laporan mekanika tanah
DESCRIPTION
Laporan PraktikumTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dibidang teknik sipil ilmu Mekanika Tanah sebagai salah satunya ilmu yang
diterapkan didalamnya, dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi pemanfaatan
dari ilmu Mekanika Tanah dapat berkembang diberbagai sektor diantaranya konstruksi
rancang bangun fondasi, pembuatan gedung bertingkat, pembangunan sarana dan
prasarana jalan angkut. Secara khusus ilmu ini juga dapat diterapkan pada teknik
pertambangan yaitu perancangan stabilitas tanah pada jenjang/jalan angkut yang dibuat.
Analisis dengan ilmu Mekanika Tanah ini dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal
tentang perilaku/sifat-sifat yang berkenaan dengan tanah diantaranya: kadar air, berat
jenis, batas cair tanah, batas plastis & indeks plastisitas, batas susut dan faktor-faktor
batas susut.
Pemanfaatan ilmu Mekanika Tanah ini diharapkan agar dalam konstruksi
bangunan yang dibuat memenuhi persyaratan stabil dan aman dari gerakan- gerakan yang
terjadi seperti longsoran, getaran akibat gempa, dan erosi air hujan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari dibuatnya laporan praktikum ini adalah untuk memberikan uraian
teori dan perhitungan yang dilaksanakan oleh para peserta praktikum pada waktu
melaksanakan praktikum Mekanika Tanah atau melakukan pengukuran alat pada
umumnya. Sedangkan tujuanya adalah agar peserta mempunyai kemampuan dan
pengetahuan untuk melakukan pengukuran dan pengujian sampel tanah, serta
menganalisis sifat yang dimiliki tanah. Sehingga dapat digunakan didalam hubungannya
dengan ilmu pertambangan lainnya. Dalam hal ini akan membahas mengenai :
1.2.1 Kadar Air
Maksud percobaan adalah memeriksa kadar air suatu contoh tanah. Kadar air
tanah adalah perbandingan antara berat air yang dikandung tanah dan berat kering tanah,
dinyatakan dalam persen(%).
1
1.2.2 Berat Jenis Tanah
Maksud percobaan adalah menentukan berat jenis sesuatu contoh tanah. Berat
jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir-butir dengan berat air destilasi di udara
dengan volume yang sama dan pada temperatur tertentu. Biasanya diambil temperatur
27,50C.
1.2.3 Batas Cair Tanah
Maksud percobaan adalah untuk menentukan batas cair tanah. Batas cair suatu
tanah adalah kadar air tanah tersebut pada keadaan batas peralihan antara cair dan
keadaan plastis, tanah dalam keadaan pada batas cair apabila diperiksa dengan alat
casagrande, kedua bagian tanah dalam mangkok yang terpisah oleh alur lebar 2 mm
(seperti yang akan diuraikan dibawah),menutup sepanjang 12,7 mm oleh 25 pukulan.
1.2.4 Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Maksud percobaan adalah untuk menentukan batas plastiasitas suatu tanah. Batas
plastisitas tanah adalah kadar air minimum (dinyatakan dalam persen) bagi tanah tersebut
yang masih dalam keadaan plastis. Tanah ada pada keadaan plastis, apabila tanah digiling
menjadi batang-batang berdiameter 3 mm mulai menjadi retak-retak.
Indeks plastisitas sesuatu tanah adalah bilangan (dalam persen) yang merupakan
selisih antara batas cair dan batas plastisnya.
1.2.5 Batas Susut dan Faktor-faktor Batas Susut
Maksud percobaan ini meliputi pemerikasaan-pemerikasaan untuk menentukan
data dari suatu tanah subgrade yang meliputi : batas susut, angka susut, susut volumetric,
dan susut linear.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kadar Air
Segumpal tanah yang terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering,
hanya akan terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara. Dalam
tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau butiran dan air pori.
Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri tiga bagian, yaitu bagian padat (butiran), pori-
pori udara, air pori. Elemen tanah yang mempunyai V dan W, memperlihatkan hubungan
berat dengan volumenya.
Maka di bentuk persamaan :
W = Ws + Ww
Dan
V = Vs + Vw + Va
Dengan :
Ws = berat butiran padat
Ww = berat air
Vs = volume butir padat
Vw = volume air
Va = volume udara
Berat udara (Wa) dianggap sama dengan nol. Hubungan- hubungan volume yang
sering digunakan dalam mekanika tanah adalah kadar air (W), angka pori (e), porositas
(n), dan derajat Kejenuhan (S), sedangkan untuk menghitung kadar air (Ws) dalam tanah
tersebut, dinyatakan dalam persen.
W (%) = × 100%
3
2.2 Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
Berat volume butiran padat (γs), adalah perbandingan berat butiran padat (Ws)
dengan volume butiran padat (Vs).
