laporan magang zain-zain isi

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya ikan yang begitu banyak di perairan Indonesia merupakan modal dasar pembangunan nasional yang sangat penting. Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara itu maka bidang perikanan harus mampu ikut serta mewujudkan kekuatan ekonomi sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional. Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya berbeda-beda menimbulkan cara penangkapan dan penggunaan alat penangkapan yang berbeda pula. Selanjutnya juga dikatakan bahwa sudah merupakan sifat dari ikan pelagis yang umumnya termasuk ikan perenang cepat itu selalu berpindah-pindah tempat, baik terbatas hanya pada satu daerah maupun beruaya jarak jauh bahkan melintasi perairan Negara (Subani dan H.R Barus,1988). Dengan tersedianya potensi sumber daya perikanan di laut, maka pengeksploitasiannya diperlukan berbagai cara yang akan berbeda sesuai dengan tujuan usahanya. Hal ini berhubungan erat sekali dengan pengetahuan dan keterampilan manusia terhadap alat- alat dan perlengkapan penangkapannya. 1

Upload: zabar-yunus

Post on 18-Jun-2015

2.129 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya ikan yang begitu banyak di perairan Indonesia merupakan

modal dasar pembangunan nasional yang sangat penting. Dalam mencapai

tujuan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara itu maka

bidang perikanan harus mampu ikut serta mewujudkan kekuatan ekonomi

sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional.

Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang

lingkungannya berbeda-beda menimbulkan cara penangkapan dan

penggunaan alat penangkapan yang berbeda pula. Selanjutnya juga

dikatakan bahwa sudah merupakan sifat dari ikan pelagis yang umumnya

termasuk ikan perenang cepat itu selalu berpindah-pindah tempat, baik

terbatas hanya pada satu daerah maupun beruaya jarak jauh bahkan

melintasi perairan Negara (Subani dan H.R Barus,1988).

Dengan tersedianya potensi sumber daya perikanan di laut, maka

pengeksploitasiannya diperlukan berbagai cara yang akan berbeda sesuai

dengan tujuan usahanya. Hal ini berhubungan erat sekali dengan

pengetahuan dan keterampilan manusia terhadap alat-alat dan perlengkapan

penangkapannya.

Negara Indonesia memiliki banyak alat tangkap baik untuk ikan, udang

maupun biota laut lainya. Kehadiran alat tangkap tersebut untuk tiap-tiap

daerah perikanan tidak terjadi secara bersamaan, tetapi memakan waktu

yang lebih lama bahkan ratusan tahun dan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhan, perkembangan usaha perikanan dan menurut komoditi yang

diperlukan, untuk mengekploitasi sumber daya perikanan digunakan

bermacam-macam alat tangkap yang besifat tradisional oleh nelayan

1

Page 2: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

2

Indonesia, juga alat tangkap modern yang merupakan alat tangkap lebih

produktif dan efisien.

Alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang sangat dikenal di

kalangan nelayan Indonesia karena pengoperasianya sangat mudah dan hasil

tangkapannya banyak terutama untuk menangkap ikan-ikan pelagis (Farid

A,1989).

PT. Putra Ali Sentosa (PAS) merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dalam bidang penangkapan ikan dengan menggunakan alat

penangkapan purse seine yang dapat membantu perekonomian masyarakat

di Sibolga khususnya Desa Ujung Batu.

Penulis mengambil judul laporan ”Teknik Pengoperasian Purse Seine

Menggunakan Rumpon Laut Dalam Di Samudera Hindia Bagian Barat

Sumatera” karena dalam teknik pengoperasiannya alat tangkap ini sangat

mudah dan memenuhi standar kelayakan yang ditentukan. Sehingga

memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan pada masa sekarang dan

kedepannya.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu tugas akademik bagi

setiap mahasiswa Diploma IV Kerjasama antara Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kerja (PPPPTK) Pertanian Cianjur

dengan Politeknik Negeri Jember. Ini merupakan salah satu strategi yang

dilaksanakan untuk memenuhi dan mengantisipasi tuntutan ketersediaan

tenaga kerja yang berkopetensi dan profesional, khususnya di bidang

kelautan (penangkapan ikan), sehingga pemanfaatan sumber daya perikanan

(ikan) bisa lebih optimal. Salah satu sisi kebutuhan tersebut adalah untuk

memenuhi kebutuhan sesuai permintaan kebutuhan tenaga kerja yang

profesional. Tamatan yang berdaya saing tinggi merupakan suatu tuntutan

dunia profesi yang tidak dapat dihindari karena kompetensi tenaga kerja

selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara global.

Page 3: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

3

1.2. Tujuan

Praktik Kerja Lapangan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan

profesional yang memadukan secara sistematis antara program kampus dan

suatu bentuk penguasaan keahlian yang harus dimiliki/ diperoleh mahasiswa

untuk bekerja atau terjun langsung ke dunia kerja. Adapun tujuan dari

Praktik Kerja Lapangan ini sendiri adalah sebagai berikut:

1.2.1. Tujuan Umum

1. Sebagai persyaratan program akademik bagi setiap Mahasiswa

Diploma 4 Manajemen Agroindustri Politeknik VEDCA Cianjur.

2. Mengetahui cara kerja dan teknik pengoperasian purse seine

secara langsung.

3. Mengetahui komposisi hasil tangkapan purse seine khususnya di

perairan Jawa dan Kalimantan.

4. Mengetahui aspek-aspek penunjang usaha penangkapan ikan

seperti kapal, alat tangkap, fishing ground, serta administrasi

pelabuhan perikanan.

5. Membandingkan hasil yang diperoleh dari materi perkuliahan

dengan bekerja langsung di dunia industri.

6. Dapat menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian

profesional.

7. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman

kerja sebagai bagian dari proses pendidikan..

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mempersiapkan mahasiswa untuk bekerja secara mandiri, dalam

lingkungan dan mengembangkan potensi serta kreatifitas yang

sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa.

2. Meningkatkan kepribadian mahasiswa, sehingga memiliki

tanggung jawab dan disiplin yang tinggi.

Page 4: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

4

3. Memperoleh Surat Keterangan Berlayar (SKB) sebagai

persyaratan mengikuti ujian Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan

1 (ANKAPIN 1).

4. Membuat laporan industri sebagai satu persyaratan akademik.

1.3 Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah

sebagai berikut:

Memperoleh pengalaman yang nyata di bidang industri.

Menyiapkan tenaga kerja profesional yang berpengalaman,

disiplin dan terampil di bidang penangkapan ikan.

Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

sudah diperoleh selama di kampus.

