laporan - lp2m.stiperamuntai.ac.id
TRANSCRIPT
LAPORAN
PENELITIAN
EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK CAIR
URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. botrytis L.)
Ketua Tim Peneliti
Nur Hafizah, S. Hut., MP (NIDN. 0029097602)
Dibiayai oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
Tahun 2018
sesuai dengan
Kontrak Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian
Nomor : 02/LPPM-STIPER AMT/KP/VI/2018, 11 Juni 2018
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AMUNTAI
AGUSTUS 2018
LAPORAN
PENELITIAN
EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK CAIR
URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. botrytis L.)
Ketua Tim Peneliti
Nur Hafizah, S. Hut., MP (NIDN. 0029097602)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AMUNTAI
AGUSTUS 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Efektivitas Berbagai Konsentrasi Pupuk Cair
Urine Sapi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kubis Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.) Peneliti / Pelaksana
a. Nama Lengkap : Nur Hafizah, S. Hut., MP
b. NIP : 19760929 200501 2 002
c. Jabatan Fungsional : Lektor 300
d. Program Studi : Agroteknologi
e. Nomor HP : +6281251369009
f. Surat (e-mail) : fifi [email protected]
Anggota Peneliti (1)
Nama : Anita
NIDN :
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
Institusi Mitra (jika ada) :
Nama Institusi Mitra :
Alamat
Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan
Biaya Tahun Berjalan
Biaya Keseluruhan
:
:
:
2018
Rp. 5.000.000,00
Amuntai, Agustus 2018
Mengetahui Ketua Peneliti
Ketua STIPER Amuntai
(Dr. Ir. H. Ahmad Suhaimi, DEA) (Nur Hafizah, S. Hut., MP)
NIP. 19660912 1992031 1 005 NIP. 19760929 200501 2 002
Menyetujui,
Ketua LPPM STIPER Amuntai
(Murjani, SP., MS)
NIDN. 1103047501
RINGKASAN
Kubis bunga (Brassica olaraceae var. Botrytis L.) merupakan salah satu
komoditas sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek tinggi di Indonesia,
karena tanaman ini mempunyai peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan
pangan, pakan dan industri dalam negeri. Untuk meningkatkan mutu dan hasil
kubis bunga beberapa hal perlu diperhatikan antara lain penyediaan hara bagi
tanaman melalui pemupukan, salah satunya urine sapi sebagai pupuk cair organik
sebagai solusi dan alternatif untuk mendapatkan hasil yang optimal di lahan
podsolik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi pupuk cair urine
sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2018, bertempat di Desa Hariang
Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yang
terdiri dari 6 taraf dengan 4 kelompok. Faktor yang diuji adalah konsentrasi
pemberian pupuk cair urine sapi terdiri dari :5 cc.l-1 (u1), 10 cc.l-1 (u2), 15 cc.l-1
(u3), 20 cc.l-1 (u4), 25 cc.l-1 (u5) dan 30 cc.l-1 (u6). Hasil penelitian menunjukkan
pemberian pupuk cair urine sapi dengan berbagai konsentrasi tidak berpengaruh
terhadap peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur tanaman
saat berbunga, berat krop segar pertanaman dan keliling bunga pertanaman.
Kata kunci : Kubis bunga, urine sapi, konsentrasi.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karuniaNyalah sehingga penelitian dengan judul “Efektivitas Berbagai
Konsentrasi Pupuk Cair Urine Sapi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis
Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.)” ini dapat selesai.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan
kepada :
1. Anita, atas kesediaan dan kerjasama sebagai anggota peneliti.
2. Bapak Murjani, SP., MS sebagai ketua Lembaga Penelitian STIPER Amuntai,
atas persetujuannya dalam pengajuan proposal penelitian serta pelaksanaan
penelitian di lapangan
3. Semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan
dengan baik
Akhirnya semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Amuntai, Agustus 2018
Ketua Peneliti,
Nur Hafizah, S. Hut., MP
NIP. 19760929 200501 2 002
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1 Botani, Sistematika, dan Morfologi Tanaman Kubis Bunga ... 5
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kubis Bunga ................................... 6
2.3 Lahan Podsolik ........................................................................ 7
2.4 Pupuk Cair Urine Sapi ............................................................. 7
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................... 10
3.1 Tujuan Penelitian ................................................................... 10
3.2 Manfaat Penelitian ................................................................. 10
BAB IV. METODE PENELITIAN ........................................................ 11
4.1 Tempat dan Waktu ................................................................... 11
4.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 11
4.3 Rancangan Percobaan .............................................................. 12
4.4 Pelaksanaan Percobaan ............................................................ 12
4.5 Peubah Pengamatan ................................................................. 15
4.6 Analisis Data ............................................................................ 15
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 17
5.1 Hasil .................................................................................. 17
Tinggi tanaman ........................................................ 17
Jumlah Daun ............................................................ 17
Umur Berbunga ........................................................ 18
Berat Krop ................................................................ 19
Keliling Krop Bunga ................................................ 19
5.2 Pembahasan ........................................................................... 20
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 28
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 28
6.2 Saran .................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 29
LAMPIRAN ........................................................................................... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk cair urine sapi sebanyak 6
taraf perlakuan dan 4 kelompok............................................................ 12
2. Analisis ragam untuk setiap peubah yang diamati ............................... 16
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman kubis bunga terhadap
pemberian pupuk cair urine sapi .......................................................... 17
2. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga terhadap
pemberian pupuk cair urine sapi ......................................................... 18
3. Grafik rata-rata umur berbunga tanaman kubis bunga terhadap
berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi .......................................... 18
4. Grafik rata-rata berat krop kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi
pupuk cair urine sapi ............................................................................ 19
5. Grafik rata-rata keliling krop kubis bunga terhadap berbagai
konsentrasi pupuk cair urine sapi. ........................................................ 20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Komposisi nilai gizi kubis bunga dalam tiap 100 g bahan ............... 33
2. Data luasan panen dan produksi kubis bunga tahun 2012-2014 ....... 34
3. Kandungan unsur hara pupuk cair urine sapi .................................... 35
4. Hasil analisis lahan ............................................................................ 36
5. Deskripsi tata letak kubis bunga Varietas PM 126 F1 ...................... 37
6. Denah tata letak satuan percobaan .................................................... 38
7. Denah tata letak tanaman dalam satuan percobaan ........................... 39
8. Hasil uji kehomogenan data pengamatan tanaman kubis bunga...... . 40
9. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis
bunga umur 10 hst. ............................................................................ 41
10. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis
bunga umur 20 hst............................................................................ 42
11. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis
bunga umur 30 hst............................................................................. 43
12. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman
kubis bunga umur 10 hst................................................................... 44
13. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman
kubis bunga umur 20 hst................................................................... 45
14. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman
kubis bunga umur 30 hst................................................................... 46
15. Data hasil pengamatan dan analisis ragam umur berbunga tanaman
kubis bunga....................................................................................... 47
16. Data hasil pengamatan dan analisis ragam berat krop bunga segar
pertanaman ....................................................................................... 48
17. Data hasil pengamatan dan analisis ragam keliling krop bunga
pertanaman ....................................................................................... 49
18. Konfersi perhitungan hasil tanaman kubis bunga dalam hektar....... 50
19. Dokumentasi penelitian........................................................................... 51
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kubis bunga (Brassica olaraceae var. botrytis L.) termasuk salah satu
jenis tanaman sayur-sayuran dan yang berasal dari daerah subtropis yang
mempunyai arti ekonomi penting, yang meliputi spesies yang menghasilkan
sayuran daun, kuncup, bunga, batang, ubi dan minyak dari bijinya. Kubis bunga
merupakan jenis sayuran yang mengandung gizi lengkap, sehingga baik
dikonsumsi untuk memenuhi gizi masyarakat. Kubis bunga mempunyai peranan
penting bagi kesehatan manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang
sangat dibutuhkan tubuh, sehingga permintaan terhadap sayuran ini terus
meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga dapat membantu pencernaan,
menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang air besar. Menurut Rukmana
(1994), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g kubis bunga adalah kalori
(25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 mg), fosfor (72,0
mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1 (0,1 mg), vitamin C
(69,0 mg) dan air (91,7 g). Data lengkap kandungan gizi kubis bunga dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Kubis bunga juga mengandung sejumlah senyawa sianohidrosibutena
(CHB), sulfran, dan iberin yang membantu merangsang pembentukan glutation,
zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun di dalam tubuh manusia
(Aagusku, 2007 dalam Eldriadi, 2011).
Produktivitas kubis bunga di Tabalong pada tahun 2012 sebesar 2,36
ton.ha-1 dengan luasan panen mencapai 8 ha dan produksi 18,90 ton. Pada tahun
2013 produktivitas sebesar 2,50 ton.ha-1 dengan luasan panen 7 ha dan produksi
17,5 ton serta pada tahun 2014 produktivitas 1,35 ton.ha-1 dengan luas lahan 2 ha
dan hasil produksi 2,7 ton (Distan TPH Kalsel, 2015).
Tanah podsolik merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan sedang.
Tanah podsolik mempunyai karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir
dengan pH rendah serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang
tinggi. Karakteristik lain yang dapat ditemui pada tanah podsolik adalah daya
simpan unsur hara sangat rendah karena bersifat lempung yang beraktivitas
2
rendah, kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg rendah, kadar bahan-bahan
organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan penyimpanan air
sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan. Perbaikan sifat fisika tanah
ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan sifat ketahanan daya penyimpanan air.
