laporan kinerja direktorat perlindungan perkebunan …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakip...

33
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

Upload: hoangcong

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

LAPORAN KINERJA

DIREKTORAT PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN 2016

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2017

Page 2: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

i

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2016 disusun dalam rangka

pelaksanaan pertanggungjawaban Direktorat Perlindungan Perkebunan sesuai dengan

Tugas Pokok dan Fungsi seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian

Republik Indonesia No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.

Penyusunan Laporan Kinerja ini mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010

tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pertanian No. 31/Permentan/OT.140/3/2010,

tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian. Materi yang disajikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja

Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2016 ini merupakan kegiatan pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Direktorat Perlindungan Perkebunan secara garis besar.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh jajaran lingkup Direktorat

Perlindungan Perkebunan dan pihak terkait lainnya yang telah memberikan dukungan dan

kerjasamanya, sehingga tugas-tugas yang dibebankan kepada Direktorat Perlindungan

Perkebunan dapat diselesaikan dengan baik seperti tertuang pada Laporan Kinerja

DirektoratPerlindungan Perkebunan.

Kiranya laporan ini dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai

bahan untuk kelanjutan kegiatan di masa yang akan datang.

Jakarta, Januari 2017

Direktur,

Drs. Dudi Gunadi, BSc, MSi

Page 3: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagai penjabaran tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Perkebunan,

serta memperhatikan perubahan lingkungan strategis domestik maupun internasional,

Renstra Pembangunan Perkebunan dan Renstra Ditjen Perkebunan, maka dirumuskan Visi

Direktorat Perlindungan Perkebunan yaitu “Menjadikan Direktorat Perlindungan

Perkebunan sebagai institusi terdepan dalam memberikan layanan di bidang

perlindungan terhadap pekebun dari risiko kerugian akibat OPT dan dampak

perubahan iklim serta Gangguan Usaha Perkebunan”.

Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2015 – 2019

sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, maka

Direktorat Perlindungan Perkebunan mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Menurunkan risiko kerugian hasil akibat serangan OPT, dampak perubahan iklim dan

gangguan usaha

2) Melakukan pembinaan, bimbingan dan pendampingan kepada pekebun dalam

menerapkan teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT,

pencegahan kebakaran lahan dan kebun, penanganan DPI dan gangguan usaha

3) Fasilitasi kegiatan pemberdayaan perangkat dan pengamatan kelembagaan kelompok

tani perlindungan perkebunan (KTPA, SL-PHT, Regu Pengendali Hama dan Desa

Organik)

Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam rangka

mendukung pencapaian sasaran pembangungan perkebunan tahun 2015-2019 adalah :

Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran

Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak Perubahan Iklim dan Gangguan dan Konflik

Usaha Perkebunan. Sasaran tersebut dicapai melalui kegiatan Penanganan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan, Pemberdayaan Perangkat Perangkat

Perlindungan Perkebunan, Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Kesiapsiagaan

Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu

Perkebunan, Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan, Penangana Gangguan Usaha Perkebunan dan Fasilitasi Teknis Dukungan

Dukungan Perlindungan Perkebunan.

Pengukuran kinerja tahun 2016 untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan

diperoleh capaian realisasi keuangan 93,73% dan fisik 100%. Untuk kegiatan daerah yang

tersebar di 32 Provinsi, diperoleh capaian fisik sebesar 100% dengan realisasi keuangan

sebesar 93,57%, sedangkan untuk pengukuran kinerja lingkup Direktorat Perlindungan

Perkebunan tahun 2016, realisasi keuangan sebesar 96,24% dengan capaian fisik 100%.

Page 4: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

IKHTISAR EKSEKUTIF ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Organisasi 1

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 3

2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-

2019 3

2.1.1. Visi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 3

2.1.2. Misi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 3

2.1.3. Tujuan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 3

2.1.4. Sasaran Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 5

2.1.5. Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun

2015-2019 5

2.1.6. Program Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun

2015-2019 7

2.1.7. Fokus Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun

2015-2019 7

2.1.8. Strategi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 7

2.2 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 8

2.2.1. Program dan Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan 8

2.2.2. Sasaran Program dan Kegiatan Direktorat Perlindungan

Perkebunan 9

2.2.3. Tujuan Program dan Kegiatan Direktorat Perlindungan

Perkebunan 9

2.2.4. Perjanjian Kinerja 9

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 11

3.1. Pengukuran Kinerja 11

3.1.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Program Pembangunan

Direktorat Perlindungan Perkebunan 11

3.1.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Kegiatan Pembangunan

Direktorat Perlindungan Perkebunan 11

3.2. Evaluasi Kinerja Pembangunan Direktorat Perlindungan Perkebunan 12

3.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Program Nasional Direktorat

Perlindungan Perkebunan 12

3.2.2. Capaian Kinerja Terhadap Rencana Strategis Direktorat

Perlindungan Perkebunan 12

3.2.3. Capaian Kinerja Terhadap Rencana Kinerja Direktorat

Perlindungan Perkebunan 14

3.2.4. Capaian Kinerja Terhadap Perjanjian Kinerja Direktorat

Perlindungan Perkebunan 15

Page 5: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

iv

3.2.5. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Beberapa Tahun Sebelumnya

Direktorat Perlindungan Perkebunan 18

3.3. Akuntabilitas Keuangan 19

3.3.1. Akuntabilitas Terhadap Target Serapan Direktorat Perlindungan

Perkebunan 19

3.3.2. Akuntabilitas Terhadap Capaian Fisik Direktorat Perlindungan

Perkebunan 19

3.4. Permasalahan, Upaya Penyelesaian dan Rencana Aksi 21

3.4.1. Permasalahan, Hambatan dan Kendala 21

3.4.2. Upaya Tindak Lanjut 23

3.4.3. Rencana Aksi Tahun 2017 24

BAB IV. PENUTUP 25

4.1. Kesimpulan 25

4.2. Saran dan Rekomendasi 26

LAMPIRAN 27

Page 6: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : PK Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2016 10

Tabel 2 : PK Revisi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2016 10

Tabel 3 : Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun

2016 terhadap Rencana Strategis Direktorat Perlindungan

Perkebunan 13

Tabel 4 : Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun

2016 terhadap Rencana Kinerja Direktorat Perlindungan

Perkebunan 14

Tabel 5 : Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun

2016 terhadap Perjanjian Kinerja Direktorat Perlindungan

Perkebunan 15

Tabel 6 : Capaian Kinerja Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan

terhadap Capaian Beberapa Tahun Sebelumnya 18

Tabel 7 : Capaian Serapan Keuangan dan Fisik Kegiatan Dukungan

Perlindungan Perkebunan 20

Page 7: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Target Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan

2015 - 2019

27

Lampiran 2 : Rincian Realisasi Keuangan Direktorat Perlindungan

Perkebunan untuk Kegiatan Pusat dan Daerah

28

Page 8: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah,

maka diperlukan sistem akuntabilitas yang memadai. Penyusunan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Laporan ini disusun sesuai dengan

Instruksi Presiden RI No.77 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

dan dalam penyusunannya mengacu pada Pedoman Penyusunan dan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan

Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI No.239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret

2003 yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayaagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) No.29 Tahun 2010 tanggal 31

Desember 2010 dan Peraturan Menteri Negara Pendayaagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) No.53 Tahun 2014 tanggal 1 Desember 2014

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI 43/Permentan/OT.010/8/2015. Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Tugas Direktorat Perlindungan

Perkebunan adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang perlindungan perkebunan.

Sebagai acuan dalam pelaksananaan tugas direktorat dan arahan dalam

pengembangan perlindungan perkebunan adalah Rencana Strategis (Renstra) Direktorat

Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan analisis dan

pencermatan lingkungan strategis atas potensi, kelemahan, peluang dan tantangan terkini

yang dihadapi dalam peningkatan dukungan perlindungan selama kurun waktu 2010-2014.

Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan memberikan dukungan dan memfasilitasi

kegiatan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan,

Pemberdayaan Perangkat Perangkat Perlindungan Perkebunan, Antisipasi Dampak

Perubahan Iklim, Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Sekolah

Lapang Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan, Pembinaan dan Sertifikasi Desa

Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan, Penangana Gangguan Usaha

Perkebunan dan Fasilitasi Teknis Dukungan Dukungan Perlindungan Perkebunan.

1.2. Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.

43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pertanian telah ditetapkan bahwa unit kerja Eselon II lingkup Direktorat

Jenderal Perkebunan terdiri dari 6 (enam) unit yaitu: Sekretariat Direktorat Jenderal

Perkebunan, Direktorat Perbenihan Perkebunan, Direktorat Tanaman Semusim dan

Rempah, Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, Direktorat Perlindungan Perkebunan

serta Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.

