laporan - lp2m.stiperamuntai.ac.id

68

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id
Page 2: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

LAPORAN

PENELITIAN

EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK CAIR

URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. botrytis L.)

Ketua Tim Peneliti

Nur Hafizah, S. Hut., MP (NIDN. 0029097602)

Dibiayai oleh:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai

Tahun 2018

sesuai dengan

Kontrak Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian

Nomor : 02/LPPM-STIPER AMT/KP/VI/2018, 11 Juni 2018

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AMUNTAI

AGUSTUS 2018

Page 3: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

LAPORAN

PENELITIAN

EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK CAIR

URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. botrytis L.)

Ketua Tim Peneliti

Nur Hafizah, S. Hut., MP (NIDN. 0029097602)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AMUNTAI

AGUSTUS 2018

Page 4: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Efektivitas Berbagai Konsentrasi Pupuk Cair

Urine Sapi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Kubis Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.) Peneliti / Pelaksana

a. Nama Lengkap : Nur Hafizah, S. Hut., MP

b. NIP : 19760929 200501 2 002

c. Jabatan Fungsional : Lektor 300

d. Program Studi : Agroteknologi

e. Nomor HP : +6281251369009

f. Surat (e-mail) : fifi [email protected]

Anggota Peneliti (1)

Nama : Anita

NIDN :

Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai

Institusi Mitra (jika ada) :

Nama Institusi Mitra :

Alamat

Penanggung Jawab

Tahun Pelaksanaan

Biaya Tahun Berjalan

Biaya Keseluruhan

:

:

:

2018

Rp. 5.000.000,00

Amuntai, Agustus 2018

Mengetahui Ketua Peneliti

Ketua STIPER Amuntai

(Dr. Ir. H. Ahmad Suhaimi, DEA) (Nur Hafizah, S. Hut., MP)

NIP. 19660912 1992031 1 005 NIP. 19760929 200501 2 002

Menyetujui,

Ketua LPPM STIPER Amuntai

(Murjani, SP., MS)

NIDN. 1103047501

Page 5: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

RINGKASAN

Kubis bunga (Brassica olaraceae var. Botrytis L.) merupakan salah satu

komoditas sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek tinggi di Indonesia,

karena tanaman ini mempunyai peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan

pangan, pakan dan industri dalam negeri. Untuk meningkatkan mutu dan hasil

kubis bunga beberapa hal perlu diperhatikan antara lain penyediaan hara bagi

tanaman melalui pemupukan, salah satunya urine sapi sebagai pupuk cair organik

sebagai solusi dan alternatif untuk mendapatkan hasil yang optimal di lahan

podsolik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi pupuk cair urine

sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2018, bertempat di Desa Hariang

Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yang

terdiri dari 6 taraf dengan 4 kelompok. Faktor yang diuji adalah konsentrasi

pemberian pupuk cair urine sapi terdiri dari :5 cc.l-1 (u1), 10 cc.l-1 (u2), 15 cc.l-1

(u3), 20 cc.l-1 (u4), 25 cc.l-1 (u5) dan 30 cc.l-1 (u6). Hasil penelitian menunjukkan

pemberian pupuk cair urine sapi dengan berbagai konsentrasi tidak berpengaruh

terhadap peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur tanaman

saat berbunga, berat krop segar pertanaman dan keliling bunga pertanaman.

Kata kunci : Kubis bunga, urine sapi, konsentrasi.

Page 6: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat

rahmat dan karuniaNyalah sehingga penelitian dengan judul “Efektivitas Berbagai

Konsentrasi Pupuk Cair Urine Sapi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis

Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.)” ini dapat selesai.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan

kepada :

1. Anita, atas kesediaan dan kerjasama sebagai anggota peneliti.

2. Bapak Murjani, SP., MS sebagai ketua Lembaga Penelitian STIPER Amuntai,

atas persetujuannya dalam pengajuan proposal penelitian serta pelaksanaan

penelitian di lapangan

3. Semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan

dengan baik

Akhirnya semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Amuntai, Agustus 2018

Ketua Peneliti,

Nur Hafizah, S. Hut., MP

NIP. 19760929 200501 2 002

Page 7: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5

2.1 Botani, Sistematika, dan Morfologi Tanaman Kubis Bunga ... 5

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kubis Bunga ................................... 6

2.3 Lahan Podsolik ........................................................................ 7

2.4 Pupuk Cair Urine Sapi ............................................................. 7

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................... 10

3.1 Tujuan Penelitian ................................................................... 10

3.2 Manfaat Penelitian ................................................................. 10

BAB IV. METODE PENELITIAN ........................................................ 11

4.1 Tempat dan Waktu ................................................................... 11

4.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 11

4.3 Rancangan Percobaan .............................................................. 12

4.4 Pelaksanaan Percobaan ............................................................ 12

4.5 Peubah Pengamatan ................................................................. 15

4.6 Analisis Data ............................................................................ 15

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 17

5.1 Hasil .................................................................................. 17

Tinggi tanaman ........................................................ 17

Jumlah Daun ............................................................ 17

Umur Berbunga ........................................................ 18

Berat Krop ................................................................ 19

Page 8: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

Keliling Krop Bunga ................................................ 19

5.2 Pembahasan ........................................................................... 20

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 28

6.1 Kesimpulan ........................................................................... 28

6.2 Saran .................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 29

LAMPIRAN ........................................................................................... 32

Page 9: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk cair urine sapi sebanyak 6

taraf perlakuan dan 4 kelompok............................................................ 12

2. Analisis ragam untuk setiap peubah yang diamati ............................... 16

Page 10: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman kubis bunga terhadap

pemberian pupuk cair urine sapi .......................................................... 17

2. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga terhadap

pemberian pupuk cair urine sapi ......................................................... 18

3. Grafik rata-rata umur berbunga tanaman kubis bunga terhadap

berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi .......................................... 18

4. Grafik rata-rata berat krop kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi

pupuk cair urine sapi ............................................................................ 19

5. Grafik rata-rata keliling krop kubis bunga terhadap berbagai

konsentrasi pupuk cair urine sapi. ........................................................ 20

Page 11: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Komposisi nilai gizi kubis bunga dalam tiap 100 g bahan ............... 33

2. Data luasan panen dan produksi kubis bunga tahun 2012-2014 ....... 34

3. Kandungan unsur hara pupuk cair urine sapi .................................... 35

4. Hasil analisis lahan ............................................................................ 36

5. Deskripsi tata letak kubis bunga Varietas PM 126 F1 ...................... 37

6. Denah tata letak satuan percobaan .................................................... 38

7. Denah tata letak tanaman dalam satuan percobaan ........................... 39

8. Hasil uji kehomogenan data pengamatan tanaman kubis bunga...... . 40

9. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis

bunga umur 10 hst. ............................................................................ 41

10. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis

bunga umur 20 hst............................................................................ 42

11. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis

bunga umur 30 hst............................................................................. 43

12. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman

kubis bunga umur 10 hst................................................................... 44

13. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman

kubis bunga umur 20 hst................................................................... 45

14. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman

kubis bunga umur 30 hst................................................................... 46

15. Data hasil pengamatan dan analisis ragam umur berbunga tanaman

kubis bunga....................................................................................... 47

16. Data hasil pengamatan dan analisis ragam berat krop bunga segar

pertanaman ....................................................................................... 48

17. Data hasil pengamatan dan analisis ragam keliling krop bunga

pertanaman ....................................................................................... 49

18. Konfersi perhitungan hasil tanaman kubis bunga dalam hektar....... 50

Page 12: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

19. Dokumentasi penelitian........................................................................... 51

Page 13: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kubis bunga (Brassica olaraceae var. botrytis L.) termasuk salah satu

jenis tanaman sayur-sayuran dan yang berasal dari daerah subtropis yang

mempunyai arti ekonomi penting, yang meliputi spesies yang menghasilkan

sayuran daun, kuncup, bunga, batang, ubi dan minyak dari bijinya. Kubis bunga

merupakan jenis sayuran yang mengandung gizi lengkap, sehingga baik

dikonsumsi untuk memenuhi gizi masyarakat. Kubis bunga mempunyai peranan

penting bagi kesehatan manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang

sangat dibutuhkan tubuh, sehingga permintaan terhadap sayuran ini terus

meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga dapat membantu pencernaan,

menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang air besar. Menurut Rukmana

(1994), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g kubis bunga adalah kalori

(25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 mg), fosfor (72,0

mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1 (0,1 mg), vitamin C

(69,0 mg) dan air (91,7 g). Data lengkap kandungan gizi kubis bunga dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Kubis bunga juga mengandung sejumlah senyawa sianohidrosibutena

(CHB), sulfran, dan iberin yang membantu merangsang pembentukan glutation,

zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun di dalam tubuh manusia

(Aagusku, 2007 dalam Eldriadi, 2011).

Produktivitas kubis bunga di Tabalong pada tahun 2012 sebesar 2,36

ton.ha-1 dengan luasan panen mencapai 8 ha dan produksi 18,90 ton. Pada tahun

2013 produktivitas sebesar 2,50 ton.ha-1 dengan luasan panen 7 ha dan produksi

17,5 ton serta pada tahun 2014 produktivitas 1,35 ton.ha-1 dengan luas lahan 2 ha

dan hasil produksi 2,7 ton (Distan TPH Kalsel, 2015).

Tanah podsolik merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan sedang.