Page 5: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.508

pulau dengan garis terpanjang di dunia yaitu sekitar 81.000 km2 sebagian

besar (62 %) wilayah kedalautan Indonesia berupa laut, yang meliputi 0,3

juta km2 laut Nusantara. Selain itu kita memiliki kewenangan untuk

memanfaatkan dan mengolah segenap sumberdaya alam yang terdapat

dalam laut Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km2.

Potensi perairan wilayah Indonesia sekitar 6,4 juta ton/tahun, yang terdiri

dari potensi wilayah Indonesia sekitar 4,4 juta ton/tahun. Di ZEEI sekitar

1,86 juta ton/tahun, dimana baru dimanfaaatkan sekitar 57 %.

Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dilaut masih tergolong rendah

disebabkan faktor antara lain:

1. Penangkapan ikan merupakan usaha yang padat modal.

2. Tenaga ahli Profesional bidang penangkapan ikan belum memadai

jumlahnya.

3. Kehidupan di laut lebih berat dibandingkan kehidupan di darat.

4. Komposisi armada perikanan Indonesia masih didominasi oleh perahu

dan kapal yang berukuran kecil, sehingga kemampuan jelajahnya

rendah dan peralatan serta teknologi yang digunakan relatif sederhana.

2.2. Kapal

Kapal ikan adalah kapal yang berhubungan dengan aktivitas perikanan.

Biasanya kapal ikan ini digunakan khusus untuk menangkap ikan, kapal

ikan ini dibuat sesuai dengan alat tangkap yang digunakan. Kapal ikan ini

juga bisa digunakan sebagai aktivitas penyelidikan, bimbingan dan latihan

serta inspeksi.

Page 6: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

6

Kapal pukat cincin biasanya disebut dengan purse seiner, sebagai faktor

pendukung biasanya panjang purse seine bergantung pada dimensi kapal,

waktu operasi dan jenis ikan yang akan ditangkap. Adapun untuk

menangkap ikan yang termasuk perenang cepat termasuk jenis tuna, purse

seine harus lebih panjang. Kapal purse seine atau kapal pukat cincin harus

mampu bergerak cepat terutama saat mengejar ikan dan juga pada saat

proses pelingkaran jaring dan tentunya harus memiliki mesin yang

mempunyai daya yang kuat. Kapal pukat cincin ini juga harus memiliki

stabilitas kapal yang tinggi, sehingga pada saat kapal menerima beban dari

bagian samping mampu menahan beban dengan baik.

2.3. Alat Tangkap

Purse Seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikan

pelagis yang membentuk gerombol (schoaling). Pukat cincin digolongkan

kepada alat tangkap “Jaring lingkar” dengan tali kerut (purse sine) yang

merupakan alat tangkap ikan pelagis yang hidupnya bergerombol dan

perenang cepat seperti ikan Tongkol, Layang, Kembung dan Cakalang.

Pukat cincin (purse seine) pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh

Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun 1970, yaitu dengan cara

melakukan kerja sama dengan pengusaha perikanan di Batang Jawa Tengah

yang selanjutnya diaplikasikan di Mutar Jawa Timur pada tahun 1973-1974.

Berdasarkan data statistik tahun 1962, perikanan purse seine menghasilkan

sebanyak 15,1% dari total hasil tangkapan berbagai alat tangkap di Jepang.

Dengan demikian, purse seine merupakan alat tangkap yang cukup epektif

untuk perikanan pantai maupun perikanan lepas pantai.

Prinsip penangkapan ikan dengan purse seine yaitu dengan cara melingkari

gerombolan ikan, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal,

dengan demikian gerakan ikan kearah horizontal dapat dihalangi. Setelah

itu, bagian bawah jaring dikerucutkan untuk mencegah ikan lari kearah

bawah jaring, karena semakin kecilnya ruang lingkup ikan maka akan

semakin dalam cakupan alat tersebut.

Page 7: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

7

Pukat cincin merupakan alat tangkap yang berbentuk jaring yang

dilingkarkan dengan kapal yang berkecepatan tinggi, begitu pula dimensi

kapal maka kemampuan kapal tersebut untuk membawa jaring dan alat

bantu penangkapan ikan lainnya semakin besar, dengan demikian jarak

jangkau fishing ground-nya akan semakin luas.

Gambar 1. Jaring purse seine dan bagian-bagiannya

Keterangan Jaring Purse Seine :

1. Jaring Utama

2. Badan Jaring

3. Sayap

4. Jaring Penguat

5. Pelampung

6. Tali ris atas

7. Tali Ris Bawah

8. Pemberat

9. Tali Kolor

10. Cincin

11. Tali Kang

Jaring purse seine terdiri dari beberapa komponen diantaranya :

1. Jaring Utama

Pada pukat cincin (purse seine), ukuran mata jaring pada tiap-tiap

bagian berbeda-beda dan adapula yang sama. Bagian yang sama

biasanya terdapat pada bagian sayap dengan ukuran mata jaring yang

besar. Dan pada kantong ukuran mata jaringnya kecil. Karena kantong

tersebut tempat berkumpulnya ikan. Biasanya ukuran benangnya

semakin besar, demikian pula sebaliknya, biasanya besarnya mata

jaring ditentukan oleh ikan yang akan ditangkap.

Page 8: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

8

2. Badan jaring

Bagian ini terletak ditengah jaring, diapit oleh dua sayap jaring. Selain

berfungsi sebagai dinding jaring, bagian ini juga berfungsi untuk

memperkuat bagian pinggiran jaring utama yang selalu mendapat

gesekan dan tarikan yang kuat. Besar mata jaring bagian ini lebih

besar dari pada bagian kantong, dan besar keseluruhan bagian badan ±

30% dari keseluruhan jaring.

Gambar 2. Jaring bagian atas

3. Sayap (wing)

Bagian ini terletak antara badan dan jaring penguat, terdiri atas

beberapa bagian yang banyak formasi dan jumlah kontruksinya.

Bagian ini selain berfungsi sebagai dinding sewaktu operasi

penangkapan juga berfungsi sebagai dinding untuk mencegah supaya

ikan tidak lolos dari bagian kantong. Besar bagian sayap ± 10% dari

keseluruhan bagian jaring.

4. Pelampung

Pelampung berfungsi untuk menahan supaya bagian atas dari purse

seine itu tetap dipermukaan air, juga harus mampu menahan ikan yang

tertangkap pada waktu itu. Dalam menggunakan pelampung sebaiknya

pelampung yang tidak berongga tetapi mempunyai lubang pada tali,

atau berbentuk silinder penuh dengan ujungnya berbentuk lengkung,

agar tidak menyangkut pada webbing dan mengurangi efek fiksi pada

power blok dan pada saat setting.

