laporan konservasi pulau rambut

47
KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI PULAU RAMBUT Disusun oleh : Mella Kurniawati (0901145069) Nurkhairil Asma Tusdayu (09011450) Rismaya (09011450) Program Studi : Pendidikan Biologi LAPORA N K E G I A T A N

Upload: sciencestory

Post on 05-Jul-2015

853 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

laporan konservasi hutan mangrove di kawasan cagar alam Pulau Rambut

TRANSCRIPT

Page 1: laporan konservasi Pulau Rambut

KONSERVASI HUTAN

MANGROVE DI PULAU

RAMBUT

Disusun oleh :

Mella Kurniawati (0901145069)

Nurkhairil Asma Tusdayu (09011450)

Rismaya (09011450)

Program Studi : Pendidikan Biologi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR

HAMKA

LAPORAN

K

E

G

I

A

T

A

N

LAPORAN

K

E

G

I

A

T

A

N

Page 2: laporan konservasi Pulau Rambut

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,

penulis dapat menyusun Laporan penelitian dengan judul “ Konservasi Hutan Mangrove di

Pulau Rambut“ dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral

maupun moril, demi terlaksananya kegiatan penelitian di pulau rambut.

2. Mentor-mentor yang telah membantu penulis dalam memberi arahan, penjelasan , serta

deskripsi akan segala keanekaragaman hayati di Pulau Rambut.

3. Teman – teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian laporan ini tepat pada waktunya.

Penulis sadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan

baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis mohon masukan

yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan – penulisan makalah maupun

laporan yang akan datang.

Jakarta , Juni 2011

Penulis

Page 3: laporan konservasi Pulau Rambut

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………... i

Daftar Isi …………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 1

1.2 Tujuan Kegiatan …………………………………………………………….. 2

1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………………3

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Sampah Membuat Pulau Rambut Kritis ……………………………………4

2.2 Jenis Keanekaragaman Hayati Pulau Rambut ……………………………...6

2.2.1 Flora di Pulau Rambut …………………………………….……. .6

2.2.2 Fauna di Pulau Rambut ………………………………………… .8

Deskripsi Flora ………………………………………………….. .9

Deskripsi Fauna …………………………………………………..15

2.3 Konservasi Hutan mangrove ………………………………………………..20

2.3.1 Pengertian ………………………………………………………..20

2.3.2 Fungsi Mangrove ………………………………………………...21

2.3.3 Vegetasi Mangrove ……………………………………………....22

2.3.4 Ekosistem Mangrove di Pulau Rambut………………………….23

2.3.5 Kegiatan penanaman mangrove………………………………….26

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………28

Page 4: laporan konservasi Pulau Rambut

3.2 Saran …………………………………………………………………………29

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar

mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar-Rum:41)

Kerusakan yang terjadi pada alam sebagian besar merupakan ulah dari manusia itu

sendiri. Alam diciptakan khusus untuk memenuhi kebutuhan manusia di muka bumi ini, akan

tetapi bukan berarti manusia itu dapat menggunakannya dengan sekehendak hati mereka tanpa

memikirkan kondisi alam kedepannya seperti apa. Akankah alam memenuhi kebutuhan manusia

secara terus-menerus, sampai kapan alam bisa bertahan untuk memenuhi kebutuhan manusia?

Setiap yang tercipta dan yang digunakan lambat laun pasti akan habis. Untuk itu

munculah pemahaman dari manusia itu sendiri, bahwasanya alam juga perlu kita jaga

keberadaannya demi kelangsungan hidup makhluk yang bergantung kepadanya (alam itu

sendiri).

Kegiatan ini difokuskan untuk melakukan konservasi hutan mangrove di Pulau Rambut.

Dengan mengambil tinjauan mengenai lingkungan sekitar Pulau Rambut dan mempelajari jenis

keanekaragaman hayati yang hidup dalam kawasan cagar alam ini .

Konservasi berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan

servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya

(keep/save what you have). Namun secara bijaksana (wise use). Ide ini ditemukan oleh Theodore

Page 5: laporan konservasi Pulau Rambut

Roosvelt (1902) yang merupakan orang amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep

konservasi.

Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi cultural

dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga

dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti

mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi

merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan dating.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan,

sebagai berikut:

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia

dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American dictionary).

2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara

social (Randall,1982)

3. Koservasi merupakan management udara, air, tanah, mineral ke organism hidup

termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan mananusia yang meningkat

termasuk dalam kegiatan management adalah serveu, penelitian, administrasi,

preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN 1968)

4. Konservasi adalah management penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat

memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk

generasi-generasi yang akan datang.

Untuk itu kita sebagai generasi penerus perlu memahami betapa pentingnya keberadaan

alam untuk kelangsungan makhluk hidup yang ada didalamnya, bukan hanya manusia yang

membutuhkan alam untuk mempertahankan kehidupan, tetapi kehidupan keanekaragan hayati

yang lainpun tergantung pada alam yang tersedia. Keseimbangan alam akan tercipta jika kita bisa

hidup berdampingan satu samalain (komponen biotic dan abiotik) saling menjaga demi

kelangsungan hidup bersama.

Page 6: laporan konservasi Pulau Rambut

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana keadaan lingkungan sekitar Pulau Rambut ?

b. Jenis keanekaragaman hayati apa saja yang ditemukan di Pulau Rambut ?

c. Bagaimana pemanfaatan fungsi hutan mangrove sebagai pencegah abrasi pantai dan

lahan perikanan pantai?

