laporan media nupy

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media merupakan faktor penentu dalam teknik kultur jaringan. Media kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Oleh karena itu, berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur dapat berbentuk padat atau cair. Setiap eksplan

Upload: omdiro

Post on 08-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kamu

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Media Nupy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media merupakan faktor penentu dalam teknik kultur jaringan. Media kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.

Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Oleh karena itu, berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur dapat berbentuk padat atau cair. Setiap eksplan juga membutuhkan kesesuaian dengan media kulturnya untuk bisa tumbuh optimal. Jadi sangat penting untuk mempelajari tentang media kultur ini.

1.2 Tujuan1. Untuk mengetahui jenis jenis media kultur

jaringan dan aplikasi penggunannya2. Untuk mengetahui komposisi dan unsur dalam

media MS

Page 2: Laporan Media Nupy

3. Untuk mengetahui teknik teknik aseptic pembuatan media

4. Untuk mengetahui dan memahami rumus perhitungan larutan stok

Page 3: Laporan Media Nupy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Media MS (Medium Dasar Murashige dan Skoog)

Merupakan media kultur jaringan yang digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam- garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3

- dan NH4+. (Hendaryono,1994).

Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain. Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media:

1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967

Page 4: Laporan Media Nupy

dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther.

2. Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-,dan menambah konsentrasi Ca2+ nya.

3. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra. Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari PO4+, mengendap. Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-unsur tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh pengendapannya belum diketahui. Untuk mengatasi pengendapan Fe, Dalton dan grupnya menganjurkan supaya konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap. (Dalton et al, 1983)

Page 5: Laporan Media Nupy

2.2 Komposisi Media MS Serta Fungsi Media dalam kultur jaringan tanaman umumnya

terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Hara makro

Terdiri dari enam unsur utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan jaringan tanaman, yaitu: nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Media kultur harus mengandung sedikitnya 25-60 mM nitrogen anorganik untuk pertumbuhan sel tanaman. Sel-sel tanaman mungkin dapat tumbuh pada sumber N dari nitrat saja, tetapi diketahui bahwa pertumbuhan yang lebih baik adalah apabila mengandung nitrat dan amonium. Nitrat yang disediakan umumnya berkisar 25-40 mM, konsentrasi amonium berkisar antara 2-20 mM. Akan tetapi untuk beberapa spesies tanaman konsentrasi amonium > 8 mM akan menghambat pertumbuhan sel. Sel-sel dapat tumbuh dalam media kultur yang hanya mengandung amonium sebagai sumber nitrogen jika satu atau lebih terdapat asam-asam yang terlibat dalam siklus TCA (seperti sitrat, suksinat, atau malat) juga terdapat dalam media pada konsentrasi sekitar 10 mM. Apabila nitrat dan amonium sebagai sumber nitrogen digunakan bersama dalam media maka ion-ion amonium akan digunakan lebih cepat dibandingkan dengan ion-ion nitrat. Kalium dibutuhkan untuk pertumbuhan sel bagi sebagian besar spesies tanaman. Umumnya media mengandung kalium (dalam bentuk nitrat atau klorida) pada konsentrasi 20-30 mM. Konsentrasi optimum untuk unsur P, Mg, S dan Ca berkisar antara 1-3 mM. Konsentasi yang lebih tinggi dari hara-hara tersebut

Page 6: Laporan Media Nupy

mungkin diperlukan jika terjadi defisiensi dari hara yang lain. (Gunawan,1988)

2. Hara mikro Unsur hara mikro yang paling dibutuhkan untuk

petumbuhan sel dan jaringan tanaman mencakup besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), boron (B), terusi (Cu) dan molibdenum (Mo). Besi dan seng yang digunakan dalam pembuatan media harus dalam bentuk yang ter”chelate”. Besi adalah yang paling kritis diantara semua hara mikro. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk media kultur, tetapi senyawa ini sulit larut dan biasanya akan terpresipitasi setelah media dibuat. Masalah ini dipecahkan oleh Murashige & Skoog dengan men”chlate” besi dengan asam etilen diamintetraasetik (EDTA). Kobal (Co) dan iodin (I) juga dapat ditambahkan dalam media tetapi kebutuhan yang jelas untuk pertumbuhan sel belum diketahui. Natrium (Na) dan klorida (Cl) juga digunakan pada beberapa media tetapi tidak begitu penting untuk pertumbuhan sel. Konsentrasi Cu dan Co yang biasanya ditambahkan pada media sekitar 0.1 µM, Fe dan Mo 1 µM, I 5µM, Zn 5-30 µM, Mn 20-90 µM, dan B25-100µM.(Gunawan,1988)

