laporan pendahuluan
TRANSCRIPT
L A P O R A N P E N D A H U L U A N
S C . P R E – E K L A M S I B E R A T ( P E B )
I. Definisi
Bedah sesar (bahasa Inggris: caesarean section atau cesarean section
dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc)
adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di
perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah
caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah
prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter
yang beranggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi serta bidan.
Pre eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi edema dan
protein usia yang timbul karena kehamilan dan umumnya terjadi dalam triwulan
ke 3 kehamilan. (Sarwono, 2002 : 282)
Pre eklamsi ialah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinurt, dan edema.
(Rustam Mochtar, 1998 : 199).
Pre eklamsi ialah timbulnya hipertensi disertai protein urea dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.(Kapita Selekta, jilid I : 2001).
II. Klasifikasi Pre-Eklamsi
Dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Pre eklamsi ringan bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan 140 / 90 mmHg atau lebih yang diukur pada pasien berbaring
terlentang atau tekanan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada
2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka : atau kenaikan berat badan 1
kg atau lebih perminggu.
c. Protein urin kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter: kwalitatif 1x atau 2x
pada urin kateter atau midstream.
2. Pre eklamsi berat bila disertai keadaan sebagai berikut
a. Tekanan darah ibu 160/110 mmHg
b. Protein uria 5 gr atau lebih perliter
c. Oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc / 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, rasa nyeri pada epigastrium
e. Terdapat edema perki dan stanosis
III. Etiologi
Penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti tetapi
kelainan yang menyertai ini adalah spasious, ateriola, retensi Na dan air dan
koagulasi intrafaskuler.(Universitas Pajajaran, 1984 ; 100)
IV. Patofisiologi
Pada pre eklamsi terjadi spasime pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerofus. Pada beberapa kasus : lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasine, maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan prifer agar oksigenasi genasi jaringan
dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intenstisial belum
diketehui sebabnya. Mungkin karena retensi air dan garam. Protein uria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerolus.
(Mochtar Rustam, 1990 : 219).
V. Gejala Klinis
Tekanan darah sistolik ≤ 160 mmHg atau distolik ≥ 110 mmHg.
Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
Edema paru dan sianosis
Trobositopenia.
Pertumbuhan janin terlambat.
VI. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu, serta teliti,
mengenal tanda-tanda sedini mungkin (Pre eklamsi ringan, lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi berat).
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre
eklamsi kalau ada factor predisposisi.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak serta
karbohidrat dan tinggi protein. Juga menjaga kenaikan berat badan yang
berlebih.
(Mochtar Rustam, 1998 :
202)
b. Pengobatan
Tujuan pengobatan Pre eklamsi .
Mencegah terjadinya eklamsia
Hendaknya janin lahir hidup
Mencegah hipertensi yang menetap
Trauma pada jalan lahir seminimal mungkin.
(Anonim, 1994 : 95)
- Pre Eklamsi berat
Tindakan yang dilakukan :
A. Konservatif.
- Janin premature - Tidak ada impending
eklamsia
- Janin hidup - Tidak dalam inpartu.
(Diklat Kilah, Dr. Sunjoto)
Pada kehamilan < 37 minggu
Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan
uji kocok dan rasio 1/5. Maka penanganan sebagai berikut :
- Berikan sulfat Magnesikus dosis 8 gr IM disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr IM setiap 4 jam (tidak ada kontraindikasi)
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian SM dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre eklamsi
ringan (kecuali ada kontra indikasi)
- Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor.
Pada usia kehamilan > 37 minggu
- Penderita rawat inap
- Istirahat dan ditempatkan dalam keadaan isolasi
- Berikan diet rendah garam dan tinggi protein
- Berikan suntikan sulfas magnesitas 8 gr IM, 4 gr bokong kanan, 4 gr
bokong kiri.
- Suntingakan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
- Syarat pemberian MgSO4 : Reflek patella (+), diuresis 100cc dalam
4 jam terakhir, respirasi 16x permenit dan harus tersedia
antidoturonya (kalsium glukonas 10 % dalam ampol 10cc)
- Infus dekstrose 5 % dan RC
- Berikan obat anti hypertensi : Injeksi katapres: 1 ampul IM dan
selanjutnya dapat diberikan, kecuali tablet katapres 3x½ tablet atau
2x ½ tablet sehari.
- Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat edema umum, edema
paru dan kejanggalam jantung kongestif untuk ibu dapat disuntikkan
1 ampul IV lasix
c. Therapi Aktif
Jika salah satu dari syarat dan therapy konservatif tidak terpenuhi
lakukan therapy aktif
Setelah pemberian SM ke 2 lakukan induksi persalinan (bila
memenuhi syarat untuk lahir pervaginan) untuk induksi pakai oksitosin
(pitocin / sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes.
Kala II harus dipersingkat dengan etraksi vacuum atau forceps
Jangan diberikan methergin post partum kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian SM, kalau tidak ada kontra indikasi, kemudian diteruskan
dengan dosis 4-5 hari setiap 4 jam dalam 24 jam post partu
Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio cesaria.
(Rustam Mochtar, 1998 : 202-203)
V11. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan
makanan yang tak adekuat
2. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang oprasi
3. Gangguan pola aktifitas berhubungan dengan proses penyakit
V111. Intervensi
● Diagnosa 1 : Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan
masukan makanan yang tak adekuat
Intervensi :
4. Pendekatan dengan pasien
R/: Untuk menjalin kerjasama yang baik dengan pasien
5. Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
R/: Agar pasien mengerti dengan semua tindakan yang akan
dilakuakan
6. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
R/: Agar pasien tidak merasa cepat bosan dengan makanan yang
dikonsumsinya
7. Ciptakan suasana yang nyaman dan bersih
R/: Agar pasien dapat menikmati makanannya dengan nyaman
8. Timbang berat badan pasien tiap hari dengan timbangan yang sama
R/: Untuk mengetahui tingkat asupan makanan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian terapi nutrisi dalam
program pengobatan rumah sakit
R/: Untuk membantu pemenuhan nutrisi pasien
● Diagnosa 2 : Ansietas/ketakutan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang oprasi
Intervesi :
1. Anjurkan kepada keluarga pasien untuk melakukan pendekatan dan
mengalihkan perhatian pasien
R/: Untuk mengurangi rasa takut dan cemas pasien
2. Berikan latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan perhatian
serta memberikan respon yang baik dan positif
R/: Untuk mengurangi ketegangan pasien
3. Berikan penjelasan mengenai hal-hal dalam tindakan oprasi
R/: Agar pasien mengerti tentang tindakan oprasi yang akan
dilakukan
4. Anjurkan keluarga pasien untuk selalu mendampingi pasien
R/: Agar pasien ada teman bicara untuk mengurangi fokus pada
tindakan oprasi
● Diagnosa 3 : Gangguan pola aktifitas berhubungan dengan proses
penyakit
Intervensi :
1. Anjurkan kepada pasien untuk beristirahat yang cukup
R/: Agar kondisi pasien tidak terlalu lemah
2. Ciptakan odisi lingkungan yang nyaman
R/: Agar pasien tidak merasa terganggu dalam beristirahat
3. Anjurkan kepada keluarga pasien untuk selalu mendampingi pasien
R/: Untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien
I.
D A F T A R P U S T A K A
1. Sarwono, ilmu kandungan, jakarta ;1999
2. Mansyur Arif. Kapita selekta. Jakarta : media auscelapus : 2000
3. Universitas pajajaran, 1984