1.3 Tujuan kegiatan

1. Mengamati berbagai macam keanekaragaman hayati yang ada di Pulau Rambut baik

yang hidup terestial maupun akuatik

2. Melakukan konservasi hutan mangrove sebagai pencegah abrasi pantai dan lahan

perikanan pantai

3. Menjaga keseimbangan ekosistem pantai dan laut

4. Melakukan aksi bersih Pulau Rambut

Page 7: laporan konservasi Pulau Rambut

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sampah Membuat Pulau Rambut Kritis

Pulau rambut merupakan satu dari 110 pulau di kecamatan Kepulauan Seribu ,

Kotamadya Jakarta Utara . Selain sebagai kawasan cagar alam , pulau ini dapat dimanfaatkan

untuk kegiatan penelitian juga sebagai tempat wisata . Namun keindahan Pulau Rambut ini

menjadi terusik. Jika berkunjung kesana dapat dilihat kondisi Pulau Rambut saat ini cukup

mengkhawatirkan akibat diserang tumpukan sampah dan abrasi pantai yang menghantam bagian

bibir pantai pulau tersebut . Hal ini selain dapat mengurangi luas pulau tersebut jelas akan

mengancam habitat ribuan burung laut maupun burung darat yang hidup di lingkungan kawasan

pulau tersebut . Selain itu ekosistem bawah laut seperti terumbu karang juga aneka jenis ikan

akan terganggu keseimbangannya .

Pulau rambut adalah sebuah pulau tak berpenghuni . Lantas jadi sebuah pertanyaan besar

jika kita meninjau lebih jauh darimana datangnya sampah-sampah tersebut . Dari hasil

pengamatan , ditemukan bahwa kebanyakan sampah yang berada disana adalah berupa sampah

atau limbah-limbah rumah tangga mulai dari sampah plastik mie instan , bohlam lampu yang

sudah pecah , sandal , pelampung nelayan dan banyak sampah lainnya yang sifatnya an organic

(tidak mudah terurai) .

Penyebab datangnya sampah-sampah ini ditimbulkan dari ulah manusia itu sendiri

dengan pola hidup bebas membuang sampah dimana saja tanpa berfikir panjang dampak yang

akan ditimbulkannya . Kehidupan masyarakat sekarang yang membuang sampah rumah-

Page 8: laporan konservasi Pulau Rambut

tangganya ke kali atau sungai adalah penyebab utama daerah bibir pantai pulau rambut ini

dipenuhi sampah . Aliran sungai atau kali yang menjadi tempat pembuangan sampah bagi

masyarakat ini tidak dalam keadaan berhenti bergerak melainkan akan berujung di laut .

Sehingga pulau ini menjadi pelabuhan terhentinya pergerakan sampah-sampah tersebut .

Satu penyebab kerusakan yang tidak kalah pentingnya yakni kebiasaan awak kapal asing

maupun interinsuler (antarpulau) untuk membuang minyak pelumas bekas mesin kapal mereka

ke laut . Hal ini biasa dilakukan sebelum memasuki daerah kawasan Pelabuhan Tanjung Priok .

sampah di bibir pantai sampah di kawasan dalam pulau

Page 9: laporan konservasi Pulau Rambut

sampah-sampah steroform sampah disela-sela akar mangrove

Pada foto diatas dapat dilihat sampah – sampah tersebut telah mencapai pada kedalaman

penanaman hutan mangrove . Sehingga tidak menutup kemungkinan mangrove yang berada di

bagian barat laut Pulau Rambut ini mati , dan ombak dapat dengan mudah mengabrasi bagian

pantai tersebut. Tentu jika didiamkan begitu saja , proses abrasi ini akan meluas dan dapat

menenggelamkan pulau tersebut seperti 10 pulau yang sudah lebih dulu hilang .

Maka utamanya sangat diperlukan perhatian pemerintah daerah setempat dalam

menanggulangi sampah-sampah ini , yang salah satu caranya adalah dengan melakukan aksi

bersih pulau . Penanggulangan sampah ini juga dapat dilakukan dengan cara preventif yaitu

memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas akan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan

jika membuang sampah sembarangan terutama di kali-kali atau sungai, seperti pada penjelasan

yang telah digambarkan sebelumnya .

2.2 Jenis Keanekaragaman Hayati Pulau Rambut

Pulau Rambut ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa oleh Menteri Kehutanan dan

Perkebunan melalui Surat Keputusan Nomor : 275/Kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999 seluas

90 hektar, yang terdiri dari 45 hektar daratan dan 45 hektar wilayah perairan. Secara

Page 10: laporan konservasi Pulau Rambut

geografis kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut terletak diantara 106 derajat 41'14 - 106

derajat 41'46 Bujur Timur dan 5 derajat 56'47 - 5 derajat 56'57 Lintang Selatan, yaitu kearah

Barat Laut dari Pelabuhan Tanjung Priok.

Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan salah satu kawasan konservasi yang

terdapat di Provinsi DKI Jakarta dengan potensi keanekaragaman hayati yang cukup

melimpah.

a. Flora pulau rambut

Di pulau rambut terdapat tiga formasi hutan yaitu , hutan pantai, hutan mangrove

dan hutan sekunder campuran . hutan pantai terletak dibagian selatan dan timur

dengan ketebalan kurang lebih 20m dan luas 1,82 Ha . Daerah ini terdiri dari vegetasi

yang kebanyakan semak dan tumbuhan yang kurang rapat memiliki ketinggian 5

hingga 10 meter. Pada tahun 1984 di daerah hutan pantai diintroduksi jenis Lamtoro

dan Akasia untuk mengatasi abrasi yang disebabkan oleh hempasan angin dan

gelombang .

