laporan pbl 3 kel 7

47
SKENARIO C BLOK 21 Walaupun tidak jauh dari rumahnya ada Praktek Dokter Keluarga mandiri, ibu Rini ditemani tetangga rumahnya dengan cemas membopong anak perempuannya ke klinik “Merdeka” untuk meminta pertolongan dr. Rino. Ibu Rini mengatakan pada dr. Rino bahwa Leni (anak perempuannya) sebelumnya mengeluh sakit perut, sudah diberikan obat maag yang biasa dikonsumsi di rumahnya namun sakit perut semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas seperti ini. Klikik Merdeka, adalah klinik DOGA yang memiliki 3 Dokter Keluarga yang telah memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik DOGA kategori C (minimal). Ibu Rini telah mengenal dr. Rino sebagai dokter datang sering memberikan penyuluhan di Balai Kecamatan dan juga sering berkunjung ke rumah rumah yang ada di desa mereka bila ada yang sakit. Setelah melengkapi persyaratan administratif dan pemeriksaan darah, Leni dibawa ke ruang periksa dan diperiksa langsung oleh dr. Rino dan sebagai dokter keluarga yang memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki keterampilan teknis medis dan 1

Upload: randy-pangestu

Post on 25-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

PBL 3

TRANSCRIPT

SKENARIO C BLOK 21

Walaupun tidak jauh dari rumahnya ada Praktek Dokter Keluarga mandiri, ibu Rini ditemani tetangga rumahnya dengan cemas membopong anak perempuannya ke klinik Merdeka untuk meminta pertolongan dr. Rino. Ibu Rini mengatakan pada dr. Rino bahwa Leni (anak perempuannya) sebelumnya mengeluh sakit perut, sudah diberikan obat maag yang biasa dikonsumsi di rumahnya namun sakit perut semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas seperti ini.

Klikik Merdeka, adalah klinik DOGA yang memiliki 3 Dokter Keluarga yang telah memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik DOGA kategori C (minimal). Ibu Rini telah mengenal dr. Rino sebagai dokter datang sering memberikan penyuluhan di Balai Kecamatan dan juga sering berkunjung ke rumah rumah yang ada di desa mereka bila ada yang sakit.

Setelah melengkapi persyaratan administratif dan pemeriksaan darah, Leni dibawa ke ruang periksa dan diperiksa langsung oleh dr. Rino dan sebagai dokter keluarga yang memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki keterampilan teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik dr. Rino mendiagnosis Leni menderita usu buntu akut.

Dr. Rino memanggil ibu Rini dan mengatakan Leni harus segera dibawa dan dirujuk ke RSUD, namun ibu Rini tidak mau dan tetap meminta dr. Rino mengobati di Klinik Merdeka. Setelah berulang kali ibu Rini meminta Leni tetap dirawat dan diobati di Klinik Merdeka, dr. Rino tetap ingin merujuj ke RSUD Mandiri, akhirnya ibu Rini setuju.I. Klarifikasi Istilah1. Praktek Dokter Keluarga Mandiri : komplemen puskesmas dengan peran sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan dengan sasaran individu/keluarga yang berada dalam wilayah pelayanannya dimana dokter pada praktek dokter keluarga mandiri menjalankan profesinya bekerja untuk dirinya sendiri, bukan PNS atau pegawai dari suatu institusi.2. Klinik DOGA kategori C : satuan organisasi pelayanan kesehatan primer yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga (minimum).3. Dokter Keluarga : dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI 1982).4. Penyuluhan : bentuk pelayanan promotif dokter keluarga.5. Usus buntu akut : peradangan apendiks vermiformis dengan muka gejala akut, yang memerlukan pembedahan cepat dan biasanya ditandai nyeri kuadran abdomen kanan bawah dengan nyeri tekan lokal dan alih, spasme otot yang ada di atasnya dan hiperestesia.6. RSUD : sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat yang dikategorikan ke dalam Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Khusus Daerah.7. Rujuk : upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan suatu kasus penyekit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada sokter lainnya yang sesuai.8. Kompetensi dan kewenangan DOGA : kemampuan dan kekuasaan formal yang harus dimiliki oleh seorang dokter keluarga untuk dapat disebut sebagai dokter keluarga.II. Identifikasi Masalah

1. Ibu Rini membawa anak perempuannya yang mengeluh sakit perut ke klinik Merdeka walaupun di dekat rumahnya ada PDKM.2. Ibu Rini memberikan obat maag tapi sakit perutnya semakin menjadi dan tiba-tiba Leni menjadi lemas.

