laporan p8 oleh dk 7

22
BAB I PENDAHULUAN A. Pemicu Seorang perempuan usia 34 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan utama nyeri pada saat buang air kecil B. Keyword. Perempuan usia 34 tahun Nyeri saat buang air kecil C. Rumusan masalah Bagaimana penegakkan diagnosis pada pasien ini dan ap tatalaksana pada pasien ini ?

Upload: jo-parfait-ii

Post on 04-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

czcscscs

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pemicu

Seorang perempuan usia 34 tahun datang ke praktek dokter umum dengan

keluhan utama nyeri pada saat buang air kecil

B. Keyword.

Perempuan usia 34 tahun

Nyeri saat buang air kecil

C. Rumusan masalah

Bagaimana penegakkan diagnosis pada pasien ini dan ap tatalaksana pada

pasien ini ?

D. Analisis masalah

Wanita 34 tahun

Keluhan utama Nyeri saat BAK

Tata laksana

Anamnesis

lengkap

Infeksi saluran kemih

Penyakit menular seksual

Peradangan

Pemeriksaan

Fisik

Diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang

E. Hipotesis

penegakan diagnosis pada pasien ini adalah dengan melakukan anamnesis

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dan penatalaksaan farmako

berupa obat anti nyeri dan antibiotik serta terapi non farmakologi berupa tirah

baring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTITIS

Definisi.

Sistitis merupakan peradangan pada Vesika urinaria. Pada wanita

menginfeksi uretra distal veriko urinaria dinamakan Sistitis sedangkan pada

pria menginfeksi bagian prostat dan vesika urinaria yang disebut Prostatitis.

(Smeltzer & Bare, 2002, 1432)

Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;

1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih

radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung

kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.

2.  Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai

akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis

Etiologi

Sisititis paling sering disebabkan oleh bakteri E. Coli. Sistitis

menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini disebabkan oleh aliran balik urin dari

uretra ke dalam kandung kemih, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau

sitoskopi

Patofisiologi

Sistitis dapat disebabkan infeksi asending dari uretra, aliran balik urine

dari uretra ke dalam kandung kemih (refluk uretrovesikal), kontaminasi fekal.

Bagian distal uretra dikolonisasi oleh bakteri yang dapat masuk ke mukosa

uretra akan menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi di periuretral

kemudian masuk ke dalam kandung kemih.

Terjadinya urine statis karena pengosongan yang tidak sempurna dari

kandung kemih, batu ginjal, obstruksi akan memberi kesempatan yang besar

bagi bakteri untuk tumbuh dan dengan media yang lebih alkalis akan

menyuburkan pertumbuhan dan multiplikasi.

Pecahnya integritas jaringan akibat erosi oleh ujung kateter / oleh

pinggir batu memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan

menyebabkan infeksi. Sistitis dapat dibagi menjadi dua yaitu sistitis akut dan

kronis. Sistitis kronis dapat terjadi karena pengobatan sistitis akut yang tidak

sempurna maupun infeksi berulang yang menetap.

Gejala Sistitis

Gejala – gejala dari sistitis sering meliputi:

· Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih

· Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih

· Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)

· Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)

· Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin

· Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis

· Rasa sakit pada daerah di atas pubis

· Perasaan tertekan pada perut bagian bawah

· Demam

· Anak – anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang nyata,

seperti lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat berkemih.

· Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,

hilangnya kekuatan, demam

· Sering berkemih pada malam hari

Pengobatan

Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri

dengan antibiotika.

Tujuan pengobatan :

Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.

Menanggulangi keluhan (gejala).

Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).

Tata cara pengobatan :

Menggunakan pengobatan dosis tunggal.

Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.

Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.

Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.

Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika pemberantasan

(eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.

Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama

didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi.

Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta

perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan

toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta

spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen.

Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, yaitu:

a. Sulfonamida

Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali.

Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat

resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah.

b. Trimetoprim-sulfametoksazol

Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan

bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk

mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada

infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12

jam.

c. Cephaloporin

Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan

antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu

obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus

resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.

d. Tetrasiklin

Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal.

Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes

sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang

disebabkan oleh chlamydial.

e. Quinolon

Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk

mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan

Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa.

Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk

ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis

ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

DISURIA

Disuria adalah gejala nyeri atau tidak enak saat mengeluarkan urin.

Etiologi disuria:

1. Pielonefritis akut

Obstruksi saluran keluar

Refluks vesikoureter

Batu ginjal atau kandung kemih

Diabetes mellitus

Disfungsi neuropati kandung kemih

Gambaran: Pireksia, kaku, nyeri pinggang, disuria, malaise, anoreksia,

leukositosis, piuria, bakteriuria, hematuria mikroskopik, tes

kultur dan sensitivitas >100.000 organisme per ml.

2. Sistitis akut

Infeksi saluran kemih bagian bawah

Bakteri penyebab tersering adalah koliform: E. coli, Proteus sp.

