laporan kp telimek_final.pdf

47
SIMULASI KONTROL ARUS PADA KONVERTER DC-DC BOOST DENGAN MENGGUNAKAN PROTEUS ISIS DI PUSAT PENELITIAN TENAGA LISTRIK DAN MEKATRONIK LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan matakuliah EU4802 Kerja Praktek Oleh : Dwi Sasmita Aji Pambudi 115090096 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM 2012

Upload: aji-bx

Post on 14-Aug-2015

239 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan kp telimek lipi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kp telimek_final.pdf

SIMULASI KONTROL ARUS PADA KONVERTER DC-DC BOOST DENGAN

MENGGUNAKAN PROTEUS ISIS

DI

PUSAT PENELITIAN TENAGA LISTRIK DAN MEKATRONIK LEMBAGA

ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan

matakuliah EU4802 Kerja Praktek

Oleh :

Dwi Sasmita Aji Pambudi

115090096

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

2012

Page 2: laporan kp telimek_final.pdf

Lembar Pengesahan

SIMULASI KONTROL ARUS PADA KONVERTER DC-DC BOOST DENGAN

MENGGUNAKAN PROTEUS ISIS

DI

PUSAT PENELITIAN TENAGA LISTRIK DAN MEKATRONIK LEMBAGA

ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Telah diperiksa dan disetujui sebagai

Laporan Kerja Praktek

oleh :

Dwi Sasmita Aji Pambudi

115090096

Bandung, Desember 2012

Disetujui dan disahkan oleh:

Dosen Pembimbing Kerja Praktek

Ir. Porman Pangaribuan, M.T.

NIK. 99630167-1

Pembimbing Lapangan Kerja Praktek

di P2 TELIMEK LIPI

Anwar Muqorobin, S.T.

NIP. 19771014 200801 1 006

Mengetahui

Kepala P2 TELIMEK LIPI

Dr. Eng. Estiko Rijanto

NIP. 19671231 198712 1 002

Page 3: laporan kp telimek_final.pdf

Abstrak

Kerja praktek dilaksanakan di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik

Lemabaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Telimek LIPI) mulai tanggal 2 Juli 2012

sampai dengan 10 Agustus 2012. Kerja praktek yang dilakukan adalah membuat

simulasi kontrol arus pada boost converter dengan menggunakan Proteus ISIS.

Boost converter merupakan salah satu topologi dasar konverter DC-DC yang

tergolong dalam sistem catu daya dengan mode switching. Sistem catu daya

switching dapat menghasilkan disipasi daya yang rendah dan lebih efisien

dibandingkan dengan sistem catu daya linier.

Pada boost converter digunakan sensor arus ACS712 untuk mengetahui besarnya

arus induktor, dan rangkaian pengkondisi sinyal arus untuk menyesuaikan level

tegangan sensor arus dengan tegangan masukan pada mikrokontroler. Nilai ADC

dari keluaran pengkondisi sinyal sensor arus dibandingkan dengan nilai referensi

arus tetap yang diprogram pada mikrokontroler ATMega8535. Hasil

pembandingan tersebut digunakan untuk kontrol arus dengan menggunakan

kontrol ON-OFF pada mosfet high dan mosfet low yang terdapat pada rangkaian

boost converter. Pensaklaran kontrol ON-OFF dilakukan dengan membangkitkan

sinyal Pulse Width Modulation (PWM). Pada pembangkitan sinyal PWM

digunakan deadband 1% untuk menghindari adanya hubungan singkat. Pengujian

boost converter dilakukan dengan nilai referensi arus tetap 1A, 2A, 3A, 4A, 5A.

Dari hasil simulasi yang dilakukan, telah menunjukkan bahwa nilai arus induktor

sama dengan arus referensi. Sehingga kontrol arus pada boost converter telah

berfungsi dengan baik.

Kata kunci: Telimek LIPI, Konverter DC-DC, Boost Converter, PWM,

deadband, ACS712, ADC, ATMega8535.

i

Page 4: laporan kp telimek_final.pdf

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh Swt karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

serangkaian kegiatan kerja praktek menyelesaikan penulisan laporan kerja praktek ini

dengan sebaik-baiknya. Kerja praktek ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana

Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom.

Selama kegiatan kerja praktek berlangsung, penulis banyak mendapatkan manfaat

dan pembelajaran dalam kegiatan penelitian dan penyusunan laporan kerja praktek. Penulis

mendapatkan banyak hal dan ilmu baru yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Sehingga

berbagai pengalaman tersebut dapat memberikan pengembangan diri bagi penulis.

Pengalaman ini nantinya bermanfaat baik dalam dunia kerja maupun dalam memperdalam

ilmu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para

pembimbing dan rekan kerja yang telah mambantu dan mendukung selama pelaksanaan

kerja praktek dan peunilsan laporan, yaitu :

1. Bapak Achmad Rizal, S.T., M.T. selaku kepala program studi Teknik Elektro yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuk.

2. Bapak Ir. Porman Pangaribuan, M.T. selaku dosen wali dan dosen pembimbing

kerja praktek yang telah memberikan bimbingannya.

3. Bapak DR.Eng. Estiko Rijanto selaku kepala Pusat Penelitian Tenaga Listrik an

Mekatronik yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kerja praktek.

4. Bapak Anwar Muqorobin, S.T. selaku pembimbing selama pelaksanaan kerja

praktek di bidang mekatronik P2 Telimek LIPI yang telah memberikan pengarahan

dan berbagai ilmu serta pengalaman selama penelitian dalam kerja praktek.

Serta pihak lainya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Alloh

memberikan kemudahan dan membalas kebaikan rekan-rekan sekalian dengan yang lebih

baik.Penulis memohon maaf sedalm-dalamnya jika mendapati hal yang kurang berkenan

pada penulis.

Penulis berharap penulisan laporan ini dilakukan dengan sebaik-baiknya, namun tentu

banyak sekali kekurangan yang terdapat pada penulisan laporan ini. Oleh sebab itu, penulis

dengan lapang dada menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk

memperbaiki penulisan laporan ini. Semoga laporan kerja praktek ini dapat memberikan

manfaat yang seluas-luasnya dan membawa kebaikan bagi para pembaca.

Bandung, Desember 2012

Penulis

ii

Page 5: laporan kp telimek_final.pdf

DAFTAR ISI

Abstrak ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 2

1.3. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanan ..................................................................... 3

1.5. Sistematika Penulisan .................................................................................... 3

BAB II PUSAT PENELITIAN TENAGA LISTRIK DAN MEKATRONIK LIPI ........ 4

2.1. Sejarah dan Tinjauan Umum ......................................................................... 4

2.2. Struktur Organisasi P2 TELIMEK LIPI ........................................................ 5

BAB III LANDASAN TEORI ......................................................................................... 8

3.1Konverter DC-DC Boost ................................................................................. 8

3.2 Kontrol ON-OFF ............................. .............................................................. 11

3.3. Mikrokontroler ATMega8535 ....................................................................... 13

3.3.1. Timer/Counter 8 bit ........................................................................ 15

3.3.2. Timer/Counter 16 bit ...................................................................... 16

3.3.3 CodeVisionAVR ............................................................................. 16

BAB IV PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ............................................................. 19

4.1. Perancangan Piranti Keras ............................................................................ 19

4.1.1. Konverter Boost ............................................................................. 20

4.1.2. Sensor Arus .................................................................................... 21

4.1.2.1. Sensor Arus ACS712....................................................... 21

4.1.2.2 Pengkondisian Sinyal Sensor Arus .................................. 24

4.2. Perancangan Piranti Lunak ........................................................................... 29

4.2.1. Pemrograman PWM (Pulse Width Modulation) ............................ 29

4.2.2. Pemrograman ADC ........................................................................ 31

4.2.3. Integrasi Keseluruhan Blok pada Program ..................................... 32

4.3. Kontrol Arus dengan Menggunakan ON-OFF .............................................. 33

4.4 Hasil Uji Simulasi dan Pembahasan ............................................................. 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 37

5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 37

5.2. Saran .............................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 38

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 39

1. Daftar Program ................................................................................................. 39

2. Surat Persetujuan dari Puslit TELIMEK-LIPI ................................................. 40

iii

Page 6: laporan kp telimek_final.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Strutur Organisasi P2 TELIMEK – LIPI .................................................. 7

Gambar 3.1 Rangkaian Boost Converter ...................................................................... 8

Gambar 3.2 (a) State ON (saklar tertutup) (b) State OFF (saklar terbuka) .................. 8

