laporan mineralogi kristalografi

Upload: ichsan-adhi-chrisna

Post on 21-Jul-2015

1.000 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Maksud 1.1.1 Menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu,posisi sumbu, jumlah sumbu serta besar sudut yang dibentuk antar sumbu pada bentuk kristal. 1.1.2 Mendeskripsikan bentuk kristal berdasarkan parameter penggambaran, jumlah, dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. 1.1.3 Menentukan kelas kristal berdasarkan Hermann Mauguin simbol.

1.2 Tujuan 1.2.1 Dapat menentukan sistem kristal berdasakan atas panjang sumbu, posisi sumbu, jumlah sumbu serta besar sudut yang dibentuk antar sumbu pada bentuk kristal. 1.2.3 Dapat mendeskripsikan bentuk kristal berasarkan atas parameter penggambaran, jumlah, dan posisi sumbu Kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. 1.2.4 Dapat menentukan kelas kristal berdasarkan Hermann Mauguin simbol

1.3 Waktu Pelaksanaan Pertemuan praktikum yang pertama pada : hari tanggal pukul tempat : Senin : 19 Maret 2011 : 15.30 17.20 WIB : Gedung C201

Pertemuan yang kedua dilaksanakan pada : hari tanggal pukul tempat : Senin : 4 April 2011 : 15.30 17.20 WIB : Gedung Pertamina Sukawati

1

BAB II DASAR TEORI

2.1 Definisi Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sIstem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan susunan atom dalam zatpadat. Kata kristalografi berasal dari bahasa yunani crystallon = tetesan dingin/beku, dengan makna luas kepada semua padatan transparan pada derajat tertentu, dangraphein= menulis. Kristalografi mempelajari tentang kristal meliputi sifat geometri diantaranya letak,panjang, jumlah sumbu kristal, bentuk bidang luar yang membatasinya. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk kristal yang masih dalam satu sistem kristal. Stuktur dalam dan sifat fisik kristal. Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh komposisi kimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu. Ada beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai kristal,diantaranya adalah padat, tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan proses fisika, memiliki stuktur bentuk,bidang serta sudut inklimasi pada setiap kristal tertentu. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut. Meskipun istilah "kristal"memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisikazat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kalisedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.

2

Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik. Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang: Sifat geometri memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk atau bangun Kristal tertentu dan jumlah bidang luar serta bentuk yang membatasinya. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar, bahwa disamping mempelajari kombinasi serta antara satu bentuk Kristal yang terbentuk kemudian. Struktur dalam membicarakan susunan dan jumlah sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur ( susunan atom-atomnya ). Besar kecilnya kristal tidak dipengaruhi yang penting bentuk yang dibatasi bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu; Kristalin dan Non Kristalin.

2.2 Daya Ikat dalam Kristal Daya yang mengikat atom (atau ion atau grup ion) dari zat padakristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan,belahan daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara lansung terhadap daya ikat. Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi, 4 macam,yaitu : ionik, kovalen, logam dan van der waals.

2.3 SistemKristal Hingga saat ini terdapat 7 sistem kristal. Dasar pengelompokan atau penggolongan kristal tersebut adalah: Jumlah sumbu Kristal Letak sumbu yang satu dengan yang lain Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbukristal Sistem kristal tersebut adalah sebagai berikut :

3

Sistem kristal tersebut adalah sebagai berikut : 2.3.1 Sistem Isometrik Sistem ini disebut juga sisem regular, bahkandikenal sebagai kubus atau kubik. Jumlah sumbukristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yanglainya. Masingmasing sumbu sama panjangnya. Systemini memiliki tiga kelas, dmana unsur simetrinya berbeda : a. Kelas spinel atau holohedral, contoh : magnetit,intan, spinel, dll. b. Kelas pirit, contoh : pirit. c. Kelas tetrahidrit, contoh : zinc blende

(a)Gambar 2.4.1: sistem kubik (a) asli dan (b) Modifikasi

(b)

2.3.2 Sistem tetragonal Sistem ini memiliki kesamaan dengan sistemisometrik dimana sistem ini juga memiliki 3 sumbu kristalyang masing-masing tegak lurus. Sumbu a dan bmempunyai satuan panjang yangsama sedangkan sumbuc berlainan, dapat lebih panjang maupun lebih pendek(umumnya lebih panjang). Contoh : Zerkon, Skeelit,Kasiterit, Rutil, Idokras/ Vesuvianit, kalkopirit, melilit, dll.