Page 9: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

2

Organisasi Direktorat Perlindungan Perkebunan terbagi dalam 4 (empat) Sub

Direktorat dan delapan Seksi, Sub Bagian Tata Usaha serta Kelompok Jabatan Fungsional

yaitu :

1) Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT, membawahi Seksi Data

dan Informasi OPT sertaSeksi Kelembagaan Pengendalian OPT;

2) Sub Direktorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman

Semusim dan Rempah, membawahi Seksi Teknologi PHT serta Seksi Sarana

Pengendalian OPT;

3) Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar, membawahi

Seksi Teknologi PHT serta Seksi Sarana Pengendalian OPT;

4) Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan

Kebakaran, membawahi Seksi Gangguan Usaha dan Pencegahan Kebakaran dan

Seksi Dampak Perubahan Iklim;

5) Sub Bagian Tata Usaha;

6) Kelompok Jabatan Fungsional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/OT.010/8/2015, tugas

Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah “melaksanakan penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan

perkebunan”.

Dalam melaksanakan tugas di atas, Direktorat Perlindungan Perkebunan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1) Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu tumbuhan;

2) Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

3) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu

tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta

penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan

kebakaran;

4) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan

gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;

5) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan

penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan

pencegahan kebakaran;

6) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan

penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan

pencegahan kebakaran;

7) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan

penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan

pencegahan kebakaran; dan

8) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Page 10: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

3

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

disusun berdasarkan analisis dan pencermatan lingkungan strategis atas potensi,

kelemahan, peluang dan tantangan terkini yang dihadapi dalam peningkatan dukungan

perlindungan selama kurun waktu 2015-2019. Renstra Direktorat Perlindungan

Perkebunan memberikan dukungan dan memfasilitasi kegiatan Penanganan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan, Pemberdayaan Perangkat Perangkat

Perlindungan Perkebunan, Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Kesiapsiagaan

Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu

Perkebunan, Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan, Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan, dan Fasilitasi Teknis Dukungan

Perlindungan Perkebunan.

2.1.1. Visi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Sebagai penjabaran tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Perkebunan,

serta memperhatikan perubahan lingkungan strategis domestik maupun internasional dan

Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan 2015- 2019 maka dirumuskan visi Direktorat

Perlindungan Perkebunan yaitu “Menjadikan Direktorat Perlindungan Perkebunan

sebagai institusi terdepan dalam memberikan layanan di bidang perlindun gan terhadap

pekebun dari risiko kerugian akibat OPT dan dampak perubahan iklim serta Gangguan

Usaha Perkebunan”.

2.1.2. Misi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Mengacu pada misi Direktorat Jenderal Perkebunan, maka misi Direktorat

Perlindungan Perkebunan adalah sebagai berikut :

1) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan dampak perubahan

iklim serta gangguan usaha yang terpadu terintegrasi dan berkelanjutan;

2) Mendorong upaya pemberdayaan perangkat perlindungan dalam perendalian OPT dan

penanganan OPT:

3) Memfasilitasi penyediaan teknologi spesifik lokasi dalam pengendalian OPT dan

penanganan DPI;

4) Mewujudkan sumber daya manusia perlindungan yang handal;

5) Mewujudkan sistem perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan SL-PHT dan

desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan;

6) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas di bidang perlindungan perkebunan.

2.1.3. Tujuan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan pembangunan

pertanian 2015-2019 pada periode jangka menengah tahun 2015-2019, maka Direktorat

Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam

pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang akan dicapai sesuai dengan penetapan

visi, misi serta tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut :

Page 11: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

4

1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui rehabilitasi,

intensifikasi, ekstensifikasi dan diversivikasi yang didukung oleh penyediaan benih

unggul, bermutu dan bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin pertanian/

pengolahan/pascapanen serta pembangunan kebun sumber benih tanaman

perkebunan.

2) Memberikan pelayanan perencanaaan, program, anggaran, kerjasama teknis,

administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, hukum,

humas, administrasi perkantoran, evaluasi pelaksanaan kegiatan, layanan rekomendasi

teknis dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas.

3) Memfasilitasi penyediaan/pengadaan alat pascapanen dan alat pengolahan tanaman

semusim dan rempah serta tanaman tahunan dan penyegar yang spesifik lokasi dan

fungsi yang didukung penyediaan teknologi berkualitas dan aplikatif bagi pekebun.

4) Melakukan upaya strategis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha

perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha perkebunan, penilaian usaha perkebunan

serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik

perkebunan.

5) Memfasilitasi ketersediaan teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan,

pemantauan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pencegahan

kebakaran lahan/kebun dan penanganan dampak perubahan iklim;

6) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada lahan-lahan

eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan lokal, kebutuhan

pengembangan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan melalui pendekatan

kawasan yang terintegrasi antar sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi,

agroekosistem, sosial, pasar dan pengembangan/potensi berkelanjutan;

7) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan

kelompok petani tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar

melalui pelatihan penumbuhan kebersamaan/dinamika kelompok, pelatihan penguatan

kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana

prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan serta

kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.

8) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada pekebun dalam

mendorong usaha agribisnis perkebunan dibudidayakan melalui sistem budidaya

perkebunan yang baik, berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama

dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida).

9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-energy, sistem

pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman perkebunan dalam mendukung

pengembangan sistem pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste

management.

10) Melakukan upaya dalam memfasilitasi pengembangan pemasaran produk unggulan

perkebunan yang meliputi bidang informasi, pemantauan dan stabilitas harga, sarana

dan kelembagaan pasar, jaringan pemasaran, analisis dan pengembangan ekspor,

pemasaran bilateral/regional/multilateral dan kerjasama komoditas.

Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2015-2019

sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, maka

Direktorat Perlindungan Perkebunan mempunyai tujuan yaitu:

1) Menurunkan risiko kerugian hasil akibat serangan OPT, dampak perubahan iklim dan

gangguan usaha

Page 12: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

5

2) Melakukan pembinaan, bimbingan dan pendampingan kepada pekebun dalam

menerapkan teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT,

pencegahan kebakaran lahan dan kebun, penanganan DPI dan gangguan usaha

3) Fasilitasi kegiatan pemberdayaan perangkat dan pengamatan kelembagaan kelompok

tani perlindungan perkebunan (KTPA, SL-PHT, Regu Pengendali Hama dan Desa

Organik)

2.1.4. Sasaran Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Sasaran strategis utama Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 adalah :

1) Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi gula

nasional;

2) Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam

mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan yang difokuskan pada pengembangan

produk segar dan olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan;

3) Pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem

pertanian bio-industry dengan fokus pengembangan komoditas kelapa sawit baik

melalui kegiatan budidaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas

maupun melalui kegiatan integrasi tanaman perkebunan dengan ternak dan tumpang

sari dengan komoditas pertanian lainnya serta penyediaan benih kemiri sunan.

Adapun sasaran strategis pendukung Ditjen. Perkebunan tahun 2015 – 2019 adalah:

1) Peningkatan kualitas sumber daya insani perkebunan;

2) Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan;

3) Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik dengan menerapkan prinsip

keterbukaan, akubtabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan,

integritas/komitmen, kejujuran, konsistensi dan bebas KKN di lingkungan organisasi

Ditjen. Perkebunan; dan

4) Peningkatan pendapatan keluarga pekebunn yang merupakan resultan dari pencapaian

sasaran strategis lainnya.

Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam rangka

mendukung pencapaian sasaran pembangungan perkebunan tahun 2015-2019 adalah :

Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran

Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak Perubahan Iklim dan Gangguan dan Konflik

Usaha Perkebunan. Sasaran tersebut akan dicapai melalui :

1) Penanganan OPT perkebunan berbasis pada penerapan PHT di tingkat petani

2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan dalam rangka penerapan PHT

3) Penanganan DPI melalui mitigasi dan adaptasi

4) Peningkatan kapasitas dalam pengendalian OPT dan kesiapsiagaan dalam pencegahan

kebakaran lahan dan kebun, serta gangguan usaha

5) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan

2.1.5. Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Arah kebijakan Umum Perlindungan Perkebunan tahun 2015-2019 meliputi :

1) Budidaya tanaman sehat

Page 13: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

6

2) Perlindungan Tanaman Perkebunan dilakukan melalui pemantauan, pengamatan dan

Pengendalian OPT

3) Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT),

yaitu memadukan semua cara dan teknis pengendalian OPT secara kompatibel dengan

mempergunakan bahan dan cara pengendalian yang aman dan ramah lingkungan

4) Pemantauan, Pengamatan dan Pengendalian OPT dilakukan dengan cara peningkatan

sarana dan prasarana perlindungan, (LL/UPTD Perlindungan , Sub LAB, LUPH, LAP,

UPPT, Brigade Proteksi, Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun UPT

Perlindungan Pusat) peningkatan SDM Perlindungan (POPT/Pengamat Hama

Penyakit dan Petani Pengamat Hama dan penyakit Perkebunan)

5) Peningkatan kemampuan mitigasi dan adaptasi dalam rangka menurunkan resiko

kegagalan produksi akibat dari faktor-faktor iklim

6) Peningkatan kemampuan dalam menangani kebakaran lahan kebun

7) Peningkatan kemampuan dalam menangani gangguan usaha dan konflik perkebunan

8) Peningkatan kemampuan UPT Pusat sebagai Balai rujukan regional dalam identifikasi

OPT, penelusuran residu pestisida, pengembangan pengendali hayati dan penghasil

rakitan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi

Arah Kebijakan Khusus Perlindungan Perkebunan adalah:

1) Pemantauan dan pengamatan diprioritaskan pada OPT utama komoditas tanaman

perkebunan unggulan nasional;

2) Pengendalian OPT dilakukan pada tanaman dengan intesitas serangan ringan/atau

secara ekonomis masih menguntungkan jika dikendalikan

3) Pengendalian pada OPT yang bersifat eksplosif atau pada sumber-sumber serangan

sesuai dengan kemampuan, menjadi tanggung jawab pemerintah bersama sama

dengan masyarakat

4) Pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida kimia merupakan pilihan terakhir

dan berdasarkan pada hasil pengamatan dan analisa ekosistem

5) Penggunaan Musuh Alami dan APH menjadi pilihan utama dalam mengendalikan

OPT.

