rencana keperawatan untuk pasien yang menderita Spondilitis ankilosis e.       Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan yang telah dipelajari pada pasien Spondilitis

ankilosis

BAB IITINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN SPONDILITIS ANKILOSISSpondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik,

ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau Bechterew's disease1-2.

Spondilitis merupakan inflamasi pada vertebra ( Spondyle),bentuk spondilitis yang paling sering terjadi adalah Spondilitis ankilosis (SA)kadang pula disebut Spondilitis Megankilosis

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

yang merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra)sendi sakroiliaka serta kostovertebral ditandai oleh vertebra yang mengalami fibrosis dan ankilosis (fiksasi tulang/kekakuan ) akibat osifikasi ligamen dan sendi,. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau Bechterew's disease.

Penyakit ini termasuk jarang dan insidensnya sebanding dengan artritis rematoid. Sekitar 20% donor darah dengan HLA-B27 menderita kelainan sakroilitis. Manifestasi biasanya dimulai pada masa remaja dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria daripada wanita (5 : 1). Angka kekerapan bervariasi antara 1,0--4,7%.3-7. Dalam makalah ini, akan dibahas penanganan spondilitis ankilosis. B. GEJALA KLINIK

Gejala klinik SA dapat dibagi dalam manifestasi skeletal dan ekstraskeletal. Manifestasi skeletal berupa artritis aksis, artritis sendi panggul dan bahu, artritis perifer, entensopati, osteoporosis, dan fraktur vertebra. Manifestasi ekstraskeletal berupa iritis akut, fibrosis paru, dan amiloidosis2-5,7-13.

Gejala utama SA adalah adanya sakroilitis. Perlangsungannya secara gradual dengan nyeri hilang timbul pada pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha2-5,7-13. Keluhan konstitusional biasanya sangat ringan, seperti anoreksia, kelemahan, penurunan berat badan, dan panas ringan yang biasanya terjadi pada awal penyakit2-5,7-13.

Manifestasi pada TulangKeluhan yang umum dan karakteristik awal penyakit ialah nyeri pinggang dan sering

menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari 3 bulan, disertai dengan kaku pinggang pada pagi hari, dan membaik dengan aktivitas fisik atau bila dikompres air panas. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri dan kaku. Keluhan nyeri dan kaku pinggang merupakan keluhan dari 75% kasus di klinik2-5,7-14.

Nyeri tulang juksta-artikular dapat menjadi keluhan utama, misalnya entesis yang dapat menyebabkan nyeri di sambungan kostosternal, prosesus spinosus, krista iliaka, trokanter mayor, tuberositas tibia atau tumit. Keluhan lain dapat berasal dari sendi kostovertebra dan manubriosternal yang menyebabkan keluhan nyeri dada, sering disalahdiagnosiskan sebagai angina2-5,8-15.

Manifestasi di Luar TulangManifestasi di luar tulang terjadi pada mata, jantung, paru, dan sindroma kauda ekuina.

Manifestasi di luar tulang yang paling sering adalah uveitis anterior akut, biasanya unilateral, dan ditemukan 25--30% pada penderita SA dengan gejala nyeri, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan kabur. Manifestasi pada jantung dapat berupa aorta insufisiensi, dilatasi pangkal aorta, jantung membesar, dan gangguan konduksi. Pada paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20 tahun menderita SA, dengan lokasi pada bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak bercak-bercak linier pada pemeriksaan radiologis, menyerupai tuberkulosis5-7.C. PENYEBAB/ ETIOLOGI

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN

Penyebab tidak diketahui ,dicurigai adanya kaitannya dengan faktor genetik , kurang lebih 90% penderita yang didiagnosa sebagai ankilosan spondilitis juga memiliki antigen HLA-B27 positif.

D. PATOFISIOLOGISpondilitis ankilosis menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang

belakang dan ligamen – ligamen para vertebral. Apabila diskusvertebral \is juga terinvasi oleh

jaringan vaskular dan fibrosa maka akan timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur

artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra

dengan vertebra lainnya.Jaringan sinovial disekitar sendi yang terserang akan

meradang .Penyakit jantung juga dapat timbul bersamaan dengan penyakit ini.

E. PEMERIKSAAN FISIK

Pada stadium awal dapat ditemukan tanda sakroilitis yang ditandai dengan nyeri tekan

pada sendi sakroiliaka. Stadium berikutnya, rasa nyeri dapat hilang karena peradangan diganti

dengan fibrosis dan atau dengan ankilosis. Pada stadium lanjut ditemukan keterbatasan gerak

vertebra ke semua arah yang dapat dinilai dengan gerak laterofleksi, hiperekstensi, anterofleksi,

dan rotasi. Uji Schober sangat berguna untuk menilai keterbatasan sendi. Pemeriksa harus

memperhatikan:

1. Spasme otot-otot paravertebra dan hilangnya lordosis vertebra.

2. Menurunnya mobilitas spinal ke arah anterior dan lateral.

3. Pinggang bagian bawah sukar dibengkokkan bila membungkuk

4. Berkurangnyaekspansidada

5.Nyeri di daerah prosesus spinosus torakolumbal, persendian sakroiliaka dan daerah sternum,

klavikula, krista iliaka, atau tumit.

Uji Scober dilakukan dengan posisi berdiri tegak, kemudian dibuat tanda titik pada kulit

di atas prosesus spinosus vertebra lumbal lima, kurang lebih setinggi spina iliaka posterior

superior, dan titik kedua 10 cm di atas titik pertama. Penderita diminta membungkukkan

punggungnya tanpa menekuk lutut. Normalnya, jarak kedua titik akan bertambah 5 cm atau

lebih. Apabila kurang dari 15 cm menunjukkan adanya keterbatasan gerak. Pemeriksaan

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN

ekspansi rongga dada dilakukan dengan cara mengambil selisih jarak antara inspirasi dan

ekspirasi maksimal, diukur pada sela iga4. Normalnya, selisih ini 6—10cm.

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tidak ada uji diagnostik yang patognomonik. Peninggian laju endap darah ditemukan

pada 75% kasus, tetapi hubungannya dengan keaktifan penyakit kurang kuat. Serum C reactive

protein (CRP) lebih baik digunakan sebagai petanda keaktifan penyakit. Kadang-kadang,

ditemukan peninggian IgA. Faktor rematoid dan ANA selalu negatif. Cairan sendi memberikan

gambaran sama pada inflamasi. Anemia normositik-normositer ringan ditemukan pada 15%

kasus. Pemeriksaan HLA - B27 dapat digunakan sebagai pembantu diagnosis.

G. PEMERIKSAAN RADIOLOGIKelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial, terutama pada

sendi sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan kostotransversal. Perubahan pada sendi S2 bersifat bilateral dan simetrik, dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkonral, diikuti erosi yang memberi gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi penyempitan celah sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi. Setelah beberapa tahun, terjadi ankilosis yang komplit.

Beratnya proses sakroilitis terdiri dari 5 tingkatan berdasarkan radiologis, yaitu tingkat 0 (normal), tingkat 1 (tepi sendi menjadi kabur), tingkat 2 (tingkat 1 ditambah adanya sclerosis periartikuler, jembatan sebagian tulang atau pseudo widening, tingkat 3 (tingkat 2 ditambah adanya erosi dan jembatan tulang), serta tingkat 4 (ankilosa yang lengkap). Akan terlihat gambaran squaring (segi empat sama sisi) pada kolumna vertebra dan osifikasi bertahap lapisan superfisial anulus fibrosus yang akan mengakibatkan timbulnya jembatan di antara badan vertebra yang disebut sindesmofit.