Tanah podsolik mempunyai karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir

dengan pH rendah serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang

tinggi. Karakteristik lain yang dapat ditemui pada tanah podsolik adalah daya

simpan unsur hara sangat rendah karena bersifat lempung yang beraktivitas

Page 14: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

2

rendah, kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg rendah, kadar bahan-bahan

organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan penyimpanan air

sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan. Perbaikan sifat fisika tanah

ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan sifat ketahanan daya penyimpanan air.

Sementara itu, perbaikan sifat kimiawinya bisa dilakukan dengan memperbaiki

kandungan unsur hara yang ada dalam tanah (Intan, 2011).

Hasil analisis tanah di Desa Hariang Kecamatan Banua Lawas Kabupaten

Tabalong yaitu kandungan C-Organik (%) 1,437 termasuk sangat rendah, pH

(H2O) 5,93 termasuk kategori agak masam, N (%) 0,305 sedang, P potensial

(mg/100 g) 48,615 tinggi, Mg (cmol(+)/kg) 5,905 tinggi dan K potensial (mg/100

g) sangat tinggi (Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, 2016).

Untuk meningkatkan mutu dan hasil kubis bunga beberapa kendala perlu

diperhatikan antara lain penyediaan hara bagi tanaman melalui pemupukan.

Pemupukan secara organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani

hara yang sudah ada di tanah sehingga membentuk partikel ion yang mudah

diserap oleh akar tanaman (Simalango, 2009 dalam Gomies, 2012).

Pupuk organik ada dua macam, yaitu pupuk organik padat dan pupuk

organik cair. Tidak semua pupuk organik cair terbuat dari urine sapi. Sejak dahulu

kala, daging, kulit, serta kotoran sapi memang termasuk komoditi yang telah

terbukti mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kini urine sapi ternyata telah

mulai menjadi komoditi berharga yaitu sebagai pupuk cair organik (Wibisono,

2010). Pembuatan pupuk cair dari urine sapi cukup mudah dan tidak

membutuhkan waktu lama, bahan mudah didapat, biayanya relatif murah, serta

baik untuk tanaman. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanah

dan tanaman seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-

bungaan (Rohmat, 2009). Menurut UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi

Buatan Api-api (2014) pupuk cair urine sapi memiliki kandungan Nitrogen

4,60%, Phospor 0,74%, Kalium 21,82%, Carbon 5,91%, pH 7,2% serta

mengandung hormon auksin dan untuk jenis sayur-sayuran seperti bayam, selada,

kobis, cabe, wortel, bawang dan lain-lain dengan pemberian dosis yaitu 10 cc.l-1

air dengan interval pemberian 1 minggu sekali.

Page 15: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

3

Berdasarkan hasil penelitian Listyowati dan Sucipto (2015), pengaruh

penggunaan pestisida alami hasil fermentasi urine sapi dan empon-empon

menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05) pada jumlah serangan hama, berbeda

sangat nyata (P < 0,01) pada produksi tanaman kubis, dan tidak berbeda nyata

pada jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah serangan penyakit. Penggunaan

pestisida yang paling baik t3 yaitu dengan dosis 70cc.14 l-1.

Khoiri et. al. (2014) hasil dalam penelitiannya pada tanaman sawi

memaparkan bahwa pemberian urine sapi pada konsentrasi 29 cc.l-1 air merupakan

konsentrasi yang terbaik untuk semua parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas

daun, volume akar, berat segar tanaman serta berat tanaman layak konsumsi.

Murniati (2014) dengan konsentrasi 20% - 40 % memberikan pertumbuhan

dan hasil tanaman sawi hijau terhadap pemberian urine sapi yang difermentasi

meningkatkan nilai semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,

luas daun, volume akar, berat konsumsi tanaman per tanaman dan berat segar

produksi tanaman sawi per plot.

Hasil penelitian Murniati dan Safriyani (2013) pada tanaman selada

menunjukkan bahwa secara umum perlakuan pupuk organik cair urine sapi

berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Dari peubah yang

diamati terlihat bahwa tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan p5 = 1,5

ml.l-1, daun terbanyak dan berangkasan basah tertinggi pada perlakuan p2 = 0,75

ml.l-1, biomas berangkasan kering terberat dan indek panen terbesar pada

perlakuan p3 = 1 ml.l-1.

Dari latar belakang tersebut penulis telah melakukan penelitian tentang

respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica oleracea var.

botrytis L.) terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi pada lahan

podsolik.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti adalah :

1. Bagaimana respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica

oleracea var. botrytis L.) terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi

pada lahan podsolik ?

Page 16: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

4

2. Berapakah konsentrasi terbaik pupuk cair urine sapi yang mampu

memperlihatkan respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica

oleracea var. botrytis L.) pada lahan podsolik ?

Page 17: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani, Sistematika dan Morfologi Kubis Bunga

Kubis bunga merupakan salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis-

kubisan (Cruciferae). Bagian yang dikonsumsi jenis sayuran ini adalah massa

bunganya atau disebut “Curd”. Massa bunga kubis bunga umumnya berwarna

putih bersih atau putih kekuning-kuningan. Dalam klasifikasi tumbuhan, kubis

bunga di deskripsikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleraceae var. botrytis L.

Seperti tanaman yang lainnya, tanaman kubis bunga mempunyai bagian -

bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Kubis bunga memiliki perakaran tunggang (radix primaria) dan akar

serabut. Akar tunggang tumbuh ke pusat bumi (kearah dalam), sedangkan akar

serabut tumbuh ke arah samping (horizontal), menyebar, dan dangkal (20 cm-30

cm). Dengan perakaran yang dangkal tersebut, tanaman akan dapat tumbuh

dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porous. Kubis bunga

memiliki batang yang pendek, daunnya membentuk bujur telur atau panjang

bergerigi membentuk celah - celah yang menyirip agak melengkung (Rubazky

dan Yamaguchi, 2001 dalam Simatupang, 2014). (Sugeng, 1981 dalam Fitriani

2009) menambahkan daun tersebut berwarna hijau dan tumbuh berselang - seling

pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang agak panjang dengan pangkal

daun yang menebal dan lunak. Daun - daun yang tumbuh pada pucuk batang

sebelum massa bunga tersebut berukuran kecil dan melengkung ke dalam

melindungi bunga yang sedang atau mulai tumbuh. Sedangkan bijinya terbentuk

dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun

Page 18: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

6

penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu. Biji-biji tersebut dapat

dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001 dalam Fitriani,

2009).

Kubis bunga merupakan tanaman dataran tinggi yang bunganya padat,

yang tersusun atas rangkaian bunga–bunga kecil bertangkai pendek. Bunga

membentuk bagian padat berwarna putih dan putih, diameternya dapat mencapai

30 cm. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah massa bunganya atau

disebut dengan curd atau kepala yang terdiri atas 5000 kuntum bunga atau lebih

dengan tangkai bunga yang pendek sehingga terlihat membulat dan lunak tebal

(Rukmana, 1994).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kubis Bunga

Syarat tumbuh tanaman kubis bunga dalam budidaya tanaman kubis bunga

adalah sebagai berikut :

Pada mulanya kubis bunga dikenal sebagai tanaman sayuran daerah yang

beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di daerah

dataran tinggi antara 1000 – 2000 m dari atas permukaan laut (dpl) yang suhu

udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan

dan produksi sayuran ini antara 150 C – 180

C, dan maksimum 240 C (Rukmana,

1994).

Kubis bunga termasuk tanaman yang sangat peka terhadap temperatur

terlalu rendah ataupun terlalu tinggi, terutama pada periode pembentukan bunga.

Bila temperatur terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya pembentukan

bunga sebelum waktunya. Sebaliknya pada temperatur yang terlalu tinggi, dapat

menyebabkan tumbuhnya daun - daun kecil pada massa bunga (curd) (Pracaya,

2000 dalam Fitriani 2009).

Tanaman kubis bunga cocok ditanam pada tanah lempung berpasir, tetapi

toleran terhadap tanah ringan seperti andosol. Namun syarat yang paling penting

keadaan tanahnya subur, gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek

(menggenang), kisaran pH antara 5,5 – 6,5 dan pengairannya cukup memadai.

Pada tanah asam (pH di bawah 5), pertumbuhan kubis bunga sering kali tidak

Page 19: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

7

normal (abnormal) karena kekurangan unsur hara Magnesium, Molibdenom dan

Boron (Rukmana, 1994).

2.3 Lahan Podsolik

Lahan podsolik merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan sedang.

Tanahnya berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah podsolik mempunyai

karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir dengan pH rendah serta memiliki

kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi. Karakteristik lain yang dapat

ditemui pada tanah podsolik adalah daya simpan unsur hara sangat rendah karena

bersifat lempung yang beraktivitas rendah, kejenuhan unsur basa seperti K, Ca,

dan Mg, rendah sehingga tidak memadai untuk tanaman semusim, kadar bahan-

bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan

penyimpanan air sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan.

Perbaikan sifat fisika tanah ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan sifat

ketahanan daya penyimpanan air. Sementara itu, perbaikan sifat kimiawinya bisa

dilakukan dengan memperbaiki kandungan unsur hara yang ada dalam tanah.

Tanah podsolik pada umumnya terletak pada daerah yang memiliki iklim basah

dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun dan banyak terdapat di daerah-

daerah dengan topografi pegunungan. Tanah podsolik dilihat dari sifat fisik dan

kimia merupakan tanah yang miskin unsur hara sehingga diperlukan suatu usaha

untuk memperbaiki kondisi tanah tersebut. Perbaikan tanah podsolik bisa

dilakukan dengan pemberian pupuk, baik pupuk padat maupun pupuk cair (Intan,

2011).