γs =
Berat spesifik atau berat jenis (specific gravity) tanah (Gs) adalah perbandingan
antara berat volume butiran padat (γs), dengan berat volume air (γw) pada temperatur
4°C.
Gs =
Gs tidak berdimensi. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65
sampai 2,75. Nilai berat jenis Gs = 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah yang tidak
berkohesi. Sedangkan untuk tanah yanag kohesif tak organik berkisar di antara 2,68
sampai 2,72. Nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah dicantumkan dibawah ini :
Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
2.3 Batas Cair Tanah (Liquid Limit)
Macam tanah Berat jenis tanah (Gs)
Kerikil 2,65-2,68
Pasir 2,65-268
Lanau organic 2,62-2,68
Lempung organic 2,58-2,65
Lempung anorganik 2,68-2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80
4
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan
cair dan keadaan plastis. Batas cair biasanya ditentukan dari uji casagrande (1948).
Kadar air(%)
nilai batas
cair (LL) kurva aliran
25
jumlah pukulan (skala log)
Kurva pada penentuan batas cair tanah lempung.
Kemiringan dari garis dalam kurva didefinisikan sebagai indeks aliran (flow
index) dan dinyatakan dalam persamaan :
IF =
Dengan: IF = indeks aliran
W1= kadar air (%) pada N1 pukulan
W2= kadar air (%) pada N2 pukulan
Perhatikan bahwa W1 dan W2 dapat ditukarkan untuk memperoleh nilai positifnya,
walaupun kemiringan kurva sebenarnya negatif. Dari pengujian batas-cair , waterways
Experiment Station di Vicksburg, Missisipi (1949), mengusulkan persamaan batas cair :
LL = WN tg
Dengan:
N = jumlah pukulan, untuk menutup celah 0,5 in (12,7)
5
WN = kadar air
Tg = 0,121 (tapi tg tidak sama dengan 0,121 untuk semua jenis tanah).
2.4 Batas Plastis (Plasticity Limit) dan Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah
semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm
mulai retak-retak ketika digulung.
Sedangkan Indeks plastisitas (PL) merupakan interval kadar air dimana tanah
masih bersifat palstis. Karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah.
Jika mempunyai (P) tinggi, maka tanah banyak mengandung butiran lempung. Jika (PL)
rendah, seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering.
Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh
Atteberg tentang :
Nilai indeks plastisitas dan macam tanah
P ,Sifat Macam tanah Kohesi
0 Non plastis Pasir Non kohesif
< 7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7-17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif
> 17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif
2.5 Batas Susut (Srinkage Limit) dan Faktor-faktor Batas Susut
Batas susut (SL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah
semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air dimana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah. Percobaan batas susut
dilaksanakan dalam laboratorium dengan cawan porselin diameter 44,4 dengan tinggi12,7
mm. Bagian dalam cawan dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan tanah junuh
sempurna. Kemudian dikeringkan dalam oven. Volume ditentukan dengan
mencelupkannya pada air raksa. Batas susut di nyatakan dalam persamaan:
SL = ×100%
6
Dengan :
m1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan (g)
m2 = berat tanah kering oven (g)
v1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3)
v2 = volume tanah kering oven (cm3)
w = berat volume air (g/cm3)
Faktor-faktor batas susut (Shrinkage Limit) adalah pengurangan persentase kadar
air yang mengakibatkan perubahan volume tanah. Perubahan itu sendiri terjadi dari 3
fase: batas cair, batas plastis, dan batas susut.
BAB III
PENGUJIAN LABORATORIUM
7
3.1 Kadar Air
Maksud percobaan adalah memeriksa kadar air suatu contoh tanah. Kadar air
tanah adalah perbandingan antara berat air yang dikandung tanah dan berat kering tanah,
dinyatakan dalam persen.
3.1.1 Sampel uji
Contoh tanah ( basah ) yang akan di perikan, dengan berat minimum tergantung
pada ukuran terbesar dari butir tanah:
a). Tanah berbutir halus, berat minimum 10 gr.-25 gr.
b). Tanah berpasir, berat minimum 50 gr-100 gr.
c). Tanah berkerikil-lebih banyak.
3.1.2 Peralatan
1. Oven dengan suhu dapat diatur konstan pada 105ºC - 110ºC.
2. Timbangan yang mempunyai ketelitian sekurang-kurangnya:
a) 0.01 gr-untuk berat kurang dari 100gr.
b) 0.01 gr-untuk berat antara 100 gr-1000 gr.
c) 1.00 gr-untuk berat lebih dari 1000gr.
3. Desikator.
4. Cawan timbang tertutup dari gelas atau logam tahan karat.
3.1.3 Prosedur
1. Bersihkan cawan dan keringkan cawan ditimbang, kemudian timbang dan
catat beratnya ( = W1 ).
