laporan kta

55
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi karena kehilangan unsur tanah dan bahan organik di daerah perakaran, terkumpulnya garam di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh air, dan erosi. Kerusakan tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman . Lahan–lahan di Indonesia merupakan hutan tropika yang sangat subur dan lebat yang dapat kita jumpai dimana–mana dan memberikan manfaat banyak bagi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan bertambahnya penduduk menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan tersebut manusia menggunakan lahan sebagai sumbernya maka terjadilah penggunaan lahan yang diolah secara benar maupun secara serampangan tanpa kemampuan lahan yang terbatas dan akibat yang akan ditimbulkannya . Akibat dari penggunaan lahan yang tidak tepat dan merupakan salah satu proses 1

Upload: najihfikriyah

Post on 21-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

LAPORAN KTA

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KTA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air pada dasarnya

merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah

mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi karena

kehilangan unsur tanah dan bahan organik di daerah perakaran,

terkumpulnya garam di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh air, dan

erosi. Kerusakan tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan

tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Lahan–lahan di Indonesia merupakan hutan tropika yang sangat

subur dan lebat yang dapat kita jumpai dimana–mana dan memberikan

manfaat banyak bagi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan

bertambahnya penduduk menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan akan

sandang, pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan tersebut manusia menggunakan lahan sebagai sumbernya maka

terjadilah penggunaan lahan yang diolah secara benar maupun secara

serampangan tanpa kemampuan lahan yang terbatas dan akibat yang akan

ditimbulkannya. Akibat dari penggunaan lahan yang tidak tepat dan

merupakan salah satu proses geomorfologi yang bekerja dari satuan bentuk

adalah terjadinya erosi.

Erosi di areal pertanian dapat menyebabkan hilangnya lapisan tanah

permukaan yang subur dan diganti dengan munculnya lapisan tanah bawah

yang relatif kurang subur. Kurang suburnya tanah di lapisan bawah tanah

disebabkan oleh tanah lebih mampat, kadar bahan organik sangat rendah,

hara tanah yang berasal dari dari hasil penguraian seresah tanaman rendah,

struktur tanah memiliki imbangan porositas lebih buruk, dan sifat-sifat lain

dengan daya dukung yang lebih rendah terhadap pertumbuhan tanaman.

Karena itu, erosi dianggap sebagai faktor utama degradasi lahan pertanian di

daerah tropika basah. Akibat erosi daya dukung tanah terhadap

pertumbuhan tanaman menjadi merosot, serta respon tanaman terhadap

1

Page 2: LAPORAN KTA

2

pemupukan berkurang sehingga tidak ada lagi produk yang dapat

diharapkan dari pertanaman.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari adanya Konservasi Tanah dan Air ini adalah :

1. Memahami cara mengukur erosi dan nikai toleransi pada suatu lahan

2. Mengetahui status erosi pada suatu lahan dan memberikan rekomendasi

praktik konservasi pengelolaan yang diperlukan.

Page 3: LAPORAN KTA

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosivitas Hujan

Erosivitas merupakan akibat dari hujan yang dipengaruhi oleh adanya

vegetasi dan kemiringan serta faktor tanah dinyatakan dalam erodibilitas yang

juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi. Erosi juga ditentukan oleh sifat hujan, sifat

tanah, derajat dan panjang lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan

aktifitas manusia dalam hubungannya dengan pemakaian dan pengelolaan tanah.

Erosivitas merupakan sifat yang menentukan energi (R), faktor yang

mempengaruhi besarnya energi (kemiringan S, panjang lereng L) dan erodibilitas

merupakan sifat tanah K, serta faktor yang memodifikasi yaitu tanaman (C) dan

pengelolaan tanah (P). Topografi atau rupa muka tanah menentukan kecepatan

aliran permukaan yang membawa partikel -partikel tanah. Peranan vegetasi

penutup adalah melindungi tanah dari pukulan langsung air hujan dan

memperbaiki struktur tanah melalui penyebaran akar-akanrnya. Faktor kegiatan

manusia memegang peranan penting terutama dalam usaha pencegahan erosi

karena manusia dapat memperlakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya

kecuali faktor iklim (Suprojo 2005).

Erosivitas merupakan kemampuan hujan dalam mengerosi tanah. Faktor

iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan, temperatur dan

suhu. Sejauh ini hujan merupakan faktor yang paling penting. Hujan

menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan butiran tanah oleh

pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi hujan terhadap aliran.

Jumlah hujan yang yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika

intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin

juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya sedikit. Jika

jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi

cenderung tinggi (Suripin 2004).

Metode perhitungan erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data

curah hujan yang tersedia. Menggunakan rumus Bols jika diketahui jumlah curah

Page 4: LAPORAN KTA

4

hujan bulanan, jumlah hari hujan bulanan, dan curah hujan harian rata-rata

maksimal bulanan tertentu.

Rm = 6,119 x (Rain)m1,211 x (Days)m -0,474 x (Max P)m 0,526

Di mana :

R            =  Erosivitas curah hujan tahunan

Rm         =  indeks erosivitas curah hujan bulanan rata-rata

(Rain)m   =  jumlah curah hujan bulanan rata-rata (cm)

(Days)m   =  jumlah hari hujan bulanan pada bulan tertentu (hari)

(Max P)m= curah hujan harian maksimal pada bulan tertentu (cm) (Suprato 2000)

B. Erodibilitas Tanah

Erodibilitas tanah merupakan faktor kepekaan tanah terhadap erosi. Nilai

erodibilitas tanah yang tinggi pada suatu lahan menyebabkan erosi yang terjadi

menjadi lebih besar dan sebaliknya. Faktor erodibilitas tanah sangat berkaitan

dengan tekstur tanah dan juga kandungan bahan organik tanah. Penentuan nilai

erodibilitas tanah dengan menggunakan nomograf yang berdasarkan pada sifat-

sifat tanah yang mempengaruhinya meliputi tekstur, struktur, kadar bahan organik

dan permeabilitas tanah (Suripin 2004).

Erodibilitas Tanah adalah tingkat kepekaan suatu jenis tanah terhadap

erosi. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas) tanah sebagai mudah tidaknya

suatu tanah tererosi. Secara lebih spesifik, Young et al. dalam veiche (2002)

mendefinisikan erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya tanah untuk

dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan atau oleh kekuatan aliran

permukaan. Sementara Wischmeier dan Mannering (1978) menyatakan bahwa

erodibilitas alami tanah merupakan sifat kompleks yang tergantung pada laju

infiltrasi tanah dan kapasitas tanah untuk bertahan terhadap penghancuran agregat

(detachment) serta pengangkutan oleh hujan dan aliran permukaan.

Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat

fisik, mekanik, hidrologi, kimia, reologi atau litologi, mineralogi dan biologi,

termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman tanah dan sifat-sifat dari

lapisan tanah. Erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun

ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi lainnya yakni erosivitas, topografi,

Page 5: LAPORAN KTA

5

vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Suatu tanah yang memiliki erodibilitas

rendah mungkin akan mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut terdapat

pada lereng yang curam dan panjang, serta curah hujan dengan intensitas yang

tinggi. Sebaliknya tanah yang memiliki erodibilitas tinggi, kemungkinan akan

memperlihatkan gejala erosi ringan atau bahkan tidak sama sekali bila terdapat

pada pada lereng yang landai, dengan penutupan vegetasi baik, dan curah hujan

dengan intensitas rendah. Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh dari

faktor pengolalaan tanah terhadap sifat-sifat tanah. bahwa pengelolaan tanah dan

tanaman yang mengakumulasi sisa-sisa tanaman berpengaruh baik terhadap

kualitas tanah, yaitu terjadinya perbaikan stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah

(shear strength), dan resistensi atau daya tahan tanah terhadap daya hancur curah

hujan (splash detachment) (Rachman et al. 2003).

Pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah

adalah :

1. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas

tanah menahan air.

2. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap

dispersi dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan.

Meskipun erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun

untuk membuat konsep erodibilitas tanah menjadi tidak terlalu kompleks, maka

beberapa peneliti menggambarkan erodibilitas tanah sebagai pernyataan

keseluruhan pengaruh sifat-sifat tanah dan bebas dari faktor penyebab erosi

lainnya (Arsyad 2000).

C. Kemiringan dan Panjang Lereng

Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan adanya beda tinggi

apabila beda tinggi dua tempat tesebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar

sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan. Bentuk lereng bergantung pada

proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Leeng merupakan parameter

topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi

relatif, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu

bahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik,

Page 6: LAPORAN KTA

6

kimia dan biologi, sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian

dan pemukiman. Salah satunya dengan menbuat. Peta Kemiringan Lereng (Peta

Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth” yaitu pada peta

topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat

grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkar

dibuat garis horizontal (Sune 2011).

Faktor panjang dan kemiringan lereng merupakan sumber terjadinya

kesalahan yang terbesar yang terbesar jika diterapkan dalam rumus USLE pada

metodeogi RTk RHL. Hal ini disebabkan oleh penggunaan peta dengan skala 1 :

25.000 atau 1 : 50.000 untuk mendapatkan nilai panjang dan kemiringan lereng.

Peta lereng yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan satuan lahan,

memberi informasi lereng yang terlalu umum untuk digunakan dalam rumus

USLE, terutama jika informasi tersebut dihitung dari informasi kontur. Panjang

lereng harus ditentukan di lapangan. L merupakan panjang lereng dari batas atas

lapangan (misalnya batas lapangan bervegetasi) hingga ke titik dimana aliran air

terkonsentrasi pada saluran di lapangan, jurang atau sungai, atua titik dimana

mulai terjadi deposisi. Nilai panjang rata-rata dan nilai kemiringan lereng dapat

digunakan untuk satu satuan lahan yang tidak banyak mempunyai variasi.

Kemiringan lereng dan panjang lereng yang diperoleh dari pengukuran lereng

dilapangan di bagi lagi seperti yang diperlukan tiap satuan lahan, menjadi satuan

lahan yang lebih kecil dan terinci, berdasarkan kemiringan lereng dan panjang

lereng. Yang terpenting adalah informasi lereng harus dipetakan secara terinci.

Menentukan kemiringan lereng rata-rata (S) dalam % dan panjang lereng rata-rata

di lapangan (L) untuk lahan pertanian kurang lebih dalam satuan lahan yang sama.

Untuk menghitung panjang dan kemiringan lereng di gunakan dua rumus yang

penggunaannya tergantung pada kemiringan lereng lebih besar atau kurang dari

15%. Untuk LS < 15% menggunakan rumus LxS (Suripin 2004).

D. Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi

Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada

suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang  tererosi dengan pada

kondisi permukaan lahan yang sama tetapi tanpa  pengelolaan tanaman atau

Page 7: LAPORAN KTA

7

diberakan tanpa tanaman. Pada tanah yang  gundul (diberakan tanpa

tanaman/petak baku) nilai C = 1.0. Untuk  mendapatkan nilai C tahunan perlu

diperhatikan perubahan-perubahan  penggunaan tanah dalam setiap tahun.

Terdapat sembilan parameter sebagai faktor penentu besarnya  nilai C, yaitu

konsolidasi tanah, sisa-sisa tanaman, tajuk vegetasi,  sistem perakaran, efek sisa

perakaran dari kegiatan pengelolaan lahan,  faktor kontur, kekasaran permukaan

tanah, gulma, dan rumputrumputan (Rojer 2003).

Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang  bila

usaha konservasi tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya)  dengan tanpa

adanya usaha konservasi tanah. Tanpa konservasi tanah  nilai P = 1 (petak baku).

Bila diteraskan, nilai P dianggap sama dengan  nilai P untuk strip cropping,

sedangkan nilai LS didapat dengan  menganggap panjang lereng sebagai jarak

horizontal dari masingmasing  teras. Konservasi tanah tidak hanya tindakan

konservasi secara  mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang

bertujuan  untuk mengurangi erosi tanah. Penilaian faktor P di lapangan lebih

mudah apabila digabungkan dengan faktor C, karena dalam  kenyataannya kedua

faktor tersebut berkaitan erat.. Pemilihan atau penentuan nilai faktor CP  perlu

dilakukan dengan hati-hati karena adanya variasi keadaan lahan dan variasi teknik

konservasi yang dijumpai di lapangan.

Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan

menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997).

Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya

erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan

organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi

temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk

antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air

hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan

tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan

mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman 2007).

Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah,

tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras.

Page 8: LAPORAN KTA

8

Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.

Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau

pupuk hijau. Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas

permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut

dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad 2000).

E. Prediksi Erosi

Erosi bukan hanya mengangkut lapisan tanah, namun juga mengangkut

hara dan bahan organik, baik yang terkandung di dalam tanah maupun yang

berupa input pertanian. Maka dari itu kerusakan sifat fisik tanah, baik yang

diakibatkan oleh proses erosi maupun pengolahan tanah yang intensif, juga

seringkali menjadi penyebab penurunan produktivitas lahan. Adapun berbagai

tindakan yang dapat menekan erosi, mempertahankan/meningkatkan kadar bahan

organik tanah, dan mengurangi dampak negatif dari pengolahan tanah, merupakan

usaha yang diperlukan dalam pelestarian lahan sebagai salah satu sumberdaya

lahan pangan. Erosi merupakan penyebab utama penurunan produktivitas lahan

kering, terutama yang ditanami tanaman semusim. Oleh karena itu diperlukan

adanya suatu pemberdayaan lahan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan

pangan nasional, dengan cara mengaplikasikan teknik konservasi pada lahan

tersebut (Dariah 2004).

