laporan konservasi pulau rambut
DESCRIPTION
laporan konservasi hutan mangrove di kawasan cagar alam Pulau RambutTRANSCRIPT
KONSERVASI HUTAN
MANGROVE DI PULAU
RAMBUT
Disusun oleh :
Mella Kurniawati (0901145069)
Nurkhairil Asma Tusdayu (09011450)
Rismaya (09011450)
Program Studi : Pendidikan Biologi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR
HAMKA
LAPORAN
K
E
G
I
A
T
A
N
LAPORAN
K
E
G
I
A
T
A
N
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyusun Laporan penelitian dengan judul “ Konservasi Hutan Mangrove di
Pulau Rambut“ dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral
maupun moril, demi terlaksananya kegiatan penelitian di pulau rambut.
2. Mentor-mentor yang telah membantu penulis dalam memberi arahan, penjelasan , serta
deskripsi akan segala keanekaragaman hayati di Pulau Rambut.
3. Teman – teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian laporan ini tepat pada waktunya.
Penulis sadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan
baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis mohon masukan
yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan – penulisan makalah maupun
laporan yang akan datang.
Jakarta , Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………... i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan Kegiatan …………………………………………………………….. 2
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………………3
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Sampah Membuat Pulau Rambut Kritis ……………………………………4
2.2 Jenis Keanekaragaman Hayati Pulau Rambut ……………………………...6
2.2.1 Flora di Pulau Rambut …………………………………….……. .6
2.2.2 Fauna di Pulau Rambut ………………………………………… .8
Deskripsi Flora ………………………………………………….. .9
Deskripsi Fauna …………………………………………………..15
2.3 Konservasi Hutan mangrove ………………………………………………..20
2.3.1 Pengertian ………………………………………………………..20
2.3.2 Fungsi Mangrove ………………………………………………...21
2.3.3 Vegetasi Mangrove ……………………………………………....22
2.3.4 Ekosistem Mangrove di Pulau Rambut………………………….23
2.3.5 Kegiatan penanaman mangrove………………………………….26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………28
3.2 Saran …………………………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar
mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar-Rum:41)
Kerusakan yang terjadi pada alam sebagian besar merupakan ulah dari manusia itu
sendiri. Alam diciptakan khusus untuk memenuhi kebutuhan manusia di muka bumi ini, akan
tetapi bukan berarti manusia itu dapat menggunakannya dengan sekehendak hati mereka tanpa
memikirkan kondisi alam kedepannya seperti apa. Akankah alam memenuhi kebutuhan manusia
secara terus-menerus, sampai kapan alam bisa bertahan untuk memenuhi kebutuhan manusia?
Setiap yang tercipta dan yang digunakan lambat laun pasti akan habis. Untuk itu
munculah pemahaman dari manusia itu sendiri, bahwasanya alam juga perlu kita jaga
keberadaannya demi kelangsungan hidup makhluk yang bergantung kepadanya (alam itu
sendiri).
Kegiatan ini difokuskan untuk melakukan konservasi hutan mangrove di Pulau Rambut.
Dengan mengambil tinjauan mengenai lingkungan sekitar Pulau Rambut dan mempelajari jenis
keanekaragaman hayati yang hidup dalam kawasan cagar alam ini .
Konservasi berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan
servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya
(keep/save what you have). Namun secara bijaksana (wise use). Ide ini ditemukan oleh Theodore
Roosvelt (1902) yang merupakan orang amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep
konservasi.
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi cultural
dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga
dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti
mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi
merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan dating.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan,
sebagai berikut:
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia
dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara
social (Randall,1982)
3. Koservasi merupakan management udara, air, tanah, mineral ke organism hidup
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan mananusia yang meningkat
termasuk dalam kegiatan management adalah serveu, penelitian, administrasi,
preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN 1968)
4. Konservasi adalah management penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk
generasi-generasi yang akan datang.
Untuk itu kita sebagai generasi penerus perlu memahami betapa pentingnya keberadaan
alam untuk kelangsungan makhluk hidup yang ada didalamnya, bukan hanya manusia yang
membutuhkan alam untuk mempertahankan kehidupan, tetapi kehidupan keanekaragan hayati
yang lainpun tergantung pada alam yang tersedia. Keseimbangan alam akan tercipta jika kita bisa
hidup berdampingan satu samalain (komponen biotic dan abiotik) saling menjaga demi
kelangsungan hidup bersama.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana keadaan lingkungan sekitar Pulau Rambut ?
b. Jenis keanekaragaman hayati apa saja yang ditemukan di Pulau Rambut ?
c. Bagaimana pemanfaatan fungsi hutan mangrove sebagai pencegah abrasi pantai dan
lahan perikanan pantai?
