laporan kp

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hal ini pihak Jurusan Teknik Elektro telah menyiapkan suatu program berupa mata kuliah Kerja Praktek yang wajib diikuti setiap mahasiswa Teknik Elektro. Melalui mata kuliah Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan mampu memahami ilmu elektronik secara terarah karena pada dasarnya ilmu yang diperoleh di bangku kuliah bersifat teoritis. 1.2 Tujuan Kerja Praktek Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Kerja Praktek yang berjumlah 2 (dua) SKS di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Medan, sekaligus agar mahasiswa memahami aplikasi dari disiplin ilmu elektro yang selama ini telah dipelajari secara teoritis dalam perkuliahan. 1.3 Manfaat Kerja Praktek Dengan mengikuti program Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk Pakam , maka saya sebagai mahasiswa Kerja Praktek dan pihak Teknik Elektro serta PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk Pakam memperoleh masukan – masukan dan manfaat sebagai berikut : Bagi Mahasiswa Kerja Praktek : 1. Telah menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Elektro sebanyak 2 (dua) SKS. 5

Upload: dani-bagaskara

Post on 03-Aug-2015

256 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kp

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam hal ini pihak Jurusan Teknik Elektro telah menyiapkan suatu program berupa mata

kuliah Kerja Praktek yang wajib diikuti setiap mahasiswa Teknik Elektro. Melalui mata

kuliah Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan mampu memahami ilmu elektronik secara

terarah karena pada dasarnya ilmu yang diperoleh di bangku kuliah bersifat teoritis.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Kerja

Praktek yang berjumlah 2 (dua) SKS di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Medan,

sekaligus agar mahasiswa memahami aplikasi dari disiplin ilmu elektro yang selama ini telah

dipelajari secara teoritis dalam perkuliahan.

1.3 Manfaat Kerja Praktek

Dengan mengikuti program Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara

Cabang Lubuk Pakam , maka saya sebagai mahasiswa Kerja Praktek dan pihak Teknik

Elektro serta PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk Pakam memperoleh

masukan – masukan dan manfaat sebagai berikut :

 Bagi Mahasiswa Kerja Praktek :

1. Telah menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Elektro sebanyak 2

(dua) SKS.

2. Dapat melakukan perbandingan terhadap ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan

dengan aplikasi di lapangan.

3. Dapat mengetahui ruang lingkup dan gambaran kerja yang ada di PT. PLN (Persero)

Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk Pakam

4. Mampu mengenal peralatan serta aplikasi penggunaanya di lokasi kerja.

5. Menerapkan hasil yang diperoleh untuk mengembangkan potensi diri bagi mahasiswa.

5

Page 2: Laporan Kp

 Bagi Pihak Institut Teknologi Medan:

1. Merupakan salah satu wujud kerjasama dalam bidang akademik antara pihak Institut

Teknologi Medan dan pihak PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang

Lubuk Pakam.

2. Mempersiapkan mahasiswa dalam era globalisasi dengan kondisi penuhkompetisi

kerja.

 Bagi Pihak PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk Pakam:

1. Menerima masukan dari pihak Institut Teknologi Medan dan Mahasiswa selama

berlangsungnya kerja praktek tersebut.

2. Merupakan wujud kepedulian PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang

Lubuk Pakam dalam rangka meningkatan mutu pendidikan.

3. Dapat memberikan pengertian mengenai kondisi yang ada pada PT. PLN (Persero)

Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk Pakam saat ini.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Sesuai dengan bidang ilmu yang penulis tekuni maka penulis melakukan kerja praktek pada

PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk Pakam selama 1 (satu) bulan,

terhitung dari tanggal 28 Februari 2012 hingga 30 Maret 2012.

Selama mengikuti Kerja Praktek elektris di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara

Cabang Lubuk Pakam, penulis ditempatkan pada seksi - seksi sebagai berikut :

 Seksi Pemeliharaan

 Seksi Operasi Distribusi

 Seksi Peneraan

 Seksi Alat Pengukur dan Pembatas

Sesuai dengan jadwal ini, maka ruang lingkup penulisan laporan hanya meliputi kegiatan

selama penulis melakukan kerja praktek di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Cabang Lubuk Pakam.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini penulis melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung

dengan karyawan PLN.