Di hutan pantai yang berpasir dapat ditemukan tumbuhan semak , perdu serta

rumput-rumputan . Daerah ini didominasi oleh Therespesia populnea dan Acasia

Auriculiformis. Jenis lain yang mudah dikenal adalah daun Barah (Ipomoea

pescaprae), rumput lari-lari (Spinifex littoreus), , gelang laut ( Sesuvium

portulascastrum) , Seruni ( Wedelia biflora), Babakoan (Scaevola frutescens), Sundel

malam (Clerodendron inerme), rumput tembagan (Ischaemum muticum) , pohon

ketapang (Terminalia catapa) serta pandan (Pandanus tectorius) . Di atas daerah

pasang surut dapat dijumpai pohon waru laut (Thespesia populnea), waru (Hibiscus

tilliaceus), cemara laut (Casuarinae equisetifolia), Centigi (Pemphis acidula), Bidara

(Ximenia Americana), entong-entongan (Opuntia vulgaris) dan tanjang (Lumnitzera

racemosa).

Hutan mangrove dengan luas 13,26 ha terletak pada bagian timur melingkari

pulau hingga Timur Laut, Utara , dan bagian Barat Laut. Bagian Timur merupakan

hutan mangrove strata dengan ketinggian antara 8-10m. Di bagian timur merupakan

Page 11: laporan konservasi Pulau Rambut

hutan mangrove yang rusak dengan luas 7,70 ha. Pada bagian Utara dekat pantai

ditumbuhi Rhizopora mucronata , makin ke bagian dalam bercampur dengan Ceriops

tagal. Di bagian dalam terdapat asosiasi Ceriops tagal – Xylocarpus granatum –

Scyphipora hydrophyllaceae. Pada bagian barat terdapat komunitas tumbuhan yang

didominasi oleh Ceriops tagal – Rhizopora mucronata . Pada tahun 2002 terjadi

kerusakan hutan mangrove pada bagian Barat dengan luas kurang lebih 0,5 ha tanpa

penyebab yang pasti. Kerusakan ini ditandai dengan mengeringnya pohon-pohon

bakau yang ada .

Bagian tengah pulau yang tanahnya agak tinggi ditumbuhi hutan sekunder

campuran dengan luas 19,73 ha. Daerah ini dikuasai oleh komunitas Sterculia foetida

– Dyxoxylum caulostachyum. Ketinggian vegetasi antara 20-30m , terdiri dari 3 strata

penting yaitu pohon emergen yang didominasi oleh jenis kepuh Sterculia foetida

dengan ketinggian 25-30m. Pada strata tajuk atas dengan ketinggian vegetasi 20-25m

didominasi oleh pohon kresek (Ficus timorensis) dan kedoya (Dyxoxylum

caulostachyum) dan pada strata semak di dominasi oleh kingkit (Triphasia trifolia) .

Di hutan campuran juga dapat dijumpai kesambi (Schleichers oleosa) , pohon

ketapang (Terminalia catappa), Bintaro ( Cerbera manghas), Kiribut (Diospyros

maritima), Permot (Passiflora foetida), Mengkudu (Morinda citrifolia), soka hutan

(Ixora timorensis), Melinjo (Gnetum gnemon), Mindi (Melia azedirach), Saga hutan

(Adenanthera pavonina), mangkokan (Acalphya indica), Koreak (Guettarda

speciosa), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Lada (Piper betle), Asam

jawa(Tamarindus indica), sawo kecik (Manilkara kauki), Bunga kupu-kupu

(Bauhinia sp.) dan papaya (Carica papaya). Vegetasi yang merambatyang dapat

ditemukan di daerah ini adalah gambir laut (Clerodendron inerme) , oyot ubi

(Dioscorea bulbifera) dan sundel malam (Ipomoea longiflora).

b. Fauna di Pulau Rambut

Penguni utama pulau Rambut adalah jenis-jenis burung air yang sebagian

besar menetap di Pulau Rambut sepanjang tahun. Sebanyak 26 jenis burung air dapat

ditemukan di lokasi ini dari total 61 spesies burung yang ada .

Page 12: laporan konservasi Pulau Rambut

Pada puncak musim berbiak antara bulan Januari-Agustus, Pulau Rambut

dihuni tidak kurang dari 2000 individu burung air. Jenis burung air yang berbiak di

Pulau Rambut berasal dari jenis kuntul (Egretta alba, E.intermedia, E.garzetta) ,

Cangak (Ardea cinerea, A.purpurea), Pecuk (Phalacrocorax sulcisrostris, P.niger),

Pecuk ular (Anhinga melanogaster), Kowak malam (Nyctycorax nytycorax), Bangau

(Mycteria cinerea), dan Ibis (Plegadis falcinellus, Threskiornis melanochephalus).

Pulau Rambut juga merupakan satu-satunya lokasi berbiak populasi Bangau Bluwok

yang merupakan salah satu bangau paling terancam punah di dunia dengan status

rentan.

Pulau rambut juga terkadang dikunjungi oleh jenis burung migrant seperti

Sikatan emas (Ficedula zanthopygia), Alap-alap Wallet (Falco subbuteo) dan Bubut-

pacar Jambul (Clamator coromandus). Selain jenis-jenis satwa liar yang disebutkan

diatas pulau rambut juga terdapat berbagai jenis kupu-kupu dan serangga yang hingga

saat ini belum dilakukan pengidentifikasian.

Pulau rambut juga dihuni oleh keluarga reptil seperti Biawak (Varanus

salvator), Tokek (Gecko gecko), Ular sanca (Phyton reticulatus), Ular cincin emas

(Boiga dendrophylla), Kadal (Mabouya multifasciata). Satu-satunya jenis mamalia

yang menghuni kawasan ini adalah kalong (Pteropus vampyrus). Di daerah pantai

berpasir di sebelah Timur dan selatan kadang dijumpai adanya Penyu Hijau (Chelonia

mydas) yang mendarat untuk bertelur, namun adanya predator seperti Biawak

seringkali mengakibatkan telur yang telah diletakkan habis dimangsa.

