laporan kunjungan kerja komisi vi dpr ri ke … · tabel 2. jumlah kabupaten, kecamatan dan...

30
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI BENGKULU Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2018 - 2019 1 - 5 November 2018 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2018

Upload: vanbao

Post on 16-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI

KE PROVINSI BENGKULU

Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2018 - 2019

1 - 5 November 2018

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

2018

1

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI BENGKULU

PADA RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2018-2019 TANGGAL 1 S.D 5 NOVEMBER 2018

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Kunjungan Kerja

Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan pertama

dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan kedua dengan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018.

Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Badan Musyawarah DPR RI antara Pimpinan

DPR dan pimpinan Fraksi Masa Persidangan II Tahun Sidang 2018-2019 tanggal

11 Desember 2018 yang disampaikan melalui Surat Pimpinan Nomor:

PW/19293/DPR RI/X/2018 tanggal 25 Oktober 2018 perihal Penetapan Daerah

Kunjungan Kerja Komisi I s.d. XI DPR RI pada Reses Masa Persidangan I Tahun

Sidang 2018-2019.

B. Maksud dan Tujuan

Kunjungan kerja ini dilakukan sebagai bagian dari kewajiban konstitusional

dewan, khususnya Komisi VI DPR RI, untuk mengawasi pelaksanaan kewajiban

pemerintah di bidang industri dan perdagangan, investasi, BUMN, serta

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM). Sebagian dari mekanisme

pengawasan ini dilakukan dengan cara mendapatkan masukan langsung dari

Pemda beserta aparat Satuan Kerja Pemerintah Daerah, BUMN, serta para

pelaku industri di Provinsi Bengkulu.

Berkaitan dengan pelaksanaan tugas Pengawasan, anggota Komisi VI

DPR RI berkewajiban mengawasi dan meninjau secara langsung pelaksanaan

kewajiban pemerintah di bidang industri dan perdagangan, investasi, BUMN,

2

serta Koperasi Usaha Kecil dan Menengah atau KUKM dan mendapatkan

masukan secara langsung dari para stakeholder. Anggota Komisi VI DPR RI

telah memperoleh informasi mengenai berbagai masalah yang terjadi di Provinsi

Bengkulu. Diantaranya masalah pengembangan kawasan Ekonomi Khusus di

pantai Bai, permasalahan distribusi listrik PLN, permasalah daerah tertinggal dan

lain sebagainya.. Melalui kunjungan kerja ini Anggota Komisi VI ingin meninjau

dan mendapat masukan langsung dari para stakeholder di daerah mengenai

masalah-masalah tersebut. Dengan demikian diharapkan masalah-masalah

yang ada dapat dicarikan jalan keluarnya. Selain itu, masukan dari daerah ini

dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Anggota Komisi VI dalam pengambilan

keputusannya.

C. SASARAN DAN OBYEK KUNJUNGAN KERJA

Sasaran Kunjungan Kerja dititik beratkan pada aspek:

1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan, khususnya yang

berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI DPR RI.

2. Pengawasan terhadap kinerja lembaga-lembaga/badan yang berada di

dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR RI.

3. Pengawasan terhadap implementasi Public Service Obligation (PSO) dan

pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh para Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) di Provinsi Bengkulu.

4. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang terkait dengan bidang

tugas mitra kerja Komisi VI DPR RI.

5. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang berkembang

berkaitan dengan pengembangan industri, koperasi dan UMKM, penciptaan

lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Sedangkan obyek yang dikunjungi dan dibahas meliputi:

1. Kepala Daerah dan SKPD Provinsi Bengkulu

2. PT PLN (PERSERO)

3. PT PERTAMINA (PERSERO)

4. PT PTPN VII (PERSERO)

5. PT ANGKASA PURA II (PERSERO)

6. PT PELINDO II (PERSERO)

7. PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO)

3

D. WAKTU DAN ACARA KUNJUNGAN KERJA

(Terlampir)

E. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA

(Terlampir)

II. DESKRIPSI UMUM DAERAH KUNJUNGAN KERJA

Provinsi Bengkulu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1967 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 2828). Pada awalnya, Provinsi Bengkulu merupakan

Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Sejak

Tahun 1967,Provinsi Bengkulu mengalami beberapa kali pemekaran. Semula

Provinsi Bengkulu terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan 1 (satu) Kota, akan

tetapi sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang

Pembentukan Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Seluma, dan Kabupaten

Kaur kemudian Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang, serta dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten

Bengkulu Tengah (Benteng), maka Provinsi Bengkulu terdiri dari 9 (Sembilan)

Kabupaten dan 1 (satu) Kota, dan 128 (seratus dua puluh delapan) Kecamatan.

Tabel 1. Luas Wilayah Provinsi Bengkulu Dirinci Menurut Kabupaten dan

Kota

4

Tabel 2. Jumlah Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan/Desa Provinsi

Bengkulu Tahun 2016

Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat Pulau Sumatera

yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan garis pantai

sepanjang 525 km. Wilayah di bagian timur merupakan daerah berbukit-bukit

yang merupakan bagian dari Bukit Barisan yang membentang di sepanjang

Pulau Sumatera dan bagian lainnya merupakan wilayah yang relatif datar.

Secara astronomis, Provinsi Bengkulu terletak di pantai barat Pulau Sumatera

pada garis lintang 2°16´ -3°31’ LS dan garis bujur 101°1´ - 103°41’ BT,

sedangkan secara administratif berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai

berikut:

1. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Barat

2. Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Provinsi Lampung.

3. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

4. Sebelah Timur dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.

Adapun luas wilayahnya sendiri mencapai ± 32.365,6 Km² dengan luas

daratan ± 20.030,5 Km² dan luas perairan (laut) mencapai ± 12.335,2 Km²

dengan panjang garis pantai mencapai ±525 Km yang seluruhnya terletak di

bagian barat Provinsi Bengkulu. Selain itu, Provinsi Bengkulu memiliki beberapa

5

pulau kecil baik yang berpenghuni seperti Pulau Enggano, serta pulau-pulau

kecil yang tidak berpenghuni seperti Pulau Dua, Pulau Merbau, Pulau Bangkai,

Pulau Satu, Pulau Mega dan Pulau Tikus.