Klebsiella sp., Enterococcus sp., Pseudomonas sp.

Sering pada wanita karena uretra pendek

Gambaran: Disuria, frekuensi (menunjukkan adanya peningkatan

pengeluaran urin saat siang hari), urgensi keinginan yang

tidak terkontrol untuk berkemih dan mungkin berhubungan

dengan inkontinensia), nyeri suprapubik, nyeri punggung

bawah, inkontinensia, dan hematuria mikroskopis.

3. Ureteritis

Akibat penyakit menular seksual

Disebabkan oleh Gonococcus sp., Clamydia sp., atau mikoplasma

Gambaran:Disuria dan gatal pada meatus, terjadi 3-10 hari setelah

kontak seksual, secret uretra berwarna kekuningan dan purulen

menunjukkan Gonococcus sp., secret mukoid tipis menunjukkan

Clamydia sp.

4. Sindrom uretra

Suatu kondisi yang ditandai oleh frekuensi, urgensi, dan disuria

pada wanita dengan kultur urin yang menunjukkan tidak ada pertumbuhan

bakterii atau jumlahnya sedikit.

5. Vaginitis

Kondisi yang ditandai oleh disuria, pruritus, dan secret vagina.

Kultur urin negative, tetapi kultur vagina sering menunjukkan

Trichomonas vaginalis, Candida albicans, atau Haemophilus vaginalis.

6. Tumor kandung kemih

Penyebab yang jarang dari disuria, hematuria, piuria steril (tidak ada

pertumbuhan pada MSU).

Ultrasonografi: kemungkinan pielonefritis/abses ginjal. Mungkin

menunjukkan factor prediposisi kelainan structural.

Scan DMSA: menilai fungsi ginjal di mana kerusakan ginjal dicurigai

berasal dari sepsis berulang.

Penyebab tersering sejauh ini adalah ISK, tetapi kondisi lain, seperti batu

urin, uretritis, prostatitis, sistitis dan keganasan pada saluran kemih bagian

bawah, bisa menimbulkan disuria.

Pria yang lebih tua lebih umum menderita disuria karena meningkatnya

insiden benigna prostat hyperplasia (BPH) yang disertai dengan inflamasi dan

infeksi. Pada kebanyakan pasien, urinalisis dapat membantu menentukan

adanya infeksi dan memastikan diagnosis. Organisme coliform, terutama

Escherichia coli, adalah pathogen yang paling umum dalam infeksi traktus

urinarius. Disuria dapat juga disebabkan oleh inflamasi non-infeksius atau

trauma, neoplasma, calculi, hipoesterogenisme, cystitis interstisial, atau

penyakit psychogenic. Walaupun radiografi dan bentuk imaging lain sangat

jarang diperlukan, pemeriksaan ini mungkin dapat mengidentifikasi

abnormalitas dalam traktus urinarius bagian atas ketika gejala klinisnya

menjadi lebih kompleks.

Infeksi adalah penyebab paling umum dari disuria tergantung dimana

area dari traktus urogenital yang paling terkena. Struktur kosong atau tubuler

dari system urinarius rentan terhadap infeksi bakteri coliform. Bakteri ini

diduga memperoleh akses ke meatus uretra lewat aktivitas seksual atau

kontaminasi local kemudian bergerak naik ke daerah yang terkena. Disuria

dapat disebabkan oleh inflamasi dari mukosa urethra yang menggembung

tanpa lapisan infeksi. Pada kedua jenis kelamin, disuria mungkin menjadi

bagian dari manifestasi klinis dari calculus renalis atau neoplasma pada vesica

urinaria dan traktus urinarius.

B. Uretritis

Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik

yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun demikian

kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien. (Nursalam,  2008).

Uretritis yaitu implamasi pada uretra, keadaan ini kerap kali merupakan gejala

penyakit genora, dapat pula disebabkan oleh mikroorganisme. (Barbara. 2005)

Uretritis terbagi menjadi dua yaitu ;

1)     Uretritis akut, terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya oleh karena prostat

mengalami infeksi

2)     Uretritis kronik, infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidaksempurna

pada masa akut, prostatitis kronik, atau striktura uretra.

Etiologi

Uretritis disebabkan oleh kuman gonore atau terjadi tanpa adanya bakteri.

Sesuai dengan sebutan infeksi itu sendiri yaitu uretritis gonoreal dan nongonoreal.

(Nursalam, 2008).

1.         Uretritis non-genokokal: uretritis yang bukan disebabkan oleh gonokokus,

penyebab umum infeksi penyakit menular seksual.

a.      Klamida trachomatis dan ureoplasma urealitikum menyebabkan urettritis

nongonokokus

b.      Berbagai organism panyakit menular seksual yang menyebabkan uretritis akut

meliputi herves simpleks, human papiloma virus, atau trikomonas vaginalis

c.       Masa inkubasi 1-5 minggu

2.         Uretritis  gonokokus disebabkan oleh N. Gonorhea dan penyakit menular

seksual, biasanya lebih verulen dan destruktif

Masa inkubasi 2-5 hari.