Berikut adalah sebagian jenis flora dan fauna yang diamati dalam kegiatan

konservasi pulau rambut :

FLORA

Rumput Angin (Spinifex littoreus Merril)

Page 13: laporan konservasi Pulau Rambut

Rumput angin dengan nama latin Spinifex littoreus Merril merupakan kategori

tumbuhan pantai yang tingginya mencapai 90cm, dengan daun yang kaku dan berduri .

Buliran dalam tandan disokong oleh seludang yang berbentuk seperti gagang yang diikat

pada struktur mementol yang berduri, dengan diameter mencapai 30cm.

Penyebaran rumput angin ini meliputi pantai-pantai dari India dan Sri Lanka

sampai asia Tenggara termasuk Indonesia hingga ke Taiwan dan Jepang Selatan . Habitat

Spinifex littoreus cukup banyak sepanjang pantai dan bukit pasir . Reproduksi atau cara

mempertahankan spesiesnya adalah dengan cara perbiakan alami dilakukan oleh biji .

Rumput angin ini berguna sebagai pengikat pasir pada bukit pasir di pantai yang tidak

stabil. Spesies lainnya adalah Spinifex squarrous L. , Stipa littorea Burm.f. , Stipa

spinifex L. . Uniknya rumput ini adalah , ketika daun terlepas dari batangnya kemudian

tertiup oleh hempasan angin pantai maka rumput ini akan tampak seperti berlari-lari.

Lamun

Lamun atau "rumput laut" adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah

beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun adalah

anggota bangsa Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku berikut:

Posidoniaceae, Zosteraceae, Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae.

Page 14: laporan konservasi Pulau Rambut

Lamun tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal

dan menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Wilayah perairan laut

yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem

tersendiri yang khas. Duyung (Dugong) dan sapi laut adalah pemakan lamun.

Bintaro

Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan.

Bunganya harum dengan mahkota berdiameter 3-5cm berbentuk terompet dengan

pangkal merah muda. Benang sari berjumlah lima dan posisi bakal buah tinggi. Buah

berbentuk telur, panjang 5-10cm, dan berwarna merah cerah jika masak.

Penyebarannya secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga

Polinesia Perancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove.

Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai

serta peneduh kota

Daun dan buahnya mengandung bahan yang mempengaruhi jantung, suatu

glikosida yang disebut cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai

sebagai racun panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri

atau membunuh orang.

Ipomoea pescarpe (Pokok Tapak kuda)

Page 15: laporan konservasi Pulau Rambut

Pokok tapak kuda merupakan sejenis pokok menjalar yang terdapat di tepi pantai.

Ia mempunyai bunga yang cantik bewarna ungu terang. Nama sainsnya adalah Ipomoea

pescaprae dalam famili Convolvulaceae order Tubiflorae .

Pokok tapak kuda merupakan sejenis pokok perintis. Batangnya yang menjalar

merebak dengan cepat dan membentuk tutup bumi, mendakan sampah-sarap yang

terperangkap membantu pasir membentuk tanah yang stabil. Ia berkait dengan pokok

kang kong, dan kembang pagi. Mempunyai daun selebar 8-10 cm.

Alga Merah (Rhodophyta)

Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat

warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin

dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil.

Page 16: laporan konservasi Pulau Rambut

Euchemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Ganggang

merah mempunyai pigmen yang disebut fikobilin yang terdiri dari fokoeritrin (merah)

dan fikosianin (biru). Hal ini memungkinkan ganggang yang hidup di bawah permukaan

laut menyerap gelombang cahaya yang tidak dapat diserap oleh klorofil. Kemudian

pigmen ganggang ini menyampaikan energi matahari ke molekul klorofil.

Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Tubuh bersel

banyak, panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter, talusnya mikroskopik dan multiseluler,

berbentuk berkas atau lembaran seperti rumput, sehingga disebut dengan rumput laut, 

Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian

kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu

ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam

adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.

Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai

pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar), Alga merah dapat

menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di

laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus crispus

(lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina

mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan

pembuat krem, dan obat pencuci rambut. 

Alga Hijau (Chlorophyta)

Page 17: laporan konservasi Pulau Rambut

Ganggang hijau adalah kelompok alga yang paling beragam, dengan lebih dari

7000 spesies tumbuh di berbagai habitat. ganggang hijau adalah kelompok paraphyletic

karena tidak termasuk Plantae . Seperti tanaman, ganggang hijau berisi dua bentuk

klorofil , yang mereka gunakan untuk menangkap energi cahaya untuk bahan bakar

pembuatan gula, tetapi tidak seperti tanaman mereka terutama air. Karena mereka air dan

pembuatan makanan mereka sendiri, organisme ini disebut ganggang, bersama dengan

anggota tertentu dari Chromista , yang Rhodophyta , dan bakteri fotosintesis, meskipun

mereka tidak berbagi hubungan dekat dengan kelompok-kelompok ini. Ini adalah spesies

laut "ganggang hijau" sering ditemukan menempel pada batu, dan terkena pada saat air

surut.

Alga Coklat (Phaeophyta)

Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau

pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung

pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini

Page 18: laporan konservasi Pulau Rambut

mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua

ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini

juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi

pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof.

Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran

atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama

jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas

berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil.

Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan sedang,

terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila

di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan

sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi ada juga

yang hidup sebagai endofit.

