laporan kinerja badan ketahanan pangan tahun 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi...

127
BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 3.000 5.000 7.000 9.000 11.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga (Rp/Kg) Harga GKP di Petani

Upload: vumien

Post on 08-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

BADAN KETAHANAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2017

LAPORAN KINERJA

BADAN KETAHANAN PANGAN

TAHUN 2016

3.000

5.000

7.000

9.000

11.000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Har

ga (

Rp

/Kg)

Harga GKP di Petani

Page 2: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinNya

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 selesai disusun sesuai yang

direncanakan. Laporan Kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala

Badan Ketahanan Pangan kepada Menteri Pertanian atas pelaksanaan program,

kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan alat penilai kinerja secara

kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi dan

transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Selain itu, laporan kinerja

ini merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi.

Semua indikator sasaran yang ditargetkan dapat dicapai bahkan melebihi target yang

ditetapkan, kecuali penurunan jumlah penduduk rawan pangan dan koefisien varian

komoditas cabai merah. Capaian kinerja tersebut merupakan dampak dari pelaksanaan

program dan kegiatan tahun 2016 yang telah dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan

Pusat dan daerah, serta pemangku kepentingan mulai dari pusat hingga ke tingkat

lapang, baik institusi Pemerintah, Swasta, maupun Petani.

Dalam penyusunan laporan ini tentunya masih banyak kekurangan maupun

kesalahan, sehingga kami berharap adanya saran, kritik dan masukan yang konstruktif

guna menyempurnakan penyusunan laporan di waktu mendatang. Terima kasih kami

sampaikan kepada berbagai pihak atas bantuannya sehingga laporan ini dapat

terselesaikan. Semoga laporan ini bermanfaat.

Jakarta, Februari 2017

Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan

Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino, MM

Page 3: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Ringkasan Eksekutif ............................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................ v

Daftar Tabel............................................................................................................ vi

Daftar Grafik............................................................................................................ viii

Daftar Lampiran........................................................................................................ ix

Daftar Gambar........................................................................................................ x

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Maksud dan Tujuan...................................................................... 4

C. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi......................................... 4

BAB II : PERENCANAAN KINERJA………………………................................. 10

A. Rencana Strategis…................................................................... 10

B. Perjanjian Kinerja…..................................................................... 16

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA................................................................. 20

A. Capaian Kinerja Organisasi……………….................................... 20

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran.......................... 26

C. Realisasi Anggaran……............................................................... 80

D. Dukungan Instansi Lain…............................................................ 84

BAB IV : PENUTUP............................................................................................. 85

A. Simpulan Umum............................................................................ 85

B. Permasalahan, dan Upaya dan Tindak Lanjut.............................. 86

Page 4: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran BKP pada Renstra BKP

2015 – 2019..................................................................................... 10

Tabel 2 Target Indikator Kinerja P5rogram (IKP) BKP 2015 - 2019 ............ 12

Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan BKP Tahun 2015 - 2019 ................. 16

Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan

Awal ................................................................................................. 17

Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan

Revisi III ...................................................................... 18

Tabel 6. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja.. 19

Tabel 7. Penjelasan Hasil Perhitungan Keberhasilan Pencapaian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan……………………………………………………... 20

Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 ....... 23

Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor PPH.. 27

Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun 2012 – 2016 ..................................... 30

Tabel 11. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan

Tahun 203 – 2016 ………………………………………....................... 32

Tabel 12. Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras Tingkat Petani

Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016 ........................................ 39

Tabel 13. Perkembangan Harga Gabah Tingkat Petani Tahun 2016 …….. ..... 41

Tabel 14. Rata-rata Harga Pembelian Gabah dan Beras Tingkat LDPM.... ...... 42

Tabel 15. Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Tahun 2016

Berdasarkan BPS............................................................................... 45

Tabel 16. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Tahun 2012 – 2016......... 48

Tabel 17. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun 2012.

