laporan-pendahuluan

18
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS ILLEUS I. DEFINISI Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998). Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Illeus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. (Sabara,2007) Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara. Ileus merupakan gangguan motilitas usus namun tidak ditemukan kelainan organik yang nyata. Pada anak ileus sering dikaitkan dengan pascabedah atau infeksi (pneumonia, peritonitis, gastroenteritis). Pada ileus

Upload: tyqqa-chupbbe

Post on 05-Dec-2014

131 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN-PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS ILLEUS

I. DEFINISI

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang

traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang

menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal

(Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat

pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker,

1998).

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya

obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.

Illeus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan

penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus.

(Sabara,2007)

Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara.

Ileus merupakan gangguan motilitas usus namun tidak ditemukan kelainan

organik yang nyata. Pada anak ileus sering dikaitkan dengan pascabedah atau infeksi

(pneumonia, peritonitis, gastroenteritis). Pada ileus sering ditemukan keadaan sebagai

berikut: uremia, hipokalemia, asidosis, atau adanya penggunaan obat-obatan tertentu

seperti loperamid (obat bersifat antimotilitas yang digunakan pada gastroenteritis).

Ileus paralitik, disebut juga pseudo-obstruksi, merupakan penyebab utama obstruksi

saluran cerna pada bayi dan balita.

II. ETILOGI

a. Illeus Obstruktif / Maekanik

1. Adhesi ( Perlekatan Usus Halus ) merupakan penyebab tersering illeus

obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bias disebabkan oleh

riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi

intraabdominal. Obstruksi yang disebbkan oleh adhesi berkembang 5% dari

Page 2: LAPORAN-PENDAHULUAN

pasien yang mengalami oprasi abdominal dalam hidupnya. Perlengketan

konginetal juga dapat menimbulkan illeus obstruktif pada anak.

2. Hernia inkaserata eksternal (iguinal, femoral, umbilkal, isisional, atua

parastomal) merupakan terbanyak ke dua penyebab ileus obstruksi, dan

merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak memiliki riwayat

operasi abdomen.

3. Neoplasma. Tumor usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,

sedangkan tumor metastase atau intaabdomen dapat menyebabkan obstruksi

melalui kompresi eksternal.

4. Intususpensi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskemia terhadap bagian

usus yang mengalami intususpensi. Tumor, polip atau pembesaran

limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal intususpensi.

5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi skunder hingga inflamasi akut

selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.

6. Volvus sering disebabkan karena Adhesi atau kelainan konginetal, seperti

malrotasi usus. Vovus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.

7. Batu empedu yang masuk ke illeus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu

menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang

menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu

yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal

atau pada katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.

8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskemia, inflamasi, terapi

radiasi, atau trauma operasi.

9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususpensi, atau

penumpukan cairan.

10. Benda asing seperti bezoar.

Penyebab illeus obstruktif ( Ansari,2007)

LOKASI PENYEBAB

KolonTumor (umumnya di kolon kiri), diverticulitis (umumnya dikolon sigmoid), volvulus di sigmoid atau sekum, fekalit, penyakit HIschprug.

Duodenum

Page 3: LAPORAN-PENDAHULUAN

Dewasa Kanker di duodenum atau kepala pancreas ulkus,Neonates Atresia, vovulus, adhesiJejunum & ileum

Dewasa Hernia, adhesi, tumor, benda asing, divertikulum Meckel, penyakit Crohn, ascariasis, vovulus, intususepsi karena tumor.

Neonates Ileusmekonium, vovulus, atresia, intrausepsi

b. Illeus Paralitik

1. Kimia, elektrolit, atau gangguan mineral (seperti turunnya kadar potassium)

2. Komplikasi bedah intraabdominal

3. Cedera/penurunan suplai darah ke daerah abdominal

4. Infeksi intra abdominal

5. Penyakit ginjal dan paru

6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti narkotik

Pada anak, ileus paralitik mungkin terkait dengan bakteri, virus, atau

keracunan makanan (gastroenteritis) yang sebagian diasosiasikan dengan

peritonitis/apendisitis. Ileus dapat ditandai dengan adanya distensi abdomen

disertai nyeri perut, bising usus pada onset dan gambaran air-fluid levels pada

radiologi. Penatalaksanaan ileus dapat berupa dekompresi nasogastrik atau

penggunaan agen prokinetik seperti cisapride atau erytrhomicin.

III. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Perubahan patofisiologis pada ieleus obstruktif dapat dilihat pada

gambar pathway dibawah. Lumen usus yang tersumbat secara progresi akan

tegang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan ) akibat peningkatan

tekaknan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke

darah. Oleh karena itu, sekitar 8 liter cairan di ekskresikan kedalam saluran cerna

setiap hari, tidak adanya absorsi menyebabkan adanya penimbunan intralumen

dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus dimulai merupakan sumber

kehilangan uatama cairan dan elektrolit. Pengaruh dari hal ini adalah penciutan

ruang cairan ekstra-sel yang menyebabkan syok-hipotensi, pengurangan curah

jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolic. Peregangan usus yang

terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbs cairan dan

Page 4: LAPORAN-PENDAHULUAN

peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek local peregangan usus adalah

iskemia akibat distensi dan permeabilitas akibat nekrosis, disertai toksin-toksin

bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik menyebabkan

bakateriemia.

Patologi ileus obstruktif (Price & Wilson, 1995).

distensi

Poliferasi bakteri yang cepat

Kehilangan H2O & elektrolit

Tekanan intralumen meningkat

Iskemia dinding usus

Pelepasan bakteri dan toksis dari usus yang nekrotik ke dalam perineum dan sirkulasi sistemik

Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum

Volume ECF menurun

Peritonitis septikemiaSyok hipovolemik

Illeus obstruktif

Akumulasi gas dan cairan dalam lumen sebelah

proksimal dari letak obstruksi

Page 5: LAPORAN-PENDAHULUAN

IV. TANDA DAN GEJALA

1) Mekanika sederhana – usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu

awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada

interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

2) Mekanika sederhana – usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –

kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan

difus minimal.

3) Mekanika sederhana – kolon

Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian

terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

4) Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram

nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

5) Strangulasi

Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi

sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir

hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung

darah samar.

V. KOMPLIKASI

VI. PENGKAJIAN

a. Riwayat Kesehatan

- Penah operasi atau belum

- Pola Eliminasi Bowel

- Pola Eliminasi Bladder

b. Pemeriksaan Fisik

Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi

Distensi ringan

Page 6: LAPORAN-PENDAHULUAN

Mual

Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya

muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal

Dehidrasi

c. Pemerisaan Penunjang

1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus

2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan

sigmoid yang tertutup.

3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan

hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar

serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.

4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :

2. Terapi Na+, K+, komponen darah

3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area

penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien

berbaring miring ke kanan.

6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.

7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus

paralitik atau infeksi.

8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus

dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

VIII. MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Page 7: LAPORAN-PENDAHULUAN

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau

diforesis.

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau

kekakuan.

4. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdominal

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan

IX. RENCANA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan

atau diforesis.

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Tanda vital normal

b. Masukan dan haluaran seimbang

Intervensi :

c. Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok

d. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin

e. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur

haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi

f. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan

pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada

posisi yang benar

g. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam

h. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam

i. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam

j. Pantau elektrolit, Hb dan Ht

k. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi

l. Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga

dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah

diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.

Page 8: LAPORAN-PENDAHULUAN

m. Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk

memperkirakan jumlah absorpsi.

n. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.

o. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.

p. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.

q. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.

r. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan

Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan

nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.

b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri

c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin

d. Berikan periode istirahat terencana.

e. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.

f. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.

g. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema

perlahan bila dipesankan.

h. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau

kekakuan.

Tujuan : pola nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan,

pernafasan yang dalam dan perlahan.

Intervensi :

a. Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”

b. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.

c. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif

Page 9: LAPORAN-PENDAHULUAN

d. Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam

setiap jam.

e. Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.

4.Konstipasi berhubungan dengan kelemahan fungsi abdomen

Tujuan : konstipasi teratasi

Kriteria hasil : pasien BAB dalam batas normal dlam bentuk feses lunak.

Intervensi :

a. indentifikasi factor-faktor yang menyebabkan konstipasi

b. monitor tanda-tanda rupture bowel/peritonitis

c. jelaskan dan rasionalisasi tindakan pada pasien

d. konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus

e. kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap

f. jelaskan pada keluarga pasien tentang manfaat diet terhadap eliminasi

g. jelaskan pada keluarga pasien tentang konsekuensi penggunaan laktasive dalam

waktu yang lama

h. kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.

Tujuan : ansietas teratasi

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan

mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.

Intervensi :

a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil

pada waktu lalu.

b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut;

berikan penenangan.

c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit,

tindakan dan prognosis.

d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.

e. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.

Page 10: LAPORAN-PENDAHULUAN

X. DAFTAR PUSTAKA

1. Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta :

EGC; 2001

2. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa

Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

3. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome.

Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998

4. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa

Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994

5. Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta :

Salemba Medika; 2001

Page 11: LAPORAN-PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di koreksi dan disahkan oleh pembimbing klinik, pada tanggal .

Gombong, 2011

Menyetujui,Pembimbing Akademik

Mahasiswa

Menyetujui,Pembimbing Klinik,

Page 12: LAPORAN-PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

OBSTRUKSI ILLEUS

RUANG INAYAH, RS PKU GOMBONG

OLEH :

RIZKI LIA PUSPITA

NPM. 3208028

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL AHMAD YANI YOGYAKARTA

2011