Sementara itu, perbaikan sifat kimiawinya bisa dilakukan dengan memperbaiki
kandungan unsur hara yang ada dalam tanah (Intan, 2011).
Hasil analisis tanah di Desa Hariang Kecamatan Banua Lawas Kabupaten
Tabalong yaitu kandungan C-Organik (%) 1,437 termasuk sangat rendah, pH
(H2O) 5,93 termasuk kategori agak masam, N (%) 0,305 sedang, P potensial
(mg/100 g) 48,615 tinggi, Mg (cmol(+)/kg) 5,905 tinggi dan K potensial (mg/100
g) sangat tinggi (Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, 2016).
Untuk meningkatkan mutu dan hasil kubis bunga beberapa kendala perlu
diperhatikan antara lain penyediaan hara bagi tanaman melalui pemupukan.
Pemupukan secara organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani
hara yang sudah ada di tanah sehingga membentuk partikel ion yang mudah
diserap oleh akar tanaman (Simalango, 2009 dalam Gomies, 2012).
Pupuk organik ada dua macam, yaitu pupuk organik padat dan pupuk
organik cair. Tidak semua pupuk organik cair terbuat dari urine sapi. Sejak dahulu
kala, daging, kulit, serta kotoran sapi memang termasuk komoditi yang telah
terbukti mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kini urine sapi ternyata telah
mulai menjadi komoditi berharga yaitu sebagai pupuk cair organik (Wibisono,
2010). Pembuatan pupuk cair dari urine sapi cukup mudah dan tidak
membutuhkan waktu lama, bahan mudah didapat, biayanya relatif murah, serta
baik untuk tanaman. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanah
dan tanaman seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-
bungaan (Rohmat, 2009). Menurut UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi
Buatan Api-api (2014) pupuk cair urine sapi memiliki kandungan Nitrogen
4,60%, Phospor 0,74%, Kalium 21,82%, Carbon 5,91%, pH 7,2% serta
mengandung hormon auksin dan untuk jenis sayur-sayuran seperti bayam, selada,
kobis, cabe, wortel, bawang dan lain-lain dengan pemberian dosis yaitu 10 cc.l-1
air dengan interval pemberian 1 minggu sekali.
3
Berdasarkan hasil penelitian Listyowati dan Sucipto (2015), pengaruh
penggunaan pestisida alami hasil fermentasi urine sapi dan empon-empon
menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05) pada jumlah serangan hama, berbeda
sangat nyata (P < 0,01) pada produksi tanaman kubis, dan tidak berbeda nyata
pada jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah serangan penyakit. Penggunaan
pestisida yang paling baik t3 yaitu dengan dosis 70cc.14 l-1.
Khoiri et. al. (2014) hasil dalam penelitiannya pada tanaman sawi
memaparkan bahwa pemberian urine sapi pada konsentrasi 29 cc.l-1 air merupakan
konsentrasi yang terbaik untuk semua parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, volume akar, berat segar tanaman serta berat tanaman layak konsumsi.
Murniati (2014) dengan konsentrasi 20% - 40 % memberikan pertumbuhan
dan hasil tanaman sawi hijau terhadap pemberian urine sapi yang difermentasi
meningkatkan nilai semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, volume akar, berat konsumsi tanaman per tanaman dan berat segar
produksi tanaman sawi per plot.
Hasil penelitian Murniati dan Safriyani (2013) pada tanaman selada
menunjukkan bahwa secara umum perlakuan pupuk organik cair urine sapi
berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Dari peubah yang
diamati terlihat bahwa tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan p5 = 1,5
ml.l-1, daun terbanyak dan berangkasan basah tertinggi pada perlakuan p2 = 0,75
ml.l-1, biomas berangkasan kering terberat dan indek panen terbesar pada
perlakuan p3 = 1 ml.l-1.
Dari latar belakang tersebut penulis telah melakukan penelitian tentang
respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica oleracea var.
botrytis L.) terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi pada lahan
podsolik.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti adalah :
1. Bagaimana respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica
oleracea var. botrytis L.) terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi
pada lahan podsolik ?
4
2. Berapakah konsentrasi terbaik pupuk cair urine sapi yang mampu
memperlihatkan respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica
oleracea var. botrytis L.) pada lahan podsolik ?
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani, Sistematika dan Morfologi Kubis Bunga
Kubis bunga merupakan salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis-
kubisan (Cruciferae). Bagian yang dikonsumsi jenis sayuran ini adalah massa
bunganya atau disebut “Curd”. Massa bunga kubis bunga umumnya berwarna
putih bersih atau putih kekuning-kuningan. Dalam klasifikasi tumbuhan, kubis
bunga di deskripsikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae var. botrytis L.
Seperti tanaman yang lainnya, tanaman kubis bunga mempunyai bagian -
bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
Kubis bunga memiliki perakaran tunggang (radix primaria) dan akar
serabut. Akar tunggang tumbuh ke pusat bumi (kearah dalam), sedangkan akar
serabut tumbuh ke arah samping (horizontal), menyebar, dan dangkal (20 cm-30
cm). Dengan perakaran yang dangkal tersebut, tanaman akan dapat tumbuh
dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porous. Kubis bunga
memiliki batang yang pendek, daunnya membentuk bujur telur atau panjang
bergerigi membentuk celah - celah yang menyirip agak melengkung (Rubazky
dan Yamaguchi, 2001 dalam Simatupang, 2014). (Sugeng, 1981 dalam Fitriani
2009) menambahkan daun tersebut berwarna hijau dan tumbuh berselang - seling
pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang agak panjang dengan pangkal
daun yang menebal dan lunak. Daun - daun yang tumbuh pada pucuk batang
sebelum massa bunga tersebut berukuran kecil dan melengkung ke dalam
melindungi bunga yang sedang atau mulai tumbuh. Sedangkan bijinya terbentuk
dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun
6
penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu. Biji-biji tersebut dapat
dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001 dalam Fitriani,
2009).
Kubis bunga merupakan tanaman dataran tinggi yang bunganya padat,
yang tersusun atas rangkaian bunga–bunga kecil bertangkai pendek. Bunga
membentuk bagian padat berwarna putih dan putih, diameternya dapat mencapai
30 cm. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah massa bunganya atau
disebut dengan curd atau kepala yang terdiri atas 5000 kuntum bunga atau lebih
dengan tangkai bunga yang pendek sehingga terlihat membulat dan lunak tebal
(Rukmana, 1994).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kubis Bunga
Syarat tumbuh tanaman kubis bunga dalam budidaya tanaman kubis bunga
adalah sebagai berikut :
Pada mulanya kubis bunga dikenal sebagai tanaman sayuran daerah yang
beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di daerah
dataran tinggi antara 1000 – 2000 m dari atas permukaan laut (dpl) yang suhu
udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan
dan produksi sayuran ini antara 150 C – 180
C, dan maksimum 240 C (Rukmana,
1994).
Kubis bunga termasuk tanaman yang sangat peka terhadap temperatur
terlalu rendah ataupun terlalu tinggi, terutama pada periode pembentukan bunga.
Bila temperatur terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya pembentukan
bunga sebelum waktunya. Sebaliknya pada temperatur yang terlalu tinggi, dapat
menyebabkan tumbuhnya daun - daun kecil pada massa bunga (curd) (Pracaya,
2000 dalam Fitriani 2009).
Tanaman kubis bunga cocok ditanam pada tanah lempung berpasir, tetapi
toleran terhadap tanah ringan seperti andosol. Namun syarat yang paling penting
keadaan tanahnya subur, gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek
(menggenang), kisaran pH antara 5,5 – 6,5 dan pengairannya cukup memadai.
Pada tanah asam (pH di bawah 5), pertumbuhan kubis bunga sering kali tidak
7
normal (abnormal) karena kekurangan unsur hara Magnesium, Molibdenom dan
Boron (Rukmana, 1994).
2.3 Lahan Podsolik
Lahan podsolik merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan sedang.
Tanahnya berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah podsolik mempunyai
karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir dengan pH rendah serta memiliki
kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi. Karakteristik lain yang dapat
ditemui pada tanah podsolik adalah daya simpan unsur hara sangat rendah karena
bersifat lempung yang beraktivitas rendah, kejenuhan unsur basa seperti K, Ca,
dan Mg, rendah sehingga tidak memadai untuk tanaman semusim, kadar bahan-
bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan
penyimpanan air sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan.
Perbaikan sifat fisika tanah ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan sifat
ketahanan daya penyimpanan air. Sementara itu, perbaikan sifat kimiawinya bisa
dilakukan dengan memperbaiki kandungan unsur hara yang ada dalam tanah.
Tanah podsolik pada umumnya terletak pada daerah yang memiliki iklim basah
dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun dan banyak terdapat di daerah-
daerah dengan topografi pegunungan. Tanah podsolik dilihat dari sifat fisik dan
kimia merupakan tanah yang miskin unsur hara sehingga diperlukan suatu usaha
untuk memperbaiki kondisi tanah tersebut. Perbaikan tanah podsolik bisa
dilakukan dengan pemberian pupuk, baik pupuk padat maupun pupuk cair (Intan,
2011).