2.4 Pupuk Cair Urine Sapi

Urine sapi mengandung berbagai senyawa dalam bentuk terlarut yang

dihasilkan oleh ginjal. Urine merupakan produk uraian dari protein didalam tubuh

(Dwijoseputro, 1992 dalam Sari 2009). Urine sapi mengandung auksin sebagai

salah satu zat yang terkandung didalam makanan hijau yang tidak tercerna dalam

tubuh sapi dan akhirnya terbuang bersama urine sapi. Kadar auksin urine sapi

betina lebih tinggi daripada sapi jantan (Supriadji dan Harsono, 1985 dalam Sari

2009).

Page 20: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

8

Urine sapi sering juga disebut pupuk organik cair. Urine sapi mengandung

unsur hara N, P, K dan bahan organik, yang berperan memperbaiki struktur tanah.

Urine sapi dapat langsung digunakan langsung sebagai pupuk baik sebagai pupuk

dasar maupun pupuk susulan. Kandungan nitrogen urine sapi mempengaruhi dua

arah pertumbuhan tanaman yaitu vegetatif dan generatif. Untuk tanaman dengan

tipe pertumbuhan dan pembungaan indeterminet atau pertumbuhan vegetatif terus

berlangsung, penambahan urine sapi sampai batas tertentu dapat mengaktifkan

proses pemanjangan, pembesaran dan pembelahan sel pada tunas-tunas apikal

pada tanaman mentimun (Sutanto dan Phrimantoro, 2002 dalam Mardalena,

2007).

Urine sapi memang memiliki bau yang khas dan tidak sedap, namun bagi

petani manfaatnya jauh lebih besar dari pada baunya. Urine sapi bersifat menolak

hama atau penyakit pada tanaman. Fermentasi urine sapi secara ilmiah

mengandung zat pengatur tumbuh yaitu auxin. Fungsi auxin pada tanaman antara

lain merangsang pertumbuhan dan mempertinggi persentase timbulnya bunga dan

buah, mendorong partenokarpi yaitu suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa

fertilisasi atau penyerbukan, mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya, serta

mematahkan dominasi pucuk atau apikal yaitu suatu kondisi dimana pucuk

tanaman atau akar tidak mau berkembang. Fermentasi urine sapi yang

diaplikasikan pada tanaman sangat menguntungkan petani karena dari segi biaya

murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk kimia. Fermentasi

urine sapi dapat dipergunakan untuk sayuran dan hortikultura, biasanya fermentasi

urine sapi diaplikasikan lewat daun (Naswir, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Listyowati dan Sucipto (2015), pengaruh

penggunaan pestisida alami hasil fermentasi urine sapi dan empon-empon

menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05) pada jumlah serangan hama, berbeda

sangat nyata (P < 0,01) pada produksi tanaman kubis, dan tidak berbeda nyata

pada jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah serangan penyakit. Penggunaan

pestisida yang paling baik t3 yaitu dengan dosis 70cc.14 l-1.

Khoiri et. al. (2014) hasil dalam penelitiannya pada tanaman sawi

memaparkan bahwa pemberian urine sapi pada konsentrasi 29 cc.l-1 air merupakan

Page 21: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

9

konsentrasi yang terbaik untuk semua parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas

daun, volume akar, berat segar tanaman serta berat tanaman layak konsumsi.

Murniati (2014) dengan konsentrasi 20% - 40 % memberikan pertumbuhan

dan hasil tanaman sawi hijau terhadap pemberian urine sapi yang difermentasi

meningkatkan nilai semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,

luas daun, volume akar, berat konsumsi tanaman per tanaman dan berat segar

produksi tanaman sawi per plot.

Hasil penelitian Murniati dan Safriyani (2013) pada tanaman selada

menunjukkan bahwa secara umum perlakuan pupuk organik cair urine sapi

berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Dari peubah yang

diamati terlihat bahwa tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan p5 = 1,5

ml.l-1, daun terbanyak dan berangkasan basah tertinggi pada perlakuan p2 = 0,75

ml.l-1 biomas berangkasan kering terberat dan indek panen terbesar pada

perlakuan p3 = 1 ml.l-1.

Page 22: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

10

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica

oleracea var. botrytis L.) terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi

pada lahan podsolik.

2. Mendapatkan konsentrasi terbaik dari berbagai macam pupuk urine sapi

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica oleracea var.

botrytis L.) pada lahan podsolik.

3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi penulis, civitas

akademis, petani dan dinas terkait guna meningkatkan produktivitas tanaman

kubis bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.) dengan pemberian konsentrasi

urine sapi yang tepat pada lahan podsolik.

Page 23: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

11

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Hariang Kecamatan Banua

Lawas Kabupaten Tabalong yang dimulai dari bulan Maret sampai Juni 2018.

4.2 Alat dan Bahan

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Cangkul. Digunakan untuk menggemburkan tanah.

Parang. Digunakan untuk membersihkan gulma gulma di sekitar tanaman.

Hand Sprayer. Digunakan untuk menyemprotkan pupuk cair urine sapi.

Pipet tetes. Untuk mengukur pupuk cair urine sapi yang digunakan sebagai

perlakuan dalam penelitian..

Gembor. Digunakan untuk menyiramkan air ke tanaman.

Meteran. Digunakan untuk mengukur luas lahan, jarak tanam, dan bagian

tanaman yang menjadi parameter penelitian.

Sungkup/naungan. Digunakan untuk menaungi tempat persemaian benih

kubis bunga.

Neraca Analitik. Digunakan untuk menimbang hasil panen kubis bunga.

Alat tulis. Digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.

Alat dokumentasi. Digunakan untuk mendokumentasikan penelitian.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tanah podsolik. Sebagai media pertumbuhan kubis bunga. Hasil analisis

dapat dilihat pada Lampiran 4.

Benih kubis bunga. Benih yang digunakan adalah Varietas PM 126 F1.

Deskripsi dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pupuk cair urine sapi. Digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian yang

di produksi oleh UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-api.

Aquades. Untuk pengenceran perlakuan.

Page 24: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

12

Polybag kecil. Digunakan sebagai tempat persemaian kubis bunga.

Air. Digunakan untuk menyiram tanaman.

4.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal, dengan pengelompokan berdasarkan

tinggi bibit. Perlakuan yang diteliti adalah berbagai konsentrasi dari pupuk cair

urine sapi (U) yang terdiri dari 6 taraf, yaitu:

u1 = 5 cc.l-1

u2 = 10 cc.l-1

u3 = 15 cc.l-1

u4 = 20 cc.l-1

u5 = 25 cc.l-1

u6 = 30 cc.l-1

Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 24 satuan

percobaan dengan 4 tanaman sampel untuk setiap satuan percobaan.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk cair urine sapi sebanyak 6 taraf

perlakuan dan 4 kelompok

Perlakuan Kelompok

I II III IV

u1 u1.I u1.II u1.III u1.IV

u2 u2.I u2.II u2.III u2.IV

u3 u3.I u3.II u3.III u3.IV

u4 u4.I u4.II u4.III u4.IV

u5 u5.I u5.II u5.III u5.IV

u6 u6.I u6.II u6.III u6.IV

4.4 Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Percobaan. Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan

persiapan seperti pengukuran lahan, pembuatan naungan, pengadaan bibit,

pengadaan pupuk cair urine sapi, bahan-bahan dan peralatan lainnya yang

dianggap perlu.

Page 25: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

13

Penyemaian benih. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan polybag

kecil yang diisi tanah topsoil. Sebelum disemai benih kubis bunga sebaiknya

direndam dulu dalam air dingin selama ± 12 jam. Tujuan perlakuan ini, agar benih

cepat berkecambah dan pertumbuhannya seragam. Persemaian dilakukan pada

sore hari yaitu dengan menanam benih pada media semai dengan kedalaman 1 cm,

kemudian ditutup tipis dengan tanah. Penyiraman dilakukan pagi dan sore. Untuk

menghindari sinar matahari langsung, tempat persemaian diberi atap sebagai

naungan.

Pembersihan tempat penelitian. Membersihkan lokasi penelitian dari

gulma yang dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman.

Pengolahan tanah. Tanah diolah menggunakan cangkul dengan kedalaman

20-30 cm kemudian buat petakan dengan ukuran 160 x 160 cm, jarak antar

petakan 50 cm dan antar kelompok 70 cm. Denah tata letak satuan percobaan pada

Lampiran 6.

Penanaman. Memilih benih kubis bunga yang pertumbuhannya baik dan

sehat yang dicirikan dengan penampakan yang prima, seperti pertumbuhan

normal, batang besar, tidak cacat, tidak rusak, terlihat segar dan tidak terserang

penyakit. Bibit kubis bunga yang disemai dapat langsung dipindahkan ke tempat

penanaman setelah berumur 23-28 hari atau telah berdaun sejati minimum 3-4

helai daun. Penanaman dilakukan dengan merobek bagian polybag dan langsung

dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sudah disiapkan dengan cara berhati-

hati agar keadaan akar dan tanaman tidak rusak. Penanaman dilakukan pada sore

hari antara pukul 15.00-17.00 WITA. Denah tata letak tanaman sampel pada

Lampiran 7.

Penyemprotan pupuk urine sapi. Penyemprotan dilakukan pada daun

dengan pupuk urine sapi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada umur 10, 20, dan

30 hari setelah tanam, dengan konsentrasi yang berbeda sesuai perlakuan.

Penyemprotan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 WITA.

Pemeliharaan Tanaman. Kegiatan pokok pemeliharaan dalam budidaya

tanaman kubis bunga meliputi tahapan penyulaman, penyiraman, penyiangan dan

penggemburan tanah, penutupan massa bunga (curd), pengendalian hama dan

penyakit.