Tingkat Gapoktan LDPM .................................................................. 50

Tabel 18. Progres Kegiatan PUPM dan TTI tahun 2015 – 2016……………..... 54

Page 5: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

vii

Tabel 19. Transaksi Kegiatan PUPM dan TTI di 32 Provinsi………………….... 55

Tabel 20. Perkembangan Target Konsumsi Energi tahun 2012 - 2016........... 57

Tabel 21. Rata-rata Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun

2012 - 2016........ 58

Tabel 22. Konsumsi Pangan Hewani Tahun 2016……………………………... 60

Tabel 23. Perkembangan Skor PPH 2011 – 2015........................................... 61

Tabel 24. Perbandingan Percepatan Penyelesaian KN BKP Th. 2012–2016.. 70

Tabel 25. Perkembangan PNS Badan Ketahanan Pangan Th. 2012-2016…. 72

Tabel 26. Pegawai Fungsional Khusus di Badan Ketahanan Pangan............. 74

Tabel 27. Komponen dan Nilai Budaya Kerja BKP Tahun 2016………........... 76

Tabel 28. Perbandingan Nilai Budaya Kerja BKP tahun 2015 – 2016……….. 76

Tabel 29. Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja per eselon II.............. 77

Tabel 30. Ringkasan Hasil Penilaian per Eselon II….….................................. 77

Tabel 31. Pagu dan realisasi Anggaran Per Kegiatan….................................. 81

Tabel 32. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Kewenangan…............ 81

Tabel 33. Pagu dan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja……………............. 83

Tabel 34. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 – 2016... 83

Page 6: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Ketersediaan Energi ........................................................................... 29

Grafik 2. Ketersediaan Protein ……................................................................... 29

Grafik 3. Skor PPH Ketersediaan….................................................................... 29

Grafik 4. Perkembangan Kerawanan Pangan di Indonesia Th 2012 – 2016….. 32

Grafik 5. Produksi Rata-rata Responden tahun 2015 – 2016 Kegiatan Solid.... 37

Grafik 6. Dampak Peningkatan Pendapatan Kelompok Solid…………………... 37

Grafik 7. Durasi Kekurangan Pangan yang Dialami oleh Kelompok Solid…....... 38

Grafik 8. Harga Gabah di Tingkat Produsen Th 2012–2016 Berdasarkan BPS.. 39

Grafik 9. Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tk. Petani……………… 39

Grafik 10. Perkembangan Panel Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen…..... 41

Grafik 11. Kondisi Rata-rata Harga Pembelian Gabah dan Beras di Provinsi Pelaksana

LDPM……………………………………………………………….……..... 44

Grafik 12. Perkembangan LDPM Tingkat Penumbuhan, Pengembangan dan

Kemandirian………………………………………………………………… 49

Grafik 13. Realisasi Anggaran Dibandingkan dengan Renstra dan Pagu

Anggaran Tahunan BKP Tahun 2012 - 2016…….……………….…..... 83

Page 7: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sruktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ………………………... 92

Lampiran 2. Indikator Kinerja Kegiatan BKP Tahun 2010 – 2014 ………………..... 93

Lampiran 3. Matrik Kinerja dan Pendanaan BKP Tahun 2015 – 2019……….…..... 95

Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Revisi II Tahun 2016…………………………............ 98

Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Revisi III Tahun 2016…………………………............ 99

Lampiran 6. Perkembangan Panel Harga Pangan Strategis Tk. Produsen ...….. 101

Lampiran 7. Perkembangan Harga Gabah Tk. LUPM di 9 Prov. Sample….……. 102

Lampiran 8. Pemantauan Capaian Kinerja PK Triwulanan Tahun 2016…….…... 103

Lampiran 9. Rata-rata Harga Beras di Tingkat PUPM dan TTI Tahun 2016..…... 109

Lampiran 10. Transaksi Kegiatan Gapoktan dan TTI di 32 Provinsi…….…….…... 110

Lampiran 11. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Tahun 2016……..…….…... 112

Lampiran 12. Dukungan Instansi Lain…………………………………………….…... 113

Page 8: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kriteria Penerima Toko Tani Indonesia……......………………………... 52

Gambar 2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia...................……..... 53

Gambar 3. Alasan Utama Belanja ke TTI Center………………...................……..... 56

Page 9: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja yang dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan selama tahun 2016. Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), BKP juga ditetapkan secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian. DKP yang dibentuk diarahkan untuk memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu.

Berdasarkan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2015 – 2019, Visi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian : ” Terwujudnya ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan”. Untuk mencapai visi tersebut, maka disusun misi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian: (1) Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal; (2) Memantapkan penanganan kerawanan pangan; (3) Meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok (4) Mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya, kelembagaan dan budaya local; (5) Mewujudkan keamanan pangan segar.

Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2016 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2015 sebagai berikut : (1) Skor PPH Ketersediaan sebesar 89,71; (2) Penurunan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1 persen; (3) Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen sebesar diatas atau sama dengan HPP; (4) Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen untuk komoditas beras sebesar dibawah atau sama dengan 10 persen, cabai merah sebesar dibawah atau sama dengan 28 persen, bawang merah sebesar dibawah atau sama dengan 18 persen; (5) Konsumsi Energi sebesar 2.040 Kkal/Kap/hr; (6) Skor PPH Konsumsi sebesar 86,2; (7) Rasio Konsumsi Pangan Lokal ke Beras sebesar 5,70 persen; (8) Peningkatan Produksi Pangan segar yang tersertifikasi sebesar 10 persen; dan (9) Tingkat keamnan Pangan Segar yang Diuji dibawah atau sama dengan 80 persen.

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya, serta dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah : dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen (Sangat Berhasil) sebanyak 6 indikator, nilai pencapaian 80 – 100 persen (Berhasil) sebanyak 2 indikator yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi, dan nilai pencapaian dibawah 60 persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu penurunan rawan pangan, meskipun mengalami penurunan jumlah penduduk rawan pangan. Sedangkan untuk indikator koefisien variasi harga beras jauh dibawah target sehingga harga beras stabil, cabai merah meskipun sudah

Page 10: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian iii

dibawah target namun hampir mendekati target, sehingga harga cabai merah kurang stabil, sedangkan harga bawang merah diatas target sehingga harga bawang merah belum stabil.

Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku masyarakat/manusia. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2016 adalah : (1) pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum. sehingga menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi beras per kapita cenderung turun.tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3) teknologi pengolahan pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah; (6) kualitas konsumsi pangan masih rendah. kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) terdapatnya konsep makan“belum makan kalau belum makan nasi” yang salah dalam masyarakat; (8) pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.

Terkait dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam kinerja pembangunan ketahanan pangan tahun 2016, maka dalam upaya peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan diperlukan berbagai perbaikan dan inovasi antara lain: 1) Meningkatkan dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya perwujudan ketahanan pangan; 2) Meningkatkan peranan eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah, serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan pangan; 3) Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM Aparat khususnya dalam pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; 4) Mensinkronkan kebijakan pembangunan ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan masyarakat; 5) Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta mendukung stabilisasi harga pangan pokok; 6) Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan pedoman ketahanan pangan yang disusun di pusat.

Dalam mencapai target capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan perlu dukungan dari instansi lain baik lintas sektor maupun lingkup Kementerian Pertanian. Dukungan tersebut adalah : (1) peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan; (3) pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu; (4) pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan; (5) teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; serta (6) penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura.

Jakarta, Februari 2017

Page 11: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu program Kementerian Pertanian yang sedang digalakkan adalah

mewujudkan kedaulatan pangan, melalui program utama yaitu Swasembada Pangan

yang didukung oleh program lainnya. Untuk menuju kedaulatan pangan, ketahanan

pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena

pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan

pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan

menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkait dengan hal tersebut, ketahanan

pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa,

tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat,

harus bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang

kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

yang merumuskan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, halal. merata, dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan

tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang

Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk

diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah.

Sejalan dengan amanat Undang-Undang Pangan tersebut, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 memprioritaskan peningkatan

kedaulatan pangan sebagai salah satu sub agenda prioritas untuk mewujudkan agenda

pembangunan nasional yakni kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik. Dalam rangka meningkatkan dan memperkuat

kedaulatan pangan tersebut. maka kebijakan umum dalam RPJMN 2015-2019

diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan

dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3) perbaikan

Page 12: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2

kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan terhadap

ketahanan pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan.

Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, pada tahun 2015 - 2019 Kementerian

Pertanian fokus pada peningkatan produksi pangan pokok strategis, yaitu : padi,

jagung, kedelai, gula (tebu) dan daging sapi-kerbau serta komoditas pertanian lainnya,

untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Pemantapan ketahanan pangan

tersebut, berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan yang didukung oleh

subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan yang terintegrasi.