1.3 Tujuan kegiatan
1. Mengamati berbagai macam keanekaragaman hayati yang ada di Pulau Rambut baik
yang hidup terestial maupun akuatik
2. Melakukan konservasi hutan mangrove sebagai pencegah abrasi pantai dan lahan
perikanan pantai
3. Menjaga keseimbangan ekosistem pantai dan laut
4. Melakukan aksi bersih Pulau Rambut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sampah Membuat Pulau Rambut Kritis
Pulau rambut merupakan satu dari 110 pulau di kecamatan Kepulauan Seribu ,
Kotamadya Jakarta Utara . Selain sebagai kawasan cagar alam , pulau ini dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan penelitian juga sebagai tempat wisata . Namun keindahan Pulau Rambut ini
menjadi terusik. Jika berkunjung kesana dapat dilihat kondisi Pulau Rambut saat ini cukup
mengkhawatirkan akibat diserang tumpukan sampah dan abrasi pantai yang menghantam bagian
bibir pantai pulau tersebut . Hal ini selain dapat mengurangi luas pulau tersebut jelas akan
mengancam habitat ribuan burung laut maupun burung darat yang hidup di lingkungan kawasan
pulau tersebut . Selain itu ekosistem bawah laut seperti terumbu karang juga aneka jenis ikan
akan terganggu keseimbangannya .
Pulau rambut adalah sebuah pulau tak berpenghuni . Lantas jadi sebuah pertanyaan besar
jika kita meninjau lebih jauh darimana datangnya sampah-sampah tersebut . Dari hasil
pengamatan , ditemukan bahwa kebanyakan sampah yang berada disana adalah berupa sampah
atau limbah-limbah rumah tangga mulai dari sampah plastik mie instan , bohlam lampu yang
sudah pecah , sandal , pelampung nelayan dan banyak sampah lainnya yang sifatnya an organic
(tidak mudah terurai) .
Penyebab datangnya sampah-sampah ini ditimbulkan dari ulah manusia itu sendiri
dengan pola hidup bebas membuang sampah dimana saja tanpa berfikir panjang dampak yang
akan ditimbulkannya . Kehidupan masyarakat sekarang yang membuang sampah rumah-
tangganya ke kali atau sungai adalah penyebab utama daerah bibir pantai pulau rambut ini
dipenuhi sampah . Aliran sungai atau kali yang menjadi tempat pembuangan sampah bagi
masyarakat ini tidak dalam keadaan berhenti bergerak melainkan akan berujung di laut .
Sehingga pulau ini menjadi pelabuhan terhentinya pergerakan sampah-sampah tersebut .
Satu penyebab kerusakan yang tidak kalah pentingnya yakni kebiasaan awak kapal asing
maupun interinsuler (antarpulau) untuk membuang minyak pelumas bekas mesin kapal mereka
ke laut . Hal ini biasa dilakukan sebelum memasuki daerah kawasan Pelabuhan Tanjung Priok .
sampah di bibir pantai sampah di kawasan dalam pulau
sampah-sampah steroform sampah disela-sela akar mangrove
Pada foto diatas dapat dilihat sampah – sampah tersebut telah mencapai pada kedalaman
penanaman hutan mangrove . Sehingga tidak menutup kemungkinan mangrove yang berada di
bagian barat laut Pulau Rambut ini mati , dan ombak dapat dengan mudah mengabrasi bagian
pantai tersebut. Tentu jika didiamkan begitu saja , proses abrasi ini akan meluas dan dapat
menenggelamkan pulau tersebut seperti 10 pulau yang sudah lebih dulu hilang .
Maka utamanya sangat diperlukan perhatian pemerintah daerah setempat dalam
menanggulangi sampah-sampah ini , yang salah satu caranya adalah dengan melakukan aksi
bersih pulau . Penanggulangan sampah ini juga dapat dilakukan dengan cara preventif yaitu
memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas akan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan
jika membuang sampah sembarangan terutama di kali-kali atau sungai, seperti pada penjelasan
yang telah digambarkan sebelumnya .
2.2 Jenis Keanekaragaman Hayati Pulau Rambut
Pulau Rambut ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa oleh Menteri Kehutanan dan
Perkebunan melalui Surat Keputusan Nomor : 275/Kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999 seluas
90 hektar, yang terdiri dari 45 hektar daratan dan 45 hektar wilayah perairan. Secara
geografis kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut terletak diantara 106 derajat 41'14 - 106
derajat 41'46 Bujur Timur dan 5 derajat 56'47 - 5 derajat 56'57 Lintang Selatan, yaitu kearah
Barat Laut dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan salah satu kawasan konservasi yang
terdapat di Provinsi DKI Jakarta dengan potensi keanekaragaman hayati yang cukup
melimpah.
a. Flora pulau rambut
Di pulau rambut terdapat tiga formasi hutan yaitu , hutan pantai, hutan mangrove
dan hutan sekunder campuran . hutan pantai terletak dibagian selatan dan timur
dengan ketebalan kurang lebih 20m dan luas 1,82 Ha . Daerah ini terdiri dari vegetasi
yang kebanyakan semak dan tumbuhan yang kurang rapat memiliki ketinggian 5
hingga 10 meter. Pada tahun 1984 di daerah hutan pantai diintroduksi jenis Lamtoro
dan Akasia untuk mengatasi abrasi yang disebabkan oleh hempasan angin dan
gelombang .
Di hutan pantai yang berpasir dapat ditemukan tumbuhan semak , perdu serta
rumput-rumputan . Daerah ini didominasi oleh Therespesia populnea dan Acasia
Auriculiformis. Jenis lain yang mudah dikenal adalah daun Barah (Ipomoea
pescaprae), rumput lari-lari (Spinifex littoreus), , gelang laut ( Sesuvium
portulascastrum) , Seruni ( Wedelia biflora), Babakoan (Scaevola frutescens), Sundel
malam (Clerodendron inerme), rumput tembagan (Ischaemum muticum) , pohon
ketapang (Terminalia catapa) serta pandan (Pandanus tectorius) . Di atas daerah
pasang surut dapat dijumpai pohon waru laut (Thespesia populnea), waru (Hibiscus
tilliaceus), cemara laut (Casuarinae equisetifolia), Centigi (Pemphis acidula), Bidara
(Ximenia Americana), entong-entongan (Opuntia vulgaris) dan tanjang (Lumnitzera
racemosa).