Page 3: Laporan Kp

Sehingga dapat ditentukan metode yang digunakan untuk penulisan dan penyusunan laporan

ini, yaitu :

 Observasi

 Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan.

 Diskusi dan wawancara

 Penulis melakukan diskusi dan wawancara dengan karyawan PLN tentang sesuatu

yang berhubungan dengan objek yang ditinjau.

 Studi Literatur

 Penulis melengkapi data dan keterangan yang diperoleh dari observasi dan wawancara

dengan referensi yang ada, yaitu buku pegangan dan panduan PLN.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan kerja praktek, manfaat kerja praktek, ruang lingkup

kerja praktek, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : SEJARAH SINGKAT PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara Cabang Lubuk

Pakam.

Berisi sejarah singkat berdirinya PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatra Utara

Cabang Lubuk Pakam dan struktur organisasinya serta tugas dan kewajiban dari

masing – masing struktur organisasi.

BAB III: SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

Berisi tentang kelistrikan di kabupaten Deli Serdang, bagaimana pengiriman daya

listrik mulai dari pusat pembangkit sampai ke konsumen – konsumen, jaringan

tegangan menengah dan tegangan rendah serta peralatan – peralatan yang

mendukung jaringan tersebut.

5

Page 4: Laporan Kp

BAB IV: SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA

Berisi tentang peralatan sistem pengaman yang terdiri dari Pemutus Tenaga, Relay

Arus Lebih (OCR), Pemutus Balik Otomatis (Sectionaliser), Pelebur (Fuse cut

Out), Load Break Switch (LBS)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran yang mungkin berguna bagi penulis dan PLN.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 5: Laporan Kp

BAB II

SINGLE DIAGRAM PENYULANG WILAYAH PENYALURAN PT PLN

(PERSERO) CABANG LUBUK PAKAM

5

Page 6: Laporan Kp
Page 7: Laporan Kp

5

Page 8: Laporan Kp
Page 9: Laporan Kp

5

Page 10: Laporan Kp
Page 11: Laporan Kp

5

Page 12: Laporan Kp

BAB III

SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PT PLN (PERSERO) WILAYAH

SUMATERA UTARA CABANG LUBUK PAKAM

 Sistem Jaringan Distribusi

Sistem jaringan distribusi bila ditinjau dari tegangannya dapat dikelompokkan menjadi dua

macam tegangan, yaitu:

 Tegangan menengah

 Tegangan rendah

Untuk tegangan menengah 12/20 KV dan untuk tegangan rendah 127/220 V. Sistem

distribusi tegangan menengah di PT. PLN mempunyai sistem radial dengan udara pada

umumnya.

Penggunaan sistem kabel bawah tanah (underground cable) biasanya dijumpai pada

bangunan-bangunan yang lokasinya ramai dam membahayakan apabila mempergunakan

hantaran udara (overhead lines), tapi gardu distribusi yang terbuat dari beton dan metal clad,

kabel tanah dipakai untuk saluran dari rak pembagi tegangan rendah ke tiang pertama.

Penggunaan hantaran udara (overhead lines) sangat cocok dan sesuai untuk gardu tiang,

karena pemasangan gardu tiang tidak memerlukan tempat yang luas.

Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :

 Keuntungan :

 Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel bawah tanah.

 Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel bawah tanah.

 Biaya pemasangan jauh lebih murah.

 Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi.

 Mudah untuk perluasan jaringan.

 Kerugian

 Mudah mendapat gangguan

 Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.

Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah:

 Keuntungan :

Page 13: Laporan Kp

 Tidak mudah mengalami gangguan.

 Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.

 Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan, hujan angin,

bahaya petir dan sebagainya.

 Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.

 Kerugian :

 Biaya pembuatan mahal.

 Gangguan biasanya bersifat permanent.

 Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan sistem

hantaran udara.

 Jaringan Tegangan Menengah

Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit

atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang.

Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L).

 Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Konstruksi JTM terdiri dari :

a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya

adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan

adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah

pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar.

Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan

tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka

kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :

 Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.

 Tidak merusak estetika (keindahan) kota.

 Pemeliharaannya hampir tidak ada.

 Peralatan Kontruksi Untuk SKTM

5

Page 14: Laporan Kp

 Kabel

Jenis kabel tegangan menengah adalah :

a. Poly Vinil Chlorida (PVC)

Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.

Gambar kabel PVC

b. Poly Ethylene (PE)

Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.

Gambar kabel PE

Contoh : CPT dan VIC

c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)

Contoh : CVC5ZV

 Jointing

Page 15: Laporan Kp

 Termination

 Sepatu kabel (Schoen cable)

 Instalasi Pembumian

Gambar kabel NA2XSEFGbY

 Peralatan Konstruksi Untuk SUTM

a. Tiang Listrik

Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu

tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik

jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian

sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa

makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter

besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.

Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis

seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan

tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :

 Tiang awal / akhir

 Tiang penyangga

 Tiang sudut

 Tiang Peregang / tiang tarik

 Tiang Topang

b. Cross Arm (Lengan Tiang)

5

Page 16: Laporan Kp

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang

diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang.

Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur

secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan

peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat

lubang-lubang baut

c. Isolator

Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm.

Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator

tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu

biasanya dipasang pada tiang penyangga.

Gambar isolator gantung

3.3.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah

 Gardu Hubung (GH)

Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari gardu induk ke gardu

distribusi tanpa penurunan tegangan. Untuk membagi feeder menjadi beberapa

jurusan dan bias juga untuk pertemuan beberapa feeder dimana dapat digunakan

manuver jaringan apabila diperlukan.

Page 17: Laporan Kp

Diwilayah Sumatera Utara cabang Lubuk Pakam membawahi beberapa Gardu

Hubung Antara lain :

 Gardu Distribusi (GD)

Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo yang berfungsi

sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau tiga fasa

dengan kapasitas antara 400 – 5000 KVA. Selain trafo terdapat juga peralatan

penunjang lainnya., yaitu arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan rendah.

Ada tiga jenis Gardu Distribusi, yaitu :

a. Gardu Tiang

Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang di tiang

pada jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu :

 Gardu Cantol yang dicantolkan pada tiang

 Gardu yang menggunakan Platform

Trafo pada Gardu Cantol dapat berupa trafo satu fasa atau 1 buah trafo 3 fasa.

Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu jenis ini telah

dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse) TM dan pemutus (circuit

Breaker) TR. Gardu Tiang sangat cocok digunakan untuk beban-beban daerah

yang sangat padat seperti perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain.

Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu Beton maupun

Gardu Metal Clad. Kapasitas Gardu Tiang biasanya dibatasi sampai 250 kVA.

Pembangunan Gardu Tiang lebih cepat, mudah dan biayanya lebih murah

dibandingkan Gardu Beton dan Gardu Metal Clad.

b. Gardu Beton

Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi yang dipasang

dalam bangunan dari beton. Gardu beton memiliki kapasitas lebih besar

dari Gardu Tiang dan gardu Metal Clad dan dapat juga dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan. Kerugian Gardu Beton ini adalah memerlukan tempat yang

luas dan biaya lebih mahal serta pembangunannya yang lebih mahal. Gardu ini

pada umumnya digunakan untuk daya yang besar, sehingga pada Gardu Beton ini

5

Page 18: Laporan Kp

dapat diletakkan beberapa trafo. Keuntungannya adalah peralatan yang ada

didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah.

c. Gardu Metal Clad (MC)

Gardu Metal Clad (MC) sebagian besar kontruksinya terbuat dari plat besi dengan

bentuk menyerupai kios. Pembuatan gardu MC lebih cepat dibandingkan gardu

Beton dan peralatannya merupakan satuan set lengkap.