Apabila jembatan ini sampai pada vertebra servikal, akan membentuk bamboo spine. Keterlibatan sendi panggul memperlihatkan adanya penyempitan celah sendi yang konsentris, ketidakteraturan subkhondral, serta formasi osteofit pada tepi luar permukaan sendi, baik pada asetabulum maupun femoral. Akhirnya, terjadi ankilosis tulang dan pada sendi bahu memperlihatkan penyempitan celah sendi dengan erosi. H. DIAGNOSIS

Agak sulit menegakkan diagnosis dini SA sebelum timbulnya deformitas yang ireversibel. Diagnosis SA dapat ditegakkan berdasarkan Kriteria New York 1984 yang dimodifikasi

Kriteria klinis: 1. Keterbatasan gerak vertebra lumbal terhadap bidang frontal dan sagital.

2. Nyeri pinggang bawah lebih dari 3 bulan, menjadi baik dengan latihan dan tidak hilang dengan istirahat.

3. Penurunan ekspansi dada.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN

Kriteria radiologis: 1. Sakroilitis bilateral tingkat 2. Sakroilitisunilateraltingkat. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan minimal 1 kriteria radiologis ditambah 1

kriteriaklinisPemeriksaan B27 tidak hanya berguna sebagai penunjang diagnosis, tetapi juga

bermanfaat dalam diagnostik awal sebelum timbulnya kelainan radiologis. Beberapa studi menunjukkan kelompok B27 dengan gejala khas SA tanpa kelainan radiologis (sakroilitis) sebagian besar memperlihatkan kelainan radilogis setelah beberapa tahun kemudian.I. PERAWATAN 1. Menghilangkan nyeri2. Mengurangi inflamasi

3. Latihan fisik untuk perbaikan kekuatan otot, dan memelihara postur tubuh. Latihan fisik penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi kelainan berupa fleksi spinal yang progresif. Oleh karena itu, otot-otot ekstensor spinal harus diperkuat.

a. Penderita dianjurkan tidur terlentang menggunakan kasur yang agak keras dengan sebuah bantal tipis. Menggunakan bantal yang tebal atau beberapa bantal sebaiknya dihindari. Pada pagi hari, mandi air hangat, diikuti latihan fisik untuk penguatan otot-otot belakang (sesuai dengan petunjuk dokter atau dokter fisioterapi). Hal ini sebaiknya dilakukan di rumah secara teratur. Tidur tengkurap selama beberapa menit dilakukan beberapa kali dalam sehari merupakan tindakan yang bermanfaat dalam menjaga pergerakan ekstensi spinal.

b. Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot masih boleh menahan dalam keadaan ekstensi. Fusi spinal merupakan komplikasi dari spondilitis. Karena itu, postur harus dipertahankan dan menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut. Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.

c. Manuver lain yang perlu dilakukan adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi lumbal yang isometrik. Posisi postur tubuh harus diperhatikan setiap saat. Kursi dengan sandaran yang keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak berjalan dari pada duduk.J. PENGOBATAN

Pengobatan dengan obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) untuk mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Indometasin 75--150 mg perhari (Areumakin, Benocid, Dialorir, Confortid) memegang rekor terbaik. Apabila penderita tidak mampu mentolerir efek samping seperti gangguan lambung atau gangguan SSP berupa sakit kepala dan pusing, maka AINS yang lain dapat dicoba.

Penderita yang tidak responsif dengan indometasin atau AINS yang baru lainnya dapat dicoba dengan fenilbutazon 100-300 mg perhari. Tingginya insidens agranulositosis atau anemia aplastik akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain perlu disampaikan pada penderita. Jumlah eritrosit dan lekosit harus selalu dimonitor.

Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada penderita dengan poliatritis perifer. Publikasi studi klinik terakhir dari sulfasalazin 2--3 gr perhari (Sulcolon tab. 500 mg) menunjukkan adanya perbaikan, baik nyeri maupun kelainan spinal.

Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat dipertimbangkan untuk dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal. Tindakan ini sangat berguna untuk mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN

K. PROGNOSISPrognosis dari SA sangat bervariasi dan susah diprediksi. Secara umum, penderita lebih

cenderung dengan pergerakan yang normal daripada timbulnya restriksi berat. Keterlibatan ekstraspinal yang progresif merupakan determinan penting dalam menentukan prognosis. Beberapa survei epidemiologis menunjukkan bahwa apabila penyakitnya ringan, berkurangnya pergerakan spinal yang ringan, dan berlangsung dalam 10 tahun pertama maka perkembangan penyakitnya tidak akan memberat. Keterlibatan sendi-sendi perifer yang berat menunjukkan prognosis buruk. Sebagian besar penderita dengan SA memperlihatkan keluhan serta perlangsungan yang ringan dan dapat dikontrol sehingga dapat menjalankan tugas dan kehidupan sosial dengan baik.

Secara umum, wanita lebih ringan dan jarang progresif serta lebih banyak memperlihatkan keterlibatan sendi-sendi perifer. Sebaliknya, bamboo spine lebih sering terlihat pada pria. Terdapat dua gambaran yang secara langsung berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas, dan prognosis. Keduanya dianggap sebagai akibat dari trauma, baik yang tidak disadari maupun trauma berat. Awalnya, terjadi lesi destruksi pada salah satu diskovertebra, biasa terjadi pada segmen spinal yang bisa dilokalisir, dan ditandai dengan nyeri akut atau berkurangnya tinggi badan yang mendadak. Skintigrafi dan tomografi tulang memperlihatkan kelainan, baik elemen anterior maupun posterior. Imobilisasi yang tepat dan diperpanjang dapat memberikan penyembuhan pada sebagian besar kasus. Komplikasi kedua yang menyusul trauma berat maupun yang ringan berupa fraktur yang dapat menyebabkan koropresi komplit atau inkomplit.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

Prinsip penatalaksanaan pada spondilitis ankilosans bersifat multifokal dan berkaitan dengan tahap penyakit, pada tahap awal penyakit Asuhan keperawatan difokuskuan pada gejala yang paling dominan yaitu nyeri punggung , sedangkan pada tahap lanjut penyakit Intervensi terarah untuk meningkatkan pengertian tentang penyakit baik oleh penderita sendiri maupun keluarganya.A. PENGKAJIANa. Nyeri / ketidaknyamanan

Nyeri pinggang bawah lebih dari 3 bulan, menjadi baik dengan latihan dan tidak hilang dengan istirahat. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri dan kakub. Aktivitas / istrahat

Spasme otot-otot paravertebra dan hilangnya lordosis vertebra,Menurunnya mobilitas spinal ke arah anterior dan lateral,Pinggang bagian bawah sukar dibengkokkan bila membungkuk.Pada stadium lanjut ditemukan keterbatasan gerak vertebra ke semua arah yang dapat dinilai dengan gerak laterofleksi, hiperekstensi, anterofleksi, dan rotasi.