Sektor pertanian dan perkebunan masih memegang peranan penting

dalam perekonomian daerah karena merupakan sektor utama yang

memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Pemerintah daerah hendaknya terus berupaya meningkatkan

produksi di sektor ini dan berupaya untuk mengembangkan hilirisasi hasil

pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan nilai tambahnya. Selain pertanian

dan perkebunan, provinsi Bengkulu memiliki potensi kelautan yang cukup

menjanjikan. Mengingat panjangnya garis pantai yang menghadap ke Samudera

Hindia dan luasnya wilayah territorial laut. Selain kelautan, saat ini Bengkulu juga

telah memiliki tiga sumber pertumbuhan ekonomi baru, yakni sektor pariwisata,

peternakan dan agribisnis. Propinsi Bengkulu juga memiliki pesona budaya

daerah dan keindahan alamnya yang khas.

Sektor pertambangan dan energi selama ini masih merupakan sektor

yang memberikan konrtibusi yang kecil terhadap perekonomian Bengkulu.

Dengan dikelolanya potensi panas bumi/geothermal di provinisi ini diharapkan

dimasa yang akan datang Bengkulu dapat menjadi lumbung energi. Dan

pengembangan potensi ini akan dapat dioptimalkan lagi dengan pembangunan

konektivitas yang baik dengan pelabuhan dan kawasan-kawasan strategis

lainnya. Bila Bengkulu dapat mengoptimalkan potensi panas bumi tersebut,

maka provinsi ini akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam upaya optimalisasi pengelolaan panas

bumi ini tentunya tidak luput dari berbagai permasalahan, untuk itu dibutuhkan

dukungan dari berbagai pihak untuk dapat mengatasinya dengan baik.

III. DESKRIPSI PER BIDANG

3.1. Kepala Daerah dan SKPD Provinsi Bengkulu

Pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi provinsi Bengkulu menduduki

urutan ke lima di Sumateran yaitu 4,99 persen. Sektor pertanian dan perkebunan

masih memegang peranan penting dalam perekonomian daerah karena

merupakan sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam

pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

6

Selain pertanian dan perkebunan, provinsi Bengkulu memiliki potensi

kelautan yang cukup menjanjikan. Mengingat panjangnya garis pantai yang

menghadap ke Samudera Hindia dan luasnya wilayah territorial laut. Selain

kelautan, saat ini Bengkulu juga telah memiliki tiga sumber pertumbuhan

ekonomi baru, yakni sektor pariwisata, peternakan dan agribisnis. Propinsi

Bengkulu juga memiliki pesona budaya daerah dan keindahan alamnya yang

khas.

Dengan dikelolanya potensi panas bumi/geothermal di provinisi ini

diharapkan dimasa yang akan datang Bengkulu dapat menjadi lumbung energi.

Saat ini provinsi Bengkulu tengah membangun dan mengembangkan proyek-

proyek strategis seperti: pengembangan infrastruktur dan konektivitas antar

daerah, rencana induk pariwisata, dan pengembangan kawasan ekonomi

khusus.

Kunjungan Kerja Anggota Komisi VI DPR RI kali ini ke provinsi Bengkulu

disambut oleh Plt. Gubernur, Nopian Andusti, SE., MT dan Asisten

Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi

Bengkulu, Yuliswani S.E., M.M. beserta jajarannya. Pertemuan diadakan di

Ruangan Raflesia kantor Gubernur Provinsi Bengkulu. Pertemuan dengan

jajaran SKPD Provinsi Bengkulu tersebut juga dihadiri oleh pejabat-pejabat di

lingkungan pemerintahan daerah seperti walikota, bupati, dinas-dinas terkait,

serta Kadin. Diantara pejabat-pejabat daerah yang hadir adalah:

1. Bupati Kab. Rejang Lebong

2. Wakil Bupati Seluma

3. Wakil Walikota Bengkulu

4. Asisten Sekda Kabupaten Lebong

5. Sekda Bengkulu Selatan

6. Wakil Bupati Bengkulu Tengah

7. Ketua Umum KADIN Provinsi Bengkulu

8. Perwakilan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan

UMKM, serta Dinas Penanaman Modal dan PTSP.

Pertemuan ini juga dihadiri perwakilan dari kementerian yang menjadi mitra

Komisi VI DPR RI yaitu: Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan

serta Kementerian Koperasi dan UMKM.

7

Permasalahan-permasalahan di daerah yang dipaparkan oleh masing-masing

kepala daerah dapat dirangkung sebagai berikut:

1. Kabupaten Rejang Lebong merupakan dataran tinggi yang memilik

pemandangan alam yang indah, sangat sesuai untuk daerah pariwisata. Akan

tetapi daerah memiliki keterbatasan dana. Pada tahun 2018, anggaran yang

diberikan untuk Kabupaten ini hanya 1,2 Triliun rupiah dan mengalami defisit

mencapai 35 miliar. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,

kabupaten ini membutuhkan fasilitas umu dan investasi di sektor pariwisata.

2. Sebagian besar desa di kabupaten Seluma (182 desa) merupakan desa

tertinggal, hal ini disebabkan oleh sangat minimnya akses menuju daerah ini.

Kabupaten Seluma belum pernah mendapatkan program yang signifikan dari

pemerintah untuk mengangkat desa-desa dilingkungannya dari

ketertinggalan. Produk unggulan daerah ini adalah Karet dan Sawit, saat ini

petani sawit dan karet mengalami kesulitan karena rendahnya harga sawit

dan karet dunia.

3. Dana yang diperoleh daerah dari program CSR BUMN sangat minim.

4. Sebagian objek wisata penting di provinsi Bengkulu berada dibawah

pengelolaan Dinas Purbakala yang berpusat di provinsi Jambi, hal ini

mengakibatkan daerah sulit untuk mengembangakan objek-objek pariwisata

tersebut karena birokrasi yang panjang dan berbelit-belit. Untuk itu

pemerintah Kota Bengkulu meminta agar pengelolaan objek-objek wisata

tersebut dapat diserahkan kepada pemerintah daerah Bengkulu. Setidaknya

ada pendelegasian wewenang yang dapat memberikan keleluasaan daerah

untuk mengelola dan mengembangkan objek-objek pariwisata tersebut.

5. Janji Presiden untuk melakukan revitalisasi pasar sampai saat ini belum

direalisasikan, sedangkan kondisi pasar saat ini sudah tidak memadai dan

perlu segera direvitalisasi. Presiden Jokowi pernah menjanjikan akan

menyalurkan dana sebesar 30 miliar rupiah untuk merevitalisasi pasar

Panorama di kota Bengkulu, namun sampai saat ini belum ada realisasinya.