 Peralatan Yang Digunakan Pada Gardu Distribusi

 Transformator Distribusi

Transformator Distribusi merupakan trafo yang berfungsi menurunkan tegangan

menengah menjadi tegangan rendah. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi beban

daerah setempat.

Gambar Transformator Distribusi

 Saklar Pemisah (PMS)

Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus

yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan

penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.

Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada

keadaan saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah

Page 19: Laporan Kp

yang terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan

mencegah bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika

dikerjakan dengan tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai

lampu sebagai tanda “boleh kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol.

Cara lain adalah dengan menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau

kunci rangkap (doublet). Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan

perlengkapan sistem dan perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada

perbaikan.

Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.

2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada gangguan listrik.

3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

 Pemutus Beban (Cut Out)

Cut Out berfungsi sebagai pengaman lebur, jika ganguan arus lebih yang melebihi

kapasitas hantaran Cut Out, maka hantaran tersebut akan melebur dan beban trafo

distribusi akan terlepas dari sistem yang bertegangan dari saluran pengirim daya.

Berbeda halnya dengan pemutus tenaga yang terdapat pada GI terdapat banyak

macam pemutus beban yang dikenal, antara lain :

1. Pemutus beban minyak volume kecil, adalah jenis pemutus tenaga minyak yang kontak-

kontak pemutusnya ada di dalam tabung isolator porselin.

2. Pemutus beban udara dan pemutus beban semburan udara, adalah sejenis pemutus

ketika busur api terjadi dipadamkan dengan menghembuskan udara kepadanya dan

mendorongnya ke ruang pemadam busur. Berbeda dengan pemutus minyak, pemutus

semburan udara ( air blast ) tidak membutuhkan penggantian minyak yang biasanya

cukup merepotkan.

3. Pemutus gas SF6, adalah sejenis pemutus yang menggunakan gas SF6 (sulfur

Hexafluoride) sebagai bahan pemadam busur api yang mengguna-kan udara tekan.

Pemutus ini memiliki keuntungan tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca, tidak

membahayakan manusia, hampir tidak memerlukan pemeliharaan dan mudah

5

Page 20: Laporan Kp

dipasang. Dalam Perkembangan teknologinya memberikan harapan yang

menggembirakan dalam pemutusan tegangan tinggi.

 Lightning Arrester (LA)

Lightning Arrester merupakan alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik

terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir yang dari suatu

penyambungan atau pemutusan rangkaian tanpa gangguan sistem.

Bila terjadi tegangan lebih akibat petir pada jaringan, maka arrester be-kerja dengan

menggalirkan arus surja ke tanah, kemudian setelah itu tegangan normal kembali.

Pada tegangan operasai normal, arrester harus mempunyai impedansi sangat tinggi.

Bila mendapat tegangan transien abnormal di atas harga tegangan tembusnya, maka harus

menembus dengan cepat. Arus pelepasan selama waktu tembus tidak boleh melebihi arus

pelepasan nominal supaya tidak merusak Arrester. Arus dengan frekuensi normal harus

diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah turun di bawah tegangan

tembusnya.

3.3.4 Jaringan Tegangan Rendah

Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu

Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN

( persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V.

 Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Konstruksi JTR terbagi atas :

a. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)

SUTR merupakan jaringan kawat yang berisolasi maupun tidak berisolasi. Bagian

utama dari SUTR kawat tak berisolasi adalah tiang listrik (besi, beton), Cross Arm,

Isolator dan penghantar Aluminium / Tembaga (Cu)

b. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)

Kabel yang digunakan adalah jenis XLPE yang lebih dikenal dengan namaLVTC

( Low Voltage Twisted Cable). Jenis kabel ini direntangkan di antara tiang

penyangga. Bagian utama adalah tiang, kabel dan suspension Clamp Bracket, yang

berfungsi untuk menahan kabel pada tiang. Kabel jenis ini sekarang banyak

digunakan dalam pemasangan JTR baru karena dianggap kontruksi jenis ini lebih

handal.