4

Gambar 2.4.2 Sistem tetragonal : (a) asli, (b) modifikasi, (c) penampakan sumbu, (d) scheelite

2.3.4

Sistem rombis Sistem ini dikenal juga dengan sebutan orthorombis dan mempunyai 3 sumbu Kristal yang saling tegak lurus dengan lainnya. Ketiga sumbu Kristal tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Contoh Topaz, Selestin, Staulit, Anhidrit, Barit, Aragonit, Brukit, Enstatit, Lawsonit, Olivin, Silimanit, dll

(a)

(b)

(c)

5

Gambar 2.4.3: system rombis (a) asli dan (b) modifikasi, dan (c) penampakan sumbu 2.3.5 Sistem Heksagonal Sistem ini mempunyai empat sumbu Kristal dimana sumbu tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lainnya.Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut 120o terhadap satu dengan yang lainnya. Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama, sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (pada umumnya lebih panjang). Sistim heksagonal dapat dibagi menjadi sistim trigonal dan sistim heksagonal. Perbedaannya adalah bahwa pada Kristal-kristal yang bersistim trigonal sumbu c merupakan sumbu simetri bernilai tiga (3-fold symmetry), sedangkan pada sistim hekasagonal sumbu simetri bernilai 6 (6-fold symmetry). Contph sistim heksagonal :Kuarsa, Apatit, Nefelin, Turmalin, dll. Contoh sistim trigonal: Brusit, Kalsit, Korundum, Dolomit, dan sebagainya.

(a)

(b)

6

(c )

(d)

(e)

Gambar 2.4.4 sistem heksagonal (a) asli, (b) modifikasi, (c) vadainit, (d) kuarsa, dan (e) penampakan sumbu

2.3.6 Sistem trigonal Kebanyakan ahli memasukan sistem ini dalamsistem heksagonal, demikian pula cara pengambarannyamemiliki kemiripan atau sama. Perbedaannya padatrigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuksegi kemudian dibuat segitiga dengan menggabungandua titik sudut yang melewati satu sudutnya.

(a)

(b)

7

(c) Gambar 2.4.5 Sistem Trigonal (a) asli, (b) modifikasi, dan (c) Kalsit

2.3.7 Sistem Monoklin Monoklin hanya memiliki satu sumbu yang miringdari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurusterhadap sumbu b, sedangkan sumbu b tegak lurusdengan dengan c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu ini mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Sumbu a dan b ini disebut sumbu klino dan sumbu orto. Contoh : ortoklas, Augit, Gipsum, Klorit, Diopsida, Vepidot, Monazit, Muskovit, Sfen, Talk, dll.

(a)

(b)

8

(c)

(d)

Gambar 2.4.6 Sistem Monoklin : (a) asli, (b) modifikasi, (c)mineral kroroit , (d) penampakan sumbu

2.3.8

Sistem Triklin Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Contoh : Plagioklas, Kianit, Rodonit, Mikroklin, Wolastonit, dll.