6) APH yang digunakan harus yg telah berijin dan terdaftar di komisi pestisida;

penggunaan APH yang belum terdaftar dapat dipergunakan dalam skala terbatas

seperti Percobaan, Demplot dan Demfarm

7) Mendorong pengembangan dan perakitan teknologi spesifik lokasi oleh UPTP

perlindungan dan UPTD Perlindungan

8) Mendorong UPT Pusat untuk mampu memiliki APH yang terdaftar

9) Pembinaan perangkat perlindungan di prioritaskan pada peningkatan kemampuan

dalam menyediakan standar pelayanan minimum dalam bidang perlindungan

(teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi, pengembangan dan penyediaan MA dan

APH, pengendalian OPT yang bersifat eksposif, pengembangan dan penerapan

mitigasi dan adaptasi iklim serta penanganan kebakaran lahan dan kebun)

10) Pembinaan SDM petani perkebunan dilakukan melalui kegiatan SL-PHT dengan

memperhatikan keterlibatn gender minimum sebesar 25 persen dan Pembentukan

Kelompok Tani Perduli Api (KTPA)

11) Pemantauan Hot Spot diprioritaskan pada provinsi/kabupten rawan kebakaran

12) Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim dilaksanakan pada provinsi/

kabupaten/kota sentra perkebunan rawan kekeringan semaksimal mungkin

memanfaatkan APBD

Page 14: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

7

13) Penyediaan Standar pelayanan minimum pengendalian OPT dan penanganan

kebakaran lahan dan kebun

2.1.6. Program Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Untuk mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Perlindungan

Perkebunan mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yaitu “Dukungan

Perlindungan Perkebunan”

2.1.7. Fokus Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Fokus kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan adalah :

1) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan;

2) Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan;

3) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim;

4) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun;

5) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Perkebunan;

6) Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan;

7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan;

8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan.

2.1.8. Strategi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019

Memperhatikan strategi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 maka

strategi yang akan ditempuh Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah :

1) Fasilitasi Peningkatan kemampuan Teknis Petugas dan Petani melalui magang petugas

dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).

2) Fasilitasi Peningkatan sistem pengamatan, pemantauan, dan pengendalian OPT

melalui Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT dan Penanganan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan.

3) Fasilitasi antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran lahan dan

kebun melalui Fasilitasi kesiapsigaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun,

mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim, dan Operasional Brigade Pencegahan

kebakaran lahan dan kebun

4) Pemantapan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan dengan Puslit/Balit,

Perguruan Tinggi, BBPPTP, BPTP, UPTD, Dinas Perkebunan, dan pihak terkait

lainnya melalui Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan;

5) Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan melalui fasilitasi,

inventarisasi serta penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan dan

pertemuan koordinasi/rapat fasilitasi penanganan gangguan usaha perkebunan

6) Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan melalui

Pembinaan dan sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan

7) Penguatan sistem perlindungan perkebunan melalui Koordinasi pelaksanaan

Dukungan Perlindungan Perkebunan

Page 15: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

8

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016

Rencana Kinerja Tahunan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2016 secara

detail meliputi sasaran, indikator kinerja dan target dapat dilihat pada Formulir RKT

berikut :

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

Unit Organisasi Eselon II : Direktorat Perilndungan Perkebunan

Tahun : 2016

Sasaran Indikator Kerja Target

1 Penurunan Luas Areal

Serangan OPT

2 Peningkatan penanganan

kebakaran lahan dan kebun

serta dampak perubahan iklim

3 Pembinaan dan Sertifikasi

Desa Pertanian Organik

Berbasis Komoditi Perkebunan

4 Peningkatan penanganan

gangguan usaha perkebunan

1 Pemberdayaan Perangkat 77 Unit

2 Sekolah Lapang Pengendalian

Hama Terpadu

93 KT

3 Penanganan Organisme Pengganggu

(OPT) Tanaman perkebunan

11.469 Ha

4 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 94 KT

5 Kesiapsiagaan pencegahan

kebakaran lahan dan kebun

26 dokumen

6 Penanganan Gangguan Usaha

perkebunan

42 kasus

6 Pemberdayaan Petugas Pengamat

OPT

995 Orang

7 Sertifikasi Desa Pertanian Organik

Berbasis Komoditi Perkebunan

150 Desa

8 Koordinasi pelaksanaan Dukungan

Perlindungan perkebunan

12 Bulan

2.2.1. Program dan Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2016

Program pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung jawab

Direktorat Jenderal Perkebunan adalah “peningkatan produksi komoditas perkebunan

berkelanjutan” dengan 2 Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu 1) Rata-rata Pertumbuhan

Produksi Tanaman Tebu dan 2) Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan

Unggulan Lainnya.

Page 16: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

9

Untuk mencapai proyeksi tersebut, program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun

2015-2019 lebih diprioritaskan untuk produksi dan produktivitas tanaman unggulan

perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang

didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan petani dan penguatan

kelembagaan, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen,

pengolahan, standarisasi mutu, fasilitasi pemasaran, pembinaan usaha dan perlindungan

perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas

Dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-

2019, maka kegiatan yang menjadi tanggungjawab Direktorat Perlindungan Perkebunan

adalah Dukungan Perlindungan Perkebunan.

2.2.2. Sasaran Program dan Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan

Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam rangka

mendukung pencapaian sasaran pembangungan perkebunan tahun 2015-2019 adalah :

Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran

Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak Perubahan Iklim dan Gangguan dan Konflik

Usaha Perkebunan.

Sasaran tersebut akan dicapai melalui :

1) Penanganan OPT perkebunan berbasis pada penerapan PHT di tingkat petani

2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan dalam rangka penerapan PHT

3) Penanganan DPI melalui mitigasi dan adaptasi

4) Peningkatan kapasitas dalam pengendalian OPT dan kesiapsiagaan dalam pencegahan

kebakaran lahan dan kebun, serta gangguan usaha

5) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan

2.2.3. Tujuan Program dan Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun

2016

Tujuan Program dan Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan yaitu:

1) Menurunkan risiko kerugian hasil akibat serangan OPT, dampak perubahan iklim dan

gangguan usaha

2) Melakukan pembinaan, bimbingan dan pendampingan kepada pekebun dalam

menerapkan teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT,

pencegahan kebakaran lahan dan kebun, penanganan DPI dan gangguan usaha

3) Fasilitasi kegiatan pemberdayaan perangkat dan pengamatan kelembagaan kelompok

tani perlindungan perkebunan (KTPA, SL-PHT, Regu Pengendali Hama dan Desa

Organik)

2.2.4. Perjanjian Kinerja

Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan

kinerja/kesepakatan kinerja/Penetapan Kinerja antara atasan dengan bawahan untuk

mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya yang tersedia melalui

target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya

berupa hasil (outcome) dan keluaran (output).

Penyusunan penetapan kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2016

berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2016 yang disusun setelah DIPA

Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2016 dengan mengikuti

Page 17: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

10

format sesuai Pedoman Permen-PAN dan RB No. 29 Tahun 2010 dan Permen-PAN dan

RB No. 53 Tahun 2014. Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan

ditandatangani oleh Direktur Perlindungan Perkebunan dan Direktur Jenderal Perkebunan

pada bulan Maret 2015.

Dukungan Perlindungan Perkebunan mendapat alokasi anggaran APBN tahun 2016

sebesar Rp.110.257.805.000,-. Namun pada tahun 2016 terjadi beberapa kali revisi

sehingga anggaran Dukungan Perlindungan Perkebunan menjadi Rp. 105.176.589.000,-

Anggaran tersebut untuk mendukung kegiatan Perlindungan Perkebunan di pusat dan

daerah yaitu Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan, Pemberdayaan Petugas

Pengamat, Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran

Lahan dan Kebun, SLPHT, Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan,

Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan dan

Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan.

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam

Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Perlindungan Tahun 2016 (Tabel 1.) dan PK revisi

(Tabel 2.)