1. VitaminPada beberapa media kultur juga sering

ditambahkan vitamin-vitamin seperti biotin, asam folat, asam askorbat, asam panthotenat, vitamin E (tokoperol), riboflavin, dan asam p-aminobenzoik. Meskipun vitamin-vitamin tersebut bukan merupakan faktor pembatas pertumbuhan, tetapi sering memberikan keberhasilan dalam kultur sel

Page 7: Laporan Media Nupy

dan jaringan tanaman. Biasanya penambahan vitamin-vitamin tersebut ke dalam media dilakukan apabila konsentrasi thiamin dianggap dibawah taraf yang diinginkan atau apabila jumlah populasi sel-sel yang tumbuh masih rendah. (Gunawan,1988)

2. Asam amino atau suplemen nitrogen lainnyaSumber nitrogen organik yang paling banyak

digunakan dalam media kultur adalah asam amino campuran (casein hidrolisat), L-glutamin, L-asparagin, dan adenin. Casein hidrolisat umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0.05-0.1%. Asam amino biasanya ditambahkan pada media terdiri dari beberapa macam, karena sering diperoleh bahwa penambahan satu jenis asam amino saja justru dapat menghambat pertumbuhan sel. (Gunawan,1988)

3. Karbon dan sumber energiSumber karbohidrat yang biasanya digunakan

dalam media kultur adalah sukrosa. Glukosa dan fruktosa dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengganti sukrosa, dimana glukosa mempunyai efektivitas yang sama dengan sukrosa dibanding dengan fruktosa. Karbohidrat lain yang pernah dicobakan adalah laktosa, galaktosa, rafinosa, maltosa dan pati, tetapi semua karbohidrat tersebut umumnya mempunyai hasil yang kurang baik dibandingkan sukrosa atau fruktosa. Konsentrasi sukrosa normal dalam media kultur berkisar antara 2 dan 3%. Karbohidrat harus tersedia dalam media kultur karena sangat sedikit sel dari jenis tanaman yang diisolasi dapat bersifat

Page 8: Laporan Media Nupy

autotropik, yaitu kemampuan menyediakan kebutuhan karbohidrat sendiri melalui asimilasi CO2 selama proses fotosintesa. Sukrosa dalam media kultur secara cepat akan diurai menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa adalah yang pertama digunakan oleh sel, diikuti oleh fruktosa. Saat media disterilisasi dengan autoclave, sebagian sukrosa akan mengalami hidrolisa. Apabila sukrosa yang diautoklap ada bersama komponen media lain maka proses hidrolisa akan lebih besar. Kultur dari beberapa spesies tanaman akan tumbuh baik pada media yang sukrosanya diautoklap dibandingkan dengan media yang sukrosanya disterilisasi dengan filter. Hal ini dimungkinkan akan menguntungkan sel-sel karena tersedianya glukosa dan fruktosa. (Gunawan,1988)

6. Bahan organik komplekPengaruh arang aktif umumnya diarahkan pada

salah satu dari tiga hal berikut: penyerapan senyawa-senyawa penghambat, penyerapan zat pengatur tumbuh atau menggelapkan warna media. Penghambatan pumbuhan karena kehadiran arang aktif umumnya karena arang aktif dapat menyerap ZPT. NAA, kinetin, BAP, IAA dan 2iP semuanya dapat terikat oleh artang aktif. IAA dan 2iP merupakan ZPT yang paling cepat terikat oleh arang aktif. Arang aktif dapat menstimulasi pertumbuhan sel umumnya karena kemampuan arang aktif mengikat senyawa fenol yang bersifat toksik yang diproduksi biakan selama dalam kultur. Konsentrasi arang aktif yang ditambahkan kedalam media kultur umumnya sebanyak 0.5-3%. (Gunawan,1988)

Page 9: Laporan Media Nupy

7. Bahan pemadat (agar)Media kultur jaringan tanaman dapat dibuat

padat atau semi padat, yaitu dengan penambahan bahan pemadat berupa agar. Dibandingkan bahan pemadat lain, agar mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (i) saat dicampur dengan air, agar akan terbentuk bila dilelehkan pada suhu 60o-100oC dan memadat pada suhu 45oC; (ii) gel agar bersifat stabil pada suhu inkubasi; (iii) agar gel tidak bereaksi dengan komponen dalam media dan tidak dicerna oleh ensim tanaman. Kualitas fisik agar dalam media kultur tergantung pada konsentrasi dan merek agar yang diguinakan serta pH media. Konsentrasi agar yang digunakan dalam media kultur berkisar antara 0.5-1%, dengan catatan pH media sesuai dengan aturan. Penggunaan arang aktif (0.8-1%) dapat mempengaruhi kepadatan agar yang terbentuk.Kemurnian agar yang digunakan dalam media kultur juga merupakan faktor yang penting. Agar yang mengandung garam-garam Ca, Mg, K dan Na dapat mempengaruhi ketersediaan hara dalam media. (Gunawan,1988)