2.4 Pupuk Cair Urine Sapi
Urine sapi mengandung berbagai senyawa dalam bentuk terlarut yang
dihasilkan oleh ginjal. Urine merupakan produk uraian dari protein didalam tubuh
(Dwijoseputro, 1992 dalam Sari 2009). Urine sapi mengandung auksin sebagai
salah satu zat yang terkandung didalam makanan hijau yang tidak tercerna dalam
tubuh sapi dan akhirnya terbuang bersama urine sapi. Kadar auksin urine sapi
betina lebih tinggi daripada sapi jantan (Supriadji dan Harsono, 1985 dalam Sari
2009).
8
Urine sapi sering juga disebut pupuk organik cair. Urine sapi mengandung
unsur hara N, P, K dan bahan organik, yang berperan memperbaiki struktur tanah.
Urine sapi dapat langsung digunakan langsung sebagai pupuk baik sebagai pupuk
dasar maupun pupuk susulan. Kandungan nitrogen urine sapi mempengaruhi dua
arah pertumbuhan tanaman yaitu vegetatif dan generatif. Untuk tanaman dengan
tipe pertumbuhan dan pembungaan indeterminet atau pertumbuhan vegetatif terus
berlangsung, penambahan urine sapi sampai batas tertentu dapat mengaktifkan
proses pemanjangan, pembesaran dan pembelahan sel pada tunas-tunas apikal
pada tanaman mentimun (Sutanto dan Phrimantoro, 2002 dalam Mardalena,
2007).
Urine sapi memang memiliki bau yang khas dan tidak sedap, namun bagi
petani manfaatnya jauh lebih besar dari pada baunya. Urine sapi bersifat menolak
hama atau penyakit pada tanaman. Fermentasi urine sapi secara ilmiah
mengandung zat pengatur tumbuh yaitu auxin. Fungsi auxin pada tanaman antara
lain merangsang pertumbuhan dan mempertinggi persentase timbulnya bunga dan
buah, mendorong partenokarpi yaitu suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa
fertilisasi atau penyerbukan, mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya, serta
mematahkan dominasi pucuk atau apikal yaitu suatu kondisi dimana pucuk
tanaman atau akar tidak mau berkembang. Fermentasi urine sapi yang
diaplikasikan pada tanaman sangat menguntungkan petani karena dari segi biaya
murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk kimia. Fermentasi
urine sapi dapat dipergunakan untuk sayuran dan hortikultura, biasanya fermentasi
urine sapi diaplikasikan lewat daun (Naswir, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Listyowati dan Sucipto (2015), pengaruh
penggunaan pestisida alami hasil fermentasi urine sapi dan empon-empon
menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05) pada jumlah serangan hama, berbeda
sangat nyata (P < 0,01) pada produksi tanaman kubis, dan tidak berbeda nyata
pada jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah serangan penyakit. Penggunaan
pestisida yang paling baik t3 yaitu dengan dosis 70cc.14 l-1.
Khoiri et. al. (2014) hasil dalam penelitiannya pada tanaman sawi
memaparkan bahwa pemberian urine sapi pada konsentrasi 29 cc.l-1 air merupakan
9
konsentrasi yang terbaik untuk semua parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, volume akar, berat segar tanaman serta berat tanaman layak konsumsi.
Murniati (2014) dengan konsentrasi 20% - 40 % memberikan pertumbuhan
dan hasil tanaman sawi hijau terhadap pemberian urine sapi yang difermentasi
meningkatkan nilai semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, volume akar, berat konsumsi tanaman per tanaman dan berat segar
produksi tanaman sawi per plot.
Hasil penelitian Murniati dan Safriyani (2013) pada tanaman selada
menunjukkan bahwa secara umum perlakuan pupuk organik cair urine sapi
berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Dari peubah yang
diamati terlihat bahwa tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan p5 = 1,5
ml.l-1, daun terbanyak dan berangkasan basah tertinggi pada perlakuan p2 = 0,75
ml.l-1 biomas berangkasan kering terberat dan indek panen terbesar pada
perlakuan p3 = 1 ml.l-1.
10
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica
oleracea var. botrytis L.) terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi
pada lahan podsolik.
2. Mendapatkan konsentrasi terbaik dari berbagai macam pupuk urine sapi
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica oleracea var.
botrytis L.) pada lahan podsolik.
3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi penulis, civitas
akademis, petani dan dinas terkait guna meningkatkan produktivitas tanaman
kubis bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.) dengan pemberian konsentrasi
urine sapi yang tepat pada lahan podsolik.
11
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Hariang Kecamatan Banua
Lawas Kabupaten Tabalong yang dimulai dari bulan Maret sampai Juni 2018.
4.2 Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Cangkul. Digunakan untuk menggemburkan tanah.
Parang. Digunakan untuk membersihkan gulma gulma di sekitar tanaman.
Hand Sprayer. Digunakan untuk menyemprotkan pupuk cair urine sapi.
Pipet tetes. Untuk mengukur pupuk cair urine sapi yang digunakan sebagai
perlakuan dalam penelitian..
Gembor. Digunakan untuk menyiramkan air ke tanaman.
Meteran. Digunakan untuk mengukur luas lahan, jarak tanam, dan bagian
tanaman yang menjadi parameter penelitian.
Sungkup/naungan. Digunakan untuk menaungi tempat persemaian benih
kubis bunga.
Neraca Analitik. Digunakan untuk menimbang hasil panen kubis bunga.
Alat tulis. Digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
Alat dokumentasi. Digunakan untuk mendokumentasikan penelitian.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tanah podsolik. Sebagai media pertumbuhan kubis bunga. Hasil analisis
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Benih kubis bunga. Benih yang digunakan adalah Varietas PM 126 F1.
Deskripsi dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pupuk cair urine sapi. Digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian yang
di produksi oleh UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-api.
Aquades. Untuk pengenceran perlakuan.
12
Polybag kecil. Digunakan sebagai tempat persemaian kubis bunga.
Air. Digunakan untuk menyiram tanaman.
4.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal, dengan pengelompokan berdasarkan
tinggi bibit. Perlakuan yang diteliti adalah berbagai konsentrasi dari pupuk cair
urine sapi (U) yang terdiri dari 6 taraf, yaitu:
u1 = 5 cc.l-1
u2 = 10 cc.l-1
u3 = 15 cc.l-1
u4 = 20 cc.l-1
u5 = 25 cc.l-1
u6 = 30 cc.l-1
Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 24 satuan
percobaan dengan 4 tanaman sampel untuk setiap satuan percobaan.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan konsentrasi pupuk cair urine sapi sebanyak 6 taraf
perlakuan dan 4 kelompok
Perlakuan Kelompok
I II III IV
u1 u1.I u1.II u1.III u1.IV
u2 u2.I u2.II u2.III u2.IV
u3 u3.I u3.II u3.III u3.IV
u4 u4.I u4.II u4.III u4.IV
u5 u5.I u5.II u5.III u5.IV
u6 u6.I u6.II u6.III u6.IV
4.4 Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Percobaan. Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan
persiapan seperti pengukuran lahan, pembuatan naungan, pengadaan bibit,
pengadaan pupuk cair urine sapi, bahan-bahan dan peralatan lainnya yang
dianggap perlu.
13
Penyemaian benih. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan polybag
kecil yang diisi tanah topsoil. Sebelum disemai benih kubis bunga sebaiknya
direndam dulu dalam air dingin selama ± 12 jam. Tujuan perlakuan ini, agar benih
cepat berkecambah dan pertumbuhannya seragam. Persemaian dilakukan pada
sore hari yaitu dengan menanam benih pada media semai dengan kedalaman 1 cm,
kemudian ditutup tipis dengan tanah. Penyiraman dilakukan pagi dan sore. Untuk
menghindari sinar matahari langsung, tempat persemaian diberi atap sebagai
naungan.
Pembersihan tempat penelitian. Membersihkan lokasi penelitian dari
gulma yang dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pengolahan tanah. Tanah diolah menggunakan cangkul dengan kedalaman
20-30 cm kemudian buat petakan dengan ukuran 160 x 160 cm, jarak antar
petakan 50 cm dan antar kelompok 70 cm. Denah tata letak satuan percobaan pada
Lampiran 6.
Penanaman. Memilih benih kubis bunga yang pertumbuhannya baik dan
sehat yang dicirikan dengan penampakan yang prima, seperti pertumbuhan
normal, batang besar, tidak cacat, tidak rusak, terlihat segar dan tidak terserang
penyakit. Bibit kubis bunga yang disemai dapat langsung dipindahkan ke tempat
penanaman setelah berumur 23-28 hari atau telah berdaun sejati minimum 3-4
helai daun. Penanaman dilakukan dengan merobek bagian polybag dan langsung
dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sudah disiapkan dengan cara berhati-
hati agar keadaan akar dan tanaman tidak rusak. Penanaman dilakukan pada sore
hari antara pukul 15.00-17.00 WITA. Denah tata letak tanaman sampel pada
Lampiran 7.
Penyemprotan pupuk urine sapi. Penyemprotan dilakukan pada daun
dengan pupuk urine sapi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada umur 10, 20, dan
30 hari setelah tanam, dengan konsentrasi yang berbeda sesuai perlakuan.
Penyemprotan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 WITA.