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada

3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: (1) Ketersediaan pangan yang

cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta (3)

Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal. Ketiga komponen

tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan : (1) Memanfaatkan

potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan

dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat

untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan

aman untuk kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar

daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh

masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4)

Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan

konsumen yang beragam; serta (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di

perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.

Dewasa ini ketahanan pangan merupakan isu strategis dalam pemenuhan kebutuhan

konsumsi dan kesejahteraan masyarakat karena akan menentukan kestabilan ekonomi,

social, dan politik dalam suatu negara. Pemenuhan kebutuhan pangan menjadi

tantangan tersendiri bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Upaya

memantapkan ketahanan pangan yang dilandasi kedaulatan dan kemandirian pangan,

masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baik dalam aspek:

ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, penyediaan cadangan

pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, penanganan keamanan pangan,

Page 13: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

3

kelembagaan ketahanan pangan, maupun manajemen ketahanan pangan. Tantangan

dan permasalahan tersebut antara lain : (1) Sistem pertanian pangan yang dilakukan

oleh petani saat ini sebagian besar belum memberikan kesejahteraan dan keuntungan

yang memadai; (2) Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga

kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat; (3)

Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi

(1.39%/tahun); (4) Konsumsi beras per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi

gandum (terigu) cenderung meningkat; (5) Belum maksimalnya teknologi pengolahan

pangan lokal; (6) Kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih

kurang; (7) Beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan

harga yang murah, sementara pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan

lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; (8) Kualitas konsumsi

pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber

karbohidrat, serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka

kacang, serta sayur dan buah; (9) Hingga saat ini masih berkembangnya konsep

makan “belum makan kalau belum makan nasi”; (10) Bencana alam dan perubahan

iklim yang sangat ekstrim. sehingga mempengaruhi produksi pangan.(11) Konversi

lahan pertanian yang terus berlanjut; (12) Perluasan lahan pertanian di luar Jawa masih

terkendala kualitas tanah maupun kepemilikan lahan; serta (13) Agribisnis pangan yang

belum optimal sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Sementara itu.

situasi ekonomi dan perdagangan bebas di dunia internasional, berpengaruh cukup

kuat terhadap ketahanan pangan di dalam negeri, terutama harga dan pasokan pangan

yang begitu dinamis mempengaruhi ketersediaan pangan di dalam negeri.

Badan Ketahanan Pangan berupaya mengatasi permasalahan dan mewujudkan

ketahanan pangan tersebut. Untuk itu. Badan Ketahanan Pangan (BKP) sebagai salah

satu unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian yang memiliki tugas yaitu :

"Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan

ketahanan pangan", telah menjabarkan berbagai program dan kegiatan pembangunan

ketahanan pangan, serta dilaksanakan secara berkesinambungan baik pusat dan

daerah melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) Badan Ketahanan Pangan yaitu

Page 14: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

4

mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja,

hingga capaian kinerja.

Guna mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan

pangan tersebut selama tahun 2016, disusunlah Laporan Kinerja Badan Ketahanan

Pangan Tahun 2016. Penyusunan Laporan Kinerja tersebut didasarkan pada : (1) UU

no 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara; (2) Peraturan Pemerintah No. 8/2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; (3) Peraturan

Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan; (4) Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (5) Instruksi Presiden No. 7

Tahun 1999; (6) Permenpan dan RB Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja. Pelaporan Kinerja. dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah; dan (7) Permentan No 50 tahun 2016 tentang Pengelolaan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian.

B. Maksud dan Tujuan

Laporan Kinerja tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku

pimpinan tertinggi Kementerian Pertanian.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauhmana kinerja

Badan Ketahanan Pangan tahun 2016; (2) Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan

Pangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2016; dan (3) Sebagai

salah satu bahan penyusunan laporan kinerja Kementerian Pertanian.

C. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Presiden No 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian.

Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi,

perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang peningkatan diversifikasi dan

Page 15: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

5

pemantapan ketahanan pangan. Pelaksanaan tugas diselenggarakan secara efektif

dan efisien berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan dan pemantapan di

bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan

distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan

peningkatan keamanan pangan segar;

2. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ketersediaan

pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses

pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan

pangan segar;

3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan,

penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan,

penganekaragaman konsumsi pangan. dan peningkatan keamanan pangan segar;

4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ketersediaan pangan, penurunan

kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan,

penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan terdiri atas:

1. Sekretariat Badan;

2. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;

3. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan; dan

4. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan.