Hutan mangrove dengan luas 13,26 ha terletak pada bagian timur melingkari
pulau hingga Timur Laut, Utara , dan bagian Barat Laut. Bagian Timur merupakan
hutan mangrove strata dengan ketinggian antara 8-10m. Di bagian timur merupakan
hutan mangrove yang rusak dengan luas 7,70 ha. Pada bagian Utara dekat pantai
ditumbuhi Rhizopora mucronata , makin ke bagian dalam bercampur dengan Ceriops
tagal. Di bagian dalam terdapat asosiasi Ceriops tagal – Xylocarpus granatum –
Scyphipora hydrophyllaceae. Pada bagian barat terdapat komunitas tumbuhan yang
didominasi oleh Ceriops tagal – Rhizopora mucronata . Pada tahun 2002 terjadi
kerusakan hutan mangrove pada bagian Barat dengan luas kurang lebih 0,5 ha tanpa
penyebab yang pasti. Kerusakan ini ditandai dengan mengeringnya pohon-pohon
bakau yang ada .
Bagian tengah pulau yang tanahnya agak tinggi ditumbuhi hutan sekunder
campuran dengan luas 19,73 ha. Daerah ini dikuasai oleh komunitas Sterculia foetida
– Dyxoxylum caulostachyum. Ketinggian vegetasi antara 20-30m , terdiri dari 3 strata
penting yaitu pohon emergen yang didominasi oleh jenis kepuh Sterculia foetida
dengan ketinggian 25-30m. Pada strata tajuk atas dengan ketinggian vegetasi 20-25m
didominasi oleh pohon kresek (Ficus timorensis) dan kedoya (Dyxoxylum
caulostachyum) dan pada strata semak di dominasi oleh kingkit (Triphasia trifolia) .
Di hutan campuran juga dapat dijumpai kesambi (Schleichers oleosa) , pohon
ketapang (Terminalia catappa), Bintaro ( Cerbera manghas), Kiribut (Diospyros
maritima), Permot (Passiflora foetida), Mengkudu (Morinda citrifolia), soka hutan
(Ixora timorensis), Melinjo (Gnetum gnemon), Mindi (Melia azedirach), Saga hutan
(Adenanthera pavonina), mangkokan (Acalphya indica), Koreak (Guettarda
speciosa), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Lada (Piper betle), Asam
jawa(Tamarindus indica), sawo kecik (Manilkara kauki), Bunga kupu-kupu
(Bauhinia sp.) dan papaya (Carica papaya). Vegetasi yang merambatyang dapat
ditemukan di daerah ini adalah gambir laut (Clerodendron inerme) , oyot ubi
(Dioscorea bulbifera) dan sundel malam (Ipomoea longiflora).
b. Fauna di Pulau Rambut
Penguni utama pulau Rambut adalah jenis-jenis burung air yang sebagian
besar menetap di Pulau Rambut sepanjang tahun. Sebanyak 26 jenis burung air dapat
ditemukan di lokasi ini dari total 61 spesies burung yang ada .
Pada puncak musim berbiak antara bulan Januari-Agustus, Pulau Rambut
dihuni tidak kurang dari 2000 individu burung air. Jenis burung air yang berbiak di
Pulau Rambut berasal dari jenis kuntul (Egretta alba, E.intermedia, E.garzetta) ,
Cangak (Ardea cinerea, A.purpurea), Pecuk (Phalacrocorax sulcisrostris, P.niger),
Pecuk ular (Anhinga melanogaster), Kowak malam (Nyctycorax nytycorax), Bangau
(Mycteria cinerea), dan Ibis (Plegadis falcinellus, Threskiornis melanochephalus).
Pulau Rambut juga merupakan satu-satunya lokasi berbiak populasi Bangau Bluwok
yang merupakan salah satu bangau paling terancam punah di dunia dengan status
rentan.
Pulau rambut juga terkadang dikunjungi oleh jenis burung migrant seperti
Sikatan emas (Ficedula zanthopygia), Alap-alap Wallet (Falco subbuteo) dan Bubut-
pacar Jambul (Clamator coromandus). Selain jenis-jenis satwa liar yang disebutkan
diatas pulau rambut juga terdapat berbagai jenis kupu-kupu dan serangga yang hingga
saat ini belum dilakukan pengidentifikasian.
Pulau rambut juga dihuni oleh keluarga reptil seperti Biawak (Varanus
salvator), Tokek (Gecko gecko), Ular sanca (Phyton reticulatus), Ular cincin emas
(Boiga dendrophylla), Kadal (Mabouya multifasciata). Satu-satunya jenis mamalia
yang menghuni kawasan ini adalah kalong (Pteropus vampyrus). Di daerah pantai
berpasir di sebelah Timur dan selatan kadang dijumpai adanya Penyu Hijau (Chelonia
mydas) yang mendarat untuk bertelur, namun adanya predator seperti Biawak
seringkali mengakibatkan telur yang telah diletakkan habis dimangsa.