Pemeliharaan Tanaman. Kegiatan pokok pemeliharaan dalam budidaya
tanaman kubis bunga meliputi tahapan penyulaman, penyiraman, penyiangan dan
penggemburan tanah, penutupan massa bunga (curd), pengendalian hama dan
penyakit.
14
a. Penyulaman. Dilakukan jika terdapat tanaman yang tidak tumbuh atau
mati dengan cara mencabut dan mengganti dengan benih kubis bunga yang
baru, dilakukan minimal 1 minggu setelah tanam.
b. Penyiraman. Kubis bunga mempunyai sistem perakaran yang dangkal
sehingga perlu pengairan yang rutin, terutama dimusim kemarau. Hal yang
terpenting adalah menjaga agar tanah tidak kering atau kekurangan air.
Waktu pemberian air sebaiknya pagi atau sore hari.
c. Penyiangan dan penggemburan tanah. Penyiangan dilakukan apabila
didapati gulma disekitar tanaman dan penggemburan dilakukan bersamaan
dengan penyiangan.
d. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian dilakukan jika terdapat
tanda-tanda serangan hama atau penyakit yaitu membuat larutan pestisida
alami yang disemprotkan ke tanaman.
e. Penutupan Massa Bunga (Curd)
Kegiatan penutupan massa bunga dilakukan khusus pada budidaya
tanaman kubis bunga. Massa bunga ditutup dengan daunnya, penutupan
massa bunga ini bertujuan untuk menghindari massa bunga dari pengaruh
sinar matahari secara langsung, sehingga massa bunga tetap berwarna
putih bersih dan berkualitas baik. Massa bunga yang tidak ditutup dan
terkena sinar matahari secara langsung akan berkualitas rendah, yaitu
berbercak - bercak atau berbintik – bintik coklat kehitaman dan mudah
rusak. Penutupan tersebut dilakukan setelah terbentuknya massa bunga
sebesar telur ayam.
Pemanenan. Pemanenan merupakan kegiatan memetik hasil produksi
tanaman yang dilakukan pada umur yang tepat. Pada tanaman kubis bunga bagian
tanaman yang dipetik sebagai hasil panen yang utama adalah massa bunganya.
Pada pemanenan kubis bunga harus diperhatikan umur panen tanaman, umumnya
pada umur 50 – 60 HST. Cara pemanenan massa kubis bunga sangat sederhana,
yaitu dengan memotong tangkai bunga bersama dengan batang dan daun -
daunnya dengan menggunakan sabit atau pisau. Pemotongan sebagian batang dan
daun - daunnya hendaknya dilakukan jangan terlalu dekat dengan tangkai
bunganya, yaitu sepanjang kurang lebih 25 cm atau mendekati permukaan tanah
15
(pangkal batang). Waktu pemanenan kubis bunga yang baik adalah pagi atau sore
hari saat cuaca yang cerah (tidak mendung atau hujan).
4.5 Peubah Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan dan hasil yang
meliputi:
Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diamati pada tanaman berumur 10,
20, dan 30 HST, dengan cara mengukur tanaman mulai dari pangkal batang
sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran.
Jumlah daun (helai). Jumlah daun dihitung pada umur 10, 20, dan 30
HST.
Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna dengan satuan
helai.
Umur tanaman saat berbunga. Diamati pada saat bunga mekar. Satuan
dalam HST.
Berat krop bunga segar pertanaman (g). Berat bunga segar pertanaman
dihitung dengan cara menimbang bunga-bunga yang dipanen.
Keliling krop bunga pertanaman (cm). Dihitung dengan menggunakan
meteran yang dilingkarkan di sekeliling krop bunga.
4.6 Analisis Data
Model linier aditif yang digunakan untuk menganalisa setiap peubah yang
diamati adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj + ԑij
Dimana
i : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 (perlakuan konsentrasi pupuk urine sapi)
j : 1, 2, 3, dan 4 (banyak kelompok)
Yij : respon satuan percobaan yang menerima perlakuan ke-i pada
pengamatan (kelompok) ke-j
µ : nilai tengah umum
αi : pengaruh faktor perlakuan ke-i
16
βj : pengaruh kelompok ke-j
ԑij : pertambahan karena pengaruh galat acak percobaan yang
menerima perlakuan ke-i pada kelompok ke-j.
Berdasarkan model linier aditif yang digunakan, maka dibentuk analisis
ragam seperti pada Tabel 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan
yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman kubis bunga, maka dilakukan uji
kehomogenan ragam barlett pada taraf 1%, kemudian analisis ragam pada peubah
yang diamati dengan menggunakan uji F pada taraf 5% dan 1%.
Apabila hasil analisis ragam berpengaruh sangat nyata atau nyata, maka
untuk mengetahui tingkat perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik dilakukan
uji beda tengah dengan menggunakan uji Beda Nyata Duncan (DMRT) Pada taraf
uji 5% (Hanafiah, 2005).
Tabel 2. Analisis ragam untuk setiap peubah yang diamati.
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
JKK
JKP
JKG
JKK/dbK
JKP/dbP
JKG/dbG
KTK/KTG
KTP/KTG
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 JKT
17
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis bunga
umur 10, 20 dan 30 hst dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, dan 11. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh
terhadap tinggi tanaman. Untuk grafik rata-rata tinggi tanaman kubis bunga
terhadap pemberian pupuk cair urine sapi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman kubis bunga
terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.
Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan umur 10, 20 dan 30 HST
bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi yaitu
20,97 cm.
Jumlah daun
Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman kubis
bunga umur 10, 20 dan 30 HST dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, dan 14. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair urine sapi tidak
berpengaruh terhadap jumlah daun kubis bunga.
Untuk grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga terhadap
pemberian pupuk cair urine sapi dapat dilihat pada Gambar 2.
13,9412,4 12,5 12,8 12,06 11,8
18,0616
14,63 14,94 15,917,3
20,9719,06 18,31
16,7517,75
18,9
0
5
10
15
20
25
5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc
Tin
gg
i ta
na
ma
n k
ub
is b
un
ga
(cm
)
Perlakuan
10 HST
20 HST
30 HST
18
Gambar 2. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga terhadap
berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.
Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan umur 10, 20 dan 30 HST
bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu 9,3
helai.
Umur berbunga
Data hasil pengamatan dan analisis ragam umur berbunga tanaman kubis
bunga dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap umur berbunga
tanaman kubis bunga.
Grafik umur berbunga tanaman kubis bunga terhadap pemberian pupuk
cair urine sapi disajikan Gambar 3.
8
6,5
7,8
6,7
5,76,3
8,4
7,6
6,3
7,6 7,88,3
9,3 9,1
7,4
8,3 8,18,8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc
Jum
lah
dau
n tan
aman
ku
bis
bu
ng
a
(hel
ai)
Perlakuan
10 HST
20 HST
30 HST
82,75
91,01
95,25
85,31
88,31
90,44
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc
Um
ur b
erb
un
ga t
an
am
an
ku
bis
bu
nga (
hst
)
Perlakuan
Umur Berbunga
19
Gambar 3. Grafik rata-rata umur berbunga tanaman kubis bunga terhadap
berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.
Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan umur berbunga tanaman
kubis bunga bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata umur berbunga
tercepat yaitu 82,75 HST.
Berat krop
Data hasil pengamatan dan analisis ragam berat krop tanaman kubis bunga
dapat dilihat pada Lampiran 16. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap berat krop tanaman
kubis bunga.
Grafik berat krop tanaman kubis bunga terhadap pemberian pupuk cair
urine sapi disajikan Gambar 4.
Gambar 4. Grafik rata-rata berat krop kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi
pupuk cair urine sapi.
Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan berat krop tanaman kubis
bunga bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata berat krop terbesar yaitu
138,25 g.
Keliling krop bunga
Data hasil pengamatan dan analisis ragam keliling krop tanaman kubis
bunga dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap keliling krop
tanaman kubis bunga.
138,25126,38
112,19 109,13
128,94115,25
0
20
40
60
80
100
120
140
160
5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 ccBera
t k
rop
ta
na
ma
n k
ub
is b
un
ga
(g)
Perlakuan
Berat krop
20
Grafik keliling krop tanaman kubis bunga terhadap pemberian pupuk cair
urine sapi disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik rata-rata keliling krop kubis bunga terhadap berbagai
konsentrasi pupuk cair urine sapi.
Berdasarkan grafik di atas pada pengamatan keliling krop tanaman kubis
bunga bahwa perlakuan 5 cc.l-1 menunjukkan rata-rata keliling terbesar yaitu
32,19 cm.
5.2 Pembahasan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor
genotipe dan faktor lingkungan. Faktor genotipe dimunculkan oleh peran gen
(pembawa sifat) dalam kromosom yang mempengaruhi proses fisiologis dalam
tanaman. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor iklim dan
faktor tanah. Faktor iklim antara lain adalah temperatur, intensitas cahaya,
kelembaban udara, curah hujan, kadar oksigen, karbon dioksida dan lain
sebagainya. Faktor tanah dapat dibagi ke dalam sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Slaglan, et. al., 2003)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil
tanaman kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak
memberikan pengaruh terhadap peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun, umur tanaman saat berbunga, berat krop dan keliling krop. Yang dapat
menyebabkan tidak berpengaruhnya pemberian pupuk organik cair urine sapi
terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kubis bunga diduga
32,19
29,5629,19 29,13
31,69
30,63
27,5
28
28,5
29
29,5
30
30,5
31
31,5
32
32,5
5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc
Keli
lin
g k
rop
tan
am
an
ku
bis
bu
nga (
cm
)
Perlakuan
Keliling krop
21
pemberian pupuk cair urine sapi tidak tepat sasaran, terbuang dan adanya
penguapan. Pada saat penelitian keadaan curah hujan tinggi sehingga sangat
mempengaruhi penerimaan stomata tehadap pemberian urine sapi dan seharusnya
pemberian dilakukan 2 jam sebelum prediksi waktu hujan ini dapat menyebabkan
pupuk yang diberikan akhirnya tercuci oleh air. Data curah hujan dapat dilihat
pada Lampiran 19. Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata.