Page 9: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

9

Gambar 3. Pelampung

5. Pemberat

Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan/memberi daya tenggelam

pada alat tangkap purse seine. Pemberat ini menggunakan semua

bahan yang terpasang pada alat penangkap ikan yang memiliki massa

jenis lebih besar dari 1,025 atau berlapis baja, kuningan dan

alumunium.

Gambar 4. Pemberat

6. Cincin/ Ring

Cincin-cincin itu dipasang pada tali ris bawah dengan tali khusus

disebut tali cincin/bordle line. Cincin-cincin itu dilalui/dimasuki tali

kolor yang dipergunakan untuk menutup bagian bawah dari purse

seine itu. Untuk membuat ring pilihlah bahan yang kuat dan tahan

terhadap karat, mudah didapat serta harganya murah. Bahan yang

biasanya dipakai adalah kuningan, baja putih dan besi yang

digalvanisir.

Page 10: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

10

7. Tali Ris

Tali ris ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu tali ris atas dan tali ris

bawah, yang mana tali ris atas untuk pelampung sedangkan tali ris

bawah untuk pemberat. Untuk tali ris purse seine sebaiknya

menggunakan bahan yang sifatnya sama dengan sifat jaring yang

digunakan, terutama sifat-sifat dalam airnya. Ris atas dan tali

pelampung baiknya menggunakan arah pintalan yang berlawanan, ris

bawah dan tali pemberat.

Gambar 5. Tali ris atas

Gambar 6. Tali ris bawah

8. Tali Ring

Tali ring adalah tali penghubung antara cincin dengan tali ris bawah,

tali ring biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan tali ris atas

atau tali ris bawah.

Gambar 7. Tali ring

Page 11: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

11

9. Tali Kerut

Tali kerut gunanya untuk menutup bagian bawah jaring pada saat

dioperasikannya alat tangkap, digunakan tali kolor untuk dilewatkan

pada cincin. Untuk membentuk sebuah kantong maka tali kerut

tersebut ditarik supaya ring dapat berkumpul.

Gambar 8. Tali kerut

10. Selvedge

Bagian ini terdapat pada tali ris atas dan tali ris bawah. Selvedge

merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi

bagian pinggir dari jaring utama agar jaring tidak mudah robek. Pada

saat pengoperasian alat tangkap ini ukuran mata jaring pada selvedge

ini dua kali lebih besar dibandingkan pada jaring utama, sedangkan

ukuran pada mata benang tiga sampai lima kali lebih besar dari ukuran

mata jaring utama. Adapun bahan yang digunakan membuat selvedge

adalah Polyethyline (PE) atau Nylon (PA).

2.4. Metode dan Teknik Penangkapan

Metode penangkapan dengan alat tangkap pukat cincin adalah dengan cara

melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu bagian bawah

jaring dikerutkan supaya ikan-ikan tersebut akan berkumpul di bagian

kantong. Tujuan dari mempersempit ruang lingkup gerak ikan tersebut maka

ikan-ikan tersebut tidak dapat melarikan diri. Fungsi dari mata jaring dan

lembaran jaring hanyalah sebagai dinding penghadang bukan sebagai

penjerat ikan yang akan di tangkap (Ayodhyoa,1988).

Page 12: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

12

Pada saat pembuangan jaring dilakukan dengan melingkari ke kiri dan ke

kanan, hal ini ditentukan oleh beberapa faktor seperti :

a) Arah putaran baling-baling (propeller)

b) Tatanan peralatan diatas deck

c) Kebiasaan nelayan setempat

Sebelum dilakukan pelingkaran jaring maka perlu diperhatikan beberapa

faktor yang mempengaruhi operasi penangkapan yaitu : arah angin dan arah

arus.

Gambar 9. Propeler putaran kiri Gambar 10. Propeler putaran kanan

1. Dewi-dewi

2. Winch

3. Power block

4. Tempat menyusun jaring

5. Rumah kemudi

6. Palkah

7. Pelampung

8. Cincin

Gambar 11. Tatanan peralatan diatas deck

Adapun gambar dibawah ini adalah faktor yang mempengaruhi

penangkapan yaitu arah angin dan arah arus :

Gambar 12. Arah Angin Gambar 13. Arah Arus

1

2

3

4

5

6

78

Page 13: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

13

Biasanya pada gerombolan ikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Air laut berubah warna, karena ikan-ikan tersebut sedang berkumpul

dipermukaan air.

b) Dipermukaan air banyak ditemukan burung-burung yang menukik-

nukik dan menyambar-nyambar ke permukaan air.

c) Adanya buih-buih di permukaan air akibat udara yang dikeluarkan oleh

ikan.

d) Gerombolan ikan biasanya melompat-lompat diatas permukaan air.

Apabila ciri-ciri ikan tersebut sudah diketahui, maka langkah selanjutnya

adalah gerombolan ikan dilingkari dengan alat tangkap, sehingga terkurung

oleh kantong jaring dengan menarik tali kolor dan tali ris atas, akhirnya

jaring akan membentuk sebuah kantong. Selanjutnya penarikan tali kolor

dan tali ris dalam rangka pembentukan kantong adalah sangat menentukan

berhasil tidaknya gerombolan ikan dapat tertangkap. Sebaiknya penarikan

tali kolor tidak memakan waktu terlalu lama (+ 30 menit) dengan kecepatan

sedang agar tali kolor tidak terlalu cepat tertarik masuk kedalam lingkaran

jaring sehingga dapat menyebabkan jaring masuk pada propeller (baling-

baling).

2.5. Perlengkapan Penangkapan

2.5.1.Rumpon

Rumpon atau yang biasa disebut Fish Aggregating Divice (FAD),

telah banyak digunakan untuk memikat ikan pelagis supaya

bergerombol di dekat permukaan sehingga mudah dilingkari dengan

alat tangkap purse seine. Dengan alat ini dapat mempermudah untuk

menentukan daerah penangkapan, sehingga waktu yang terbuang pada

saat mencari kawanan ikan relatif pendek.

Rumpon dapat dibagi menjadi rumpon laut dangkal dan rumpon laut

dalam. Rumpon laut dangkal biasanya dipasang pada kedalaman laut

Page 14: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

14

kurang dari 100 m, sedangkan rumpon laut dalam dipasang pada

kedalaman laut lebih dalam dari 100 m.

Tujuan dari pemasangan rumpon tersebut adalah untuk menghemat

waktu sehingga memudahkan bagi para nelayan untuk mendapatkan

gerombolan ikan dan menangkapnya. Dengan demikian, maka

penangkapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta

menghemat biaya operasi penangkapan.