Bahaya erosi yang telah menurunkan produktivitas tanah merupakan

masalah utama dari tahun ke tahun tetap harus dihadapi oleh pemerintah. Bahaya

erosi yang menimpa lahan-lahan pertanian serta penduduk sering terjadi pada

lahan-lahan yang memiliki kelerengan sekitar 15% keatas. Bahaya ini disebabkan 

selain oleh perbuatan manusia yang mementingkan pemuasan kebutuhan diri

sendiri, juga dikarenakan pengelolaan tanah dan pengairannya yang keliru

(Asdak 2002).

Untuk mengidentifikasi tingkat bahaya erosi, model yang dapat

digunakan adalah dengan menggunakan model USLE (Universal Soil Loss

Equation). Model USLE mempertimbangkan beberapa faktor dalam kajian erosi

seperti faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, faktor panjang dan

Page 9: LAPORAN KTA

9

kemiringan lereng, faktor penutupan dan manajemen tanaman, dan faktor tindakan

konservasi tanah (Arsyad 2010).

 Salah satu persamaan yang pertama kali di kemukakan untuk

mempelajari erosi lahan adalah yang diisebut persamaan Musgrave, yang

selanjutnya berkembang terus menjadi persammaan yang sangat terkenal dan

masih banyak dipakai sampai sekarang, yaitu yang diisebut universal soil loss

equation (USLE). USLE memungkinkan perencanaan memprediksi laju erosi

rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk

setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan (Tindakan konservasi

lahan). USLE di rancang untuk mempredisi erosii jangka panjang dari eroosi

lembar (sheet erosion) dan erosi alur di bawah kondisi tertentu. Persamaan

tersebut dapat juga memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak

dapat untuk memprediksi pengendapan dan tindakan memperhitungkan hasil

sediment dari erosi parit, tebing, sungai dan dasar sungai.

F. Erosi yang Ditoleransikan

Erosi yang masih diperbolehkan adalah laju erosi yang dinyatakan dalam

mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat dibiarkan atau

ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi

perumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas

yang tinggi secara lestari. Menurut Kartasapoetra (2000), yang dimaksudkan

dengan erosi yang masih diperbolehkan (Soil Loss Tolerance) yaitu untuk

mengetahui besarnya erosi yang mungkin dapat diimbangi atau lebih diimbangi

dengan tindakan atau perlakuan manusia yang dapat membantu lajunya

pembentukan tanah, sehingga besarnya erosi selalu dibawah laju pembentukan

tanah. Kecepatan pembentukan tanah di Indonesia cukup beragam, tergantung dari

jenis batuan (bahan) induk dan faktor-faktor pembentuk tanah lainnya. Suhu dan

curah hujan yang tinggi di Indonesia juga mempercepat proses pembentukan

tanah.

Batas tingkat erosi yang masih diperbolehkan mendasarkan pada

kedalaman tanah, permeabilitas lapisan bawah dan kondisi substratum. Dasar-

dasar untuk menentukan tingkat erosi yang masih diperbolehkan dengan

Page 10: LAPORAN KTA

10

memperhatikan kedalaman tanah, sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi

perkembangan akar, pencegahan terbentuknya erosi parit, penyusunan kandungan

bahan organik, kehilangan unsur hara dan masalah-masalah yang ditimbulkan

oleh sedimen di lapangan. Wischmeier dan Smith telah menetapkan angka tingkat

erosi yang masih diperbolehkan adalah antara 4,48 sampai 111,21 ton/ha/th.

Penetapan batas tertinggi laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau

ditoleransikan adalah perlu karena tidak mungkin menekan laju erosi menjadi nol

dari tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada tanah-tanah yang

berlereng.  besarnya T maksimum untuk tanah-tanah di Indonesia adalah 2,5 mm

per tahun, yaitu untuk tanah dalam dengan lapisan tanah (subsoil) yang permeable

dengan substratum yang tidak terkonsolidasi (telah mengalami pelapukan).

Tanah-tanah yang kedalamannya kurang atau sifat-sifat lapisan bawah yang lebih

kedap air atau terletak di atas substratum yang belum melapuk, nilai T harus lebih

kecil dari 2,5 mm per tahun (Arsyad 2000).

Erosi wajar yang mempunyai laju seimbang dengan laju pembentukan

tanah justru perlu ada karena sangat berperan penting dalam peremajaan tanah,

sehingga tingkat kesuburan dan produktivitas tanah tidak terganggu dan dapat

dipertahankan dari waktu ke waktu.secara alami laju kehilangan tanah yang

diperkenankan bergatung pada kondisi tanah. Apabila suatu tanah profilnya dalam

dan tingkat kesuburannya sama pada seluruh kedalaman, maka kehilangan tanah

sebesar 25 mm selama 30 tahun dampaknya tidak sama dengan kehilangan tanah

yang ada pada profil dangkal. Cara penetapan besar erosi wajar yang dilakukan

sampai ssat ini hanya berdasarkan pikiran secara kualitatif. Arsyad

memperkirakan kecepatan laju erosi wajar di Indonesia sebesar dua sampai tiga

kali nilai di Amerika Serikat, yaitu berkisar 15-33 ton/ha/th atau 1,25-2,5 mm/th .

Besarnya erosi diperbolehkan (EDP) dihitung dengan menggunakan

metode Hammer (1978) yang berdasarkan nilai kedalaman ekuivalen tanah dan

umur kelestarian tanah yang diharapkan. Kedalaman ekuivalen diperoleh dari atau

dengan mengalihkan data kedalaman tanah hasil dari pengukuran dengan faktor

kedalam yang besarnya untuk masing-masing jenis tanah berbeda. Kelestarian

sumberdaya tanah dimaksudkan untuk menghitung harapan umur sumberdaya

Page 11: LAPORAN KTA

11

tanah agar tetap produktif. Hammer menyatakan bahwa 300 tahun telah relatif

cukup untuk menghtung EDP guna perencanaan jangka panjang. Menentukan

EDP dapat menggunakan metode Hammer tersebut adalah sebagai berikut:

EDP=(kedalaman tanah ekuivalen)/(umur kelestarian tanah). Kedalaman tanah

ekuivalen merupakan perkalian antara kedalaman tanah efektif dengan faktor

kedalaman. Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah sampai pada lapisan

tanah penghambat pertumbuhan perakaran. Faktor kedalaman adalah indeks yang

didasarkan pada resiko kerusakan tanah sebagai fungsi kedalaman.

Page 12: LAPORAN KTA

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Konservasi Tanah dan Air dilaksanakan pada hari Minggu 16

November 2014. Praktikum dilaksanakan mulai pukul 07.30 sampai selesai.

Praktikum berlokasi di kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

Praktikum analisis permeabilitas tanah dilaksanakan pada hari Senin-

Selasa 17-18 November 2014. Analisis dilakukan pada pukul 07.00 sampai

selesai. Analisis permeabilitas tanah di lakukan di laboratorium fisika tanah.

Pengayakan tanah terusik dilaksanakan pada hari Selasa 9 Desember 2014.