Tabel 1. PK Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2016

Tabel 2. PK Revisi Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2016

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Komponen Kegiatan Target

1 Menurunnya luas

areal yang

terserang OPT dan

terfasilitasinya

pencegahan

kebakaran lahan

dan kebun,

bencana alam serta

dampak perubahan

iklim

1 Penanganan organisme pengganggu tanaman perkebunan 7.809 Ha

2 Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan 76 unit

3 Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT 995 orang

4 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 31 KT

5 Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun 18 dok

6 SLPHT Tanaman Perkebunan 87 KT

7 Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 20 kasus

8 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik

berbasis komoditas perkebunan

125 Desa

9 Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan 12 bulan

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Komponen Kegiatan Target

1 Menurunnya luas

areal yang

terserang OPT dan

terfasilitasinya

pencegahan

kebakaran lahan

dan kebun,

bencana alam serta

dampak perubahan

iklim

1 Penanganan organisme pengganggu tanaman perkebunan 6.859 Ha

2 Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan 76 unit

3 Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT 995 orang

4 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 29 KT

5 Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun 18 dok

6 SLPHT Tanaman Perkebunan 87 KT

7 Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 20 kasus

8 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik

berbasis komoditas perkebunan

120 Desa

9 Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan 12 bulan

Page 18: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

11

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Pengukuran Kinerja

Setiap akhir tahun anggaran dan berakhirnya kegiatan, Direktorat Perlindungan

Perkebunan melakukan “pengukuran kinerja”. Pengukuran pencapaian target kinerja

dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja dengan

menggunakan format pengukuran kinerja yang ditetapkan dalam Permen-PAN dan RB

Nomor 53 Tahun 2014.

3.1.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Program Pembangunan Direktorat

Perlindungan Perkebunan

Dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-

2019, maka kegiatan yang menjadi tanggungjawab Direktorat Perlindungan Perkebunan

adalah Dukungan Perlindungan Perkebunan. Pengukuran Kinerja Kegiatan Dukungan

Perlindungan Perkebunan dengan target seperti yang tercantum dalam Renstra 2015-2019,

Penetapan Kinerja 2016 dan RKT 2016.

3.1.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Kegiatan Pembangunan Direktorat

Perlindungan Perkebunan

Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam rangka

mendukung pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 adalah :

Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan

Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak Perubahan Iklim dan

Gangguan Usaha Perkebunan. Sasaran tersebut dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

1) Penanganan OPT perkebunan berbasis pada penerapan PHT di tingkat petani. Pada

tahun 2016 dialokasikan kegiatan Penanganan OPT berupa pengendalian OPT pada

komoditas kelapa, karet, kakao, tebu, tembakau dan nilam seluas 6.869 Ha dan

terealisasi 100%

2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan dalam rangka penerapan PHT.

Sasaran ini dicapai melalui kegiatan operasional bagi perangkat perangkat

perlindungan di daerah yaitu laboratoriun lapangan, sub laboratorium hayati,

laboratorium utama pengendalian hayati dan brigade proteksi tanaman perkebunan

yang seluruhnya berjumlah 76 unit dan terealisasi seluruhnya (100%)

3) Penanganan DPI melalui mitigasi dan adaptasi. Sasaran ini dicapai melalui kegiatan

Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim pada 9 kelompok tani di 9 provinsi dan

kegiatan pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan

kopi rakyat di 6 provinsi 6 kelompok tani. Kegiatan terealisasi 100%.

4) Peningkatan kapasitas dalam pengendalian OPT dan kesiapsiagaan dalam pencegahan

kebakaran lahan dan kebun, serta gangguan usaha

Peningkatan kapasitas dalam pengendalian OPT dilaksanakan melalui kegiatan

SLPHT dan Pemberdayaan petugas pengamat. SLPHT pada 2016 dilaksanakan pada

87 kelompok tani di 16 provinsi dan terealisasi 100%.

Page 19: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

12

Kesiapsiagaan dalam pencegahan kebakaran lahan dan kebun dilaksanakan melalui itu

4 (empat) kegiatan yaitu:

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta bencana alam di

9 (Sembilan) provinsi terealisasi 100%.

b. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun di 4 provinsi terealisasi

100%.

c. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian Kebakaran

lahan dan kebun pada 15 KT di 6 (enam) provinsi terealiasi 100%.

d. Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun 55 unit di 7

(tujuh) provinsi dan terealisasi 100%.

5) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan.

Sasaran kegiatan ini adalah terbangunnya kemandirian dalam penyediaan input

produksi berbahan organik dan terbangunnya sistem pertanian organik di 150 desa

yang siap disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) yang terakreditasi

sampai dengan tahun 2019. Karena adanya pemotongan anggaran maka target 150

desa turun menjadi 120 desa di 21 provinsi dan terealisasi 100%.

3.2. Evaluasi Kinerja Pembangunan Direktorat Perlindungan Perkebunan

3.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Program Nasional Direktorat Perlindungan

Perkebunan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan Perlindungan merupakan

dukungan terhadap Program Direktorat Jenderal Perkebunan. Namun demikian salah satu

kegiatan yang dilaksanakan menjadi agenda prioritas Nawacita 2015-2019 yaitu

Pengembangan 1.000 desa pertanian organik sebagaimana tercantum dalam RPJMN

Kementerian Pertanian 2015-2019. Direktorat Perlindungan Perkebunan mendapat amanat

untuk melaksanakan kegiatan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah pembinaan dan sertifikasi desa

pertanian organik berbasis komoditas perkebunan dengan target 150 desa. Tahapan dalam

pelaksanaannya adalah: penetapan CP/CL pada tahun 2015; tahapan inisiasi berupa

sosialisasi dan pengadaan input/sarana prasarana produksi pada tahun 2016; penyiapan

dokumen, persiapan sertifikasi, sertifikasi produk, apresiasi produk organik pada tahun

2017 s.d 2019.

Pada tahun 2016 setelah adanya revisi pemotongan anggaran target desa pertanian

organik menjadi 120 desa di 19 provinsi dan terealisasi seluruhnya (100%).

3.2.2. Capaian Kinerja Terhadap Rencana Strategis Direktorat Perlindungan

Perkebunan

Capaian kinerja kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2016 terhadap

target dalam Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan 2015-2019 disajikan

pada Tabel 3.

Page 20: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

13

Tabel 3. Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2016 Terhadap

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan

No. Output/Komponen Target

Renstra 2016

Realisasi

2016

%

1. Penanganan Organisme Pengganggu

Tanaman Perkebunan 11.459 ha 6.895 Ha 60,17

2. Pemberdayaan perangkat

Perlindungan Perkebunan

77 Unit 76 unit 98,70

3. Pemberdayaan petugas pengamat

OPT (Insentif Petugas Hama dan

Penyakit)

995 orang 995 0rang 100

4. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 94 KT 29 KT 30,85

a. Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Rangka Pencegahan dan

Pengendalian Kebakaran;

70 KT 15 KT 21,43

b. Mitigasi dan adaptasi Perubahan

Iklim. 12 KT 9 KT 75,00

c.

Pengembangan model perkebunan

rendah emisi karbon pada

perkebunan

11 KT 5 KT 45,45

5. Kesiapsiagaan Pencegahan

Kebakaran Lahan dan Kebun

(Dokumen/provinsi)

26 Dok/Prov 20 Dok/Prov 76,92

a. Fasilitasi pemantauan kebakaran dan

dampak perubahan iklim dan

bencana alam;

9 Dok/Provi 9 Dok/Prov 100

b. Apel siaga penanggulangan

kebakaran lahan dan

kebun/Pertemuan koordinasi

4 Dok/Prov 4 Dok/Prov 100

c. Operasional Brigade Pencegahan

Kebakaran 13 Dok/Prov 7 Dok/Prov 53,85

6. Sekolah Lapang Pengendalian Hama

Terpadu (SL-PHT) Tanaman

Perkebunan (KT)

93 KT 87 KT 93,55

7. Penanganan Gangguan usaha dan

konflik perkebunan (kasus) 42 kasus 2 kasus 4,76

8. Pembinaan dan Sertifikasi Desa

Pertanian Organik Berbasis Komoditi

Perkebunan

150 Desa 120 Desa 80,00

9. Fasilitasi Teknis Dukungan

Perlindungan Perkebunan 12 bulan 12 bulan 100

Capaian kinerja kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan berdasarkan target

Renstra 2015-2019 untuk 9 kegiatan, 2 (dua) kegiatan mencapai 100% yaitu

Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT dan Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan

Perkebunan. Capaian kinerja kegiatan lainnya tidak mencapai 100% dikarenakan

menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia di tahun 2016. Realisasi terendah yaitu

4,76% pada kegiatan Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Usaha Perkebunan

yaitu dari target 42 kasus hanya terealisasi 2 kasus. Kecilnya capaian kinerja ini

Page 21: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

14

disebabkan adanya pengurangan kualitas kegiatan Penanganan Gangguan Usaha dan

Konflik Usaha Perkebunan.

3.2.3. Capaian Kinerja Terhadap Rencana Kinerja Direktorat Perlindungan

Perkebunan

Capaian kinerja kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2016 terhadap

Rencana Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2016 terhadap

Rencana Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan

No. Output/Komponen Target RKT

2016

Realisasi

2016

%

1. Penanganan Organisme Pengganggu

Tanaman Perkebunan 11.459 ha 6.895 Ha 60,17

2. Pemberdayaan perangkat

Perlindungan Perkebunan

77 Unit 76 unit 98,70

3. Pemberdayaan petugas pengamat

OPT (Insentif Petugas Hama dan

Penyakit)

995 orang 995 0rang 100

4. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 94 KT 29 KT 30,85

a. Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Rangka Pencegahan dan

Pengendalian Kebakaran;

70 KT 15 KT 21,43

b. Mitigasi dan adaptasi Perubahan

Iklim. 12 KT 9 KT 75,00

c.