Page 21: Laporan Kp

3.3.5 Konfigurasi Jaringan

Keandalan pemasokan daya merupakan tuntutan mutlak pelanggan untuk itu diantisipasi

dengan penyusunan pola jaringan distribusi yang sesuai dengan tingkat keandalan yang

diinginkan. Tidak semua pelanggan harus dilayani dengan sistem yang mahal, tetapi pelanggan

penting ( Industri Usaha, Rumah Sakit dan Lain-lain ) harus mendapat tingkat keandalan yang

tinggi.

 Jenis Konfigurasi Jaringan di Palembang

Konfigurasi jaringan yang ada pada sistem Palembang , yaitu :

a. Radial Murni

Konfigurasi jenis ini adalah konfigurasi jaringan yang paling sederhana dan paling

murah pembangunannya. Konfigurasi jaringan jenis ini terutama untuk melayani

konsumen yang terletak di ujung jaringan listrik. Pada jaringan radialcabang dari feeder

lateral disebut feeder sublateral. Arus yang paling besar mengalir pada jaringan adalah

yang paling dekat dengan Gardu Hubung, yang akan semakin berkurang dengan semakin

jauh jaraknya, sehingga memungkinkan untuk memperkecil luas penampang dari

penghantar. Konfigurasi Jaringan Radial ini keandalanya sangat kurang di mana bila

terjadi gangguan pada feeder lateral maka konsumen yang berada di belakang titik

gangguan tidak dapat menerima energi listrik.

b. Ring Terbuka (Open Ring)

Struktur ini merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan radial, di mana

pada kedua jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) atau pemisah (PMS).Pada saat

terjadi gangguan dan gangguan tersebut dapat diisolir, maka PMT/PMS ditutup sehingga

aliran daya listrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak berhenti.

Dalam kondisi normal struktur jaringan ring ini merupakan dua struktur radial.Pada

umumnya penghantar dari struktur ini mempunyai ukuran yang sama. Ukuran konduktor

ini dipilah sehingga dapat menyalurkan seluruh daya listrik beban struktur ring yang

merupakan jumlah daya listrik beban dari kedua struktur radial.Struktur jaringan ini

mempunyai keandalan yang cukup, sedangkan biaya pembangunan lebih

mahal dibandingkan dengan biaya pembangunan struktur jaringan radial.

c. Spindel

5

Page 22: Laporan Kp

Spindel adalah suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya

sejumlah kabel keluar dari suatu Gardu Induk / Gardu Hubung yang disebut Out Going

Cable menuju kearah suatu titik temu yang disebut Gardu refleksi. Kumpulan kabel

( dalam satu Spindel ) tersebut dimaksudkan untuk menyalurkan energi listrik ke suatu

daerah pelayanan meliputi luas daerah antara 10 hingga 25 km² . Satuspindle terdiri dari

maksimum 6 (enam) buah kabel. Kabel kerja sepanjang kabel ini tersambung dengan

Gardu Distribusi dan satu kabel cadangan (exspress feeder) sama sekali tidak

tersambung dengan Gardu Distribusi.

Kabel kerja disebut Working Cable atau Feeder, sedangkan kabel cadangan disebut

Express feeder. Kabel cadangan ini digunakan untuk menormalkan kembali penyaluran

energi listrik ke seluruh bagian feeder yang mengalami ganggguan setelah bagian yang

terganggu diketahui dan dipisahkan (diisolasikan) terhadap jaringan opeasi. Kabel

cadangan ini harus selalu diberi tegangan sehingga jika terjadi gangguan dapat segera

dioperasikan bila sewaktu-waktu terjadi gangguan. Seandainya kabel cadangan ini tidak

diberi tegangan sebelum pada saat diperlukan sebagai penyalur energi darurat, maka

kerusakan sewaktu-waktu pada kabel tersebut baru akan diketahui pada saat pemutusan

tenaga kabel tersebut di Gardu Induk.