(a)

(b)

9

(c)

(d)

Gambar 2.4.7 Sistem Triklin : (a) asli, (b) modifikasi, (c)mineral rodoksit , (d) penampakan sumbu

2.3 Herman Mauguin Syimbol Dari tujuh system Kristal dapat dikelompokan menjadi 32 klas kristal. Pengelompokan ini berdasarkan pada unsure simetri yang dimiliki kristal. System isometric terdiri dari lima kelas, system tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas,heksagonal mempunyai tujuh kelas, selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas.Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut dengan symbol. Ada dua cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi schon_ies dan Hermann mauguin (simbolisasi internasional).Simbol Hermann mauguin adalah simbolisme umum dala kristalografi untuk menunjukan kelompok ruang poin dan kelompok. Penujukan ini setelah Carl Hermann dan Charles Victor Mauginn, kelompok titik. Berikut merupakan table dari simbol hermann maugin. Tabel 2.5 Herman Maugin Symbol AXES System Class Name 2Fold Tetraoidal Isometric Diploidal Hextetrahedral 3 3 3 3Fold 4 4 4 4Fold 6Fold 3 6 yes Planes Center Herman Maugin Symbols 23 2/m 3 4 3m

10

Gyroidal Hexoctahedral

4 6

3 4

3

-

9

yes

432 4/m 3 2/m

Disphenoidal Pyramidal Dipyramidal Scalenohedral Tetragonal Ditetragonal Pyramidal Trapezohedral Ditetragonal Dipyramidal Pyramidal Orthorombic Disphenoidal Dipyramidal

1 3 -

-

1 1 -

-

1 2 4

yes -

4 4 4/m 4 2m 4mm

4 4

-

1 1

-

5

yes

422 4/m 2/m 2/m

1 3 3

-

-

-

2 3 yes

mm2 22 2/m 2/m 2/m

Trigonal Dipyramidal Pyramidal Dipyramidal Ditrigonal Hexagonal Dipyramidal Dihexagonal Pyramidal Trapezohedral Dihexagonal Dypyramidal Pyramidal Trigonal Rhombohedral

-

1

-

-

1

-

6

3

1

-

1 1 -

1 4

yes -

6 6/m 6m2

-

-

-

1

6

-

6mm

6 6

-

-

1 1

7

yes

622 6/m 2/m 2/m

-

1 1

-

-

-

yes

3 3

11

Ditrigonal Pyramidal Trapezohedral Hexagonal Scalenohedral Domatic Monoclinic Sphenoidal Prismatic Pedial Triclinic Pinacoidal

-

1

-

-

3

yes

3m

3 3

1 1

-

-

3

yes

32 3 2m

1 1 -

-

-

-

1 1 -

yes yes

M 2 2/m 1 1

12

BAB III HASIL DISKRIPSI3.1 Gambar Peraga Nomor 1

1) System Crystal 2) Symmetrical core 3) Symmetrical lane 4) Symmetrical axes 2 -fold = 3 3 -fold = 1 4 -fold = 5 -fold = 6 -fold = 5) Crystal Class 6) Hermann Maugin Symbols 7) Examples Minerals

: Trigonal : ada :4 :

: Hexagonal Scalenohedral : 3 2/m : Alunite, Dravite, Quartz, Calsit.

13

3.2

Gambar Peraga Nomor 2

1) System Crystal 2) Symmetrical core 3) Symmetrical lane 4) Symmetrical axes 2 -fold = 4 3 -fold = 4 -fold = 1 5 -fold = 6 -fold = 5) Crystal Class 6) Hermann Maugin Symbols 7) Examples Minerals

: Tetragonal : ada : 5 :

: Ditetragonal Dipyramidal : 4/m 2/m 2/m

: Diabolite, Wulfenite, Zyrcon, Kasiterit

14

3.3 Gambar Peraga Nomor 3

1) System Crystal 2) Symmetrical core 3) Symmetrical lane 4) Symmetrical axes 2 -fold = 1 3 -fold = 4 -fold = 5 -fold = 6 -fold = 5) Crystal Class 6) Hermann Maugin Symbols 7) Examples Minerals

: Monoklin : ada :1 :

: Prysmatic : 2/m : Gypsum, Epidote, Muscovite, Ortoclas

15

3.4 Gambar Peraga Nomor 4

1) System Crystal 2) Symmetrical core 3) Symmetrical lane 4) Symmetrical axes 2 -fold = 3 -fold = 4 -fold = 5 -fold = 6 -fold = 5) Crystal Class 6) Hermann Maugin Symbols 7) Examples Minerals