3. Setelah Leni didiagnosis oleh dr. Rino menderita usus buntu akut, Ibu Rini akhirnya mau menyetujui Leni untuk dirujuk ke RSUD setelah dibujuk berulang kali.III. Analisis Masalah

1. Bagaimana perbedaan praktek dokter keluarga mandiri (PDKM) dengan klinik DOGA?2. Bagaimana pembagian wilayah kerja PDKM dengan klinik DOGA?

3. Apa kriteria klinik DOGA kelas C?

4. Bagaimana pendekatan PDKM terhadap kesehatan keluarga?

5. Bagaimana sistem administrasi klinik DOGA?

6. Bagaimana kompetensi dan kewenangan DOGA dalam situasi kasus usus buntu akut?7. Bagaimana kriteria dan alur rujukan dari klinik DOGA?

8. Bagaimana cara DOGA untuk mengkomunikasikan masalah rujukan pada pasien?

9. Bagaimana landasan hubungan dokter-pasien?

IV. Hipotesis

Ibu Rini lebih memilih membawa anaknya untuk berobat ke klinik DOGA bersama dibandingkan PDKM karena dr Rino telah menerapkan prinsip pelayanan kedokteran keluarga dan mampu menjaga hubungan dokter-pasien dengan baik.V. Sintesis A. Dokter Keluarga1. Pengertian

Pengertian tentang dokter keluarga masih terus diperbincangkan, salah satu definisi tentang dokter keluarga adalah dari The American Board of Family Practice yaitu bahwa dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai.

Sedangkan PT Asuransi Kesehatan Indonesia (PT Askes) selaku penyelenggara program Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJPT) Dokter Keluarga memdefinisi dokter keluarga dengan mengacu pada definisi dari The American Academy of Family Physician (AAFP)24 yaitu bahwa pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran menyeluruh, memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit; tanggung jawab dokter keluarga tidak dibatasi golongan umur atau jenis kelamin, tidak juga oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu.

Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 56 tahun 1996, tentang pengembangan dokter keluarga, yaitu dokter yang menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan dasar paripurna (promotif, preventif, kuratif. rehabilitatif) dengan pendekatan menyeluruh (holistik dan kesisteman) untuk pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap keluarga dalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra utama pemeliharaan

kesehatan.

Bahkan sampai saat ini pengertian dokter keluarga masih terus diperbincangkan, karena ada yang berpendapat bahwa dokter keluarga adalah sebuah spesialisasi di bidang kedokteran, sehingga untuk menjadi seorang dokter keluarga perlu menempuh spesialisasi dokter keluarga dengan kurikulum tertentu, namun ada yang berpendapat bahwa dokter keluarga adalah dokter umum yang menyediakan dirinya sebagai dokter keluarga, sehingga untuk menjadi dokter keluarga tidak perlu mengambil spesialisasi dokter keluarga, namun cukup mengikuti pelatihan dokter keluarga saja.2. Wewenang Dokter Keluarga 1) Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 3) Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4) Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5) Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, 6) Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer, 7) Melakukan perawatan sementara, 8) Menerbitkan surat keterangan medis, 9) Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap, 10) Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus. 3. Kompetensi Dokter Keluarga Standar Kompetensi Dokter : 1. Komunikasi efektif

2. Keterampilan klinis

3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran

4. Pengelolaan masalah kesehatan

5. Pengelolaan informasi

6. Mawas diri dan pengembangan diri

7. Etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien4. Pelayanan Dokter Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Azwar 24 pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kesehatan/asuhan medik yang didukung oleh pengetahuan mutakhir secara paripurna (comprehensive) terpadu, menyeluruh (holistyc) terhadap semua keluhan dari pengguna jasa sebagai komponen keluarganya, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan yang ada.

Pelayanan yang diberikan oleh PT. Askes pada rawat jalan tingkat pertama melalui dokter keluarga meliputi: 1) penyuluhan kesehatan (pelayanan promotif), 2) pencegahan penyakit termasuk perawatan kesehatan ibu dan anak (pelayanan preventif), 3) pemeriksaan dan pengobatan, 4) tindakan medis ringan, 5) pemberian obat sesuai dengan kebutuhan medis, 6) pemberian rujukan.