Syarat utama untuk menjamin bekerjanya sistem darurat (emergency system)

sebagaimana seharusnya adalah dengan membiarkan instalasi cadangan tetap pada posisi

“ON” terus-menerus. Mengingat perkembangan dasar Spindel adalah Loop terpisah,

tanpa kabel cadangan tetapi kedua kabel tersebut masing-masing kemampuan minimal

penyalurannya sehingga satu sama lain mampu sebagai cadangan apabila diperlukan.

Apabila beban dari salah satu kabel bertambah besar melampaui harga 50% dari

kemampuannya, maka sebuah kabel baru harus ditarik. Keadaan ini adalah langkah

kedua dari Spindel. Kabel baru yang ditarik merupakan kabel cadangan terhadap kabel

kerja lainnya.

 Rencana Pengembangan Sistem Palembang

Untuk mengembangkan sistem yang ada di wilayah kerja PT. PLN (persero) cabang

Lubuk Pakam akan dilakukan serangkaian perencanaan, antara lain :

1. pembangunan Beberapa Gardu Induk

2. . pembangunan Beberapa Gardu Hubung

Page 23: Laporan Kp

3. Penambahan jalur penyulang.

4. Perbaikan tegangan drop.

Rencana Kerja Bagian Distribusi

Rencana kerja bagian Distribusi adalah :

o Penurunan susut distribusi baik teknis maupun non teknis.

o Penurunan jumlah gangguan pada penyulang-penyulang.

o Pelaksanaan efisiensi program.

o Perbaikan konstruksi penyulang.

o Pemeliharaan jaringan tegangan menengah dan rendah.

Tingkat Jaminan Pada Sistem Distribusi

Sesuai dengan tingkat pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka PLN tidak saja berusaha

memenuhi permintaan listrik yang meningkat, sesuai dengan tuntutan konsumen, tetapi PLN

perlu juga memperhatikan mutu keandalan pelayanan yang terdiri dari:

a. Frekuensi

Frekuensi diharapkan sekonstan mungkin 50 Hz. Frekuensi akan berubah bila terjadi

perubahan keseimbangan antara energi yang disuplai fasilitas pembangkit dan energi

yang digunakan beban.

b. Tegangan

Diharapkan tegangan sekonstan mungkin pada tegangan nominal (misalkan pada

tegangan rendah tegangan nominal sekarang ialah 220 V fasa tunggal dan 380 V fasa

tiga). Variasi tegangan disebabkan sebagai akibat susut tegangan, sebagai akibat

bertambahnya beban pada sistem dan beroperasinya pengatur tegangan otomatis yang

menggunakan kompensasi jaringan.

c. Kelip (Flicker)

Kelip ialah susut tegangan sekejap antara 2 % - 30 % dengan frekuensi 1 setiap

tahun sampai 20 Hz. Susut tegangan ini diakibatkan oleh pengasutan langsung motor

listrik, beroperasinya motor listrik dengan beban yang tidak konstan, beroperasinya tanur

busur dan lain sebagainya.

d. Ketidakseimbangan Tegangan Kandungan Harmonik

5

Page 24: Laporan Kp

Ketidakseimbangan diukur pada sistem 3 fasa saja dan pengukuran ialah tegangan

antar fasa. Tegangan yang tidak seimbang antara lain akan menyebabkan motor-motor

induksi menjadi panas.

e. Kandungan Harmonik

Tegangan suplai dari PLN manapun pembangkit sendiri tidak mungkin berbentuk

sinusoidal murni dengan frekuensi 50 Hz. Harmonik antara lain dapat mengurangi

efisiensi baik peralatan pensuplai maupun peralatan pemakai.Harmonik dapat berbentuk

kontinue maupun tegangan yang sporadic yang dapat mengganggu beroperasinya

komputer.

f. Hilang Tegangan Sekejap

Hilang tegangan sekejap adalah susut tegangan dari 30% - 100% (hilang tegangan)

yang disebabkan oleh karena peristiwa hubung singkat atau beroperasinya penutup balik.