: Triklin : a) - , :: b) Exsist

: a) pedial, b) Pinacoidal : a) 1, b) 1 : Plagioklas,Gardit, Kyanit

16

3.5 Gambar Peraga Nomor 5

1) System Crystal 2) Symmetrical core 3) Symmetrical lane 4) Symmetrical axes 2 -fold = 3 3 -fold = 4 -fold = 5 -fold = 6 -fold = 5) Crystal Class 6) Hermann Maugin Symbols 7) Examples Minerals

: Orthorombik : ada :3 :

: Dipiramidal : 2/m 2/m 2/m : Topaz, Olivine, Sulfur, Natrolit

17

3.6

Gambar Peraga Nomor 6

1) System Crystal 2) Symmetrical core 3) Symmetrical lane 4) Symmetrical axes 2 -fold = 6 3 -fold = 4 -fold = 5 -fold = 6 -fold = 1 5) Crystal Class 6) Hermann Maugin Symbols 7) Examples Minerals

: Hexagonal : ada :7 :

: Dihexagonal Dipyramidal : 6/m 2/m 2/m : Apatite, Beryl

18

3.7

Gambar Peraga Nomor 7

G a m b a r

3

1) System Crystal 2) Symmetrical core 3) Symmetrical lane 4) Symmetrical axes 2 -fold = 6 3 -fold = 4 4 -fold = 3 5 -fold = 6 -fold = 5) Crystal Class 6) Hermann Maugin Symbols 7) Examples Minerals

: Isometrik : ada :9 :

: Hexoctahedral : 4/m 3 2/m : Galena, Diamond, Zinc blende, Fluorit.

19

3.8

Peraga Kristal Nomor 4 Gambar Peraga Deskripsi 1. System Crystal 2. Symmetrical core 3. Symmetrical lane 4. Symmetrical axes : Tetragonal ::4 :

i. 2 -fold = ii. 3 -fold = iii. 4 -fold = 1 iv. 5 -fold = v. 6 -fold = 5. Crystal Class : ditetragonal dipyramidal 6. Hermann Maugin Symbols : 4/mm 7. Examples Minerals :

Contoh mineral : Diabolite Kasiterit Wulfenit

20

3.9

Peraga Kristal Nomor KR 001 Deskripsi 1. System Crystal 2. Symmetrical core 3. Symmetrical lane 4. Symmetrical axes : Orthorombic : Ada :3 :

Gambar Peraga

i. 2 -fold = 3 ii. 3 -fold = iii. 4 -fold = iv. 5 -fold = v. 6 -fold = 5. Crystal Class : Dipyramidal 6. Hermann Maugin Symbols : 2/m 2/m 2/m 7. Examples Minerals Contoh Mineral : Topaz Olivine Sulfur :

21

3.10

Peraga Kristal Nomor KL 13 Deskripsi 1. System Crystal 2. Symmetrical core 3. Symmetrical lane 4. Symmetrical axes : Trigonal : ada :4 :

Gambar Peraga

i. 2 -fold = 3 ii. 3 -fold = 1 iii. 4 -fold = iv. 5 -fold = v. 6 -fold = 5. Crystal Class : Hexagonal Scalenohedral 6. Hermann Maugin Symbols : 3 2/m 7. Examples Minerals :

Contoh mineral: Quartz Alunite Calsit

22

3.11

Peraga Kristal Nomor 12 Deskripsi 1. System Crystal 2. Symmetrical core 3. Symmetrical lane 4. Symmetrical axes : Triklin :::

Gambar Peraga

i. 2 -fold = ii. 3 -fold = iii. 4 -fold = iv. 5 -fold = v. 6 -fold = 5. Crystal Class : Pedial