Tugas Dokter Keluarga menurut Departemen Kesehatan RI adalah 1) menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna, menyeluruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 2) Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3) Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4) memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, 5) membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6) menangani penyakit akut dan kronik, 7) melakukan tindakan tahap awal kasus berat, 8) tetap bertanggungjawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau di rawat di Rumah Sakit, 9) memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan, 10) bertindak sebagai mitra, penasihat, dan konsultan bagi pasiennya, 11) Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 12) Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar, dan 13) Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

5. Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga

Tujuan pelayanan dokter keluarga menurut The American Academy of family Physician (AAFP)24 dinyatakan sebagai berikut: 1) untuk meningkatkan dan mempertahankan, mutu pelayanan kedokteran keluarga, 2) membantu dokter-dokter yang ingin berpraktek sebagai dokter keluarga, 3) mempertahankan hak-hak dokter keluarga dalam memberikan pelayanan dibidang-bidang yang sudah dikuasainya, 4) membantu dan menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan untuk para dokter keluarga, 5) memajukan ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat serta menjamin hak penderita memilih dokternya, 6) berperan dalam memperjuangkan peningkatan derajat kesehatan rakyat.

Pelayanan dokter keluarga mempunyai dua tujuan tujuan umum dan tujuan khusus.

1) tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.

2) tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua macam:

a) terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif

b) terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.

6. Ciri-Ciri dan Model Pelayanan Dokter Keluarga

Ciri pelayanan dokter keluarga menurut (Depkes Rl, 1999) adalah: 1) menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif sesuai dengan kebutuhan kesehatan keluarga binaannya. 2) melayani setiap penderita bukan saja sebagai individu tetapi juga sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat, dan 3) mempunyai tanggung jawab komunitas pada kelompok keluarga yang merupakan bagian dari kesehatan masyarakat.

Ciri pelayanan dokter keluarga menurut Azwar 1) memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus kedokteran dan keluarga serta kesehatan keluarga yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus dengan pengalaman di bidang ilmu bedah, ilmu kebidanan dan kandungan, kesehatan anak serta penyakit dalam, 2) bertindak sebagai mitra keluarga dalam upaya pemeliharaan kesehatan keluarga, 3) menyediakan diri sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dasar profesional paripurna dengan berperan sebagai petugas, dan 4) memberikan pelayanan medik dasar dan penasehat serta pendamping keluarga dalam membina kesehatan termasuk dalam pendayagunaan sumber daya kesehatan bagi keluarga dan anggotanya.

Sedang berdasarkan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-18 tahun 1982, menetapkan karakteristik pelayanan Dokter Keluarga sebagai berikut : 1) melayani penderita tidak hanya sebagai perorangan tetapi sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai masyarakat sekitarnya, 2) memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, perhatian secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi keluhan yang disampaikan, 3) mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah penyakit serta mengenal dan mengobati penyakit sedini mungkin, 4) mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya, 5) menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggungjawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

Hasil Muktamar IDI inilah yang menjadi landasan PT Askes dalamprogram Dokter Keluarga, dan model pelayanan Dokter Keluarga yang dapat diterapkan kepada peserta Askes adalah sebagai berikut : 1. Klinik 24 jam, yaitu beberapa Dokter yang bekerja pada satu klinik yangberoperasi dalam 24 jam sehari, setiap hari dan memberikan pelayanan menyeluruh. 2. Dokter praktek bersama, dimana dokter praktek lebih dari satu orang berpraktek pada jam praktek yang bersamaan dalam satu tempat praktek. 3 Dokter keluarga praktek perorangan, dimana satu orang Dokter Keluarga praktek dalam satu tempat praktek. 4. Dokter keluarga yang terkoordinasi dalam suatu organisasi menyerupai Independent Practice Association (IPA) di Amerika Serikat. Dengan sistem ini beberapa dokter berafiliasi dalam satu wadah organisasi, dan organisasi ini menjalin ikatan kerjasama dengan PT Askes. 5. Puskesmas khusus yang memenuhi persyaratan sebagai institusi yang mampu memberi pelayanan Dokter Keluarga. Namun demikian model pelayanan yang dipilih tergantung pada kondisi daerah, maka dapat dipilih model yang paling sesuai. Model yang paling ideal adalah

Klinik 24 jam. Bila karena kondisi setempat hal ini sulit direalisasikan, maka dapat dipilih model lain, namun harus diupayakan agar pelayanan Konsultasi Dokter Keluarga dapat dilaksanakan dalam 24 jam.