Gambar 3.3 Sinyal keluaran tegangan dan arus pada boost converter ......................... 9

Gambar 3.4 Kerja ON-OFF .......................................................................................... 12

Gambar 3.5 Penggunaan kontroler ON-OFF ................................................................ 12

Gambar 3.6 Kontrol ON-OFF pada level volume air ................................................... 12

Gambar 3.7 Penggunaan kontrolerON-OFF dengan band/gap .................................... 13

Gambar 3.8 Pinout dan IC Mikrokontroler ATMega8535 ........................................... 13

Gambar 3.9 Phase Correct PWM mode, Timing Diagram ........................................... 16

Gambar 3.11 Fast PWM mode, Timing Diagram ........................................................... 16

Gambar 3.12 Tampilan software CodeVisionAVR ........................................................ 17

Gambar 3.13 Tampilan CodeWizardAVR Automatic Program Generator ................... 17

Gambar 4.1 Rangkaian keseluruhan blok sistem .......................................................... 19

Gambar 4.2 Rangkaian Boost Converter ...................................................................... 20

Gambar 4.3 Mosfet IRFZ44 .......................................................................................... 21

Gambar 4.4 Sensor arus ACS712 ................................................................................. 22

Gambar 4.5 Blok Diagram ACS712 ............................................................................. 22

Gambar 4.6 Konfigurasi pin ACS712 .......................................................................... 22

Gambar 4.7 Rangkaian Sensor Arus ACS712 .............................................................. 23

Gambar 4.8 Grafik tegangan keluaran terhadao arus yang terdeteksi .......................... 23

Gambar 4.9 Perubahan grafik tegangan keluaran terhadap arus .................................. 24

Gambar 4.10 Rangkaian pengkondisi sensor arus .......................................................... 24

Gambar 4.11 Rangkaian Active Low Pass Filter ............................................................ 25

Gambar 4.12 Bode Plot dari Low Pass Filter ................................................................. 26

Gambar 4.13 Simulasi rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus .................................. 27

Gambar 4.14 Grafik tegangan keluaran Opamp terhadap tegangan masukan

pada rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus ........................................ 28

Gambar 4.15 Hasil simulasi kinerja Low Pass Filter dengan sinyal masukan 10kHz .... 28

Gambar 4.16 Sinyal pulsa PWM high dan PWM low .................................................... 29

Gambar 4.17 Inisialisasi Timer/Counter 1 ..................................................................... 30

Gambar 4.18 Hasil simulasi penggunaan deadband pada pembangkitan sinyal PWM .. 31

Gambar 4.19 Inisialisasi ADC ........................................................................................ 32

Gambar 4.20 Diagram blok inisialisasi pada mikrokontroler ATMega8535 ................. 32

Gambar 4.21 Blok diagram sistem pengontrolan Boost Converter ................................ 33

Gambar 4.22 Diagram alir program sistem pengontrol duty cycle pada ATMega8535 .. 33

Gambar 4.23 Grafik sinyal keluaran arus induktor untuk variasi nilai refensi arus ....... 35

Gambar 4.24 Grafik tegangan keluaran boost converter ................................................ 36

iv

Page 7: laporan kp telimek_final.pdf

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Spesifikasi Boost Converter ..................................................................... 21

Tabel 4.2 Hasil simulasi pengujian rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus ....... 27

Tabel 4.3 Hasil simulasi Boost Converter untuk beberapa nilai referensi arus ....... 35

v

Page 8: laporan kp telimek_final.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, banyak dibutuhkan sistem elektronika dengan sistem catu daya modern yang

lebih efisien dan lebih praktis. Sistem catu daya linier sangatlah tidak efisien dibandingkan

dengan sistem catu daya switching. Hal tersebut disebabkan karena pada proses

pensaklaran dihasilkan daya disipasi yang rendah[1]

. Saat saklar tidak bekerja di daerah

aktif, maka tidak ada energi yang diboroskan dibandingkan dengan catu daya linier yang

mengonsumsi lebih banyak energi akibat selalu bekerja di daerah aktif. Sehingga rugi-rugi

daya yang terjadi saat proses pensaklaran bisa dikurangi.

Untuk level daya rendah, sistem catu daya linier masih dapat digunakan. Tetapi untuk

sistem level daya tinggi, dibutuhkan sistem catu daya dengan mode switching. Sistem catu

daya switching dengan frekuensi yang meningkat, dapat menghasilkan riak arus yang lebih

rendah dan kepadatan daya (Watt/m3) yang lebih besar.

Salah satu sistem catu daya dengan mode switching adalah konverter DC-DC. Pada

konverter DC-DC terjadi proses konversi daya lsitrik dari daya listrik searah (DC) ke

bentuk daya listrik DC lainnya dengan level tegangan yang berbeda. Sistem pengaturan

DC Chopper[1]

dapat dilakukan dengan diatur dalam operasi frekuensi tetap maupun dalam

operasi frekuensi variabel. Pada operasi frekuensi tetap, diatur lebar pulsa menggunakan

PWM (Pulse Width Modulation) dengan periode tetap dan waktu on yang berubah-ubah.

Sedangkan pada frekuensi variabel, digunakan metode modulasi frekuensi dengan

frekuensi dan periodenya yang berubah-ubah.

Beberapa topologi dasar konverter DC-DC adalah buck, boost, dan buck-boost

converter. Dari beberapa topologi dasar tersebut, dipilih boost converter pada Kerja

Praktek ini. Boost converter mampu menghasilkan tegangan keluaran yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tegangan masukan. Boost converter banyak diaplikasikan untuk

berbagai macam keperluan, diantaranya adalah sebagai Power Factor Correction (PFC)

pada Switch Mode Power Supply (SMPS), sebagai sistem penyimpanan energi pada sistem

pembangkit listrik hibrid, untuk mengontrol tegangan keluaran solarcell untuk mengisi

baterai, dan untuk menaikkan tegangan baterai untuk mencatu motor.

1

Page 9: laporan kp telimek_final.pdf

1.2 Maksud dan Tujuan

Mata kuliah Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus

ditempuh mahasiswa program studi Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom Bandung.

Pelaksanaan kerja praktek bermaksud untuk mengaplikasikan penguasaan materi yang

telah diperoleh di perkuliahan, dan meningkatkan kemampuannya di bidang Teknik

Elektro.

Tujuan dari kerja praktek ini adalah :

1. mengetahui prinsip kerja dari boost converter,

2. membuat kontrol arus pada boost converter.

Secara khusus, kerja praktek ini bertujuan sebagai berikut.

A. Bagi Mahasiswa

Untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam menerapkan ilmu dan

teknologi ke dalam penelitian nyata.

Untuk meningkatkan kemampuan menganalisis permasalahan yang ada

berdasarkan pengalaman dan teori yang telah didapat.

Untuk menambah wawasan dan hal-hal baru yang tidak didapat di perkuliahan.

B. Bagi Perguruan Tinggi

Menjalin kerja sama antara perguruan tinggi dengan lembaga penelitian;

Mendapatkan bahan masukan dalam pengembangan sistem pengajaran yang

sesuai dengan dunia kerja dan dunia penelitian.

Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berpengalaman.

C. Bagi Lembaga Penelitian

Menjalin hubungan baik dengan pihak perguruan tinggi;

Untuk berpartisipasi dalam pengembangan dunia pendidikan.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada kerja praktek adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana prinsip kerja boost converter.

2. Bagaimana membuat kontrol arus pada boost converter.

3. Bagaimana hasil keluaran boost converter dengan menggunakan kontrol arus.

2

Page 10: laporan kp telimek_final.pdf

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja Praktek dilaksanakan di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Jawa Barat pada tanggal 2 Juli 2012

sampai 10 Agustus 2012.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut.

Bab I memuat latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, rumusan

masalah, ruang lingkup masalah, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek,

sistematika penulisan.

Bab II membahas deskripsi mengenai Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan

Mekanik LIPI meliputi sejarah, struktur organisasi.

Bab III membahas tentang landasan teori.

Bab IV membahas tentang pelaksanaan kerja praktek.

Bab V memuat kesimpulan dan saran.

3

Page 11: laporan kp telimek_final.pdf

BAB II

PUSAT PENELITIAN TENAGA LISTRIK DAN MEKATRONIK

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

2.1 Sejarah dan Tinjaun Umum

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan kemampuan Nasional di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka dibentuklah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) dengan tugas dan fungsi pokok yang sesuai dan searah dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mempunyai Visi sebagai berikut[2]

.

