laporan magang gkm

Upload: asrina-mangidi

Post on 15-Jul-2015

1.031 views

Category:

Documents


50 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keterlibatan masyarakat sangat penting karena secara nyata manfaat yang dapat diharapkan dengan hadirnya Posyandu sebagai berikut (Nain, 2008): 1. Penyebaran fasilitas pelayanan kesehatan agar mudah dijangkau oleh kelompok sasaran khususnya masyarakat yang tinggal di pedesaan. Hal ini memiliki makna strategi bagi pemerataan pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi masyarakat luas. 2. Hadirnya posyandu diharapkan menjadi salah satu entry point untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pada bagian ini posyandu diharapkan mampu mendorong organisasi masyarakat setempat (OMS) dalam mewujudkan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Posyandu diharapkan mampu menjadi wahana pelayanan berbagai program atau kegiatan guna meningkatkan status gizi dan derajat kesehatan masyarakat. Berbagai pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh posyandu seperti program perbaikan gizi, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, merupakan wujud dari pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan masyarakat. Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sampai saat ini adalah masih tingginya angka kematian ibu dan anak. Di tengah upaya untuk mengatasi masalah tersebut melalui program revitalisasi Poasyandu, secara tibatiba pada tahun 2005 dikagetkan dengan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang gizi dengan munculnya kasus gizi buruk di berbagai daerah di tanah air seperti busung lapar dan merebaknya penyakit folio. Munculnya kejadian tersebut erat kaitannya dengan kemunduran dan kematian sekitar 60% Posyandu di Indonesia (Nain, 2008)Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 1

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), pada tahun 2007 prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang sebesar 13%. Berdasarkan data Riskesdas provinsi Sulawesi Selatan tahun 2007, di Sulawesi Selatan

terdapat sekitar 5,1% anak menderita gizi buruk dan 12,5% lainnya menderita gizi kurang. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Soppeng tahun 2008, persentase balita BGM di Soppeng sebesar 1,53 % pada tahun 2006 meningkat menjadi 3,86% pada tahun 2007. Jumlah kasus gizi buruk pun ada 91 kasus yang ditangani oleh petugas kesehatan.Untuk itulah diharapkan mahasiswa yang melakukan kegiatan magang gizi kesehatan masyarakat ini dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam mengelola program gizi yang ada di masyarakat utamanya penanganan kasus gizi buruk mulai dari analisis situasi sampai pada tahap evaluasi. 1.2 Tujuan Kegiatan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 1. Tujuan Umum Secara umum kegiatan ini diharapkan memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam megelola program gizi di masyarakat dari mulai analisis situasi, perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi 2. Tujuan Khusus 1. Melakukan survey rumah tangga di tingkat kelurahan/desa 2. Melakukan survey keadaan lingkungan, perumahan dan status ekonomi di tingkat kelurahan/desa 3. Melakukan pengumpulan data tentang kesehatan masyarakat terutama pada kelompok resiko tinggi, seperti balita, ibu hamil, dan ibu menyusui 4. Melakukan Penilaian status gizi balita 5. Melakukan penilaian pola makan dan asupan balita 6. Melakukan identifikasi masalah gizi balita (gizi buruk). 7. Menyusun suatu program intervensi yang terkait dengan masalah gizi balita.Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 2

I.3 Analisa Situasi Masalah gizi di Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah Obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa, 2002). Kurang Energi Protein (KEP) pada anak balita masih merupakan masalah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya prevalensi kasus malnutrisi pada anak-anak di bawah umur lima tahun. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional yaitu gizi buruk (5,4%) dan gizi kurang (13,0%). Prevalensi untuk gizi buruk dan gizi kurang adalah (18,4%) sedangkan untuk provinsi Sulawesi Selatan, prevalensi gizi buruk (5,1%) dan prevalensi gizi kurang (12,5%). Prevalensi untuk gizi buruk dan gizi kurang adalah (17,6%) (Riskesdas, 2007). Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang untuk kota Makassar pada tahun 2009 yaitu gizi buruk (3,24%) dan gizi kurang (15,35%) (Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2009). Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, S., 2005). Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu. Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan seharihari bagi anaknya. Anak-anak harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 3

Pada wilayah kerja Puskesmas citta, salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah gizi buruk yaitu mengaktifkan posyandu dan kader serta melakukan pemberian makanan tambahan setiap kali penimbangan antara lain pemberian telur rebus, bubur kacang hijau dan bubur ayam dan sayuran kepada setiap balita yang datang menimbang. I.4 Gambaran Umum Lokasi Magang A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Citta merupakan salah satu dari 4 (empat) desa di wilayah Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng yang terletak 5 km kea rah utara daya dari Kecamatan Citta. Desa Citta mempunyai luas wilayah seluas 1300 Ha. 2. Batas Wilayah Desa a. Sebelah Timur b. Sebelah Utara c. Sebelah Barat d. Sebelah Selatan : Desa Labae : Desa Labae : Desa Kampiri : Desa Mariorilau

Desa Citta terbagi atas 4 (empat) dusun, yaitu Dusun Lemoape, Durun Belawa, Dusun Bacu-bacuE, dan Dusun UngaE. Desa Citta mempunyai 10 RW dan 24 RT. y Iklim Iklim Desa Citta, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghijauan, hal tersebut mempunyai

pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng. 3. Keadaan Alam Dari segi geografis, kondisi alam Desa Citta sebagian besar terdiri dari pegunungan, perkebunan, dan juga terdapat persawahan. Di desa ini terdapat mata air yang berperan sebagai sumber air bersih yakni mata air Citta yang