2. Masukkan contoh tanah ( basah ) ke dalam cawan timbang, kemudian bersama
tutupnya ditimbang ( = W2 ).
3. Dalam keadaan terbuka, cawan bersama tanah di masukkan dalam oven
(105ºC-110ºC) selama 16 – 24 jam. Tutup cawan disertakan dan jangan
sampai tertukar dengan cawan yang lain.
8
4. Cawan dengan tanah kering diambil dari oven, didinginkan dalam desikator,
setelah dingin ditutup.
5. Cawan tertutup bersama tanah kering ditimbang ( =W3 ).
Hitungan:
Berat air
Kadar air η = × 100%
berat tanah kering
W2 -W3
= × 100% ( dua angka dibelakang koma)
.W3- W1
3.2 Berat Jenis Tanah
3.2.1 Sampel uji:
Contoh tanah seberat sekitar 30 gr - 40 gr yang akan dipergunakan untuk
pemeriksaan secara duplo (2 percobaan yang terpisah).
3.2.2 Peralatan :
1. Piknometer, yaitu botol gelas dengan leher sempit dan dengan
tutup (dari gelas) yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50cc atau lebih
besar.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr.
3. Air destilasi bebas udara (dalam "wash bottle").
4. Oven dengan suhu dapat diatur pada 105ºC - 110ºC.
5. Desikator.
6. Termometer.
7. Cawan porselen (mortar) dengan pastel (penumbuk kepala karet)
untuk menghancurkan gumpalan tanah menjadi butir-butir tanpa merusak
butir-butirnya sendiri.
8. Alat vacum atau kompor.
3.2.3 Prosedur
9
1. Piknometer dibersihkan luar- dalam dan dikeringkan, kemudian
ditimbang (=W1).
2. Contoh tanah dihancurkan dalam cawan porselen dengan
menggunakan pestel, kemudian dikeringkan dalam oven dan langsung
didinginkan dalam desikator segera / langsung dimasukkan dalam piknometer
sebanyak kira-kira 10 gr. Piknometer dengan tutupnya berisi tanah ditimbang
(=W2).
3. Isikan air ± 10cc kedalam piknometer, sehingga tanah terendam
seluruhnya dan biarkan 2-10 jam.
4. Tambahkan air destilasi sampai kira-kira setengah / dua pertiga
penuh.
Udara yang terperangkap diantara butir-butir halus dikeluarkan / dihilangkan,
yang dapat dilakukan dengan salah satu cara:
a). Piknometer bersama air dan tanah dimasukkan dalam bejana tertutup
yang dapat di vacum dengan pompa-vacum ( tidak melebihi 100 mm Hg ),
sehingga gelembung-gelembung udara keluar dan air menjadi jernih.
b). Piknometer direbus dengan hati-hati sekitar 10 menit jangan sekali-sekali
dimiringkan untuk membantu keluarnya udara, kemudian didinginkan.
5. Piknometer ditambah air destilasi sampai penuh ditutup. Bagian luar
piknometer dikeringkan dengan kain kering. Setelah itu piknometer berisi
tanah dan air ditimbang (=W3). Air dalam piknometer diukur suhunyadengan
termometer (= tº c ).
6. Piknometer dikosongkan dan dibersihkan, kemudian diisi penuh
dengan air destilasi bebas udara, ditutup, diluarnya dikeringkan dengan kain
kering. Piknometer penuh air ditimbang ( =W4 ).Hal ini dikerjakan segera
setelah selesai no.5.
Hitungan :
1. Berat jenis butir-butir tanah pada suhu t ºC adalah :
10
G =
=
= atau
G =
2. Berat jenis tanah pada temperatur 27,5 ºC adalah :
G ( 27,5 º ) = G ( t º )
Berat jenis air pada masing-masing temperatur dapat dilihat pada daftar.
Catatan :
1. Piknometer 50 cc digunakan untuk butir-butir tanah yang lewat saringan no. 4
digunakan piknometer yang lebih besar (misal 100 cc). Untuk butir-butir yang lebih
besar dari saringan no. 4 digunakan piknometer yang lebih besar (misal 100 cc).
Jika tanah berupa campuran antara butir-butir kasar (tertahan saringan no.4) dan
butir-butir halus, butir-butir tersebut harus dipisahkan dengan saringan no. 4.
Kemudian masing-masing dikerjakan tersendiri, kemudian harga berat jenis tanah
diambil rata-rata dari keduanya. Pada percobaan penentuan gradasi butir-butir
dengan cara pengendapan (cara pipet atau hidrometer), berat jenis butir-butir
ditentukan dari butir-butir yang lolos saringan no. 10.
2. Sebagai pengganti air destilasi sering digunakan kerosene yang sifat membasahkan
butir-butir lebih baik.