7. Manfaat Dokter Keluarga

Hasil dari Cambridge Research Institute28 mengatakan bahwa apabila pelayanan dokter keluarga dapat diterapkan, akan diperoleh manfaatnya, antara lain 1) akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai rnanusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan, 2) akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan, 3) apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, maka engaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan yang ada saat ini. 4) akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan satu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah kesehatan lainnya, 5) jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi, 6) akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis, 7) akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan, 8) akan dapat dicegah pemakaian peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan. Chotimah dan Kusnanto6 dengan konsep dokter keluarga diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada berbagai pihak, antara lain: 1) bagi peserta, pelayan kesehatan yang diterima lebih profesional, dengan pendekatan yang bersifat lebih kekeluargaan dan pribadi, 2) bagi penyelenggara (PT. Askes) terjadi efisiensi biaya, karena peran dokter keluarga melalui kegiatan promotif dan preventif melalui keluarga akan menurunkan angka kesakitan dan rujukan serta menekan biaya pelayanan, 3) bagi pemberi pelayanan (dokter keluarga) mendapat imbalan jasa tetap secara kapitasi dan dapat lebih mengembangkan diri secara profesional, 4) bagi penerima, maka pelayanan Puskesmas dapat lebih terarah kepada pelayanan kepada masyarakat di luar peserta askes, 5) memberikan kesempatan kepada dokter pasca PPT yang tidak tertampung di sektor pemerintahan untuk pelayanan dokter keluarga dalam rangka pendayagunaan tenaga kesehatan di sektor swasta.

Menurut Affandi apabila dokter keluarga dapat diterapkan akan mendatangkan banyak manfaat: 1) terhadap pengorganisasian pelayanan: pelayanan kesehatan akan lebih terintegrasi, karena masyarakat tidak perlu rnendatangi pelbagai fasilitas kesehatan yang berbeda-beda. Kalau ibutuhkan lebih lanjut, maka pelayanan tersebut diatur oleh dokter keluarga. Dalam keadaan yang seperti ini masyarakat tidak perlu lagi pindah dari satu fasilitas ke fasilitas kesehatan lainnya, tanpa jelas kegunaan dan indikasinya, 2) terhadap pengorganisasian pembiayaan: biaya berobat akan lebih murah. Bahkan dapat dihindari pengulangan pemeriksaan kesehatan yang sama, tetapi juga dengan diterapkannya konsep dokter keluarga, akan dilakukan tindakan pencegahan penyakit, yang telah diketahui bersama biayanya jauh lebih murah dari pada tindakan pengobatan penyakit, 3) terhadap kualitas pelayanan: karena pendekatan dokter keluarga dilakukan secara menyeluruh dan lengkap, maka akan terbina hubungan antara dokter dan pasien yang lebih erat. Selanjutnya karena pemakaian fasilitas kesehatan rujukan mendapatkan pengaturan, maka dapat diharapkan meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan dokter keluarga, akan memberikan kontribusi positif kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

8. Kedudukan dan Peranan Dokter Keluarga Dalam Sistem Kesehatan Nasional

Dari uraian tentang dokter keluarga sebagaimana dikemukakan di atas, maka kedudukan dan peranan pelayanan dokter keluarga memang bersifat unik. Sekalipun pelayanan dokter keluarga hanya merupakan keluaran dari subsistem pelayanan kesehatan, tetapi kedudukan dan perannya tidak hanya ditemukan pada subsistem pelayanan kesehatan saja, tetapi juga pada subsistem pembiayaan kesehatan. Kedudukan dokter keluarga sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care), jika ditinjau dari subsistem pelayanan kesehatan, dokter keluarga mempunyai peranan yang amat besar dalam membantu terciptanya subsistem pelayanan kesehatan. Dengan diselenggarakannya pelayanan dokter keluarga, diharapkan terwujudnya suatu pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat. Karena dengan adanya pelayanan- dokter keluarga dapat menjanjikan tersedianya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan (safe and professional), bersifat wajar (appropriate), menyeluruh (comprehensive) dan berkesinambungan (continous). Hal yang sama juga dapat diperoleh jika ditinjau dari sudut subsistem Pembiayaan kesehatan. Kedudukan dokter keluarga sebagai penyaring pelayanan kesehatan selanjutnya (gate keeper) maka perannya dipandang amat besar dalam membantu terciptanya subsistem pembiayaan kesehatan. Dengan diselenggarakannya pelayanan dokter keluarga, diharapkan akan terwujudnya sistem pembiayaan kesehatan yang memenuhi syarat. Karena penyelenggaraan pelayanan dokter keluarga dapat menjanjikan tersedianya pelayanan kesehatan yang lebih murah (efficient), dapat diterima (acceptable), selalu tersedia (available), serta terjangkau (accesible) oleh mereka yang rnembutuhkan. Dengan kedudukan dan peran dokter keluarga yang demikian, maka jika pelayanan dokter keluarga berhasil dikembangkan akan berpengaruh besar dalam memantapkan sistem kesehatan nasional. Karena sesungguhnya apabila pelayanan dokter keluarga tersebut dapat diselenggarakan, dampaknya tidak hanya dapat memantapkan subsistem pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga subsistem pembiayaan kesehatan.