Sekretariat Badan mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi

kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan. Sekretariat

Badan menyelenggarakan fungsi:

Page 16: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

6

1. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta kerja sama di

bidang ketahanan pangan;

2. pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

3. evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan

kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta

pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik;

4. evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang ketahanan pangan;

5. pelaksanaan urusan tata usaha Badan Ketahanan Pangan; dan

6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

ketersediaan dan penurunan kerawanan pangan. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. koordinasi di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan penurunan

kerawanan pangan;

2. pengkajian di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan penurunan

kerawanan pangan;

3. penyiapan perumusan kebijakan di bidang ketersediaan pangan, akses pangan

dan penurunan kerawanan pangan;

4. pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan

penurunan kerawanan pangan;

5. pelaksanaan pemantapan di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan

penurunan kerawanan pangan;

6. penyusunan norma, standar, prosedur. dan kriteria di bidang ketersediaan

pangan, akses pangan dan penurunan kerawanan pangan;

Page 17: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

7

7. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan, akses

pangan dan penurunan kerawanan pangan;

8. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

ketersediaan pangan, akses pangan dan penurunan kerawanan pangan; dan

9. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi,

pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi dan

cadangan pangan. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. koordinasi di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan;

2. pengkajian di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan;

3. penyiapan perumusan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan

cadangan pangan;

4. pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan

pangan;

5. pelaksanaan pemantapan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan

cadangan pangan;

6. penyusunan norma. Standar, prosedur, dan kriteria di bidang distribusi pangan,

harga pangan dan cadangan pangan;

7. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang distribusi pangan, harga

pangan dan cadangan pangan;

8. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang distribusi

pangan, harga pangan dan cadangan pangan; dan

9. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi. pengkajian. penyiapan perumusan dan pelaksanaan

Page 18: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

8

kebijakan di bidang penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan. Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. koordinasi di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman pangan, dan

keamanan pangan segar;

2. pengkajian di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman pangan, dan

keamanan pangan segar;

3. penyiapan perumusan kebijakan di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman

pangan, dan keamanan pangan segar;

4. pelaksanaan kebijakan di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman pangan,

dan keamanan pangan segar;

5. pelaksanaan pemantapan di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman

pangan, dan keamanan pangan segar;

6. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang konsumsi pangan,

penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan segar;

7. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang konsumsi pangan,

penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan segar;

8. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang konsumsi pangan,

penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan segar; dan

9. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Bagan struktur organisasi BKP berdasarkan Permentan Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015 sebagaimana pada Lampiran 1.

Mengingat luasnya substansi dan banyaknya pelaku yang berperan dalam

pembangunan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan kerjasama yang sinergis

dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dan

kegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi

kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan

antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan (DKP)

yang bertugas merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian

dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Keppres Nomor 132 Tahun

Page 19: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

9

2001 yang disempurnakan dengan Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan

Ketahanan Pangan (DKP), menetapkan BKP secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP

yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian.

BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Menteri Pertanian selaku

Ketua Harian DKP dalam membantu Presiden RI untuk : (1) Merumuskan kebijakan

dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan (2) Melaksanakan evaluasi

dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Page 20: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

10

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Dalam penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016, Rencana

Strategis (Renstra) yang dipergunakan adalah Renstra Badan Ketahanan Pangan

(BKP) Tahun 2015 – 2019 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran serta program BKP.

Visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

Terwujudnya

ketahanan

pangan yang

berlandaskan

Kedaulatan

dan

Kemandirian

Pangan

1. Memantapkan

ketersediaan dan

penanganan

kerawanan pangan

1. Memperkuat

penyediaan pangan

yang beragam berbasis

sumber daya lokal

1. Meningkatnya

ketersediaan pangan yang

beragam

2. Menurunkan jumlah

penduduk rawan

pangan

2. Menurunnya jumlah

penduduk rawan pangan

2. Meningkatkan

keterjangkauan

masyarakat

terhadap pangan

3. Memperkuat sistem

distribusi pangan

3. Stabilinya harga pangan

pokok di tingkat produsen

dan konsumen

3. Mewujudkan

penganekaragaman

konsumsi pangan

masyarakat

berbasis sumber

daya, kelembagaan

dan budaya lokal

4. Meningkatkan

konsumsi pangan

masyarakat untuk

memenuhi kecukupan

gizi yang bersumber

dari pangan lokal

4. Meningkatnya kuantitas

dan kualitas konsumsi

pangan masyarakat

4. Mewujudkan

pangan segar yang

aman dan bermutu

5. Meningkatkan

keamanan dan mutu

pangan segar

5. Meningkatnya pangan

segar yang aman dan

bermutu

Page 21: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

11

Dalam rangka mengukur kinerja Badan Ketahanan Pangan untuk mencapai tujuan

strategis tersebut di atas maka ditetapkan indikator kinerja tujuan dan target kinerja

jangka menengah yang harus dicapai pada akhir tahun kelima (2019). Indikator kinerja

tersebut merupakan indikator kinerja utama Badan Ketahanan Pangan, yaitu:

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam sehingga mencapai skor Pola

Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 96,32 pada tahun 2019;

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% setiap tahun;

3. Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) lebih besar

atau sama dengan Harga Pembelian Pemerintah;

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (cv) dengan cv beras kurang dari

10%, cabe merah kurang dari 25%, bawang merah kurang dari 15% pada tahun

2019;

5. Konsumsi energi sebesar 2.150 kkal/kap/hr pada tahun 2019;

6. Konsumsi pangan hewani sebesar 225 kkal/kap/hr pada tahun 2019;

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi sebesar 92,50 pada tahun 2019;

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras sebesar 6,23% pada tahun

2019;

9. Peningkatan produk pangan segar yang terdaftar dan/atau tersertifikasi sebesar

10%;

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji lebih besar atau sama dengan 80%.

Sasaran strategis merupakan indikator kinerja dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam;

2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan;

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen;

4. Meningkatnya kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat;

5. Meningkatnya pangan segar yang aman dan bermutu.

Page 22: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

12

Target kinerja “Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat” Badan Ketahanan Pangan tahun 2015-2019, setiap tahun dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Target Indikator Kinerja Program (IKP) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015–2019

No. Rincian IKP 2015 2016 2017 2018 2019

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan

87,52 89,71 92,04 94,25 96,32

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

(%/Tahun)

1 1 1 1 1

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat

produsen (Rp/Kg)

≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen

(CV)

- Beras ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10%

- Cabe Merah ≤ 29% ≤ 28% ≤ 27% ≤ 26% ≤ 25%

- Bawang Merah ≤ 19% ≤ 18% ≤ 17% ≤ 16% ≤ 15%

5. Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 2.004 2.040 2.077 2.113 2.150

6. Konsumsi Pangan Hewani (kkal/kap/hr) 191 200 208 217 225

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 84,1 86,2 88,4 90,5 92,5

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras

terhadap beras (%)

5,54 5,70 5,87 6,05 6,23

9. Peningkatan produk pangan segar yang

terdaftar dan/atau tersertifikasi (%)

10 10 10 10 10

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

(%)

≥ 80 ≥ 80 ≥ 80 ≥ 80 ≥ 80

Sumber: Badan Ketahanan Pangan

Sedangkan target kinerja kegiatan adalah tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan

dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan dalam periode 2015-2019 yang berupa output.

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tersebut dapat diperhatikan pada lampiran 2.

Page 23: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

13

Memperhatikan indikator kinerja diatas dan arah kebijakan ketahanan pangan, serta

mempertimbangkan penanganan ketahanan pangan lintas pelaku dan wilayah, maka

dirumuskan “Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat”. Program tersebut diwujudkan melalui koordinasi dan sinkronisasi dalam

perencanaan dan penyiapan program, partisipasi pemangku kepentingan dan

masyarakat, identifikasi dan intervensi pangan dan gizi, serta pengembangan model

kebijakan guna pencapaian sasaran pemantapan ketahanan pangan masyarakat

sampai tingkat perseorangan.

Untuk menyelenggarakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat, maka akan dilaksanakan 4 (empat) kegiatan sesuai dengan tugas dan

fungsi Badan Ketahanan Pangan yang meliputi:

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan;

2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan;

3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan;

4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.