Pengembangan model perkebunan

rendah emisi karbon pada

perkebunan

11 KT 5 KT 45,45

5. Kesiapsiagaan Pencegahan

Kebakaran Lahan dan Kebun

(Dokumen/provinsi)

26 Dok/Prov 20 Dok/Prov 76,92

a. Fasilitasi pemantauan kebakaran dan

dampak perubahan iklim dan

bencana alam;

9 Dok/Provi 9 Dok/Prov 100

b. Apel siaga penanggulangan

kebakaran lahan dan

kebun/Pertemuan koordinasi

4 Dok/Prov 4 Dok/Prov 100

c. Operasional Brigade Pencegahan

Kebakaran 13 Dok/Prov 7 Dok/Prov 53,85

6. Sekolah Lapang Pengendalian Hama

Terpadu (SL-PHT) Tanaman

Perkebunan (KT)

93 KT 87 KT 93,55

7. Penanganan Gangguan usaha dan

konflik perkebunan (kasus) 42 kasus 2 kasus 4,76

8. Pembinaan dan Sertifikasi Desa

Pertanian Organik Berbasis Komoditi

Perkebunan

150 Desa 120 Desa 80,00

9. Fasilitasi Teknis Dukungan

Perlindungan Perkebunan

12 bulan 12 bulan 100

Page 22: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

15

Karena RKT 2016 disusun di awal tahun anggaran dan target kegiatannya diambil

dari target Renstra 2015-2016 maka capaian kinerja terhadap rencana kinerja sama dengan

capaian kinerja terhadap Renstra.

3.2.4. Capaian Kinerja Terhadap Perjanjian Kinerja Direktorat Perlindungan

Perkebunan

Capaian kinerja kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2016 terhadap

Perjanjian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2016 disajikan pada Tabel

5.

Tabel 5. Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2016 terhadap

Perjanjian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan

Rincian capaian kinerja terhadap perjanjian kinerja diuraikan sebagai berikut :

1) Penanganan OPT Tanaman Perkebunan dengan target 6.859 Ha untuk 6 komoditas

secara keseluruhan terealisasi 100% dengan rincian sebagai berikut :

a. Pengendalian OPT Kelapa seluas 2.200 Ha terealisasi 2.200 Ha (100%). Kegiatan

ini dilaksanakan di 6 provinsi yaitu Sulawesi Utara (650 Ha), Sulawesi Tengah

(500 Ha), Nusa Tenggara Barat (100 Ha), DIY (50 Ha), Kalimantan Barat (200 Ha)

dan Maluku Utara (700 Ha).

b. Pengendalian OPT Karet seluas 600 Ha terealisasi 600 Ha (100%). Kegiatan

dilaksanakan di 6 provinsi yaitu Jawa Barat (100 Ha), Sumatera Barat (100 Ha),

Riau (100 Ha), Jambi (100 Ha), Kalimantan Barat (100 Ha) dan Banten (100 Ha).

c. Pengendalian OPT Kakao seluas 2.600 Ha terealisasi 2.600 Ha (100%). Kegiatan

dilaksanakan di 7 provinsi yaitu Aceh (150 Ha), Sumatera Barat (50 Ha), Sulawesi

Tenggara (1.025 Ha), Bali (100 Ha), Nusa Tenggara Barat (225 Ha), Nusa

Tenggara Timur (50 Ha), dan Sulawesi Barat (1.000 Ha).

d. Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Karet seluas 40 Ha terealisasi 40 Ha

(100%). Kegiatan dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat (10 Ha), Riau (10

Ha), Sumatera Selatan (10 Ha), dan Kalimantan Barat (10 Ha).

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

PK

Sebelum

Revisi

Target

Setelah

Revisi

Realisasi %

1 Menurunnya luas

areal yang

terserang OPT dan

terfasilitasinya

pencegahan

kebakaran lahan

dan kebun,

bencana alam serta

dampak perubahan

iklim

1 Penanganan organisme

pengganggu tanaman perkebunan

7.809 Ha 6.859 Ha 6.859 Ha 100

2 Pemberdayaan Perangkat

Perlindungan Perkebunan

76 unit 76 unit 76 unit 100

3 Pemberdayaan Petugas Pengamat

OPT

995 orang 995 orang 995 orang 100

4 Antisipasi Dampak Perubahan

Iklim

31 KT 29 KT 29 KT 100

5 Kesiapsiagaan Pencegahan

Kebakaran Lahan dan Kebun

18 dok 18 dok 18 dok 100

6 SLPHT Tanaman Perkebunan 87 KT 87KT 87 KT 100

7 Penanganan gangguan usaha dan

konflik perkebunan

20 kasus 2 kasus 2 kasus 100

8 Pembinaan dan sertifikasi desa

pertanian organik berbasis

komoditas perkebunan

125 Desa 120 desa 120 desa 100

9 Fasilitasi teknis dukungan

perlindungan perkebunan

12 bulan 12 bulan 12 bulan 100

Page 23: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

16

e. Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Kakao dilaksanakan di satu provinsi yaitu

Provinsi Bali seluas 10 Ha terealisasi 10 Ha (100%).

f. Pengendalian OPT Tanaman Tebu seluas 1.194 Ha terealisasi 1.194 Ha (100%).

Kegiatan dilaksanakan di 7 provinsi yaitu Jawa Barat (150 Ha), Jawa Tengah (254

Ha), Jawa Timur (400 Ha), Lampung (100 Ha), Sulawesi Selatan (140 Ha),

Gorontalo (100 Ha), dan DIY (50 Ha).

g. Demfarm Pengendalian OPT Tebu dilaksanakan di satu provinsi yaitu Provinsi

Jawa Tengah dengan luas 5 Ha terealisasi 5 Ha (100%).

h. Pengendalian OPT Tanaman Tembakau seluas 200 Ha terealisasi 200 Ha (100%).

Kegiatan dilaksanakan di 3 provinsi yaitu Jawa Tengah (120 Ha), Bali (30 Ha), dan

Nusa Tenggara Barat (50 Ha).

i. Demplot Pengendalian OPT Nilam dilaksanakan di satu provinsi yaitu Provinsi

Sulawesi Tenggara seluas 10 Ha terealisasi 10 Ha (100%).

2) Pemberdayaan Perangkat Perlindungan secara keseluruhan mencapai 100%, yang

terdiri dari :

a. Operasional Laboratorium Lapangan dari target 27 unit terealisasi 27 unit atau

mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

DIY, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB, NTT (2 Unit),

Papua, Bengkulu, Banten, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo, Papua Barat

dan Sulawesi Barat.

b. Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH) dari target 4 unit

terealisasi 4 unit atau mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi

Lampung, Bali, Sulawesi Utara dan Maluku Utara.

c. Operasional Sub Lab Hayati dari target 13 unit terealisasi 13 unit atau mencapai

100%. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah, DIY, Riau, Jambi,

Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT (2

unit), Papua dan Bangka Belitung.

d. Operasional Brigade Proteksi Tanaman dari target 32 unit terealisasi 32 unit atau

mencapai 100%. Kegiatan ini dialokasikan ke Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

DIY, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,

Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, Bali, NTB, NTT, Papua, Bengkulu, Banten, Bangka Belitung,

Gorontalo, Kepulauan Riau, Papua Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku

dan Jawa Timur.

3) Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT

Kegiatan pemberdayaan petugas pengamat OPT berupa insentif kepada petugas

pengamat dari target 995 orang terealisasi 995 orang atau mencapai 100%.

Kegiatan ini dilaksanakan di 28 provinsi.

4) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

Terdiri dari 3 kegiatan :

a. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dari target 9 KT terealisasi 9 KT atau

mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan untuk 1 KT di masing-masing

provinsi yaitu Jawa Tengah, DIY, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali, NTB,

NTT, Banten dan Gorontalo

Page 24: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

17

b. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon dari target 5 KT

terealisasi 5 KT atau mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan untuk 1 KT di

masing-masing provinsi yaitu Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,

Bali, NTB, NTT.

c. Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian

Kebakaran Lahan Kebun dari target 15 KT terealisasi 15 KT (100%). Kegiatan

ini dilaksanakan di Provinsi Riau (2 KT), Jambi (3 KT), Sumatera Selatan (15

KT), Kalimantan Selatan (3 KT) dan Kalimantan Barat (3 KT), Kalimantan

Tengah (3 KT) dan Kalimantan Selatan (1 KT).

5) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun :

Terdiri dari 3 kegiatan yaitu :

a. Fasilitasi pemantauan kebakaran dampak perubahan iklim dan bencana alam

dari target 9 dokumen terealisasi 9 dokumen (100%). Kegiatan ini dilaksanakan

di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan

Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

b. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun terealisasi 4 dokumen

(100%) dari target 4 dokumen. Kegiatan ini dialokasikan di 4 provinsi yaitu

Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan

Selatan.

c. Operasional Brigade Proteksi Tanaman dari target 7 dokumen di 7 provinsi

realisasi mencapai 100%. Kegiatan ini dialokasikan untuk 56 unit brigade

proteksi tanaman di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

6) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Perkebunan.