Untuk hubung singkat pada SUTT dimana digunakan rele jarak sebagai pelindung, lama

hilang tegangan sekejap bias antara 80 ms – 480 ms. Untuk hubung singkat SUTM,

dimana digunakan rele arus lebih biasa sebagai pelindung, hilang tegangan sekejap bias

sampai 2 detik.

g. Pemadaman

Berhentinya suplai listrik disebut . Untuk mengukur parah tidaknya suatu

pemadaman digunakan 2 indeks, yaitu :

 Indeks frekuensi pemadaman rata-rata adalah jumlah banyaknya pemadaman yang

dialami konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani.

Satuan kali tiap tahun atau pemadaman tiap tahun.

 Indeks lama pemadaman rata-rata adalah jumlah lamanya pemadaman yang dialami

konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani. Satuan jam

tiap tahun.

Kedua indeks pemadaman tersebut dihitung dengan tidak ikut menjumlahkan

pemadaman sejenak (momentary interruption). Yang dimaksud dengan pemadaman

sejenak ialah pemadaman yang lamanya 5 menit atau kurang.

Page 25: Laporan Kp

BAB IV

SISTEM PENGAMANAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik,

agar keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat

dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah

terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sistem yang digunakan

pada pengamanan jaringan ini adalah sebagai berikut :

4.1 Pemutus Tenaga

Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu memutus

/menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan.

Secara singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :

1. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.

2. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka

sehingga gangguan dapat dihilangkan.

4.2 Relay Arus Lebih (OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila

arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).

a. Prinsip Kerja

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang

melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh

melewatinya disebut dengan setting.

Relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

5

Page 26: Laporan Kp

1. Pengamanan hubung singkat fasa

Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena pada relay

tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban

maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).

2. Pengamanan hubung tanah

Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini

disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:

1. Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.

2. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi,

atau bahkan tidak ditanahkan.

Pada kondisi tersebut, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi

gangguan tanah tersebut. Agar relay sensitif terhadap gangguan tersebut dan tidak salah

kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada

kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini

dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah

dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika

terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)

Macam-macam karakteristik relay arus lebih :

a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)

c. Relay arus lebih waktu terbalik

d. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Page 27: Laporan Kp

Relay ini bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai

settingnya, maka relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). 

c. Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat

dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick

up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang

mengerjakan relay,

d. Relay arus lebih waktu terbalik.

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara

terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini

bermacam macam. Setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik

waktunya dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu Standar invers, Very invers dan Extreemly

inverse.

4.3 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik

mempunyai kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk

mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.

5

Page 28: Laporan Kp

4.4. Saklar Seksi Otomatis (sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersama-

sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat ini menghitung

jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-upnya secara otomatis

disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang

dalam posisi terbuka, pada penggunaan SSO ini biasanya dikoordinasikan dengan peralatan

lain,

Dari penjelasan gambar diatas, cara kerja dari SSO ini ialah digabungkan dengan

PMT (Pemutus tegangan yang biasanya digabung dengan Relay arus lebih) ditempatkan

disisi hulu / awal saat jaringan keluar dari penyulang lalu dihubungkan dengan SSO

(Saklar Seksi Otomatis / Sectionalizer) yang dihubungkan pula dengan PBO (Pemutus

Balik Otomatis / Recloser) sebagai pengaman back-upnya. Sistem pengaman seperti ini

bekerja saat terjadi gangguan, dimana PBO melakukan pemutus balik tegangan secara

otomatis dan SSO ini menghitung berapa kali PBO ini melakukan tugasnya. Saat jumlah

operasi pemutus balik melewati batas jumlah yang ditetapkan oleh SSO ini maka secara

otomatis SSO ini akan memerintahkan PMT untuk memutuskan tegangan secara permanen

dan gangguan tersebut harus segera diperbaiki oleh petugas pemeliharaan jaringan agar

tidak sampai mengganggu pelayanan listrik kepada pelanggan.