Pasien nampak berhati – hati dalam beraktifitas ,punggung selalu dijaga untuk tidak bergerak

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :1.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi2.      Gangguan Mobilitas fisik b/d nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme otot3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh melindungi punggung

C. INTERVENSI KEPERAWATAN :1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasiDS :

a.       Pasien mengatakan nyeri pada pinggangb.      Pasien mengatakan tubuh terasa kaku

DO :a.       Pasien tampak menahan rasa sakitb.      Pasien tampak susah saat membungkuk

Intervensi Keperawatan :Tindakan Mandiri Perawat :

a.       Bimbing pasien menjelaskan ketidaknyamanannnya mis, lokasi,beratnya,durasi,sifat, penjalaran nyeri, penjelasan mengenai bagaimana nyeri dengan tindakan tertentu mis membuka pintu garasiR/ Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi

b.      Pertahankan tirah baring dan mengubah posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal dengan cara meletakkan pasien pada posisi semifowler dengan tulang spinal ,lutut dan pinggang dalam keadaan fleksi , posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 – 30 derajat atau pada posisi lateral.R/ Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya tonjolan diskus dan reduksi

c.       Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhanR/ menurunkan gaya ravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena.

d.      Gunakan logroll ( papan ,penopang ) dalam jangka waktu yang terbatasR/ Mengurangi fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh sehingga nyeri dan spasme otot dapat berkurang.

e.       Ajarkan pernafasan diafragma dan relaksasi

f.       Alihkan perhatian pasien dari nyeri pada aktifitas lain mis nonton TV,membaca, bercakap – cakap dll )

g.      Ajarkan imajinasi berbibimbing dimana pasien yang telah relaks belajar memusatkan diri pada kejadian yang menyenangkan .

Kolaborasi medisa.       Berikan tempat tidur ortopedik

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN

R/ memberikan sokongan dan menurunkan sokongan dan menurunkan fleksi spinal sehingga dapat menurunkan spasme.

b.      Pemberian obat anti radang non – steroid ( NSAID) seperti Indometasin, Analgesik seperti asetaminofen dan relaksan ototR/ Indometasin memiliki kemampuan menghambat prostaglandin yang tinggi dan waktu paruh yang lama .

c.       Konsultasikan ahli tarapi fisikR/ Program latihan/ peregangan yang spesifik dapat menghilangkan spasme otot dan menguatkan otot – otot punggung,ekstensor,atot abdomen,otot quadrisep untuk menigkatkan sokongan terhadap daerah lumbal.

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dngan nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme ototDS :

a.       Pasien mengatakan tubuhnya terasa kakub.      Pasien mengatakan susah untuk beraktivitas

DO :a.       Pasien tampak sulit beraktivitasb.      Pasien tampak sulit bergerak

Intervensi Keperawatan :a.       Pantau mobilitas fisik melalaui pengkajian kontinyu ,(bagaimana pasien bergerak dan berdiri).

b.      Bantu pasien dalam melakukan ambulasi progresif , perubahan posisi harus dilakukan dengan perlahan dan dilakukan dengan bantuan bila perlu. R/ Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat ssuai toleransi .

c.       Dorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan , pada kebanyakan proram latihan dianjurkan pasien melakukan latihan 2 kali sehari yang bertujuan untuk memperkuat otot abdominal dan batang tubuh, mengurangi lordosis,meningkatkan kelenturan dan mengurangi ketegangan pada punggung.R/ Latihan yang salah justru dapat memperberat keadaan/menambah spasme otot.

3. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh melindungi punggung

DS : a.       Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang informasi penyakit yang dideritanya

DO : a.       Pasien tampak tidak mengerti tentang panyakit yang dideritanya

Intervensi Keperawatan :a.       Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta mekanika tubuh yang baik untuk

memperbaiki posisi tubuh.

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN

R/ Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat, dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan .

b.      Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan ” makanika tubuh ” dengan melakukan latihan , termasuk informasi mengenai mekanika tubuh untuk berdiri, duduk,berbaring dan mengangkat barang yang benar. R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan otot – otot bokong.

c.       Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.R/ Posisi yang benar dapat mempertahankan postur dan menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut.

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangOsteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.Osteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN

1.2 Rumusan MasalahBagaimanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis ?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumMengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui definisi Osteomielitis2. Mengetahui klasifikasi Osteomielitis3. Mengetahui etilologi Osteomielitis4. Mengetahui patofisiologi Osteomielitis5. Mengetahui manifestasi klinis Osteomielitis6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Osteomielitis7. Mengetahui penatalaksanaan Osteomielitis8. Mengetahui komplikasi Osteomielitis9. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Osteomielitis

1.4 Manfaat1.4.1 Manfaat TeoritisDapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan Osteomielitis.1.4.2 Manfaat Praktis1. Tenaga keperawatanDapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan Osteomielitis.2. MahasiswaDapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).

2.2 Klasifikasia. Berdasarkan cara penyebarannya, yaitu:1) Osteomielitis primer, yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.2) Osteomielitis sekunder, yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN

b. Berdasarkan lama infeksi, yaitu:1) Osteomielitis akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).2) Osteomielitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.3) Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

2.3 Etiologi1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya.

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:a) Aliran darahAliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.b) Penyebaran langsungOrganisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.c) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

2.4 PatofisiologiStaphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN

superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

2.5 Manifestasi KlinisJika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misalnya, menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

2.6 Pemeriksaan Penunjang1) Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.2) Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.3) Pemeriksaan fesesPemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.4) Pemeriksaan biopsy tulangMerupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.5) Pemeriksaan ultra soundMerupakan pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.6) Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN

minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.7) Pemeriksaan tambahan, yaitu:a. Bone scan, dapat dilakukan pada minggu pertama.b. MRI, dilakukan jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

2.7 Penatalaksanaan1) Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri2) Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah3) Istirahat local dengan bidai atau traksi4) Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab5) Drainase bedah

2.8 Komplikasi1) Komplikasi dinia. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuhc. Atritis septik

2) Komplikasi lanjuta. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkenab. Fraktur patologisc. Kontraktur sendid. Gangguan pertumbuhanBAB 3ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGANOSTEOMIELITIS

3.1 PengkajianPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:a) Identifikasi klienTerdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.b) Riwayat keperawatan- Riwayat kesehatan masa laluIdentifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.- Riwayat kesehatan sekarang: apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan demam.- Riwayat kesehatan keluarga: adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.- Riwayat psikososial: adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN

c) Data dasar pengkajian1. Aktivitas dan istirahat.Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.2. SirkulasiTanda : - Hipertensi, (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi.- Takhikardia, (respon stres, hipovolemia).- Penurunan / tak ada pada nadi bagian distal yang cedera ; pengisian kapiler lambat, pucat pad abagian yang terkena.- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.3. Neorosensori.Gejala : - Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.- Kebas / kesemutan (parastesis).Tanda : - Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.- Agitasi, (mungkin berhubungan dengan nyeri / ancietas atau trauma lain).4. Nyeri / kenyamanan.Gejala : - Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokasi pada area jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang dengan imobilisasi.- Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).5. Keamanan.Tanda : - Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.- Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).

d) Pemeriksaan fisik1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.5. Identisikasi peningkatan suhu tubuh6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

3.2 Diagnosa Keperawatan1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.3) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak7) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN

3.3 IntervensiNo DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan pembengksksn

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang, pasien dapat tenang dan keadaan umum cukup baik

Kriteria Hasil:• Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang• Klien tidak menyeringai kesakitan• TTV dalam batasan normal• Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)• Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat

1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala2. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai

3. Pantau tanda-tanda vital

4. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

5. Anjurkan istirahat selama fase akut6. Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi

7. Berikan situasi lingkungan yang kondusif

8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan 1. Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal diperberat oleh gerakan2. Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan menurunkan tegangan otot3. Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan penghilangan nyeri4. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri5. Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan6. Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping7. Memberikan dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan koping)8. Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang.