3. Contoh tanah basah dapat juga digunakan dan langsung dimasukkan piknometer,
asal diketahui kadar airnya.
11
4. Secara praktis, pengaruh temperatur tidak terlalu besar dan pengaruh yang besar
terhadap kesalahan hasilnya adalah bersihnya udara yang terperangkap antara butir-
butir dan udarayang larut dalam air, sehingga pembersihan udara ini harus sebaik-
baiknya.
5. Pekerjaan penentuan berat jenis suatu tanah harus dilakukan secara duplo, yaitu
dilakukan 2 kali terpisah. Hasil kedua percobaan harus tidak banyak berbeda dan
dirata- ratakan. Jika selisihnya banyak maka harus diulang.
DAFTAR BERAT JENIS AIR
Harga diantaranya dapat diinterpolasi lurus.
Temperatur (toc) Berat jenis
2021222324252627
27,528293031323334353637383940
0,99820,99800,99780,99760,99730,99710,99680,99650,99640,99630,99600,99570,99540,99510,99470,99440,99410,99370,99340,99300,99260,9922
12
3.3 Batas cair tanah
3.3.1 Sampel uji
Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak ± 100gr.
Contoh tanah ini harus bebas atau telah dibebaskan dari butir-butir yang lebih besar dari
0,426 mm (yang tertahan oleh saringan no. 40). Untuk contoh tanah yang memang tidak
mengandung butir-butir kasar lebih besar dari 0,425 mm dapat langsung diperiksa batas
cairnya tanpa persiapan terlebih dahulu. Apabila contoh tanah mengandung butir-butir
kasar, mula-mula keringkan dalam suhu udara (atau dengan alat pengering dengan suhu
kurang dari 60ºC) secukupnya saja, sampai dapat disaring dengan saringan. Pecahkan
gumpalan-gumpalan tanah dengan digerus dalam mortar dengan pestel
(penumbuk/penggerus) dengan kepala terbungkus karet, sehingga butir-butir tidak rusak.
Kemudian disaring dengan saringan no. 40. Bagian yang tertahan saringan no. 40
disingkirkan dan bagian yang lewat saringan digunakan sebagai benda uji.
3.3.2 Peralatan
1. Alat batas cair casagrande.
2. Alat pembarut (grooving tool)
3. Cawan porselen (mortar)
4. Pestel (penumbuk/penggerus) berkepala karet atau bibungkus karet.
5. Spatel.
6. Saringan no. 40.
7. Air destilasi dalam botol cuci (Wash bottle).
8. Alat-alat pemeriksa kadar air (lihat percobaan no. 1)
Persiapan alat :
1. Periksa alat casagrande yang akan digunakan, bahwa alat dalam keadaan
dan dapat bekerja dengan baik, baut-baut tidak longgar, sumbu mangkok tidak
sangat aus yang menjadikan mangkok goyang, dan mangkok tidak terlalu aus
pada bagian alurnya. Juga periksa alat pembarut mempunyai ukuran-ukuran
yang benar.
13
2. Periksa bahwa apabila pegangan diputar, mangkok akan terangkat setinggi
1 cm. Gunakan pegangan alat pembarut sebagai pengukur. Jika tidak benar
perbaiki setelanya.
3.3.3 Prosedur
1. Taruhlah contoh tanah (sebanyak ± 100 gr) dalam mangkok porselen,
campur rata dengan air destilasi sebanyak kira-kira 15cc- 20cc. Aduk, tekan-
tekan dengan pestel. Bila perlu tambahkan air dengan bertahap, tambah sekitar
1-3cc, aduk, tekan dan tusuk-tusuk, tambah air lagi, dan seterusnya, sehingga
diperoleh adukan yang benar-benar merata.
2. Apabila adukan tanah ini telah merata, dan kebasahannya telah menghasilkan
sekitar 30 - 40 pukulan pada percobaan, taruhlah sebagian adukan tanah
tersebut dalam mangkok casagrande. Gunakan spatel, sebar dan tekan dengan
baik , sehingga tidak terperangkap, gelembung udara dan tanah. Ratakan
permukaan tanah dan buat mendatar dengan ujung terdepan tepat pada ujung
terbawah mangkok. Dengan demikian tebal tanah bagian terdalam akan
terdapat 1cm. Jika ada kelebihan, kembalikan kelebihan tersebut ke mangkok
porselen.
3. Dengan alat pembarut, buatlah alur lurus pada garis tengah mangkok
searah dengan sumbu alat, sehingga tanah terpisah menjadi dua bagian secara
simetris. Bentuk alur harus baik dan tajam dengan ukuran sesuai dengan alat
pembarut. Untuk menghindari terjadinya alur yang tidak baik atau tergesernya
tanah dalam mangkok, barulah dengan gerakan maju dan mundur beberapa
kali dengan setiap kali sedikit lebih dalam.