"Menjadi lembaga ilmu pengetahuan yang berada dalam kelompok terbaik dunia dalam

menghasilkan IPTEK guna meningkatkan kualitas SDM dan memperkuat daya saing

perekonomian nasional".

Pada tahun 1986, didirikan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Listrik dan

Mekatronik (Puslitbang Telimek – LIPI) di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI).

Pada tanggal 5 Januari 2001 terjadi perubahan struktur organisasi pada Puslitbang

Telimek di bawah koordinasi Kedeputin Bidang Ilmu Pengetahuan Tenik. Berdasarkan

keputusan kepala LIPI No. 1151/M/2001 Puslitbang TELIMEK berubah nama menjadi

Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI (P2 TELIMEK-LIPI)[6]

.

Kantor Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (P2 Telimek-LIPI) berlokasi di Komplek LIPI jalan Cisitu nomor 21/154D,

Gedung nomor 20 yang terletak di kota Bandung, Jawa Barat.

Terdapat dua program penelitian[6]

yang menjadi prioritas di P2 Telimek LIPI yaitu

program penelitian kendaraan ramah lingkungan dan program penelitian energi terbarukan.

Beberapa hasil penelitian dari Telimek LIPI diantaranya adalah CNC Miling Production,

Unit Electric Bus, Hybrid Vehicle, dan MoroLIPI robot penjinak bom.

P2 TELIMEK-LIPI mempunyai tugas dan fungsi[2]

, yaitu :

Tugas

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyesuaian pedoman,

pemberian bimbingan teknis, peyusunan rencana dan program pelaksanaan

penelitian bidang tenga listrik dan mekatronik serta evaluasi dan penyusunan

laporan.

4

Page 12: laporan kp telimek_final.pdf

Fungsi

1. Peyiapan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang tenaga listrik dan

mekatronik

2. Penyesuaian pedoman, pembinaan dan pemberian bimbingan teknis

penelitian bidang tenaga listrik dan mekatronik

3. Penyesuaian rencana program dan pelaksnaan penelitian bidang tenaga

listrik dan mekatronik

4. Pemantauan pemanfaatan hasil penelitian bidang tenaga listrik dan

mekatronik

5. Pelayanan jasa ilmu pnegetahuan dan teknologi bidang tenaga listrik dan

mekatronik

6. Evaluasi dan penyusunan laporan penelitian bidang tenaga listrik dan

mekatronik

7. Pelaksanaan urusan tata usaha.

2.2 Struktur Organisasi P2 TELIMEK LIPI

Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik memiliki tugas memperisapkan

bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis,

penyusunan rencana dan program, pelaksanaan penelitian di bidang Pusat tenaga listrik dan

Mekatronik serta evaluasi dan penyusunan laporan[2]

.

P2 TELIMEK LIPI terdiri dari lima bidang, yaitu :

1. Bidang Mekatronik

2. Bidang Peralatan Transportasi

3. Bidang Elektronika Daya dan Mesin Listrik

4. Bidang Rekayasa

5. Bidang Sarana Penelitian

6. Bagian Tata Usaha

P2 TELIMEK LIPI memiliki beberapa laboratorium diantaranya :

1. Laboratorium Motor Bakar

2. Laboratorium Mesin Elektrik

3. Laboratorium Permesinan

Laboratorium CNC Milling - Vertical Milling Center, Copy Milling, dan

Horizontal Milling Center.

5

Page 13: laporan kp telimek_final.pdf

Laboratorium CNC Turning - Okuma Turning Center dan Alextec Turning

Laboratorium Bubut – Konvensional

Laboratorium Gerinda - Surface Grinding dan Cylindrical Grinding

Laboratorium Konstruksi - Mesin Press, Las listrik, dan Flange Bending

Machine

4. Laboratorium Pengecoran

Laboratorium Induction Furnace

Laboratorium Die Casting

Laboratorium Perlakuan Panas - Gas Nitriding dan Hardening Furnace

5. Laboratorium Perancangan

CAD/CAM

6. Laboratorium Pengukuran dan Pengujian Material

Coordinate Measuring Machine

Spectrometer

Surface Roughness Tester

Brinell Hardness Tester

6

Page 14: laporan kp telimek_final.pdf

Gambar 2.1 Strutur Organisasi P2 TELIMEK – LIPI[2]

Kepala

P2 TELIMEK - LIPI

Kepala Bidang Mekatronik

Kepala Bidang Peralatan

Transportasi

Kepala Bidang Elektronika Daya &

Mesin Listrik

Kepala Bidang Rekayasa

Kepala Bidang Sarana Penelitian

Kepala Sub Bidang Sarana Mekatronik

Kepala Sub Bidang Sarana Peralatan

Transportasi

Kepala Sub Bidang Sarana Elektronika

Daya & Mesin Listrik

Kepala Sub Bidang Sarana Rekayasa

Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Kepegawaian

Kepala Sub Bagian Umum

Kepala Sub Bagian Jasa & Informasi

7

Page 15: laporan kp telimek_final.pdf

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Konverter DC-DC Boost

Boost Converter merupakan salah satu dari topologi dasar konverter DC-DC.

Karakteristik dari boost converter adalah nilai tegangan output DC lebih besar dari nilai

tegangan input DC. Boost converter juga dikenal sebagai Step-up Converter (penaik

tegangan). Konverter DC-DC boost[2]

dapat menaikkan tegangan tanpa menggunakan

trafo. Dengan menggunakan saklar elektrik, penaikkan tegangan menjadi lebih efisien.

Boost Converter terdiri dari beberapa penyusun rangkaian, yaitu tegangan sumber

(Vs), induktor (L), saklar (S) , dioda (D), kapasitor (C), dan resistansi beban (R).

Sedangkan bentuk rangkaian dasar Boost Converter ditunjukkan oleh gambar 3.1

Gambar 3.1 Rangkaian Boost Converter

Saklar (S) dan dioda (D) adalah komponen semikonduktor yang digunakan untuk

pensaklaran Boost Converter. Transistor atau mosfet dapat digunakan sebagai saklar (S).

Boost converter bekerja pada dua keadaan yaitu saat saklar ON dan saat saklar OFF,

yang ditunjukkan oleh gambar 3.2. Saklar menutup (ON) saat t=0. Pada keadaan tersebut,

arus pada induktor menjadi naik dan mengalir melewati saklar S. Sehingga energi yang

tersimpan dalam induktor akan naik.

Saat saklar terbuka (OFF) saat t=t1, arus pada induktor akan mengalir melewati

kapasitor, beban, dan dioda. Sehingga energi yang tersimpan pada induktor akan turun

sampai saklar S menutup (ON) kembali pada siklus berikutnya.

(a) (b)

Gambar 3.2 (a) State ON (Saklar Tertutup) (b) State OFF (Saklar Terbuka)

IL IO IS IC

8

Page 16: laporan kp telimek_final.pdf

Bentuk gelombang sinyal keluaran tegangan dan arus pada boost converter

ditunjukkan oleh gambar 3.3.

Gambar 3.3 Sinyal Keluaran Tegangan dan Arus pada Boost Converter[3]

Dapat diasumsikan bahwa arus pada induktor naik secara linier dari I1 sampai I2

dengan waktu t1. Sehingga dapat dituliskan persamaan sebagai berikut.

Diasumsikan pula bahwa arus pada induktor menurun secara linier dari I2 ke I1

dengan waktu t2. Sehingga dapat dituliskan persamaan sebagai berikut.

t1 t2

9

Page 17: laporan kp telimek_final.pdf

merupakan riak arus dari puncak ke puncak pada induktor. Dari nilai yang

didapatkan dari dan , dapat dituliskan persamaan sebagai berikut.

Dengan dan , maka akan didapat besarnya nilai tegangan keluaran

rata-rata, yaitu

sehingga menjadi

Sehingga besarnya tegangan keluaran bergantung juga pada besarnya siklus kerja (duty

cyle) .

Dengan mensubtitusikan

ke dalam persamaan tersebut, akan didapat

persamaan yaitu,

Dengan diasumsikan bahwa rangkaian tersebut merupakan rangkaian ideal maka didapat

persamaan

dan besarnya arus masukan rata-rata yaitu

Sehingga besarnya arus keluaran kurang dari besarnya arus induktor dengan faktor

.