2.5.2.Purse Line Winch

Purse Line Winch digunakan untuk menarik tali kerut dan

menggulungnya pada purse line drum. Kekuatan tarik winch roller

terhadap purse line umumnya berkapasitas 6 ton dan digerakkan

dengan hidrolik. Sehingga ukuran kecepatan menggulung dan

kekuatan tarik purse line winch harus disesuaikan dengan bentuk dan

besarnya winch roller yang digunakan.

2.5.3.Power Blok

Power blok berfungsi untuk mengangkat jaring pukat cincin dari

dalam air ke atas kapal, power blok dipasang sedemikian rupa

sehingga pada saat operasi penangkapan tidak mengalami kesulitan.

Power blok bentuknya hampir sama dengan katrol, hanya yang

membedakannya adalah mesin bentuk power blok karena dilengkapi

dengan instrument elektronis yang mampu memutar rol dengan

menggunakan power blok ini maka tenaga manusia tidak terlalu

terkuras sehingga menguntungkan bagi nelayan.

2.6. Daerah Penangkapan

Menurut Ayodhyoa (1988), bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan

dengan pukat cincin ialah ikan-ikan “Pelagic Schoaling Species” artinya

ikan tersebut haruslah membentuk suatu gerombolan (schoal), berada dekat

dengan permukaan air (sea surface).

Page 15: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

15

Sangat diharapkan pula agar densitas scoal itu tinggi, yang berarti jarak

antara ikan dengan ikan lainnya harus sedekat mungkin.

Kriteria daerah penangkapan yang cocok untuk pukat cincin adalah sebagai

berikut :

1) Daerah penangkapan pukat cincin tersebut kaya dengan jenis-jenis ikan

pelagis yang sedang hidup berkumpul (Schoaling) dipermukaan dalam

jumlah yang cukup besar.

2) Arus perairan tersebut harus teratur arahnya serta tidak terlalu deras

kecepatannya.

3) Kedalaman perairan sebaiknya lebih dalam dari pada lebar jaring

tersebut.

4) Perairan tersebut tidak berbatu karang agar tidak merusak jaring.

5) Jenis-jenis ikan tersebut harus mudah dibantu pengumpulannya dengan

menggunakan alat-alat bantu penangkapan seperti rumpon, fish finder

dan cahaya lampu.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu operasi penangkapan,

penentuan akan suatu daerah penangkapan sangat penting yang dimaksud

dengan daerah penangkapan adalah dimana daerah tersebut terdapat

kumpulan gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap, alat tangkap

dapat dioperasikan dengan baik, biaya operasi tidak terlalu tinggi.

Penangkapan dapat dilakukan secara ekonomis dan sedapat mungkin dekat

dengan daerah pemasaran.

2.7. Hasil Tangkapan

Menurut Ayodhyoa (1988), pukat cincin pada umumnya digunakan untuk

menangkap ikan-ikan yang lingkungan hidupnya atau daerah geraknya

dekat dengan permukaan air. Jenis-jenis ikan tersebut pada umumnya

disebut sebagai ikan pelagis yang hidupnya selalu berkelompok, oleh karena

itu pukat cincin mempunyai dimensi besar baik panjang maupun dalam agar

Page 16: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

16

mampu melingkari dan mengurung kawanan ikan tersebut secara mendatar

atau tegak.

2.8. Penanganan Ikan Pasca Tangkap

Setelah ikan di tangkap, hal yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan

ikan selama berada di atas kapal. Dengan kandungan protein dan kadar air

yang cukup tinggi, ikan merupakan komoditi yang mudah mengalami

pembusukan (higly perishable). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan

konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar, penanganan ikan perlu di

lakukan agar bisa sampai ke tangan konsumen atau pabrik pengelolaan

dalam keadaan segar atau mendekati segar (Affriato.E,dan

Liviawaty.E,1989).

2.8.1. Penggunaan Suhu Rendah (Es Batu)

Es batu merupakan medium pendingin yang paling baik bila

dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat

menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas

ikan dan biaya yang diperlukan juga relatif lebih murah. Oleh karena

itu, ikan yang belum mengalami proses apapun (kecuali hanya diberi

proses pendingin) masih dapat dianggap sebagai ikan segar. Dengan

demikian harga jual ikan ini akan lebih tinggi bila dibandingkan

dengan ikan yang kurang segar.

Proses pendinginan ikan lebih efektif bila dilaksanakan sebelum fase

rigomortis berakhir. Apabila di lakukan setelah fase autolisis,

biasanya proses pendingin tidak bermanfaat. Oleh karena itu

sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan secepat mungkin

(Affriato.E, dan Liviawaty. E, 1989).

2.8.2. Penggunaan Garam (Penggaraman)

Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak

dilakukan di berbagai Negara termasuk Indonesia. Proses ini

menggunakan garam sebagai media pengawet. Ikan yang telah

Page 17: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

17

mengalami proses penggaraman sesuai dengan prinsip yang berlaku,

akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat

berfungsi menghambat atau menghentikan reaksi autolysis dan

membunuh bakteri yang terdapat didalam tubuh ikan (Affriato.E,dan

Liviawaty.E,1989).

Page 18: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

18

BAB III

METODE PELAKSANAAN PKL

3.1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan PKL

Kegiatan PKL dilaksanakkan mulai tanggal 15 September 2008 sampai

dengan 13 Febuari 2009, yang dilaksanakan di KM. Karya Maju PT. Putra

Ali Sentosa (PAS), Sibolga, Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan PKL dilakukan hanya satu tempat saja yaitu di Sibolga,

Sumatera Utara dengan pelaksanaan kerja penangkapan ikan dalam

pengoperasian alat tangkap purse seine yang dilaksanakan selama 6 bulan

dari bulan September 2008 sampai dengan bulan Januari 2009 dengan

menghasilkan beberapa jenis ikan pelagis.

Adapun jadwal PKL akan diterangkan pada tabel berikut :

No KegiatanWaktu pelaksanaan PKL

Tahun 2008 Tahun 2009

Bulan 9 10 11 12 01 02

1Pelaporan ke industri,

Persiapan berlayar

2Berlayar trip pertama &

kedua

3Berlayar trip ke dua &

ketiga

4 Berlayar trip ke lima

5

Pengurusan SKB, pelepasan

dengan pihak perusahaan,

Penyusunan Laporan.