Page 26: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

14

a. Penyulaman. Dilakukan jika terdapat tanaman yang tidak tumbuh atau

mati dengan cara mencabut dan mengganti dengan benih kubis bunga yang

baru, dilakukan minimal 1 minggu setelah tanam.

b. Penyiraman. Kubis bunga mempunyai sistem perakaran yang dangkal

sehingga perlu pengairan yang rutin, terutama dimusim kemarau. Hal yang

terpenting adalah menjaga agar tanah tidak kering atau kekurangan air.

Waktu pemberian air sebaiknya pagi atau sore hari.

c. Penyiangan dan penggemburan tanah. Penyiangan dilakukan apabila

didapati gulma disekitar tanaman dan penggemburan dilakukan bersamaan

dengan penyiangan.

d. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian dilakukan jika terdapat

tanda-tanda serangan hama atau penyakit yaitu membuat larutan pestisida

alami yang disemprotkan ke tanaman.

e. Penutupan Massa Bunga (Curd)

Kegiatan penutupan massa bunga dilakukan khusus pada budidaya

tanaman kubis bunga. Massa bunga ditutup dengan daunnya, penutupan

massa bunga ini bertujuan untuk menghindari massa bunga dari pengaruh

sinar matahari secara langsung, sehingga massa bunga tetap berwarna

putih bersih dan berkualitas baik. Massa bunga yang tidak ditutup dan

terkena sinar matahari secara langsung akan berkualitas rendah, yaitu

berbercak - bercak atau berbintik – bintik coklat kehitaman dan mudah

rusak. Penutupan tersebut dilakukan setelah terbentuknya massa bunga

sebesar telur ayam.

Pemanenan. Pemanenan merupakan kegiatan memetik hasil produksi

tanaman yang dilakukan pada umur yang tepat. Pada tanaman kubis bunga bagian

tanaman yang dipetik sebagai hasil panen yang utama adalah massa bunganya.

Pada pemanenan kubis bunga harus diperhatikan umur panen tanaman, umumnya

pada umur 50 – 60 HST. Cara pemanenan massa kubis bunga sangat sederhana,

yaitu dengan memotong tangkai bunga bersama dengan batang dan daun -

daunnya dengan menggunakan sabit atau pisau. Pemotongan sebagian batang dan

daun - daunnya hendaknya dilakukan jangan terlalu dekat dengan tangkai

bunganya, yaitu sepanjang kurang lebih 25 cm atau mendekati permukaan tanah

Page 27: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

15

(pangkal batang). Waktu pemanenan kubis bunga yang baik adalah pagi atau sore

hari saat cuaca yang cerah (tidak mendung atau hujan).

4.5 Peubah Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan dan hasil yang

meliputi:

Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diamati pada tanaman berumur 10,

20, dan 30 HST, dengan cara mengukur tanaman mulai dari pangkal batang

sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran.

Jumlah daun (helai). Jumlah daun dihitung pada umur 10, 20, dan 30

HST.

Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna dengan satuan

helai.

Umur tanaman saat berbunga. Diamati pada saat bunga mekar. Satuan

dalam HST.

Berat krop bunga segar pertanaman (g). Berat bunga segar pertanaman

dihitung dengan cara menimbang bunga-bunga yang dipanen.

Keliling krop bunga pertanaman (cm). Dihitung dengan menggunakan

meteran yang dilingkarkan di sekeliling krop bunga.

4.6 Analisis Data

Model linier aditif yang digunakan untuk menganalisa setiap peubah yang

diamati adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Yij = µ + αi + βj + ԑij

Dimana

i : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 (perlakuan konsentrasi pupuk urine sapi)

j : 1, 2, 3, dan 4 (banyak kelompok)

Yij : respon satuan percobaan yang menerima perlakuan ke-i pada

pengamatan (kelompok) ke-j

µ : nilai tengah umum

αi : pengaruh faktor perlakuan ke-i

Page 28: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

16

βj : pengaruh kelompok ke-j

ԑij : pertambahan karena pengaruh galat acak percobaan yang

menerima perlakuan ke-i pada kelompok ke-j.

Berdasarkan model linier aditif yang digunakan, maka dibentuk analisis

ragam seperti pada Tabel 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman kubis bunga, maka dilakukan uji

kehomogenan ragam barlett pada taraf 1%, kemudian analisis ragam pada peubah

yang diamati dengan menggunakan uji F pada taraf 5% dan 1%.

Apabila hasil analisis ragam berpengaruh sangat nyata atau nyata, maka

untuk mengetahui tingkat perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik dilakukan

uji beda tengah dengan menggunakan uji Beda Nyata Duncan (DMRT) Pada taraf

uji 5% (Hanafiah, 2005).

Tabel 2. Analisis ragam untuk setiap peubah yang diamati.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

JKK

JKP

JKG

JKK/dbK

JKP/dbP

JKG/dbG

KTK/KTG

KTP/KTG

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 JKT

Page 29: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

17

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Tinggi Tanaman

Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis bunga

umur 10, 20 dan 30 hst dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, dan 11. Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh

terhadap tinggi tanaman. Untuk grafik rata-rata tinggi tanaman kubis bunga

terhadap pemberian pupuk cair urine sapi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman kubis bunga

terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.

Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan umur 10, 20 dan 30 HST

bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi yaitu

20,97 cm.

Jumlah daun

Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman kubis

bunga umur 10, 20 dan 30 HST dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, dan 14. Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair urine sapi tidak

berpengaruh terhadap jumlah daun kubis bunga.

Untuk grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga terhadap

pemberian pupuk cair urine sapi dapat dilihat pada Gambar 2.

13,9412,4 12,5 12,8 12,06 11,8

18,0616

14,63 14,94 15,917,3

20,9719,06 18,31

16,7517,75

18,9

0

5

10

15

20

25

5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc

Tin

gg

i ta

na

ma

n k

ub

is b

un

ga

(cm

)

Perlakuan

10 HST

20 HST

30 HST

Page 30: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

18

Gambar 2. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga terhadap

berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.

Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan umur 10, 20 dan 30 HST

bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu 9,3

helai.

Umur berbunga

Data hasil pengamatan dan analisis ragam umur berbunga tanaman kubis

bunga dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap umur berbunga

tanaman kubis bunga.

Grafik umur berbunga tanaman kubis bunga terhadap pemberian pupuk

cair urine sapi disajikan Gambar 3.

8

6,5

7,8

6,7

5,76,3

8,4

7,6

6,3

7,6 7,88,3

9,3 9,1

7,4

8,3 8,18,8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc

Jum

lah

dau

n tan

aman

ku

bis

bu

ng

a

(hel

ai)

Perlakuan

10 HST

20 HST

30 HST

82,75

91,01

95,25

85,31

88,31

90,44

76

78

80

82

84

86

88

90

92

94

96

98

5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc

Um

ur b

erb

un

ga t

an

am

an

ku

bis

bu

nga (

hst

)

Perlakuan

Umur Berbunga

Page 31: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

19

Gambar 3. Grafik rata-rata umur berbunga tanaman kubis bunga terhadap

berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.

Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan umur berbunga tanaman

kubis bunga bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata umur berbunga

tercepat yaitu 82,75 HST.

Berat krop

Data hasil pengamatan dan analisis ragam berat krop tanaman kubis bunga

dapat dilihat pada Lampiran 16. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap berat krop tanaman

kubis bunga.

Grafik berat krop tanaman kubis bunga terhadap pemberian pupuk cair

urine sapi disajikan Gambar 4.

Gambar 4. Grafik rata-rata berat krop kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi

pupuk cair urine sapi.

Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan berat krop tanaman kubis

bunga bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata berat krop terbesar yaitu

138,25 g.

Keliling krop bunga

Data hasil pengamatan dan analisis ragam keliling krop tanaman kubis

bunga dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap keliling krop

tanaman kubis bunga.

138,25126,38

112,19 109,13

128,94115,25

0

20

40

60

80

100

120

140

160

5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 ccBera

t k

rop

ta

na

ma

n k

ub

is b

un

ga

(g)

Perlakuan

Berat krop

Page 32: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

20

Grafik keliling krop tanaman kubis bunga terhadap pemberian pupuk cair

urine sapi disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik rata-rata keliling krop kubis bunga terhadap berbagai

konsentrasi pupuk cair urine sapi.

Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan keliling krop tanaman kubis

bunga bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata keliling terbesar yaitu

32,19 cm.

5.2 Pembahasan

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor

genotipe dan faktor lingkungan. Faktor genotipe dimunculkan oleh peran gen

(pembawa sifat) dalam kromosom yang mempengaruhi proses fisiologis dalam

tanaman. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor iklim dan

faktor tanah. Faktor iklim antara lain adalah temperatur, intensitas cahaya,

kelembaban udara, curah hujan, kadar oksigen, karbon dioksida dan lain

sebagainya. Faktor tanah dapat dibagi ke dalam sifat fisik, kimia dan biologi tanah

(Slaglan, et. al., 2003)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil

tanaman kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak

memberikan pengaruh terhadap peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah

daun, umur tanaman saat berbunga, berat krop dan keliling krop. Yang dapat

menyebabkan tidak berpengaruhnya pemberian pupuk organik cair urine sapi

terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kubis bunga diduga

32,19

29,5629,19 29,13

31,69

30,63

27,5

28

28,5

29

29,5

30

30,5

31

31,5

32

32,5

5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc

Keli

lin

g k

rop

tan

am

an

ku

bis

bu

nga (

cm

)

Perlakuan

Keliling krop

Page 33: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

21

pemberian pupuk cair urine sapi tidak tepat sasaran, terbuang dan adanya

penguapan. Pada saat penelitian keadaan curah hujan tinggi sehingga sangat

mempengaruhi penerimaan stomata tehadap pemberian urine sapi dan seharusnya

pemberian dilakukan 2 jam sebelum prediksi waktu hujan ini dapat menyebabkan

pupuk yang diberikan akhirnya tercuci oleh air. Data curah hujan dapat dilihat

pada Lampiran 19. Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata.