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN

Kriteria Hasil:• Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin• Mempertahankan posisi fungsional• Meningkatkan / fungsi yang sakit• Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas

1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak

4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas5. Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan6. Ubah posisi secara periodik7. Fisioterapi / aoakulasi terapi1. Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang2. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien

3. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien4. Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan5. Mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi

6. Mengurangi gangguan mobilitas fisik7. Mengurangi gangguan mobilitas fisik3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien daoat mendemonstrasikan bebas dari hipertermia.

Kriteria Hasil:• Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut• Suhu tubuh normal• Tidak mual 1. Pantau TTV:- Suhu tubuh setiap 2 jam- Warna kulit- TD, nadi dan pernapasan- Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit2. Lepaskan pakaian yang berlebihan

3. Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.

4. Motivasi asupan cairan

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN

5. Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran 1. Memberikan dasar untuk mengetahui kondisi pasien.

2. Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan dapat memberikan rasa nyaman pada pasien3. Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan kenyaman pasien.4. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.5. Antipiretik membantu mengontrol peningkatan suhu tubuh4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan.

Kriteria Hasil:• Ekspresi wajah relaks• Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang1. Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien

2. Kaji patologi masalah individu.

3. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.

5. Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran 1. Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol2. Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik3. Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.4. Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik.5. Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola tidur pasien kembali normal

Kriteria Hasil:• Jumlah jam tidur tidak terganggu• Insomnia berkurang• Adanya kepuasan tidur

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN

• Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi2. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru

4. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari

5. Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur6. Instruksikan tindakan relaksasi7. Kurangi kebisingan dan lampu8. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin

9. Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi1. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat2. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis

3. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat berkurang4. Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu” dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun5. Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari

6. Membantu menginduksi tidur7. Memberikan situasi kondusif untuk tidur8. Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi9. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Kriteria Hasil:• Menurunnya keluhan terhadap kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktifitas.• Berkurangnya nyeri 1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

2. Anjurkan program hemat energi3. Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN

4. Kaji respon abdomen setelah beraktivitas

5. Berikan kompres air hangat

6. Beri waktu istirahat yang cukup 1. Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung2. Mencegah penggunaan energi berlebihsn3. Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan4. Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat5. Kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri6. Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami.

Kriteria Hasil:Mencapai waktu penyembuhan

1. Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.2. Ambulasi dengan kantung drainase dependen.

3. Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.

4. Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.

5. Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal), pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu

6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

7. Berikan antibiotic sesuai indikasi1. Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.

2. Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.

3. Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi.4. Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.5. Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.6. Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN

infeksi.7. Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada prostatektomi.

BAB 4PENUTUP

4.1 KesimpulanOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSISOleh : Km Ita Wirasadi

a. PengertianOsteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal)Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis (www.mediacastore.com)

b. Penyebab osteoporosisAda 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.• Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat.Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat dapat dapat terjadi karena kurangnya asupan kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja dewasa muda 1200mg, dewasa 800mg, wanita pasca menopause 1000 – 1500mgmg, sdangkan pada lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia dibutuhkan 300-500mg. oleh karena pada lansia asupan kalsium kurang dan ekskresi kalsium yang lebih cepat dari ginjal ke urin, menyebabkan lemahnya penyerapan kalsium. Selain itu, ada pula factor risiko yang dapat mencetuskan timbulnya penyakit osteoporosis yaitu :Faktor resiko yang tidak dapat diubah :- usia, lebih sering terjadi pada lansia

Page 31: LAPORAN PENDAHULUAN

- jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil- Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi- Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anakyang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit yang sama-Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis vertebramenyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara usia 50-60tahundengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun dengan BMI yang rendah.Factor risiko yang dapat diubah :- Merokok- Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan, peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang sehingga pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir perhari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.- Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga beratbadan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban fisik yang terintegrasimerupakan penentu dari puncak massa tulang- Gangguan makan (anoreksia nervosa)- Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang menjadi lebihcepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan, hormonetiroid berlebihan, dan kortikosteroid.

c. Epidemiologi/insiden kasusPenyakit ini 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diatas 60 tahun dan satu diantara enam pria yang berusia diatas 75tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini. Namun tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. Menurut penelitian, 24% dari wanita umur 40-59tahun sudah mengalami osteoporosis dan 62% wanita berumur 60-70tahun mengalami osteoporosis (www.medicastore.com).Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36% sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun untuk wanita 53,6% sedangkan pria 38%.Dan menurut yayasan osteoporosis internasional, lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050, mereka yang terserang rata-rata berusia diatas 50 tahun.Sedangkan menurut Depkes, 2006, dua dari lima orang di Indonesia memiliki resiko terkena penyakit osteoporosis.Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun 2006 menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita osteoporosis sebanyak 14,7% sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien dinyatakan positif osteoporosis.

d. Patofisiologi

Page 32: LAPORAN PENDAHULUAN

Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan factor lingkungan.Factor genetic meliputi:- usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.Factor lingkungan meliputi:- merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulag, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

e. Klasifikasi • Osteoporosis primer- Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause- Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita• Osteoporosis sekunderOsteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif misalnya mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien.• Osteoporosis IdiopatikOsteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :- Usia kanak-kanak (juvenile)- Usia remaja (adolesen)- Wanita pra-menopause- Pria usia pertengahan

f. Gejala klinis/manifestasi klinis • Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.• Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur• Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas• Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.• Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.• Kecenderungan penurunan tinggi badan• Postur tubuh kelihatan memendek

g. Pemeriksaan fisik• B1 (breathing )Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakangPalpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Page 33: LAPORAN PENDAHULUAN

Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paruAuskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki• B2 (blood)Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat• B3 (brain)Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing dan gelisah• B4 (Bladder)Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan• B5 (bowel)Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses• B6 (Bone)Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3

h. Pemeriksaan diagnostic/penunjang• Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)• Pemeriksaan x-ray• Pemeriksaan absorpsiometri• Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)• Pemeriksaan biopsii. Diagnosis/criteria diagnosisDiagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :• Radiology• Pengukuran massa tulang• Pemeriksaan lab kimiawi• Pengukuran densitas tulang• Pemeriksaan marker biokemis• Biospi• Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)

j. Terapi/penatalaksanaan• Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang• Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.• Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat• Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung

Page 34: LAPORAN PENDAHULUAN

k. Komplikasi Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan

l. PrognosisKondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu pernafasan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN1. Anamnesis• Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita osteoporosis juga perlu dipertanyakan.• Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada pasien.• Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah :• Data subyektif :- Klien mengeluh nyeri tulang belakang- Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun- Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan keterbatasan gerak- Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun- Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh- Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya- Klien mengatakan buang air besar susah dan keras• Data obyektif ;- tulang belakang bungkuk

Page 35: LAPORAN PENDAHULUAN

- terdapat penurunan tinggi badan- klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular- klien tampak gelisah- klien tampak meringis2. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang3. Pemeriksaan diagnostic- Radiology- CT scan- Pemeriksaan laboratorium

B. DIAGNOSA KEPERAWATANMasalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)6. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras7. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah.