Tabel 1. Waktu pelaksanaan PKL

Page 19: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

19

3.2. Metode PKL

3.2.1. Orientasi

Kegitan ini dilaksanakan untuk lebih mengenal lebih dahulu lokasi

yang akan dijadikan tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL), yang

meliputi kegiatan pengarahan-pengarahan dari para pembimbing,

pencarian informasi melalui surat kabar, dan pencarian data atau

survey serta hal-hal lain yang menunjang pelaksanaan PKL.

3.2.2. Observasi

Agar dalam pelaksanaan magang industri lebih teratur, maka penulis

harus menyususun program kerja yang berlaku selama pelaksanaan

magang dari mulai bulan September 2008 sampai dengan Februari

2009. Rencana program yang disusun oleh mahasiswa tersebut harus

disetujui dari Dosen pembimbing agar mempermudah dalam

pemantaun dan penentuan jadwal kerja selanjutnya serta sebagai

acuan agar tercapainya tujuan pelaksanaan magang. Penyususunan

program kerja magang ini harus disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan

yang dilaksnakan di industri.

3.2.3. Adaptasi

Agar Praktik Kerja Lapangan berjalan lancar, penulis dituntut untuk

bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, baik itu di

daerah tempat tinggal ataupun kapal tempat praktek. Banyak hal yang

penulis lakukan dalam proses ini, seperti bersilaturahmi dan

bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, bersosialisasi dengan para

ABK, mengetahui kondisi serta peraturan setempat dan lain-lain.

Salah satu kendala yang penulis rasakan dalam pelaksanaan Praktik

Kerja Lapangan ini adalah faktor perbedaan bahasa, selain itu

sebagian besar dari awak kapal tidak bisa berbahasa Indonesia,

sehingga menimbulkan kesulitan dalam melakukan wawancara.

Page 20: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

20

3.2.4. Pelaksanaan PKL

Selama melaksanakan PKL penulis bertugas sebagai ABK kapal dan

melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh para ABK kapal tetap

seperti pekerjaan yang dilakukan di atas kapal. Pekerjaan yang

dilakukan di atas kapal dikerjakan secara bersama-sama agar cepat

selesai.

Selama berlayar ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan penulis

selama melakukan magang diantaranya:

Mengemudikan kapal tersebut berjalan menuju tempat fishing

ground, dan selama perjalanan sesuai dengan tugas jaga kapal.

Tugas jaga kapal sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

Mengisi perbekalan sebelum berangkat.

Memperbaiki alat tangkap sebelum disusun di atas kapal.

Menyusun alat tangkap purse seine diatas kapal.

Membantu memasukan daun nyiur yang akan dijadikan rumpon.

Membantu mengisi pembekalan.

Memasang rumpon di daerah fishing ground yang bertujuan untuk

mengumpul ikan-ikan.

Ikut serta dalampenurunan alat tangkap (setting).

Menarik jaring (hauling).

Menyortir ikan menurut jenisnya yang telah dinaikan diatas kapal.

Memperbaiki jaring selesai penarikan jaring apabila ada yang

rusak.

Menyusun ring setelah selesai pembalikan jaring.

Page 21: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Praktik

Kota madya Sibolga merupakan salah satu pusat usaha perikanan yang ada

di Sumatera Utara, sebab kota ini berlokasi di tepi pantai dan sebagian besar

penduduknya berkerja sebagai nelayan. Hasil tangkapan ikan di kota ini ada

yang di impor keberbagai Negara tetangga, selain itu juga di kota ini banyak

terdapat berbagai perusahaan perikanan dimana sampai saat ini perusahaan-

perusahaan tersebut semakin maju.

Berikut adalah batas-batas wilayah Kota Madya Sibolga:

Sebelah utara berbatasan dengan Tapanuli Tengah

Sebelah selatan berbatasan dengan Tapanuli Selatan

Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia

Sebelah timur berbatasan dengan Tapanuli Utara

Gambar 14. Peta Sibolga

PT. PAS

Page 22: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

22

4.1.1. Identitas Industri

Nama Perusahaan : PT. PUTRA ALI SENTOSA (PAS)

Alamat : Jl. Letjend. Gatot Subroto, Ujung batu, Sarudik,

Sibolga-Tapanuli Tengah Sumatera Utara

No. Telp : (0263) 22772 – 21797, Fax. (0263) 23368

Nama Pemimpin : H. MS. Effendi

4.1.2. Surat-Surat Kapal

1. IUP No.: 01.04.02.0292.4706

2. Surat Ukur Internasional.

3. Daftar Anak Buah Kapal.

4. Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkapan Ikan No.

PK. 650.b/ 12/ 11/ Ad-sbg. 08.

5. Surat Penangkapan Ikan (SPI) No. 26.07.0028.06.18814

6. Surat Izin Berlayar (Port Clearance) No. : 649/27.X/B/2008

4.1.3. Kapal Penangkapan

Kapal penangkap ikan yang penulis ikuti selama praktik adalah KM.

Karya Maju. Dengan data kapal sebagai berikut:

Nama Kapal : KM. KARYA MAJU

Tempat Pendaftaran : Sibolga

Asal Kapal : Buatan Dalam Negeri

Tanda Selar : SIBOLGA/GT. 90. No. 1096/SSd

Bentuk Badan Kapal : V dan Round Botton

Material : Kayu

Alat Tangkap : Purse Seine

Page 23: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

23

4.1.4. Ukuran Pokok Kapal

Panjang : 23,80 meter

Lebar : 9,96 meter

Dalam (depth) : 2,20 meter

Isi kotor : 90 GT

Isi bersih : 54 ton

4.1.5. Spesifikasi Mesin

Jumlah mesin induk : 1 buah

Jenis : Motor Diesel

Merk : Nissan RE.10.Cyl.No.025522

Kecepatan : 380 PK

Daya : 8 knot

Jumlah mesin genset : 1 buah

Merk : Mitsubhisi 6 silinder

Jumlah mesin Jet Pump : 1 buah

Merk : Dompeng 20 PK

4.2. Pembahasan

4.2.1.Kapal Penangkapan Ikan

Sebuah kapal penangkapan harus juga memenuhi ketentuan tentang

peralatan yang harus dipenuhi agar laik laut dan kapal penangkap ikan

jika tidak sedang menangkap ikan termasuk kapal tenaga sehingga

harus memenuhi ketentuan yang berlaku dalam kapal tenaga seperti

peralatan yang tersedia pada kapal tenaga sebagai persyaratan harus

memiliki peralatan navigasi, peralatan keselamatan dan peralatan

kebakaran. Pada kapal penangkapan ikan seperti kapal pukat cincin ini

harus mempunyai kecepatan yang cukup tinggi, mempunyai

Page 24: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

24

kemampuan untuk diolah gerak dan berputar dalam waktu yang

singkat, stabilitas kapal harus baik, dek harus dekat dengan garis air

agar mudah menaikkan hasil tangkapan.