6. Hermann Maugin Symbols : 1 7. Examples Minerals : Contoh mineral: Kyanit Plagioklas

23

3.12 Peraga Kristal Nomor KR 11 Gambar Peraga Deskripsi 1. System Crystal 2. Symmetrical core 3. Symmetrical lane 4. Symmetrical axes : Monoklin ::1 :

i. 2 -fold = 1 ii. 3 -fold = iii. 4 -fold = iv. 5 -fold = v. 6 -fold = 5. Crystal Class : Prismatik 6. Hermann Maugin Symbols : 2/m 7. Examples Minerals : Contoh mineral: Ortoclas Muscovit Epidote

24

3.13

Peraga Kristal Nomor 245 Gambar Peraga Deskripsi 1. System Crystal 2. Symmetrical core 3. Symmetrical lane 4. Symmetrical axes : Hexagonal : ada :6 :

i. 2 -fold = ii. 3 -fold = iii. 4 -fold = iv. 5 -fold = v. 6 -fold = 1 5. Crystal Class : Dihexagonal Dipyramidal 6. Hermann Maugin Symbols : 6/mm 7. Examples Minerals :

Contoh mineral : Apatite Beryl Zincite

25

BAB IV PEMBAHASAN4.1 Gambar Peraga Nomor 1 Sistem kristal ini mirip dengan system kristal hexagonal. Namun terdapat perbedaan, yaitu apabila pada sistem ini setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu . Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.Berdasarkan ciri-ciri di atas maka system ini termasuk ke dalam system kristal trigonal. Gambar pertama ini memiliki pusat simetri, karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri. Gambar kristal ini memiliki 4 bidang simetri. Yaitu bidang simetri yang membagi melalui sumbu a, b, c dan bidang simetri yang membagi kristal secara horizontal tepat di tengah-tengah. Gambar kristal ini memiliki 4 simetri putar, 2-fold nya ada 3 buah yaitu apabila diputar terdapat 2 kenampakan yang sama. Dan memiliki 3-

fold nya 1 buah. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Hexagonal Scalenohedral menurut klasifikasi Herman Maughin. Contoh mineralnya adalah Penakit, Dolomit.

26

4.2

Gambar Peraga Nomor 2 Sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90). Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Berdasarkan cirri-ciri di atas maka system ini termasuk system kristal tetragonal. Gambar kedua ini memiliki pusat simetri, karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri. Gambar kristal ini memiliki 5 bidang simetri. Yaitu bidang simetri yang membagi secara vertikal dan bidang simetri yang membagi kristal secara horizontal. Gambar kristal ini memiliki 5 simetri putar, 2-fold nya ada 4 buah yaitu apabila diputar terdapat 2

kenampakan yang sama. Dan memiliki 4-fold nya 1 buah. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Ditetragonal menurut klasifikasi Herman Maughin. Contoh mineralnya adalah Kasiterit, Wulfenit.

4.3

Gambar Peraga Nomor 3 Sistem kristal ini hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada

27

kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring). Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbusumbunya pada sistem ini. Berdasarkan cirri-ciri di atas maka system kristal ini termasuk ke dalam system kristal monoklin. Gambar ketiga ini memiliki pusat simetri. Gambar kristal ini memiliki 1 bidang simetri. Gambar kristal ini memiliki 1 simetri putar, yaitu simetri putar 2-fold. Terdapat 1 buah simetri putar 2-fold yaitu apabila diputar terdapat 2 kenampakan yang sama. Berdasarkan

deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas prismatic menurut klasifikasi Herman Maughin. Contoh mineralnya adalah Gypsum, Epidote, Muscovite, Ortoclas.

4.4

Gambar Peraga Nomor 4 Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Berdasarkan cirri-ciri tersebut system ini termasuk system kristal triklin.