Burung kepodang (Oriolus chinensis)

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Page 19: laporan konservasi Pulau Rambut

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Oriolidae

Genus: Oriolus

Spesies: Oriolus chinensis

Burung Kepodang (Oriolus chinensis) merupakan fauna identitas provinsi Jawa

Tengah ini dikenal juga dengan sebutan manuk pitu wolu karena bunyinya yang nyaring

mirip dengan ucapan pitu-wolu (tujuh delapan). Selain itu, burung ini juga terkenal

sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam

membuat sarang. Burung ini hidup berkelompok yang menghuni hutan terbuka , taman ,

dan hutan mangrove dan hutan pantai.

Burung Kepodang (Oriolus chinensis) berukuran relatif sedang, panjang mulai

ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. Bulunya indah berwarna kuning keemasan

sedang bagian kepala,sayap dan ekor ada sebagian bulu yang berwarna hitam.  Ciri khas

burung Kepodang adalah terdapatnya garis hitam melewati mata dan tengkuk .

Iris mata burung Kepodang berwarna merah sedangkan paruhnya berwarna merah

jambu dan kedua kakinya berwarna hitam. Pada jantan : bagian tubuh berwarna kuning

terang , sedangkan pada betina : tubuhnya berwarna lebih buram dengan punggung

kuning zaitun

Burung Kepodang yang ditetapkan sebagai maskot (fauna identitas) provinsi Jawa

Tengah ini mempunyai siulan seperti bunyi alunan seruling dengan bunyi “liiuw, klii-lii-

tii-liiuw” atau “u-dli-u”. Makanan utama Kepodang adalah buah-buahan seperti pisang

dan papaya, serangga kecil dan biji-bijian dan sesekali memakan ulat bumbung dan ulat

pisang. Burung Kepodang biasa hidup berpasangan. Burung betina biasanya membuat

sarang dengan teliti pada ranting pohon.

Kucica kampung (Copsychus saularis)

Page 20: laporan konservasi Pulau Rambut

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Muscicapidae

Genus: Copsychus

Spesies: Copshycus saularis

Burung Kucica Kampung ini berukurang kurang lebih 20cm , berwarna hitam dan

putih dengan ekor yang panjang . Pada jantan : Kepala , dada dan punggung hitam dan

biru bersinar . Sayap dan bulu ekor tengah hitam, bulu ekor luar dan setrip yang

melintang dengan penutup sayap berwarna putih, perut dan tungging berwarna putih.

Betina : Seperti jantan , tetapi berwarna abu-abu buram bukan hitam . Iris berwarna

coklat , paruh dan kakinya berwarna hitam.

Bangau Bluwok (Mycteria cinerea)

Page 21: laporan konservasi Pulau Rambut

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Ciconiiformes

Famili: Ciconiidae

Genus: Mycteria

Spesies: Mycteria cinerea

Panjang tubuh sekitar 110 cm. Paruh besar, panjang. Dominan warna tubuh putih,

bercak hitam di sayap primer dan muka botak berwarna merah muda. Kaki panjang

berwarna merah muda. Jarang bersuara. Biasanya berupa gerangan rendah atau suara

katupan paruh.

Burung bangau bluwok tergolong pada jenis burung yang terancam punah secara

global dan dalam keadaan rentan . Jenis ini juga tercantum dalam Appendix I CITES

yang berarti burung ini tidak boleh dipedagangkan . Ancaman ini diakibatkan karena

maraknya perburuan liar, rusaknya tempat berbiak, dan kurangnya tempat mencari makan

sehingga burung ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dalam upaya

pelestariannya.

Page 22: laporan konservasi Pulau Rambut

Saat ini Pulau Rambut menjadi satu-satunya tepat berbiak di Jawa Barat. Kondisi

pulau Rambut sudah parah dengan berkurangnya pohon-pohon tempat bersarang burung

bangau bluwok dan jenis burung lain . Hal itu disebabkan karena tidak adanya regenerasi

dari pohon-pohon yang merupakan tempat berbiak bangau bluwok ini . Dan biasanya

rusak dengan adanya kehadiran sampah-sampah sekitar pohon tersebut . Tinggi pohon

sarang berbiak Burung Bangau Bluwok sekitar 16.6 m dengan diameter 66.6cm dan

tinggi minimum 11 m dan tinggi maksimum 20 m .

Bangau bluwok ini jenis yang mudah terusik dengan kehadiran manusia .

Aktivitas – aktivitas manusia di sekitar bangau bluwok ini kerap kali mengganggu

ketenangannya . Dalam jarak 50 m burung ini dapat mendeteksi kehadiran gangguan

yang datang.

Pecuk Hitam

Page 23: laporan konservasi Pulau Rambut

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Ciconiiformes

Famili: Phalacrocoracidae

Genus: Phalacrocorax

Spesies: Phalacrocorax sulcirostris

Pecuk memiliki ukuran sedang sampai besar (panjang tubuh 45-100cm). Warna

bulu di kedua jenis kelamin pecuk ini memiliki morfologi dan ukuran yang sama ,

umumnya jantan memiliki tubuh yang lebih berat disbanding yang betina . Bentuk paruh

panjang dan tajam dan memiliki kait di ujungnya dan berbentuk silindris. Leher

berbentuk ‘S’. Kaki terletak jauh di belakang dengan selaput renang (totipalmate). Sayap

relative pendek , kuat dan ekor sangat keras.

Kulit muka, paruh dan kantung paruh berwarna kuning , jingga , merah , ungu,

biru , hijau , dan hitam . Iris pada pada burung yang masih kecil (juvenile) berwarna

coklat , sedangkan yang sudah dewasa berwarna hijau atau biru . Penutup sayap pada

burung ini berwarna abu dengan sisi sayap hitam dan terlihat bersisik dengan warna

paruh keabu-abuan .