KM. Karya Maju, juga memiliki deck kerja pada bagian depan kapal,

anjungan kapal terletak pada bagian tengah kapal, yang mana bagian

anjungan kapal tersebut bisa digunakan oleh ABK sebagai tempat

tinggal/ istirahat, ruang akomodasi serta ruang kamar mesin, pada

bagian buritan kapal terdapat takal dan bagian dek kerja kapal

ditempatkan alat bantu penangkapan seperti purse winch, purse davit,

dan cargo boom.

Gambar 15. konstruksi KM. Karya Maju

Keterangan gambar :

A,B,C,D, dan E palkah I. Air tawar

F1. Mesin penggerak utama J. Kompor J. kompor

F2. Generator K. Lampu galaksi

G. Gardan L. Daun kemudi

H. Tempat menyiapkan jaring M. Propeller

Page 25: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

25

4.2.2.Alat Tangkap

KM. Karya Maju mempergunakan alat tangkap Pukat Cincin yang

mempunyai ukuran panjang tali ris 700 meter dan dalam jaring 70

meter yang mana tali ris atasnya terbuat dari bahan PE atau kuralon.

4.2.3.Perlengkapan Penangkapan Di Kapal

4.2.3.1. Serok

Serok adalah alat yang berbentuk kantong dan terbuat dari jaring

dengan kerangka besi berbentuk lingkaran sebagai pembuka

mulutnya. Ujung dari kantong tersebut dilengkapi dengan ring

dan tali kerut sehingga dapat di buka dan di tutup untuk

mempermudah proses pemindahan ikan dari kantong jaring

geladak kapal.

Gambar 16. Serok

4.2.3.2. Cargo Boom

Fungsi dari Cargo boom adalah untuk menaikkan ikan hasil

tangkapan yang ada di dalam kantong jaring untuk dipindahkan

ke atas kapal.

Page 26: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

26

Gambar 17. Cargo boom

4.2.3.3. Purse Davit

Purse Davit memiliki kegunaan yaitu sebagai tempat untuk di

lalui tali kolor sehingga tidak merusak lambung kapal dan wire

lebih mudah untuk ditarik dengan purse winch pada KM. Karya

Maju. Purse Davit memiliki 2 buah blok yang berfungsi sebagai

blok penghantar tali kolor dan satunya sebagai penghantar tali

penarik.

4.2.3.4. Gardan (Purse Winch)

Fungsi dari purse winch/ gardan ini untuk menghibob atau

menggulung tali kolor dan tali pelampung. Purse winch/ gardan

digerakkan dengan menggunakan tenaga hidrolik.

Gambar 18. Gardan

Page 27: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

27

4.2.4.Perlengkapan Penangkapan Di Luar Kapal

4.2.4.1. Rumpon

Rumpon/ twasan (bahasa Sibolga) disini berfungsi untuk

menarik dan mengumpulkan ikan pada daerah tertentu. Rumpon

yang digunakan bisa dari pelepah kelapa dan daun nyiur yang

akan menjadi tempat ikan-ikan kecil berlindung dan mencari

makan disekitar rumpon tersebut. Rumpon biasa di pasang pada

kedalaman lebih dari 100 meter. Adapun ciri-ciri daerah yang

pemasangan rumpon:

- Daerah migrasi ikan.

- Tidak pada alur pelayaran atau daerah yang dilarang

memasang rumpon

- Tidak terlalu jauh dari pangkalan pendaratan ikan.

- Dasar perairan relatif datar

- Mudah untuk mencari dan mencapainya

Gambar 19. Rumpon

Page 28: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

28

4.2.4.2. Lampu Galaksi

Berfungsi untuk mengumpulkan ikan karena ikan lebih suka

pada suatu titik terang tertentu sehingga memancing ikan untuk

berkumpul pada sorotan lampu tersebut. KM. Karya Maju

menggunakan lampu listrik di atas air dengan skala besar

dengan jumlah lampu 43 unit yang masing-masingnya

mempunyai kapasitas 400 watt.

Gambar 20. Lampu galaksi

4.2.4.3. Sampan (Skip Boat)

Berfungsi untuk membantu pada saat pengoperasian alat

penangkapan. Pada skip boat juga di lengkapi lampu petromak

dengan menggunakan Aki sebagai pembangkit listrik, lampu ini

dihidupkan setelah lampu di kapal induk dimatikan. Selain itu

skipboat juga digunakan untuk menarik kapal saat proses

hauling, ini bertujuan untuk mencegah terbelitnya jaring di

propeler dan kapal masuk ke dalam jaring.

Page 29: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

29

Gambar 21. skipboat/ sampan

4.2.4.4. Jangkar Arus/ Parasut

Jangkar arus atau parasut adalah alat bantu yang digunakan pada

saat terjadi cuaca buruk agar kapal tidak terbawa angin terlalu

jauh.

Gambar 22. Jangkar Arus/ Parasut

4.2.5. Peralatan Navigasi Dan Komunikasi

Penggunaan alat-alat Navigasi di kapal penangkapan ikan merupakan

suatu hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses perasi

penangkapan ikan di laut, adapun alat-alat Navigasi yang digunakan di

KM Karya Maju diantaranya :

4.2.5.1. Kompas

Page 30: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

30

Kompas merupakan salah satu alat navigasi yang berfungsi

untuk menetapkan arah haluan kapal dan juga untuk membaring

suatu target sasaran.

Gambar 23. Kompas

4.2.5.2. Radio Komunikasi

Dalam operasi penangkapan ikan pengguanan sarana untuk

berkomunikasi sangat diperlukan, karena dengan adanya alat

komunikasi kita dapat berbagi berita dengan kapal lain dan juga

pangkalan (perusahaan). Radio yang digunakan di KM Karya

Maju merupakan jenis radio telephon, SSB model 132 icom.

Gambar 24. Radio komunikasi SSB

4.2.5.3. Peta Laut

Penggunaan Peta laut dikapal penangkapan ikan sebagai sarana

untuk menentukan posisi kapal pada saat berlayar dan juga

Dokumen Hasil PKL, 2009

Dokumen Hasil PKL, 2009

Page 31: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

31

dalam menentukan posisi suatu area penangkapan ikan (fishing

ground).

Gambar 25. Peta laut

4.2.5.4. Echosounder

Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan sistem

gema yang dipasang pada dasar kapal, berfungsi untuk

mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu

perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah

kapal secara vertikal.