Periode pensaklaran T yaitu

dan didapatkan besarnya riak arus puncak ke puncak yaitu

Saat saklar ON, arus dari kapasitor akan mengalir ke beban untuk . Besarnya

arus rata-rata kapasitor selama adalah . Besarnya riak tegangan puncak ke puncak

pada kapasitor yaitu

10

Page 18: laporan kp telimek_final.pdf

dengan

, maka

Untuk kondisi arus induktor dan tegangan kapasitor yang kontinyu, maka riak arus

induktor , dengan merupakan arus rata-rata induktor. Dari persamaan besarnya

riak arus dan tegangan rata-rata keluaran, akan didapat

dan didapat besarnya induktor yaitu

Jika merupakan tegangan rata-rata kapasitor, besarnya tegangan riak kapasitor yaitu

. Dari persamaan besarnya riak tegangan, akan didapat

dan didapat besarnya kapasitor yaitu

3.2 Kontrol ON-OFF

Pada sistem kontrol ON-OFF, elemen aktuasi bekerja pada dua keadaan yaitu ON

dan OFF. Karena kerja dari kontrol ini adalah ON-OFF saja, maka hasil keluaran sistem

menyebabkan proses variabel tidak pernah konstan. Besar dan kecilnya rentang proses

variabel ditentukan oleh titik dimana kontroler berada dalam keadaan ON dan OFF. Sinyal

kontrol akan tetap pada satu keadaan dan akan berubah ke keadaan lainnya bergantung

pada nilai error positif dan negatif.

Dimana = sinyal kontrol

= sinyal error.

11

Page 19: laporan kp telimek_final.pdf

Kerja dari kontrol ON-OFF ditunjukkan oleh gambar 3.4.

Gambar 3.4 Kerja ON-OFF

Kontroler dua keadaan ini dapat dijumpai pada komponen elektrik (saklar/relai) dan

pada komponen pneumatik (katup dan silinder). Ilustrasi dari penggunaan kontroler

tersebut ditunjukkan oleh gambar 3.5.

Gambar 3.5 Penggunaan Kontroler ON-OFF

Dari gambar, jika output lebih besar dari set point, maka akan OFF dan akan turun

dengan sendirinya hingga menyentuh set point lagi. Sehingga sinyal kontrol akan kembali

ON dan mengembalikan output ke set point-nya, dan berulang seterusnya.

Penggunaan kontrol ON-OFF dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya

adalah pengontrolan keran air untuk mengatur volume bak air agar memiliki volume yang

tetap, dimana terdapat lubang pada dasar bak air. Mata sebagai sensor yang mendeteksi

level volume air sebagai umpan balik untuk buka tutup keran air.

Gambar 3.6 Kontrol ON-OFF pada Level Volume Air

Di sisi lain, kontrol ON-OFF memiliki kelemahan yaitu output akan berosilasi di

sekitar set point, sehingga menyebabkan aktuator bekerja keras untuk switch ON atau OFF

dengan frekuensi tinggi dan akan menyebabkab kontroler akan mengonsumsi lebih banyak

energi.

Sinyal Kontrol ON-OFF Output Set Point Waktu (s)

OFF ON OFF ON OFF ON Waktu (s)

Kontrol ON-OFF

12

Page 20: laporan kp telimek_final.pdf

Untuk mengatasi hal tersebut, digunakan band pada set point untuk mengurangi

frekuensi ON-OFF dari kontroler.

Gambar 3.7 Penggunaan Kontroler ON-OFF dengan Band/Gap

Dari gambar, sinyal kontrol menjadi OFF saat output menyentuh batas atas dan

menjadi ON saat menyentuh batas bawah. Band tersebut juga disebut differential gap. Di

samping keadaan tersebut, pengaturan differential gap dapat mengurangi frekuensi ON-

OFF yang berakibat pada penurunan akurasi terhadap set point.

3.3 Mikrokontroler ATMega8535

ATMega8535 merupakan mikrokontroler 8-bit yang memiliki kemampuan tinggi

dengan daya rendah. ATMega8535 didasarkan pada arsitektur RISC (Reduce Instruction

Set Computer) dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16 MHz.

Gambar 3.8 Pinout dan IC Mikrokontroler ATMega8535

ATMega8535 memiliki kapasitas Flash memori 8 KByte, EEPROM 512 Byte dan

SRAM 512 Byte. Saluran I/O yang terdapat pada ATMega8535 adalah sebanyak 32 buah,

yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. ATMega8535 memiliki CPU yang terdiri atas 32

buah register dan memiliki unit interupsi internal dan eksternal serta terdapat Port USART

Sinyal Kontrol ON-OFF Output Set Point Waktu (s)

13

Page 21: laporan kp telimek_final.pdf

untuk komunikasi serial[3]

. Beberapa fitur Peripheral yang dimiliki mikrokontroler

ATMega8535[4]

diantaranya adalah :

1. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

a. Dua buah Timer/Counter 8 bit dengan Prescaler terpisah dan Mode

Compare

b. Satu buah Timer/Counter 16 bit dengan Prescaler terpisah, Mode Compare,

dan Mode Capture

2. Real Time Counter dengan Oscillator tersendiri

3. Empat kanal PWM

4. Delapan kanal, 10-bit ADC

a. Delapan Single-ended Channel

b. Tujuh Differential Channel hanya pada kemasan TQFP

c. Dua Differential Channel dengan Programmable Gain 1x, 10x, atau 200x

5. Byte-oriented Two-wire Serial Interface

6. Programmable Serial USART

7. Antarmuka SPI

8. Watchdog Timer dengan oscillator internal

9. On-chip Analog Comparator

Mikrokontroler ATMega8535[4]

memiliki beberapa fitur khusus diantaranya :

1. Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection

2. Internal Calibrated RC Oscilllator

3. External and Internal Intterupt Sources

4. Enam Sleep Modes : Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-down,

Standby and External Standby

ATMega8535 terdiri dari 40 pin pada PDIP, yaitu pin VCC sebagai masukan catu

daya, pin GND sebagai ground, tujuh pin Port A sebagai I/O dan pin masukkan ADC,

tujuh pin Port B sebagai I/O dan beberapa fungsi khusus lainnya, tujuh pin Port C sebagai

I/O dan beberapa fungsi khusus lainnya, tujuh pin Port D sebagai I/O dan beberapa fungsi

khusus lainny, pin RESET untuk me-reset mikrokontroler, pin XTAL1 dan XTAL2

sebagai pin masukan clock eksternal, pin AVCC sebagai pin masukan tegangan untuk

ADC, dan pin AREF sebagai pin masukan tegangan referensi ADC.

14

Page 22: laporan kp telimek_final.pdf

ATMega8535 bekerja pada tegangan operasi 2.7-5.5 V dan speed grades 0 - 8 MHz

untuk ATMega8535L serta tegangan operasi 4.5-5.5 V dan speed grades 0 - 16 MHz untuk

ATMega8535.

ATMega8535 memiliki tiga buah timer, yaitu Timer/Counter 0 (8 bit),

Timer/Counter 1 (16 bit), dan Timer/Counter 2 (8 bit).

3.3.1 Timer/Counter 8 bit

Timer/Counter 0 dan Timer/Counter 2 merupakan Timer/Counter 8 bit yang

mempunyai beberapa fungsi. Fitur yang dimiliki Timer/Counter 8 bit[4]

yaitu:

a. Counter satu kanal

b. Timer dinolkan saat match compare (autoreload)

c. Glitch-free, Phase Correct Pulse Width Modulation (PWM)

d. Frekuensi Generator

e. 10 bit clock prescaler

f. Interupsi timer yang disebabkan timer overflow (TOVn) dan compare match

(OCFn)

Beberapa mode-mode operasi Timer diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Mode Normal

Timer digunakan untuk menghitung saja, membuat delay, menghitung selang

waktu.

2. Mode PWM, phase correct

Memberikan bentuk gelombang phase correct PWM resolusi tinggi. Mode phase

correct PWM berdasarkan operasi dualslope. Counter menghitung berulang-

ulang dari BOTTOM ke MAX dan dari MAX ke BOTTOM.

Gambar 3.9 Phase Correct PWM Mode, Timing Diagram[4]

15

Page 23: laporan kp telimek_final.pdf

3. Clear Timer on Compare Match (CTC)

Nilai timer yang ada pada TCNTn akan di-nolkan lagi jika TCNTn sudah sama

dengan nilai yang ada pada register OCRn, sebelumnya OCR diset dulu, karena

timer 0 dan 2 maksimumnya 255, maka range OCR 0-255.