Tanda dan gejala

Adapuan tanda dan gejalanya antara lain: (Nursalam, 2008)

1.      Terkadang asimptomatis

2.      Rasa gatal dan terbakar di sekitar uretra

3.      Cairan dari uretra: pada prepusium, dapat berwarna bening, kental, pekat atau

purulen

4.      Disuria atau sering berkemih

5.      Gangguan rasa nyaman pada penis.

Patofisiologi

1.      Uretritis non-genokokal: uretritis yang bukan disebabkan oleh gonokokus,

penyebab umum infeksi penyakit menular seksual.(Nursalam, 2008)

a.       Klamida trachomatis dan ureoplasma urealitikum menyebabkan urettritis

nongonokokus

b.      Berbagai organism panyakit menular seksual yang menyebabkan uretritis akut

meliputi herves simpleks, human papiloma virus, atau trikomonas vaginalis

c.       Masa inkubasi 1-5 minggu

2.      Uretritis  gonokokus disebabkan oleh N. Gonorhea dan penyakit menular

seksual, biasanya lebih virulen dan destruktif. Masa inkubasi 2-5 hari.

Pemeriksaan penunjang

Pada kasus uretritis hal-hal yang perlu diperiksa untuk mendukung diagnosa

adalah ;

1.      Pemeriksaan urine lengkap

2.      Pemeriksaan sekret uretra

3.      Test sensitivitas dan kultur untuk menentukan antibiotika yang akan dipakai.

Prognosis

Infeksi pada uretra atau uretritis bila pengobatannya tidak baik maka infeksi

dapat menjalar kekandung kemih, ureter ataupun ginjal.

Penatalaksanaan

1.      Antimikroba: tetrasiklin, quinolon, atau eritromisin efektif pada beberapa kasus

uretritis nongokokus; metronidazol dipakai jika penyebabnya trikomonas

2.      Peneilin: yang resisten penisilin diberikan cephalosporin, dan quinolon dapat

digunakan mengobati uretritis gonokokus, dosis besar pemberian tunggal efektif

DATA TAMBAHAN

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada Pasien :

Rentang usia : 34 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Status pernikahan : ibu rumah tangga

Status pernikahan : menikah dengan satu anak

Pendidikan terakhir : SMA

Riwayat penyakit sekarang ( history of present illness):

Keluhan utama : nyeri saat buang air kecil

Lokasi : perut bagian bawah

Sejak kapan : 3 hari yang lalu

Perjalanan penyakit : pasien mengalami keluhan tersebut 3 hari sebelum

berobat, nyeri dirasakan panas dan perih pada saat air seni memancar

keluar, dari awal sampai akhir keluarnya air seni. Nyeri dirasakan semakin

berat dan saat ini pasien merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah.

Air seni jernih berwarna agak kecoklatan,tidak ada pasir, batu maupun

nanah.

Keluhan lain : demam

Hal-hal memperburuk : kurang minim

Hal-hal mengurangi : pasien banyak minum

Riwayat pengobatan : tidak ada

Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, DM di sangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat penyakit serupa disangkal

Riwayat penyakit kencing nanah pada suami disangkal

Riwayat kebiasaan sosial

Olahraga jarang dilakukan

Diet : senag minum manis seperti teh dan kopi

Hubungan suami istri tidak ada keluhan

Hubungan dengan tetnagga dan teman tidak ada keluhan

Pemeriksaan fisik :

Vs : T = 120/80 mmHg

RR =20x/menit

N= 80x/menit

Temp = 37,9 derajat cecius

Status generalis : cor/ulmo/ abdomen : dalam batas normal

Status urologis :

R. suprapubik : nyeri takan (+), buldging (-)

R. flank Dex et sin : benjolan (-), nyeri ketok costo vertebral (-)

Urinalisis :

leukosit 27-35/LPB

eritrosit 21-26/LPB

kristal : –

silindris : –

epitel gepeng : –

epitel bulat : –

keton : –

urobilinogen : –

protein : –

bilirubin : –

diagnosis banding :

uretritis

sistitis

BAB III

KESIMPULAN

penegakan diagnosis pada pasien ini adalah dengan melakukan anamnesis

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dan penatalaksaan farmako

berupa obat anti nyeri dan antibiotik serta terapi non farmakologi berupa tirah

baring, diagnosis sititis dengan dd uritritis dan tata laksana farmakologi nya

di berikan antibiotik berupa trimetropin sulfamet toksasol ( trimeksazol ) anti

nyeri piretik berupa parasetamol dan terapi non farmakologinya tirah baring

serta adukasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk .2000. Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1.Jakarta:

EGC

Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC

Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset

Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit.

Jakarta : EGC

Arif Mansjoer dkk .2000. Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1.Jakarta: EGC