4. a. Segera gerakkan pemutar, sehingga mangkok terangkat dan jatuh pada
alasnya dengan kecepatan 2 putaran per detik, sampai kedua bagian tanah
bertemu sepanjang kira-kira 12,7 mm ( " ). Catatlah sejumlah pukulan yang
diperlukan tersebut.
b. Pada percobaan pertama tersebut, jumlah pukulan yang diperlukan harus
antara 30 dan 40 kali. Bila ternyata lebih dari 40 kali, berarti tanah kurang
14
basah dan kembalikan tanah dari mangkok casagrande ke cawan porselen,
tambahkan sedikit air dan aduklah seperti tadi sampai merata seperti tadi
sampai merata.
c. Cucilah mangkok casagrande dengan air, keringkan dengan kain kering.
Kemudian ulangi pekerjaan seperti tersebut pada no.2 sampai dengan no. 4.a.
5. Ambillah segera dari mangkok sebagian tanah dengan menggunakan spatel
secara melintang tegak lurus alur termasuk bagian tanah yang saling bertemu.
Periksalah kadar air tanah tersebut (lihat percobaan no. 1).
6. Ambillah sisa tanah yang masih ada dalam mangkok dan kembalikan ke cawan
porselen, tambah lagi dengan air secara merata. Cuci dan keringkan mangkok.
7. Ulangi pekerjaan pada nomor-nomor 2, 3, 4,.a, 5 dan 6 sehingga diperoleh 3
atau 4 data hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan diantara 15 dan
35 pukulan dengan masing-masing selisihnya hampir sama. Percobaan ini
harus dilaksanakan dari keadaan tanah yang kurang cair kemudian makin cair.
3.4 Batas plastis dan indeks plastisitas
3.4.1 Sampel uji
Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak ± 15-20 gr.
Contoh tanah ini harus bebas atau telah dibebaskan dari butir-butir yang lebih besar dari
0,425 mm (yang tertahan oleh saringan no. 40). Untuk contoh tanah yang memang tidak
mengandung butir-butir kasar lebih besar dari 0,425 mm dapat langsung diperiksa tanpa
persiapan terlebih dahulu. Apabil contoh tanah mengandung butir-butir kasar, mula-mula
keringkan suhu dalam suhu udara (atau dipakai pengering dengan suhu kurang 60ºC)
secukupnya saja sampai gumpalan-gumpalan mudah diremuk untuk kemudian disaring.
Pecahkan gumpalan-gumpalan tanah dengan digerus dalam mortar dengan menggunakan
pestel (penumbuk/penggerus) berkepala karet/terbungkus karet sehingga menjadi butiran-
butiran, tetapi butir-butir tanah tidak rusak. Bagian yang tertahan saringan no. 40
disingkirkan dan bagian yang lewat saringan digunakan sebagai benda uji. Penyiapan
benda uji ini sama dengan pada penyiapan untuk pemeriksaan batas cair, sehingga bila
pemeriksaan batas cair dan batas plastis kedua-duanya dilakukan, persiapan ini dilakukan
bersama.
15
3.4.2 Peralatan
1. Cawan porselen.
2. Pestel (penumbuk/penggerus) dengan kepal karet atau terbungkus karet.
3. Spatel.
4. Pelat kaca.
5. saringan no. 40.
6. Batang kawat Ø 3 mm untuk ukuran pembanding.
7. Alat-alat pemeriksaan kadar air (lihat percobaan no. 1)
3.4.3 Prosedur
1. Taruhlah contoh tanah dalam cawan porselen, campur air sedikit demi
sedikit, aduk sampai merata benar-benar. Kadar air tanah yang diberikan
adalah sampai tanah bersifat cukup plastis dan dapat mudah dibentuk menjadi
bola dan tidak terlalu melekat pada jari, bila ditekan dengan jari.
2. Remas dan bentuklah menjadi bola atau bentuk ellipsoida dari contoh
tanah seberat 8 gr (diameter ± 13 mm). Gilinglah benda uji ini di atas pelat
kaca yang terletak pada bidang mendatar jari-jari tangan dengan tekanan
secukupnya sehingga akan terbentuk batang-batang yang diameternya rata.
Gerakan menggiling tanah gerakan kecepatan kira-kira tiap 1 detik satu
gerakan maju dan mundur.
3. Bila pada penggilingan diameter batang telah menjadi sekitar 3 mm
(bandingkan dengan batang kawat pembanding) dan ternyata batang ini masih
licin, ambil dan potong-potong menjadi 6 atau 8 bagian , kemudian remas
seluruhnya antara ibu jari dan jari-jari lain kedua tangan sampai homogen
selanjutnya giling lagi seperti tadi. Jika digiling menjadi batang berdiameter 3
mm, ternyata batangnya masih licin, ulangi lagi remas bentuk menjadi bola
lagi & giling lagi dst. Sampai batang tanah tampak retak-retak dan tidak dapat
digiling menjadi batang yang lebih kecil (meskipun belum mencapai diameter
3mm).