Pecuk hitam hidup dapat hidup di perairan tawar atau asin. Pecuk di Pulau

Rambut menghuni hutan mangrove dan hutan campuran . Jenis pohon tempat bersarang

dan istirahat adalah Rhizopora stylosa dan Rhizopora mucronata. Pecuk adalah jenis

burung yang hidup berkelompok dan membentuk formasi ‘V’ pada saat terbang .

Teknik berburu pada burung ini diawali dengan berenang di permukaan air dan

kemudian menyelam selama beberapa detik dengan menggunakan sayap dan kaki sebagai

Page 24: laporan konservasi Pulau Rambut

dayung pada saatberenang dan ekor untuk menjaga keseimbangan . Pecuk sangat

mengutamakan kekuatan membuka dan menutup sayapnya pada saat berada di dalam air

2.3 Konservasi Hutan mangrove

2.3.1 Pengertian

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai daerah pasang surut atau

tepi laut. Tumbuhan Mangrovebersifat unik karena merupakan gabungan dari cirri-ciri

tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai system

perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini

merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan

anaerob.

Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya

terancam punah, seperti harimau Sumatera (Phantera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis

larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam Centropus nigrorufus, dan bangau

tongtong(Leptoptillus javanicus), dan tempat persinggahan bagi burung-burung yang migran.

Beberapa jenis mangrove yang terkenal.

Bakau (Rhizopora sp.)

Api-api (Avicennia sp.)

Pedada (Sonneratia sp.)

Tanjang (Bruguiera sp.)

2.3.2 Fungsi Mangrove

Muara sungai atau estuarin sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel- partikel

organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan

demikian, daerah mangrove merupakan daerah yang subur, baik daratannya maupun perairannya,

karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut.

Page 25: laporan konservasi Pulau Rambut

Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai

agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan

intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah sebagai

habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber

keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman

anggrek, serta sumber lasma nutfah. Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan

bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-

obatan.

Mangrove mengangkut nutrien dan detritus ke perairan pantai sehingga produksi primer

perairan di sekitar mangrove cukup tinggi dan penting bagi kesuburan perairan. Dedaunan,

ranting, bunga, dan buah dari tanaman mangrove yang mati dimanfaatkan oleh makrofauna,

misalnya kepiting sesarmid, kemudian didekomposisi oleh berbagai jenis mikroba yang melekat

di dasar mangrove dan secara bersama-sama membentuk rantai makanan. Detritus selanjutnya

dimanfaatkan oleh hewan akuatik yang mempunyai tingkatan lebih tinggi seperti bivalvia,

gastropoda, berbagai jenis juvenil ikan dan udang, serta kepiting. Karena keberadaan mangrove

sangat penting maka pemanfaatan mangrove untuk budi daya perikanan harus rasional. Ahmad

dan Mangampa (2000) menyarankan hanya 20% saja dari lahan mangrove yang dikonversi

menjadi pertambakan.

Peranan manfaat hutan mangrove :

1. Pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai.

2. Menyediakan berbagai hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan

penyamak kulit, bahan atap, bahan perahu, dll.

3. Mempunyai potensi wisata.

4. Sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, burung, monyet, buaya dan

satwa liar lainnya diantaranya endemik.

Jika hutan mangrove hilang :

1. Abrasi pantai

2. Dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan

3. Dapat mengakibatkan banjir

Page 26: laporan konservasi Pulau Rambut

4. Perikanan laut menurun

5. Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang.

2.3.3 Vegetasi Mangrove

Mangrove mempunyai komposisi vegetasi tertentu. Pembentuk kelompok vegetasi ini

adalah berbagai spesies tanaman mangrove yang dapat beradaptasi secara fisiologis terhadap

lingkungan yang khas, yaitu salinitas tinggi, sedang atau rendah, tipe tanah yang didominasi

lumpur, pasir atau Lumpur berpasir, danterpengaruh pasang surut sehingga terbentuk zonasi

(Walter1971dalam Mustafa dan Sunusi 1981). Menurut Kitamuraet al. (1997), vegetasi

mangrove dapat dibagi menjadi tiga, yaitu vegetasi utama, vegetasi pendukung, dan vegetasi

asosiasinya.

Tiap lokasi mangrove mempunyai keanekaragaman vegetasi yang berbeda, bergantung

pada umur mangrove tersebut. Perbedaan vegetasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh

perbedaan salinitas. Pada perairan dengan salinitas tinggi di tepi pantai dijumpai komunitas

rhizophora apiculata, R. mucronata, Soneratia alba, dan Bruguera gymnorrhiza. Pada perairan

dengan salinitas yang lebih rendah di tepi sungai dijumpai Nypa fruticans, R. apiculata,dan

Lumnitzera littoreasebagai vegetasi utama, serta Heritiera littoralis, Excoecaria agallocha,

Aegiceras corniculatum, Acrostichum aureum,dan Hibiscus tileaceus sebagai vegetasi

pendukung dan asosiasinya. R. apiculatadan R. mucronata merupakan vegetasi mangrove yang

mempunyai kerapatan tinggi (7–18 pohon/100 m2) di kedua lokasi tersebut. Kayunya sangat

baik untuk dijadikan arang, bahan bangunan ataupun chip, serta dapat diambil tannin nya untuk

digunakan dalam industri kulit. Vegetasi mangrove mempunyai morfologi dan anatomi tertentu

sebagai respons fisiogenetik terhadap habitatnya.