Kecepatan unsur hara dipengaruhi oleh ketebalan lapisan kutikula. Disamping itu

kecepatan penyerapan juga dipengaruhi oleh status hara dalam tanaman. Bila

kadar dalam tanaman rendah maka penyerapan unsur hara lewat daun relatif lebih

cepat dan sebaliknya penyerapan unsur hara yang kahat P dua kali lebih besar dari

tanaman yang cukup. P juga diangkut dari jaringan daun ke jaringan akar yang

letaknya dibawah bila tanaman kahat P (Rosmarkam, 2002).

Slaglan et. al. (2003) menjelaskan bahwa kecepatan penyerapan unsur

hara umumnya menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Penyerapan

unsur hara lewat daun dirangsang oleh adanya cahaya matahari. Walaupun

demikian, keberadaan cahaya berpengaruh pada peningkatan temperatur dan

penguapan, jika proses pengeringan larutan yang diserap melampui ambang batas

toleransi tanaman, maka tanaman tersebut akan mengalami keracunan.

Pembukaan stomata sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan,

antara lain intensitas cahaya, temperatur dan air. Faktor – faktor lingkungan

tersebut mengalami perubahan harian (diurnal) seiring dengan bergantinya waktu

pagi, siang dan sore hari. Pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar

karena intensitas cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban

yang cukup menyebabkan turgor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang

hari, stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta

penguapan air yang berlebihan (Taiz and Zeiger, 2002; Hopkins, 2004 dalam

Fatonah, 2013).

Pembukaan stomata berkaitan dengan proses metabolisme tumbuhan yaitu

transpirasi dan fotosintesis. Stomata berperan dalam difusi CO2 pada proses

fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai pintu keluarnya cairan dari

sel dalam proses transpirasi (Salisbury dan Ross, 1995; Taiz and Zeiger, 2002;

Hopkins, 2004 dalam Fatonah, 2013).

Page 34: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

22

Peran transpirasi pada tumbuhan sangat banyak namun yang terpenting

adalah untuk melepas energi yang diterima dari radiasi matahari. Energi matahari

yang digunakan untuk fotosintesis hanya 2% atau kurang, sehingga selebihnya

harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan pancaran, hantaran secara fisik dan

sebagian besar untuk menguapkan air (Santosa, 1990 dalam Haryanti 2009). Ion

K sangat berpengaruh terhadap kemungkinan keluar masuknya bahan terlarut ke

sel penutup, sehingga terjadi perubahan permeabilitas pada membrannya.

Pada kisaran waktu pukul 09.00 – 10.00 WITA, peningkatan intensitas

cahaya berpengaruh terhadap peningkatan suhu, namun kelembaban udara masih

tinggi. Meningkatnya temperatur dengan RH yang tetap tinggi akan meningkatkan

gradien tekanan uap antara daun dengan udara. Kondisi ini memacu terjadinya

transpirasi yang ditunjukkan dengan pembukaan stomata (Hopkins, 2004 dalam

Fatonah, 2013). Dengan semakin meningkatnya transpirasi, maka terjadi

kehilangan air. Kehilangan air ini menyebabkan tekanan turgor sel penjaga

menurun. Pada kondisi seperti ini ABA akan masuk sebagai akibatnya stomata

akan menutup. Penutupan ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan air yang

berlebihan (Zeiger dan Taiz, 2002 dalam Fatonah, 2013). Selain itu, selama

stomata membuka juga terjadi difusi CO2 ke dalam sel mesofil. Selanjutnya,

akumulasi CO2 menyebabkan stomata menutup.

Untuk aplikasi pupuk cair urine sapi sebaiknya dilakukan penyemprotan

pada kisaran waktu pukul 09.00-10.00 WITA. Pada kisaran waktu ini stomata

yang membuka lebih banyak dan ukuran diameter stomata yang membuka lebih

besar sehingga pupuk cair urine sapi lebih mudah masuk ke stomata dan diserap

oleh tanaman. Penyemprotan tidak efektif dilakukan pada pukul 12.00 WITA atau

pada saat intensitas cahaya terlalu tinggi dan temperatur juga tinggi. Pada waktu

siang tersebut, stomata menutup dan pupuk cair urine sapi yang disemprotkan

akan lebih cepat menguap. Fatonah (2013) menjelaskan bahwa tingkat kerapatan

stomata dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu, intensitas cahaya, dan

kelembaban. Semakin tinggi intensitas cahaya, kerapatan stomata di kedua

permukaan daun juga semakin meningkat. Kerapatan dan jumlah stomata yang

banyak merupakan proses adaptasi dari tanaman terhadap kondisi lingkungannya.

Intensitas cahaya yang berbeda-beda memperlihatkan bahwa jumlah stomata

Page 35: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

23

dapat berkurang seiring dengan menurunnya intensitas cahaya (Fahn, 1991 dalam

Dewi 2015).

Penerimaan urine sapi oleh stomata juga tergantung cara aplikasi dimana

pada saat penelitian aplikasi pupuk cair urine sapi dilakukan dari arah bagian atas

sedangkan stomata lebih banyak dibagian bawah daun. Banyaknya stomata pada

bagian bawah daun dikarenakan daun bagian atas digunakan untuk menangkap

cahaya untuk fotosintesis, sehingga jarang ditemukan stomata pada bagian atas

daun (Nofrianil et, al. 2011). Selain itu, karena aplikasi dibagian atas sehingga

yang mendapat pupuk cair urine sapi adalah bagian pucuk padahal stomata lebih

banyak pada daun yang lebih tua. Hal ini diduga yang menyebabkan pemberian

pupuk cair urine sapi tidak tepat sasaran.

Menurut hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan

Rawa (2016) menunjukkan bahwa tanah penelitian mengandung C-Organik (%)

1,437 termasuk sangat rendah, pH (H2O) 5,93 termasuk kategori agak masam, N

(%) 0,305 sedang, P potensial (mg/100 g) 48,615 tinggi, Mg (cmol(+)/kg) 5,905

tinggi dan K potensial (mg/100 gr) sangat tinggi. Sedangkan pada pupuk cair

urine sapi mengandung Nitrogen 4,60% sangat tinggi, Phospor 0,74% sangat

rendah, Kalium 21,82% tinggi, Carbon 5,91% sangat tinggi, pH 7,2% Nertal serta

mengandung hormon auksin (Dinas Peternakan Kabupaten Panajam Paser Utara,

2014). Dilihat dari hasil analisis tanah dan urine sapi seharusnya dapat memenuhi

kebutuhan tanaman tetapi hasil penelitian tidak memberikan pengaruh yang nyata

ini dikarenakan curah hujan yang tinggi dan adanya penguapan sehingga tanaman

tidak dapat menyerap secara optimal.

Pemupukan sering tidak memberikan hasil yang memuaskan, apabila

konsentrasi yang diberikan tidak tepat. Pada konsentrasi terlalu tinggi

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan

pada konsentrasi yang terlalu rendah menyebabkan pemupukan tidak memberikan

hasil yang memuaskan. Menurut Lingga dan Marsono (2007) dalam Marliah

(2013) bahwa konsentrasi pupuk merupakan faktor yang sangat vital dan memiliki

pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pemupukan terutama pemupukan

melalui daun. Oleh sebab itu untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil optimal,

harus memperhatikan dosis dan konsentrasi yang tepat.

Page 36: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

24

Hampir semua data menunjukkan bahwa pada konsentrasi yang lebih

rendah hasilnya lebih baik daripada konsentrasi yang tinggi. Hal ini diduga karena

media tumbuh yang digunakan sudah mempunyai unsur hara yang cukup

sehingga masih ada pengaruhnya dalam penyediaan unsur hara untuk keperluan

tanaman tersebut. Sesuai yang dinyatakan oleh Lingga dan Marsono (2006) dalam

Nirmala (2013) menyatakan bila kandungan hara pada media tumbuh telah

tercukupi, maka tanaman tidak memberikan respon terhadap perlakuan

pemupukan. Namun karena pada saat pemberian perlakuan urine sapi

mengandung hormon auksin IAA, maka hormon inilah yang berpengaruh. Sesuai

yang dinyatakan Wattimena (1988) dalam Nirmala (2013) penggunaan hormon

pada konsentrasi yang tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan

tanaman, namun pada konsentrasi yang tinggi akan merugikan pertumbuhan

tanaman. Sebaliknya bila konsentrasi yang terlalu rendah tidak menunjukkan

pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Diperjelas oleh Taiz dan

Zeiger (1991) dalam Nirmala (2013) bahwa Auksin mampu meningkatkan

aktivitas pembelahan, pemanjangan, dan pembesaran sel, sehingga dengan

diberikan pada konsentrasi yang tepat dapat mendukung pertambahan tinggi

tanaman, jumlah daun, umur berbunga, berat krop dan keliling krop.