Pengayakan dilakukan pada pukul 13.30 sampai selesai. Pengayakan dilakukan di

belakang laboratorium fisika tanah.

B. Alat

1. Peta dasar (rupabumi)

2. Rol meter

3. Clinometer

4. Bor meter

5. Kompas

6. Ring sampel

7. Pisau

8. Plastik kapasitas 1kg

9. Tali rafia

10. Kamera

11. Alat tulis

12. Peralatan untuk analisis laboratorium

C. Bahan

1. Contoh tanah terusik

2. Contoh tanah tidak terusik

3. Contoh tanah dalam ring sampel

4. Aquadest

5. Bahan kimia untuk analisis laboratorium

Page 13: LAPORAN KTA

13

D. Cara Kerja

1) Pengumpulan Data Curah Hujan

a) Mencari data sekunder di stasiun penakar hujan/klimatologi, atau di

bagian statistik kantor kecamatan terdekat.

2) Praktikum lapang

a) Mencari lokasi berdasarkan peta yang telah diberikan

b) Mengamati struktur tanah, ukuran, dan ketahanan

c) Mengamati tekstur tanah secara kualitatif

d) Mengetahui panjang lereng di lapangan

e) Mengetahui kemiringan lereng di lapangan

f) Mecatat tanaman yang diusahakan di lahan

g) Mengetahui usaha/tindakan konservasi yang telah dilakukan

h) Mengambil sampel tanah tidak terusik dan tanah terusik

3) Analisis Tekstur Tanah secara Kualitatif di Laboratorium dengan Metode

Analisis Granuler Cara Pipet

a) Menimbang 10 gr ctka diameter 2 mm memasukkan dalam gelas piala

500/1000 ml

b) Menambahkan 50 ml aquadest dan 15 ml H2O2 30 % (mendiamkan

sampai reaksi mereda)

c) Menambahkan 20 ml H2O2 30 % dan memanaskan (mendidih sekitar 5

menit)

d) Setelah dingin, menambahkan 20 ml HCl 2N dan memanaskannya

(mendidih sekitar 5 menit)

e) Mendinginkan dan mengencerkan dengan aquadest sampai 500/1000 ml,

setelah mengendap disaring (mengulang sampai tanah/larutan bebas

asam)

f) Memindahkan tanah ke tabung reaksi 500/1000 ml dan menambahkan

larutan Na4P2O7 4% sebanyak 10 ml

g) Mengaduk dan mendiamkannya 1 menit kemudian dipipet sebanyak

20/25 ml kedalaman 20cm, (menyiapkan cawan kosong (b g),

Page 14: LAPORAN KTA

14

memasukkan dalam cawan penguap dan oven sampai kering kemudian

menimbangnya (c g) (debu+liat+peptisator)

h) Setelah 3,5 jam kembali dipipet sebanyak 20/25 ml kedalaman 5 cm

(liat+peptisator), (menyiapkan cawan kosong (d g), memasukkan dalam

cawan penguap dan oven sampai kering kemudian menimbang (e g)

(debu+liat+peptisator)

i) Menyaring sisa filtrate yang ada dengan ayakan 300 mm yang tertinggal

di ayakan mengeringkannya dan menimbang sebagai pasir kasar (untuk

memisahkan pasir kasar dan pasir halus)

4) Analisis Bahan Organik Tanah

a) Menimbang ctka diameter 0,5 mm 0,5 gram (1gr untuk tanah pasiran) dan

memasukkannya ke dalm labu takar 50 ml

b) Menambahkan 10 ml K2Cr2O7 1 N

c) Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc H2SO4 pekat setetes

demi setetes. Hingga menjadi berwarna jingga. Apabila warna menjadi

kehijauan menambahkan K2Cr2O7 dan H2SO4 kembali dengan volume

diketahui (melakukan dengan cara yang sama terhadap blangko.

d) Menggojog dan memutar dan mendatar selama 1 menit lalu

mendiamkannya selama 30 menit

e) Menambahkan 5 ml H3PO4 85 % dan menencerkan dengan aquadest

hingga volume 50 ml menggojog sampai homogen

f) Mengambil 5 ml larutan bening dan menambahkan 15 ml aquadest serta

indikator DPA sebanyak 2 tetes kemundian menggojognya bolak-balik

sampai homogen

g) Menitrasi dengan FeSO4 1 N hingga berwarna hijau cerah

5) Analisis Permeabilitas Tanah

a) Mengambil contoh tanah tidak terusik dari lapisan tanah atas di lapangan

yang akan diukur laju erosinya

b) Merendam contoh tanah dengan ring sampel dengan air dalam bak

perendam sampai setinggi 3 cm dari dasar bak perendam selama 24 jam

Page 15: LAPORAN KTA

15

c) Setelah perendaman selesai, memindahkan contoh tanah yang telah jenuh

air ke permeameter. Mengalirkan air ke selang masuk permeameter dan

mengatur aliran air hingga keluar permeameter tidak merusak struktur

sampel tanah dalam ring sampel yang terpasang tadi

d) Setelah aliran konstan, air yang keluar dari alat permeameter di tampung

pada gelas piala

e) Kemudian melakukan pengukuran yaitu menampung air yang keluar dari

permeameter memakai gelas piala dalam jeda waktu tertentu misalnya 1

menit (menggunakan stopwatch). Air ini lalu ditakar dengan

menggunakan gelas ukur

f) Melakukan mengukuran seperti ini sebanyak 5 kali. Menghitung nilai

rata-ratanya.

6) Perhitungan Prediksi Erosi

a) Menyiapkan data curah hujan dan menghitung rata-rata tiap bulannya

b) Menetapkan rumus P dari rumus Lenvain dan menghitung IR setiap

bulannya dan menjumlahkan IR dari januari sampai desember sehingga

didapatkan nilai R dari rumus USLE

c) Menghitung nilai K (erodibilitas tanah) dengan rumus yang diacu

Hammer

d) Menghitung panjang lereng dan kemiringan lereng (LS)

e) Menetapkan nilai C dari faktor pengelolaan tanaman

f) Menetapkan nilai P dari faktor tindakan konservasi tanah

g) Menetapkan nilai prediksi erosi, serta menghitung nilai erosi yang dapat

diperbolehkan atau ditoleransikan.