Kecepatan unsur hara dipengaruhi oleh ketebalan lapisan kutikula. Disamping itu
kecepatan penyerapan juga dipengaruhi oleh status hara dalam tanaman. Bila
kadar dalam tanaman rendah maka penyerapan unsur hara lewat daun relatif lebih
cepat dan sebaliknya penyerapan unsur hara yang kahat P dua kali lebih besar dari
tanaman yang cukup. P juga diangkut dari jaringan daun ke jaringan akar yang
letaknya dibawah bila tanaman kahat P (Rosmarkam, 2002).
Slaglan et. al. (2003) menjelaskan bahwa kecepatan penyerapan unsur
hara umumnya menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Penyerapan
unsur hara lewat daun dirangsang oleh adanya cahaya matahari. Walaupun
demikian, keberadaan cahaya berpengaruh pada peningkatan temperatur dan
penguapan, jika proses pengeringan larutan yang diserap melampui ambang batas
toleransi tanaman, maka tanaman tersebut akan mengalami keracunan.
Pembukaan stomata sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan,
antara lain intensitas cahaya, temperatur dan air. Faktor – faktor lingkungan
tersebut mengalami perubahan harian (diurnal) seiring dengan bergantinya waktu
pagi, siang dan sore hari. Pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar
karena intensitas cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban
yang cukup menyebabkan turgor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang
hari, stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta
penguapan air yang berlebihan (Taiz and Zeiger, 2002; Hopkins, 2004 dalam
Fatonah, 2013).
Pembukaan stomata berkaitan dengan proses metabolisme tumbuhan yaitu
transpirasi dan fotosintesis. Stomata berperan dalam difusi CO2 pada proses
fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai pintu keluarnya cairan dari
sel dalam proses transpirasi (Salisbury dan Ross, 1995; Taiz and Zeiger, 2002;
Hopkins, 2004 dalam Fatonah, 2013).
22
Peran transpirasi pada tumbuhan sangat banyak namun yang terpenting
adalah untuk melepas energi yang diterima dari radiasi matahari. Energi matahari
yang digunakan untuk fotosintesis hanya 2% atau kurang, sehingga selebihnya
harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan pancaran, hantaran secara fisik dan
sebagian besar untuk menguapkan air (Santosa, 1990 dalam Haryanti 2009). Ion
K sangat berpengaruh terhadap kemungkinan keluar masuknya bahan terlarut ke
sel penutup, sehingga terjadi perubahan permeabilitas pada membrannya.
Pada kisaran waktu pukul 09.00 – 10.00 WITA, peningkatan intensitas
cahaya berpengaruh terhadap peningkatan suhu, namun kelembaban udara masih
tinggi. Meningkatnya temperatur dengan RH yang tetap tinggi akan meningkatkan
gradien tekanan uap antara daun dengan udara. Kondisi ini memacu terjadinya
transpirasi yang ditunjukkan dengan pembukaan stomata (Hopkins, 2004 dalam
Fatonah, 2013). Dengan semakin meningkatnya transpirasi, maka terjadi
kehilangan air. Kehilangan air ini menyebabkan tekanan turgor sel penjaga
menurun. Pada kondisi seperti ini ABA akan masuk sebagai akibatnya stomata
akan menutup. Penutupan ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan air yang
berlebihan (Zeiger dan Taiz, 2002 dalam Fatonah, 2013). Selain itu, selama
stomata membuka juga terjadi difusi CO2 ke dalam sel mesofil. Selanjutnya,
akumulasi CO2 menyebabkan stomata menutup.
Untuk aplikasi pupuk cair urine sapi sebaiknya dilakukan penyemprotan
pada kisaran waktu pukul 09.00-10.00 WITA. Pada kisaran waktu ini stomata
yang membuka lebih banyak dan ukuran diameter stomata yang membuka lebih
besar sehingga pupuk cair urine sapi lebih mudah masuk ke stomata dan diserap
oleh tanaman. Penyemprotan tidak efektif dilakukan pada pukul 12.00 WITA atau
pada saat intensitas cahaya terlalu tinggi dan temperatur juga tinggi. Pada waktu
siang tersebut, stomata menutup dan pupuk cair urine sapi yang disemprotkan
akan lebih cepat menguap. Fatonah (2013) menjelaskan bahwa tingkat kerapatan
stomata dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu, intensitas cahaya, dan
kelembaban. Semakin tinggi intensitas cahaya, kerapatan stomata di kedua
permukaan daun juga semakin meningkat. Kerapatan dan jumlah stomata yang
banyak merupakan proses adaptasi dari tanaman terhadap kondisi lingkungannya.
Intensitas cahaya yang berbeda-beda memperlihatkan bahwa jumlah stomata
23
dapat berkurang seiring dengan menurunnya intensitas cahaya (Fahn, 1991 dalam
Dewi 2015).
Penerimaan urine sapi oleh stomata juga tergantung cara aplikasi dimana
pada saat penelitian aplikasi pupuk cair urine sapi dilakukan dari arah bagian atas
sedangkan stomata lebih banyak dibagian bawah daun. Banyaknya stomata pada
bagian bawah daun dikarenakan daun bagian atas digunakan untuk menangkap
cahaya untuk fotosintesis, sehingga jarang ditemukan stomata pada bagian atas
daun (Nofrianil et, al. 2011). Selain itu, karena aplikasi dibagian atas sehingga
yang mendapat pupuk cair urine sapi adalah bagian pucuk padahal stomata lebih
banyak pada daun yang lebih tua. Hal ini diduga yang menyebabkan pemberian
pupuk cair urine sapi tidak tepat sasaran.
Menurut hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa (2016) menunjukkan bahwa tanah penelitian mengandung C-Organik (%)
1,437 termasuk sangat rendah, pH (H2O) 5,93 termasuk kategori agak masam, N
(%) 0,305 sedang, P potensial (mg/100 g) 48,615 tinggi, Mg (cmol(+)/kg) 5,905
tinggi dan K potensial (mg/100 gr) sangat tinggi. Sedangkan pada pupuk cair
urine sapi mengandung Nitrogen 4,60% sangat tinggi, Phospor 0,74% sangat
rendah, Kalium 21,82% tinggi, Carbon 5,91% sangat tinggi, pH 7,2% Nertal serta
mengandung hormon auksin (Dinas Peternakan Kabupaten Panajam Paser Utara,
2014). Dilihat dari hasil analisis tanah dan urine sapi seharusnya dapat memenuhi
kebutuhan tanaman tetapi hasil penelitian tidak memberikan pengaruh yang nyata
ini dikarenakan curah hujan yang tinggi dan adanya penguapan sehingga tanaman
tidak dapat menyerap secara optimal.
Pemupukan sering tidak memberikan hasil yang memuaskan, apabila
konsentrasi yang diberikan tidak tepat. Pada konsentrasi terlalu tinggi
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan
pada konsentrasi yang terlalu rendah menyebabkan pemupukan tidak memberikan
hasil yang memuaskan. Menurut Lingga dan Marsono (2007) dalam Marliah
(2013) bahwa konsentrasi pupuk merupakan faktor yang sangat vital dan memiliki
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pemupukan terutama pemupukan
melalui daun. Oleh sebab itu untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil optimal,
harus memperhatikan dosis dan konsentrasi yang tepat.