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) dalam Parawansa (2014) zat-zat

yang sangat diperlukan tanaman dan seringkali kurang cukup terdapat di dalam

tanah, terutama Nitrogen (N), Phosfor (P), dan Kalium (K). Apabila unsur

tersebut dapat terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi normal dan

baik. Sebaliknya, apabila kekurangan atau kelebihan akan menunjukkan gejala-

gejala abnormal. Ketersediaan unsur hara pada tanah mempengaruhi pertumbuhan

tanaman seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Kondisi ini disebabkan karena

pembentukan sel-sel baru dalam suatu tanaman sangat erat hubungannya dengan

ketersediaan hara pada tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Foth (1994) dalam

Murniati (2014) penetapan konsentrasi dan dosis dalam pemupukan sangat

penting dilakukan karena akan berpengaruh tidak baik pada pertumbuhan jika

tidak sesuai kebutuhan tanaman. Proses pembentukan daun tidak terlepas dari

peranan unsur hara seperti nitrogen dan fosfat yang terdapat pada medium tanah

dan dalam kondisi tersedia bagi tanaman Nyakpa et. al. (1988) dalam Murniati

Page 37: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

25

(2014) menyatakan bahwa N dan P berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan

komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino,

asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP. Jumlah daun yang terbentuk sangat

berkaitan dengan tinggi tanaman dimana pada tanaman tertinggi jumlah daun

yang dihasilkan juga banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Thiroseputro (1993)

dalam Khoiri (2014) bahwa semakin tinggi tanaman maka bertambah pula jumlah

ruas sehingga dari jumlah ruas yang bertambah akan terbentuk daun baru. Menurut

Suwandi dan Nurtika (1987) dalam Gomies (2012) pupuk organik cair akan

mempercepat pembentukan daun jika diaplikasikan dalam konsentrasi rendah namun

dengan pemberian secara rutin. Pupuk organik cair akan memberikan hasil budidaya

tanaman yang rendah apabila diberikan dengan konsentrasi tinggi namun beberapa

kali pemupukan dalam masa tanam. Sesuai yang dinyatakan Heddy (1996) dalam

Nirmala (2013) hormon dalam konsentrasi yang tepat mampu menstimulir

pertumbuhan tanaman. Tampak pada data ini pengaruh hormon berbeda dengan

unsur hara. Seperti yang dinyatakan oleh Wareing dan Philips (1981) dalam

Nirmala (2013) zat pengatur tumbuh atau hormon adalah senyawa organik bukan

hara, yang berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hormon tidak sama dengan pupuk, sebab hormon sama sekali tidak akan

memberikan unsur hara pada tanaman, walaupun hormon berperan dalam

mengatur berbagai proses fisiologis, seperti: pembelahan dan pemanjangan sel,

pertumbuhan akar, batang, daun, bunga, dan buah Heddy (1996) dalam Nirmala

(2013) Diperjelas oleh Bonner dalam Abidin (1983) dalam Nirmala (2013) auksin

dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,

menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis

protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel.

Kondisi laju pertumbuhan dan hasil kubis bunga sebagai akibat

pertambahan konsentrasi setiap perlakuan pupuk cair urine sapi pada

pertumbuhan dan hasil kubis bunga cenderung menurun. Hal ini sejalan dengan

Indranada (1994) dalam Nurahmi (2010) yang menyatakan bahwa, bila

konsentrasi larutan dipertinggi dari konsentrasi optimum akan ditemukan suatu

hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Pemupukan tanaman melalui

daun harus mengunakan konsentrasi yang tepat, konsentrasi yang terlalu tinggi

Page 38: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

26

dapat berpengaruh buruk bagi tanaman, sedangkan konsentrasi yang terlalu

rendah menyebabkan unsur yang dibutuhkan tanaman kurang mencukupi.

Hendaryono dan Wijayani (1994) dalam Nurahmi (2010) menyatakan bahwa zat

pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen media bagi pertumbuhan

dan diferensiasi. Pembentukan organ-organ tertentu sangat ditentukan oleh

penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh yang ditambahkan.

Berdasarkan hasil analisis ragam terlihat bahwa pemberian urine sapi tidak

berpengaruh terhadap umur tanaman saat berbunga, berat krop serta keliling krop.

Hal ini diduga dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Darjanto dan Satifah

(1990) dalam Gomies (2012) menyatakan bahwa peralihan dari fase vegetatif ke

generatif sebagian ditentukan oleh genotip serta faktor luar seperti suhu, air,

pupuk dan cahaya. Menurut Indranada (1986) dalam Gomies (2012) kelebihan P

dapat mengakibatkan krop yang lunak, sedangkan gejala kekurangan P yaitu

pertumbuhan terhambat dan mengecilnya krop. Frekuensi pemberian pupuk

dengan konsentrasi yang berbeda menyebabkan hasil produksi yang berbeda pula

(Kelik, 2010) dalam Gomies (2012). Rinsema (1993) dalam Nurahmi (2010)

menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik jika unsur hara yang dibutuhkan

berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang. Selanjutnya Dwidjoseputro

(1985) dalam Nurahmi (2010) menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh

dengan subur bila semua unsur hara yang diperlukan tanaman berada dalam

jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap diabsorbsi oleh tanaman.

Selanjutnya Rinsema (1993) dalam Nurahmi (2010) menambahkan bahwa

peranan unsur hara adalah untuk merangsang perkembangan seluruh bagian

tanaman sehingga tanaman akan lebih besar.

Berdasarkan hasil penelitian untuk umur tanaman saat berbunga dan berat

krop bunga segar pertanaman menurut deskripsi kubis bunga Varietas PM 126 F1

yaitu 45-50 HST dan berat krop yaitu 400-500 g sedangkan hasil penelitian rata-

rata umur tanaman saat berbunga 88,65 HST dan rata-rata berat krop 121,69 g.

Serta untuk hasil konfersi perhitungan produksi dalam hektar tanaman kubis

bunga bahwa hasil yang didapat yaitu 7,6 ton.ha-1 masih sangat rendah

dibandingkan dengan potensi produksi yang sudah ditetapkan yaitu 18-25 ton.ha-1,

hal ini diduga karena belum maksimalnya penggunaan pupuk serta unsur hara lain

Page 39: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

27

yang mampu meningkatkan hasil tanaman maka dari itu penelitian ini masih perlu

dilakukan dengan menambahkan unsur hara yang lebih banyak lagi kepada

tanaman agar tanaman lebih subur sehingga produksi tanaman meningkat.

Perhitungan hasil dapat dilihat pada Lampiran 19.

Besar kecilnya bunga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor

lingkungan dan ketersediaan hara. Berat bunga dipengaruhi oleh kandungan air

yang terdapat dalam kubis bunga. Menurut Isdarmanto (2009) dalam Hikmah

(2015) dengan meningkat-nya produktivitas metabolisme maka tanaman akan

lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air, hal ini

berkaitan dengan kebutuhan bagi tanaman pada masa pertumbuhan dan

perkembangan. Dwijoseputro (1994) dalam Hikmah (2015) menyatakan bahwa

berat segar suatu tanaman dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan fotosintat

yang ada dalam sel-sel dan jaringan tanaman, sehingga apabila fotosintat yang

terbentuk meningkat maka berat segar tanaman juga akan meningkat. Berat segar

merupakan akumulasi fotosintat yang dihasilkan selama pertumbuhan. Hal ini

mencerminkan tingginya serapan nutrisi yang diserap tanaman untuk proses

pertumbuhan. Gardner et al. (1991) dalam Hikmah (2015) menyatakan bahwa

faktor internal perangsang pertumbuhan tanaman berada dalam kendali genetik,

tetapi unsur-unsur iklim, tanah, dan biologi seperti hama, penyakit dan gulma

serta persaingan, baik persaingan intra spesies maupun antar spesies ada pada

lingkungannya. Selanjutnya Simatupang (1997) dalam Hikmah (2015)

menyatakan bahwa tingginya produksi suatu varietas dikarenakan varietas

tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

Pada penelitian ini tanaman kubis bunga terserang hama kutu daun (Aphis

brssicae), ulat Grayak ( Spodeptera sp.) dan penyakit bercak hitam tetapi tidak

terdapat serangan hama dan penyakit yang besar diduga karena dengan pemberian

urine sapi sesuai dikatakan Mardalena (2007) bahwa fermentasi urine sapi

mempunyai sifat menolak hama dan penyakit pada tanaman, karena baunya yang

khas. Hama dan penyakit bisa saja datang, tetapi langsung pergi, bukan musnah

tetapi hanya menyingkir dari tanaman.

Page 40: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

28

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pemberian berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh pada

semua peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur

berbunga, berat krop dan keliling krop tanaman kubis bunga.

2. Didapatkannya konsentrasi pupuk cair urine sapi tertinggi berdasarkan grafik

hasil penelitian pada peubah berat krop dengan perlakuan urine sapi 5 cc.l-1

yaitu 138,25 g tetapi tidak didapatkan konsentrasi terbaik yang mampu

memperlihatkan respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga

(Brassica oleracea var. botrytis L.)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :

1. Melakukan penelitian lanjutan tentang respon pertumbuhan dan hasil tanaman

kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tetapi dengan

kombinasi pupuk organik lain.

2. Memberikan pupuk cair urine sapi pada budidaya tanaman kubis bunga

dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

Page 41: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

29

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. 2013. Petunjuk Teknis

Pembuatan Pestisida Nabati. Bengkulu.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). 2016. Program Penyuluhan Pertanian (Data

Curah Hujan). Banua Lawas.

Distan TPH Kalsel. 2015. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman

Hortikultura. http://distantph.kalselprov.go.id/2014/06/30/luas-panen

produksi-dan-produktivitas-tanaman-hortikultura/. Diakses pada 10

November 2015.