6. Pantai Panjang merupakan objek wisata yang sangat potensial. Akan tetapi

belum ada pembangunan infrastruktur yang memadai.

7. Kabupaten Bengkulu Selatan tidak berkembang karena terbatas dalam hal

luasnya wilayah, sedangkan dana APBD yang dialokasikan untuk kabupaten

ini paling tinggi hanya satu triliun rupiah. Daerah mengharapkan bantuan dari

8

pemerintah pusat untuk melakukan revitalisasi pasar tradisional menjadi

pasar modern. Bila dilihat dari segi potensi daerah, kabupaten ini tidak punya

industri stategis kecuali dua buah pabrik CPO. Dan mengharapkan ada

investor yang akan menanamkan modal karena sudah memeliki PTSP yang

menggunakan aplikasi online.

8. Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

telah memiliki empat pabrik CPO dan 2 pabrik pengolahan karet; memiliki

produk unggulan berupa jeruk Kalamansi; selain itu lokasinya juga strategis

karena berbatasan langsung dengan kota Bengkulu, dan merupakan daerah

penyangga. Daerah membutuhkan industri hilir untuk pengolahan CPO agat

memiliki nilai tambah. Pemda telah menyediakan lahan yang memadai bagi

investor yang ingin berinvestasi. Untuk itu daerah mengharapkan ada investor

yang mau berinvestasi.

Dinas-dinas dan kementerian terkait telah berupaya untuk membantu daerah

Bengkulu dalam mengembangakan industtri dan perdagangannya, diantaranya:

Disperindag

1. Disperindag telah membangun workshop dan memberikan pelatihan kepada

para pelaku UMKM.

2. Mengupayakan gerakan pemberdayaan batik dan jeruk Klamansi.

3. Membranding kopi Bengkulu ke tingkat nasional dan internasional.

4. Memberikan perlindungan konsumen dan peningkatan perdagangan.

5. Membentuk UPT pengawasan perdagangan

6. Membangun sentra industri UKM.

7. Menata pasar Panorama, karena sudah mengganggu jalan atau lalu lintas

8. Terkait perdagangan luar negeri tidak ada masalah karena selalu meningkat

secara signifikan setiap tahunnya.

Dinas Koperasi dan UMKM

1. Telah melakukan penguatan kelembagaan, akan tetapi masih membutuhkan

bantuan kelembagaan dan teknis untuk melatih SDM dari pusat.

2. Terkait masalah permodalan, belum ada UMKM yang memperoleh dana

KUR, KUR yang disalurkan tidak tepat sasaran. Persyaratannya sulit dipenuhi

oleh UMKM.

3. CSR yang diterima dari BUMN masih sangat sedikit dan dinilai belum optimal.

9

4. Produiksi karet masyarakat tidak dapat diserap oleh perusahaan pengolahan

karet lokal. Investasi untuk perusahaan karet terkendala di kementerian

perindustrian.

Kementerian Perdagangan

1. Bila KEK berjalan, akan menjadi solusi daeri berbagai permasalahan daerah.

2. Agar pembangunan KEK dapat paralel dengan pengurusan administrative

persizinan

3. Untuk tahun 2018, Kabupaten dan kota telah menerima anggaran dari

kementerian berupa TP dan DAK. Terkait refitalisasi pasar, tidak hanya fisik

yang perlu dibangun, tetapi juga SDM nya. Kementerian menyediakan

pelatihan untuk pengelola pasar. Daerah dipersilakan mengajukan proposal.

4. Angka inflasi nasional masih dalam renge target, 3,16. Penyumbang devlasi

untuk bulan oktober adalah Bengkulu, pengendalian inflasi di Bengkulu cukup

baik yaitu melalui mekanisme pengendalian harga.

Kementerian Perindustrian

Kesulitan yang dialami dalam pembangunan pabrik pengolahan karet selama ini

adalah karena disyaratkannya bahan baku sebesar 80% berasal dari kebun

sendiri.

Kementerian Koperasi dan UKM

1. Pusat pelayanan UKM terpadu bisa melayani bantuan kepada UKM SOTK.

2. Kementerian koperasi memberikan fasilitas pelatihan dan pendampingan

dalam pengurusan perizinan

BKPM

Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single

Submission yang selanjutnya disingkat masih dalam tahap pengembangan.

Kategori integrasi sitem sedang dibenahi. Saat ini NIP yang terbit tidak dapat

terdeteksi oleh sistem secara otomatis. Permasalahan teknis sistem OSS sedang

dibenahi, untuk itu BKMP mengusulkan revisi BP2S yang berkaitan dengan hal-

hal teknis.

10

Rekomendasi Anggota Komisi VI:

3.2. PT PLN (PERSERO)

Wilayah Provinsi Bengkulu berada dalam wilayah operasional PT PLN Wilayah

S2JB yang berpusat di Palembang.

Kondisi Kelistrikan Sumatera sampai dengan Oktober 2018

Wilayah Regional Sumatera dibagi ke dalam tiga wilayah yaitu Sumatera Bagian

Utara (SBU), Sumatera Bagian Tengah (SBT), dan Sumatera Bagian Selatan

(SBS). Dan Bengkulu masuk dalam wilayah Sumatera Bagian Selatan (SBS).

Kondisi kelistrikan per wilayah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kelistrikan Sumatera

Sumber: PLN, 2018.

Secara total beban puncak kelistrikan di wilayah regional Sumatera adalah

5.587 Mega Watt (MW), dengan daya mampu pasok 5.897, terdapat kelebihan

cadangan sebesar 6% (310 MW).

Total penjualan listrik untuk wilayah regional Sumatera sampai September

2018 adalah 25.726 Giga Watthour (GWh) untuk 13.942.152 pelanggan.

Perbandingan target dan realisasi penjualan listrik subsudi dan non subsidi di

wilayah regional sumatera dapat dilihat pada grafik 1.

11

Grafik 1. Target dan Realisasi Penjualan Listrik Subsidi dan Non

Subsidi sampai September 2018

Sumber: PLN, 2018.

Pada grafik di atas terlihat bahwa pertumbuhan penjualan terendah

terdapat di provinsi Sumatera Barat dan yang tertinggi adalah Babel.