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringisTujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan criteria

Page 36: LAPORAN PENDAHULUAN

hasil klien dapat mengekspresikan perasaan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat, klien dapat mandiri dalam penanganan dan perawatannya secara sederhana.Intervensi :• Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi• Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinyaR/ alternative lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres hangat, mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang/jaringan yang cedera• Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetikR/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama• Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasiR/ diberikan untuk menurunkan nyeri.2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badanTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik dengan criteria hasil klien dapat meningkatkan mobilitas fisik, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan, klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri• Kaji tingkat kemampuan klien yang masih adaR/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya• Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dikerjakanR/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah• Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhanR/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkukTujuan : cedera tidak terjadi dengan criteria hasil klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur, klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur• Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat tidur rendah, berikan penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah untuk diobservasiR/ menciptakan lingkungan yang aman mengurangi risiko terjadinya kecelakaan• Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat beban beratR/ pergerakan yang cepat akan memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada klien osteoporosis

Page 37: LAPORAN PENDAHULUAN

• Observasi efek samping obat-obatan yang digunakanR/ obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan pusing, mengantuk dan lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angularTujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri klien terpenuhi dengan criteria hasil klien mampu mengungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang kebersihan diri, mampu mendemonstrasikan kebersihan optimal dalam perawatan yang diberikan• Kaji kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatanR/ untuk mengetahui sampai sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri• Beri perlengkapan adaptif jika dibutuhkan misalnya kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki atau keset yang tidak licin, alat pencukur, semprotan pancuran dengan tangkai pemegangR/ peralatan adaptif ini berfungsi untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya• Rencanakan individu untuk belajar dan mendemonstrasikan satu bagian aktivitas sebelum beralih ke tingkatan lebih lanjutR/ bagi klien lansia, satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri dengan criteria hasil klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif• Dorong klien mengekspresikan perasaannya khususnya mengenai bagaimana klien merasakan, memikirkan dan memandang dirinyaR/ ekspresi emosi membantu klien mulai meneerima kenyataan• Hindari kritik negativeR/ kritik negative akan membuat klien merasa semakin rendah diri• Kaji derajat dukungan yang ada untuk klienR/ dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses adaptasi6. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan kerasTujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan eleminasi klien tidak terganggu dengan criteria hasil klien mampu menyebutkan teknik eleminasi feses, klien dapat mengeluarkan feses lunak dan berbentuk setiap hari atau 3 hari• Auskultasi bising ususR/ hilangnya bising usus menandakan adanya paralitik ileus• Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurangR/ Hilangnya peristaltic(karena gangguan saraf) melumpuhkan usus, membuat distensi ileus dan usus• Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses

Page 38: LAPORAN PENDAHULUAN

R/ mengidentifikasi derajat gangguan/disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan• Lakukan latihan defekasi secara teraturR/ program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin• Anjurrkan klien untuk mengkonsumsi makanan berserat dan pemasukan cairan yang lebih banyak termasuk jus/sari buahR/meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah7. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisahTujuan : setelsh diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang• Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datangR/ memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi• Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosisR/ Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya• Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obatR/ suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal.

D. EVALUASIHasil yang diharapkan meliputi :• Nyeri berkurang• Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik• Tidak terjadi cedera• Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri• Status psikologis yang seimbang• Menunjukkan pengosongan usus yang normal• Terpeneuhinya kebutuhan pengetahuan dan informasi

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Page 39: LAPORAN PENDAHULUAN

Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek., tetapi jika benjolan itu terdapat

pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan

pertanda awal terjadinya kanker tulang.

Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari

tempat asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat

keluar dari suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya

melalui peredaran darah ataupun aliran limfe. Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran

langsung. Apabila sel kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di

dalam kelenjar limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel berjalan

melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh,

dan membentuk tumor baru. Proses ini disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target

yang paling sering menjadi tempat metastasis.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan tumor tulang secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus

a.       Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien tumor tulang.

b.      Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien tumor tulang.

c.       Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang

timbul pada pasien tumor tulang.

d.      Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan tumor

tulang.

Page 40: LAPORAN PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja. Biasanya (tidak selalu)

menimbulkan nyeri local. Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur

bila tulang menjadi lemah. Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya

prostat atau payudara). Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara periosteal (bila

dibandingkan dengan tumor primer). Yang paling penting, hampir selalu multiple, terjadi pada

tulang yang berbeda. Jarang dapat dikenali tumor prime dari mana metastase berasal.

( Tucker.1993 )

2. Etiologi

Beberapa tumor ganas yang sering bermetastasis ke tulang antara lain :

Page 41: LAPORAN PENDAHULUAN

-       Prostat ( paling sering bagi pria ) hampir semua jenis osteblastik

-       Payudara (paling sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan metastasis ke tulang.

Hampir semuanya jenis oteolitik, kira-kira 10% osteoblastik, 10% campuran

-       Paru-paru 1/3 dari kasus, hampir semua jenis osteolitik

-       Ginjal sering soliter sehingga sulit dibedakan dan tumor primer,jenisnya oteolitik

-       Multypel myeloma merupakan tumor ganas tulang,dengan gejala klinis nyeri yang menetap,

nyeri pinggang yang kadang-kadang disertai radikuler serta kelemahan gerak.gejala umum

anemia,anoreksia, muntah-muntah.dan gangguan psikis.

-       Gambaran radiologisnya;densitas tulang tampak berkurang akibat osteoporosis dengan daerah-

daerah osteoloitik yang bulat raferaksi pada sumsum tulang.gambran ini bias berbentuk lubang-

lubang pukulan yang kecil (punched out) yang bentukya bervariasi serta daerah radiolusen yang

berbatas tegas.lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan menyebar ketulang lain, paling

sering tulang belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak.

3.      Klasifikasi

Keganasan tulang primer dikalsifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel atau

jaringan yang mendasarinya. Tipe tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa,

retikuloendotelial dan vaskular.

Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang sekunder dan

kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh

sel-sel kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya

kanker tulang sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker sebelumnya seperti kanker

paru-paru yang menyebar ke tulang kemudian berkembang menjadi kanker tulang.

Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada tulang-

tulang rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada

tubuh, jenis kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti

kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat.

Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang

berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada tulang.

4.      Patofisiologi

Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :

Page 42: LAPORAN PENDAHULUAN

-       Perluasan secara langsung

-       Mengikuti aliran darah balik vena

-       Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe. 

Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada

tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di

kapiler tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai

berkembang.

Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat.

Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti

prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) α

dan β, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan

menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat.

Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker

payudara.

Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan

pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik.

Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat

menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi

lebih mudah patah.

5.      Manifestasi Klinik

a.       Nyeri tulang

Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan

biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan

periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih

terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.

b.      Fraktur

Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan

beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya.

Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah

serta vertebra.

Page 43: LAPORAN PENDAHULUAN

c.       Penekanan medula spinalis

Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak.

Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa

pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.

d.      Peninggian kadar kalsium dalam darah

Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang. Peninggian

kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan

gangguan kesadaran.

e.       Gejala lainnya

Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah

yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah. Apabila sel darah putih

yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada

platelet, dapat menyebabkan perdarahan.

6.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Foto tulang konvensional

Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.

b.      Gambaran CT-Scan

CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau tidak dapat

ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan 7.

c.       MRI

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi suatu metastasis

lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning.

Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering

soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.

d.      Scintigraphy ( nuclear medicine )

Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai

metastasis ke tulang.

e.       Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)

Page 44: LAPORAN PENDAHULUAN

Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional adalah

pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto

bone survey dapat memberikan gambaran klinik yaitu:

-       Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada organ-organ

tertentu.

-       Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.

-       Jenis tulang yang terkena.

-       Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

7.      Penatalaksanaan

a)      Penatalaksanaan medis

Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode

seefektip mungkin :

-       Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi

-       Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-3000ml/hari) unutuk

mengukur tingkat  serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.

-       Bifosfonat

Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan

akibat metastasis.

-       Kemoterapi dan terapi hormonal

Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh. Kemoterapi

dapat diberikan per-oral maupun intravena. Terapi hormon digunakan untuk menghambat

aktivitas hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.

1.      Radioterapi

Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area

metastasis.