B. Praktek Dokter Keluarga

Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang kedudukan dan peranan dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan, pada saat ini telah ditemukan banyak bentuk praktek dokter keluarga.Bentuk praktek dokter keluarga yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :

1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital based)

Pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga.Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit

2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic)

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam.Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic).Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit(satelite family clinic).Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan.Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.

Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut.

Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice).Dari dua bentuk klinikdokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok.Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :

a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu

Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.

b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau

Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akanlebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.

3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family practice)

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya.Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua macam.Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo practice).Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice).

C. Pembiayaan Pelayanan Dokter Keluarga

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan.Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam.Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan asuransi.

Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja. Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihanlain bagi penyelenggara pelayanan tersebut, kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidaksampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.

Batasan

Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan program asuransi kesehatan (health insurance) perlulah dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan asuransi (insurance). Pada saat ini batasan asuransi banyak macamnya. Dua antaranya:

1. Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi (Breider and Breadles,1972)

2. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu premi meningkatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang mungkin di derita karena terjadinya suatu peristiwa yang mengandung ketidak pastian dan yang akan mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu keuntungan (kitab UU Hukum dagang, 1987)

Untuk Indonesia, sekalipun pengertian yang berlaku adalah sesuai dengan ketentuan KUH Dagang, jadi hanya merupakan suatu perjanjian antara si penanggung dengan si tertanggung, namun pada akhir-akhir ini mulai timbul banyak pendapat seyogyanya pengertian asuransi lebih diperluas. Pengertian asuransi tidak terbatas hanya pada memberikan perlindungan kepada si penanggung saja, melainkan juga kepada seluruh anggota masyarakat. Pengertian asuransi yang seperti ini dikenal dengan nama asuransi sosial (socialin insurance), yang asuransi kesehatan termasuk ke dalamnya.

Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:

1. Sistem kapitasi (capitation system)

yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.

2. Sistem paket (packet system)

Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu.Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)

Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.D. Praktek Dokter Keluarga Mandiri (PDKM)

Praktek dokter keluarga mandiri (PDKM) akan menjadi komplemen puskesmas dengan peran sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan dengan sasaran individu/keluarga yang berada dalam wilayah pelayanannya. Kata mandiri dalam PDKM menyiratkan pengertian self employed job atau dokter yang menjalankan profesinya di PDKM bekerja untuk dirinya sendiri, bukan PNS atau pegawai dari suatu institusi.Berikut ketentuan PDKM: menjalankan praktik dokter keluarga purnawaktu di PDKM lebih memilih memberikan pelayanan kepada suatu masyarakat yang jelas batasannya (kepesertaan) dengan pembayaran secara kapitasi, ketimbang pelayanan kepada individu kepada yang bukan peserta, bersifat episodik dan dibayar secara fee-for-service berbagi kewajiban dan tanggung jawab atas asset, liability, dan pelayanan pasien berbagi penerimaan dengan formula tertentu yang disepakati bersamaWilayah pelayanan didefinisikan sebagai area geografis dari mana pengguna layanan atau mitra PDKM biasanya datang. Wilayah pelayanan tidak harus sama dengan wilayah administratif (kecamatan/kota). Penentuannya dengan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain kondisi geografi, kualitas jalan dan sistem transportasi, kondisi sarana kesehatan, kesehatan penduduk, dan kegiatan bisnis/industri. Terdapat 3 model PDKM yang dapat dipilih yaitu Praktik Dokter Keluarga (PDK), Klinik Kesehatan Keluarga (KKK), dan Jejaring.Pelayanan di PDKM dapat dilaksanakan dengan baik bila diselenggarakan oleh suatu tim yang dapat terdiri dari dokter keluarga, perawat, bidan, apoteker/asisten apoteker, analis laboratorium, dokter gigi, perawat gigi, dan tenaga lain seperti psikolog, nutrisionist, kader PKK, kader posyandu, PLKB dll. Pengertian tim tidak berarti harus menjadi staf/pegawai PDKM, dapat saja tenaga kesehatan tersebut merupakan entitas terpisah yang kemudian saling mengikatkan diri dalam kerja sama dengan PDKMuntuk menghindari tumpang tindih dalam pelayanan kesehatan di satu wilayah.Idealnya PDKM dapat menyediakan 21 jenis pelayanan dengan mutu dan standar yang sama pada setiap mitranya, yaitu1. penilaian status kesehatan pribadi