8. Zat pengatur tumbuh (hormon)Terdapat empat klas zat pengatur tumbuh

(ZPT) yang penting dalam kultur jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik. Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan auksin dan sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam kultur jaringan tanaman. Auksin dan sitokinin yang ditambahkan kedalam media kultur mempunyai tujuan untuk mendapatkan

Page 10: Laporan Media Nupy

morfogenesis, meskipun perbandingannya untuk mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik ditingkat genus, spesies bahkan kultivar. Sitokinin yang ditrambahkan dalam media kultur umumnya ditujukan untuk menstimulasi pembelahan sel, menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksiler, dan untuk menghambat pembentukan akar. Mekanisme kerja sitokinin tidak secara pasti diketahui, namun demikian beberapa senyawa yang mempunyai aktivitas mirip sitokinin diketahui terlibat dalam transfer-RNA (t-RNA). Sitokinin juga menunjukkan dapat mengaktivasi sintesa RNA dan menstimulasi aktivitas protein dan enzim pada jaringan tertentu. (Gunawan,1988).

2.3 Teknik Aseptik dalam Pembuatan Media Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan

3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)

Dapat menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik. (Machmud, 2008)

2. Sterilisasi secara fisikDapat dilakukan dengan pemanasan &

penyinaran. (Machmud, 2008)A. Pemanasan

Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,

Page 11: Laporan Media Nupy

contoh alat: jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.

Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

Uap air panas bertekanan : menggunakan autoclave

B. Penyinaran dengan UVSinar Ultra Violet juga dapat digunakan

untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV (Machmud, 2008).

3. Sterilisasi secara kimiawibiasanya menggunakan senyawa

desinfektan antara lain alkohol. (Machmud, 2008).

4. Sterilisasi dengan panas adaMerupakan unit operasi dimana bahan

dipanaskan dengan suhu yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim. Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam bulan pada suhu ruang. Contoh

Page 12: Laporan Media Nupy

proses sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi proses yang memiliki tujuan mengurangi kerusakan nutrien dan konponen sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan teknik serilisasi terus dikembangkan. Lamanya waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan dipengaruhi oleh: resistensi mikroorganisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan, pH bahan, ukuran wadah atau kemasan (Machmud, 2008).

5. Sterilisasi dengan udara keringalat yang umum dikenal adalah oven. Alat ini

dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabunng reaksi dan alat gelas lainnya. bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. pada umunhya suhu yang digunakan pada sterilisasi secara kering adalah 170 - 180 C selama palinng sedikit 2 jam. Lama isterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya (Machmud, 2008).

6. Sterilisasi dengan uap air panasbahan yang mengandung cairan tidak dapat

didterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini. alat ini disebut Arnold steam sterilizer dengan suhu 1000Cdalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula digunakan dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 1000C selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikrobia. kemudian disimpan pada suhu kamr 24

Page 13: Laporan Media Nupy

jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif, lalu dipanaskan lagi 1000C 30 menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air bertekanan (Machmud, 2008).

7. Sterilisasi dengan uap air panas bertekananalat ini disebut autoklaf (autoclave) untuk

steriliasasi ini alat dilengkapi dengan katup pengaman. Alat diisi dengan air kemudian bahan dimasukkan. Panaskan sampai mendidih dan dari katup pengaman kelaur uap air dengan lancara lalu ditutup. Suhu akan naik sampai 1210C dan biarkan selama 15 menit (untuk industri pengalengan ada perhitungan tersendiri), lalu biarkan dingin sampai tekanan normal dan klep pengaman dibuka, cara ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke dalam sel atau spora sehingga lebih cepat. Cara mana yang dipilih tergantung bahan, biaya dan ketersediaan alat, untuk bahan yang tidak tahan panas, maka cara diatas tidak dapat dipakai (Machmud, 2008).