Gambar 3.10 CTC Mode, Timing Diagram[4]

4. Fast PWM

Memberikan pulsa PWM frekuensi tinggi. Fast PWM berbeda dengan mode

PWM lain, Fast PWM berdasarkan operasi single slope. Counter menghitung

dari BOTTOM hingga TOP kemudian kembali lagi mulai menghitung berawal

dari BOTTOM.

Gambar 3.11 Fast PWM mode, Timing Diagram[4]

3.3.2 Timer/Counter 16 bit

Timer/Counter 1 adalah 16-bit Timer/Counter yang memungkinkan program

pwaktuan lebih akurat. Berbagai fitur dari Timer/Counter 1 adalah sebagai berikut[4]

.

a. Desain 16 bit (juga memungkinkan 16 bit PWM)

b. Dua buah compare unit

16

Page 24: laporan kp telimek_final.pdf

c. Duah buah register pembanding

d. Satu buaah input capture unit

e. Timer dinolkan saat match compare (autoreload)

f. Dapat menghasilkan gelombang PWM dengan glitch-free

g. Periode PWM yang dapat diubah-ubah

h. Pembangkit frekuensi

i. Empat buah sumber interupsi (TOV1, OCF1A, OCF1B, dan ICF1)

Pada mode normal, TCNT1 akan menghitung naik dan membangkitkan interrupt

Timer/Counter 1 ketika nilainya berubah dari 0xFFFF ke 0x0000. Untuk menggunkan

timer yang menghitung mundur cukup dengan memasukkan nilai yang diinginkan ke

TCNT1 dan menunggu sampai terjadi interrupt, tetapi untuk timer yang menghitung maju,

maka nilai yang dimasukkan ke dalam TCNT1 nilainya harus 65536 – (timer value).

3.3.3 CodeVisonAVR

CodeVisionAVR[5]

merupakan alat bantu pemrograman menggunakan bahasa C

ANSI yang digunakan sebagai editor dan compiler untuk mikrokontroler AVR yang

bekerja dalam lingkungan pengembangan perangkat lunak yang terintegrasi (Integrated

Development Environtment, IDE). CodeVisionAVR dapat bekerja pada Windows 2000,

XP, Vista, Windows 7 32 bit daan 64 bit.

CodeVisonAVR dilengkapi dengan source code editor, compiler, linker dan dapat

memanggil Atmel AVR Studio untuk debugger-nya. CodeVisonAVR versi evaluasi dapat

digunakan secara gratis, dengan kapasitas program maksimum dua kilobytes. Versi standar

yang komersil dapat memanfaatkan seluruh kapasitas memori mikrokontroler yang ada.

Pada Integrated Development Environment (IDE) terdapat AVR Chip In-System

Programmer yang mengirimkan program secara otomatis ke dalam chip mikrokontroler

setelah selesai melakukan kompilasi (assembly). In-System Programmer software[5]

dapat

bekerja pada Atmel STK500, STK600, AVRISP, AVRISP MkII, AVR Dragon, AVRProg,

Kanda Systems STK200+, STK300, Dontronics DT006, Vogel Elektronik VTEC-ISP,

Futurlec JRAVR and MicroTronics' ATCPU, Mega2000 development boards.

17

Page 25: laporan kp telimek_final.pdf

Gambar 3.12 Tampilan Software CodeVisionAVR

CodeVisionAVR mudah digunakan karena menggunakan CodeWizardAVR

Automatic Program Generator[5]

yang memudahkan untuk pengaturan program pada

mikrokontroler, yaitu untuk konfigurasi USART, Analog Comparator, ADC, SPI, I2C, 1

Wire, 2 Wire (I2C), LCD, Bit-Banged, Project Information, Chip, Port, External IRQ,

Timer.

Gambar 3.13 Tampilan CodeWizardAVR Automatic Program Generator

18

Page 26: laporan kp telimek_final.pdf

BAB IV

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

4.1 Perancangan Piranti Keras

Piranti keras terdiri dari blok konverter boost, blok kontroler, dan blok sensor arus.

Pada blok boost converter terdapat rangkaian boost converter dengan menggunakan dua

pensaklaran elektrik. Pada blok kontroler terdapat mikrokontroler yang telah ditanam

sistem kontrol. Sedangkan blok sensor arus digunakan untuk mengetahui nilai arus yang

melewati induktor IL sebagai sebagai umpan balik pada sistem kontrol dan rangkaian

pengkondisi sinyal sensor arus. Rangkaian dari keseluruhan blok ditunjukkan oleh gambar

berikut.

Gambar 4.1 Rangkaian Keseluruhan Blok Sistem

19

Page 27: laporan kp telimek_final.pdf

4.1.1 Konverter Boost

Rangkaian boost converter ditunjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 4.2 Rangkaian Boost Converter

Diinginkan spesifikasi dari boost converter yaitu :

Tegangan masukkan VS = 5V

Tegangan keluaran Va = 8V

Beban resistor R = 6

Frekuensi Chopping f = 21684,71 Hz

Riak arus yang diinginkan I = 1mA (0,02%)

Riak tegangan yang diinginkan V = 5mV (0,1%)

Dengan menggunakan persamaan 3.9, dapat dihitung besarnya nilai induktor yang

digunakan yaitu,

Sedangkan untuk menentukan besarnya nilai kapasitor, digunakan persamaan 3.12.

Dengan

dan

Sehingga didapat,

PWM High

PWM Low Sensor arus

1,5 mH

470 uH

20

Page 28: laporan kp telimek_final.pdf

Sehingga didapat besarnya nilai kapasitor dan induktor pada rangkaian boost converter

adalah 4700μF dan 100 mH. Sehingga, boost converter yang dirancang memiliki

spesifikasi sebagai berikut.

Tabel 4.1 Spesifikasi Boost Converter

Tegangan masukkan 5 V

Tegangan keluaran 8 V

Induktor 100 mH

Kapasitor 4700 uF

Beban resistor 6

Pada kerja praktek ini, boost converter yang digunakan menggunakan dua buah

mosfet IRFZ44 untuk pensaklaran. Kedua buah mosfet akan ON dan OFF secara bergantian

satu sama lain. Mosfet IRFZ44[6]

mampu bekerja dengan frekuensi pensaklaran yang tinggi

(fast switching) dan mampu bekerja pada suhu operasi maksimum 175 oC. Di samping itu,

juga memiliki tegangan breakdown VDSS sebesar 55 Volt dan arus drain ID maksimum

sebesar 49 Ampere pada suhu 25oC dan maksimum sebesar 35 Ampere pada suhu 100

oC.

Resistansi dalam mosfet IRFZ44 RDS(on) sebesar 17,5 m pada kondisi VGS = 10V dan ID

= 25A dengan lebar pulsa ≤ 400μs dan siklus kerja (duty cycle) ≤ 2%. IRFZ44 memiliki

waktu naik maksimum 75nS dan waktu turun maksimum 40nS. Waktu tunda yang

dibutuhkan mosfet saat Turn-On td(on) adalah 12ns dengan waktu naik (rise time) tr = 60ns.

Sedangkan waktu tunda saat Turn-Off td(off) 44ns adalah dengan waktu turun (fall time) tf =

45ns. Waktu tunda tersebut berada pada kondisi VDD = 28V, ID = 25A, RG = 12, VGS =

10V, lebar pulsa ≤ 400μs dan siklus kerja (duty cycle) ≤ 2%.

Gambar 4.3 Mosfet IRFZ44

4.1.2 Sensor Arus dan Pengkondisi Sinyal

4.1.2.1 Sensor Arus ACS712

Sensor arus ACS712 (gambar 4.5) digunakan pada pengukuran arus AC atau DC di

dunia industri, otomotif, komersil dan sistem komunikasi. Pada umumnya sensor ini

digunakan untuk mengontrol motor, deteksi beban listrik, switched-mode power supplies,

dan proteksi beban berlebih[7]

.

