laporan pbl 3 blok fe

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus. Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya, namun sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas

Upload: rifa-riviani

Post on 25-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus. Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya, namun sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.

Hipotermia merupakan suatu kondisi dimana mekanisme pengaturan suhu tubuh kesulitan untuk mengatasi tekanan suhu dingin. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh. Hipotermia dapat terjadi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan, maupun sesudah lahir. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, masa neonatus ini merupakan kehidupan yang sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peran perawat sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan hipotermia.B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada PBL 3 kali ini adalah?1. Jelaskan pengertian hipotermia?

2. Bagaimana tanda dan gejala hipotermia?

3. Apa penyebab hipotermia?

4. Bagaimana cara pencegahan hipotermia?

5. Apa komplikasi yang dapat terjadi akibat hipotermia?

6. Bagaimana penatalaksanaan hipotermia?

7. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk hipotermia?8. Jelaskan patofisiologi hipotermia?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada hipotermia?C. TujuanAdapun tujuan yang ingin kami capai pada PBL 3 kali ini adalah :

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian hipotermia.2. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala hipotermia.3. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab hipotermia.

4. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan hipotermia.

5. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat hipotermia.

6. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan hipotermia.

7. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk hipotermia.8. Mahaisiswa mampu mengetahui patofisiologi hipotermia.9. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada hipotermia.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi hipotermi

Hipotermi merupakan penurunan suhu tubuh di bawah 36,50c, suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,50c 37,50c (Saifudin, 2009). Menurut Potter & Perry (2005) hipotermia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. Hipotermi menurut Lynda Juall Carpenito (2009) yaitu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko penurunan suhu tubuh di bawah 35,50c secara rektal akibat adanya kerentanan terhadap berbagai faktor eksternal. Sedangkan menurut Yunanto (2008) hipotermi pada bayi baru lahir adalah dimana suhu tubuh di bawah 36,50c, yang terbagi atas :

a. Hipotermi ringan: 360c 36,40c

b. Hipotermi sedang: 320c 35,90c

c. Hipotermi berat: < 320c

2. Tanda Dan GejalaMenurut Kozier (2005), tanda klinis terjadinya hipotermia yaitu :1. Menggigil hebat (awalnya)

2. Merasa dingin dan kedinginana

3. Pucat, kulit seperti lilin

4. Hipotensi

5. Haluaran urine menurun

6. Koordinasi otot berkurang

7. Disorientasi

8. Mengantuk hingga koma3. Penyebab

Menurut Syafrudin (2009), bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut.

1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.

2. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas.

3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiaannya agar ia tidak kedinginan.

Menurut Syafrudin 2009, hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena adanya penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh :1. Radiasi, yaitu panas tubuh bayi memancar ke lingkungan disekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya bayi bru lahir diletakkan di tempat yang dingin.

2. Evaporasi, yaitu cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. Misalnya bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.

3. Konduksi, yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misalnya popok/celana bayi basah yang tidak langsung diganti.

4. Konveksi, yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi. Misalnya bayi diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.4. Mekanisme Termoregulasi pada bayi

Produksi panas oleh neonatus dilakukan dengan metabolisme lemak cokelat(brown fat) yang terdapat di beberapa bagian tubuh berikut (Manuaba, 2007) :

1. Antara skapula

2. Sekitar otot dan pembuluh darah leher

3. Pelipatan lengan atas

4. Antara mediastinum dan oesophagus

5. Sekitar ginjal dan kelenjar adrenal

Nonshivering thermogenesis atau pembentukan panas bukan karena aktivitas otot, bergantung pada :

1. Perbedaan temperatur antara intra-ekstrauteri

2. Pemutusan hubungan dengan plasenta

3. normal tidaknya kelenjar tiroid

Kondisi dingin menyebabkan nervus simfatikus yang mengatur lemak cokelat terangsang. Hal tersebut menyebabkab katokolamin dikeluarkan untuk memetabolisme lemak cokelat untuk menghasilkan panas.

Mekanisme kehilangan panas dapat terjadi melalui 4 cara :

1. Radiasi

Kehilangan panas akibat suhu lingkungan yang dingin tanpa ada kontak langsung. Besarnya 40%

2. Konveksi

Hilangnya panas karena aliran udara disekitar atau kecepatan laju udara, besarnya 33%.

3. Konduksi

Kehilangan panas karena kontak secara langsung dengan yang lebih dingin. Besarnya 3%.

4. Evaporasi

Kehilangan panas karena adanya penguapan permukaan tubuh. Besarnya 24%.5. Faktor PredisposisiKondisi bayi yang rentan terkena hipotermia menurut Kosim (2008) adalah sebagai berikut: Bayi berat lahir rendah

Bayi asfiksia

Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio luas permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya.

Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak sempurna, seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel.

BBL dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intrakranial, obat-obatan.

Bayi dengan sepsis

Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama

Bayi IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau Janin Tumbuh Lambat

Bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm

Bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput

6. Skor Ballard

Menurut Surasmi (2003), Ballard menilai maturitas neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan fisik dan 6 tanda kematangan neuromuscular. Penilaian ini dilakukan dengan cara:

1. Menilai 7 tanda kematangan fisik.2. Menilai 6 kematangan neurologic.3. Hasil penilaian aspek kematangan fisik dan neurologic dijumlah.4. Jumlah nilai kedua aspek kematangan tersebut dicocokkan dengan tabel patokan tingkat kematangan menurut ballard.a. Kematangan fisik

b. Kematangan neurologic

7. Penatalaksanaan

Penanganan pada bayi hipotermi menurut Helen Farrer (2001) yaitu dengn inkubator secara berangsur-angsur sampai bayi dapat mempertahankan suhu tubuh yang normal. Bayi harus diamati dengan ketat untuk mendeteksi semua tanda kesulitan respirasi dan mempertahankan glukosa. Sedangkan menurut Ida Ayu Chandanita Manuaba (2009) tindakan pencegahan untuk bayi yang mengalami hipotermi adalah sebagai berikut :

a. Siapkan ruangan yang cukup hangat

Berat lahir (kg)

Suhu ruangan (0c)

1,0 - 1,5 kg

34 350c

1,5 2,0 kg

32 340c

2,0 2,5 kg

30 320c

>2,5 kg

28 300cb. Bayi segera dikeringkan setelah lahir dengan handuk bersih. Jangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik ditunda. Gunakan tutup kepala dengan handuk bersih dan kering.

c. Berikan bayi ke dada ibunya dan selimuti keduanya.

d. Pada BBLR lakukan perawatan bayi lekat (PBL) dengan metode kanguru, bila kondisi bayi sudah stabil.

e. Susui bayi dalam 30 menit setelah lahir.

Penanganan selain yang telah disebutkan di atas yaitu dengan menggunakan incubator. Suhu incubator ditentukan berdasarkan berat badan bayi, agar suhu lingkungan memungkinkan bayi dapat mempertahankan suhu tubuh normal. Berikut suhu incubator berdasarkan berat badan menurut Asrining Suramsi (2003) :

Berat badan bayi (kg)

Suhu inkubator (0c)

1 kg

350c

2 kg

340c

3 kg

330c

Selain penanganan pada bayi yang mengalami hipotermi, dapat dilakukan tindakan pencegahan hipotermi. Menurut Syafrudin (2009) tindakan pencegahan hipotermi sebagai berikut :

a. Ibu melahirkan diruangan yang hangat.

b. Segera mengeringkan tubuh bayi yang lahir.

c. Segera meletakkan bayi di dada ibu dengan skin to skin.

d. Menunda memandikan bayi hingga suhu bayi stabil.8. Pemeriksaan Penunjang1. Keadaan Umum

Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik. (Effendi Nasrul, 2000)

2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Bayi BBLR memiliki risiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36.5 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit. BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus

Bayiku Membiru

Bayi A lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 40 tahun. Berat lahir bayi tersebut yaitu 1000 gram yaitu kurang dari berat lahir bayi normal (2,5 kg 4 kg). Berat badan lahir bayi salah satunya dipengaruhi oleh usia ibu. Ibu yang berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah ibu yang berusia dibawah 20 tahun dan usia diatas 35 tahun. Bayi A lahir saat usia kandungan 32 minggu, hal ini terlihat dari hasil skor ballard yang menunjukkan skor 20, sehingga dapat diketahui bahwa bayi A lahir prematur (usia kehamilan normal untuk kelahiran yaitu 37 minggu). Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir. Bayi dengan berat badan normal idealnya disusui setelah satu sampai dua jam kelahiran, namun untuk bayi BBLR idealnya harus segera disusui yaitu 30 menit setelah kelahiran. Hal ini dikarenakan bayi membutuhkan asupan kalori untuk menghasilkan panas tubuh dan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia. Selain itu, dengan disusui bayi akan merasa lebih hangat karena berada dekat dengan ibunya. Berdasarkan kasus, bayi A tampak sesak nafas, frekuensi nafas 70 kali per menit, retraksi di daerah subcostal, dan pada auskultasi terdengar expiratory grunting. Selain itu, isapan bayi A lemah, dengan suhu aksiler 36,3C.