Rencana aksi dalam rangka mencapai sasaran diatas dibagi dalam beberapa sub

kegiatan yang akan menghasilkan beberapa output sebagai sarana untuk mencapai

sasaran program (outcome). Kegiatan beserta sub kegiatannya diuraikan berikut ini :

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengkoordinasikan upaya memantapkan ketersediaan

pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri sekaligus pengurangan jumlah

penduduk rawan pangan.

Sasaran output kegiatan adalah (1) meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam

dan menurunnya jumlah penduduk rawan pangan setiap tahun; serta (2) Meningkatnya

ketahanan pangan keluarga melalui pengembangan model pemberdayaan masyarakat

/Smallholder Livelihood Development (SOLID).

Untuk mencapai sasaran output pertama. ada 6 (enam) sub kegiatan. yaitu: (1) Analisis

Neraca Bahan Makanan; (2) Penguatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi; (3)

Kajian Responsif dan Antisipatif Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; (4) Peta

Page 24: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

14

ketahanan dan kerentanan pangan (Peta FSVA); (5) Kawasan Mandiri Pangan; dan (6)

Pemantauan ketersediaan dan kerawanan pangan.

Sedangkan untuk mencapai sasaran output kedua. ada 4 (empat) sub kegiatan yang

dilaksanakan bekerja sama dengan International Food for Agricultural Development

(IFAD) di 11 kabupaten di provinsi Maluku dan Maluku Utara, yaitu: (1) Pemberdayaan

petani kecil dan gender; (2) Dukungan produksi pertanian dan pemasaran; (3)

Pengembangan rantai nilai tanaman perkebunan; dan (4) Dukungan manajemen dan

administrasi SOLID.

2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

Kegiatan ini ditujukan untuk mendorong pengembangan sistem distribusi dan stabilitas

harga pangan dalam rangka meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat. dan

antisipasi kebutuhan pangan.

Sasaran output kegiatan adalah meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan

cadangan pangan serta stabilitas harga pangan

Kegiatan ini terdiri dari 7 (tujuh) sub kegiatan. yaitu: (1) Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat/Toko Tani Indonesia; (2) Lembaga distribusi pangan masyarakat; (3)

Lumbung pangan masyarakat; (4) Panel harga pangan nasional dan pemantauan harga

dan pasokan pangan HBKN; (5) Pemantauan pasokan, harga, distribusi dan cadangan

pangan; (6) Kajian Responsif dan Antisipatif Distribusi Pangan; dan (7) Kajian Distribusi

Pangan.

3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan

Pangan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan dan

memasyarakatkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

(B2SA) dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.

Sasaran output kegiatan adalah meningkatnya pemantapan penganekaragaman

konsumsi pangan dan keamanan pangan segar.

Page 25: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

15

Kegiatan ini terdiri dari 6 (enam) sub kegiatan, yaitu: (1) Pemberdayaan pekarangan

pangan; (2) Pemantauan penganekaragaman konsumsi pangan; (3) Gerakan

Diversifikasi Pangan; (4) Analisis pola dan kebutuhan konsumsi pangan; (5) Model

pengembangan pangan pokok lokal; dan (6) Pengawasan keamanan dan mutu pangan;

4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi dan melayani administrasi, keuangan dan

asset terhadap penyelenggaraan operasional kantor.

Sasaran output kegiatan adalah (1) Terselenggaranya pelayanan administrasi dan

pelayanan teknis lainnya secara profesional dan berintegritas di lingkungan Badan

Ketahanan Pangan; dan (2) Meningkatnya koordinasi perumusan kebijakan, evaluasi

dan pengendalian ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan.

Untuk mencapai sasaran output pertama. ada 4 (empat) sub kegiatan, yaitu: (1)

Perencanaan, penganggaran, dan kerja sama ketahanan pangan; (2) Pelayanan

keuangan dan perlengkapan; (3) Pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan

ketahanan pangan; (4) Penanganan organisasi, kepegawaian, humas, tata usaha, dan

hukum.