S

D

G

21

Page 29: laporan kp telimek_final.pdf

Gambar 4.4 Sensor Arus ACS712

Sensor arus terdiri dari rangkaian sensor hall-effect yang linier, low-offset, dan

presisi. Saat arus mengalir di jalur tembaga pada bagian pin 1-4, maka rangkaian sensor

efek-hall akan mendeteksinya dan mengubahnya menjadi tegangan yang proporsional

dengan arus yang dikur. Blok diagram dan konfigurasi pin dari sensor arus ACS712

ditunjukkan oleh gambar 4.4 dan 4.5

Gambar 4.5 Blok Diagram ACS712

[7]

Gambar 4.6 Konfigurasi Pin ACS712

Beberapa fitur yang dimiliki sensor arus ACS712[7]

yaitu :

Memiliki sinyal analog dengan sinyal ganguan rendah (low-noise)

Memiliki bandwidth 80 kHz

Total output error 1.5% pada Ta = 25°C

Memiliki resistansi dalam 1.2 mΩ

22

Page 30: laporan kp telimek_final.pdf

Tegangan sumber operasi tunggal 5.0V

Sensitivitas keluaran: 66 sd 185 mV/A

Tegangan keluaran proporsional terhadap arus AC ataupun DC

Fabrikasi kalibrasi

Tegangan offset keluaran yang sangat stabil

Hysterisis akibat medan magnet mendekati nol

Rasio keluaran sesuai tegangan sumber

IP+ dan IP- dari pin ACS712 terhubung pada rangkaian boost converter. Kapasitor

1nF digunakan sebagai filter sensor arus, sedangkan kapasitor 0,1uF digunakan sebagai

filter pada sumber tegangan Vcc. Sensor arus dicatu oleh tegangan 5V yang terhubung ke

Vcc. Keluaran sensor arus Vout terhubung ke rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus.

Berikut ini adalah gambar rangkaian dari sensor arus dari ACS712.

Gambar 4.7 Rangkaian Sensor Arus ACS712

Saat tidak ada arus yang terdeteksi pada sensor arus ACS712, maka keluaran sensor

adalah 2,5 V. Saat arus mengalir dari IP+ ke IP-, maka keluaran akan lebih dari 2,5 V.

Sebaliknya ketika arus listrik mengalir dari IP- ke IP+, maka keluaran akan kurang dari 2,5

V.

Gambar 4.8 Grafik Tegangan Keluaran Terhadap Arus yang Terdeteksi

0

1

2

3

4

5

-5 -2,5 0 2,5 5

Vo

ut

(V)

Ip (A)

Vcc=5V

23

Page 31: laporan kp telimek_final.pdf

4.1.2.2 Pengkondisi Sinyal Sensor Arus

Pada pendeteksian arus -5A sampai dengan 5A, pengkondisi sinyal sensor arus

mengubah level tegangan keluaran sensor arus (1,5V–3,5V) ke dalam level tegangan

masukkan ADC mikrokontroler (0V–5,0V) .

Gambar 4.9 Perubahan Grafik Tegangan Keluaran Terhadap Arus

Pengkondisi sinyal sensor arus terdiri dari rangkaian subtractor dan inverting.

Rangkaian subtractor yang digunakan hanya terdiri dari satu buah opamp U1 dengan

persamaan tegangan keluaran

. Tegangan

yang dihasilkan pada RV1 digunakan untuk menggeser nilai sinyal masukkan sebesar

1,5V. Opamp U2 bersifat inverting dengan persamaan tegangan keluaran

. Zener 5,1 V digunakan untuk membatasi keluaran agar tidak lebih dari 5,1 V.

Gambar 4.10 Rangkaian Pengkondisi Sensor Arus

1,5

2,5

3,5

0

1

2

3

4

5

-5 0 5 Ip (A)

0

-1

-2

-5

-4

-3

-2

-1

0 -5 0 5 Ip (A)

0

2,5

5

0

1

2

3

4

5

-5 0 5

Ip (A)

Minus 1,5 V

Gain = -(5,0/2,0) = -2,5 V

24

Page 32: laporan kp telimek_final.pdf

Kapasitor C1 pada rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus yang ditunjukkan oleh

gambar 4.9, digunakan pada umpan balik opamp untuk menaikkan kestabilan frekuensi

yang dapat mengurangi osilasi dan pengaruh derau. Tapis yang digunakan merupakan low

pass filter (LPF) untuk melewatkan sinyal dengan frekuensi rendah dan melemahkan

sinyal derau pada frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off.

Pelemahan sinyal terjadi dikarenakan oleh peredaman sinyal berferekuensi tinggi

10kHz yaitu di atas frekuensi cut-off. Frekuensi cut-off dari Low Pass Filter pada

rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus adalah 338,628 Hz. Sehingga filter pada

rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus berfungsi dengan baik.

Besarnya frekuensi cut-off ditunjukkan oleh persamaan berikut.

Gambar 4.11 Rangkaian Active Low Pass Filter

Low Pass Filter pada rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus dengan besarnya

kapasitor C1 adalah 47nF dan resistor R4 adalah 10k, sehingga didapatkan frekuensi cut-

off sebesar 338,628 Hz.

Besarnya frekuensi cut-off dapat dihitung dari persamaan berikut.

Fungsi transfer dari filter aktif LPF ditunjukkan oleh persamaan berikut.

dengan = penguatan (gain) =

25

Page 33: laporan kp telimek_final.pdf

= frekuensi cut-off (rad/s) =

= frekuensi masukan (rad/s) =

Dan besarnya penguatan tegangan Active Low Pass Filter dapat dituliskan dalam satuan dB

sebagai berikut.

Operasi dari Low Pass Filter pada rentang frekuensi tertentu berdasarkan besarnya

penguatan (gain) adalah sebagai beikut.

Frekuensi rendah, yaitu saat frekuensi sinyal masukan lebih rendah dari frekuensi cut-

off .

Frekuensi cut-off, yaitu saat frekuensi sinyal masukan sama dengan frekuensi cut-off

.

Frekuensi tinggi, yaitu saat frekuensi sinyal masukan lebih tinggi dari frekuensi cut-off

.

Low Pass Filter dalam domain frekuensi terhadap penguatan tegangan (gain), ditunjukkan

oleh gambar bode berikut ini.

Gambar 4.12 Bode Plot dari Low Pass Filter

26

Page 34: laporan kp telimek_final.pdf

Simulasi untuk pengujian rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus ditunjukkan oleh

gambar sebagai berikut.

Gambar 4.13 Simulasi Rangkaian Pengkondisi Sinyal Sensor Arus

Simulasi untuk pengujian rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus dilakukan untuk

beberapa nilai tegangan masukan, dan diukur nilai keluaran tegangan dari dari Opamp 1

dan opamp 2. Data hasil dari pengujian tersebut, ditunjukkan oleh tabel 4.2. Sedangkan

hasil keluaran dari Opamp1 dan Opamp2 ditunjukkan oleh gambar 4.14 beserta kondisi

idealnya. Nilai error rata-rata antara hasil perhitungan dan hasil simulasi dari Opamp1 dan

Opamp2 adalah 1,06% dan 1,94%. Sehingga rangakaian pengkondisi sinyal sensor arus

tersebut berfungsi dengan baik.

Tabel 4.2 Hasil Simulasi Pengujian Rangkaian Pengkondisi Sinyal Sensor Arus

Vin (Volt) Vout Opamp1 (Volt) Vout Opamp2 (Volt)

1,5 -0,01 0,03

1,75 -0,26 0,66

2,00 -0,51 1,29

2,25 -0,75 1,91

2,50 -1,01 2,54

2,75 -1,26 3,16

3,00 -1,51 3,79

3,25 -1,76 4,41

3,50 -2,01 4,89

R1

10k

Vin

R2

10k

+5V

U1OPAMP

R9

10k

C1

47nF

R10

1k

U2OPAMP

75%

RV2

10k

33%

RV4

10kR1210k

C2

1nF

Sinyal Keluaran

D21N4733A

Vout 1

Volts

+0.03

Volts

+1.50

Volts

-0.01

R11

10k

Vout 2

R1(1)

Sinyal Masukan

27

Page 35: laporan kp telimek_final.pdf

(a) Tegangan Keluaran Opmap 1

(a) Tegangan Keluaran Opamp 2

Gambar 4.14 Grafik Tegangan Keluaran Opamp Terhadap Tegangan Masukan pada

Rangkaian Pengkondisi Sinyal Sensor Arus

Untuk mengetahui kinerja dari Low Pass Filter pada rangkaian pengkondisi sinyal

sensor arus, dilakukan pengujian dengan menggunakan masukan sinyal sinus frekuensi

dengan frekuensi 10kHz. Gambar sinyal masukan dan sinyal keluaran pada rangkaian

pengkondisi sinyal sensor arus ditunjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 4.15 Hasil Simulasi Kinerja Low Pass Filter dengan Sinyal Masukan 10kHz

-2,5

-2

-1,5

-1

-0,5

0 -5 -3,75 -2,5 -1,25 0 1,25 2,5 3,75 5

Vout (V)

Ip(A)

Perhitungan Simulasi

0

1

2

3

4

5

6

-5 -3,75 -2,5 -1,25 0 1,25 2,5 3,75 5

Vout (V)

Ip(A)

Perhitungan Simulasi

28

Page 36: laporan kp telimek_final.pdf

Pada gambar 4.11 garis merah menunjukkan sinyal masukan, garis hijau

menunjukkan sinyal keluaran Opamp 1 dan garis biru menunjukkan sinyal keluaran

Opamp 2. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa sinyal keluaran mengalami

pelemahan sinyal dengan besarnya amplitudo sinyal keluaran Opamp1 dan Opamp 2 yang

lebih kecil dari sinyal masukan. Hal tersebut sesuai dengan kurva penguatan (gain)

terhadap domain frekuensi seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.9.