Berikut adalah sebagian jenis flora dan fauna yang diamati dalam kegiatan
konservasi pulau rambut :
FLORA
Rumput Angin (Spinifex littoreus Merril)
Rumput angin dengan nama latin Spinifex littoreus Merril merupakan kategori
tumbuhan pantai yang tingginya mencapai 90cm, dengan daun yang kaku dan berduri .
Buliran dalam tandan disokong oleh seludang yang berbentuk seperti gagang yang diikat
pada struktur mementol yang berduri, dengan diameter mencapai 30cm.
Penyebaran rumput angin ini meliputi pantai-pantai dari India dan Sri Lanka
sampai asia Tenggara termasuk Indonesia hingga ke Taiwan dan Jepang Selatan . Habitat
Spinifex littoreus cukup banyak sepanjang pantai dan bukit pasir . Reproduksi atau cara
mempertahankan spesiesnya adalah dengan cara perbiakan alami dilakukan oleh biji .
Rumput angin ini berguna sebagai pengikat pasir pada bukit pasir di pantai yang tidak
stabil. Spesies lainnya adalah Spinifex squarrous L. , Stipa littorea Burm.f. , Stipa
spinifex L. . Uniknya rumput ini adalah , ketika daun terlepas dari batangnya kemudian
tertiup oleh hempasan angin pantai maka rumput ini akan tampak seperti berlari-lari.
Lamun
Lamun atau "rumput laut" adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah
beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun adalah
anggota bangsa Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku berikut:
Posidoniaceae, Zosteraceae, Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae.
Lamun tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal
dan menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Wilayah perairan laut
yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem
tersendiri yang khas. Duyung (Dugong) dan sapi laut adalah pemakan lamun.
Bintaro
Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan.
Bunganya harum dengan mahkota berdiameter 3-5cm berbentuk terompet dengan
pangkal merah muda. Benang sari berjumlah lima dan posisi bakal buah tinggi. Buah
berbentuk telur, panjang 5-10cm, dan berwarna merah cerah jika masak.
Penyebarannya secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga
Polinesia Perancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove.
Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai
serta peneduh kota
Daun dan buahnya mengandung bahan yang mempengaruhi jantung, suatu
glikosida yang disebut cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai
sebagai racun panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri
atau membunuh orang.
Ipomoea pescarpe (Pokok Tapak kuda)
Pokok tapak kuda merupakan sejenis pokok menjalar yang terdapat di tepi pantai.
Ia mempunyai bunga yang cantik bewarna ungu terang. Nama sainsnya adalah Ipomoea
pescaprae dalam famili Convolvulaceae order Tubiflorae .
Pokok tapak kuda merupakan sejenis pokok perintis. Batangnya yang menjalar
merebak dengan cepat dan membentuk tutup bumi, mendakan sampah-sarap yang
terperangkap membantu pasir membentuk tanah yang stabil. Ia berkait dengan pokok
kang kong, dan kembang pagi. Mempunyai daun selebar 8-10 cm.
Alga Merah (Rhodophyta)
Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin
dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil.
Euchemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Ganggang
merah mempunyai pigmen yang disebut fikobilin yang terdiri dari fokoeritrin (merah)
dan fikosianin (biru). Hal ini memungkinkan ganggang yang hidup di bawah permukaan
laut menyerap gelombang cahaya yang tidak dapat diserap oleh klorofil. Kemudian
pigmen ganggang ini menyampaikan energi matahari ke molekul klorofil.
Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Tubuh bersel
banyak, panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter, talusnya mikroskopik dan multiseluler,
berbentuk berkas atau lembaran seperti rumput, sehingga disebut dengan rumput laut,
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian
kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu
ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam
adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai
pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar), Alga merah dapat
menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di
laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus crispus
(lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina
mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan
pembuat krem, dan obat pencuci rambut.
Alga Hijau (Chlorophyta)
Ganggang hijau adalah kelompok alga yang paling beragam, dengan lebih dari
7000 spesies tumbuh di berbagai habitat. ganggang hijau adalah kelompok paraphyletic
karena tidak termasuk Plantae . Seperti tanaman, ganggang hijau berisi dua bentuk
klorofil , yang mereka gunakan untuk menangkap energi cahaya untuk bahan bakar
pembuatan gula, tetapi tidak seperti tanaman mereka terutama air. Karena mereka air dan
pembuatan makanan mereka sendiri, organisme ini disebut ganggang, bersama dengan
anggota tertentu dari Chromista , yang Rhodophyta , dan bakteri fotosintesis, meskipun
mereka tidak berbagi hubungan dekat dengan kelompok-kelompok ini. Ini adalah spesies
laut "ganggang hijau" sering ditemukan menempel pada batu, dan terkena pada saat air
surut.
Alga Coklat (Phaeophyta)
Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau
pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung
pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini
mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua
ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini
juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi
pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran
atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama
jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas
berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil.
Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan sedang,
terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila
di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan
sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi ada juga
yang hidup sebagai endofit.
Burung kepodang (Oriolus chinensis)
Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Oriolidae
Genus: Oriolus
Spesies: Oriolus chinensis
Burung Kepodang (Oriolus chinensis) merupakan fauna identitas provinsi Jawa
Tengah ini dikenal juga dengan sebutan manuk pitu wolu karena bunyinya yang nyaring
mirip dengan ucapan pitu-wolu (tujuh delapan). Selain itu, burung ini juga terkenal
sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam
membuat sarang. Burung ini hidup berkelompok yang menghuni hutan terbuka , taman ,
dan hutan mangrove dan hutan pantai.