Wilayah Kerja PLN Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB) terdiri

dari tiga provinsi dengan luas area total 164.851 km2 dan dilayani oleh 6 unit

Area, 44 Unit Rayon dan 3 Unu UP2K dan 1 Unit APD. Data kelistrikan Wilayah

Kerja Bengkulu dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Kelistrikan Bengkulu Sampai September 2018

12

Sampai saat ini daerah yang sulit untuk dijangkau untuk program

kelistrikan PLS adalah kabupaten Muko-muko, Bantal, Ipuh Baru, Enggano, dan

Kota Bani. Total daya mampu di daerah-daerah yang terisolasi ini adalah 25 MW

dan beban puncak 16,65 MW. Penjualan Energy PLN di Provinsi Bengkulu selalu

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Biaya produksi masih sangat

tergantung pada harga energy primer. Beban produksi yang mengalami

peningkatan paling signifikan adalah beban pembelian tenaga listrik dan beban

lainnya yang sangat dipengaruhi oleh selisih kurs.

Permasalahan Pengembangan Kelistrikan :

- Infrastuktur jalan dan jembatan yang tidak tersedia menyulitkan dalam

mobilisasi material saat konstruksi dan operasi

- Sebaran lokasi Gardu Induk yang tidak merata sehingga banyak tegangan

ujung Penyulang 20 kV diluar standar

- Beberapa lokasi untuk pemangkasan tanam tumbuh tidak diizinkan oleh

warga masyarakat khususnya yang memiliki perkebunan sawit dan karet

3.3. PT PERTAMINA (PERSERO)

Pertamina Marketing Operation Region (MOR) II membawahi kegiatan

operasional Pertamina di seluruh area Sumatera Bagian Selatan, yatu Sumatera

Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung. Kegiatan operasional

MOR II meliputi penjualan BBM retail, BBM industri, avtur, LPG, pelumas dan

aspal dengan total lembaga penyalur sebanyak lebih dari 1000 lembaga

penyalur.

Dalam menjamin ketahanan suplai di Sumatera Bagian Selatan, MOR II

memiliki 9 Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), 6 Depot Pengisian Bahan

Bakar Pesawat Udara (DPPU) dan 2 Depot LPG. Untuk kabupaten / kota di

Provinsi Bangka Belitung, BBM / BBK disuplai dari TBBM Pangkal Balam dan

Jobber Tanjung Pandan, sedangkan LPG dari Depot LPG Pulo Layang dan

Depot LPG Tanjung Uban. Lembaga Penyalur MOR II untuk daeraha Sumatera

Bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.

13

Tabel 4. Lembaga Penyalur MOR II Sumbagsel

Provinsi SPBU

SPBU Modular (Eks APMS)

SPBU Mini (Eks

APMS)

SPBU Kompak (EKS APMS)

SPBU Nelaya

n

AMT

PSO

AMT NPS

O

Sumatera Selatan

137 3 8 1 1 - 1

Lampung 151 2 - 1 4 - - Jambi 78 3 6 - 2 - -

Bengkulu 40 - - 1 8 1 -

Bangka Belitung

60 - 8 12 27 4 1

Total 466 8 22 15 42 5 2

Sampai dengan September 2018, realisasi penyaluran solar untuk wilayah

Bengkulu sudah mencapai 72.722 Kilo liter (Kl). Realisasi ini mencapai 100,3%,

lebih tinggi dari pada kuota yang hanya 72.465 Kl. Target dan realisasi

penyaluran bahan bakar lain dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 2. Realisasi Penyaluran JBKP dan JBT di Bengkulu (dalam satuan

KL)

Sumber: Pertamina, 2018

14

Grafik 3. Realisasi Penyaluran BBM Retail NPSO di Bengkulu (dalam

satuan KL)

Sumber: Pertamina, 2018

Untuk penyaluran BBM satu harga terutama Solar PSO, Pertamina telah

menetapkan daerah penyaluran di kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu

Utara. Untuk program ini, solar PSO yang akan disalurkan adalah sebanyak 20

Kl perbulan dan akan beroperasi pada bulan November 2018.

Adapun pola suplay penyaluran Likuid Petrolium Gas (LPG) untuk wilayah

sumatera bagian selatan adalah:

Sumatera Selatan

• Reguler: Disuplai melalui Depot Pulau Layang, Kilang SEP, dan Kilang Titis S.

Dekat perbatasan Lampung disuplai melalui Dpeot Panjang.

• Alternative / Emergency: Perbantuan suplai melalui Depot Panjang Babel

• Reguler: Disuplai melalui Kilang PSG, Depot PLY, dan SPPBE Sinarindo

Dincotama

• Alternative / Emergency: Suplai dari Depot Tg. Uban dan memperbanyak suplai

dari Depot PLY

Bengkulu

• Reguler: Disuplai melalui Depot Pulau Layang dan Kilang SEP

• Alternative / Emergency: Perbantuan suplai melalui Terminal Teluk Kabung dan

Depot Panjang

15

Jambi

• Reguler: Disuplai melalui Depot Pulau Layang dan Kilang SEP

• Alternative / Emergency: Perbantuan suplai melalui Terminal Teluk Kabung.

Lampung

• Reguler: Disuplai melalui Depot Panjang • Alternative/Emergency: Perbantuan

suplai dari Depot Pulau Layang, Kilang SEP, dan Depot Tg. Sekong

Program CSR dan PKBL yang telah dilakukan Pertamina di wilayah Sumatera

bagian selatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Penyaluran CSR dan PKBL Pertamina di Sumbagsel

Sumber: Pertamina, 2018

3.4. PT PTPN VII (PERSERO)

Wilayah kerja PTPN VII berada di tiga provinsi yang meliputi:

1. Provinsi Lampung, mengelola 6 unit usaha karet dan 3 unit kelapa sawit

serta 1 unit tebu

2. Provinsi Sumatera Selatan, mengelola 5 unit usaha karet dan 6 unit kelapa

sawit, 1 unit teh serta 1 unit tebu.

3. Provinsi Bengkulu mengelola 2 unit usaha karet, dan 1 unit kelapa sawit.

Jenis komoditas yang ditanam adalah karet, tebu, sawit dan the. Adapun

komposisi areal tanam keempat komoditas tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut.