2.      Pembedahan

Page 45: LAPORAN PENDAHULUAN

Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur. Biasanya pembedahan juga

dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa

ornament untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.

b)      Penatalaksanaan keperawatan

1.      Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan

bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

2.      Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan

secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

3.      Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan

radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat

mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan

indikasi dokter.

4.      Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi,

program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

(Smeltzer. 2001)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

         Identits klien

( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat,

tanggal MRS, diagnose medis )

         Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,status, agama,

hubungan dengan klien ).

2. Riwayat keperawatan

Page 46: LAPORAN PENDAHULUAN

a)      Keluhan utama

Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit.

b)      Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya

membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh

mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

c)      Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah dialami

sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses keperawatan.

d)     Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada hubungannya

dengan penyakit herediter.

3. Pola aktivitas sehari – hari

a)      Aktivitas /Istirahat

1.      kelemahan dan atau keletihan.

2.      Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.

3.      Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.

4.      Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.

b)      Sirkulasi

1.      palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.

2.      Perubahan pada TD.

c)      Integritas Ego

1.      Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misalnya

merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).

2.      Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat, pembedahan.

Page 47: LAPORAN PENDAHULUAN

3.      Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa

bersalah, kehilangan.

d)     Eliminasi

1.      Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi

urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.

e)      Makanan/Cairan

1.      Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet).

2.      Anoreksia, mual/muntah.

3.      Intoleransi makanan.

4.      Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot.

f)       Neurosensori

1.      Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan

dengan proses penyakit).

g)      Pernafasan

1.      Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes. 

h)      Keamanan

1.        Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.

2.      pemajanan matahari lama/berlebihan.

i)        Seksualitas

1.      Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan.

2.      Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.

3.      Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.

j)        Interaksi Social

1.      Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.

2.      Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan). Masalah

tentang fungsi/tanggung jawab peran.

4. Observasi dan Pemeriksaan fisik

a)      Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.

b)      Tanda – tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )

Page 48: LAPORAN PENDAHULUAN

c)      Pemeriksaan fisik

1.      Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

2.      Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

3.      Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit

      Mungkin hebat atau dangkal

      Sering hilang dengan posisi flexi

      Anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek

berat.

4.      Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kanker tulang ialah :

1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi

2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan

dengan kanker.

3.    Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang

proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat

4.    Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran

5.    Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

III.  INTERVENSI

Page 49: LAPORAN PENDAHULUAN
Page 50: LAPORAN PENDAHULUAN

MPUTASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.    PENGERTIAN

AMPUTASI adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap. Bedah AMPUTASI merupakan suatu titik awal kehidupan baru yang lebih bermutu. AMPUTASI atas indikasi tepat tidak usah disesalkan oleh dokter atau penderita, yang harus disesalkan ialah pembedahan yang tidak sesuai, puntung yang kurang baik, dan revalidasi tanpa pertolongan dan bimbingan.

2.    ETIOLOGI

Penyebab AMPUTASI ialah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM, Gangren, cedera, dan tumor ganas. AMPUTASI jarang dilakukan karena infeksi, kelainan bawaan, atau kelainan neurologik seperti paralysis dan anesthesia, penyebab lain adalah gangguan congenital, penyakit kusta, juga kelainan bawaan.

 

3.    PATOFISIOLOGI

AMPUTASI terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit pembuluh darah, cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, AMPUTASI harus dilakukan karena dapat mengancam jiwa manusia.

4.    TEMPAT ATAU LOKASI

Ada 2 kelompok yaitu :

a.    Ekstremitas atas, terdiri dari : telapak, pergelangan tangan, lengan bawah, siku dan lengan atas.b.    Ekstremitas bawah terdiri dari  : jari kaki dan kaki, proksimal sendi pergelangan kaki, tungkai

bawah, tungkai atas, sendi panggul, lutut, hemipeivektomi.   

AMPUTASI ada 2 jenis :

a.       AMPUTASI terbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang atau infeksi berat

antara lain gangren .. dibuat sayatan dikulit secara sirkuler sedangkan otot dipotong sedikit

proximal dari sayatan kulit dan digergaji sedikit proximal dari otot.

b.      AMPUTASI tertutup dibuat flap kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara teliti

untuk memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan.

 

Page 51: LAPORAN PENDAHULUAN

5.    TANDA DAN GEJALA

-       Nekrosis jaringan

-       Fraktur tulang yang tidak dapat tertolong lagi

-       Pertumbuhan sel yang abnormal (hiperplasia jaringan)

6.    THERAPY ATAU PENATALAKSANAAN

      Pre-AMPUTASI :

-       Foto rontgen

-       Pemeriksaan laboratorium

-       Kesiapan pasien

-       Informed concent

-       Pasien diberikan nutrisi yang cukup/adekuat

-       Kondisi psikologi yang stabil

-       Menentukan macam anastesi : narkose umum, spinal atau block anastesi.

      Post AMPUTASI :

-       Pemberian obat-obatan analgetik dan antibiotik

-       Perawatan luka dengan teknik aseptik

-       Pemberian atau asupan nutrisi yang adekuat

-       Latihan room pasif-pasif

a.       Kondisi Pra Bedah

Keadaan umum dan progesifitasnya dengan memperhatikan prognose serta tindakan rehabilitasi.

b.      Kondisi Pasca Bedah

Evaluasi AMPUTASI (puntung AMPUTASI) agar dapat dilaksanakan rehabilitasi dengan atau tanpa prothesis, yang penting adalah “mental si penderita” agar usaha rehabilitasi berhasil.

 

7.    PENGOBATAN PASCA DARI PUNTUNG TUNGKAI BAWAH

Page 52: LAPORAN PENDAHULUAN

Terutama pada kasus AMPUTASI melalui paha, puntung tidak boleh diganjal dengan bantal atau kantong pasir. Pengangkatan puntung memberi kecenderungan pada deformitas fleksi yang permanen merupakan suatu cacat besar.

Pada kasus AMPUTASI di atas lutut biasa, penderita sering tidur tengkurap untuk

mencegah fleksi. Selama beberapa minggu sesudah AMPUTASI puntung telah sembuh. Udem

dari bagian distal puntung mengganggu pada pengepasan dengan tungkai artificial permanen

untuk melawan udem dengan membalutkan kain crepe.

8.    KOMPLIKASI-KOMPLIKASI PUNTUNG  

Biasanya penutup tidak akan sampai waktu membuka jahitan. Aturan ini dilanggar jika hanya ada kecurigaan pada sepsis dan hematom.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN  PADA KLIEN DENGAN AMPUTASII.         Pengkajian

Hal-hal yang perlu dilakukan pada klien dengan AMPUTASI :1.    Aktivitas/istirahat 2.    Integritas ego3.    Seksualitas 4.    Interaksi social

                                                     Pemeriksaan diagnostik : - Foto Rontgen                                    - Angiografi - CT Scan                                            - dan Pemeriksaan Aliran Darah - Ultrasound Doppler, Flowmetri Doppler Laser- Tekanan O2 Transkutaneus               - Termografi - Pletismografi                                     - Led- Kultur Luka                                      - Biopsy- Hitung Darah Lengkap/Diferensi

II.      Diagnosa 1.    Gangguan harga diri/citra diri dan perubahan berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh

ditandai dengan :-   Antisipasi perubahan pola hidup-   Perasaan negatif tentang tubuh-   Fokus pada kekuatan masa lalu, fungsi atau penampilan-   Perasaan tidak berdaya, putus asa-   Berfokus pada kehilangan bagian tubuh, tidak melihat/menyentuh bagian tubuh

Page 53: LAPORAN PENDAHULUAN

-   Menerima perubahan dalam pola tanggung jawab/kapasitas fisikal yang biasa untuk melakukan peran

2.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan :-   Cedera fisik/jaringan dan trauma saraf-   Dampak psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh ditandai dengan :o  Keluhan nyeri o  Fokus diri menyempito  Respons automatik, perilaku melindungi/berhati-hati 3.    Resiko tinggi perubahan terhadap perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah vena/arterial, edema jaringan pembentukan hematoma  4.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan :-       Ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit robek, jaringan traumatic)-       Prosedur invasive, terpejan pada lingkungan -       Penyakit kronis, perubahan status nutrisi5.    Gangguan pemenuhan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama

ekstemitas bawah), nyeri/ketidaknyamanan, gangguan perceptual (perubahan rasa keseimbangan) ditandai dengan :

-       Menolak upaya bergerak-       Gangguan koordinasi, penurunan kekuatan otot, kontrol dan masa6.    Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan :-       Pertanyaan/permintaan informasi, menyatakan masalah-       Tidak akurat mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi yang dapat dicegah. 