Burung Kepodang (Oriolus chinensis) berukuran relatif sedang, panjang mulai
ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. Bulunya indah berwarna kuning keemasan
sedang bagian kepala,sayap dan ekor ada sebagian bulu yang berwarna hitam. Ciri khas
burung Kepodang adalah terdapatnya garis hitam melewati mata dan tengkuk .
Iris mata burung Kepodang berwarna merah sedangkan paruhnya berwarna merah
jambu dan kedua kakinya berwarna hitam. Pada jantan : bagian tubuh berwarna kuning
terang , sedangkan pada betina : tubuhnya berwarna lebih buram dengan punggung
kuning zaitun
Burung Kepodang yang ditetapkan sebagai maskot (fauna identitas) provinsi Jawa
Tengah ini mempunyai siulan seperti bunyi alunan seruling dengan bunyi “liiuw, klii-lii-
tii-liiuw” atau “u-dli-u”. Makanan utama Kepodang adalah buah-buahan seperti pisang
dan papaya, serangga kecil dan biji-bijian dan sesekali memakan ulat bumbung dan ulat
pisang. Burung Kepodang biasa hidup berpasangan. Burung betina biasanya membuat
sarang dengan teliti pada ranting pohon.
Kucica kampung (Copsychus saularis)
Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Muscicapidae
Genus: Copsychus
Spesies: Copshycus saularis
Burung Kucica Kampung ini berukurang kurang lebih 20cm , berwarna hitam dan
putih dengan ekor yang panjang . Pada jantan : Kepala , dada dan punggung hitam dan
biru bersinar . Sayap dan bulu ekor tengah hitam, bulu ekor luar dan setrip yang
melintang dengan penutup sayap berwarna putih, perut dan tungging berwarna putih.
Betina : Seperti jantan , tetapi berwarna abu-abu buram bukan hitam . Iris berwarna
coklat , paruh dan kakinya berwarna hitam.
Bangau Bluwok (Mycteria cinerea)
Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Ciconiiformes
Famili: Ciconiidae
Genus: Mycteria
Spesies: Mycteria cinerea
Panjang tubuh sekitar 110 cm. Paruh besar, panjang. Dominan warna tubuh putih,
bercak hitam di sayap primer dan muka botak berwarna merah muda. Kaki panjang
berwarna merah muda. Jarang bersuara. Biasanya berupa gerangan rendah atau suara
katupan paruh.
Burung bangau bluwok tergolong pada jenis burung yang terancam punah secara
global dan dalam keadaan rentan . Jenis ini juga tercantum dalam Appendix I CITES
yang berarti burung ini tidak boleh dipedagangkan . Ancaman ini diakibatkan karena
maraknya perburuan liar, rusaknya tempat berbiak, dan kurangnya tempat mencari makan
sehingga burung ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dalam upaya
pelestariannya.
Saat ini Pulau Rambut menjadi satu-satunya tepat berbiak di Jawa Barat. Kondisi
pulau Rambut sudah parah dengan berkurangnya pohon-pohon tempat bersarang burung
bangau bluwok dan jenis burung lain . Hal itu disebabkan karena tidak adanya regenerasi
dari pohon-pohon yang merupakan tempat berbiak bangau bluwok ini . Dan biasanya
rusak dengan adanya kehadiran sampah-sampah sekitar pohon tersebut . Tinggi pohon
sarang berbiak Burung Bangau Bluwok sekitar 16.6 m dengan diameter 66.6cm dan
tinggi minimum 11 m dan tinggi maksimum 20 m .
Bangau bluwok ini jenis yang mudah terusik dengan kehadiran manusia .
Aktivitas – aktivitas manusia di sekitar bangau bluwok ini kerap kali mengganggu
ketenangannya . Dalam jarak 50 m burung ini dapat mendeteksi kehadiran gangguan
yang datang.
Pecuk Hitam
Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Ciconiiformes
Famili: Phalacrocoracidae
Genus: Phalacrocorax
Spesies: Phalacrocorax sulcirostris
Pecuk memiliki ukuran sedang sampai besar (panjang tubuh 45-100cm). Warna
bulu di kedua jenis kelamin pecuk ini memiliki morfologi dan ukuran yang sama ,
umumnya jantan memiliki tubuh yang lebih berat disbanding yang betina . Bentuk paruh
panjang dan tajam dan memiliki kait di ujungnya dan berbentuk silindris. Leher
berbentuk ‘S’. Kaki terletak jauh di belakang dengan selaput renang (totipalmate). Sayap
relative pendek , kuat dan ekor sangat keras.
Kulit muka, paruh dan kantung paruh berwarna kuning , jingga , merah , ungu,
biru , hijau , dan hitam . Iris pada pada burung yang masih kecil (juvenile) berwarna
coklat , sedangkan yang sudah dewasa berwarna hijau atau biru . Penutup sayap pada
burung ini berwarna abu dengan sisi sayap hitam dan terlihat bersisik dengan warna
paruh keabu-abuan .
Pecuk hitam hidup dapat hidup di perairan tawar atau asin. Pecuk di Pulau
Rambut menghuni hutan mangrove dan hutan campuran . Jenis pohon tempat bersarang
dan istirahat adalah Rhizopora stylosa dan Rhizopora mucronata. Pecuk adalah jenis
burung yang hidup berkelompok dan membentuk formasi ‘V’ pada saat terbang .