4.2 Perancangan Piranti Lunak

4.2.1 Pemrograman PWM (Pulse width Modulation)

PWM berfungsi untuk menghasilkan sinyal ON-OFF. Timer/Counter yang

digunakan untuk menghasilkan sinyal PWM adalah Timer/Counter 1 (16 bit) dan

Timer/Counter 2 (8 bit). Timer/Counter 1 (16 bit) digunakan untuk mengatur PWM pada

mosfet yaitu menggunakan register OCR1A untuk PWM high pada mosfet high dan

register OCR1B untuk PWM low pada mosfet low.

Gambar 4.16 Sinyal Pulsa PWM High dan PWM Low

Digunakan deadband 1% pada pembangkitan sinyal PWM antara PWM High dan

PWM Low. Siklus kerja (duty cycle) yang digunakan dari PWM High dan PWM Low

adalah sebesar 99%. Hal tersebut digunakan agar terdapat jeda waktu antara PWM High

dan PWM Low untuk bekerja secara bergatian dan untuk menghindari hubungan singkat.

Untuk menghasilkan PWM high/low beberapa parameter ditentukan dan diatur pada

CodeWizardAVR Automatic Program Generator.

PWM HIGH

PWM LOW

PWM Low Start PWM High Start PWM Low Stop

PWM High Stop

Duty Cycle 99%

Duty Cycle 99%

461nS

29

Page 37: laporan kp telimek_final.pdf

Gambar 4.17 Inisialisasi Timer/Counter 1

Mode Timer/Counter 1 yang digunakan adalah mode Phase Correct PWM

top=0x00FF. Timer/Counter 1 mencacah dari BOTTOM = 0x0000 ke MAX = 0x00FF dan

dari MAX = 0x00FF ke BOTTOM = 0x0000. Keluaran dari channel A dan B adalah

inverted yaitu output A dan output B akan high saat nilai TCNT1A/TCNT1B sama dengan

nilai OCR1A/OCR1B. Frekuensi PWM yang dihasilkan oleh Timer/Counter 1 adalah

Penentuan siklus kerja pada mikrokontroler ditunjukkan oleh persamaan berikut.

Nilai duty cycle yang digunakan harus dikurangkan terlebih dahulu dengan 100%,

sebab out PWM yang digunakan pada inisialisasi Timer/Counter 1 adalah inverted. Dari

persamaan tersebut akan didapat nilai PWM yang dimasukkan ke dalam register OCR1A

dan OCR1B untuk menghasilkan pulsa PWM.

Berikut adalah hasil uji simulasi penggunaan deadband 1% pada pembangkitan

sinyal PWM antara PWM High (Garis Biru) dan PWM Low (Garis Merah) dengan siklus

kerja (duty cycle) 99%, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.18.

30

Page 38: laporan kp telimek_final.pdf

Gambar 4.18 Hasil Simulasi Penggunaan Deadband pada Pembangkitan Sinyal PWM

Periode PWM yang dihasilkan dari mikrokontroler adalah 46,115μS ≈

1/(21684,71Hz). Dari hasil perancangan, siklus kerja (duty cycle) 99% dan deadband 1%

memberikan hasil waktu 461nS (1/100x46,115 μS). Sedangkan pada hasil simulasi, dengan

siklus kerja (duty cylce) 99% (OCR1A/B=0,99x255=252,45≈253), memberikan hasil

waktu deadband yaitu 374nS. Hasil simulasi sudah mendekati hasil peracangan. Nilai

selisih dari hasil simulasi dan perhitungan sebesar 87nS disebabkan oleh pembulatan nilai

pada OCR1A/B . Sehingga pembangkitan sinyal PWM dengan penggunaan deadband 1%

dapat berfungsi dengan baik.

4.2.2 Pemrograman ADC

ADC digunakan untuk mengubah level tegangan keluaran sensor arus ke dalam

rentang nilai ADC 10 bit (0-1023) untuk diolah dalam mikrokontroler. Output dari sensor

Duty Cycle 99% OCR1A/B=253

374nS

31

Page 39: laporan kp telimek_final.pdf

arus masuk ke PortA.0 (ADC 0) untuk dibaca nilai ADC-nya. Besarnya clock yang

digunakan untuk proses pembacaan nilai ADC adalah 691,200 kHz.

Gambar 4.19 Inisialisasi ADC

4.2.3 Integrasi Keseluruhan Blok pada Program

Program menggunakan blok-blok yang terdapat pada CodeVisionAVR yaitu PWM

(Pulse Width Modulation) yang dihasilkan oleh Timer/Counter, GPIO (General Purpose

Input Output), dan ADC (Analog Digital Converter). Penggunaan register dari tiap blok

ditunjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 4.20 Diagram Blok Inisialisasi pada Mikrokontroler ATMega8535

ATMega8535

PWM GENERATOR

REF ARUS TETAP

Analog Digital Converter

+

- Sensor

Arus

PWM HIGH

PWM LOW ADC0

OCR1A

OCR1B

32

Page 40: laporan kp telimek_final.pdf

4.3 Kontrol Arus dengan Menggunakan ON-OFF

Dalam penelitian ini, diinginkan boost converter dapat menaikkan tegangan

masukkannya sehingga diperoleh tegangan keluaran yang konstan dan lebih tinggi. Hal

tersebut dilakukan dengan kontrol arus induktor yang dilakukan dengan teknik kontrol

ON-OFF dengan waktu cuplik Ts, waktu yang dibutuhkan agar terjadi interupsi. Nilai

referensi arus yang digunakan sebagai pembanding nilai sensor arus, mempunyai nilai

yang tetap. Hasil keluaran dari komparasi tersebut, digunakan untuk membangkitkan PWM

Generator untuk menghasilkan pulsa PWM High ataupun PWM Low yang mengatur

buka/tutup saklar elektrik mosfet.

Gambar 4.21 Blok Diagram Sistem Pengontrolan Boost Converter

Diagram alir untuk sistem pengontrolan siklus kerja (duty cyle) pada boost converter, yang

ditanamkan pada ATMega8535 ditunjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 4.22 Diagram Alir Program Sistem Pengontrol Duty Cycle pada ATMega8535

MULAI

Inisialisasi PWM,

GPIO, ADC

Baca nilai

ADC sensor

1. Nilai referensi arus

3. Komparasi nilai referensi

arus - pembacaan sensor

PWM

generator

Boost Converter

Referensi

arus

Sensor Arus

Arus

Induktor

Kontrol Arus

33

Page 41: laporan kp telimek_final.pdf

Algoritma program dari sistem kontrol ON-OFF adalah sebagai berikut.

Saat program dijalankan, maka pada waktu tertentu akan muncul interrupt dari

Timer/Counter 1. Saat terjadi interrupt tersebut, program akan menjalankan rutin program

yaitu membaca nilai ADC dari keluaran sensor arus kemudian dibandingkan dengan nilai

referensi tetap arus dan kemudian akan mengatur PWM Generator untuk menghasilkan

nilai siklus kerja (duty cycle) yang mengatur ON/OFF dari OCR1A dan OCR1B dan akan

menghasilkan sinyal pulsa PWM. Besarnya nilai dari siklus kerja (duty cycle) yang

digunakan adalah 99% dari 255 yaitu 253.

4.4 Hasil Uji Simulasi dan Pembahasan

Berikut akan ditunjukkan hasil uji simulasi hasil keluaran program dari sistem

pengontrolan siklus kerja (duty cycle) yang diterapkan pada rangkaian boost converter.

Pada gambar, sumbu horisontal menunjukkan waktu dan sumbu vertikal menunjukkan

sinyal keluaran. Uji simulasi program digunakan untuk mengetahui karakteristik dari

sinyal keluaran yang diterapkan pada boost converter.