16

Gambar 3. Komposisi Areal Tanam

Sumber: PTPN VII, 2018

Produk yang dihasilkan dari komoditas Sawit adalah:

1. Crude Palm Oil (CPO)

2. Palm Kernel (PK)

3. Palm Kernel Oil (PKO)

4. Palm Kernel Meal (PKM)

Produk yang dihasilkan dari komoditas Karet adalah:

1. Ribbed Smoked Sheet (RSS)

2. Standard Indonesian Rubber (SIR)

Produk yang dihasilkan dari komoditas Teh adalah:

1. Orthodox

2. Crush Tear Curl (CTC)

Produk yang dihasilkan dari komoditas Tebu adalah:

1. Gula

2. Tetes

Permasalahan yang dialami PTPN VII dibidang finansial yang dapat diuraikan

sebagai berikut:

• Pendapatan mengalami penurunan terutama disebabkan penurunan volume

penjualan akibat tidak tercapainya produksi terutama produksi petani,plasma,

dan pihak III.

• Perusahaan terus mengalami kerugian dikarenakan penurunan penjualan

tidak dapat diimbangi oleh penurunan biaya produksi. Pada tahun 2014,

17

perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 1.371,8 Miliar terutama terkait

adanya penerapan impairment tanaman semusim sebesar Rp 731,7 Miliar.

• Aset perusahaan mengalami peningkatan karena adanya revaluasi aset

padatahun 2015 serta penambahan investasi. Di sisi lain, terjadi peningkatan

liabilitas untuk pembiayaan investasi dan kegiatan operasional perusahaan.

• Kegiatan investasi mengalami penurunan terkait dengan pelaksanaan

investasi dilakukan dengan skala prioritas dan memperhatikan kondisi

keuangan perusahaan.

• Penurunan rasio keuangan sejalan dengan penurunan laba (rugi)

perusahaan.

Permasalahan di bidang lainnya adalah:

• Penurunan harga jual komoditas

• Nilai beban bunga tinggi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, langkah-langkah strategis yang

dilakukan PTPN VII adalah:

- Melakukan restrukturisasi bisnis secara keseluruhan melalui aksi korporasi :

• Restrukturisasi keuangan

• Restrukturisasi bisnis PG

- Cost Efficiency

- Optimalisasi asset

- Sejalan dengan rencana Holding, perusahaan akan mengembangkan

penjualan retail produk teh dan gula serta hilirisasi produk CPO

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah dilakukan PTPN VII adalah

sebagai berikut:

Program Kemitraan

Pemberian bantuan modal kerja dan pelatihan manajerial sederhana kepada

UKM, koperasi dan usaha mikro dengan harapan dapat membantu pertumbuhan

ekonomi masyarakat yang bertujuan membantu pertumbuhan ekonomi

masyarakat di bidang industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan,

perikanan dan jasa.

18

Bina Lingkungan

Pemberian bentuk bantuan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat yang

meliputi bantuan bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan

kesehatan pengembangan prasarana dan sarana umum, pelestarian alam,

pengentasan kemiskinan serta pendidikan/pelatihan,pemagangan, pemasaran,

promosi, pameran mitra binaan.

3.5. PT ANGKASA PURA II (PERSERO)

PT Angkasa Pura II adalah badan usaha milik negara yang bergerak di bidang

pengelolaan dan pegusahaan bandar udara di Indonesia, bersama dengan PT

Angkasa Pura I yang menitikberatkan pelayanan pada Indonesia bagian barat.

Angkasa Pura II berkantor pusat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di

Tangerang, Banten.

Kinerja keuangan PT AP 2 kurun waktu 5 mengalami kenaikan seperti diuraikan

berikut ini:

Pendapatan : 2013 – 2017 dari 4.2 T menjadi 8.11 T CAGR 17,8%

Ebitda : 2013 – 2017 dari 2.9 T menjadi 3.6 T CAGR 5,3%

Net Income : 2013 – 2017 dari 1.0 T menjadi 2.0 T CAGR 18,1%

Aset : 2013 – 2017 dari 13.3 T menjadi 32.6 T CAGR 25,1%

Liabilitas : 2013 – 2017 dari 1.6 T menjadi 10.6 T CAGR 58,1%

Ekuitas : 2013 – 2017 dari 11.6 T menjadi 22.0 T CAGR 17,3%

Kinerja operasional PT Angkasa Pura II dapat dijelaskan sebagai berikut:

• PERGERAKAN PESAWAT tahun 2017 secara total korporasi (13

bandara) mengalami peningkatan sebesar 13,46%, yaitu sebesar 821.188

pergerakan dibanding tahun 2016 sebesar 723.799 pergerakan.

Peningkatan tersebut didorong oleh penambahan frekuensi dan jumlah

rute penerbangan dari beberapa operator penerbangan domestik dan

internasional dengan CAGR 5 tahun terakhir sebesar 5%

• PERGERAKAN PENUMPANG tahun 2017 secara total korporasi (13

bandara) mengalami peningkatan 10,83%, yaitu sebesar 105.483.946

penumpang dibanding tahun 2016 sebesar 95.175.021 penumpang

dengan CAGR 5 tahun terakhir sebesar 6%

• PERGERAKAN KARGO pada tahun 2017 secara korporasi (13 bandara) juga

mengalami peningkatan 11,83%, yaitu sebesar 831.236 ton di tahun 2017

19

dibandingkan dengan 743.336 ton pada tahun 2016 dengan CAGR 5 tahun

terakhir sebesar 2%.

Dalam rangka meningkatkan daya saing terutama untuk menjadi bandara

HUB PT Angkasa Pura II telah menyusun Roadmap seperti terlihat pada gambar

berikut.

Gambar 4. Roadmap PT Angkasa Pura II

Sumber: PT Angkasa Pura II, 2018

Dalam jangka panjang, PT Angkasa Pura II akan memiliki dua bandara

APII yang akan diposisikan sebagai bandara HUB yaitu bandara Cengkareng

sebagai Primary Internasional Country HUB dan bandara Kualanamu Sebagai

Secondary International Country HUB.