Page 16: LAPORAN KTA

16

IV. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA

A. Nilai Erosivitas Hujan R

Tabel 4.1 Perhitungan Faktor Erosivitas Hujan (Nilai R)

No Bulan CH (mm) HH CHm (mm) R

1 Januari 383 12 76 459,16312 Februari 353 14 71 373,22833 Maret 162 11 42 123,32794 April 389 12 69 444,52315 Mei 108 5 55 126,18266 Juni 25 3 11 11,638027 Juli 0 0 0 08 Agustus 0 0 0 09 September 0 0 0 010 Oktober 79 3 50 104,47611 November 298 12 64 309,415712 Desember 350 20 87 347,9076

R Tahunan 2299,862Sumber : Diolah dari data curah hujan tahun 2012 stasiun Jumantono

Keterangan :

CH = rata-rata curah hujan (mm)

HH = hari hujan (hari)

CHm = curah hujan maksimum 24 jam (mm)

Rumus Nilai R:

Data :

Nilai erosivitas hujan (R) :

1. Januari

EI30 = [6,119 (383/10)1,21

= 6,119 (75,03891)

= 459,1631

Page 17: LAPORAN KTA

17

2. Februari

EI30 = [6,119 (353/10)1,21

= 6,119 (60,99499)

= 373,2283

3. Maret

EI30 = [6,119 (162/10)1,21

= 6,119 (20,1549)

= 123,3279

4. April

EI30 = [6,119 (389/10)1,21

= 6,119 (72,64636)

= 444,5231

5. Mei

EI30 = [6,119 (108/10)1,21

= 6,119 (20,62144)

= 126,1826

6. Juni

EI30 = [6,119 (25/10)1,21

= 6,119 (1,901948)

= 11,63802

7. Juli

EI30 = [6,119 (0/10)1,21

Page 18: LAPORAN KTA

18

= 6,119 (0)

= 0

8. Agustus

EI30 = [6,119 (0/10)1,21

= 6,119 (0)

= 0

9. September

EI30 = [6,119 (0/10)1,21

= 6,119 (0)

= 0

10. Oktober

EI30 = [6,119 (79/10)1,21

= 6,119 (17,07402)

= 104,476

11. November

EI30 = [6,119 (298/10)1,21

= 6,119 (50,56638)

= 309,4157

12. Desember

EI30 = [6,119 (/10)1,21

= 6,119 (56,85693)

= 347,9076

Page 19: LAPORAN KTA

19

R tahunan = EI30 Januari + EI30 Februari + EI30 Maret + EI30 April + EI30 Mei

+ EI30 Juni + EI30 Juli + EI30 Agustus + EI30 September + EI30 Oktober + EI30

November + EI30 Desember

R tahunan = 459,1631+ 373,2283+ 123,3279+ 444,5231+ 126,1826+

11,63802+ 0+ 0 +0+ 104,476+ 309,4157+ 347,9076

= 2299,862

B. Nilai Erodibilitas

Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah (Nilai K)

No

Sampel Tanah

(System Lahan)

C-Org (%)

Tekstur

Nilai M a b cNilai

KPasir

Sangat Halus (%)

Debu (%)

Liat (%)

1.Tumpangsari kacang tanah dan jagung

0,083 14,2831 26,712 17,5 3378,152 0,413 2 2 0,267

Sumber : Dianalisis dari Data Primer

Analisis Data

1. Permeabilitas

a. Ulangan I

HL = 5,5 cm

HD = 6,7 cm

ΔH = HD-HL = 6,7-5,5 = 1,2 cm

Q = 6,5 cm

L = 5,3 cm

A = π x r2= 3,14 x (2,5)2 = 19,625 cm2

Page 20: LAPORAN KTA

20

T = 5 menit = 0,083 jam

K =

=

= 12,20 cm/jam

b. Ulangan II

HL = 5,5 cm

HD = 6,7 cm

ΔH = HD-HL = 6,7-5,5 = 1,2 cm

Q = 4,5 cm

L = 5,3 cm

A = π x r2= 3,14 x (2,5)2 = 19,625 cm2

T = 5 menit = 0,083 jam

K =

=

= 17,625 cm/jam

c. Rata-Rata Permeabilitas

Rata-rata K =

=

= 14, 9125 cm/jam

2. Kadar Lengas Tanah

Tabel 4.3 Hasil Kadar Lengas Tanah

Page 21: LAPORAN KTA

21

I (ctka 0,5 mm) II (ctka 2 mm)a 52,52 52,64b 71,306 72,664c 70,179 72,458

Sumber : Laporan Sementara

a. KL (kadar lengas) I =

=

= 6,4%

Fk =

=

=

= 1,064

KL (kadar lengas) II =

=

= 6,08%

Fk =

=

=

Page 22: LAPORAN KTA

22

= 1,0608

3. Kadar Bahan organik

A = 4,15

B = 4,13

C = 6,4

Kadar C organik =

=

= 0,0000638

= 0,083%

Kadar Bahan Organik = kadar C organik x

= 0,083 x

= 0,143%

4. Analisis Tekstur Tanah

a = berat contoh tanah =10 gram

b = 35,026

c = 35,140

d = 34,066

e = 37,164

f = 37,614

g = 41,530

PEP = 0,0095

Fk = 1,06

Page 23: LAPORAN KTA

23

a. Clay + Debu = c-b-PEP x x fk x

= 35,140-35,026-0,0095 x x 1,06 x

= 0,1045 x 40 x 1,06 x 10

= 44,308

b. Clay = (e – d - PEP) x x fk x

= (34,117 – 34,066 – 0,0095) x x 1,06 x

= 0,0415 x 40 x 1,06 x 10

= 17,596

c. Debu = (clay + debu) – debu

= 44,308 – 26,712

= 26,712

d. Pasir Total = 100 – clay – debu

= 100 – 17,596 – 26,712

= 55,692

e. Pasir Kasar =(g – f – PEP) x fk x

= (41,530 – 37,614 – 0,0095) x 1,06 x

= 3,9065 x 1,06 x 10

= 41,4089

f. Pasir Halus = Pasir Total – Pasir Kasar

= 55,692 – 41,4089

= 14,2831

5. Nilai M

Page 24: LAPORAN KTA

24

M = (% pasir sangat halus + % debu) x (100 - % lempung)

= (14,2831 + 26,712) x (100 – 17,596)

= 3378,152

6. Nilai Erodibilitas (K)

a = 0,143%

b = 2

c = 2

100K = 1,292 [2,1 x M1,14 (10-4) (12–a) + 3,25(b–2) + 2,5(c–3)]

100K = 1,292 [2,1 x (3378,152)1,14(10-4)(12–0,143) + 3,25(2–2) + 2,5(2–

3)]

100K = 1,292 [2,1 x 10536,4 (10-4) 11,857 + 0 + (-2,5)]

100K = 1,292 x 20,704

100K = 26,749

K = 0,267

C. Nilai Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Tabel 4.3 Perhitungan LSNo. Sistem Lahan X (m) S (%) LS

1.Tanah kosong diolah hendak ditanami jagung

33,8 10 1,781

Sumber : Dianalisis dari data primer

Analisis Data :

1. Panjang Lereng (L)

L =

L =

= 1,529 m

2. Kemiringan Lereng (S)

Page 25: LAPORAN KTA

25

S = 0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2

= 0,065 + 0,045 10 + 0,0065 100

= 0,065 + 0,45 + 0,65

= 1,165 %

3. LS = (0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2)

=( )(1,165)

= 1,529 (1,165)