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

4

digunakan oleh masyarakat desa sebagai sumber air minum, keperluan rumah tanngga dan juga mengairi persawahan, sehingga sebagian besar masyarakat desa menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian yang utama. B. Keadaan Demografis Desa Citta mempunyai Jumlah Penduduk 3.547 Jiwa, dan 874 kepala Keluarga yang terbagi dalam 4 dusun, yaitu Dusun Lemoape, Durun Belawa, Dusun Bacu-bacue, dan Dusun Ungae yang dirinci pada tabel berikut ini: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Desa Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng Berdasarkan Dusun Tahun 2011 Nama Dusun Dusun Lemoape Dusun Belawa Dusun Bacu-bacue Dusun Ungae Jumlah Sumber: Data Sekunder, 2010 Jumlah N 1046 jiwa 725 jiwa 950 jiwa 826 jiwa 3547 jiwa % 29.48 20.43 26.78 23.28 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang terbanyak berada pada Dusun Lemoape sebesar 1.046 jiwa (29.48%), disusul oleh Dusun Bacu-bacue sebanyak 950 jiwa (26.78%), selanjutnya Dusun Ungae sebanyak 826 jiwa (23.28%), dan jumlah penduduk yang paling sedikit di Desa Citta berada pada Dusun Belawa yaitu sebesar 725 jiwa (20.43%).

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

5

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng Tahun 2011 Tingkat pendidikan Pra Sekolah SD SMP SMA Sarjana Jumlah Sumber: Data Sekunder, 2010 Dari tabel diatas, tingkat pendidikan terakhir masyarakat Desa Citta yang terbanyak terdapat pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 1.368 jiwa (40.60%), dan tingkat pendidikan terakhir terendah terdapat pada tingkat pendidikan Sarjana, yaitu sebanyak 144 jiwa (4.27%). C. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya Secara umum masyarakat Desa Citta memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Berdasarkan data sekunder yang ada didapatkan jumlah petani di Desa Citta berjumlah 1659 orang, buruh tani 21 orang, buruh/swasta 45 orang, pegawai negeri 127 orang, pengrajin 86 orang, pedagang 160 orang, peternak 110 orang, nelayan 0 orang, montir 7 orang, dokter 0 orang, angkutan 39 orang, tukang kayu 12 orang, tukang batu 17 orang, lainnya 92 orang. Jadi jumlah keseluruhannya sebesar 2375 orang. Agar lebih jelas kondisi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat Desa Citta dapat dilihat pada tabel berikut: Jumlah N 327 jiwa 657 jiwa 1368 jiwa 873 jiwa 144 jiwa 3369 jiwa % 9.70 19.50 40.60 25.91 4.27 100

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

6

Tabel 3 Kondisi Mata Pencaharian Masyarakat Desa Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Pekerjaan Petani Buruh Tani Buruh/swasta Pegawai Negeri Pengrajin Pedagang Peternak Nelayan Montir Dokter Angkutan Tukang Kayu Tukang Batu Lainnya Jumlah Sumber: Data Sekunder Jumlah (Orang) 1659 21 45 127 86 160 110 0 7 0 39 12 17 92 2375

Dari Tabel 2 diatas, dapat dilihat penduduk Desa Citta terbanyak memiliki mata pencaharian sebagai Petani, yaitu sebanyak 1659 orang. Disusul oleh pekerjaan sebagai Pedagang, yaitu sebanyak 160 orang. Sementara pekerjaan yang tidak dimiliki oleh penduduk Desa Citta, yaitu Nelayan dan Dokter.

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

7

1. Sektor pertanian Tanaman pertanian yang dibudidayakan di Desa Citta adalah tanaman padi dan jagung dan sebagian lainnya menanam coklat. a. Padi Selama ini Desa Citta sebagian besar menanam tanaman padi untuk dijadikan kebutuhan makanan dan sebagian dari hasil pertanian tersebut dijual untuk keperluan biaya kehidupan sehari-hari. Luas sawah irigasi teknis yaitu 157,80 ha. b. Jagung Selain tanaman padi lahan persawahan juga sering ditanami tanaman jagung. Penanaman jagung dilahan persawahan rata-rata dilakukan petani pada saat musim panen padi telah selesai sehingga rentan waktu antara penanaman berikutnya dipergunakan oleh petani untuk menanam jagung sebagai tanaman sampingan. Luas lahan perkebunan rakyat di Desa Citta hanya 725 Ha, luas tanah kering tegaal/lading 207,18, sedangkan sawah irigasi teknis 157,80. c. Coklat Salah satu perkebunan yang ada di Desa Citta yaitu menanam coklat. Luas pohon coklat di desa citta yaitu 663 ha. Hasil yang di peroleh dari hasil penjualan coklat di desa citta yaitu 1 ton/ha. Pohon coklat merupakan salah satu komoditas utama yang ada di desa citta. Sebagian penghasilan masyarakat desa citta didapatkan dari berkebun coklat. 2. Agama Penduduk Desa Citta hampir seluruhnya memeluk agama Islam dan berdasarkan hasil peninjauan lokasi terdapat 6 masjid sebagai sarana peribadatan untuk masyarakat setempat yang seluruhnya muslim. Sehingga dapat disimpulkan kehidupan kerohanian cukup baik. Hal ini ditandai dengan kuantitas penduduk yang melakukan shalat lima waktu dan shalat jumat berjamaah di masing-masing mesjid di dusun mereka. 1Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 8