Teknik berburu pada burung ini diawali dengan berenang di permukaan air dan
kemudian menyelam selama beberapa detik dengan menggunakan sayap dan kaki sebagai
dayung pada saatberenang dan ekor untuk menjaga keseimbangan . Pecuk sangat
mengutamakan kekuatan membuka dan menutup sayapnya pada saat berada di dalam air
2.3 Konservasi Hutan mangrove
2.3.1 Pengertian
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai daerah pasang surut atau
tepi laut. Tumbuhan Mangrovebersifat unik karena merupakan gabungan dari cirri-ciri
tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai system
perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini
merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan
anaerob.
Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya
terancam punah, seperti harimau Sumatera (Phantera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis
larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam Centropus nigrorufus, dan bangau
tongtong(Leptoptillus javanicus), dan tempat persinggahan bagi burung-burung yang migran.
Beberapa jenis mangrove yang terkenal.
Bakau (Rhizopora sp.)
Api-api (Avicennia sp.)
Pedada (Sonneratia sp.)
Tanjang (Bruguiera sp.)
2.3.2 Fungsi Mangrove
Muara sungai atau estuarin sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel- partikel
organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan
demikian, daerah mangrove merupakan daerah yang subur, baik daratannya maupun perairannya,
karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut.
Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai
agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan
intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah sebagai
habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber
keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman
anggrek, serta sumber lasma nutfah. Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan
bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-
obatan.
Mangrove mengangkut nutrien dan detritus ke perairan pantai sehingga produksi primer
perairan di sekitar mangrove cukup tinggi dan penting bagi kesuburan perairan. Dedaunan,
ranting, bunga, dan buah dari tanaman mangrove yang mati dimanfaatkan oleh makrofauna,
misalnya kepiting sesarmid, kemudian didekomposisi oleh berbagai jenis mikroba yang melekat
di dasar mangrove dan secara bersama-sama membentuk rantai makanan. Detritus selanjutnya
dimanfaatkan oleh hewan akuatik yang mempunyai tingkatan lebih tinggi seperti bivalvia,
gastropoda, berbagai jenis juvenil ikan dan udang, serta kepiting. Karena keberadaan mangrove
sangat penting maka pemanfaatan mangrove untuk budi daya perikanan harus rasional. Ahmad
dan Mangampa (2000) menyarankan hanya 20% saja dari lahan mangrove yang dikonversi
menjadi pertambakan.
Peranan manfaat hutan mangrove :
1. Pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai.
2. Menyediakan berbagai hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan
penyamak kulit, bahan atap, bahan perahu, dll.
3. Mempunyai potensi wisata.
4. Sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, burung, monyet, buaya dan
satwa liar lainnya diantaranya endemik.
Jika hutan mangrove hilang :
1. Abrasi pantai
2. Dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
3. Dapat mengakibatkan banjir
4. Perikanan laut menurun
5. Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang.
2.3.3 Vegetasi Mangrove
Mangrove mempunyai komposisi vegetasi tertentu. Pembentuk kelompok vegetasi ini
adalah berbagai spesies tanaman mangrove yang dapat beradaptasi secara fisiologis terhadap
lingkungan yang khas, yaitu salinitas tinggi, sedang atau rendah, tipe tanah yang didominasi
lumpur, pasir atau Lumpur berpasir, danterpengaruh pasang surut sehingga terbentuk zonasi
(Walter1971dalam Mustafa dan Sunusi 1981). Menurut Kitamuraet al. (1997), vegetasi
mangrove dapat dibagi menjadi tiga, yaitu vegetasi utama, vegetasi pendukung, dan vegetasi
asosiasinya.
Tiap lokasi mangrove mempunyai keanekaragaman vegetasi yang berbeda, bergantung
pada umur mangrove tersebut. Perbedaan vegetasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan salinitas. Pada perairan dengan salinitas tinggi di tepi pantai dijumpai komunitas
rhizophora apiculata, R. mucronata, Soneratia alba, dan Bruguera gymnorrhiza. Pada perairan
dengan salinitas yang lebih rendah di tepi sungai dijumpai Nypa fruticans, R. apiculata,dan
Lumnitzera littoreasebagai vegetasi utama, serta Heritiera littoralis, Excoecaria agallocha,
Aegiceras corniculatum, Acrostichum aureum,dan Hibiscus tileaceus sebagai vegetasi
pendukung dan asosiasinya. R. apiculatadan R. mucronata merupakan vegetasi mangrove yang
mempunyai kerapatan tinggi (7–18 pohon/100 m2) di kedua lokasi tersebut. Kayunya sangat
baik untuk dijadikan arang, bahan bangunan ataupun chip, serta dapat diambil tannin nya untuk
digunakan dalam industri kulit. Vegetasi mangrove mempunyai morfologi dan anatomi tertentu
sebagai respons fisiogenetik terhadap habitatnya.