Gambar 26. Echosounder

4.2.6. Daerah Operasi Penangkapan

Daerah penangkapan yang digunakan oleh KM. Karya Maju adalah

sebagai berikut :

Dokumen Hasil PKL, 2009

Page 32: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

32

- Perairan Tapanuli Selatan

- Nias

- Aceh selatan

- Aceh Barat dan

- Simeulu

Cara kerja operasi penangkapan yang dilakukan dengan menggunakan

alat bantu rumpon, alat bantu rumpon diletakkan pada daerah

penangkapan yang telah ditentukan sesuai dengan panjang tali utama

rumpon dan merupakan perairan lintasan migrasi ikan-ikan pelagis.

4.2.7. Operasi Penangkapan

4.2.7.1. Persiapan Operasi Penangkapan

Sebelum kapal menuju daerah penangkapan pada umumnya

melakukan persiapan terhadap segala kelengkapan selama

berlayar atau melakukan operasi penangkapan. Hal ini bertujuan

agar kebutuhan operasional kapal dan awak kapal dapat

terpenuhi, sehingga dapat membantu kelancaran dalam operasi

penangkapan nantinya. Adapun persiapan-persiapan yang harus

dilakukan adalah:

4.2.7.1.1. Persiapan Di Darat

Persiapan yang perlu diperhatikan sekali adalah

mempersiapkan alat tangkap sebelum meninggalkan

pelabuhan, pengisian perbekalan seperti : BBM, pelumas,

air tawar, makanan, suku cadang, dan lain-lain. Persiapan

surat-surat kapal atau dokumen kapal seperti : Surat izin

berlayar, surat penangkapan ikan, sijik awak kapal, surat

izin usaha perikanan, surat laut/pas tahunan, sertifikat

kelaikan dan pengawakan kapal.

Page 33: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

33

Nahkoda juga mengadakan pemeriksaan peralatan

navigasi, alat-alat komunikasi, alat-alat keselamatan, dan

keadaan keseluruhan serta semua perbekalan yang telah

disiapkan dirinci kembali termasuk kelengkapan awak

kapal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berangkat adalah

sebagai berikut:

- Keadaan daerah penangkapan ikan (musim).

- Laporan kapal lain yang sedang beroperasi

penangkapan.

- Data hasil tangkapan tahun yang sudah lewat.

Ketiga hal tersebut perlu diketahui sebelumnya agar

operasi penangkapan memperoleh hasil yang maksimal.

4.2.7.1.2. Persiapan Di Laut

Persiapan di laut merupakan persiapan awal operasi

penangkapan. Persiapan pada saat berada di laut adalah

mempersiapkan peralatan-peralatan yang akan dipakai

pada saat operasi penangkapan seperti: power blok, purse

winch, purse davit dan takal-takal yang ada supaya pada

operasi penangkapan berjalan dengan lancar dan

mempersiapkan berbagai cara alat bantu seperti: rumpon.

Untuk memudahkan saat menurunkan rumpon, segala

sesuatunya agar dipersiapkan sebelum sampai di fishing

ground. Untuk kelancaran pada saat operasi penangkapan

berlangsung.

Page 34: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

34

Gambar 27. Persiapan operasi penangkapan

Setelah kapal tiba di fishing ground, maka yang pertama

dilakukan adalah menurunkan rumpon (payaos). Apabila

gerombolan ikan pada rumpon sudah diketahui berdasarkan buih

atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air,

warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau

banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon.

Maka yang kedua dilakukan adalah menurunkan lampu bantu itu

sudah siap untuk melingkari gerombolan ikan, maka nahkoda

segera menurunkan alat tangkap. Setelah jaring bagian bawah

telah tertutup maka rumpon tadi dikeluarkan dari jaring dan

dikembalikan ke tali pelampung seperti semula.

4.2.7.2. Teknik Pengoperasian Alat Penangkapan

4.2.7.2.1 Penurunan Jaring/ Setting

Pada umumnya jaring diturunkan (towing) dari bagian

belakang kapal (buritan) dan ada juga dari samping atau

dari lambung kapal tergantung dari kontruksi kapal

tersebut. Dalam pengoperasian purse sine ini di lakukan

pada malam hari, yaitu 1 kali penurunan alat tangkap

purse seine dengan menunggu gerombolan ikan

berkumpul pada rumpon.

Apabila gerombolan ikan sudah diketahui keberadaannya

maka langkah selanjutnya yaitu mengetahui arah renang

ikan, kepadatan, dan kedalaman perairan dari gerombolan

Page 35: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

35

ikan. Setelah hal tersebut diketahui, barulah dilakukan

pelingkaran jaring dengan menghadang arah renang ikan.

Agar ikan-ikan tersebut cepat terkepung maka kapal harus

melaju dengan kecepatan maksimal.

Gambar 28. Penurunan jaring (setting)

4.2.7.2.2. Penarikan Jaring/ Hauling

Penarikan tali kolor setelah kedua tepi jaring bertemu

dilakukan penarikan kolor dengan tujuan agar ikan tidak

lari kebawah, jaring di tarik dengan menggunakan roller.

Antara kedua tepi jaring sering tidak tertutup rapat

sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk

melarikan diri. Supaya ikan tidak melarikan diri, maka

digunakan pemberat atau dengan menggerak-gerakan

jaring sehingga ikan takut dan lari ke arah bagian jaring

yang lain. Selanjutnya penarikan tubuh jaring, di tarik jika

bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian

semua pemberat telah berada di atas kapal. Sebaiknya

penarikan tali kolor tidak menghabiskan waktu terlalu

lama (+ 30 menit). Disamping itu kalau penarikan tali

kolor terlalu cepat kapal akan cepat tertarik masuk

Page 36: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

36

kedalam jaring, sehingga dapat menyebabkan jaring

masuk propeler (baling-baling). Selanjutnya pengambilan

hasil tangkapan ikan yang terkumpul pada bagian kantong,

segera di angkat ke atas kapal menggunakan alat yang

disebut serok.

Gambar 29. Penarikan jaring (hauling)

Dalam operasi penangkapan perlu diketahui faktor-faktor

sebagai berikut :

a). Penurunan jaring dilakukan dengan melingkari ke kiri

atau ke kanan sebagai berikut :

- Arah putaran baling-baling.

- Tatanan peralatan di atas deck.

- Arah gerak gerombolan ikan

b). Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap

pelingkaran alat tangkap adalah :

- Arah arus.

- Arah angin.

- Arah gerak gerombolan ikan.