mesjid di dusun lemoape, 1 mesjid di dusun gaya baru, 2 mesjid di dusun ungae, 1 mesjid codong dan 1 mesjid di dusun belawa. 3. Pendidikan Salah satu sarana yang terdapat di Desa Citta yaitu sarana pendidikan. Di Desa Citta terdapat 7 srana pendidikan diantaranya 1 TK, 3 SD, 1 MTS, 1 SMP dan 1 MAS. Hampir seluruh warga di Desa Citta bersekolah di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil survey masih banyak sekolah yang tidak memiliki UKS (Unit Kegiatan Sekolah), TOS (Tanaman Obat Sekolah), Dokter kecil, dll. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan hal tersebut dan tidak adanya tenaga atau sumber yang dapat melatih mereka agar kegiatan atau sarana tersebut terlaksana. Sebagian dari sekolah tersebut juga memiliki fasilitas kelas yang belum memadai. D. Status Kesehatan 1. Sarana Pelayanan Kesehatan a. Puskesmas Puskesmas Citta terletak di Kabupaten Soppeng, tepatnya di Desa Citta Kecamatan Citta dengan luas wilayah kerja 40 km2 dengan batas batas: - Wilayah Timur berbatasan wilayah Kabupaten Bone - Wilayah Barat berbatasan Kecamatan Liliriaja - Wilayah Utara berbatasan Kecamata Lilirilau - Wilayah Selatan berbatasan Kecamatan Marioriwawo Puskesmas Citta dibangun pada tahun 2007 atas dasar adanya pemekaran Kecamatan Liliriaja dan pembentukan Kecamatan Citta dalam wilayah Kabupaten Soppeng. Atas anjuran Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Soppeng, agar Puskesmas Citta segera dibuka untuk memberikan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat, maka pada Hari Senin, 18 Februari 2008 Puskesmas Citta mulai difungsikan.Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 9

b. Posyandu Ada 4 posyandu yang terdapat di Desa Citta, 4 posyandu ini terdapat di 4 dusun yang ada di Desa Citta yaitu Lemoape, Ungae, Codong, dan Belawa. Posyandu ini tidak tiap hari terbuka seperti puskesmas, masing-masing posyandu memiliki jadwal yang berbeda. Jadi pada saat posyandu terbuka masyarakat desa citta bersama-sama ke posyandu untuk memeriksakan anak bayi dan balita mereka untuk di timbang dan diukur berat badan mereka. Salah satu tujuan dibentuknya posyandu adalah untuk mengurangi angka kematian Ibu dan Anak. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak maka diupayakan program-program bermutu di posyandu untuk membantu mendukung hal tersebut. Salah satunya dengan melakukan penimbangan tiap bulan pada bayi dan balita, program bantuan berupa pemberian vitamin A, vitamin C, tablet Fe, biskuit MP-ASI, PMT Rumah Tangga, program KB pada pasangan usia subur, dan program untuk ibu hamil. Program-program posyandu ini tentu tidak akan berhasil apabila tidak ada peran aktif masyarakat sendiri untuk memperbaiki keadaan gizi mereka. Pada bulan Juli 2011 angka partisipasi masyarakat dan tingkat keberhasilan posyandu-posyandu di Desa Citta masih rendah ( -3 SD), segera dilaporkan kepada petugas puskesmas baik secara lisan ataupun tertulis untuk segera ditindaklanjuti. Segera setelah itu kembali dilihat perkemabagan berat badan pada bulan berikutnya. 4). Edukasi kepada ibu penderita gizi buruk/kurang Materi-materi edukasi yang diberikan yaitu : a. Mengkonsumsi aneka ragam makanan, pemberian ASI sampai usia 6 bulan, menggunakan garam beryodium, mendapatkan suplementasi vitamin. b. Pentingnya pemantauan BB secara rutin tiap bulan. y Pengamatan dan pendataan alat-alat apa saja yang belum ada/sudah rusak sehingga mengganggu proses pelayanan posyandu yang maksimal. 2. PELAKSANAAN a. Pendataan balita, wawancara ibu dan kader Pelaksanaan intervensi dilakukan selama tiga minggu dengan kegiatan sebagai berikut: y Minggu 1 (Wawancara ibu dan pendataan balita) Kunjungan pertama di posyandu pada tanggal 2 Juli 2011 di posyandu Codong dan Lemoape, dilakukan wawancara langsung kepada ibu dan pembagian kuisioner yang berkaitan dengan balita. y Minggu 2 (Wawancara ibu dan pendataan balita) Kunjungan kedua di posyandu Gayabaru pada tanggal 9 Juli 2011, dilakukan wawancara langsung kepada ibu dan pembagian kuisioner yang berkaitan dengan balita. y Minggu 3 ( wawancara, pendataan ibu balita dan kader psoyandu )