Dewi, N.P.S.R., Eniek, K dan Pande K.S. 2015. Hubungan Kekerabatan 12

Kultivar Brokoli (Brassica oleracea L.) Berdasarkan Karakter Anatomi

Stomata. Universitas Udayana. Kampus Bukit Jimbaran. Bali. Jurnal

Simbiosis III (1): 291- 300.

Eldriadi, Y. 2011. Peran Berbagai Jenis Tanaman Tumpangsari dalam

Pengelolaan Hama Utama dan Parasitoidnya pada Kubis Bunga

Organik. (Skripsi). Universitas Andalas. Padang.

Eviati, Suparto dan Sulaeman. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan

Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Fatonah, S., Dwijowati S., Desi M., dan Dyah I. 2013. Penentuan Waktu

Pembukaan Stomata Pada Gulma Melastoma malabathricum L.

Universitas Riau. Pekanbaru Riau. Biospecies Vol. 6 No.2, Juli 2013, hal.

15-22

Fitriani, M. L. 2009. Budidaya Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceae var

botrytis L.) di Kebun Benih Hortikultura KBH Tawangmangu. (skripsi).

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Gomies, L., Nandissa, J., dan Rehatta, H., 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair RII

terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kubis Bunga (Brassica

oleraceae var botrytis L.). Universitas Pattimura. Ambon. Agrologia,

Vol. 1, April 2012, Hal. 13-20.

Hakimah, S. 2015. Pengaruh pupuk cair terhadap pertumbuhan, hasil dan

kualitas tiga varietas bunga kol (Brassica oleracea var. botrytis L.).

Skripsi. Fakultas Pertanian UNEJ. Jember.

Hanafiah, K. A. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers.

Palembang.

Page 42: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

30

Haryanti, S., dan Tetricina, M. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata

Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore.

Laboratorium Biologi. Vol. 11, No. 1, Hal. 11-16.

Intan, P. 2011. Tanah Podsolik. http://putroeintan.blogspot.co.id/. Diakses pada

10 November 2015.

Khoiri, A. M, Nurbaiti dan Sholikhin, R. 2014. Pemberian Urine Sapi terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Fakultas

Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta Vol.1 No.2

Laboraturium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 2016. Hasil Analisis

Tanah. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru.

Listyowati, A. A dan Sucipto. 2015. Pengaruh Penggunaan Pestisida Alami Hasil

Fermentasi Urine Sapi dan Empon-Empon terhadap Pertumbuhan

Tanaman Kubis (Brassica oleracea). Magelang.

Mardalena. 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus L.) terhadap Urine Sapi yang Telah Mengalami

Perbedaan Lama Fermentasi. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Marliah, A., Nurhayati., dan Risma R. 2013. Pengaruh varietas dan konsentrasi

pupuk mejemuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga

(Brassica oleraceae L.). Jurnal Floratek. 8: 118-126.

Murniati, Aslim. R dan Karya. R. 2014. Pengaruh Pemberian Urine Sapi yang

Difermentasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau

(Brassica rafa). Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta Vol.1

No.2

Murniati, N dan Safriyani, E. 2013. Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai Pupuk

Organik Cair Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Selada

(Lactuca sative L.). Jurnal silampari Fakultas Pertanian UNMURA vol. 2 edisi

1 – 02.

Naswir. 2003. Pemanfaatan Urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisi

Tanaman. http://soil.faperta.ugm.ac.id. Diakses 12 November 2015.

Nirmala, R., 2013. Pengaruh konsentrasi pupuk organic cair kosarine terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). Fakultas

pertanian. Universitas mulawarman. Samarinda. AgrinVol.17, No. 2.

Nofrianil, Widiyawati, I. Gromikora, N. Engelbert, M. 2011. Pengamatan

Agronomi Tanaman C3, C4 dan CAM. Skripsi. Institut Pertanian. Bogor.

Page 43: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

31

Nurahmi E., Hasinah H dan Mulyani., 2010. Pertumbuhan dan hasil bunga akibat

pemberian pupuk organic cair nasa dan zat pengatur tumbuhan harmonik.

Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Agrista Vol. 14 No. 1.

Parawansa, I. N. R., 2014. Interval waktu pemberian pupuk organic cair urine

sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat (Ipomoea

reptans Poir). Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Gowa. Jurnal

Agrisistem.vol. 10. No. 2.

PT. East West Seed Indonesia. 2011. Kubis Bunga Varietas PM 126 FI. PT. East

West Indonesia. http://www.eastwestindo.com. Diakses 10 November 2015.

Rohmat. 2009. Fermentasi Urine Sapi sebagai Pupuk Cair. http://biog-

suka.blogspot.com/2015/11/fermentasi-urine-sapi-sebagai-pupuk.html.

Diakses pada 10 November 2015.

Rosmarkam A, dan N. W. Yuwonu. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius. Yogyakarta..

Sari, M. P. 2009. Pengaruh Lama Perendaman dalam Urine Sapi dan Dosis

Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon

cablin, Benth). Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Simatupang, P. 2014. Pengaruh Dosis Kompos Paitan (Tithonia diversifolia)

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kol Bunga pada Sistem Pertanian

Organik. (Skripsi). Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Slaglan, Zairin Ahmad dan Z. Rahmi. 2003. Kesuburan dan Kesehatan Tanah.

Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-Api. 2014. Pupuk Urine

Organik. Kalimantan Timur.

Wibisono, A. W. 2010. PupukCair Urine Sapi. http://www.repository.unhas.ac.id.

Diakses 21 Desember 2015.

Page 44: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

32

LAMPIRAN

Page 45: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

33

Lampiran 1. Komposisi nilai gizi kubis bunga dalam tiap 100 g bahan.

Komposisi gizi Kubis Bunga

Kalori (cal.) 25,0 * ) 31,0 **)

Protein (g) 2,4 2,4

Lemak (g) 0,2 0,4

Karbohidrat (g) 4,9 6,1

Serat (g) - 0,6

Abu (g) - 0,8

Kalsium (mg) 22,0 34,0

Fosfor (mg) 72,0 50,0

Zat besi (mg) 1,1 1,0

Natrium (mg) - 8,0

Kalium (mg) - 314,0

Niacin (mg) - 0,7

Vitamin A (S.I.) 90,0 95,0

Vitamin B1 (mg) 0,1 0,1

Vitamin B2 (mg) - 0,1

Vitamin C (mg) 69,0 90,0

Air (gr) 91,7 90,3

Sumber : Rukmana (1994)

Page 46: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

34

Lampiran 2. Data luasan panen dan produksi kubis bunga tahun 2012-2014.

No Tahun Luasan panen

(Ha)

Produksi (Ton) Produktivitas

(Ton/ha)

1. 2012 8 18,90 2,36

2. 2013 7 17,5 2,50

3. 2014 2 2,7 1,35

Sumber : Distan TPH Kalsel (2015)

Page 47: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

35

Lampiran 3. Kandungan unsur hara pupuk cair urine sapi.

No Unsur Hara Kandungan Kriteria

1. N 4,60%* Sangat tinggi***

2. C 5,91%* Sangat tinggi***

3. P 0,74%* Sangat rendah***

4. K 21,82%* Tinggi***

5. Ph 7,2%* Netral***

6. Hormon :

Auksin a

Auksin b

IAA (hetero auksin)

Ada**

Ada**

Ada**

-

-

-

Sumber : * UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-api (2018)

** Supriadji (1985) dalam Sari (2009)

*** Eviati et al. (2005)

Page 48: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

36

Lampiran 4. Hasil Analisis Lahan.

No Parameter Hasil Analisis* Kriteria**

1. C- Organik (%) 1,437 Sangat rendah

2. pH H2O 5.93 Agak masam

3. N (%) 0,305 Sedang

4. P potensial (mg)/100gr) 48,615 Tinggi

5. K potensial (mg)/100gr) 28,252 Sangat tinggi

6. Mg (cmol(+)/kg) 5,905 Tinggi

Sumber : * Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (2016)

** Eviati et al. (2005)

Page 49: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

37

Lampiran 5. Deskripsi kubis bunga Varietas PM 126 F1

Tempat : Dataran rendah.

Umur panen : 45-50 hari setelah tanam.

Bobot/tanaman : > 1000 g.

Berat krop : 400-500 g.

Bentuk krop : Bentuk lengkungan.

Warna krop : Putih.

Produksi : 18-25 ton/ha.

Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2011).

Page 50: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

38

Lampiran 6. Denah tata letak satuan percobaan. T

B U

S

Keterangan :

u1, u2, u3, u4, u5, u6 : Perlakuan

I, II, III, IV : Kelompok

I II III IV

70 cm

50 cm

u1

u5 u2 u3

u3

u2

u4 u1 u2

u6

u5 u4

u4

u6

u5

u2

u1

u3

u6

u3

u4

u1

u6

u5

Page 51: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

39

Lampiran 7. Denah tata letak tanaman dalam satuan percobaan.