SL-PHT Tanaman Perkebunan dari target 87 kelompok tani terealisasi 87

kelompok tani atau mencapai 100%. SLPHT dilaksanakan di 16 provinsi yaitu

Aceh (4 KT), Lampung (2 KT), Banten (2 KT), DIY (6 KT), Jawa Timur (2 KT),

Bali (3 KT), NTB (4 KT), NTT (2 KT), Gorontalo (2 KT), Sulawesi Tengah (10

KT), Sulawesi Tenggara (16 KT), Sulawesi Barat (8 KT), Sulawesi Selatan (18

KT), Sumatera Barat (4 KT), Papua (2 KT) dan Bengkulu (2 KT).

7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Usaha Perkebunan.

Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Usaha Perkebunan terdiri dari 2

kegiatan yaitu:

a. Fasilitasi, Inventarisasi dan Identifikasi serta penanganan kasus gangguan usaha

dan konflik perkebunan di 20 provinsi dan terealisasi seluruhnya (100%)

kegiatan ini dilaksanakan di provinsi Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Barat,

Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, Kepulauan

Bangka Belitung dan Sulawesi Barat.

b. Pertemuan Koordinasi/Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha

Perkebunan (Bedah Kasus) dialokasikan ke 13 Provinsi dan terealisasi 100%.

Dalam perjanjian kinerja target setelah revisi adalah 2 kasus dan terealiasasi

100% yaitu di Provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Barat. Untuk 11 provinsi

yang lain hanya untuk kegiatan pertemuan koordinasi yaitu di provinsi Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi

Selatan, NTT, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung. Hasil rapat

Page 25: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

18

perlindungan di Bandung pada Bulan Mei 2016 terjadi pengurangan kualitas

kegiatan untuk kegiatan Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Usaha

Perkebunan.

8) Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan.

Kegiatan ini dilaksanakan di 120 desa di 19 provinsi dan terealisasi 100%. Alokasi

desa organik di masing-masing provinsi adalah Jawa Barat (8 desa), Jawa Tengah

(5 desa), Sumatera Utara (8 desa), Jambi (3 desa), Sumatera Selatan, Kalimantan

Barat Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara (5 desa), Maluku (6

desa), Bali (11 desa), NTB (5 desa), NTT (13 desa), Bengkulu (5 desa), Maluku

Utara (13 desa), Banten (3 desa), Papua Barat (5 desa) dan Sulawesi Barat (2 desa).

9) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan

Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan merupakan kegiatan yang

berada di pusat berupa Layanan Perkantoran, pengawalan kegiatan di daerah dan

pertemuan/koordinasi, capaian kinerja mencapai 100%

3.2.5. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Beberapa Tahun Sebelumnya Direktorat

Perlindungan Perkebunan

Capaian kinerja kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan terhadap capaian

beberapa tahun sebelumnya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Capaian Kinerja Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan terhadap Capaian

Beberapa Tahun Sebelumnya

Capaian kinerja kegiatan Direktorat Perlindungan tahun 2016 terhadap capaian 2

tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 dan 2015 dapat diuraikan sebagai berikut :

No Sasaran

Strategis

Indikator Kinerja Kinerja Tahun Kinerja

Tahun

2016

Realisasi Kinerja

Terhadap

(%)

2014 2015 2016 2014 2015

1 Menurunnya

luas areal yang

terserang OPT

dan

terfasilitasinya

pencegahan

kebakaran

lahan dan

kebun,

bencana alam

serta dampak

perubahan

iklim

1 Penanganan organisme

pengganggu tanaman

perkebunan

14.827

Ha

32.738 Ha 6.859 Ha (53,74) (79,05)

2 Pemberdayaan Perangkat

Perlindungan Perkebunan

71 unit 128 unit 76 unit 7,04 (40,625)

3 Pemberdayaan Petugas

Pengamat OPT

961 orang 989 orang 995 orang 3,54 0,61

4 Antisipasi Dampak

Perubahan Iklim

36 147 29 KT (19,44) (80,27)

5 Kesiapsiagaan Pencegahan

Kebakaran Lahan dan

Kebun

- 15 dok 18 dok - 20,00

6 SLPHT Tanaman

Perkebunan

182 KT 219 KT 87 KT (52,197) (60,27)

7 Penanganan gangguan usaha

dan konflik perkebunan

- - 2 kasus - -

8 Pembinaan dan sertifikasi

desa pertanian organik

berbasis komoditas

perkebunan

- - 120 desa - -

9 Fasilitasi teknis dukungan

perlindungan perkebunan

12 bulan 12 bulan 12 bulan 0 0

Page 26: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

19

1) Kegiatan Penanganan OPT tanaman perkebunan dibandingkan tahun 2014 dan 2015

mengalami penurunan luas areal atau bila dihitung dalam persen terhadap tahun 2014

mengalami penurunan 53,74% dan terhadap tahun 2015 turun 79,05%

2) Kegiatan Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan dibandingkan tahun 2014

mengalami kenaikan 7,04% dan 2015 mengalami penurunan 40,625%. Penurunan pada

tahun 2015 disebabkan karena Operasional Brigade Brigade Kebakaran dimasukkan

dalam Kegiatan Pemberdayaan Perangkat Perlindungan, sedangkan di tahun 2016

Operasional Brigade Kebakaran masuk ke kegiatan Kesiapsiagaan Pencegahan

Kebakaran Lahan dan Kebun.

3) Pemberdayaan Petugas pengamat OPT dibandingkan tahun 2014 dan 2015 mengalami

kenaikan sebesar 7,04% dan 0,61%. Kenaikan ini disebabkan adanya penambahan

jumlah petugas pengamat di beberapa provinsi.

4) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim dibandingkan tahun 2014 dan 2015 mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2016

5) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun tidak bisa dibandingkan

dengan tahun 2014 karena pada tahun 2014 belum ada kegiatan tersebut, sedangkan

bila dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami kenaikan 20%.

6) SLPHT Tanaman Perkebunan dibandingkan tahun 2014 dan 2015 mengalami

penurunan jumlah Kelompok Tani yang dilatih sebesar 52,197% dan 60,27%.

7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan belum bisa dibandingkan

dengan tahun 2014 dan 2015 karena pada 2 (dua) tahun tersebut karena kegiatan

Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan belum menjadi tupoksi

Direktorat Perlindungan Perkebunan

8) Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan

belum bisa dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2015 karena penganggaran kegiatan

Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan

mulai tahun 2016.

9) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan dibandingkan tahun 2014 dan

2015 tetap sama tidak mengalami penurunan maupun kenaikan.

3.3. Akuntabilitas Keuangan

3.3.1. Akuntabilitas Terhadap Target Serapan Direktorat Perlindungan Perkebunan

Tahun 2016 Direktorat Perlindungan Perkebunan mendapat alokasi anggaran untuk

kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar Rp. 105.176.589.000 dan terserap

sebesar Rp. 98.578.436.160 atau 93,73%. Realisasi anggaran kegiatan Pusat maupun

daerah untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tidak mencapai 100%, hal

tersebut disebabkan karena adanya penghematan anggaran, efisiensi serta optimalisasi

dalam pelaksanaan kegiatan. Rincian realisasi keuangan untuk kegiatan pusat dan daerah

dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.2. Akuntabilitas Terhadap Capaian Fisik Direktorat Perlindungan Perkebunan

Rincian capaian serapan keuangan dan fisik untuk output kegiatan utama Dukungan

Perlindungan Perkebunan dilihat pada Tabel 7.

Page 27: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

20

Tabel 7. Capaian Serapan Keuangan dan Fisik Kegiatan Dukungan Perlindungan

Perkebunan

No Kegiatan

Anggaran

Pagu Realisasi Fisik

Output

Rp. Rp. % %

1799 Dukungan Perlindungan

Perkebunan 105.176.589.000 98.578.436.160 93,73 100

DAERAH 98.935.624.000 93.743.466.090 93,57 100

1

Penanganan organisme

pengganggu tanaman

perkebunan

12.670.613.000 12.334.496.230 97,35 100

2 Pemberdayaan Perangkat

Perlindungan Perkebunan 20.822.608.000 18.480.270.610 88,75 100

3 Pemberdayaan Petugas

Pengamat OPT 9.181.812.000 8.962.327.850 97,61 100

4

Pembinaan dan Sertifikasi

Desa Pertanian Organik

Berbasis Komoditas

Perkebunan

35.391.769.000 33.445.638.780 94,50 100

5 Antisipasi Dampak Perubahan

Iklim 5.398.600.000 4.892.640.630 90,63 100

6 Kesiapsiagaan Pencegahan

Kebakaran Lahan dan Kebun 4.819.078.000 4.309.329.410 89,42 100

7 SLPHT Tanaman Perkebunan 9.086.317.000 8.842.583.080 97,32 100

8

Penanganan gangguan usaha

dan konflik perkebunan 1.641.970.000 1.379.101.310 83,99 100

PUSAT 6.163.822.000 5.932.048.269 96,24 100

1 Fasilitasi Teknis Dukungan

Perlindungan Perkebunan 5.000.864.000 4.811.314.083 96,21 100

2 Layanan Perkantoran Pusat 1.162.958.000 1.120.734.190 96,37 100

Akuntabilitas terhadap capaian fisik kegiatan 2016 diuraikan sebagai berikut :

1) Penanganan organisme pengganggu tanaman perkebunan dari pagu anggaran Rp.