2.4 Rumus Perhitungan Larutan Stok Larutan stok adalah larutan berisi satu atau lebih

komponen media yang konsentrasinya lebih besar dari konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi media akan dibuat. Rumus perhitungan larutan stok yang dibutuhkan :

Page 14: Laporan Media Nupy

V 1×M 1=V 2×M 2

Keterangan: V1= volume yang akan dibuatM1= banyaknya kebutuhan senyawa dalam media MSV2 = volume larutan stok yang akan diambilM2= banyaknya senyawa dalam larutan stok(Herawan, 2006)

2.5 Jenis Kontaminasi Media George (2008) mengemukakan bahwa

kontaminan yang paling sering menyerang eksplan adalah bakteri dan fungi. Respon eksplan terhadap bakteri adalah 2×24 jam, sedangkan respon eksplan terhadap fungi adalah 1×24 jam. Menurut Irwanto (2006), bakteri yang mengkontaminasi eksplan akan membentuk gumpalan lumpur pada permukaan medium dan berwarna kuning atau orange sedangkan fungi berwarna putih dan berbentuk bulu-bulu halus, biasanya menyerang permukaan ujung atas eksplan.

2.6 Ciri-Ciri Media yang Sesuai untuk Pertumbuhan Eksplan

Ciri-Ciri Media yang Sesuai untuk Pertumbuhan Eksplan Media tanam kultur jaringan adalah suatu media di mana bahan tanam ditempatkan agar dapat tumbuh menjadi tanaman baru melalui proses pembentukan kalus, differensiasi dan organogenesis. Oleh karena itu media tanam kultur jaringan memerlukan persyaratan kandungan unsur-unsur hara berupa garam anorganik, bahan organik, vitamin dan zat pengatur tumbuh (Darini,2012)

Page 15: Laporan Media Nupy

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat Stirer : untuk mencampur agar-agar dan sukrosa Botol semprot : untuk menyemprotkan alkohol

pada plastik dan aluminium foil Gelas ukur : untuk mengukur volume larutan stok Pipet : untuk mengambil larutan dengan skala

kecil) Kertas lakmus : untuk menentukan pH larutan Timbangan analalitik : untuk menimbang agar-

agar dan sukrosa Botol kultur : untuk tempat media kultur jaringan Karet gelang : agar media benar-benar tertutup

rapat dan tidak ada udara yang masuk Autoklaf : untuk mensterilkan botol kultur jaringan Microwave : untuk memanaskan campuran agar-

agar dengan sukrosa3.1.2 Bahan

Aquades : bahan campuran larutan stok Media MS:

a. Unsur hara makro : bahan media MSb. Unsur hara mikro A : bahan media MSc. Unsur hara mikro B (bahan media MS)

Fe EDTA : bahan media MS Vitamin : bahan media MS CaCl2 : bahan media MS Alkohol : bahan sterilisasi Agar-agar : bahan pemadat media

Page 16: Laporan Media Nupy

3.2 Cara Kerja

Siapkan larutan stok sesuai kebutuhanUnsur makro 25 (10x)Unsur mikro 2,5 mL (100x)Fe EDTA 2,5 mL (100x)Vitamin 2,5 mL (100x)

Untuk media sebanyak 250 mL

Tambahkan aquades hingga 250 mL

Homogenkan dengan menggunakan stirrer dan tambahkan sukrosa 7,5 gr, kemudian ukur pH 5,8

Tambahkan agar sebanyak 1,75 gr, lalu stirrer dan tutp dengan plastic wraping

Dimasukkan dalam microwave selama 5 menit

Tuang ke botol kultur (jadi 15 botol kultur), kemudian tutup dengan plastic dan ikat dengan karet

Kemudian autoclave selama 20 menit, dan setelah itu pindahkan keruang kultur jaringan dan selanjutnya siap

untuk digunakan sebagai media tanam

Page 17: Laporan Media Nupy

3.3 Analisis PerlakuanUntuk pembuatan media kultur jaringan siapkan

alat dan bahan. Kemudian dari ke empat bahan yang utama tambahkan aquades hingga 250 ml. Tambahkan sukrosa 7,5 gram lalu diaduk menggunakan stirrer setelah itu ukur pH larutan tersebut. Tambahkan agar sebanyak 1,75 gram lalu distrirrer lagi dan tutup dengan plastik wrapping. Masukkan ke dalam microwave selama 5 menit, setelah itu tuangkan ke dalam botol kultur dan bagi rata agar menjadi 15 botol kultur. Tutup dengan plastik dan ikat dengan karet dan masukkan dalam autocalve selama 20 menit.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilNo Botol