24
Hampir semua data menunjukkan bahwa pada konsentrasi yang lebih
rendah hasilnya lebih baik daripada konsentrasi yang tinggi. Hal ini diduga karena
media tumbuh yang digunakan sudah mempunyai unsur hara yang cukup
sehingga masih ada pengaruhnya dalam penyediaan unsur hara untuk keperluan
tanaman tersebut. Sesuai yang dinyatakan oleh Lingga dan Marsono (2006) dalam
Nirmala (2013) menyatakan bila kandungan hara pada media tumbuh telah
tercukupi, maka tanaman tidak memberikan respon terhadap perlakuan
pemupukan. Namun karena pada saat pemberian perlakuan urine sapi
mengandung hormon auksin IAA, maka hormon inilah yang berpengaruh. Sesuai
yang dinyatakan Wattimena (1988) dalam Nirmala (2013) penggunaan hormon
pada konsentrasi yang tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan
tanaman, namun pada konsentrasi yang tinggi akan merugikan pertumbuhan
tanaman. Sebaliknya bila konsentrasi yang terlalu rendah tidak menunjukkan
pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Diperjelas oleh Taiz dan
Zeiger (1991) dalam Nirmala (2013) bahwa Auksin mampu meningkatkan
aktivitas pembelahan, pemanjangan, dan pembesaran sel, sehingga dengan
diberikan pada konsentrasi yang tepat dapat mendukung pertambahan tinggi
tanaman, jumlah daun, umur berbunga, berat krop dan keliling krop.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) dalam Parawansa (2014) zat-zat
yang sangat diperlukan tanaman dan seringkali kurang cukup terdapat di dalam
tanah, terutama Nitrogen (N), Phosfor (P), dan Kalium (K). Apabila unsur
tersebut dapat terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi normal dan
baik. Sebaliknya, apabila kekurangan atau kelebihan akan menunjukkan gejala-
gejala abnormal. Ketersediaan unsur hara pada tanah mempengaruhi pertumbuhan
tanaman seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Kondisi ini disebabkan karena
pembentukan sel-sel baru dalam suatu tanaman sangat erat hubungannya dengan
ketersediaan hara pada tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Foth (1994) dalam
Murniati (2014) penetapan konsentrasi dan dosis dalam pemupukan sangat
penting dilakukan karena akan berpengaruh tidak baik pada pertumbuhan jika
tidak sesuai kebutuhan tanaman. Proses pembentukan daun tidak terlepas dari
peranan unsur hara seperti nitrogen dan fosfat yang terdapat pada medium tanah
dan dalam kondisi tersedia bagi tanaman Nyakpa et. al. (1988) dalam Murniati
25
(2014) menyatakan bahwa N dan P berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan
komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino,
asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP. Jumlah daun yang terbentuk sangat
berkaitan dengan tinggi tanaman dimana pada tanaman tertinggi jumlah daun
yang dihasilkan juga banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Thiroseputro (1993)
dalam Khoiri (2014) bahwa semakin tinggi tanaman maka bertambah pula jumlah
ruas sehingga dari jumlah ruas yang bertambah akan terbentuk daun baru. Menurut
Suwandi dan Nurtika (1987) dalam Gomies (2012) pupuk organik cair akan
mempercepat pembentukan daun jika diaplikasikan dalam konsentrasi rendah namun
dengan pemberian secara rutin. Pupuk organik cair akan memberikan hasil budidaya
tanaman yang rendah apabila diberikan dengan konsentrasi tinggi namun beberapa
kali pemupukan dalam masa tanam. Sesuai yang dinyatakan Heddy (1996) dalam
Nirmala (2013) hormon dalam konsentrasi yang tepat mampu menstimulir
pertumbuhan tanaman. Tampak pada data ini pengaruh hormon berbeda dengan
unsur hara. Seperti yang dinyatakan oleh Wareing dan Philips (1981) dalam
Nirmala (2013) zat pengatur tumbuh atau hormon adalah senyawa organik bukan
hara, yang berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hormon tidak sama dengan pupuk, sebab hormon sama sekali tidak akan
memberikan unsur hara pada tanaman, walaupun hormon berperan dalam
mengatur berbagai proses fisiologis, seperti: pembelahan dan pemanjangan sel,
pertumbuhan akar, batang, daun, bunga, dan buah Heddy (1996) dalam Nirmala
(2013) Diperjelas oleh Bonner dalam Abidin (1983) dalam Nirmala (2013) auksin
dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis
protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel.
Kondisi laju pertumbuhan dan hasil kubis bunga sebagai akibat
pertambahan konsentrasi setiap perlakuan pupuk cair urine sapi pada
pertumbuhan dan hasil kubis bunga cenderung menurun. Hal ini sejalan dengan
Indranada (1994) dalam Nurahmi (2010) yang menyatakan bahwa, bila
konsentrasi larutan dipertinggi dari konsentrasi optimum akan ditemukan suatu
hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Pemupukan tanaman melalui
daun harus mengunakan konsentrasi yang tepat, konsentrasi yang terlalu tinggi
26
dapat berpengaruh buruk bagi tanaman, sedangkan konsentrasi yang terlalu
rendah menyebabkan unsur yang dibutuhkan tanaman kurang mencukupi.
Hendaryono dan Wijayani (1994) dalam Nurahmi (2010) menyatakan bahwa zat
pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen media bagi pertumbuhan
dan diferensiasi. Pembentukan organ-organ tertentu sangat ditentukan oleh
penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh yang ditambahkan.
Berdasarkan hasil analisis ragam terlihat bahwa pemberian urine sapi tidak
berpengaruh terhadap umur tanaman saat berbunga, berat krop serta keliling krop.
Hal ini diduga dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Darjanto dan Satifah
(1990) dalam Gomies (2012) menyatakan bahwa peralihan dari fase vegetatif ke
generatif sebagian ditentukan oleh genotip serta faktor luar seperti suhu, air,
pupuk dan cahaya. Menurut Indranada (1986) dalam Gomies (2012) kelebihan P
dapat mengakibatkan krop yang lunak, sedangkan gejala kekurangan P yaitu
pertumbuhan terhambat dan mengecilnya krop. Frekuensi pemberian pupuk
dengan konsentrasi yang berbeda menyebabkan hasil produksi yang berbeda pula
(Kelik, 2010) dalam Gomies (2012). Rinsema (1993) dalam Nurahmi (2010)
menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik jika unsur hara yang dibutuhkan
berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang. Selanjutnya Dwidjoseputro
(1985) dalam Nurahmi (2010) menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh
dengan subur bila semua unsur hara yang diperlukan tanaman berada dalam
jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap diabsorbsi oleh tanaman.
Selanjutnya Rinsema (1993) dalam Nurahmi (2010) menambahkan bahwa
peranan unsur hara adalah untuk merangsang perkembangan seluruh bagian
tanaman sehingga tanaman akan lebih besar.
Berdasarkan hasil penelitian untuk umur tanaman saat berbunga dan berat
krop bunga segar pertanaman menurut deskripsi kubis bunga Varietas PM 126 F1
yaitu 45-50 HST dan berat krop yaitu 400-500 g sedangkan hasil penelitian rata-
rata umur tanaman saat berbunga 88,65 HST dan rata-rata berat krop 121,69 g.
Serta untuk hasil konfersi perhitungan produksi dalam hektar tanaman kubis
bunga bahwa hasil yang didapat yaitu 7,6 ton.ha-1 masih sangat rendah
dibandingkan dengan potensi produksi yang sudah ditetapkan yaitu 18-25 ton.ha-1,
hal ini diduga karena belum maksimalnya penggunaan pupuk serta unsur hara lain
27
yang mampu meningkatkan hasil tanaman maka dari itu penelitian ini masih perlu
dilakukan dengan menambahkan unsur hara yang lebih banyak lagi kepada
tanaman agar tanaman lebih subur sehingga produksi tanaman meningkat.
Perhitungan hasil dapat dilihat pada Lampiran 19.
Besar kecilnya bunga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
lingkungan dan ketersediaan hara. Berat bunga dipengaruhi oleh kandungan air
yang terdapat dalam kubis bunga. Menurut Isdarmanto (2009) dalam Hikmah
(2015) dengan meningkat-nya produktivitas metabolisme maka tanaman akan
lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air, hal ini
berkaitan dengan kebutuhan bagi tanaman pada masa pertumbuhan dan
perkembangan. Dwijoseputro (1994) dalam Hikmah (2015) menyatakan bahwa
berat segar suatu tanaman dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan fotosintat
yang ada dalam sel-sel dan jaringan tanaman, sehingga apabila fotosintat yang
terbentuk meningkat maka berat segar tanaman juga akan meningkat. Berat segar
merupakan akumulasi fotosintat yang dihasilkan selama pertumbuhan. Hal ini
mencerminkan tingginya serapan nutrisi yang diserap tanaman untuk proses
pertumbuhan. Gardner et al. (1991) dalam Hikmah (2015) menyatakan bahwa
faktor internal perangsang pertumbuhan tanaman berada dalam kendali genetik,
tetapi unsur-unsur iklim, tanah, dan biologi seperti hama, penyakit dan gulma
serta persaingan, baik persaingan intra spesies maupun antar spesies ada pada
lingkungannya. Selanjutnya Simatupang (1997) dalam Hikmah (2015)
menyatakan bahwa tingginya produksi suatu varietas dikarenakan varietas
tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Pada penelitian ini tanaman kubis bunga terserang hama kutu daun (Aphis
brssicae), ulat Grayak ( Spodeptera sp.) dan penyakit bercak hitam tetapi tidak
terdapat serangan hama dan penyakit yang besar diduga karena dengan pemberian
urine sapi sesuai dikatakan Mardalena (2007) bahwa fermentasi urine sapi
mempunyai sifat menolak hama dan penyakit pada tanaman, karena baunya yang
khas. Hama dan penyakit bisa saja datang, tetapi langsung pergi, bukan musnah
tetapi hanya menyingkir dari tanaman.
28
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberian berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh pada
semua peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur
berbunga, berat krop dan keliling krop tanaman kubis bunga.
2. Didapatkannya konsentrasi pupuk cair urine sapi tertinggi berdasarkan grafik
hasil penelitian pada peubah berat krop dengan perlakuan urine sapi 5 cc.l-1
yaitu 138,25 g tetapi tidak didapatkan konsentrasi terbaik yang mampu
memperlihatkan respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga
(Brassica oleracea var. botrytis L.)
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
1. Melakukan penelitian lanjutan tentang respon pertumbuhan dan hasil tanaman
kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tetapi dengan
kombinasi pupuk organik lain.