Uji coba simulasi dilakukan untuk beberapa referensi arus, yaitu 0A s/d 5A atau 512

bit s/d 1024 bit. Di dalam mikrokontroler, tegangan masukan ADC dikuantisasi menjadi 10

bit, sehingga besarnya arus -5A s/d +5A setara dengan 0 bit s/d 1024 bit. Sehingga, -5A

setara dengan 0 bit, 0A setara dengan 512 bit, dan +5A setara dengan 1024 bit. Algoritma

pemrograman untuk proses tersebut adalah sebagai berikut.

iref=2; // besarnya arus referensi (A)

i_sens=read_adc(0); //pembacaan nilai adc sekarang

ref=((iref*0.2)*512)+512 ; //nilai ref nilai ADC 10 bit

if (i_sens <=ref)

{OCR1A=0;OCR1B=253;}

else

{OCR1A=253;OCR1B=0;}

//pembacaan nilai adc sekarang

i_sens = read_adc(0);

//jika kurang dari nilai referensi tetap arus, maka

//PWM high = 0 PWM low = 1 dan sebaliknya

if ( i_sens <=ref) { OCR1A=0;OCR1B=253;}

else {OCR1A=253;OCR1B=0;}

34

Page 42: laporan kp telimek_final.pdf

Besarnya arus keluaran induktor dan tegangan keluaran boost converter untuk

beberapa nilai referensi arus ditunjukkan oleh tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Simulasi Boost Converter untuk Beberapa Nilai Referensi Arus

Ref

arus

(A)

Arus

induktor

Boost (A)

1 0,938

2 1,93

3 2,93

4 3,93

5 4,90

Sedangkan grafik sinyal keluaran arus induktor, ditunjukkan oleh gambar berikut.

(a) Referensi Arus 1A (b) Referensi Arus 2A

(c) Referensi Arus 3A (d) Referensi Arus 4A

(e) Referensi Arus 5A

Gambar 4.23 Grafik Sinyal Keluaran Arus Induktor untuk Variasi Nilai Referensi Arus

35

Page 43: laporan kp telimek_final.pdf

Arus keluaran induktor dan tegangan keluaran pada boost converter dapat dihitung

dengan persamaan berikut.

Untuk nilai referensi 2A, maka tegangan keluaran pada boost converter adalah

Berdasarkan perhitungan dengan nilai arus hasil simulasi (1,93A), tegangan keluaran pada

boost converter adalah

Sedangkan berdasarkan hasil simulasi, tegangan keluaran pada boost converter adalah

Grafik dari tegangan keluaran boost converter tersebut ditunjukkan oleh gambar 4.24.

Gambar 4.24 Grafik Tegangan Keluaran Boost Converter

Dari hasil uji simulasi boost converter dengan berbagai nilai arus referensi, dapat

diketahui bahwa tegangan keluaran pada hasil uji simulasi lebih rendah dari hasil

perhitungan. Selain itu, daya keluaran boost converter lebih rendah dari daya masukannya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi dari boost converter yang dirancang, memiliki

efisiensi kurang dari 100%. Hal tersebut dikarenakan terdapat losses yaitu rugi-rugi daya

yang terjadi, pada boost converter salah satunya dalam bentuk panas yang terbuang.

36

Page 44: laporan kp telimek_final.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam kerja praktek telah dilakukan simulasi kontrol arus pada konverter boost.

Dalam pembuatan kontrol, yang dilakukan adalah perancangan pengkondisi sinyal arus,

dan pembuatan program kontrol ON-OFF dengan menggunakan mikrokontroler.

Rangkaian pengkondisi sinyal yang dirancang dapat berfungsi dengan baik dan

menghasilkan level tegangan yang sesuai dengan keluaran tegangan pengkondisi sinyal

yang telah dirancang sesuai dengan perubahan grafik tegangan keluaran terhadap arus.

Selain itu, Low Pass Filter pada rangkaian pengkondisi sinyal sensor arus dapat meredam

sinyal dengan frekuensi tinggi dan melewatkan sinyal yang berfrekuensi rendah.

Mikrokontroler sudah dapat menghasilkan deadband pada pembangkitan sinyal PWM

sesuai dengan perancangan, untuk memberikan PWM high dan PWM low pada boost

converter. Pemberian pulsa PWM bergantian antara PWM high dan PWM low.

Pengontrolan boost converter yang dilakukan dengan membandingkan nilai keluaran

sensor arus dengan nilai referensi yang tetap, dapat berfugsi dengan baik. Tegangan

keluaran rangkaian pengkondisi sinyal arus dibaca oleh ADC pada mikrokontroler dan

dibandingkan dengan nilai referensi tetap yang telah ditentukan.

Hasil simulasi untuk nilai arus referensi 1A sampai 5A, telah menunjukkan bahwa

besarnya arus induktor sama dengan besarnya arus referensi.

5.2 Saran

Konverter Boost yang telah dirancang dan disimulasikan dapat diaplikasikan ke

dalam perangkat keras. Selain menggunakan kontrol arus, sistem kontrol pada konverter

boost dapat ditambahkan kontrol tegangan pada beban agar tegangan keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan hasil perancangan.

37

Page 45: laporan kp telimek_final.pdf

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rashid, Muhammad H. 2004. Power Electronics Circuit, Device, and Applications,

3rd ed. United States of America : Pearson Prentice Hall.

[2] Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia. http://www.telimek.lipi.go.id/.

[3] Andrianto, Heri. 2008. Pemrograman Mikrokontroler AVR Atmega16. Bandung :

Informatika.

[4] Atmel Corporation. 2006. 8-bit AVR Microcontroller with 8K bytes In-System

Programmable Flash, ATMega8535/ATMega8535L Datasheet Rev. 2502K–10/06.

[5] HP InfoTech S.R.L. 2010. C Compiler, Integrated Development Environtment,

automatic Program Generator and In-System Programmer for the ATMEL AVR

Family of Microcontrollers, CodeVisionAVR Help Topics Ver. 2.05.0

[6] International Rectifier. IRFZ44N HEXFET®

Power MOSFET Datasheet rev. PD -

94053.

[7] Allegro MicroSystems, Inc. 2007. Fully Integrated, Hall Effect-Based Linear

Current Sensor with 2.1 kVRMS Voltage Isolation and a Low-Resistance Current

Conductor, ACS712 Datasheet rev. 7.

38

Page 46: laporan kp telimek_final.pdf

LAMPIRAN

1. Daftar Program

#include <mega8535.h>

#include <delay.h>

#define ADC_VREF_TYPE 0x40

// Read the AD conversion result

unsigned int read_adc(unsigned

char adc_input)

{

ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE

& 0xff);

// Delay needed for the

stabilization of the ADC input

voltage

delay_us(10);

// Start the AD conversion

ADCSRA|=0x40;

// Wait for the AD conversion to

complete

while ((ADCSRA & 0x10)==0);

ADCSRA|=0x10;

return ADCW;

}

int i_sens;

float iref=2; //arus ref (A)

float ref;

// Timer1 overflow interrupt

service routine

interrupt [TIM1_OVF] void

timer1_ovf_isr(void)

{

//baca nilai adc

i_sens=read_adc(0);

//ref nilai ADC 10 bit

ref=((iref*0.2)*512)+512 ;

if (i_sens <=ref)

{OCR1A=0;OCR1B=253;}

else

{OCR1A=253;OCR1B=0;}

}

void main(void)

{

PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

PORTD=0x00;

DDRD=0x30;

// Timer/Counter 1 initialization

// Clock source: System Clock

// Clock value: 11059,200 kHz

// Mode: Ph. correct PWM

top=0x00FF

// OC1A output: Inverted

// OC1B output: Inverted

// Noise Canceler: Off

// Input Capture on Falling Edge

// Timer1 Overflow Interrupt: On

// Input Capture Interrupt: Off

// Compare A Match Interrupt: Off

// Compare B Match Interrupt: Off

TCCR1A=0xF1;

TCCR1B=0x01;

TCNT1H=0x00;

TCNT1L=0x00;

ICR1H=0x00;

ICR1L=0x00;

OCR1AH=0x00;

OCR1AL=0x00;

OCR1BH=0x00;

OCR1BL=0x00;

// Timer(s)/Counter(s)

Interrupt(s) initialization

TIMSK=0x04;

// ADC initialization

// ADC Clock frequency: 691,200

kHz

// ADC Voltage Reference: AVCC

pin

// ADC High Speed Mode: Off

// ADC Auto Trigger Source: ADC

Stopped

ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;

ADCSRA=0x84;

SFIOR&=0xEF;

#asm("sei")

while (1)

{

}

}

39

Page 47: laporan kp telimek_final.pdf