III.   Rencana 1.    Diagnosa I

Tujuan : -   Klien mulai menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri (AMPUTASI)-   Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri

negatif.-   Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran baru/perubahan peran

Mandiri :1)   Kaji/mempertimbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap AMPUTASI.

Rasional : Pasien yang memandang AMPUTASI sebagai pemotongan hidup atau rekonstruksi akan menerima diri yang baru lebih cepat. Pasein dengan AMPUTASI traumatic yang mempertimbangkan AMPUTASI menjadi akibat kegagalan tindakan berada pada resiko tinggi gangguan konsep diri.

2)   Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan kehilangan bagian tubuh Rasional : Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa tungkai.

3)   Beri penguatan informasi pasca operasi termasuk tipe/lokasi AMPUTASI, tipe prostese bila tepat (segera, lambat), harapan tindakan pasca operasi, termasuk kontrol nyeri dan rehabilitasi.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.

4)   Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien Rasional : Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses rehabilitasi,

5)   Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya

Page 54: LAPORAN PENDAHULUAN

Rasional : Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah. Sebagai contoh : takut kehilangan kemandirian, kemampuan bekerja dan sebagainya

6)   Dorong/berikan kunjungan oleh orang yang telah diAMPUTASI, khususnya orang yang berhasil dalam rehabilitasi

Rasional : Teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan dapat memberikan keabsahan pernyataan juga harapan untuk pemulihan dan masa depan normal.

7)   Berikan dukungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah tentang seksualitasRasional : Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi kesalahan

konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi. 8)   Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif, penggunaan

penyangkalan atau terus-menerus melihat perubahan nyata/yang diterimaRasional : Mengidentifikasi tahap berduka/kebutuhan untuk intervensi.

9)   Kolaborasi : diskusikan tersedianya berbagai sumber, contoh : konseling psikiatrik/seksual, terapi kejuruan

Rasional : Dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut yang optimal dan rehidrasi. 2.    Diagnosa II

Tujuan : -       Menyatakan nyeri hilang/terkontrol.-       Tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat-       Menyatakan pemahaman nyeri fantom da metode untuk menghilangkannya

Mandiri :1)   Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10) selidiki perubahan karakteristrik nyeri. Contoh :

bebas, kesemutan.Rasional : Membantu dalamevaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi, perubahan dapat mengindikasikan

terjadinya komplikasi. Contoh : nekrosis/infeksi.2)   Terima kenyataan sensasi fantom tungkai yang biasanya hilang dengan sendirinya dan banyak

alat akan dicobakan untuk menghilangkan nyeri.Rasional : Mengetahui tentang sensasi ini memungkinkan pasien memahami fenomena normal ini yang dapat

terjadi segera atau beberapa minggu pasca operasi. Meskipun sensasi biasanya membaik sendiri, beberapa individu mengalami ketidaknyamanan untuk beberapa bulan/tahun.

3)   Berikan tindakan kenyamanan (contoh : posisi sering,pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan tehnik manajemen stress (contoh : latihan napas dalam, visualisasi, pedoman khayalan) dan sentuhan terapeutik. 

4)   Berikan pijatan lembut pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah dilepasRasional : Meningkatkan sirkulasi, menurunkan tegangan otot.

5)   Selidiki keluhan nyeri local/kemajuan yang tak hilang dengan analgesikRasional : Dapat mengindikasikan terjadinya sindrom kompartemen khususnya cedera traumatic (Rujuk ke

dokter : fraktur, dokter : perfusi jaringan, perubahan perifer).  6)   Kolaborasi :

-   Berikan obat sesuai indikasi, contoh : analgesik, relaksasi otot, instruksi pada ADP.Rasional : Menurunkan nyeri/spasme otot. Catatan : ADP menentukan otot tepat waktu yang mencegah

fluktuasi nyeri sehubungan dengan tegangan/spasme.-   Pertahankan alat TENS bila menggunakan

Rasional : Memberikan rangsangan saraf terus-menerus, blok transmisi sensasi nyeri. -   Berikan pemanasan local sesuai indikasi  

Page 55: LAPORAN PENDAHULUAN

Rasional : Mungkin digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi dan membantu perbaikan edema.

3.    Diagnosa IIITujuan : Mempertahankan perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi perifer teraba, kulit

hangat/kering dan penyembuhan luka tepat waktu.Mandiri :

1)   Awasi tanda vital, palpasi nadi perifer, perhatikan kekuatan dan kesamaan.Rasional : Indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan perfusi.

2)   Lakukan pengkajian neurovaskuler periodic, contoh : sensasi, gerakan, nadi, warna kulit dan suhu

Rasional : Edema jaringan pasca operasi, pembentukan hematoma, atau balutan terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi pada puntung, mengakibatkan neukrosis jaringan.

3)   Inspeksi alat balutan/drainage, perhatikan jumlah dan karakteristik balutanRasional : Kehilangan darah terus-menerus mengindikasikan kebutuhan untuk tambahan penggantian

cairan dan evaluasi untuk gangguan koagulasi atau intervensi bedah untuk ligasi perdarahan. 4)   Berikan tekanan langsung pada sisi perdarahan, bila terjadi perdarahan Hubungi dokter dengan

segera.Rasional : Tekanan langsung pada perdarahan dapat diteruskan dengan penggunaan balutan serat

pengaman dengan balutan elastis bila perdarahan terkontrol.  5)   Evaluasi tungkai bawah yang tidak dioperasi untuk adanya inflamasi, tanda human positif.

Rasional : Peningkatan insiden pembentukan thrombus pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer sebelumnya/perubahan diabetik.

6)   Kolaborasi :  -   Berikan cairan IV/produk darah sesuai indikasi

Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan.-   Gunakan kaos kaki antiembolitik/pengurut untuk kaki yang tak dioperasi

Rasional : Dapat meningkatkan aliran balik vena menurunkan pengumpulan vena dan resiko tromboflebitis

-   Berikan antikoagulan dosis rendah sesuai indikasi Rasional : Mungkin berguna dalam mencegah pembentukan thrombus tanpa peningkatan resiko perdarahan

pasca operasi/pembentukan hematoma.-   Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : Hb/Ht

Rasional : Indikator hipovolemia/dehidrasi yang dapat mengganggu perfusi jaringan PT/APTT

Rasional : Mengevaluasi kebutuhan/keefektifan terapi antikoagulan dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi. Contoh pasca traumatic KID.