B. Analisis KasusBerdasarkan tanda dan gejala tersebut, bayi A dapat didiagnosa mengalami hipotermia ringan karena BBLR. Penanganan untuk hipotermia pada bayi A lebih tepat dengan menempatkannya di inkubator dari pada dengan perawatan bayi lekat. Hal ini dikarenakan kondisi bayi A belum stabil. Berikut pathway hipotermia pada bayi A :

C. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas PasienNama: Bayi A

Umur: 0 bulan

Jenis Kelamin: Laki-laki

b. Riwayat KesehatanKeluhan Utama: Hipotermi

c. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran : Kompos mentis lemah

2) Tanda-tanda vital :

a) Respiratory Rate : 70 kali/menitb) Temperature : 36,3 Cc) Berat badan : 1000 gram3) Head to toe a) Isapan bayi tampak lemah

b) Thorax : bayi tampak sesak retraksi di daerah subscostal, saat di auskultasi terdengar expiratory grunting.

c) Kulit : tidak tampak biru2. Analisa Data

Tanggal Data Problem Etiologi

12 Desember 2013DO:

Suhu aksila 36,3C

RR 70 kali/menit

Retraksi didaerah subscostal

Terdengar expiratory grunting

DS: -Hipotermi Penurunan kemampuan menggigil dan penurunan laju metabolisme

12 Desember 2013DO:

Isapan bayi tampak lemah

Berat badan bayi lahir 1000 gram

Skor Ballard 20

Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir

DS: -Ketidakefektifan pola makan bayiPrematuritas

3. Diagnosa Keperawatana. Hipotermi berhubungan dengan Penurunan kemampuan menggigil dan penurunan laju metabolisme ditandai dengan suhu aksila 36,3C, RR 70 kali/menit, retraksi didaerah subscostal dan terdengar expiratory grunting.

b. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan prematuritas ditandai dengan Isapan bayi tampak lemah berat badan bayi lahir 1000 gram, skor Ballard 20 dan bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir.

4. Intervensi KeperawatanNo.Diagnosa KeperawatanTujuan Intervensi

1.Hipotermi berhubungan dengan Penurunan kemampuan menggigil dan penurunan laju metabolismeNOC : Termoregulasi : Bayi Baru Lahir

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah Gastrointestinal dapat teratasi dengan skala:

1 : Sangat Parah

2 : Parah

3 : Sedang

4 : cukup

5 : Normal

Yang dibuktikan dengan indikator:

No.

Indiktor

Pre

Post

1.

Peningkatan BB

1

3

2.

Hipotermi

4

5

3.

Temperature

4

5

4.

Pernafasan tidak teratur

2

4

5.

Kelemahan

2

4

6.

Takipneu

3

4

NIC: Hypotermia Treatment

1. Jauhkan bayi dari tempat yang dingin dan tempatkan pada tempat yang hangat.

2. Monitor suhu bayi dengan thermometer aksila.

3. Monitor tanda dan gejala hipotermi

4. Pasangkan cairan hangat melalui IV dengan suhu 37-40 C

5. Monitor warna kulit dan suhu bayi

6. Monitor tanda-tanda vital pada bayi

7. Monitor status pernafasan

2. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan prematuritasNOC : Breastfeeding Establishment : Infant

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah hidrasi dapat teratasi dengan skala:

1 : Sangat Parah

2 : Parah

3 : Sedang

4 : Cukup

5 : Normal

Yang dibuktikan dengan indicator:

No.

Indicator

Pre

Post

1.

Menempatkan hisapan tepat ditengah

3

5

2.

Penambahan berat badan

2

4

3.

Menghisap tepat pada areolar

1

4

4.

Tepat meletakan hisapan pada areolar

2

4

NIC : Breastfeeding Assistance

1. Fasilitasi kontak ibu dan bayi seawall mungkin

2. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap

3. Monitor kemampuan bayi untuk menggapai putting

4. Sediakan kenyamanan dan privasi selama menyusui

5. Dorong ibu untuk tidak membatasi menyusui

6. Dorong ibu untuk dapat menyusui sebanyak 8-10 Kli/hari

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanHipotermia merupakan kejadian dimana terjadi penurunan suhu tubuh sampai 35 tahun

Bayi Lahir 32 Minggu (Skor Ballard 20)

BBLR, BB Bayi 1000 gram

Pusat Pengaturan Suhu

Reflek hisap Lemah

Disusui Selama 2 Jam

Timbunan Lemak Tipis Berkurang

Asupan Nutrisi Berkurang

Hipoglikemia

Produksi Panas Menurun

Ketidakefektifan Termogulasi

Hipotermia