Strategi yang dilakukan AP II untuk menjadi HUB adalah:

Pengembangan Infrastruktur

Peningkatan kapasitas terminal dengan perluasan area terminal

Peningkatan kapasitas runway dan apron

Peningkatan fasilitas terkait aksesibilitas (kereta bandara, APMS)

Peningkatan Traffic dengan Berkolaborasi dengan Maskapai Penerbangan

Memberikan insentif finansial kepada maskapai penerbangan

Memberikan slot landing yang optimal untuk maskapai penerbangan

Smart Airport

Indonesia Airport Apps

Digital Banner

20

Smart Survey

AOCC

dll

Dalam hal rencana pengalihan pengelolaan bandara Fatmawati Soekarno dari

Kementerian Perhubungan kepada PT Angkasa Pura II, PT AP II telah menyusun

rencana pengembangan Air Port sebagai berikut:

Lahan Eksisting 265.969 Ha

Luas Terminal mencapai 15.000 m²

Kapasitas ≥ 1 juta penumpang

Perluasan Apron

Perluasan lahan parkir mengikuti penambahan kapasitas terminal

Adapun Timeline proses perencanaannya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Timeline Proses Rencana KSP Bandara

Sumber: PT Angkasa Pura II, 2018

Dengan pengalihan pengelolaan ini nilai tambah ekonomis yang akan diperoleh

adalah:

1. Peningkatan kapasitas dan daya dukung fasilitas bandara

2. Peningkatan service level (tingkat layanan) di Bandar Udara

3. Trigger bagi pertumbuhan perekonomian/industri daerah

4. Meningkatkan kemudahan aksesibilitas ke area wisata

5. Meningkatkan daya saing bagi produk unggulan asli daerah

6. Konektivitas jalur transportasi udara

21

Nilai tambah finansial yang akan diperoleh adalah:

1. Mengurangi beban APBN karena tidak adanya Capital Expenditure dan

Operational expenditure serta mengurangi kerugian operasional.

2. Menambah pendapatan non pajak berupa kontribusi tetap dan pembagian

keuntungan.

3. Adanya kepastian investasi untuk pengembangan atau peningkatan fasilitas

bandar udara

4. Menambah nilai aset pemerintah di akhir masa kerjasama dengan

penambahan aset BOT

5. Dari sisi BUMN pengelola bandara keuntungan yang akan diperoleh adalah:

memperluas cakupan wilayah pengelolaan bandara; meningkatkan/

memperbesar jumlah trafik yang dikelola; meningkatkan revenue perusahaan

(BUMN) serta meningkatkan size/nilai perusahaan (BUMN).

Pelaksanaan PKBL dan Bina Lingkungan

Pelaksanaan PKBL pada PT . Angkasa Pura II (Persero) dimulai sejak tahun

1991 yang dahulu unit yang melaksanakan bernama PUKK dan sejak tahun 2007

sesuai Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007

berubah menjadi unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Program dan mekanisme kemitraan yang telah dikembangkan

• Penyaluran dana Program Kemitraan untuk tahun 2018 menggunakan dana

pengembalian mitra binaan (bergulir) sehingga untuk alokasi laba tahun

2018 tidak di anggarkan.

• Dana yang diterima dari alokasi laba mulai tahun 1991 sampai tahun 2018

sebesar Rp. 141.259.158.209,27.

• usaha yang dilakukan oleh mitra binaan dapat dikelompokan kedalam 8

(delapan) sektor , yaitu :

a) Perdagangan

b) Industri

c) Pertanian

d) Perkebunan

e) Perikanan

f) Peternakan

g) Jasa

22

h) Lainnya

Nilai yang telah disalurkan dalam program KEMITRAAN/PUKK

Sampai dengan bulan September 2018 PT Angkasa Pura II menyalurkan dana

program kemitraan sebesar Rp 39.905.000,00 sehingga penyaluran dana program

kemitraan tahun 1991 s/d September 2018 sebesar Rp. 561.114.641.000,00.

Jumlah mitra binaan yang tersebar di wilayah kerja PT Angkasa Pura II (Persero)

sejak tahun 1991 s/d September 2018 sebanyak 30.194 mitra binaan.

Nilai yang telah disalurkan dalam Program Bina Lingkungan

Untuk Program Bina Lingkungan, jumlah Penerimaan dana dari alokasi laba yang

diterima perusahaan dari tahun 2002 s/d 2018 sebesar Rp 254.523.126.535,27

Untuk tahun 2018 dana Bina Lingkungan yang telah disalurkan sampai dengan

bulan September 2018 sebesar Rp15.738.654.565,00.

Dana Bina Lingkungan yang disalurkan tahun 2002 s/d September 2018 sebesar

Rp. 250.942.235.527,4

Untuk Program Bina Lingkungan telah disalurkan antara lain :

1. Bantuan Korban Bencana Alam.

2. Bantuan Sarana Ibadah.

3. Bantuan Sarana Pendidikan.

4. Bantuan Sarana Kesehatan.

5. Bantuan Sarana Umum.

6. Bantuan Untuk Pelestarian Alam (Penghijauan).

7. Bantuan Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan.

Program Kemitraan & Bina Lingkungan : Provinsi Bengkulu

1. Program kemitraan

PT Angkasa Pura II (Persero) tidak memilik Kantor Cabang di Provinsi Bengkulu

sehingga program kemitraan dilaksanakan melalui kerjasama penyaluran

dengan Perusahaan Modal Ventura Daerah (PMVD) yaitu PT Sarana Bengkulu

Ventura yang merupakan anak perusahaan PT Bahana Artha Ventura (BAV)

BUMN Penyalur sebesar 8 Milyar.

2. Program Bina Lingkungan

Penyaluran Program Bina Lingkungan di Provinsi Bengkulu dialokasikan untuk :

- Taman Bacaan Sekolah di SDN 103 Jl. Pinang Mas, Berinting Permai,

MuaraBangka Hulu, Bengkulu sebesar Rp116 juta.

23

- Pembangunan Konservasi Bunga Raflesia Arnoldi & Amorphophallus

Titanium Kab. Kepahiang, Bengkulu sebesar 98 juta.

3.6. PT PELINDO II (PERSERO)

PT Pelabuhan Indonesia II atau sering dikenal dengan Pelindo II adalah Badan

Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang logistik, secara spesifik pada

pengelolaan dan pengembangan pelabuhan. Saat ini, Pelindo 2 telah

mengoperasikan 12 Pelabuhan yang terletak di 10 Provinsi Indonesia.

IPC Bengkulu yang juga mengemban amanat undang-undang untuk

menjadi bagian dari penggerak perekonomian nasional, telah merancang

program strategis yang secara langsung maupun stimulan, akan berimplikasi

pada dinamika perekonomian di wilayah Bengkulu pada khusunya, dan kawasan

Indonesia Barat pada umumnya.