Vegetasi mangrove yang bersifat halopitik menyukai tanah-tanah yang bergaram, misalnya

Avicennia sp. , Bruguiera sp. , Lumnitzera sp. , Rhizophora sp. , dan Xylocarpus sp. Vegetasi

tersebut menentukan ciri lahan mangrove berdasarkan sebaran, dan sangat terikat pada habitat

mangrove. Vegetasi yang tidak terikat dengan habitat mangrove antara lain adalah Acanthus sp. ,

Baringtonia sp. ,Callophyllum sp. , Calotropis sp. , Cerbera sp. , Lerodendron sp. , Derris sp. ,

Finlaysonia sp. , Hibiscus sp. , Ipomoea sp. , Pandanus sp. , Pongamia sp. , Scaevola sp. ,

Page 27: laporan konservasi Pulau Rambut

Sesuvium sp. , Spinifex sp. , Stachytarpheta sp. , Terminalia catappa , Thespesia sp. , dan Vitex

sp.

2.3.4 Ekosistem Mangrove di Pulau Rambut

Ekosistem mangrove di Pulau Rambut pada keseluruhan ada 6 jenis mangrove,

yang terdiri dari

1. Rhizophora mucronata LMK,

2. Excoecaria agallocha L. (buta-buta),

3. Avicennia officinalis L.

4. Xylocarpus granatum (bola-bola)

5. Rhizopora apiculata, dan

6. Rhizophora stylosa

Proses evolusi menyebabkan spesies mangrove memiliki beberapa sifat biologi yang khas

sebagai bentuk adaptasi, yang terutama ditujukan untuk mengatasi salinitas yang fluktuatif,

kondisi lumpur yang an aerob dan tidak stabil, serta untuk reproduksi

Kebanyakan tumbuhan memiliki toleransi sangat rendah terhadap salinitas, sehingga

tidak mampu tumbuh dengan baik didalam maupun didekat air laut. Hal ini terjadi karena

kebanyakan jaringan makhluk hidup lebih cair daripada air laut, akibatnya air dari dalam

jaringan tumbuhan dapt keluar akibat proses osmosis, sehingga tumbuhan kekeringan, menjadi

layu, dan mati . Lingkungan yang keras ini menyebabkan diversitas hutan mangrove cenderung

lebih rendah daripada umurnya hutan hujan tropis.

Tumbuhan mangrove memiliki adaptasi khusus untuk tumbuh di tanah yang lembut , asin

dan kekurangan oksigen, dimana kebanyakan tumbuhan tidak mampu. Suplai oksigen ke akar

sangat penting bagi pertumbuhan dan penyeapan nutrient. Karena tanah mangrove seringkali

anaerob, maka beberapa tumbuhan mangrove membentuk struktur khusus pneumatofora(akar

napas). Akar yang menjulang diatas tanah ini dipenuhi dengan jaringan parenkim

spons(aerenkim) dan memiliki banyak pori-pori kecil di kulit kayu sehingga oksigen dapat

masuk dan diangkut ke system akar dibawah tanah. Akar ini juga berfungsi sebagai struktur

Page 28: laporan konservasi Pulau Rambut

penyokong pohon di tanah lumpur yang lembut. Tumbuhan mangrove memiliki bentuk akar

napas yang berbeda-beda (Sikong, 1987). Akar horizontal yang menyebar luas, dimana

pneumatofora tumbuh vertical ke atas merupakan jangkar untuk mengait pada lumpur .

Terdapat empat tipe pneumatofora , yaitu :

1. Akar Penyangga

Akar penyangga atau akar tunjang. Pada Rhizopora akar panjang dan bercabang-

cabang muncul dari akar batang. Akar ini dikenal sebagai prop root dan pada akhirnya

akan menjadi stilt root apabila batang yang disangganya terangkat hingga tidak lagi

menyentuh tanah. Akar penyangga membantu tegaknya pohon karena memiliki pangkal

yang luas untuk mendukung di lumpur yang lembut dan tidak stabil. Juga membantu

aerasi ketika terekspos pada saat laut surut

2. Akar Pasak

Akar pasak . Pada Avicennia dan Sonneratia, pneumatofora merupakan cabang tegak dari

akar horizontal yang tumbuh di bawah tanah. Pada Avicennia bentuknya seperti pensil

atau pasak umumnya 20 dengan tinggi maksimal 30cm, sedangkan pada Sonneratia

tumbuh lebih lambat namun dapat membentuk massa kayu dengan tinggi 3m ,

kebanyakan setinggi 50cm.

Page 29: laporan konservasi Pulau Rambut

3. Akar Lutut

Akar lutut . Pada Bruguiera dan ceriops akar horizontal tumbuh sedikit di bawah

permukaan tanah, dan secara teratur dan berulang-ulang tumbuh vertical keatas kemudian

kembali ke bawah, sehingga berbentuk seperti lutut yang ditekuk.

4. Akar papan

Akar papan. Pada Xylocarpus granatum akar horizontal tumbuh melebar secara vertical

keatas, sehingga akar berbentuk pipih menyerupai papan. Struktur ini mulai terbentuk

dari pangkal batang. Akar ini juga berlekuk-lekuk seperti ular yang sedang bergerak dan

bergelombang.

Page 30: laporan konservasi Pulau Rambut

Pada penanaman mangrove , ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

1. Intensitas cahaya matahari

Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting . Mangrove yang

ditanam pada daerah yang kurang cahaya membuat mangrove kemungkinan tidak

dapat tumbuh dengan baik atau bahkan mati . Oleh karena itu , penanaman mangrove

harus berada pada tempat yang cukup cahaya matahari

2. Jarak Penanaman

Penanaman mangrove yang satu dengan yang lain juga harus diperhatikan agar

masing-masing mangrove dapat tumbuh dengan baik dan tidak saling bertabrakan .

Jarak penanaman antar mangrove ± 50cm .