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

21

Kunjungan ketiga di posyandu Ungae pada tanggal 16 Juli 2011, dilakukan wawancara langsung kepada ibu dan pembagian kuisioner yang berkaitan dengan balita. Setelah posyandu, berkunjung ke rumah salah satu kader di masing-masing posyandu. Dilakukan wawancara terhadap kader dan diberikan kuisioner yang berkaitan dengan jumlah kader yang aktif. Ditanyakan balita yang masuk dalam BGM selama penimbangan. b. Perbaikan Gizi Buruk Pelaksanaan ini dilakukan selama 3 minggu sebagai berikut: y Minggu 1 ( 1 Agustus 2011 ) Setelah kunjungan di posyandu, dilakukan pendataan bagi balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk. Dipilih 4 balita yang akan diintervensi. Pada kunjungan pertama di rumah keluarga balita, edukasi dilakukan secara nonformal, menyesuaikan dengan keadaan orang tua. Kemudian diberikan makanan tambahan berupa susu, biskuit, dan beras merah. y Minggu 2 ( 9 Agustus 2011 ) Pada kunjungan kedua dilakukan monitoring terhadap balita yang diintervensi. pada kunjungan ini tetap diberikan edukasi gizi terhadap ibu balita. Dalam hal ini dilihat: a) Perkembangan asupan makanan. b) Perubahan berat badan balita. y Minggu 3 ( 16 Agustus 2011 ) Pada kunjungan ini dilakukan evaluasi terhadap balita sejauh mana perkembangan asupan makanan dan perubahan berat badan terhadap balita. Sekaligus mengevaluasi sejauh mana edukasi ibu balita terhadap asupan gizi dan pentingnya melakukan penimbangan setiap bulan di posyandu.

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

22

Tabel 12 Gann-Chart Rencana Waktu Intervensi Gizi Buruk No Kegiatan Juni I 1. 2. 3. Sosialisasi magang ke masyarakat Pendataan awal di puskesmas Pendataan di posyandu : a. Posyandu codong b. Posyandu lemoape c. Posyandu gayabaru d. Posyandu ungae 4. 5. 6. 7. Wawancara kader Kunjungan balita gizi buruk (intervensi) Monitoring dan edukasi gizi Monitoring dan evaluasi intervensi gizi II I Juli II III I Agustus II III

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

23

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL INTERVENSI

III.1 Pelaksanaan Pelaksanaan intervensi ini dilakukan selama 2 minggu berturut-turut terhadap 4 sasaran anak dengan status gizi buruk yaitu Aqila Zahra, A. Timang, Egil Saputra, Saskia Ramadani tanpa gejala klinis. Sebelum melaksanakan intervensi, diadakan persiapan-persiapan sebagai berikut: a. Pengambilan Data Awal Pengambilan data awal dilakukan di puskesmas pada tanggal 24 Juni 2011, dengan mengambil data sekunder dibagian gizi yaitu data mengenai jumlah bayi dan balita di masing-masing posyandu. Ditemukan 11 balita yang mengalami masalah gizi yaitu 3 gizi buruk dan 8 gizi kurang. b. Pendataan Awal. Pendataan awal dilakukan pada saat posyandu, yaitu dilakukan pada tanggal 2 Juli 2011 di dua posyandu yaitu lemoape dan codong. Kemudian di dua posyandu lainnya pada tanggal 9 dan 16 Juli 2011 di posyandu gayabaru dan ungae. c. Screening Gizi Karena data yang diperoleh di posyandu kurang lengkap dan tidak mencapai target 80% karena kurangnya perhatian orang tua untuk membawa anaknya menimbang maka dilakukan pendataan secara door to door di 4 dusun yang ada di desa Citta dan melakukan penimbangan serta edukasi terhadap orang tua tentang pentingnya penimbangan. d. Penentuan prioritas intervensi. Data umur, berat badan dan tinggi badan dianalisis kembali untuk menentukan status gizi berdasarkan 2 indikator (BB/U dan BB/TB). Selain status gizi, pertimbangan untuk menentukan prioritas intervensi adalahLaporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 24

penerimaan orang tua balita tersebut terhadap edukasi yang akan diberikan oleh mahasiswa. Balita yang menjadi prioritas intervensi berhasil ditentukan yaitu Aqila Zahra, A. Timang, Egil Saputra dan Saskia Ramadani. e. Kunjungan rumah untuk pendataan lanjutan. Balita yang sudah terdeteksi mengalami gizi buruk, kemudian dilaporkan petugas puskesmas. Selanjutnya diadakan kunjungan rumah bersama temanteman dan kader posyandu. Kunjungan pertama bersama kader posyandu sedangkan kunjungan berikutnya hanya dengan teman saja. y Kunjungan rumah tanggal 1 Agustus 2011 pada 4 keluarga balita dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah mendata keadaan keluarga, pengukuran tinggi badan, berat badan balita dan lingkar lengan balita. Serta intervensi balita gizi buruk dengan memberikan PMT berupa susu dancaw, biskuit sun, dan beras merah selama 1 minggu. y Kunjungan rumah tanggal 9 Agustus 2011 pada 4 keluarga balita dilakukan intervensi gizi buruk dengan memberikan PMT, melakukan penimbangan berat badan minggu pertama, dan edukasi kepada orang tua balita tentang kadarsi dan pentingnya penimbangan balita. y Kunjungan tanggal 16 Agustus 2011 dilakukan pemberian PMT pada balita dan melakukan penimbangan berat badan apakah mengalami kenaikan. III.2 Hasil Intervensi 1. Identitas Sasaran Sasaran I Nama Tgl Lahir/Umur Jenis Kelamin Agama Keluhan Utama Antropometri : Aqila Zahra : 26 Mei 2008 / 3 thn ( 3 bln ) : Perempuan : Islam : malas makan nasi, kurang nafsu makan : BB = 9 kg. TB = 88 cm