4.    Diagnosa IVTujuan : Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya. Bebas drainage purulen atau aritema dan tidak

demam. Mandiri :

1)   Pertahankan teknik antiseptik bila mengganti balutan/merawat luka Rasional : Meminimalkan kesempatan introduksi drainage

2)   Inspeksi balutan dan luka, perhatikan karakteristik drainage

Page 56: LAPORAN PENDAHULUAN

Rasional : Defeksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius (contoh : oestomielitis)

3)   Pertahankan potensi dan pengosongan alat drainage secara rutin Rasional : Hemovac, drain Jackson-patt membantu membuang drainase, meningkatkan penyembuhan luka

dan menurunkan resiko infeksi.  4)   Buka puntung terhadap udara, pencucian dengan sabun ringan dan air setelah pembalutan

dikontraindikasikan Rasional : Mempertahankan kebersihan, meminimalkan kontaminasi kulit dan meningkatkan penyembuhan

kulit yang lunak/kulit rapuh.5)   Awasi tanda vital 

Rasional : Peningkatan suhu/takikardia dapat menunjukkan terjadinya sepsis. 6)   Kolaborasi

-   Ambil kultur luka/drainage dengan tepatRasional : Mengidentifikasi adanya infeksi organisme khusus

-   Berikan antibiotik sesuai indikasi   Rasional : Antibiotik spectrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau terapi antibiotik mungkin

disesuaikan terhadap organisme khusus5.    Diagnosa V

Tujuan : -   Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan dan tindakan keamanan.-   Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas.-   Mempertahankan posisi fungsi seperti dibuktikan oleh adanya kontraktur.-   Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan tindakan aktivitas.

Mandiri :1)   Berikan perawatan puntung secara teratur, contoh inspeksi area, bersihkan dan keringkan dan

tutup kembali puntung dengan balutan elastik atau balut udara atau berikan penyusut puntung, untuk “kelambatan” prostese. Ukur lingkarannya secara periodic

Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi penyembuhan dan komplikasi. Penutupan puntung mengontrol edema dan membantu membentuk puntung ke dalam bentuk kerucut untuk memudahkan memasang prostese. Penyuburan dilakukan untuk memperkirakan usia pengisutan untuk meyakinkan kecocokan yang tepat terhadap kaos kaki dan prostese. 

2)   Segera tutup kembali puntung dengan balutan elastis, tinggikan bila gips berubah posisi, segera siapkan penggunaan gips ulang.

Rasional : Edema akan terjadi dengan cepat dan rehabilitasi dapat melambat. 3)   Bantu latihan rentang gerak khusus untuk yang sakit dan yang tidak sakit mulai secara dini pada

tahap pasca operasiRasional : Mencegah kontraktur, prubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat memperlambat

penggunaan prostese.4)   Dorong latihan aktif/isometric untuk paha atas dan lengan atas

Rasional : Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ambulasi.5)   Berikan gulungan untuk paha sesuai indikasi

Rasional : Mencegah rotasi eksternal puntung tungkai bawah6)   Instruksikan klien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya 2 kali

sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah.Rasional : Menguatkan otot ekstensor dan mencegah kontraktur fleksi pada panggul

Page 57: LAPORAN PENDAHULUAN

7)   Waspadai tekanan bantal dibawah ekstremitas bawah terhdap puntung atau memungkinkan ABL tungkai untuk menggantung secara dependen disamping tempat tidur atau kursi

Rasional : Penggunaan bantal dapat menyebabkan kontraktur fleksi permanen pada panggul dan posisi dependen puntung mengganggu aliran vena dan dapat meningkatkan pembentukan edema.

8)   Tunjukkan/Bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas, contoh trapeze, kruk atau walkerRasional : Membantu perawatan diri da kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang dapat mencegah cedera abrasi/kulit karena “lari cepat”.

9)   Bantu dengan ambulasi Rasional : Menurunkan potensial untuk cedera.  Ambulasi setelah AMPUTASI tungkai tergantung pada

waktu pemasangan prostese.10)    Bantu klien melanjutkan latihan otot pre-operasi sesuai kemampuan bila diizinkan turun tempat

tidurRasional : Membantu meningkatkan perbaikan rasa keseimbangan dan kekuatan kompensasi bagian tubuh.

11)    Instruksikan pasien dalam latihan pengkoordinasian puntung Rasional : Pengerasan puntung dengan sentuhan kulit dan perubahan umpan balik saraf yang dipotong untuk

membantu penggunaan prostese.12)    Kolaborasi     

-  Rujuk ke tim rehabilitasi Rasional : Memberikan bentuk latihan/program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan kekuatan individu

dan mengidentifikasi mobilitas fungsional membantu meningkatkan kemandirian. Penggunaan dini prostese sementara meningkatkan aktivitas dan meningkatkan kesehatan umum/pandangan positif. 

-  Berikan tempat tidur busa  Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit/jaringan yang dapat mengganggu sirkulasi, potensial resiko iskemia jaringan/kerusakan.

6.    Diagnosa VITujuan :

-   Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.-   Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alas an tindakan.-   Melakukan perubahan pola hiudp dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Mandiri :  1)   Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan yang akan datang

Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. 2)   Instruksikan perwatan balutan/luka inspeksi puntung menggunakan cermin untuk melihat semua

area, pijat kulit dan tutup puntung dengan tepat Rasional : Meningkatkan perawatan diri kompeten, membantu penyembuhan dan pemasangan prostese dan

menurunkan potensial untuk komplikasi.3)   Diskusikan perawatan puntung umum, contoh :

-   Massage puntung setelah balutan dilepas dan garis jahitan sembuh Rasional : Massage melembutkan jaringan parut dan mencegah perlengketan pada tulang, menurunkan nyeri

tekan dan merangsang sirkulasi.-   Hindari penggunaan lotion/bedak

Page 58: LAPORAN PENDAHULUAN

Rasional : Meskipun dalam jumlah kecil lotion mungkin diindikasikan bila kulit kering, emolin/krim pelembut kulit dan dapat menyebabkan maserasi bila prostese dipakai. Bedak dapat mengeringkan, potensial iritasi kulit.

-   Gunakan hanya kaos kaki yang pas bersih, tidak berkerut untuk tungkai Rasional : Puntung data terus mengisut selama 2 tahun dan kaos kaki yang tidak pas atau bila dijahit atau

kotor dapat menyebabkan iritasi/kerusakan kulit.-   Gunakan T-shirt katun bersih dipakai untuk prostese tungkai atas

Rasional : Mengabsorbsi keringat : mencegah iritasi kulit dari pengikat. 4)      Tunjukkan perawatan alat prostese. Tekankan pentingnya pemeliharaan rutin/pemasangan ulang

periodicRasional : Dorong pemasangan tepat, menurunkan resiko komplikasi dan memperpanjang hidup operasi.

5)   Dorong kesinambungan program latihan pasca operasi Rasional : Meningkatkan sirkulasi/penyembuhan dan fungsi bagian yang sakit, membantu adaptasi terhadap

alat prostese. 6)      Identifikasi teknik untuk mengatasi nyeri fantom

Rasional : Menurunkan tekanan otot dan meningkatkan kontrol situasi dan kemampuan koping.7)      Tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat8)      Anjurkan penghentian merokok

Rasional : Merokok berpotensial untuk merekonstruksi perifer, gangguan sirkulasi juga oksigenasi jaringan9)      Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik

Rasional : Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi serius dan/atau kehilangan fungsi.10)  Identifikasi dukungan komuniti dari rehabilitasi    

Rasional : Membantu pemindahan ke rumah, mendukung kemandirian dan meningkatkan koping.