= 1,781

D. Nilai Pengelolaan Tanaman (C) dan Tindakan Konservasi

Tabel 4.4 Perhitungan Nilai CP

No.System Lahan

PolaTanam/ TeknikKonservasi

PenutupanLahan (%)

NilaiC

NilaiP

Nilai CP

1

Tanah kosong diolah hendak ditanami jagung

Jagung 30 0,7

Tanah kosong diolah 70 1,0

Teras bangku sempurna : tanpa tanaman

0,04 0,068

Sumber : Dianalisis dari Data Primer

E. Hasil Perhitungan Prediksi Erosi dengan Metode USLE

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Prediksi ErosiSistem Lahan

Luas (ha)

R K LS CP Prediksi Erosi (ton/ha/th)

Erosi Sistem Lahan (ton/th)

19 80,8 2299,862 0,267 1,781 0,068 74,34 (sedang)

6006,672

Sumber : Dianalisis dari Data Primer

Analisis Data :

1. Prediksi Erosi

Page 26: LAPORAN KTA

26

A = R x K x L x S x C x P

= 2299,862 x 0,267 x 1,781 x 0,068

= 74,34 ton/ha/th

2. Erosi Sistem Lahan

= A x Luas Lahan

= 74,34 x 80,8

= 6006,672

F. Hasil Perhitungan Erosi yang Diperbolehkan (Edp)

T =

Keterangan :

T : Erosi yang diperbolehkan

K : Kedalaman Efektif (mm)

FK: Faktor Kedalaman Sub-ordo Tanah

UGT : Umur Guna Tanah

Analisis erosi yang diperbolehkan

T = (1500 x 0,80)/400

= 1200/400

= 3 ton/ha/tahun

Page 27: LAPORAN KTA

27

V. PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lahan

Luas daerah Kecamatan Polokarto seluas 6,218 Ha terdiri dari 17 Desa.

Adapun batas-batas daerahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : kecamatan Mojolaban

Sebelah Timur : kecamatan Jumantono dan kecamatan Jumapolo

Sebelah selatan : kecamatan Bendosari

Sebelah barat : kecamatan Grogol

Secara topografi Kabupaten Sukoharjo dapat dikelompokkan menjadi

dua kelompok yaitu daerah datar meliputi Kecamatan Kartasura, Baki, Gatak,

Grogol, Sukoharjo dan Mojolaban, sedangkan daerah yang miring meliputi

Kecamatan Polokarto, Bendosari, Nguter, Bulu dan Weru. Tempat tertinggi

diatas permukaan air laut adalah Kecamatan Polokarto yaitu 125 m dpl dan

yang terendah adalah Kecamatan Grogol yaitu 89 m dpl. Kelerengan atau

kemiringan lahan di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi 7 (tujuh)

klasifikasi, yaitu :

a. 0-2%, meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.

b. b. 2-5%, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di

sebagian Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Nguter, Bendosari,

Polokarto, Mojolaban, Grogol dan Kartasura.

c. 5-15%, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di

sebagian Kecamatan Grogol, Mojolaban, Polokarto, Nguter, Bendosari,

Bulu, Weru dan Tawangsari.

d. 15 – 40 %, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di

sebagian Kecamatan Grogol, Polokarto, Nguter, Bendosari, Bulu, Weru,

dan Tawangsari.

e. e. >40%, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo, yang berada di

sebagian Kecamatan Polokarto, Bulu, Weru, dan Tawangsari.

Lokasi yang digunakan pada praktikum Konservasi Tanah dan Air

2014 kelompok 12 adalah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

Page 28: LAPORAN KTA

28

Lokasi yang digunakan berada pada koordinat 110˚55'40,3" BT dan 7˚38'19,4"

LS. Spesifikasi penggunaan lahan yang umum di Kecamatan Polokarto, antara

lain areal tegalan, ketela pohon, dan tanaman perkebunan yaitu karet.

Sebagian besar jumlah penduduk bermata pencaharian sebagai petani.

B. Faktor Erosivitas Hujan

Erosivitas merupakan daya hujan untuk menimbulkan erosi pada

tanah. Erosivitas sangat menentukan jumlah tanah yang tererosi, jumlah tanah

yang tererosi berbanding lurus dengan erosivitas. Erosi merupakan hal yang

sebenarnya sangat sederhana dan sudah pasti akan terjadi di alam. Daerah

beriklim basah factor yang mempengaruhi erosi adalah hujan. Besarnya curah

hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan kekuatan disperse hujan

terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi.

Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu.

Besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan atau masa

tertentu seperti perhari, perbulan, permusim atau pertahuan.Hujan merupakan

salah satu penyebab dari erosi. Intensitas hujan di Indonesia sendiri cukuplah

tinggi. Indeks erosivitas hujan dapat diperoleh dengan menghitung besarnya

energi kinetik hujan (Ek) yang ditimbulkan oleh intensitas hujan maksimum

selama 30 menit (EI30). Indeks erosivitas ( R ), adalah daya erosi hujan untuk

membuat erosi pada suatu tempat yang dapat dihitung berdasarkan data hujan

yang diperoleh dari penakar hujan otomatik atau penakar hujan biasa.

Nilai dari erosivitas hujan pada daerah ini didapatkan nilai rata-rata

sebesar 2299,862 per tahun. Data curah hujan yang didapatkan untuk

menghitung laju erosi didapatkan dengan rentang waktu 9 tahun dari 2003

sampai 2012. Daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi hendaknya

mengoptimalkan keberadaan vegetasi sebagai penghambat run off dan

memperkecil kemungkinan erosi. Unit lahan yang baik dikembangkan pada

kondisi tanah dengan curah hujan yang tinggi adalah untuk tegalan,

persawahan atau perkebunan, dengan adanya vegetasi yang menutupi tanah,

potensi terjadinya erosi akan berkurang. Unit lahan terbuka akan sangat

Page 29: LAPORAN KTA

29

berpotensi terjadinya Erosi. Sebaiknya lahan-lahan yang terbuka segera

direklamasi ataupun ditanami agar potensi erosi berkurang.

Nilai erosivitas tersebut cukup tinggi. Tingkat erosivitas

mempengaruhi nilai erosi. Semakin tinggi nilai erosivitas hujan, semakin

tinggi pula nilai erosinya. Faktor yang mempengaruhi tingkat erosi antara lain

curah hujan, suhu udara dan kecepatan angin. Faktor yan paling berpengaruh

pada besarnya erosi adalah curah hujan.

C. Faktor Erodibilitas Tanah

Tanah merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi

manusia. Tanah merupakan lapisan kerak bumi yang dijadikan tempat tinggal

bagi makhluk hidup. Tanah saat ini mulai menurun kualitas mutu dan fungsi

dari tanah. Salah satu penyebabnya adalah erosi. Setiap jenis tanah

mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap erosi. Kepekaan tanah

terhadap erosi dapat diartikan sebagai mudah tidaknya tanah tererosi atau

erodibilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi erodibilitas yaitu sifat fisik,

tofografi dan pengelolaan tanah oleh manusia. Sifat tanah yang mempengaruhi

aliran permukaan dan erosi adalah kapasitas infiltrasi dan erodibilitasnya.