4.2.8. Hasil Tangkapan

Page 37: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

37

Ikan-ikan hasil tangkapan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

No Nama Ikan Nama latin Nama umum

1 Madidihang Thunnus albacores Yellowfin tuna

2 Cakalang Katsuwonus pelamis Skipjack

3 Tongkol Euthynnus affinis Eastern little tuna

Tabel 2. Ikan hasil tangkapan

4.2.9. Penanganan Hasil Tangkapan

Ikan hasil tangkapan tersebut mempunyai sifat lebih cepat membusuk,

karenanya ikan tercurah di deck segera di pindah dan di susun secara

baik dan betul. Ikan yang sudah terkurung di kantong jaring di ambil

dengan menggunakan serok, biasanya ikan yang terangkat + 500 kg,

supaya ikan yang diangkat tidak rusak, lembaran jaring yang

dipergunakan untuk caduk matanya harus kecil.

Setelah ikan yang di serok terlebih dahulu ikan dibersihkan dengan

disemprot air untuk membuang darah dan kotoran-kotoran yang masih

melekat, agar tidak menyebabkan timbulnya mikroorganisme yang

dapat merusak ikan. Langkah selanjutnya ikan diturunkan dengan

keranjang kedalam palkah kemudian ikan diberi es. Pemberian es

disesuaikan dengan banyaknya ikan yang tertangkap, tujuan dari

pengesan adalah mencegah berkembangnya mikroorganisme dan

bakteri-bakteri lain yang menyebabkan ikan menjadi rusak/busuk.

Pengecekan ikan dilakukan setiap 5 jam sekali, bertujuan untuk

membuang es yang telah cair dan penambahan es baru, agar mutu ikan

tetap terjaga.

Adapun cara pengesan adalah sebagai berikut :

- Pada dasar palkah di lapisi es batang

- Dimasukakan ikan atas es batas

- Kemudian dimasukkan es curah di atas ikan, begitu juga seterusnya

Page 38: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

38

- Setelah palkah penuh, maka di siram dengan air laut secukupnya.

Gambar 30. Penanganan hasil tangkapan di atas kapal

4.2.10. Pembongkaran Hasil Tangkapan

Pusat pendaratan ikan-ikan hasil tangkapan adalah di Pelabuhan

khusus PT. Putra Ali Sentosa. Kegiatan pembongkaran hasil

tangkapan ini dilakukan oleh orang-orang pangkalan yang tugasnya

khusus untuk membongkar hasil tangkapan dari armada-armada yang

ada di Perusahaan. Pelaksanaan bongkar ini umunya memerlukan

waktu antara 4-5 jam. Dalam melaksanakan kegiatan pembongkaran

faktor keselamatan sangat diutamakan, bagi petugas yang bekerja

harus dilengkapi dengan pakaian dan perlengkapan kerja lain seperti

baju hangat, sepatu bot, sarung tangan karet dan helm. Sistem kerja di

dalam palkah biasanya dilakukan secara bergiliran.

4.2.11. Pemeliharaan Alat Tangkap

Pemeliharaan alat tangkap bertujuan agar jaring yang telah dipakai

bisa dipelihara dengan baik agar jaring bisa tahan lama dan dapat

Page 39: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

39

dipakai kembali pada penangkapan berikutnya dan pastinya bisa

menghemat biaya apabila ada jaring yang rusak.

- Setelah dipakai operasi maka alat tangkap dibersihkan dari

kotoran-kotoran misalnya: ubur-ubur, sisa-sisa ikan yang

membusuk dan lain-lain.

- Bagian-bagian jaring yang rusak segera diperbaiki dengan cara

dirajut atau ditambal.

- Tumpukan jaring sebaiknya dihindarkan dari terik sinar

matahari langsung, maka jaring harus ditutup dengan terpal.

- Sebaiknya jaring dijauhkan dari bahaya api, sumber api dan

minyak.

- Apabila jaring tidak digunakan di darat, sebaiknya jaring

digantung dan direntangkan di tempat yang teduh.

Gambar 31. Perbaikan alat tangkap

4.2.12. Analisa Usaha

Permodalan yang dikeluarkan untuk satu trip operasi penangkapan

adalah sebagai berikut :

No Permodalan Jumal harga (Rp)

Page 40: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

40

1 Belanja 5.000.000,00

2 Bahan bakar (solar) 35.000.000,00

3 Oli 1.500.000,00

4 Minyak tanah 790.000,00

5 Es 3.570.000,00

6 Air 210.000,00

7 Obat-obatan 300.000,00

8 Lain-lain 3.550.000,00

Jumlah 51.920.000,00

Tabel 3. Analisa usaha KM.Karya Maju

Jumlah permodalan yang dikeluarkan adalah Rp. 51. 920.000,00

Sedangkan hasil penjualan selama satu trip adalah Rp. 93.240.000,00

Jadi keuntungan satu trip = hasil penjualan - jumlah permodalan

= Rp. 93.240.000,00 – Rp. 51. 920.000,00

= Rp. 41.320.000,00

Page 41: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

o Prinsip dasar tertangkapnya ikan dengan alat penangkap purse seine

adalah mengurung gerombolan ikan dengan menarik tali kerut yang

melewati ring sehingga ring dan jaring bagian bawah terkumpul di

deck.

o Faktor yang mempengaruhi berhasilnya pengoperasian penangkapan

dengan purse seine adalah arah angin, arah arus, besar gerombolan

ikan, arah dan kecepatan renang ikan serta cahaya.

5.2. Saran

o Diharapkan kapal purse seine dilengkapi alat-alat navigasi yang lebih

canggih lagi.

o Memiliki alat bantu penangkapan yang maksimal.

o Memiliki dokumen kapal yang lengkap.

o Harus memiliki alat penolong dan pemadam kebakaran yang lengkap.

o Diharapkan keseriusan ABK, baik dalam penurunan jaring (setting)

maupun penarikan jaring (hauling).

o Kapal juga harus di lengkapi dengan mesin pendingin.

Page 42: Laporan Magang Zain-ZAIN Isi

42

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto.E. Liviawaty.E.1989. Pengawetan dan Pengelolahan Ikan. Kanisius.

Ayodhyoa 1988. Fishing Metode. Diklat Kuliah Teknik penangkapan Ikan.

Proyek peningkatan / pengembangan perguruan tinggi.IPB.

Farid,A, Fauzi.,N.Bandung, Fachrudin, Sugino.1989. Teknologi Penagkapan

Ikan.Jaringan Informasi Perikanan I Indonesia(Indonesia Fisheries

Information System). Direktorat Jendral Perikanan Bekerja Sama

dengan International Development Research Centre. INFIS Manual

Seri N0. 5.

Subani, W.1988. Pengunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan Ikan. LPPL.

No.27 Jakarta.

www.Google.com