12.670.613.000 terealisasi 12.334.496.230 (97,35%) dengan capaian fisik 100%.

Realisasi keuangan tidak mencapai 100%, namun fisik mencapai 100% disebabkan

adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.

2) Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan dari pagu anggaran

Rp.20.822.608.000 terealiasi Rp.18.454.321.610 (88,75%) dengan capaian fisik 100%.

Realisasi keuangan tidak mencapai 100%, namun fisik mencapai 100% disebabkan

adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.

3) Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT dari pagu Rp. 9.181.812.000 terealisasi Rp.

8.962.327.850 (97,61%) dengan capaian fisik 100%. Realisasi keuangan tidak mencapai

100%, namun fisik mencapai 100% disebabkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan

kegiatan.

Page 28: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

21

4) Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan dari pagu anggaran Rp. 35.391.769.000 terealisasi Rp. 33.445.638.780 (94,50%) dengan

capaian fisik 100%. keuangan tidak mencapai 100%, namun fisik mencapai 100%

disebabkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.

5) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim dari pagu anggaran Rp.5.398.600.000 terealisasi Rp.

4.892.680.630 (90,63%) dengan capaian fisik 100%. Realisasi keuangan tidak mencapai

100%, namun fisik mencapai 100% disebabkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan

kegiatan.

6) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun dari pagu Rp.4.819.078.000

terealisasi Rp. 4.309.329.410 (89,92%) dengan capaian fisik 100%. Realisasi keuangan tidak

disebabkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan dan adanya kegiatan yang

tidak dilaksanakan yaitu di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi dan Kabupaten

Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Namun target fisik apabila dihitung dari

target dokumen/provinsi realisasi mencapai 100%

7) SLPHT Tanaman Perkebunan dari pagu Rp. 9.086.317.000 realisasi keuangan mencapai

Rp. 8.842.583.080 (97,32%) dengan dengan capaian fisik 100%. Realisasi keuangan tidak

mencapai 100%, namun fisik mencapai 100% disebabkan adanya efisiensi dalam

pelaksanaan kegiatan.

8) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan dari pagu anggaran Rp.

1.641.970.000 terealisasi Rp.1.379.101.310 (83,99%) dengan dengan capaian fisik 100%.

Realisasi keuangan tidak mencapai 100%, namun fisik mencapai 100% disebabkan

adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.

9) Untuk kegiatan pusat yaitu Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan dan

Layanan Perkantoran dari pagu Rp. 6.163.822.000 terealisasi Rp. 5.932.048.269

(96,24%) dengan dengan capaian fisik 100%. Realisasi keuangan tidak mencapai

100%, namun fisik mencapai 100% disebabkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan

kegiatan.

3.4. Permasalahan, Upaya Penyelesaian dan Rencana Aksi

3.4.1. Permasalahan, Hambatan dan Kendala

Permasalahan, hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan

Dukungan Perlindungan Perkebunan adalah sebagai berikut :

1) Terjadinya revisi anggaran yang berulang – ulang sehingga menyebabkan keraguan

satker daerah dalam melaksakan kegiatan TA.2016.

2) Pedoman Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai acuan

teknis dalam pelaksanaan kegiatan perlu dijabarkan ke dalam Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis), seringkali terlambat disusun atau bahkan

seringkali tidak dibuat oleh penanggung jawab kegiatan. Penyusunan juklak/juknis

oleh Dinas seharusnya dilakukan sebelum kegiatan dimulai sehingga dapat

menjabarkan/mengakomodir hal-hal yang spesifik lokasi namun tidak bertentangan

dengan Pedoman Teknis Pusat.

3) Proses pengadaan barang/jasa sering tidak tepat waktu sehingga berakibat pelaksanaan

kegiatan tidak tepat waktu dan sasaran. Untuk itu perlu pengawalan setiap tahapan

proses pengadaan barang dan jasa di ULP.

Page 29: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

22

4) Jadwal pelaksanaan dan tahapan penarikan uang kegiatan belum sepenuhnya sesuai

dengan ROPAK yang telah disusun Penarikan anggaran harus mengacu pada ROPAK

dan dilaksanakan secara konsisten.

5) Kegiatan yang telah selesai dilaksanakan tidak segera dilaporkan kepada Pusat tetapi

menunggu sampai akhir tahun anggaran. Bahkan ada beberapa kegiatan di daerah yang

sudah selesai dilaksanakan tetapi laporannya tidak dikirimkan ke pusat. Sebaiknya

penyelesaian dan penyampaian laporan dilakukan paling lambat dua minggu setelah

kegiatan dilaksanakan, tanpa harus menunggu akhir tahun.

6) Keterbatasan SDM yang menangani perlindungan perkebunan (Pemandu lapang dan

Petugas Pengamat) mengakibatkan pelaksanaan kegiatan perlindungan perkebunan

tidak optimal.

7) Pemotongan anggaran HOK kegiatan pengendalian tikus pada tanaman tebu di

Provinsi Jawa Tengah dan hanya menganggarkan untuk pembelian bahan pengendali

(racun tikus) saja mengakibatkan pelaksanaan kegiatan pengendalian menjadi

terhambat. Petugas harus mengupayakan secara swadaya untuk pemasangan bahan

pengendali dan pengamatan kegiatan.

8) Keterbatasan penyedia parasitoid untuk kegiatan demfarm pengendalian OPT Tebu

menyebabkan pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu.

9) Pemahaman petani tentang konsep kegiatan desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan masih kurang. Petani lebih fokus dalam pemeliharaan ternak, sedangkan

pemeliharaan kebun, sebagai kegiatan utama belum dilakukan.

10) Pengadaan input sarana produksi untuk kegiatan desa organik dilaksanakan di akhir

tahun mengakibatkan semangat dan kepercayaan petani pelaksana kegiatan menurun.

Beberapa Provinsi yang terlambat dalam pengadaan input sarana produksi (terutama

ternak) yaitu: Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan

NTT.

11) Ternak ruminansia yang diadakan di beberapa provinsi tidak sesuai dengan spesifikasi

yang ditetapkan dalam pedoman teknis. Selain itu, dropping ternak ke kelompok tani

dilakukan sebelum kandang ternak dibangun (misal: Provinsi NTT dan Provinsi

Sulawesi Utara). Kondisi tersebut mengakibatkan beberapa ekor ternak yang diadakan

hilang dan mati dan petani tidak melakukan perawatan dan pengawasan ternak dengan

baik.

12) Letak kandang dan rumah kompos yang kurang memenuhi syarat teknis antara lain

sulitnya akses menuju lokasi dan sulitnya pengawasan. Di beberapa lokasi ditemukan

kandang dan rumah kompos letaknya sangat jauh dari pemukiman. Hal tersebut

mempersulit akses menuju lokasi dan sulit untuk dilakukan pengawasan.

13) Pengadaan fisik input sarana produksi tidak diikuti dengan proses penyelesaian

administrasi (keuangan). Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya kesulitan terutama

pada saat terjadinya pemotongan anggaran (APBN-P).

14) Belum semua provinsi menyelesaikan proses BAST input sarana produksi dengan

Direktorat Jenderal Perkebunan.

15) Bimbingan dan pembinaan pelaksanaan SL-PHT tidak dapat dilakukan di semua

provinsi pada awal kegiatan karena pencairan dana bertahap dan personil yang akan

ditugaskan untuk pelaksanaan bimbingan dan pembinaan SL-PHT terbatas. Hal

Page 30: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

23

tersebut mengakibatkan waktu bimbingan dan pembinaan SL-PHT bervariasi dan

dilakukan pada saat persiapan, pelaksanaan, dan setelah kegiatan selesai.

16) Kelengkapan data monitoring dan evaluasi kegiatan SL-PHT saat kunjungan lapangan

belum dapat diperoleh karena kunjungan dilakukan secara bertahap sesuai jadwal

penarikan dana sehingga masih ada data yang harus diperoleh melalui surat/faximile,

e-mail, dan telepon dan sampai pada saat penyusunan laporan akhir belum semua data

diterima. Seharusnya kegiatan SL-PHT dilaporkan secara bertahap yaitu setiap bulan,

triwulan dan secara lengkap setelah selesainya pelaksanaan SL-PHT.

17) Dalam kegiatan Penanganan Gangguan Usaha dan konflik Perkebunan terdapat 20

kasus yang belum bisa tertangani karena adanya pemotongan anggaran di pertengahan

tahun 2016.