Upaya untuk membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah

langkah strategis bagi pengembangan usaha IPC Bengkulu untuk mempercepat

pelaksanaan program usahanya. Terutama dalam upaya untuk meningkatkan

investasi dan pertumbuhan perekonomian regional, melalui pengembangan

layanan kepelabuhan yang profesional dan bertaraf internasional. Rencana

pembangunan terminal curah cair (CPO) adalah upaya stimulan dan kompetitif

untuk meningkatkan pendapatan kelompok usaha dan masyarakat petani sawit

Bengkulu. Melalui rencana ini, persoalan jalur distribusi yang berpengaruh pada

harga jual bagi pelaku usaha dan petani sawit, bisa menjadi kompetitif.

Kinerja keuangan PT Pelindo II cabang Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

adalah seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4. Kinerja Keuangan Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu

Pendapatan dari tahun 2013 sd 2016 mengalami penurunan diakibatkan

turunnya volume pengapalan batubara dan tidak dipungutnya lagi kontribusi alur

untuk kapal dan tongkang yang memuat batubara / curah kering lainnya.

24

Pendapatan mengalami kenaikan yang cukup besar pada tahun 2017 selaian

kenaikan volume batubara juga dikarenakan karena adanya penyesuiaan tarif

handling batubara/ curah kering di cabang bengkulu.

Biaya Usaha secara umum mengalami kenaikan. Kenaikan signifikan

pada 2014 disebabkan adanya sewa alat berat yang dilakukan oleh cabang

bengkulu dalam pengopersian jety konvensional. Kenaikan biaya secara

signifikan juga terjadi pada 2017 akibat penyesuaian struktur perusahaan cabang

bengkulu sehingga menaikan biaya pegawai cabang Bengkulu. Pendapatan di

Luar Usaha pada 2013 terealisasi besar disebabkan oleh adnaya laba selisih

kurs dari transaksi kontribusi alur dengan tarif dollar. Biaya di luar usaha tahun

2013, 2014, dan 2015 terealisasi sangat besar akibat adanya pengerukan Alur

yang menjadi beban cabang. Sedangkan sejak tahun 2016, pengerukan Alur

menjadi beban kantor pusat.

Tujuh program strategis untuk pengembangan pelabuhan Bengkulu yang

dilakukan oleh PT Pelindo II adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan terminal curah cair

2. Pengembangan terminal curah kering

3. Pembangunan jalan akses keliling (Outer Ring Road)

4. Pembangunan pagar pembatas

5. Pembangunan instalasi karantina hewan

6. Kawasa ekonomi khusus (KEK)

7. Penataan dermaga nusantara dan terminal petikemas

Terkait dengan program kemitraan dan bina lingkungan, total dana yang telah

disalurkan untuk program bina lingkungan adalah sebesar Rp.3.774.615.250,-

yang disalurkan untuk kegiatan sebagai berikut:

1. Bantuan korban bencana alam

2. Bantuan pendidikan

3. Bantuan peningkatan kesehatan

4. Bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum

5. Bantuan saran ibadah

6. Bantuan pelestarian alam

7. Bantuan sosial kemasyarakatan

Dana program kemitraan yang telah disalurkan adalah sebesar Rp.280.000.000,-

dalam bentuk pinjaman dan pembinaan.

25

3.7. PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO)

Sejak tahun 1984 PN Asuransi Djiwasraya berubah nama dan bentuk

perusahaan menjadi PT Asuransi Jiwasraya. Untuk menuju Tata Kelola

Perusahaan yang baik, PT Asuransi Jiwasraya telah membentuk komite

investasi. Selain itu untuk Manajemen Risiko, sejak tahun 2015 telah dibentuk

Divisi Manajemen Risiko dan Perencanaan Korporasi yang dipimpin oleh

seorang Kepala Divisi di bawah Direktorium Kepatuhan yang memiliki tugas dan

tanggung jawab:

1. Merumuskan Kebijakan dan Strategi Investasi;

2. Komite Investasi dalam melaksanakan tugasnya mengacu kepada rumusan

Kebijakan dan Strategi Investasi sesuai batasan-batasan transaksi secara

umum atau sesuai pedoman investasi yang telah ditetapkan Perusahaan.

3. Memantau pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Investasi;

4. Melakukan evaluasi, monitoring atas pelaksanaan Kebijakan dan Strategi

Investasi oleh Tim pengelola Investasi

5. Melaksanakan pertemuan setiap saat bila dianggap perlu atau minimal 3

(tiga) bulan sekali dalam rangka dapat merumuskan Kebijakan dan Strategi

Investasi dan atau memantau pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Investasi.

Strategi pengembangan produk yang diimplementasikan di wilayah Bengkulu di

bagi menjadi 2 (dua) jenis produk yaitu unit link dan nonunit link, dimana dalam

proses pemasarannya tetap memperhatikan kekuatan saluran distribusi yang

ada serta kebutuhan masyarakat di wilayah Bengkulu. Capaian kinerja

perusahaan di kantor cabang Bengkulu sampai semester I tahun 2018 adalah

sebagai berikut:

1. Premi yang diterima adalah Rp5.446.012.357,- rupiah.

2. Jumlah polis mencapai 459 polis.

3. Jumlah agen asuransi adalah 146 agen.

4. Kantor penjualan berjumlah 6 cabang di 6 unit kerja yaitu unit kerja area

Lubuk Linggau, Pagar Dewa, Manna, Curup, Marlborough, dan Arga Makmur.

Penyaluran PKBL yang dilakukan di wilayah Bengkulu adalah sebagai berikut:

26

1. Program Kemitraan (PK)

Bentuk program kemitraan yang telah dilaksanakan dan dikembangkan oleh PT

Asuransi Jiwasraya berupa Pinjaman modal usaha untuk Pengembangan usaha

mikro dan usaha Kecil untuk pengusaha kecil yang non bankable.

Mekanisme Kemitraan: Penyaluran Pinjaman Kemitraan ditujukan kepada

pengusaha kecil perorangan yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

oleh PT Asuransi Jiwasraya dengan jumlah pinjaman untuk masing-masing mitra

antara Rp 15.000.000,- s/d Rp 30.000.000,

Jumlah penyaluran Pinjaman Kemitraan s/d thn 2013: Rp. 550.000.000.

Jumlah mitra Binaan : 37 mitra

Jumlah mitra Binaan yang telah lunas : 9 mitra

Jumlah Mitra Binaan yg masih mengangsur : 28 mitra

Jumlah Piutang Mitra Binaan per September 2018 : Rp. 227.779.000,-

Untuk tahun 2014-2017 belum ada proposal pengajuan baru untuk pinjaman

kemitraan.