Kultur Ke- +

Tanggal Pengama

Dokumentasi

Kondisi Eksplan

Keterangan

Kontaminan/Tidak

Kontamina

Page 18: Laporan Media Nupy

tann

1Cintia18-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

2

Dessi indah luvita

18-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

3

Dessy one

18-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

4Dian khoi

18-11-2013

Terkontamonasi

Eksplan ini terkontaminasi oleh bakteri, yang ditandai

dengan adanya lender

pada ujung eksplan

5

Dwi purwanti1

8-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

6

Dwi septa18-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

Page 19: Laporan Media Nupy

7

Diyah retno

18-11-2013

Terkontaminasi

Eksplan terkontaminasi oleh bakteri, yang ditandai

dengan adanya lender pada eksplan

8

Diyah kartika18-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

9

Daniel sembiring

18-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

10

Daniel sipayung

18-11-2013

Tidak terjadi

kontaminasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

11Chintya21-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

12

Dessi indah luvita

21-11-2013

Terkontaminasi

Eksplan terkontaminasi oleh bakteri,

yang diketahui dengan

adanya lender pada eksplan

dan media

Page 20: Laporan Media Nupy

13

Dessy one

21-11-2013

Terkontaminasi

Eksplan terkontaminasi oleh jamur, yang dapat

dicirikan dengan

adanya hifa disekitar eksplan, adanya

perubahan warna media

14

Dwi purwanti21-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

15

Dwi septa21-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

16

Diyah kartika21-11-2013

Terkontaminasi

Eksplan terkontaminasi oleh bakteri,

karena terdapat lendir di sekitar eksplan

17

Daniel sembiring

21-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

Page 21: Laporan Media Nupy

18

Daniel sipayung

21-11-2013

Terkontaminasi

Eksplan terkontaminasi oleh jamur,

yang terdapat hifa disekitar

eksplan

19Chintya25-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

20

Dwi purwanti25-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik,

belum tumbuh tunas

21

Daniel sembiring

25-11-2013

Terkontaminasi

Eksplan terkontaminasi oleh jamur, terdapat hifa

disekitar eksplan, media

berubah warna

menjadi kecoklatan

22 Dwi septa25-11-2013

Terkontaminasi

Eksplan terkontaminasi oleh bakteri, yang ditandai

dengan adanya lendir

disekitar eksplan,

Page 22: Laporan Media Nupy

terjadi perubahan

warna media menjadi kuning

kecoklatan

23Chintya28-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik, tunas sudah

mulai tumbuh

24

Dwi purwanti28-11-2013

Tidak terkontami

nasi

Eksplan masih baik, tunas sudah

mulai tumbuh

BAB VPENUTUP

3.1 KesimpulanMedium Dasar Murashige dan Skoog (MS)

Merupakan media kultur jaringan yang digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam- garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3

- dan NH4+.

Page 23: Laporan Media Nupy

Keberhasilan percobaan kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sterilisasi media serta pengaruh eksplan seperti bagian yang diambil dan umur eksplan, pada empat kali pengamatan dari sepuluh botol kultur terdapat delapan media yang terkontaminasi oleh jamur dan bakteri dengan di tandai adanya lender pada sekitar media dan hifa yang mengakibatkan media tersebut mengalami perubahan warna. Sedangakan yang tidak mengalami kontaminasi tetap berwarna bersih medianya.

3.2 SaranFasilitas praktikum telah memadai, namun

efisiensi waktu praktikum dipertimbangkan lagi karena waktu sekian menit tidak cukup untuk melakukan percobaan tersebut.

Page 24: Laporan Media Nupy

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 1985. Solusi perbanyakan tanaman budidaya kultur jaringan tanaman. bumi aksara. Jakarta.

Dalton et al, 1983.Plant Hormones and Plant Growth Regulators in Plant Tissue Culture. In Vitro Cell Dev. Biol.

Marlin., Suharjo, Usman KJ., dan Romaida, A. 2008. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Priadi, Dody. 2006. Pengaruh Komposisi Media dan Ukuran Eksplan terhadap Pembentukan Kalus Embriogenik Beberapa Genotip Lokal Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz. Pusat Penelitian Bioteknologi (LIPI). Bogor

Sandra, Edi. 2006. Kultur jaringan anggrek skala rumah tangga. Jakarta: Agromedia pustaka.

wardiyanti, 1998. Teknik kultur jaringan tumbuhan. PAU bioteknologi IPB. Bogor.

Wetherell, 1982. Pengantar propagansi tanaman secara

in vitro. New jersey. Avery plublishing.

Yusnita. 2003. Cara memperbanyak tanaman secara efisien. Agro media . jakarta.