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

25

Keadaan Sosek Status Gizi

: ayah seorang wiraswasta, ibunya IRT : BB/U BB/TB TB/U = -3,5 SD ( gizi buruk ) = -3,18 SD ( sangat kurus ) = -2,1 ( normal )

Sasaran II Nama Tgl Lahir/Umur Jenis Kelamin Agama Keluhan Utama Antropometri Keadaan Sosek Status Gizi : A. Timang : 13 Desember 2009 / 1 thn ( 9 bln ) : Perempuan : Islam : kurang nafsu makan, cengeng, diare : BB = 6,7 kg. PB = 71 cm : pekerjaan ayah petani. Ibu seorang IRT. : BB/U BB/PB PB/U = -3,9 SD ( gizi buruk ) = -2,2 SD ( kurus ) = -4 ( pendek )

Sasaran III Nama Tgl Lahir/Umur Jenis Kelamin Agama/Suku Keluhan Utama Antropometri Keadaan Sosek Status Gizi : Egil Saputra : 18 Januari 2010 / 1 thn ( 8 bln ) : Laki-laki : Islam/Bugis : kurang nafsu makan, flu : BB = 8 kg. PB = 69 cm : Ayah petani. Ibu iRT : BB/U BB/PB PB/U = -3,16 SD ( gizi buruk ) = -0,5 SD ( normal ) = -4,9 ( pendek )

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

26

Sasaran IV Nama Tgl Lahir/Umur Jenis Kelamin Agama/Suku Keluhan Utama Antropometri Keadaan Sosek Status Gizi : Saskia Ramadani : 4 September 2009 / 2 thn : perempuan : Islam/Bugis : kurang asupan makanan : BB = 7,9 kg. PB = 72 cm : Ayah petani. Ibu iRT : BB/U BB/PB PB/U = -3,1 SD ( gizi buruk ) = -1,25 SD ( normal ) = -3,8 ( pendek )

2. Asupan dan Perubahan Berat Badan dan Tinggi Badan Adapun hasil asupan sebelum dan setelah intervensi serta perubahan bera badan sebagai berikut: a. Asupan Makanan Anak Gambaran tentang asupan makanan anak sebelum dan selama intervensi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 13 Kebutuhan dan asupan gizi sebelum dan sesudah intervensi (Aqila) Sebelum intervensi Energi (kkal) Asupan Kebutuhan % Asupan 566 1300 43,53 Protein (gr) 18,73 130 14,40 Setelah intervensi Energi (kkal) 710,9 1300 54,7 Protein(gr) 31,9 130 24,53

Sumber : data primer 2011

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

27

Tabel 14 Kebutuhan dan asupan gizi sebelum dan sesudah intervensi (A. Timang) Sebelum intervensi Energi Asupan Kebutuhan % Asupan 477,2 1100 43,8 Protein 18,3 110 16,64 Setelah intervensi Energi 816,9 1100 74,26 Protein 43,98 110 39,98

Sumber : data primer 2011

Tabel 15 Kebutuhan dan asupan gizi sebelum dan sesudah intervensi (Egil) Sebelum intervensi Energi Asupan Kebutuhan % Asupan 538 1100 48,9 Protein 25,05 110 22,8 Setelah intervensi Energi 539,2 1100 49,018 Protein 22,3 110 20,3

Sumber : data primer 2011

Tabel 16 Kebutuhan dan asupan gizi sebelum dan sesudah intervensi (Saskia) Sebelum intervensi Energi Asupan Kebutuhan % Asupan 427 1200 35,6 Protein 14,38 120 11,98 Setelah intervensi Energi 669,7 1200 55,80 Protein 23 120 19,16

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

28

Sumber : data primer 2011

b. Perubahan Berat Badan Perubahan berat badan pada kedua balita yang diintervensi adalah sebagai berikut: Tabel 17 Berat badan sebelum dan setelah intervensi

Berat badan (kg) Nama Balita Sebelum intervensi Aqila A.Timang Egil Saskia 9 6,7 8 7,9 Setelah intervensi 9 7 8 7,8

Sumber : data primer 2011

Tabel 18 Nilai Z-Score Sebelum dan Setelah Intervensi

Nama Balita BB (kg) Aqila A.Timang Egil 9 6,7 8 Awal PB (cm) 88 71 69

Antropometri Akhir U (bln) 39 21 20 BB (kg) 9 7,3 8,4 PB (cm) 88 71 69 U (bln) 39 21 20 -3,5 -3,9 -3,16 -3,5 -3,4 -2,8 Awal BB/U Akhir BB/U

Z-Score Awal PB/U Akhir PB/U Awal BB/PB Akhir BB/P B -2,1 -3,9 -4,9 -2,1 -3,9 -4,9 -3,18 -2,2 -0,5 -3,18 -2,2 -0,5

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

29

Saskia

7,9

72

23

7,8

72

24

-3,1

-3,25

-3,8

-3,8

-1,25

-1,25

Sumber : data primer 2011

Tabel 19 Perubahan Status Gizi Setelah Intervensi

Nama Balita BB/U Aqila Gizi buruk A.Timang Gizi buruk Egil Gizi buruk Saskia Gizi buruk Sangat pendek Sangat pendek Sangat pendek Awal PB/U Pendek