2. program proaktif pengendalian penyakit/kondisi khusus

3. pendidikan kesehatan

4. imunisasi

5. pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita

6. pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah

7. pemeliharaan kesehatan wanita dan kesehatan reproduksi

8. pemeliharaan kesehatan lansia

9. pemeriksaan ante dan postnatal

10. konsultasi dan pengobatan

11. peresepan obat

12. tindakan medis (tindakan bedah kecil, injeksi, resusitasi, dan persalinan normal)

13. konseling

14. penunjang diagnostik (laboratorium, elektrokardiografi, ultrasonografi, dll)

15. layanan kesehatan gigi dan mulut

16. rehabilitasi medik

17. kunjungan rumah

18. perawatan di rumah

19. kunjungan ke rumah sakit

20. layanan mendesak/gawat darurat

21. ambulansE. Klinik Dokter Keluarga

a. Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK),

b. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis),

c. Mempunyai bangunan yang memadai,

d. Dilengkapi dengan saraba komunikasi,

e. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,

f. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan khusus pembantu KDK,

g. Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.

h. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,

i. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan berkesinambungan,

j. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,

k. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs. Proses Sertifikasi Kompetensi Wewenang Gelar

Pendidikan Dasar FK/PSPD Dokter (Basic Medical Doctor) Praktisi pelayanan Primer Dasar, riset -

Program Konversi Dokter Keluarga Praktisi pelayanan primer paripurna, Riset DK

Program CME/CPD Dokter Keluarga Praktisi pelayanan primer paripurna , Riset DK

Program Spesialisasi KK/FM Dokter Keluarga, Pengampu , Pengajar, Riset, Praktisi pelayanan primer paripurna , Pengajar, Riset SpFM

Konsultan FM Dokter Keluarga

Pengampu bidang Khusus FM , Riset

Pengajar FM Praktisi pelayanan primer paripurna, Riset, Konsultan, Pengajar SpFM(K)

Program Magister KK/FM Pengampu FM , Riset, Pengajar FM Konsultan, Pangajar, Pengampu FM, Riset Pengajar FM MFMDoktor FM

Tabel berikut ini adalah kategori klinik dokter keluarga

F. Sistem Administrasi pada Klinik Dokter Keluarga Persyaratan administrasi ideal pada klinik dokter keluarga itu tergantung penyedia layanan, tempat, dan komponen administasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pembiayaan dan pelayanan kesehatan.

Unsur Pokok Administrasi Kesehatan meliputi:

1. Input adalah perangkat administrasi yakni tenaga, dana, sarana, dan metoda atau dikenal pula dengan istilah sumber, tata cara dan kesanggupan.

Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa. Sumber ini secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yaitu:

a) Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas dua macam yaitu tenaga ahli (skilled) seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat serta tenaga tidak ahli (unskilled) seperti pesuruh, penjaga malam, dan pekerja kasar lainnya.

b) Sumber modal (capital resources) banyak macamnya. Jika disederhanakan dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal bergerakk (working capital) seperti uang dan giro serta modal tidak bergerak (fixed capital) seperti bangunan , tanah dan sarana kesehatan.

c) Sumber alamiah (natural resources) : segala sesuatu yang terdapat di alam yang tidak termasuk sumber tenaga dan sumber modal.

Tata cara (procedures) adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang dimiliki dan yang diterapkan.

Kesanggupan (capacity) adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.