2. Memberikan pupuk cair urine sapi pada budidaya tanaman kubis bunga
dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. 2013. Petunjuk Teknis
Pembuatan Pestisida Nabati. Bengkulu.
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). 2016. Program Penyuluhan Pertanian (Data
Curah Hujan). Banua Lawas.
Distan TPH Kalsel. 2015. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman
Hortikultura. http://distantph.kalselprov.go.id/2014/06/30/luas-panen
produksi-dan-produktivitas-tanaman-hortikultura/. Diakses pada 10
November 2015.
Dewi, N.P.S.R., Eniek, K dan Pande K.S. 2015. Hubungan Kekerabatan 12
Kultivar Brokoli (Brassica oleracea L.) Berdasarkan Karakter Anatomi
Stomata. Universitas Udayana. Kampus Bukit Jimbaran. Bali. Jurnal
Simbiosis III (1): 291- 300.
Eldriadi, Y. 2011. Peran Berbagai Jenis Tanaman Tumpangsari dalam
Pengelolaan Hama Utama dan Parasitoidnya pada Kubis Bunga
Organik. (Skripsi). Universitas Andalas. Padang.
Eviati, Suparto dan Sulaeman. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan
Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Fatonah, S., Dwijowati S., Desi M., dan Dyah I. 2013. Penentuan Waktu
Pembukaan Stomata Pada Gulma Melastoma malabathricum L.
Universitas Riau. Pekanbaru Riau. Biospecies Vol. 6 No.2, Juli 2013, hal.
15-22
Fitriani, M. L. 2009. Budidaya Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceae var
botrytis L.) di Kebun Benih Hortikultura KBH Tawangmangu. (skripsi).
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Gomies, L., Nandissa, J., dan Rehatta, H., 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair RII
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kubis Bunga (Brassica
oleraceae var botrytis L.). Universitas Pattimura. Ambon. Agrologia,
Vol. 1, April 2012, Hal. 13-20.
Hakimah, S. 2015. Pengaruh pupuk cair terhadap pertumbuhan, hasil dan
kualitas tiga varietas bunga kol (Brassica oleracea var. botrytis L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian UNEJ. Jember.
Hanafiah, K. A. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers.
Palembang.
30
Haryanti, S., dan Tetricina, M. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata
Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore.
Laboratorium Biologi. Vol. 11, No. 1, Hal. 11-16.
Intan, P. 2011. Tanah Podsolik. http://putroeintan.blogspot.co.id/. Diakses pada
10 November 2015.
Khoiri, A. M, Nurbaiti dan Sholikhin, R. 2014. Pemberian Urine Sapi terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta Vol.1 No.2
Laboraturium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 2016. Hasil Analisis
Tanah. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru.
Listyowati, A. A dan Sucipto. 2015. Pengaruh Penggunaan Pestisida Alami Hasil
Fermentasi Urine Sapi dan Empon-Empon terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kubis (Brassica oleracea). Magelang.
Mardalena. 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun
(Cucumis sativus L.) terhadap Urine Sapi yang Telah Mengalami
Perbedaan Lama Fermentasi. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Marliah, A., Nurhayati., dan Risma R. 2013. Pengaruh varietas dan konsentrasi
pupuk mejemuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga
(Brassica oleraceae L.). Jurnal Floratek. 8: 118-126.
Murniati, Aslim. R dan Karya. R. 2014. Pengaruh Pemberian Urine Sapi yang
Difermentasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau
(Brassica rafa). Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta Vol.1
No.2
Murniati, N dan Safriyani, E. 2013. Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai Pupuk
Organik Cair Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Selada
(Lactuca sative L.). Jurnal silampari Fakultas Pertanian UNMURA vol. 2 edisi
1 – 02.
Naswir. 2003. Pemanfaatan Urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisi
Tanaman. http://soil.faperta.ugm.ac.id. Diakses 12 November 2015.
Nirmala, R., 2013. Pengaruh konsentrasi pupuk organic cair kosarine terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). Fakultas
pertanian. Universitas mulawarman. Samarinda. AgrinVol.17, No. 2.
Nofrianil, Widiyawati, I. Gromikora, N. Engelbert, M. 2011. Pengamatan
Agronomi Tanaman C3, C4 dan CAM. Skripsi. Institut Pertanian. Bogor.
31
Nurahmi E., Hasinah H dan Mulyani., 2010. Pertumbuhan dan hasil bunga akibat
pemberian pupuk organic cair nasa dan zat pengatur tumbuhan harmonik.
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Agrista Vol. 14 No. 1.
Parawansa, I. N. R., 2014. Interval waktu pemberian pupuk organic cair urine
sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir). Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Gowa. Jurnal
Agrisistem.vol. 10. No. 2.
PT. East West Seed Indonesia. 2011. Kubis Bunga Varietas PM 126 FI. PT. East
West Indonesia. http://www.eastwestindo.com. Diakses 10 November 2015.
Rohmat. 2009. Fermentasi Urine Sapi sebagai Pupuk Cair. http://biog-
suka.blogspot.com/2015/11/fermentasi-urine-sapi-sebagai-pupuk.html.
Diakses pada 10 November 2015.
Rosmarkam A, dan N. W. Yuwonu. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius. Yogyakarta..
Sari, M. P. 2009. Pengaruh Lama Perendaman dalam Urine Sapi dan Dosis
Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon
cablin, Benth). Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Simatupang, P. 2014. Pengaruh Dosis Kompos Paitan (Tithonia diversifolia)
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kol Bunga pada Sistem Pertanian
Organik. (Skripsi). Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Slaglan, Zairin Ahmad dan Z. Rahmi. 2003. Kesuburan dan Kesehatan Tanah.
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-Api. 2014. Pupuk Urine
Organik. Kalimantan Timur.
Wibisono, A. W. 2010. PupukCair Urine Sapi. http://www.repository.unhas.ac.id.
Diakses 21 Desember 2015.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Komposisi nilai gizi kubis bunga dalam tiap 100 g bahan.
Komposisi gizi Kubis Bunga
Kalori (cal.) 25,0 * ) 31,0 **)
Protein (g) 2,4 2,4
Lemak (g) 0,2 0,4
Karbohidrat (g) 4,9 6,1
Serat (g) - 0,6
Abu (g) - 0,8
Kalsium (mg) 22,0 34,0
Fosfor (mg) 72,0 50,0
Zat besi (mg) 1,1 1,0
Natrium (mg) - 8,0
Kalium (mg) - 314,0
Niacin (mg) - 0,7
Vitamin A (S.I.) 90,0 95,0
Vitamin B1 (mg) 0,1 0,1
Vitamin B2 (mg) - 0,1
Vitamin C (mg) 69,0 90,0
Air (gr) 91,7 90,3
Sumber : Rukmana (1994)
34
Lampiran 2. Data luasan panen dan produksi kubis bunga tahun 2012-2014.
No Tahun Luasan panen
(Ha)
Produksi (Ton) Produktivitas
(Ton/ha)
1. 2012 8 18,90 2,36
2. 2013 7 17,5 2,50
3. 2014 2 2,7 1,35
Sumber : Distan TPH Kalsel (2015)
35
Lampiran 3. Kandungan unsur hara pupuk cair urine sapi.
No Unsur Hara Kandungan Kriteria
1. N 4,60%* Sangat tinggi***
2. C 5,91%* Sangat tinggi***
3. P 0,74%* Sangat rendah***
4. K 21,82%* Tinggi***
5. Ph 7,2%* Netral***
6. Hormon :
Auksin a
Auksin b
IAA (hetero auksin)
Ada**
Ada**
Ada**
-
-
-
Sumber : * UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-api (2018)
** Supriadji (1985) dalam Sari (2009)
*** Eviati et al. (2005)
36
Lampiran 4. Hasil Analisis Lahan.
No Parameter Hasil Analisis* Kriteria**
1. C- Organik (%) 1,437 Sangat rendah
2. pH H2O 5.93 Agak masam
3. N (%) 0,305 Sedang
4. P potensial (mg)/100gr) 48,615 Tinggi
5. K potensial (mg)/100gr) 28,252 Sangat tinggi
6. Mg (cmol(+)/kg) 5,905 Tinggi
Sumber : * Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (2016)
** Eviati et al. (2005)
37
Lampiran 5. Deskripsi kubis bunga Varietas PM 126 F1
Tempat : Dataran rendah.
Umur panen : 45-50 hari setelah tanam.
Bobot/tanaman : > 1000 g.
Berat krop : 400-500 g.
Bentuk krop : Bentuk lengkungan.
Warna krop : Putih.
Produksi : 18-25 ton/ha.
Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2011).
38
Lampiran 6. Denah tata letak satuan percobaan. T
B U
S
Keterangan :
u1, u2, u3, u4, u5, u6 : Perlakuan
I, II, III, IV : Kelompok
I II III IV
70 cm
50 cm
u1
u5 u2 u3
u3
u2
u4 u1 u2
u6
u5 u4
u4
u6
u5
u2
u1
u3
u6
u3
u4
u1
u6
u5
39
Lampiran 7. Denah tata letak tanaman dalam satuan percobaan.