Status Gizi Akhir BB/PB Sangat Kurus Kurus Gizi buruk Sangat pendek Normal Gizi Kurang Sangat pendek Normal Gizi buruk Sangat pendek Normal Normal BB/U Gizi buruk PB/U Pendek BB/PB Sangat Kurus Normal

Sumber : data primer 2011

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

30

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI

IV.1 Edukasi Gizi Materi edukasi gizi mengenai kadarzi ini diberikan kepada sasaran yaitu ibu balita. Adapun hasil monitoring asupan makanan balita dilakukan setiap akhir minggu yang dilakukan selama 2 minggu, akan tetapi yang kami jadikan acuan yaitu asupan diakhir intervensi agar bisa memperlihatkan adanya perubahan tingkat asupan baik itu tetap ataupun turun. Namun salah satu kendala yang dihadapi yaitu tingkat ekonomi keluarga yang sangat berpengaruh terhadap penyediaan makanan dalam keluarga, tidak terkecuali untuk anak. Adapun penerimaan anak terhadap makanan yang diberikan belum baik terlihat dari asupan yang tidak mengalami peningkatan. Pelaksanaan evaluasi dilakukan pada 16 Agustus 2011, pada akhir penimbangan minggu terakhir. Adapun hasil evaluasi dilakukan pada beberapa hal, sebaga berikut : 1. Asupan makanan anak umumnya masih kurang, bahkan mengalami penurunan dibandingkan dengan asupan makan sebelum intervensi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu nafsu makan anak menurun karena sakit flu, diare dan malas makan. 2. Berat badan balita sasaran dipantau dan hasilnya menunjukkan ada perubahan namun belum maksimal. Pada Aqila dan egil berat badannya tetap. A. Timang mengalami kenaikan berat badan namun sedikit. Saskia mengalami penurunan berat badan. 3. Edukasi gizi mengenai makan beraneka ragam, garam beryodium dan pemberian ASI, suplementasi gizi dan penimbangan BB rutin setiap bulan, umumnya belum menunjukkan perubahan yang berarti. Umumnya ibu balita sudah memberikan makanan beragam pada anaknya, akan tetapi ibu balita mengalami sedikit kesulitan karena anak menangis jika keinginan anak mengkonsumsi makanan kesukaannya seperti makan es, makanan ringan danLaporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 31

mie instan. Selain itu anak juga terserang flu dan diare, sehingga menurunkan nafsu makannya. Adapun yang malas makan. Namun kondisi ekonomi yang membuat ibu tidak mampu memberikan makanan yang beragam. Adapun mengenai penimbangan ke posyandu, belum ada balita tersebut yang melakukan penimbangan ke posyandu kembali karena anaknya takut disuntik. IV.2 Kunjungan Ke Rumah Balita Balita yang mengalami gizi buruk yaitu 4 balita yang dipilih kemudian intervensi yang dilakukan selama 2 minggu dengan memberikan PMT berupa susu, biskuit, dan beras merah. Kunjungan pertama ke rumah keluarga balita pada tanggal 1 Agustus 2011. Kunjungan kedua pada tanggal 9 Agustus 2011 serta dilakukan penimbangan mingggu I. Kunjungan terakhir yaitu pada tanggal 16 Agustus 2011 dan dilakukan penimbangan berat badan balita. Evaluasi dilakukan setiap akhir minggu dengan melihat ada tidaknya kenaikan berat badan terhadap balita tersebut. Setelah di evaluasi selama 2 minggu kunjungan, ada 1 balita yang mengalami kenaikan berat badan, 2 tidak mengalami kenaikan, 1 balita mengalami penurunan berat badan.

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

32

BAB V PEMBAHASAN

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. Kedua penyebab langsung tersebut diuraikan sebagai berikut: (Depkes, 2005). 1) Anak tidak cukup mendapat makanan gizi seimbang. Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan. 2) Anak menderita penyakit infeksi. Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk. Cakupan pelayanan kesehatan dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita yang tidak naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di Posyandu, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan akan menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi. Mewabahnya berbagai penyakit menular akhir-akhir ini seperti demam berdarah, diare, polio, malaria dan sebagainya secara hampir bersamaan di manamana, menggambarkan melemahnya pelayanan kesehatan yang ada di daerah.

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

33

Penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup baik, tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan dengan tingkat yang tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian, mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi. Dalam kenyataan keduanya (makanan dan penyakit) secara bersamasama merupakan penyebab kurang gizi (Adisasmito, 2007). Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga (household food security) adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun gizinya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan (Adisasmito, 2007). Faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin baik pola pengasuhan anak dan semakin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, demikian juga sebaliknya. Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun pasar atau sumber lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Sebagai contoh, air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi utama yang seharusnya tersedia di setiap keluarga yang mempunyai bayi. Makanan ini seharusnya dapat dihasilkan oleh keluarga tersebut sehingga tidakLaporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011 34