Erosi merupakan hal yang sangat penting untuk diprediksi. Erosi sendiri

merupakan perpindahan tanah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Nilai dari

erosi sendiri mulai dari ringan hingga berat dimana bisa menjadikan bencana

alam dan menimbulkan korban jiwa seperti longsor.

Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan

konservasi dan pengolahan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan

terarah. Konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya

merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana karena

erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha

telah banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu indeks erodibilitas yang

relatif lebih sederhana, baik didasarkan pada sifat-sifat tanah yang ditetapkan

di laboratorium maupun di lapangan atau berdasarkan keragaan (response)

terhadap hujan (Arsyad 2010).

Page 30: LAPORAN KTA

30

Erodibilitas tanah ini sangat tergantung sekali dengan sifat, struktur

dan tekstur tanah. Suatu tanah yang memiliki erodibilitas rendah mungkin

akan mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut terdapat pada lereng yang

curam dan panjang, serta curah hujan dengan intensitas yang tinggi.

Sebaliknya tanah yang memiliki erodibilitas tinggi, kemungkinan akan

memperlihatkan gejala erosi ringan atau bahkan tidak sama sekali bila terdapat

pada pada lereng yang landai, dengan penutupan vegetasi baik, dan curah

hujan dengan intensitas rendah. Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah

terhadap erosi, salah satu penyebab erosi adalah hujan. Daerah tropis seperti

Indonesia sangat peka sekali terhadap erosi yang disebabkan hujan. Intensitas

hujan di Indonesia cukuplah tinggi untuk itulah diperlukan pengelolaan

disertai dengan tindakan konservasi yang tepat. Nilai dari erodibilitas tanah

pada lahan praktikum ini adalah sebesar 0,267. Nilai permeabilitas kelompok

kami sebesar 14,9125 cm/jam, dengan kadar bahan organik 0,143%. Sedngkan

teksturnya didominasi oleh pasir sebesar 55,692. Hal ini mempengaruhi nilai

erodibilitas, sehingga menyebabkan nilai erodibilitas tanah ini sangat rendah

kepekaannya. Jadi dengan tingkat erodibilitas tanah yang rendah dapat

dipastikan nilai tekstur yang dimiliki lahan tersebut cukup kasar dan pori-pori

makro tanah lahan tersebut cukup besar karena strukturnya didominansi pada

pasir.

D. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang

paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Selain memperbesar

jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar

kecepatan aliran permukaan dengan demikian memperbesar energi angkut air.

Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng

100% sama dengan kecuraman 45 derajat. Kemiringan dan panjang lereng

adalah dua faktor yang menentukan karateristik topografi suatu daerah aliran

sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-

faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan atau volume air. Erosi pada

Page 31: LAPORAN KTA

31

umumnya meningkat bila mana panjang lereng besar untuk hujan yang

intensitasnya besar.

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan

karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut

penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan

besarnya kecepatan dan volume air larian. Unsur lain yang berpengaruh adalah

konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Panjang lereng dihitung mulai dari

titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam

saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian

rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan

tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak

air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng

dari pada bagian atas. (Asdak 2010). Nilai dari panjang lereng lahan ini adalah

1,529 meter sedangkan kemiringan lereng adalah 1,165 %. Artinya, lahan

tersebut adalah landai. Nilai LS untuk menghitung prediksi erosi adalah 1,781.

E. Faktor Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi

Pengelolaan tanaman ini sangatlah penting dalam pencegahan dampak

erosi. Vegetasi atau tanaman sangat mampu dalam mengurangi laju erosi yang

disebabkan oleh air hujan. Perakaran dari tanaman ini mampu dalam mengikat

air-air yang masuk menuju dalam tanh sehingga memperbesar dari proses

infiltrasi dan mengurangi laju dari run off. Nilai faktor tindakan konservasi

tanah (P) adalah nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan

konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan

konservasi dalam keadaan identik. Termasuk dalam tindakan konservasi tanah

adalah pengolahan tanah menurut kontur, guludan, dan teras. Di ladang

pertanian, besarnya faktor P menunjukkan jenis aktivitas pengolahan tanah

seperti pencangkulan dan persiapan tanah lainnya.

Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam

bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan

maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini sering

dipadukan dengan tindakan konservasi tanah dan air secara pengelolaan.

Page 32: LAPORAN KTA

32

Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan

keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur

tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah,

penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi, disamping itu

dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan

peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan

mencegah terjadinya erosi (Sinukaban 1989).

Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu

nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan

tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa

tanaman. Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (P) yaitu nisbah

antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi

khusus seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau

teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam

keadaan yang identik (Adnyana 2006). Penutupan lahan vegetasi sangat

ditentukan juga oleh kerapatan dan umur tanaman. Makin rapat tanaman

makin tinggi penutupan lahan oleh tajuk, tetapi pada batas tertentu tidak selalu

berpengaruh karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan tergantung pada

fasenya. Salah satu dalam pengelolaan tanah dengan vegetasi adalah dengan

tanaman penutup. Tanaman penutup pada lahan ini dapat dari segala jenih

baik dari tanaman berkayu maupun tidak berkayu. Nilai dari CP lahan ini

adalah 0,068.

F. Prediksi Erosi dan Tindakan Konservasi yang Tepat

Erosi pada umumnya terjadi oleh akibat hujan dan angin.  Erosi hujan

bermula dari turunnya hujan. Erosi juga terjadi di sepanjang tebing sungai,

dimana kecepatan aliran tinggi dan tahanan  material  tanggul rendah. Erosi

akan terjadi apabila ada agen erosi (air, ombak, angin, es, dan organisme)

yang bekerja pada suatu bahan atau material tanah, dimana setiap agen erosi

akan mengerosi dengan cara sendiri-sendiri karena berkaitan erat dengan sifat

fisik dari agen erosi tersebut. (Christady 2006). Metode prediksi erosi juga

merupakan alat untuk menilai apakah suatu program atau tindakan konservasi

Page 33: LAPORAN KTA

33

tanah telah berhasil mengurangi erosi dari suatu bidang tanah atau suatu

daerah aliran sungai (DAS). Prediksi erosi adalah alat bantu untuk mengambil

keputusan dalam mengambil perencanaan konservasi tanah pada suatu areal

tanah. Untuk menduga besaran tingkat erosi yang terjadi digunakan metode

USLE (Universal Soil Loss Equation). Formulasinya dapat digunakan rumus

dari Wischmeier dan Smith sebagai berikut : A = R K L S C P (Arsyad 2010).