2. Program Bina lingkungan (BL)

Bentuk program Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh PT Asuransi Jiwasraya

berupa bantuan dana Hibah dari Perusahaan kepada kelompok masyarakat

dengan pola penyaluran bantuan secara langsung. Pada tahun 2017 PT

Asuransi Jiwasraya mendapat penunjukan dari Kementerian BUMN sebagai

pelaksana.

Tabel 6. Penyaluran Bina Lingkungan di Provinsi Bengkulu

Sumber: Asuransi Jiwasraya, 2018.

27

Program BUMN Hadir untuk Negeri di Provinsi Bengkulu:

- Siswa mengenal nusantara, nilai penyaluran Rp255.722.443,-

- Jalan sehat dan HUT RI ke 72, nilai penyaluran 188.547.375,-

- Bedah rumah, nilai penyaluran Rp451.193.600,-

Permasalahan

Secara keseluruhan, Permasalahan yang dihadapi di daerah terkait dengan

bidang tugas BUMN tersebut di atas adalah sebagai berikut:

- Premium dan solar sering kali tidak tersedia di provinsi Bengkulu terutama

menjelang akhir tahun.

- Pembelian BBM di Bengkulu sering antri, pengaturan dan penyaluran BBM

PSO seringkali tidak tepat.

- Proses penetapan kawasan dan Perizinan untuk pembangunan KEK dinilai

lambat

- Daya PLN di daerah Bengkulu sudah cukup memadai, akan tetapi sering

mengalami pemadaman.

- Penyaluran logistik untuk sumatera bagian barat kebanyakan dilakukan

melalu jalur darat yang mengakibatkan harga barang di kawasan barat

sumatera barat menjadi tinggi,untuk itu diharapkan adanya pengembangan

pelabuhan agar jalur logistik dapat dilakukan melalui jalur laut. Untuk itu agar

pembangunan KEK dapat segera diselesaikan.

- Masyarakat yang tinggal di kawasan KEK berjumlah sekitar 400 kepala

keluarga, masih terdapat 330 kk yang menempati kawasan Pelindo yang

perlu direlokasi. Kawasan untuk relokasi 330 kk yang akan dipindahkan

ternyata tidak memadai untuk menampung warga kampung nelayan yang

akan direlokasi tersebut karena kawasan tersebut telah lebih dahulu ditata

oleh kementeriaan PUPN dan lahan yang tersisa tidak sampai 4 hektar

sehingga tidak cukup untuk menampung 330 kk yang akan direlokasi.

- Tingkat kemiskinan di provinsi Bengkulu masih cukup tinggi jika dibandingkan

dengan rata-rata nasional.

- Penda Bengkulu telah membentuk Forum CSR agar program CSR dapat

bersinergi dengan program pemerintah Bengkulu

28

IV. PENUTUP

4.1. Simpulan

Provinsi Bengkulu memiliki potensi di bidang pertanian, perkebunan,

kelautan dan pariwisata yang cukup memadai akan tetapi masih perlu

dikembangkan dan ditata dengan baik. Untuk itu perlu kerja sama yang baik

antara pemerintah baik pusat maupun dan BUMN agar dapat mendorong

percepatan pembangunan ekonomi daerah. Paparan yang disampaikan oleh

BUMN telah cukup memadai, hanya perlu ditingkatkan lagi peran serta BUMN

dalam pembangunan dan pelayanan untuk masyarakat daerah. Begitu juga

dengan pelaksanaan program CSR dan PKBL perlu ditingkatkan lagi.

4.2. Rekomendasi

- Agar daerah lebih inovatif dalam menggerakkkan sektor wisata dan potensi

daerahnya.

- Aspirasi dari daerah beberapa sudah dibahas di komisi VI

- Dewan mendukung aspirasi pemda dan mengatasnamakan daerah

mengajukan keluhan ke kementerian.

- Untuk mengembangkan kawasan pariwisata dimulai daeri junjungan turis

lokal. Pemerintah daerah agar lebih aktif mempromosikan wisata Bengkulu

secara digital.

- Agar wisata sejarah dikembangkan agar lebih menarik bagi turis lokal dan

dari luar Bengkulu.

- Mendorong untuk menjadikan koperasi soko guru perekonomian.

- 1 Januari 2019 OSS sudah diaplikasikan di BKPM

- Pelaksanaan penerapan sistem OSS di kementerian dan BKPM agar dapat

transparan.

- Agar pemerintah menyediakan pendapingan kepada SDM di daerah dalam

untuk pengadministrasian dan pengelolaan desa

- OSS agar dikoordinir oleh BKPM agar perizinan dapat lebih mudah

- Agar perbankan dapat menyelesaikan masalah dalam penyaluran KUR.

- Komisi VI terus mendorong BKPM OSS agar segera diselesaikan dan menko

agar segera menyelesaikan penyusunan PP 24

29

- Pembiayaan listrik desa agar dapat berjalan dengan baik, dan dapat segera

diselesaikan

- Terkait proyek tanjung bai dan pengelolaan bandara, anggota meminta agar

BUMN dan pemerintah daerah menjalin komunikasi yang baik dan interns

terkait pembangunan proyek tersebut. Dan anggota akan pendorong realisasi

proyek tersebut agar berjalan dengan baik.

- Agar meningkatkan promosi wisata dan infrastruktur untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah

- Program CSR dari BUMN agar dapat diarahkan untuk program pengentasan

kemiskinan agar sejalan dengan program pemerintah daerah dan agar lebih

tepat sasaran.

Demikianlah laporan Kunjungan Kerja Komisi VI ke provinsi Bengkulu ini

disampaikan. Diharapkan laporan ini dapat menjadi masukan dalam upaya

optimalisasi kinerja BUMN terutama yang memiliki wilayah operasional di

provinsi Bengkulu. Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI akan

menjadikan laporan ini menjadi masukan bagi Komisi VI DPR RI terutama

sebagai bahan bagi fungsi Pengawasan dan Penganggaran DPR RI. Selain itu

hasil Kunjungan Kerja ini juga akan diserahkan kepada Pemerintah untuk dapat

ditindaklanjuti terutama dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan oleh BUMN-BUMN terkait.

Ketua Tim,

Ttd.