perlu dibeli. Namun, tidak semua keluarga dapat memberikan ASI kepada bayinya karena berbagai masalah yang dialami ibu. Akibatnya, bayi tidak diberikan ASI atau diberi ASI dalam jumlah yang tidak cukup sehingga harus diberikan tambahan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Masalah ini ditimbulkan oleh berbagai sebab, misalnya kurangnya pengetahuan dan atau kemampuan, MP-ASI yang diberikan tidak memenuhi persyaratan (Adisasmito, 2007). Setelah dilakukan intervensi, dilakukan evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan intervensi yang telah diberikan dilakukan dengan menilai asupan dan berat badan balita. Dilakukan kembali recall 24 jam setelah intervensi dan pengukuran antropometri. Dari hasil recall sebelum intevensi, asupan kalori dan protein semua balita meningkat. Dalam melakukan intervensi kami memberikan pmt berupa beras merah, susu dan biscuit. Alasan kami memilih susu dancow sebagai pmt kami selain harganya yang lumayan terjangkau Susu dancow sebagai susu pertumbuhan, selain tinggi protein, kaya laktosa dan lemak susu, juga tinggi kalsium karena berasal dari susu sapi berkualitas. Dalam setiap atau pemberian pmt susu dancow sebesar 27 gram memiliki nilai gizi sebesar : energy 130 kkal, lemak 7 gram, protein 7 gram dan karbohidrat 11 gram. susu dancow dilengkapi dengan berbagai zat pendukung daya tahan tubuh. Susu dancow mengandung Protein penting untuk pertumbuhan sel tubuh dengan menkonsumsi 2 3 gelas susu, dapat memenuhi kecukupan 50 75%

kebutuhan protein harian, Lemak Susu, selain sebagai sumber energi, juga memberi manfaat lain, yaitu untuk pertumbuhan jaringan otak dan syaraf otak, Karbohidrat Susu (laktosa) Laktosa membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain, serta lemak dan mengandung kalsium yang tinggi yag baik bagi pertumbuhan anak. Selai itu susu dancow mengandung Prebio1, yaitu serat pangan larut prebiotik,

membantu menjaga kesehatan saluran cerna serta meningkatkan penyerapan kalsium di dalam tubuh dan 26 Vitamin & Mineral termasuk antioksidan (vitamin A, C, & E) serta zinc dan selenium amat penting untuk daya tahan tubuh.

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

35

Dalam setiap 50 gram sajian beras merah, mengandung 4 gr protein, 55 mg magnesium. Ia juga memiliki 1 mg lemak dan serat plus sejumlah mineral lainnya minus sodium, selebihnya adalah karbohidrat. Dalam pmt ini kami memberikan 30 gram beras merah kepada aak dengan nilai gizi : energy : 53,4 kkal, protein nabati : 0,63, Karbohidrat : 12,2. Ini dapat dibandingkan dengan beras giling 30 gram yang memiliki nilai gizi sebesar energy : 44,7 kkal, protein nabati 5,5, karbohidrat 3,8. Dari perbandinagan tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa beras merah memiliki energy tinggi dibanding dengan beras putih. Beras merah memiliki beberapa manfaat yang sangat penting bagi tubuh diantaranya : Zat fosfor yang terdapat pada beras merah bermanfaat pada perkembangan sistem rangka bayi, Beras merah mengandung mineral cukup tinggi yang dapat bermanfaat sebagai asupan kebutuhan nutrisi anak yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan rambut, gigi, otot dan tulang pada anak. selain itu kami memberikan biscuit sun dimana SUN biskuit bayi diperkaya dengan vitamin dan mineral untuk membantu pertumbuhan gigi. Masalah gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel sebelum intervensi (sebelum pemberian pmt)Waktu Menu BahanBrt ( gr ) ENERGI Kal Protein (gr) Hwn Nbt

Pagi

ubi goreng

Ubi jalar merah Minyak kelapa sawit susu kental manis Sub Total

20 5 40

24.6 45.1 134.4 204.1 0 0 0

0 0 3.28 3.28 0 0 0 0 0 6.4 0 0

0.36 0 0 0.36 0 0 0 0 2.04 0 0.6 0

susu

Snack

Sub Total Siang nasi ikan goreng sayur kangkung Beras giling Ikan mas Kangkung Minyak kelapa sawit 30 40 20 5

0 108 34.4 5.8 45.1

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

36

Sub Total Snack

193.3 0 0 0

6.4 0 0 0 0 0 6.4 6.4 21.12 16.64

2.64 0 0 0 0 2.04 0 2.04

Sub Total Mlm Nasi telur rebus Beras giling Telur ayam Sub Total Total % Asupan 30 50

0 108 81 189 586.4 43.38

Pada tabel diatas % asupannya adalah 43,38%, dengan total kalori 586,4 kalori sebelum penambahan pmt berupa susu, biscuit dan beras merah. Setelah intervensi (dengan penambahan pmt)Waktu Menu BahanBrt ( gr ) ENERGI Kal Protein (gr) Hwn Nbt

Pagi

susu

susu dancow Sub Total

27

130 130

7 7 0 0

0 0 1.38 1.38

Snack

biskuit sun

Biscuit Sub Total Beras merah tumbuk Kangkung Minyak kelapa sawit Gabus segar Minyak kelapa sawit Sub Total