2. Proses adalah fungsi administrasi, yang terpenting adalah Perencanaan (planning), yang didalamnya termasuk penyusunan anggaran belanja

Pengorganisasian (organizing), yang didalamnya termasuk penyusunan staf

Pelaksanaan (implementing), yang didalamnya termasuk pengarahan, pengkoordinasian, bimbingan, penggerakan dan pengawasan Penilaian (evaluation), yang didalamnya termasuk penyusunan proposal. Proses meliputi perencanaan, pengorganisasian dan penilaian/evaluasi.3. Output

Pelayanan kesehatan yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat meliputi pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.G. Struktur Pelayanan Kesehatan dan Sistem RujukannyaPelayanan kesehatan yang termasuk kedalam kelompok pelayanan kedokteran (medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama sama dalam satu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas, serta praktek dokter umum maupun keluarga.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B.

Sistem rujukan adalah mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu strata pelayanan dengan strata pelayanan kesehatan lain.

Adapun sistem rujukan di Indonesia, dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 32 1972 ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.Rujukan pelayanan kesehatan, yaitu:

SHAPE \* MERGEFORMAT

Manfaat sistem rujukan bagi unsur-unsur pembentuk pelayanan kesehatan, antara lain:

1. Pemerintah sebagai penentu kebijakan

a. Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap saran kesehatan

b. Memperjelas system pelayanan kesehatan karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia

c. Memudahkan pekerjaan administrasi terutama pada aspek perencanaan

2. Masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

a. Meringankan biaya pengobatan karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama berulang-ulang

b. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana kesehatan

3. Kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan

a. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi

b. Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin

c. Memudahkan dan/atau meringankan beban tugas karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

Pembagian wewenang & tanggung jawab1.Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.

2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.

3.Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.4.Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

H. Hubungan Dokter-PasienDefinisi KKI untuk komunikasi dokter-pasienMerupakan komunikasi antara dokter dengan pasiennya yang berlangsung selama proses pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan terjadi di ruang praktik, poliklinik, rumahsakit maupun puskesmas dimana dokter membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.Manfaat Komunikasi Efektif (menurut KKI) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis

Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik

Meningkatkan diagnosis terapi dan tindakan medis

Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya.

.Ada lima unsurdasar di dalam proses komunikasi (1) alat penghubung/komunikator, (2) pesan/berita, (3) metode komunikasi, (4) penerima dan (5) respons.

Cara meningkatkan kualitas Komunikasi Dokter Pasien Menunjukkan empati dan respek. Buat pasien merasa bahwa dokter peduli terhadap apa yang mereka alami.

Kejelasan menyampaikan berita adalah suatu kompetensi. Bagi pasien, dokter kompeten merupakan dokter yang mampu menjabarkan masalah medis dengan bahasa yang umum.

Meningkatkan kompetensi kebudayaan. Dokter memiliki kemampuan untuk mengerti dan bekerja sama dengan pasien yang berbeda budaya, nilai dan sejarah hidup.

Belajar mendengarkan dan menjadi pendengar yang baik. Dokter yang baik seharusnya mendengarkan keluhan pasien dengan sungguh-sungguh.

Belajar menyampaikan berita buruk dengan keprihatinan. Jika dokter akan menyampaikan berita buruk seharusnya dokter manyampaikan dengan serius kepada pasiennya.

Strategi

Memodifikasi bahasa ( menggunakan bahasa yang dimengerti pasien)

Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin tentang penyakit yang diderita

Pasien harus dijelaskan alasan akan dilakukan rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli tertentu.

Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja

Pasien dijelaskan tentang apa saja yang akan dilakukan kalau nanti dirujuk

Evaluasi pemahaman pasien

Ringkas dan ulangi hal yang tidak dipahami pasien

Tercapaiannya persetujuan

DAFTAR PUSTAKA

1. Prasetyawati, AE.2010. Kedokteran Keluarga. Rineka cipta. Jakarta : EGC2. Soetono Gatot, MPH. 2011. Buku Membangun Praktik Dokter Keluarga Mandiri .Disampaikan pada Pertemuan Peningkatan Teknis Pelayanan Dokter Keluarga di Jogjakarta.

3. USU Repository. 2006. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman. luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf, Diunduh tanggal 8 November 2011.4. Wahyuni, Arlinda Sari. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../1/fk-arlinda%20sari.pdf, Diunduh tanggal 8 November 2011. Masalah kesehatan

Masalah kedokteran

Masalah kesehatan masyarakat

Rujukan medik

Rujukan kesehatan

Penderita

Pengetahuan

Bahan lab

Teknologi

Sarana

Operasional

12