16
4. Kumpulkan tanah yanag retak-retak atau terputus-putus tersebut dan
segera kerjakan pemeriksaan kadar airnya (lihat percobaan no. 1).
3.5 Batas susut dan faktor-faktor batas susut tanah
3.5.1 Sampel uji
Siapkan ± 30 gr contoh tanah yang telah dibersihkan dari butir-butir tertahan
saringan no. 40 (0,425 mm). Jika contoh tanah dari lapangan mengandung butir-butir
yang lebih besar dari 0,425 mm, keringkan tanah diudara. Kemudian remukkan pada
mortar porselen dengan menggunakan pestel dengan kepala terbungkus karet, sehingga
bitir-butir terpisah, tanpa merusak butir-butir. Kemudian saring dengan saringan no. 40,
maka bagian yang lewat sringan digunakan sebagai benda uji.
3.5.2 Peralatan
1. Cawan porselen.
2. Spatel.
3. Cawan susut dari porselen atau monel, berbentuk bulat dengan alas datar,
berdiameter ± 1,27 cm.
4. Pisau perata (straight edge).
5. Alat pengikur volume tanah yang terdiri atas mangkok gelas, pelat gelas
dengan 3 paku, dan air raksa.
6. Gelas ukur 25 cc.
7. Timbangan dengan ketinggian 0,10 gr.
3.5.3 Prosedur
1. Taruh contoh tanah pada cawan porselen dan aduk secara baik sampai
betul-betul merata dengan air destilasi secukupnya, sehingga mengisi semua
pori tanah dan jangan sampai ada udara terperangkap didalamnya. Banyaknya
air sedemikian, sehingga bila benda uji berupa tanah kurang plastis buatlah
sehingga konsistensi tanah sedikit di atas batas cair.
2. Tentukan berat dan volume cawan susut. Bersihkan cawan, kemudian
timbang dan catat beratnya. Untuk menentukan volume cawan, taruhlah
cawan dalam mangkok porselen, isi dengan air raksa sampai. Tekan dengan
17
pelat gelas rata diatas permukaan cawan jaga jangan ada udara terperangkap.
Bersihkan air raksa yang melekat diluar cawan. Pindahkan air raksa pada
mangkok yang lain dan tentukan beratnya. Volume cawan sama dengan berat
air raksa dibagi berat jenisnya.
3. Isilah cawan dengan tanah basah yang telah disiapkan. Olesi tipis bagian
dalam cawan dengan paselin atau pelumas pekat. Isilah cawan dengan tanah
sekitar sepertiga volumnya dan taruhlah ditengahnya. Pukul-pukulkan dengan
hati-hati cawan pada bidang datar kokoh yang dilapisi oleh beberapa lapis
kertas isap atau lembaran karet, sehingga tanah akan mengalir mengisi sudut-
sudut cawan. Tambahkan lagi tanah dan terus pukul-pukulkan lgi sehingga
terisi penuh sampai tepi atas. Ratakan dengan pisau perata dan hapulah tanah
yang melekat diluar cawan, sehingga volume tanah tepat sama dengan volume
cawan.
4. Tentukan berat basah dan berat kering tanah. Setelah cawan terisi tanah
segera ditimbang dan catat berat cawan berisi tanah basah. Biarkan tanah
mengering di udara sampai warnanya berubah tua menjadi muda. Kemudian
keringkan dalam oven dengan temperatur 105°C-110°C. Didinginkan dalam
desikator. Setelah dingin segera ditimbang dan catat beratnya.
5. Tentukan volume tanah kering dengan cara keluarkan dari cawan,
kemudian dicelup dalam air raksa dalam mangkok gelas. Mula-mula
tempatkan mangkok gelas dalam cawan porselen, isilah mangkok dengan air
raksa sampai melimpah, kemudian tekan dengan pelat gelas berpaku tiga buah
diatas mangkok. Hapuslah air raksa yang melekat diluar mangkok, dan
tempatkan mangkok pada cawan porselen kosong. Tekanlah dengan hati-hati
tanah kering kedalam air raksa dengan gelas berpaku di atas mangkok.
Pindahkan air raksa yang tumpah dalam suatu mangkok dan tentukan berat air
raksa ini. Volume tanah kering sama dengan berat air raksa dibagi dengan
berat jenisnya.