28

Gambar keempat ini tidak memiliki pusat simetri. Gambar kristal ini tidak memiliki bidang simetri. Gambar kristal ini tidak memiliki simetri putar, karena apabila diputar terdapat tidak ditemukan

kenampakan yang sama.. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Pedial menurut klasifikasi Herman Maughin. Contoh mineralnya adalah Plagioklas,Gardit, Kyanit. 4.5 Gambar Peraga Nomor 5 Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90). Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbusumbunya pada sistem ini. Berdasarkan cirri-ciri tersebut system ini termasuk ke dalam system kristal Ortorombik. Gambar kelima ini memiliki pusat simetri, karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri. Gambar kristal ini memiliki 3 bidang simetri. Yaitu 1 bidang simetri yang membagi secara vertikal dan 2 bidang simetri yang membagi kristal secara horizontal. Gambar kristal ini memiliki 3 simetri putar, ketiga-tiganya merupakan simetri putar 2-fold yaitu apabila diputar terdapat 2 kenampakan yang sama. Berdasarkan deskripsi di

atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Dipyramidal menurut klasifikasi Herman Maughin. Contoh mineralnya adalah Topaz, Olivine, Sulfur, Natrolite.

29

4.6

Gambar Peraga Nomor 6 Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu . Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Berdasarkan cirri-ciri tersebut system kristal ini termasuk ke dalam system kristal Hexagonal. Gambar keenam ini memiliki pusat simetri, karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri. Gambar kristal ini memiliki 7 bidang simetri. dan memiliki 7 simetri putar, 2-fold nya ada 6 buah. Dan memiliki 6-fold nya 1 buah yaitu apabila diputar terdapat 6 kenampakan yang sama.

Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Dihexagonal Dipyramidal menurut klasifikasi Herman Maughin. Contoh mineralnya adalah Apatite, Beryl.

4.7

Gambar Peraga Nomor 7 Sistem ini memiliki jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c.

30

Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90). Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Berdasarkan cirri-ciri tersebut system ini termasuk ke dalam system kristal Isometrik. Gambar ketujuh ini memiliki pusat simetri, karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri. Gambar kristal ini memiliki 9 bidang simetri. dan memiliki 13 simetri putar, 2-fold nya ada 6 buah, 3-fold nya 4 buah dan 4-fold nya 3 buah. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Hexoctahedral menurut klasifikasi Herman

Maughin. Contoh mineralnya adalah Galena, Diamond, Zinc blende, Fluorit.

4.8

Peraga Kristal Nomor 4 Sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Berdasarkan cirri-ciri tersebut, maka system kristal ini termasuk ke dalam system kristal Tetragonal. Gambar peraga ini tidak memiliki pusat simetri, karena jika ditarik garis dari suatu sudut tidak muncul pada sudut lain tetapi pada suatu bidang.Gambar kristal ini memiliki 4 bidang simetri. dan memiliki 1 simetri putar, yaitu simetri putar 4-fold satu buah. Berdasarkan deskripsi di

31

atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Dypiramidal menurut klasifikasi Herman Maughin.

4.9

Peraga Kristal Nomor KR 001 Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Berdasarkan cirri-ciri tersebut maka system kristal ini termasuk ke dalam system kristal Ortorombic. Gambar peraga ini memiliki pusat simetri, karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri..Gambar kristal ini memiliki 3 bidang simetri. dan memiliki 3 simetri putar, yaitu simetri putar 2-fold 3 buah. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Dypiramidal menurut klasifikasi Herman Maughin.

4.10

Peraga Kristal Nomor KL 13 Sistem ini mirip dengan sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem ini setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Berdasarkan cirri-ciri tersebut maka system ini termasuk kedalam system kristal Trigonal. Gambar peraga ini memiliki pusat simetri, karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu

32

bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri.Gambar kristal ini memiliki 4 bidang simetri, 3 bidang membagi secara vertical dan 1 bidang membagi secara horizontal. Memiliki 4 simetri putar, simetri putar 2-fold 3 buah dan 3-fold nya 1 buah. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Scalenohedral menurut klasifikasi Herman Maughin.

4.11

Peraga Kristal Nomor 12 Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Berdasarkan cirri-ciri tersebut maka system ini termasuk ke dalam system kristal Triklin. Gambar peraga ini tidak memiliki pusat simetri, bidang simetri maupun simetri putar.. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Pedial menurut klasifikasi Herman Maughin.

4.12

Peraga Kristal Nomor 11 Sistem kristal ini hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Berdasarkan cirri-ciri tersebut maka system kristal ini termasuk ke dalam system Monoklin.