3. Nilai salinitas

Nilai salinitas yang paling rendah terdapat berkisar 20 ‰ yang kurang sesuai dengan

mangrove berjenis Avicennia yang hanya dapat mencapai pertumbuhan maksimal

pada tingkat salinitas berkisar 25 ‰ . Sedangkan salinitas tertinggi disekitar perairan

tempat tumbuh mangrove berkisar sekitar 28 ‰ sangat sesuai dengan jenis mangrove

Rhizhophora sp.

Page 31: laporan konservasi Pulau Rambut

kegiatan penanaman mangrove jenis Rhizopora sp.

Pada penanaman mangrove diatas , dapat dilihat bahwa penggunaan kayu atau

bambu yang dililitkan pada setiap bibit mangrove sangat dimanfaatkan agar mangrove

dapat tetap berdiri tegak .

Page 32: laporan konservasi Pulau Rambut

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pulau Rambut adalah suatu kawasan cagar alam yang memiliki luas kawasan 90

hektar , yang terdiri dari 45 hektar daratan dan 45 hektar wilayah perairan. Pulau

Rambut acap kali disebut juga sebagai “surga burung” karena banyak spesies burung-

burung yang menghuni serta berbiak di pulau ini . Salah satu spesies burung menarik

yang menghuni pulau ini adalah Bangau bluwok . Burung yang telah ditetapkan oleh

dunia bahwa burung ini berstatus rentan , dengan pengertian burung ini tidak boleh

diburu . Namun di pulau ini , kita bisa melihat bangau ini berterbangan di sekitar

pulau . Bukan hanya spesies burung , namun fauna-fauna lainnya pun banyak hidup

di kawasan cagar alam pulau rambut ini , misalnya biawak , kelelawar , dll .

Pulau rambut juga kaya dengan segala keanekaragaman flora baik yang hidup di

darat seperti rumput angin , pohon akasia , pohon saga dan juga yang hidup di air

seperti ganggang coklat, ganggang merah maupun tumbuhan lamun .

Pulau Rambut merupakan daerah konservasi hutan mangrove , jadi tidak jarang

banyak dilakukan kegiatan penelitian serta konservasi di pulau ini . Pulau ini

memiliki jenis tumbuhan mangrove yang lengkap . Tujuan dari penanaman hutan

mangrove adalah mencegah terjadinya abrasi pantai serta merupakan lahan kehidupan

bagi ikan.

Namun miris rasanya jika kita lihat disekitar kawasan bibir pantai pulau ini

terdapat tumpukan sampah. Pulau yang merupakan kehidupan bagi aneka margasatwa

dan memiliki banyak jenis tumbuh-tumbuhan , lamun , serta tumbuhan mangrove

harus mengalami krisis pencemaran akibat sampah-sampah yang turut menghuni

kawasan pulau ini .

Page 33: laporan konservasi Pulau Rambut

3.2 Saran

Keadaan lingkungan dikawasan Pulau Rambut yang dipenuhi sampah seharusnya

menjadi perhatian khusus bagi pemerintah juga bagi kita sebagai masyarakat yang

tanpa sadar pastinya ikut turut serta menambah tiap tumpukan sampah disana. Dapat

kita lihat , sebagian besar sampah disana berupa limbah rumah tangga seperti bekas

bungkus mie instan , plastik-plastik , pecahan bola lampu , dan steroform yang

secara keseluruhan sifatnya non organik yaitu zat yang membutuhkan waktu yang

cukup lama untuk terurai di dalam tanah . Tindakan preventif yang dapat dilakukan

adalah melakukan sosialisasi mengenai dampak pembuangan limbah rumah tangga di

kali karena kelak arusnya akan menuju ke laut kemudian berlabuh dan berdiam di

sebuah pulau . Dan jika kegiatan membuang sampah ke kali terus dilakukan secara

berulang-ulang , maka dalam jangka waktu yang panjang sampah ini akan

mengganggu keseimbangan ekosistem di wilayah perairan laut serta merusak

keindahan garis pantai suatu pulau. Jika tindakan preventif tidak mencapai garis

efektifnya maka cara lain yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan aksi

bersih pulau yang menjadi agenda rutin oleh para pemerhati lingkungan.

Untuk setiap kegiatan penelitian seharusnya kita tetap menjaga kelestarian

kawasan cagar alam Pulau Rambut ini , tanpa mengusik kehidupan aneka margasatwa

yang ada di Pulau ini yaitu dengan tidak memburu aneka jenis burung di kawasan ini .

Juga tidak mengganggu serta merusak ekosistem bawah laut , seperti lamun dan

terumbu karang .

Lakukan kegiatan konservasi mangrove sebagai tindakan pencegah abrasi pantai ,

agar pulau ini tidak habis terkikis oleh deburan ombak laut sehingga lingkungan dan

ekosistem tetap terjaga kelestariannya.

Untuk itu kita sebagai generasi penerus , harus memahami betul antara

keseimbangan alam dengan lingkungannya . Kemudian menghargai , serta

melestarikan apa yang telah alam berikan untuk kita . Hidupilah budaya untuk

Page 34: laporan konservasi Pulau Rambut

melestarikan lingkungan , jadilah pemerhati lingkungan yang memanfaatkan sumber

daya alam secara bijaksana .

“Mulai dari sekarang. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari hal-hal yang kecil”

Page 35: laporan konservasi Pulau Rambut

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

file:///C:/Users/ASPIRE/Documents/Mangrove.htm

APIAPI%20BULU%20%28Avicennia%20rumphiana%29%20%C2%AB

%20Wannura.htm

http//:Bangau_Bluwok.html

http//:Burung Kepodang Si Pesolek Cantik _ Alamendah's Blog.htm