Vegetasi mangrove yang bersifat halopitik menyukai tanah-tanah yang bergaram, misalnya
Avicennia sp. , Bruguiera sp. , Lumnitzera sp. , Rhizophora sp. , dan Xylocarpus sp. Vegetasi
tersebut menentukan ciri lahan mangrove berdasarkan sebaran, dan sangat terikat pada habitat
mangrove. Vegetasi yang tidak terikat dengan habitat mangrove antara lain adalah Acanthus sp. ,
Baringtonia sp. ,Callophyllum sp. , Calotropis sp. , Cerbera sp. , Lerodendron sp. , Derris sp. ,
Finlaysonia sp. , Hibiscus sp. , Ipomoea sp. , Pandanus sp. , Pongamia sp. , Scaevola sp. ,
Sesuvium sp. , Spinifex sp. , Stachytarpheta sp. , Terminalia catappa , Thespesia sp. , dan Vitex
sp.
2.3.4 Ekosistem Mangrove di Pulau Rambut
Ekosistem mangrove di Pulau Rambut pada keseluruhan ada 6 jenis mangrove,
yang terdiri dari
1. Rhizophora mucronata LMK,
2. Excoecaria agallocha L. (buta-buta),
3. Avicennia officinalis L.
4. Xylocarpus granatum (bola-bola)
5. Rhizopora apiculata, dan
6. Rhizophora stylosa
Proses evolusi menyebabkan spesies mangrove memiliki beberapa sifat biologi yang khas
sebagai bentuk adaptasi, yang terutama ditujukan untuk mengatasi salinitas yang fluktuatif,
kondisi lumpur yang an aerob dan tidak stabil, serta untuk reproduksi
Kebanyakan tumbuhan memiliki toleransi sangat rendah terhadap salinitas, sehingga
tidak mampu tumbuh dengan baik didalam maupun didekat air laut. Hal ini terjadi karena
kebanyakan jaringan makhluk hidup lebih cair daripada air laut, akibatnya air dari dalam
jaringan tumbuhan dapt keluar akibat proses osmosis, sehingga tumbuhan kekeringan, menjadi
layu, dan mati . Lingkungan yang keras ini menyebabkan diversitas hutan mangrove cenderung
lebih rendah daripada umurnya hutan hujan tropis.
Tumbuhan mangrove memiliki adaptasi khusus untuk tumbuh di tanah yang lembut , asin
dan kekurangan oksigen, dimana kebanyakan tumbuhan tidak mampu. Suplai oksigen ke akar
sangat penting bagi pertumbuhan dan penyeapan nutrient. Karena tanah mangrove seringkali
anaerob, maka beberapa tumbuhan mangrove membentuk struktur khusus pneumatofora(akar
napas). Akar yang menjulang diatas tanah ini dipenuhi dengan jaringan parenkim
spons(aerenkim) dan memiliki banyak pori-pori kecil di kulit kayu sehingga oksigen dapat
masuk dan diangkut ke system akar dibawah tanah. Akar ini juga berfungsi sebagai struktur
penyokong pohon di tanah lumpur yang lembut. Tumbuhan mangrove memiliki bentuk akar
napas yang berbeda-beda (Sikong, 1987). Akar horizontal yang menyebar luas, dimana
pneumatofora tumbuh vertical ke atas merupakan jangkar untuk mengait pada lumpur .
Terdapat empat tipe pneumatofora , yaitu :
1. Akar Penyangga
Akar penyangga atau akar tunjang. Pada Rhizopora akar panjang dan bercabang-
cabang muncul dari akar batang. Akar ini dikenal sebagai prop root dan pada akhirnya
akan menjadi stilt root apabila batang yang disangganya terangkat hingga tidak lagi
menyentuh tanah. Akar penyangga membantu tegaknya pohon karena memiliki pangkal
yang luas untuk mendukung di lumpur yang lembut dan tidak stabil. Juga membantu
aerasi ketika terekspos pada saat laut surut
2. Akar Pasak
Akar pasak . Pada Avicennia dan Sonneratia, pneumatofora merupakan cabang tegak dari
akar horizontal yang tumbuh di bawah tanah. Pada Avicennia bentuknya seperti pensil
atau pasak umumnya 20 dengan tinggi maksimal 30cm, sedangkan pada Sonneratia
tumbuh lebih lambat namun dapat membentuk massa kayu dengan tinggi 3m ,
kebanyakan setinggi 50cm.
3. Akar Lutut
Akar lutut . Pada Bruguiera dan ceriops akar horizontal tumbuh sedikit di bawah
permukaan tanah, dan secara teratur dan berulang-ulang tumbuh vertical keatas kemudian
kembali ke bawah, sehingga berbentuk seperti lutut yang ditekuk.
4. Akar papan
Akar papan. Pada Xylocarpus granatum akar horizontal tumbuh melebar secara vertical
keatas, sehingga akar berbentuk pipih menyerupai papan. Struktur ini mulai terbentuk
dari pangkal batang. Akar ini juga berlekuk-lekuk seperti ular yang sedang bergerak dan
bergelombang.
Pada penanaman mangrove , ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:
1. Intensitas cahaya matahari
Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting . Mangrove yang
ditanam pada daerah yang kurang cahaya membuat mangrove kemungkinan tidak
dapat tumbuh dengan baik atau bahkan mati . Oleh karena itu , penanaman mangrove
harus berada pada tempat yang cukup cahaya matahari
2. Jarak Penanaman
Penanaman mangrove yang satu dengan yang lain juga harus diperhatikan agar
masing-masing mangrove dapat tumbuh dengan baik dan tidak saling bertabrakan .
Jarak penanaman antar mangrove ± 50cm .