Page 29: Laporan Kp

4.5. Pelebur (fuse cut out)

Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen yang

telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana

pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai

dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan

permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan

tertentu. Dalam menentukan besarnya Ampere sikring / fuse yang dipasang pada jaringan,

dapat dihitung dengan suatu persamaan :

4.6. LBS (Load Breake Switch)

Adalah suatu alat pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Alat

ini memungkinkan perbaikan jaringan saat terjadi gangguan ditengahtengah jalur jaringan,

sehingga tidak sampai memutuskan aliran listrik. Dalam pendistribusian tenaga listrik dari

satu jaringan ke jaringan yang lain, akan dijumpai suatu titik temu yang disebut gardu

hubung / Key Point. Hal ini memungkinkan untuk mengisi dan menerima distribusi tenaga

listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan. Dalam

pendistribusian tenaga listrik ini, ada yang dikenal dengan istilah :

5

Page 30: Laporan Kp

1. Jaringan Spindel : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang bisa menyalurkan dan

menerima aliran listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan.

2. Jaringan Radial : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang hanya bisa menerima aliran

listrik dari penyulang lain saat penyulang utamanya mengalami gangguan.

Dari gambar diatas dapat dijabarkan penjelasannya bahwa Gardu Hubung B dapat

menerima pasokan tenaga listrik dari penyulang utamanya (Penyulang B) dan dapat pula

menyalurkan tenaga listril ke Gardu Hubung A dan Gardu Hubung C saat penyulang

utamanya mengalami gangguan. Sistem pendistribusian seperti ini disebut sistem

pendistribusian pola Spindel.

Sedangkan sistem pendistribusian pola radial adalah sistem jaringan pendistribusian

tenaga listrik yang hanya bisa menerima pasokan tenaga listrik dari penyulang utamanya

tanpa bisa menyalurkan tenaga listrik ke jaringan yang lain yang mengalami gangguan,

seperti pada Gardu Hubung A dan Gardu Hubung C pada gambar diatas.

Page 31: Laporan Kp

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kerja Praktek ( KP ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberikan

pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah masyarakat

(perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan secara langsung

mengidentifikasi serta menangani masalahmasalah yang dihadapi. KP dilaksanakan oleh

perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa dan

untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi. Dan Kerja

praktek merupakan salah satu bukti adanya interaksi antara industri dengan lembaga

pendidikan yang merupakan jembatan bagi mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan

memahami bagaimana dunia industri itu sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia

industri tersebut. Dari hasil praktek secara langsung dan data-data yang telah diperoleh

selama melaksanakan Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) Cabang Lubuk Pakam yang

meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa proses kerja alat serta kegiatan lain

sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.

Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian

utama yaitu, sistem pembangkitan, sistem transmisi dan system distribusi. Sistem distribusi

tenaga listrik terdiri dari Gardu Induk Distribusi, Jaringan Primer (JTM), Transformator

Distribusi, Jaringan Sekunder (JTR). Sistem pengamanan jaringan dilakukan dengan

perencanaan koordinasi Pemutus Tenaga (PMT), dengan pengindera OCR dan GRF,

Recloser dengan pengindera OCR (Over Current Relay), Sectionaliser dengan pengindera

jumlah tegangan hilang / CTO (Count To Open), FCO dengan fuse pelebur untuk pemutus

rangkaian akibat hubung singkat karena gangguan atau beban lebih, LBS (Load Breake

Switch) yaitu pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Jaringan

SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang merupakan jaringan

pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar dari Gardu induk (GI) dan

masuk ke Gardu distribusi.

5

Page 32: Laporan Kp

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar

keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat

dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah

terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan untuk

penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan

menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat terjadi

gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya sehingga harus

dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada UPJ.

5.2. Saran

 Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri yang harus

dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan untuk memantapkan

peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Indonesia.

 Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam peralatan –

peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik Indonesia (SLI),

Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional Elektrotechnical (IEC).

 Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik pada

konsumennya.

 Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya mengganti

jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.

 Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis seiring dengan

perkembangan zaman.