3.4.2. Upaya Tindak Lanjut

Upaya penyelesaian terhadap permasalahan, kendala dan hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan adalah sebagai berikut:

1. Untuk kegiatan tahun 2017 akan mempercepat sosialisasi pedoman teknis dan

ditindaklanjuti dengan petunjuk teknis serta petunjuk pelaksanaan kegiatan serta

disosialisasikan secara tepat serta pengawalan dan monev yang lebih ketat terhadap

pelaksanaan kegiatan di lapangan.

2. Meminimalisir revisi anggaran dengan mematangkan sistem perencanaan dan

penetapan CP/CL serta dukungan administrasi lainnya dengan penetapan dan

pelaksanaan lebih awal.

3. Terus melakukan monitoring dan pembinaan baik dalam bentuk kunjungan lapang

langsung maupun melalui pengiriman surat rekomendasi dari Direktur Perlindungan

Perkebunan.

4. Menegur penanggung jawab kegiatan tingkat provinsi yang dinilai lalai dalam

melakukan pengawalan kegiatan di lapangan.

5. Menyarankan kepada penanggung jawab kegiatan SLPHT tingkat provinsi untuk

memaksimalkan fungsi petugas yang telah mengikuti pelatihan dan memberdayakan

petugas purna bakti yang bersertifikat Pemandu Lapang.

6. Menyarankan kepada penanggung jawab desa organik tingkat provinsi untuk lebih

memberdayakan peran petugas pendamping desa organik.

7. Terus melakukan sosialisasi tentang konsep desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan kepada seluruh pihak terkait tingkat provinsi/kabupaten/kota/kelompok

tani

8. Mengingatkan penanggung jawab kegiatan provinsi untuk berkoordinasi dengan

bagian keuangan pada satker masing-masing dinas yang membidangi perkebunan

provinsi untuk memproses BAST input sarana produksi.

9. Untuk 20 kasus Gangguan Usaha dan Konflik Usaha Perkebunan yang belum

tertangani pada tahun 2016 akan terus dilakukan identifikasi dan inventarisasi.

Page 31: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

24

3.4.3. Rencana Aksi Tahun 2017

Rencana aksi dalam pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun

2017 adalah sebagai berikut:

1) Mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan tahun 2017 dengan cara :

a. Mempercepat proses pelelangan di ULP daerah maupun pelaksanaan melalui

pemilihan langsung dan penunjukan langsung

b. Kontrak kegiatan diharapkan sudah ditandatangani pada bulan Januari –

Februari 2017

c. Menyiapkan Payung hukum (Pedoman Umum pelaksanaan kegiatan TA.2017

lebih awal )

2) Meningkatkan koordinasi antara Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan kegiatan.

Page 32: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

25

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2016 merupakan salah

satu bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang diemban selama

periode tahun 2016. Kesemuanya merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program

kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra)

Pembangunan Perkebunan dan Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-

2019.

Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2015-2019

sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, maka

Direktorat Perlindungan Perkebunan mempunyai tujuan yaitu: (1) Menurunkan risiko

kerugian hasil akibat serangan OPT, dampak perubahan iklim dan gangguan usaha; (2)

Melakukan pembinaan, bimbingan dan pendampingan kepada pekebun dalam menerapkan

teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT, pencegahan

kebakaran lahan dan kebun, penanganan DPI dan gangguan usaha; (3) Fasilitasi kegiatan

pemberdayaan perangkat dan pengamatan kelembagaan kelompok tani perlindungan

perkebunan (KTPA, SL-PHT, Regu Pengendali Hama dan Desa Organik). Tujuan tersebut

dicapai melalui kegiatan (1) Penanganan Organisme Penggangu Tumbuhan, (2)

Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan, (3) Pemberdayaan Petugas Pengamat

OPT (4) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, (5) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran

Lahan dan Kebun, (6) SLPHT Tanaman Perkebunan, (7) Penanganan Gangguan Usaha

dan Konflik Perkebunan dan (8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan.

Berdasarkan penilaian kinerja yang berpedoman pada Permenpan RB Nomor 29

Tahun 2010 tentang pedoman penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah dan Permenpan RB Nomor 53 tahun 2014 tentang petunjuk

teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara review atas laporan kinerja

instansi pemerintah, maka keluaran (outputs) capaian kinerja keuangan mencapai 93,73%

dari pagu dan realisasi fisik mencapai 100%.

Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang mempengaruhi kinerja perlindungan

secara keseluruhan adalah : (1) Terjadinya revisi anggaran yang berulang – ulang sehingga

menyebabkan keraguan satker daerah dalam melaksakan kegiatan TA.2016; (2) Pedoman

Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai acuan teknis dalam

pelaksanaan kegiatan perlu dijabarkan ke dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan

Petunjuk Teknis (Juknis), seringkali terlambat disusun atau bahkan seringkali tidak dibuat

oleh penanggung jawab kegiatan; (3) Proses pengadaan barang/jasa sering tidak tepat

waktu sehingga berakibat pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu dan sasaran; (4)

Kegiatan yang telah selesai dilaksanakan tidak segera dilaporkan kepada Pusat tetapi

menunggu sampai akhir tahun anggaran. Bahkan ada beberapa kegiatan di daerah yang

sudah selesai dilaksanakan tetapi laporannya tidak dikirimkan ke pusat; (5) Keterbatasan

SDM yang menangani perlindungan perkebunan (Pemandu lapang dan Petugas Pengamat)

Page 33: LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP PERLINDUNGAN GAB 2016.pdf · Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan

26

mengakibatkan pelaksanaan kegiatan perlindungan perkebunan tidak optimal; (6)

Pemotongan anggaran HOK kegiatan pengendalian tikus pada tanaman tebu di Provinsi

Jawa Tengah dan hanya menganggarkan untuk pembelian bahan pengendali (racun tikus)

saja mengakibat pelaksanaan kegiatan pengendalian menjadi terhambat. (7) Keterbatasan

penyedia parasitoid untuk kegiatan demfarm pengendalian OPT Tebu menyebabkan

pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu; (8) Pemahaman petani tentang konsep kegiatan

desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan masih kurang. (9) Pengadaan input

sarana produksi untuk kegiatan desa organik dilaksanakan di akhir tahun mengakibatkan

semangat dan kepercayaan petani pelaksana kegiatan menurun; (10) Ternak ruminansia

yang diadakan di beberapa provinsi tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam

pedoman teknis, Dropping ternak ke kelompok tani dilakukan sebelum kandang ternak

dibangun; (11) Letak kandang dan rumah kompos yang kurang memenuhi syarat teknis

antara lain sulitnya akses menuju lokasi dan sulitnya pengawasan; (12) Pengadaan fisik

input sarana produksi tidak diikuti dengan proses penyelesaian administrasi (keuangan);

(13) Belum semua provinsi menyelesaikan proses BAST input sarana produksi dengan

Direktorat Jenderal Perkebunan; (14) Bimbingan dan pembinaan pelaksanaan SL-PHT

tidak dapat dilakukan di semua provinsi pada awal kegiatan karena pencairan dana

bertahap dan personil yang akan ditugaskan untuk pelaksanaan bimbingan dan pembinaan

SL-PHT terbatas; (15) Kelengkapan data monitoring dan evaluasi kegiatan SL-PHT saat

kunjungan lapangan belum dapat diperoleh karena kunjungan dilakukan secara bertahap

sesuai jadwal penarikan dana sehingga masih ada data yang harus diperoleh melalui

surat/faximile, e-mail, dan telepon dan sampai pada saat penyusunan laporan akhir belum

semua data diterima; (16) Dalam kegiatan Penanganan Gangguan Usaha dan konflik

Perkebunan terdapat 20 kasus yang belum bisa tertangani karena adanya pemotongan

anggaran di pertengahan tahun 2016.

4.2. Saran dan Rekomendasi

Saran Rekomendasi yang perlu dilakukan antara lain :

1) Untuk kegiatan tahun 2017 akan mempercepat sosialisasi pedoman teknis dan

ditindaklanjuti dengan petunjuk teknis serta petunjuk pelaksanaan kegiatan serta

disosialisasikan secara tepat serta pengawalan dan monev yang lebih ketat terhadap

pelaksanaan kegiatan di lapangan.

2) Penyusunan juklak/juknis oleh Dinas seharusnya dilakukan sebelum kegiatan dimulai

sehingga dapat menjabarkan/mengakomodir hal-hal yang spesifik lokasi namun tidak

bertentangan dengan Pedoman Teknis Pusat.

3) Satker agar melaksanakan penelaahan sejak awal setelah diterimanya Pedoman Teknis

dan pengusulan revisi segera dilakukan pada awal tahun.

4) Perlu ada sinkronisasi perencanaan dan pengawalan sejak pengusulan sampai

penetapan DIPA.

5) Perlu pengawalan setiap tahapan proses pengadaan barang dan jasa di ULP.

6) Penarikan anggaran harus mengacu pada ROPAK dan dilaksanakan secara konsisten.

7) Sebaiknya penyelesaian dan penyampaian laporan dilakukan paling lambat dua

minggu setelah kegiatan dilaksanakan, tanpa harus menunggu akhir tahun anggaran.