20

91.6 91.6

Siang

nasi sayur kangkung tumis

50 20 5 55 5

179.5 5.8 45.1 40.7 45.1 316.2

0 0 0 13.86 0 13.86 0 0

3.75 0.6 0 0 0 4.35 1.38 1.38

ikan goreng

Snack

biskuit sun

Biscuit Sub Total Beras merah tumbuk Gabus segar Minyak kelapa sawit Kangkung

20

91.6 91.6

Mlm

nasi ikan goreng

50 55 5 20

179.5 40.7 45.1 5.8

0 13.86 0 0

3.75 0 0 0.6

sayur kangkung

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

37

susu dancow

susu dancow Sub Total Total

27

130 0 401.1 816.9 Energi 74.26

7 0 20.86 53.18 Protein 39.9

0 0 4.35

Standar Kebutuhan % Asupan

Dari data tabel diatas terjadi perubahan asupan sebesar 74,26% dengan kalori 816,9 setelah penambahan pmt berupa susu,biscuit dan beras merah. Jadi kalori yang bertambah dari hasil penambahan pmt sebesar 230,5 kalori. Dari hasil pengukuran berat badan, satu balita mengalami penurunan berat badan. Untuk Saskia, berat badan sebelum intervensi masing-masing yaitu 7,9 kg kemudian menurun menjadi 7,8 kg. Hal ini disebabkan karena balita sedang sakit diare karena tidak cocok minum susu formula yang diberikan, tidak terbiasa minum susu. Keadaan kesehaan balita akan mempengaruhi nafsu makannya. Sedangkan untuk Aqila, berat badan awal dan setelah intervensi yaitu 8 kg. egil tidak mengalami kenaikan berat badan yaitu tetap sebelum dan sesudah intervensi sebesar 8 kg. Balita Aqila sebenarnya asupannya baik bahkan kuat makan akan tetapi makanan yang sering atau yang paling suka dikonsumsinya yaitu mie instan yang frekuensinya setiap kali makan (pagi, siang, dan malam). Tidak suka makan nasi. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa status gizi balita sangat dipengaruhi oleh faktor primer yaitu rendahnya asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dalam jangka waktu yang lama dan seringnya balita menderita penyakit demam/flu atau diare yang berdampak pada menurunnya nafsu makan balita. Kedua faktor primer di atas juga dipengaruhi oleh kurang perhatian keluarga terhadap pola makan anaknya. Serta kurang lambat memanfaatkan pelayanan kesehatan bila balita atau keluarga lain sakit kurangnya kemampuan ibu dalam menyiapkan MP-ASI yang baik, bergizi dan beanekaragam sesuai kebutuhan balita dengan beranggapan bahwa anak yang tidak mau makan itu hal yang biasa terjadi.

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan Berdasarkan identifikasi masalah dan pelaksanaan kegiatan intervensi dengan penyuluhan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Edukasi gizi yang diberikan belum berhasil secara maksimal dalam kaitannya dengan peningkatan asupan makanan dan peningkatan berat badan balita. 2. Dari 4 balita yang diintervensi ( edukasi gizi dan PMT ) hanya 1 orang balita yang mengalami peningkatan berat badan. Namun tidak melakukan penimbangan kembali di posyandu. Belum ada peningkatan balita yang datang berkunjung ke posyandu. Karena balita yang sudah mendapat imunisasi, tidak dibawa lagi ke posyandu untuk menimbang. Namun ada 1 posyandu yang meningkat pengunjungnya yaitu Lemoape. VI.2 Saran 1. Untuk keluarga balita - Bagian penting yang mempengaruhi status gizi balita seperti pola makan, pola asuh dan kesehatan balita harus lebih diperhatikan agar asupan makanan dapat meningkat dan balita terhindar dari penyakit infeksi sehingga dapat memperbaiki status gizi balita. - Setiap bulan balita harus dipantau pertumbuhannya dan perkembangannya dengan melakukan penimbangan secara rutin diposyandu, dan apabila anak sakit segeralah berobat ke petugas kesehatan seperti ke puskesmas. 2. Untuk puskesmas - Perlu dilakukan upaya pembinaan kader posyandu tentang kesehatan ibu dan anak agar upaya perbaikan gizi keluarga dapat berjalan dengan baik. - Penanganan kasus gizi kurang dan masalah gizi lainnya, hendaknya melibatkan secara aktif keluarga penderita, kader posyandu, TP-PKK dan

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

39

unsur masyarakat agar kegiatan perbaikan gizi dapat dilakukan secara mandiri.

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

40

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku, 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Almatsier, S., 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007- Laporan Nasional.

Dinkes

Sul-Sel,

2009.

Profil

Kesehatan

Sulawesi

Selatan.

Makassar

:

http://www.datinkessulsel.wordpress.com. Diakses tanggal 28 Januari 2010. Dinkes Kabupaten Soppeng .2008. Profil Kesehatan Kabupaten Soppeng. Soppeng : Dinas Kesehatan Kabupaten Soppeng. Depkes RI, 2005. Pedoman Tata Laksana Kurang Energi-Protein Pada anak di Puskesmas dan Di Rumah Tangga. Jakarta: www.gizi.net/pedomangizi/download/ped-tata-kurang-protein-pkm-rt.doc. Januari 2010. Nain, Umar. 2008. Posyandu : Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta : Penerbit Kareso. Poltekes, 2008. Buku Praktis Ahli Gizi. Depkes Malang 2008. Supariasa, I.D.N, 2004. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Tim Dosen Gizi Kesehatan Masyarakat. 2008. Panduan Magang Gizi Kesmas Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas. Makassar: Ilmu Gizi Press. Diakses tanggal 16

Laporan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat 2011

41