100 cm
160 cm
160 cm
Keterangan :
: Tanaman sampel
Jarak tanam : 40 cm x 40 cm
20 cm
20 cm X X X X
X X X X
40 cm
40 cm
X X X X
X X X X
X
40
Lampiran 8. Hasil uji kehomogenan data pengamatan tanaman kubis bunga
No Pengamatan C-Tabel Chi-Hitung Keterangan
1. Tinggi tanaman 10 HST 11,07 2,4759 Data homogen
2. Tinggi tanaman 20 HST 11,07 1,8015 Data homogen
3. Tinggi tanaman 30 HST 11,07 9,5435 Data homogen
4. Jumlah daun umur 10 HST 11,07 4,3365 Data homogen
5. Jumlah daun umur 20 HST 11,07 9,3360 Data homogen
6. Jumlah daun umur 30 HST 11,07 8,8201 Data homogen
7. Umur tanaman saat berbunga 11,07 1,0441 Data homogen
8. Berat krop bunga segar
pertanaman
11,07 0,9636 Data homogen
9. Keliling krop bunga
pertanaman
11,07 1,6085 Data homogen
Keterangan : Nilai C-hitung <C-tabel, maka dianggap homogen
41
Lampiran 9. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis
bunga umur 10 hst.
1. Data pengukuran tinggi tanaman kubis bunga 10 hst
Perlakuan
(U)
Kelompok jumlah Rata-rata
I II III IV
U1 11,75 15 13 16 55,75 13,94
U2 11 11 11,75 15,75 49,5 12,4
U3 13,5 12,75 12,5 11,25 50 12,5
U4 11 13,25 12 14,75 51 12,8
U5 10,75 12,25 10,75 14,5 48,25 12,06
U6 10,5 12,5 10,75 13,35 47,1 11,8
Jumlah 68,5 76,75 70,75 85,6 301,6 12,57
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
29,18
11,30
23,03
9,73
2,27
1,54
6,34**
1,48ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 63,55
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
KK : 9,9 %
42
Lampiran 10. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis
bunga umur 20 hst.
1. Data pengukuran tinggi tanaman kubis bunga 20 hst
Perlakuan
(U)
Kelompok jumlah Rata-rata
I II III IV
U1 15,25 16 18 23 72,25 18,06
U2 14,5 10,75 18,5 20,25 64 16
U3 17,25 11,5 13,5 16,25 58,5 14,63
U4 15,25 11,25 12,5 20,75 59,75 14,94
U5 15,5 11,5 17,25 19,25 63,5 15,88
U6 15,75 12 16,75 24,75 69,25 17,31
Jumlah 93,5 67 96,5 124,25 381,25 16,14
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
221,83
35,61
61,70
73,94
7,12
4,11
17,98**
1,73ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 319,12
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
KK : 12,6 %
43
Lampiran 11. Data hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman kubis
bunga umur 30 hst.
1. Data pengukuran tinggi tanaman kubis bunga 30 hst
Perlakuan
(U)
Kelompok jumlah rata-rata
I II III IV
U1 15,25 18,75 22 27,875 83,875 20,97
U2 13,5 17 22,125 23,625 76,25 19,06
U3 20,5 18,75 15,5 18,5 73,25 18,31
U4 16,75 9,5 16,5 24,25 67 16,75
U5 16 18,5 19 17,5 71 17,75
U6 16,75 10 21 27,75 75,5 18,88
Jumlah 98,75 92,5 116,125 139,5 446,875 18.62
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
221,56
40,54
223,97
73,85
8,11
14,93
4,95*
0,54ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 486,07
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata
KK : 20,8 %
44
Lampiran 12. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman
kubis bunga umur 10 hst.
1. Data pengukuran jumlah daun tanaman kubis bunga10 hst
Perlakuan
(U)
Kelompok Jumlah Rata-rata
I II III IV
U1 5,25 9 9,25 8,5 32 8
U2 4,75 7 6,25 8 26 6,5
U3 8,25 5,25 7,25 10,75 31,5 7,88
U4 5,75 6,75 6,75 7,75 27 6,75
U5 4,75 7,5 3,75 6,75 22,75 5,69
U6 5,25 7,5 6 6,5 25,25 6,31
Jumlah 34 40 37,25 48,25 164,5 6,85
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
19,65
15,33
25,71
6,55
3,07
1,84
3,57*
1,67ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 61,86
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata
KK : 19,7 %
45
Lampiran 13. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman
kubis bunga umur 20 hst.
1. Data pengukuran jumlah daun tanaman kubis bunga 20 hst
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV
U1 6,75 6 9,25 11,5 33,5 8,38
U2 7,25 7 8,25 7,75 30,25 7,56
U3 8 5,25 6 6 25,25 6,31
U4 8,5 6,75 6,75 8,5 30,5 7,63
U5 8,25 7,5 7 8,25 31 7,75
U6 7,25 7,5 8 10,25 33 8,25
Jumlah 46 40 45,25 52,25 183,5 7,65
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
8,67
9,33
19,72
2,89
1,87
1,41
2,05ns
1,32ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 37,41
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata
KK : 15,5 %
46
Lampiran 14. Data hasil pengamatan dan analisis ragam jumlah daun tanaman
kubis bunga umur 30 hst.
1. Data pengukuran jumlah daun tanaman kubis bunga 30 hst
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV
U1 6,25 7 9,5 14,5 37,25 9,31
U2 6,75 9,5 10,25 10 36,5 9,13
U3 8,25 7,5 7,75 6,25 29,75 7,44
U4 7 5,75 8,75 11,5 33 8,25
U5 7 9,25 9,25 6,75 32,25 8,06
U6 7 6,75 9,75 11,75 35,25 8,81
Total 42,25 45,75 55,25 60,75 204 8,5
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
37,86
9,11
54,14
12,62
1,82
3,61
3,50*
0,51ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 101,11
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata
KK : 16,2 %
47
Lampiran 15. Data hasil pengamatan dan analisis ragam umur tanaman
berbunga tanaman kubis bunga.
1. Data pengukuran umur tanaman saat berbunga
Perlakuan
(U)
Kelompok jumlah Rata-rata
I II III IV
U1 100,25 100,25 64,25 66,25 331 82,75
U2 109,5 106 73,25 75,5 364,25 91,01
U3 110,25 104 87 79,75 381 95,25
U4 97,5 104 66 73,75 341,25 85,31
U5 107,5 77,75 84 84 353,25 88,31
U6 103 102 80,25 76,5 361,75 90,44
Jumlah 632 601 454,75 455,25 2132,5 88,65
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
3882,16
394,94
929,15
1294,05
78,99
66,37
19,50**
1,19ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 5304,60
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
KK : 8,9 %
48
Lampiran 16. Data hasil pengamatan dan analisis ragam berat krop bunga
segar pertanaman.
1. Data pengukuran berat krop bunga segar pertanaman.
Perlakuan
(U)
Kelompok jumlah Rata-rata
I II III IV
U1 115,75 96,75 175,5 165 553 138,25
U2 93 97,5 160 155 505,5 126,38
U3 104,25 84,5 140 120 448,75 112,19
U4 81,5 81,5 143,5 130 436,5 109,13
U5 81,5 144 150,75 149,5 515,75 128,94
U6 84 94,75 174,25 108 461 115,25
Jumlah 560 599 944 827,5 2920,5 121,69
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
182,80
35,06
53,99
60,93
7,01
3,60
16,93**
1,95ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 271,85
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
KK : 14,1 %
49
Lampiran 17. Data hasil pengamatan dan analisis ragam keliling krop bunga
pertanaman.
1. Data pengukuran keliling krop bunga
Perlakuan
(U)
Kelompok jumlah Rata-rata
I II III IV
U1 28,25 28,5 37 35 128,75 32,19
U2 27 27,25 30,25 33,75 118,25 29,56
U3 26 28,5 30,75 31,5 116,75 29,19
U4 25,75 26,75 30 34 116,5 29,13
U5 25 33,75 34 34 126,75 31,69
U6 27,25 29,5 34,25 31,5 122,5 30,63
Jumlah 158,25 173,25 196,25 199,75 729,5 30,40
2. Data analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5% 1%
Kelompok
Perlakuan
Galat
3
5
15
182,80
35,06
53,99
60,93
7,01
3,60
16,93**
1,95ns
3,29
2,90
5,42
4,56
Total 23 271,85
Keterangan : ns = nonsignifikan/tidak berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
KK : 6,2 %
50
Lampiran 18. Konfersi perhitungan hasil tanaman kubis bunga dalam ha.
1 ha : 100 m x 100 m
10.000 m2
Jarak tanam : 40 x 40 cm2
0,4 x 0,4 m2 = 0,16 m2
Berat tanaman rata-rata : 121,69 g
Mencari Populasi : Luas lahan
Jarak tanam
: 10.000 m2
0,16
62.500 populasi
Produksi tanaman : ԑ populasi x berat rata-rata
: 62.500 x 121,69 g
: 7605625 g
: 7605,625 kg
: 7,6 ton/ha
51
Lampiran 20. Dokumentasi penelitian tanaman kubis bunga di Desa Hariang
Kecamatan Banua Lawas.
Gambar b. Bibit kubis bunga
52
Gambar c. Pembuatan bedengan
Gambar d. Penanaman
53
Gambar e. Penyemprotan urine sapi sebagai perlakuan
Gambar f. Pengamatan
54
Gambar g. Penutupan massa bunga
Gambar h. Pemanenan kubis bunga
55
Gambar i. Pengamatan
56
Gambar k. Hasil penelitian kubis bunga