Erosi dapat menimbulkan kerusakan baik pada tanah tempat terjadi

erosi maupun pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut

diendapkan. Kerusakan pada tanah tempat erosi terjadi berupa penurunan

sifat-sifat kimia dan fisik tanah yang pada akhirnya menyebabkan

memburuknya pertumbuhan tanaman dan rendahnya produktivitas sedangkan

pada tempat tujuan akhir hasil erosi akan menyebabkan pendangkalan sungai,

aduk, situ/danau, dan saluran irigasi. Terjadinya erosi ini dapat diperkirakan

dengan memprediksi laju erosi itu sendiri. Prediksi erosi ini merupakan

prakiraan dari seberapa besar laju erosi yang terjadi pada suatu lahan. Salah

satu cara dalam memprediksi erosi ini adalah metode USLE memungkinkan

memprediksi laju erosi rata-rata suatu lahan pada suatu kemiringan dengan

pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan

lahan. Persamaan tersebut dapat juga memprediksi erosi pada lahan-lahan non

pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak

memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar

sungai. Nilai dari prediksi erosi rata-rata per tahun dalam jangka waktu 9

tahun ini adalah 74,34 ton/ha/th. Nilai tersebut termasuk dalam golongan

sedang.

Nilai prediksi erosi yang tinggi ditunjang dengan adanya kemiringan

yang tinggi pula. Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga

prinsip utama yaitu perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan butir-

butir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan

organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi

laju aliran permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara

terhanyut.

Page 34: LAPORAN KTA

34

Tindakan konservasi yang dilakukan pada lahan 17 A, yakni lahan

sawah belum tepat. Menurut saya yang tepat adalah tindakan konservasi

vegetative. Konservasi vegetative yang dapat dilakukan dengan menanam

tanaman penutup tanah dikombinasikan dengan tanaman tajuk secara

bertingkat.

G. Hasil Erosi yang Diperbolehkan (EDP)

Kecepatan pembentukan tanah di Indonesia cukup beragam,

tergantung dari jenis batuan (bahan) induk dan faktor-faktor pembentuk tanah

lainnya. Suhu dan curah hujan yang tinggi di Indonesia juga mempercepat

proses pembentukan tanah. Batas tingkat erosi yang masih diperbolehkan

mendasarkan pada kedalaman tanah, permeabilitas lapisan bawah dan kondisi

substratum. Dasar-dasar untuk menentukan tingkat erosi yang masih

diperbolehkan dengan memperhatikan kedalaman tanah, sifat-sifat fisik tanah

yang mempengaruhi perkembangan akar, pencegahan terbentuknya erosi parit,

penyusunan kandungan bahan organik, kehilangan unsur hara dan masalah-

masalah yang ditimbulkan oleh sedimen di lapangan.

Erosi terbolehkan (Edp/T) adalah jumlah tanah yang hilang yang

diperbolehkan per tahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga

tanah tetap produktif secara lestari. nilai T (tolerable soil erosion) adalah

suatu nilai untuk menunjukan laju erosi tanah yang boleh terbiarkan terjadi

pada sebidang lahan. Penetapan nilai T perlu mempertimbangkan  beberapa

gatra antara lain, laju pembentukan tanah, daya dukung tanah, ancaman erosi

tanah, dampak erosi terhadap aneka gatra di luar gatra loka tererosi, teknologi

dan ekonomi yang mempengaruhi beberapa bidang kajian. Nilai T ditetapkan

berdasarkan jeluk setara tanah (Ds) dan jangka waktu kelestarian sumberdaya

tanah yang diharapkan. (Purwowidodo 2002). Erosi wajar yang mempunyai

laju seimbang dengan laju pembentukan tanah justru perlu ada karena sangat

berperan penting dalam peremajaan tanah, sehingga tingkat kesuburan dan

produktivitas tanah tidak terganggu dan dapat dipertahankan dari waktu ke

waktu. Secara alami laju kehilangan tanah yang diperkenankan bergatung

pada kondisi tanah.

Page 35: LAPORAN KTA

35

Nilai EDP yang kami peroleh 3 ton/ha/tahun, dengan nilai erosi 74,34

ton/ha/th. Nilai erosi sistem lahannya sebesar 6006,672 ton/ha/th. Dari

perolehan tersebut, nilai erosi lebih besar daripada nilai erosi yang

diperbolehkan. Maka harus melakukan tindakan konservasi untuk mengurangi

tingkat erosi tersebut.

Page 36: LAPORAN KTA

36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Erosivitas hujan merupakan kemampuan hujan untuk mengerosi tanah.

Nilai erosivitas hujan (R) tahunan berdasarkan data yang diperoleh yaitu

sebesar 2299,862.

2. Permeabilitas sampel lahan tegalan memiliki permeabilitas 14, 9125 cm/jam

3. Kadar lengas lahan tegalan yaitu dengan persentase BO 0,143% (sangat

rendah).

4. Nilai Erodibilitas lahan 0,267.

5. Nilai LS 1,781.

6. Teknik konservasi lahan pertama adalah teras tradisional dengan nilai C

dan nilai CP 0,068.

7. Nilai prediksi erosi sistem (ton/ha/th) lahan tegalan 6006,672 per tahun.

B. Saran

Saran untuk pelaksanaan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini

adalah sebaiknya jadwal praktikum konservasi tanah dan air telah

dilaksanakan sejak awal semester. Selain itu fasilitas meliputi peralatan dan

buku petunjuk praktikum dari praktikum lapang serta analisis laboratorium

dibuat sebaik mungkin. Penting pula untuk diberi co Asisten praktikum agar

praktikan lebih paham akan jalannya praktikum karena ada pengarah yang

lebih jelas.

Page 37: LAPORAN KTA

37

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Dariah 2004. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca sarjana, UGM.

Kartasapoetra 2003. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.

Kasmat 2011. http://1d.shvoong.com/society-and-news/environment/2173206-kemiringan-lereng/. Di akses tanggal 29 November 2014.

Rachman A dkk 2003. Influence of longterm cropping system on soil physical properties related to soil erodibility. Soil Sci. soc. Am. J. 67: 637-644.

Rojer N 2003. Rainwash experiment on the erodibility of loose sediments. Earts surf. Proc. Landform 6; 285-307.

Seloliman 2007. Konservasi Vegetatif. Jurnal Internasional. vol(4). hal 13-17.

Sune N 2011. Modul Praktikum Kartografi. Gorontalo. UNG

Suprapto 2000. Geomorpologi Dasar. Makassar: FMIPA UNM.

Suprojo, Suratman W, Jamulya 2005. Pengantar Geografi Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Fakultas Geografi. Yogyakarta.

Suripin 2004. Erosi Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Veiche A 2002. The spatial variability of erodibility and its relation so soil types: A study from Northem Ghana. Geoderma 106: 110-120.

Wischmeier WH and JV Mannering 1978. Relation of soil properties to its erodibility. Soil sci. Am. Proc. 33:131-137.

user, 12/24/14,
DAFTAR PUSTAKA SESUAIKAN FORMAT YANG BERLAKU!
Najih Fikriyah, 12/29/14,