3. Nilai salinitas
Nilai salinitas yang paling rendah terdapat berkisar 20 ‰ yang kurang sesuai dengan
mangrove berjenis Avicennia yang hanya dapat mencapai pertumbuhan maksimal
pada tingkat salinitas berkisar 25 ‰ . Sedangkan salinitas tertinggi disekitar perairan
tempat tumbuh mangrove berkisar sekitar 28 ‰ sangat sesuai dengan jenis mangrove
Rhizhophora sp.
kegiatan penanaman mangrove jenis Rhizopora sp.
Pada penanaman mangrove diatas , dapat dilihat bahwa penggunaan kayu atau
bambu yang dililitkan pada setiap bibit mangrove sangat dimanfaatkan agar mangrove
dapat tetap berdiri tegak .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulau Rambut adalah suatu kawasan cagar alam yang memiliki luas kawasan 90
hektar , yang terdiri dari 45 hektar daratan dan 45 hektar wilayah perairan. Pulau
Rambut acap kali disebut juga sebagai “surga burung” karena banyak spesies burung-
burung yang menghuni serta berbiak di pulau ini . Salah satu spesies burung menarik
yang menghuni pulau ini adalah Bangau bluwok . Burung yang telah ditetapkan oleh
dunia bahwa burung ini berstatus rentan , dengan pengertian burung ini tidak boleh
diburu . Namun di pulau ini , kita bisa melihat bangau ini berterbangan di sekitar
pulau . Bukan hanya spesies burung , namun fauna-fauna lainnya pun banyak hidup
di kawasan cagar alam pulau rambut ini , misalnya biawak , kelelawar , dll .
Pulau rambut juga kaya dengan segala keanekaragaman flora baik yang hidup di
darat seperti rumput angin , pohon akasia , pohon saga dan juga yang hidup di air
seperti ganggang coklat, ganggang merah maupun tumbuhan lamun .
Pulau Rambut merupakan daerah konservasi hutan mangrove , jadi tidak jarang
banyak dilakukan kegiatan penelitian serta konservasi di pulau ini . Pulau ini
memiliki jenis tumbuhan mangrove yang lengkap . Tujuan dari penanaman hutan
mangrove adalah mencegah terjadinya abrasi pantai serta merupakan lahan kehidupan
bagi ikan.
Namun miris rasanya jika kita lihat disekitar kawasan bibir pantai pulau ini
terdapat tumpukan sampah. Pulau yang merupakan kehidupan bagi aneka margasatwa
dan memiliki banyak jenis tumbuh-tumbuhan , lamun , serta tumbuhan mangrove
harus mengalami krisis pencemaran akibat sampah-sampah yang turut menghuni
kawasan pulau ini .
3.2 Saran
Keadaan lingkungan dikawasan Pulau Rambut yang dipenuhi sampah seharusnya
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah juga bagi kita sebagai masyarakat yang
tanpa sadar pastinya ikut turut serta menambah tiap tumpukan sampah disana. Dapat
kita lihat , sebagian besar sampah disana berupa limbah rumah tangga seperti bekas
bungkus mie instan , plastik-plastik , pecahan bola lampu , dan steroform yang
secara keseluruhan sifatnya non organik yaitu zat yang membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk terurai di dalam tanah . Tindakan preventif yang dapat dilakukan
adalah melakukan sosialisasi mengenai dampak pembuangan limbah rumah tangga di
kali karena kelak arusnya akan menuju ke laut kemudian berlabuh dan berdiam di
sebuah pulau . Dan jika kegiatan membuang sampah ke kali terus dilakukan secara
berulang-ulang , maka dalam jangka waktu yang panjang sampah ini akan
mengganggu keseimbangan ekosistem di wilayah perairan laut serta merusak
keindahan garis pantai suatu pulau. Jika tindakan preventif tidak mencapai garis
efektifnya maka cara lain yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan aksi
bersih pulau yang menjadi agenda rutin oleh para pemerhati lingkungan.
Untuk setiap kegiatan penelitian seharusnya kita tetap menjaga kelestarian
kawasan cagar alam Pulau Rambut ini , tanpa mengusik kehidupan aneka margasatwa
yang ada di Pulau ini yaitu dengan tidak memburu aneka jenis burung di kawasan ini .
Juga tidak mengganggu serta merusak ekosistem bawah laut , seperti lamun dan
terumbu karang .
Lakukan kegiatan konservasi mangrove sebagai tindakan pencegah abrasi pantai ,
agar pulau ini tidak habis terkikis oleh deburan ombak laut sehingga lingkungan dan
ekosistem tetap terjaga kelestariannya.
Untuk itu kita sebagai generasi penerus , harus memahami betul antara
keseimbangan alam dengan lingkungannya . Kemudian menghargai , serta
melestarikan apa yang telah alam berikan untuk kita . Hidupilah budaya untuk
melestarikan lingkungan , jadilah pemerhati lingkungan yang memanfaatkan sumber
daya alam secara bijaksana .
“Mulai dari sekarang. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari hal-hal yang kecil”
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
file:///C:/Users/ASPIRE/Documents/Mangrove.htm
APIAPI%20BULU%20%28Avicennia%20rumphiana%29%20%C2%AB
%20Wannura.htm
http//:Bangau_Bluwok.html
http//:Burung Kepodang Si Pesolek Cantik _ Alamendah's Blog.htm