33

Gambar peraga ini tidak memiliki pusat simetri. Gambar kristal ini memiliki 1 bidang simetri,yang membagi secara horizontal. Memiliki 1 simetri putar, yaitu simetri putar 2-fold 1 buah. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Prismatik menurut klasifikasi Herman Maughin.

4.113 Peraga Kristal Nomor 245 Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Berdasarkan cirri-ciri tersebut maka system ini termasuk ke dalam system kristal Hexagonal. Gambar peraga ini memiliki pusat simetri karena jika kita menembus satu sisi dan melewati pusat kristal, akan tembus pada suatu bidang yang sama dan jarak garis tersebut sama panjang apabila dibagi tepat pada sumbu simetri. Gambar kristal ini memiliki 6 bidang simetri,yang membagi secara vertical dan horizontal. Memiliki 1 simetri putar, yaitu simetri putar 6-fold 1 buah. Berdasarkan deskripsi di atas, system kristal ini digolongkan dalam kelas Dihexagonal Piramydal menurut klasifikasi Herman Maughin.

34

BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk-bentuk sistem kristal ditentukan oleh panjang sumbu, jumlah sumbu, dan kedudukan sumbu (besar derajat sumbu). Berdasarkan panjang sumbu, jumlah sumbu, dan kedudukan sumbu terdapat 7 sistem kristal yaitu : Isometrik, Tetragonal, Trigonal, Heksagonal, orthorombik (rombis), Monoklin, dan Triklin. 5.1.2 Berdasarkan panjang sumbu, jumlah sumbu, dan kedudukan sumbunya maka dapat disimpulkan : 1. Pada pendeskripsian sistem trigonal, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar seperti yang dijelaskan, sehingga dapat digolongkan dalam kelas hexagonal scalenohedral 2. Pada pendeskripsian sistem tetragonal, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar seperti penjelasan sebelumnya, maka dapat digolongkan sebagai kelas ditetragonal-dipiramidal. 3. Pada pendeskripsian sistem monoklin, pada gambar tidak terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri tetapi terdapat simetri putar maka, digolongkan sebagai kelas spenoidal 4. Pada pendeskripsian sistem triklin, pada gambar tidak terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan sebagai kristal kelas pedial dan gambar kedua termasuk kedalam kelas pinachoidal karena mempunyai pusat simetri. 5. Pada pendeskripsian sistem orthorombik, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan sebagai kelas dipiramidal

35

6.

Pada pendeskripsian sistem heksagonal, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan sebagai kelas diheksagonal dipyramidal

7.

Pada pendeskripsian sistem isometrik, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan sebagai kelas hexoctahedral

8.

Kristal dengan nomor peraga no. 4 termasuk dalam sistem kristal Tetragonal dan kelas kristalnya dipyramidal

9.

Kristal dengan nomor peraga KR 001 termasuk dalam sistem kristal Ortorombik dan kelas kristalnya dypyramidal

10. Kristal dengan nomor peraga KL 13 termasuk dalam sistem kristal trigonal dan kelas kristalnya hexagonal Scalenohedral 11. Kristal dengan nomor peraga no.12 termasuk dalam sistem kristal Triklin dan kelas kristalnya pedial. 12. Kristal dengan nomor peraga KR 11 termasuk dalam sistem kristal Monoklin dan kelas kristalnya prismatic. 13. Kristal dengan nomor peraga no.245 termasuk dalam sistem kristal Hexagonal dan kelas kristalnya Dihexagonal Piramydal. 5.2 Saran 1. 2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mendskripsikan peraga Sebaiknya dalam praktikum contoh mineral yang di pakai yang ada dalam tabel herman meughin saja, bukan mineral hasil perkembangan.

36

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.wikipedi.org/kristalografi http://www.wikipedia.org/kristalogi http://www.google.com/hermann-mauguin-symbol.html http://www.google.com/Crystal_structure.html http://www.google.com/kristalografi-dasar%202.html

37