18
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Kadar Air
Kadar air (W) = ×100%
= × 100%
Untuk cawan timbang no. 66
Diperoleh: W1 = 24,88 gr
W2 = 80,09 gr
W3 = 70,40 gr
Kadar air (W ) = × 100%
= × 100% = 21,29%
Untuk cawan timbang no. 50
Dipereoleh: W1 = 24,85 gr
W2 = 96,88 gr
W3 = 84,56 gr
Kadar air (W ) = × 100%
= × 100% = 20,63%
19
Untuk cawan timbang no. 121
Diperoleh: W1 = 23,93 gr
W2 = 87,93 gr
W3 = 76,50 gr
Kadar air (W ) = × 100%
= × 100% = 21,74%
Kadar air rata-rata (W ) =
= 21,22%
4.2 Berat Jenis Tanah
Berat jenis (= G1) =
Berat jenis (= G) untuk temperatur 27,5°C = G1 ×
Penentuan berat jenis tanah
Percobaan ke-1
Piknometer no. 1
Diperoleh: W1 = 24,71 gr
W2 = 37,50 gr
W3 = 56,95 gr
W4 = 49,62 gr
Tempertur 27,5ºC
20
Berat jenis (= G1) =
= = 2,342
Percobaan ke-2
Piknometer no. 22
Diperoleh: W1 = 23,36 gr
W2 = 35,30 gr
W3 = 55,05 gr
W4 = 48,35 gr
Tempertur 26,5ºC
Berat jenis (= G1) =
= = 2,279
Harga rata-rata
Berat jenis (=G) pada temperatur 27,5ºC
Berat jenis rata-rata =
= 2,311
Untuk temperatur 27,5°C
Berat jenis (= G) = 2,311 × = 2,311
Catatan :
21
Harga berat jenis air dapat diketahui dari daftar berat jenis air. Harga diantaranya
dapat dilakukan interpolasi.
4.3 Batas Cair Tanah
Pemeriksaan batas cair tanah
Pada percobaan ke-1 didapat 14 pukulan
(a) Untuk cawan no. 23, diperoleh:
W1 = 24,80 gr
W2 = 37,89 gr
W3 = 33,35 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 37,89-33,35 = 4,54 gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 33,35-24,80 = 8,55 gr
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 53,10%
(b) Untuk cawan no. 18, diperoleh:
W1 = 24,35 gr
W2 = 41,15 gr
W3 = 35,14 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 41,15-35,14 = 6,01 gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 35,14-24,35 = 10,79 gr
22
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 55,70%
Kadar air rata-rata untuk percobaan ke-1: W = = 54,40%
Pada percobaan ke-2 didapat 30 pukulan
(a ) Untuk cawan no. 37, diperoleh:
W1 = 23,51 gr
W2 = 41,35 gr
W3 = 35,40 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 41,35-35,40 = 5,95 gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 35,40-23,51 = 11,89 gr
Kadar air (W ) = × 100%
= × 100% = 50,04%
(b) Untuk cawan no. 36, diperoleh:
W1 = 24,34 gr
W2 = 47,87 gr
W3 = 39,81 gr
Berat air (A) = W2-W3
23
= 47,87-39,81 = 5,58 gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 39,81-24,34 = 11,19 gr
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 49,87%
Kadar air rata-rata untuk percobaan ke-2: W = =
49,96%
Pada percobaan ke-3 didapat 17 pukulan
(a) Untuk cawan no. 66, diperoleh:
W1 = 24,81 gr
W2 = 36,42 gr
W3 = 34,94 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 36,42-34,94 = 4,39 gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 34,94-24,81 = 7,22 gr
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 60,80%
24
(b ) Untuk cawan no. 43, diperoleh:
W1 = 24,60 gr
W2 = 37,30 gr
W3 = 32,85 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 37,30-32,85 = 4,45gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 32,85-24,60 = 8,25 gr
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 53,94%
Kadar air rata-rata untuk percobaan ke-3: W = =
56,75%
Pada percobaan ke-4 didapat 38 pukulan
(a) Untuk cawan no. 50, diperoleh:
W1 = 24,87 gr
W2 = 37,65 gr
W3 = 33,24 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 37,65-33,24 = 4,41 gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 33,24-24,87 = 8,37 gr
25
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 52,69%
(b) Untuk cawan no. 31, diperoleh:
W1 = 24,20 gr
W2 = 36,39 gr
W3 = 32,16 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 36,39-32,16 = 4,23 gr
Berat tanah kering (B) = W3-W1
= 32,16-24,20 = 7,96 gr
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 53,14%
Kadar rata-rata untuk percobaan ke-4: W = = 52,92%
4.4 Batas plastis dan indeks plastisitas
(a) Dari cawan timbang no. 156, diperoleh:
W1 = 22,86 gr
W2 = 35,02 gr