100 cm

160 cm

160 cm

Keterangan :

: Tanaman sampel

Jarak tanam : 40 cm x 40 cm

20 cm

20 cm X X X X

X X X X

40 cm

40 cm

X X X X

X X X X

X

Page 52: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

40

Lampiran 8. Hasil uji kehomogenan data pengamatan tanaman kubis bunga

No Pengamatan C-Tabel Chi-Hitung Keterangan

1. Tinggi tanaman 10 HST 11,07 2,4759 Data homogen

2. Tinggi tanaman 20 HST 11,07 1,8015 Data homogen

3. Tinggi tanaman 30 HST 11,07 9,5435 Data homogen

4. Jumlah daun umur 10 HST 11,07 4,3365 Data homogen

5. Jumlah daun umur 20 HST 11,07 9,3360 Data homogen

6. Jumlah daun umur 30 HST 11,07 8,8201 Data homogen

7. Umur tanaman saat berbunga 11,07 1,0441 Data homogen

8. Berat krop bunga segar

pertanaman

11,07 0,9636 Data homogen

9. Keliling krop bunga

pertanaman

11,07 1,6085 Data homogen

Keterangan : Nilai C-hitung <C-tabel, maka dianggap homogen

Page 53: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

41

Lampiran 9. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis

bunga umur 10 hst.

1. Data pengukuran tinggi tanaman kubis bunga 10 hst

Perlakuan

(U)

Kelompok jumlah Rata-rata

I II III IV

U1 11,75 15 13 16 55,75 13,94

U2 11 11 11,75 15,75 49,5 12,4

U3 13,5 12,75 12,5 11,25 50 12,5

U4 11 13,25 12 14,75 51 12,8

U5 10,75 12,25 10,75 14,5 48,25 12,06

U6 10,5 12,5 10,75 13,35 47,1 11,8

Jumlah 68,5 76,75 70,75 85,6 301,6 12,57

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah

F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

29,18

11,30

23,03

9,73

2,27

1,54

6,34**

1,48ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 63,55

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

** = berpengaruh sangat nyata

KK : 9,9 %

Page 54: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

42

Lampiran 10. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis

bunga umur 20 hst.

1. Data pengukuran tinggi tanaman kubis bunga 20 hst

Perlakuan

(U)

Kelompok jumlah Rata-rata

I II III IV

U1 15,25 16 18 23 72,25 18,06

U2 14,5 10,75 18,5 20,25 64 16

U3 17,25 11,5 13,5 16,25 58,5 14,63

U4 15,25 11,25 12,5 20,75 59,75 14,94

U5 15,5 11,5 17,25 19,25 63,5 15,88

U6 15,75 12 16,75 24,75 69,25 17,31

Jumlah 93,5 67 96,5 124,25 381,25 16,14

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

221,83

35,61

61,70

73,94

7,12

4,11

17,98**

1,73ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 319,12

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

** = berpengaruh sangat nyata

KK : 12,6 %

Page 55: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

43

Lampiran 11. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis

bunga umur 30 hst.

1. Data pengukuran tinggi tanaman kubis bunga 30 hst

Perlakuan

(U)

Kelompok jumlah rata-rata

I II III IV

U1 15,25 18,75 22 27,875 83,875 20,97

U2 13,5 17 22,125 23,625 76,25 19,06

U3 20,5 18,75 15,5 18,5 73,25 18,31

U4 16,75 9,5 16,5 24,25 67 16,75

U5 16 18,5 19 17,5 71 17,75

U6 16,75 10 21 27,75 75,5 18,88

Jumlah 98,75 92,5 116,125 139,5 446,875 18.62

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

221,56

40,54

223,97

73,85

8,11

14,93

4,95*

0,54ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 486,07

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

* = berpengaruh nyata

KK : 20,8 %

Page 56: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

44

Lampiran 12. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman

kubis bunga umur 10 hst.

1. Data pengukuran jumlah daun tanaman kubis bunga10 hst

Perlakuan

(U)

Kelompok Jumlah Rata-rata

I II III IV

U1 5,25 9 9,25 8,5 32 8

U2 4,75 7 6,25 8 26 6,5

U3 8,25 5,25 7,25 10,75 31,5 7,88

U4 5,75 6,75 6,75 7,75 27 6,75

U5 4,75 7,5 3,75 6,75 22,75 5,69

U6 5,25 7,5 6 6,5 25,25 6,31

Jumlah 34 40 37,25 48,25 164,5 6,85

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

19,65

15,33

25,71

6,55

3,07

1,84

3,57*

1,67ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 61,86

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

* = berpengaruh nyata

KK : 19,7 %

Page 57: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

45

Lampiran 13. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman

kubis bunga umur 20 hst.

1. Data pengukuran jumlah daun tanaman kubis bunga 20 hst

Perlakuan Kelompok

Jumlah Rata-rata I II III IV

U1 6,75 6 9,25 11,5 33,5 8,38

U2 7,25 7 8,25 7,75 30,25 7,56

U3 8 5,25 6 6 25,25 6,31

U4 8,5 6,75 6,75 8,5 30,5 7,63

U5 8,25 7,5 7 8,25 31 7,75

U6 7,25 7,5 8 10,25 33 8,25

Jumlah 46 40 45,25 52,25 183,5 7,65

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

8,67

9,33

19,72

2,89

1,87

1,41

2,05ns

1,32ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 37,41

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

* = berpengaruh nyata

KK : 15,5 %

Page 58: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

46

Lampiran 14. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman

kubis bunga umur 30 hst.

1. Data pengukuran jumlah daun tanaman kubis bunga 30 hst

Perlakuan Kelompok

Jumlah Rata-rata I II III IV

U1 6,25 7 9,5 14,5 37,25 9,31

U2 6,75 9,5 10,25 10 36,5 9,13

U3 8,25 7,5 7,75 6,25 29,75 7,44

U4 7 5,75 8,75 11,5 33 8,25

U5 7 9,25 9,25 6,75 32,25 8,06

U6 7 6,75 9,75 11,75 35,25 8,81

Total 42,25 45,75 55,25 60,75 204 8,5

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

37,86

9,11

54,14

12,62

1,82

3,61

3,50*

0,51ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 101,11

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

* = berpengaruh nyata

KK : 16,2 %

Page 59: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

47

Lampiran 15. Data hasil pengamatan dan analisis ragam umur tanaman

berbunga tanaman kubis bunga.

1. Data pengukuran umur tanaman saat berbunga

Perlakuan

(U)

Kelompok jumlah Rata-rata

I II III IV

U1 100,25 100,25 64,25 66,25 331 82,75

U2 109,5 106 73,25 75,5 364,25 91,01

U3 110,25 104 87 79,75 381 95,25

U4 97,5 104 66 73,75 341,25 85,31

U5 107,5 77,75 84 84 353,25 88,31

U6 103 102 80,25 76,5 361,75 90,44

Jumlah 632 601 454,75 455,25 2132,5 88,65

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

3882,16

394,94

929,15

1294,05

78,99

66,37

19,50**

1,19ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 5304,60

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

** = berpengaruh sangat nyata

KK : 8,9 %

Page 60: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

48

Lampiran 16. Data hasil pengamatan dan analisis ragam berat krop bunga

segar pertanaman.

1. Data pengukuran berat krop bunga segar pertanaman.

Perlakuan

(U)

Kelompok jumlah Rata-rata

I II III IV

U1 115,75 96,75 175,5 165 553 138,25

U2 93 97,5 160 155 505,5 126,38

U3 104,25 84,5 140 120 448,75 112,19

U4 81,5 81,5 143,5 130 436,5 109,13

U5 81,5 144 150,75 149,5 515,75 128,94

U6 84 94,75 174,25 108 461 115,25

Jumlah 560 599 944 827,5 2920,5 121,69

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

182,80

35,06

53,99

60,93

7,01

3,60

16,93**

1,95ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 271,85

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

** = berpengaruh sangat nyata

KK : 14,1 %

Page 61: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

49

Lampiran 17. Data hasil pengamatan dan analisis ragam keliling krop bunga

pertanaman.

1. Data pengukuran keliling krop bunga

Perlakuan

(U)

Kelompok jumlah Rata-rata

I II III IV

U1 28,25 28,5 37 35 128,75 32,19

U2 27 27,25 30,25 33,75 118,25 29,56

U3 26 28,5 30,75 31,5 116,75 29,19

U4 25,75 26,75 30 34 116,5 29,13

U5 25 33,75 34 34 126,75 31,69

U6 27,25 29,5 34,25 31,5 122,5 30,63

Jumlah 158,25 173,25 196,25 199,75 729,5 30,40

2. Data analisis ragam

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5% 1%

Kelompok

Perlakuan

Galat

3

5

15

182,80

35,06

53,99

60,93

7,01

3,60

16,93**

1,95ns

3,29

2,90

5,42

4,56

Total 23 271,85

Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata

** = berpengaruh sangat nyata

KK : 6,2 %

Page 62: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

50

Lampiran 18. Konfersi perhitungan hasil tanaman kubis bunga dalam ha.

1 ha : 100 m x 100 m

10.000 m2

Jarak tanam : 40 x 40 cm2

0,4 x 0,4 m2 = 0,16 m2

Berat tanaman rata-rata : 121,69 g

Mencari Populasi : Luas lahan

Jarak tanam

: 10.000 m2

0,16

62.500 populasi

Produksi tanaman : ԑ populasi x berat rata-rata

: 62.500 x 121,69 g

: 7605625 g

: 7605,625 kg

: 7,6 ton/ha

Page 63: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

51

Lampiran 20. Dokumentasi penelitian tanaman kubis bunga di Desa Hariang

Kecamatan Banua Lawas.

Gambar b. Bibit kubis bunga

Page 64: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

52

Gambar c. Pembuatan bedengan

Gambar d. Penanaman

Page 65: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

53

Gambar e. Penyemprotan urine sapi sebagai perlakuan

Gambar f. Pengamatan

Page 66: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

54

Gambar g. Penutupan massa bunga

Gambar h. Pemanenan kubis bunga

Page 67: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

55

Gambar i. Pengamatan

Page 68: LAPORAN - lp2m.stiperamuntai.ac.id

56

Gambar k. Hasil penelitian kubis bunga