W3 = 31,88 gr
Berat air (A) = W2-W3
= 35,02-31,88 = 3,14 gr
26
Berat tanah kering (B) =W3-W1
= 31,88-22,86 = 9,02 gr
Kadar air (W) = × 100%
= × 100% = 34,81%
Batas plastis (PL) =35%
(b) Batas cair (LL) dari per cobaan no. 3 didapat 35 %
(c) Indeks plastisitas (I ) = LL-PL
= 52,80 - 32,35
= 12 %
4.5 Batas susut dan faktor-faktor batas susut
(a) Pada cawan no. 7, diperoleh:
W1 = 33,70 gr
W2 = 19,46 gr
W3 = 150,07
W4 = 49,1 gr
Berat tanah kering: Wo = W1-W2
= 33,70-19,46
= 14,24 gr
Berat air raksa: W5 = W3-W4
27
= 150,07-49,1
= 100,97 gr
Volume tanah kering: Vo =
=
= 7,42 cm3
Batas susut tanah: SL = ( - ) × 100%
= ( - ) × 100%
= 9%
(b) Pada cawan no. 1, diperoleh:
W1 = 31,16 gr
W2 = 15,78 gr
W3 = 150,68
W4 = 49,1 gr
Berat tanah kering: Wo = W1-W2
= 31,16-15,78
= 15,38 gr
Berat air raksa: W5 = W3-W4
= 150,68-49,1
= 101,58 gr
Volume tanah kering: Vo =
=
= 7,47 cm3
28
Batas susut tanah: SL = ( - ) × 100%
= ( - ) × 100%
= 6 %
Jadi batas susut tanah rata-rata: =
= 7,50%
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Kadar Air
Dari hasil pengujian sampel dengan no.cawan 57, 20, 75 dilakukan dengan cara
duplo , yaitu digunakan 2 benda uji dengan 2 cawan, yang mendapatkan hasil hampir
mendekati/menyamai, kemudian harganya dirata-ratakan. Hasil pengukuran yang
29
dilakukan tidak sama dengan sampel yang lainnya karena berat sampel yang di ambil,
serta berat dari cawannya itu sendiri berbeda.
5.2 Berat Jenis Tanah
Pada pengujian kali ini dilakukan terhadap contoh tanah yang telah dimasukkan
ke dalam piknometer (no.1 dan no.2). Hasil yang diperoleh dari pengukuran tersebut
yakni diperoleh bahwa kedua contoh tanah tersebut memiliki berat jenis yang sama.
5.3 Batas Cair Tanah
Percobaan dilakukan terhadap 8 cawan percobaan(23,18,37,36,66,43,50, dan 31).
Untuk menetukan batas cair dilakukan dengan uji Casagrande (1984). Dari hasil
percobaan yakni untuk mengetahui batas cair ditentukan berdasarkan grafik yaitu, setiap
data hubungan antara kadar air tanah dan jumlah pukulan merupakan satu titik alam
grafik, dengan pukulan sebagai absis (dengan skala log) dan kadar air sebagai ordinat
(dalam persen dengan skala biasa) .Tarik garis lurus penghubung terbaik dari titik-titik
yang diperoleh. Batas cair tanah adalah kadar air yang diperoleh pada perpotongan garis
penghubung tersebut dengan garis vertikal 25 pukulan. Batas cair dilaporkan sebagai
bilangan bulat terdekat.
5.4 Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Batas plastis adalah kadar air yang diperoleh pada pemeriksaan yang dinyatakan
dalam persen. Percobaan dilakukan terhadap cawan no.156 , yakni kadar air dimana
tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.
5.5 Batas Susut dan Faktor-faktor Batas Susut
Percobaan dilakukan terhadap cawan no.7 dan no.1 . Untuk mengetahui batas
susut tanah kita harus mengetahui terlebih dahulu volume tanah kering. Volume
ditentukan oleh berat air raksa yang ditimbang setelah pedesakan yang dilakukan dengan
tanah kering dalam suatu mangkok.
30
BAB VI
KESIMPULAN
Setelah acara praktikum yang diadakan di laboratorium mekanika tanah, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. tanah memiliki 3 fase elemen yaitu : udara,air, dan butiran padat.Yang mana
ketiga fase elemen tersebut memiliki berat (w) dan (volume).
31
2. kadar air sangat mempengaruhi volume dan berat masing-masing elemen tanah
tersebut.
3. batas cair (LL) didapat apabila grafik telah tergambar. Dimana batas cair (LL)
tersebut merupakan perpotongan antara garis jumlah pukulan yang bernilai 25 dan
perpanjangan garis titik I,II, dan III.
4. pemadatan tanah sangat dipengaruhi oleh berat kering dan kadar air. Batas plastis
juga dipengaruhi oleh kadar air. Sebagai contoh yakni kadar air dimana tanah
dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung atau bila
gelintiran diteruskan maka tanah akan putus.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyanto, C.H.,2002, Mekanika Tanah, Yogyakarta: Kepala Laboratorium
Fakultas Teknik “UGM”.
32