Sedangkan untuk mencapai sasaran output kedua. hanya ada satu sub kegiatan, yaitu:

koordinasi perumusan kebijakan, evaluasi dan pengendalian ketahanan pangan melalui

Dewan Ketahanan Pangan.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dibutuhkan pendanaan yang sangat

besar. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN. namun perlu ditunjang dari

sumber pendanaan lain diantaranya Pemerintah Daerah melalui APBD prov/kab/kota,

keterlibatan swasta, perbankan (skim kredit dan kredit komersial) serta dari swadaya

masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan terhadap pendanaan yang

bersumber dari kerjasama dengan internasional. Dukungan pendanaan dibutuhkan

untuk memfasilitasi proses koordinasi, supervise, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi program/kegiatan.

Page 26: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

16

Program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan

Pangan 2015-2019 yang dibiayai APBN, adalah prioritas nasional. Kebutuhan anggaran

Badan Ketahanan Pangan tahun 2015 adalah sebesar Rp 635,25 milyar. Sedangkan

kebutuhan anggaran tahun 2019 diperkirakan sebesar Rp 1.439,90 milyar. Kebutuhan

anggaran tersebut untuk membiayai kegiatan kajian, analisis dan perumusan kebijakan

ketahanan pangan serta pengembangan model pemberdayaan untuk meningkatkan

ketahanan pangan masyarakat terutama di lokasi rentan ketahanan pangan. Rencana

pendanaan tahunan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019

No Kegiatan ALOKASI (Milyar Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan

Stabilitas Harga Pangan

107,26 285,41 466,02 675,59 1.081,80

1815 Pengembangan ketersediaan dan

penanganan rawan pangan

111,61 268,43 285,36 320,38 71,261

1816 Pengembangan Penganekaragaman

Konsumsi dan Keamanan Pangan

132,89 125,71 98,52 138,60 149,08

1817 Dukungan Manajemen dan Teknis

Lainnya Badan Ketahanan Pangan

283,49 103,49 113,84 125,23 137,75

TOTAL 635,25 783,06 963,76 1.259,82 1.439,90

Sumber: BKP. Kementan

Secara lengkap target dan anggaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan

Pangan Masyarakat 2015-2019 ditampilkan Matrik Kinerja dan Pendanaan Badan

Ketahanan Pangan pada Lampiran 3. Rencana pendanaan tersebut akan disesuaikan

dengan arah kebijakan nasional dan Kementerian Pertanian pada tahun berjalan.

B. Perjanjian Kinerja

Sebagai tindaklanjut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja

Page 27: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

17

dan Pelaporan dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Badan

Ketahanan Pangan telah menyusun Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Kepala Badan

Ketahanan Pangan hingga Eselon IV lingkup Badan Ketahanan Pangan. Dalam

penyusunan laporan kinerja ini merupakan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan,

maka perjanjian kinerja yang disusun sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas

kinerja yang akan dicapai pada tahun 2016. Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan

Pangan mengalami beberapa perubahan karena adanya perubahan fokus kegiatan,

sasaran, dan perubahan anggaran. Pada awal tahun 2016, Perjanjian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 783,06 Milyar, selanjutnya

mengalami perubahan Perjanjian Kinerja hingga 3 kali yaitu Perjanjian Kinerja (Revisi I)

dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 728,93 Milyar. Perjanjian Kinerja (Revisi II)

dengan alokasi anggaran sebesar 705,86 Milyar. dan Perjanjian Kinerja (Revisi III)

dengan alokasi anggaran sebesar 671,86 Milyar. Perjanjian Kinerja Awal dan

Perubahan (Revisi III) seperti pada tabel dibawah ini, sedangkan Perjanjian Kinerja

Awal dan Perubahan (Revisi I dan II) dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.

Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Awal

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

1. Peningkatan ketersediaan

pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 89.71

2. Penurunan jumlah

penduduk rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1%

3. Stabilitas harga pangan

pokok di tingkat produsen

dan konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (Cv)

< 10%

4. Peningkatan kuantitas dan

kualitas konsumsi pangan

masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.040 Kkal/Kap/hr

6. Konsumsi Pangan Hewani 200 Kkal/Kap/hr

7. Skor PPH Konsumsi

86,2

5. Peningkatan pangan segar

yang aman dan bermutu

8. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10%

9. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80%

Page 28: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

18

Kegiatan Anggaran

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Rp 268.476.500.000.-

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 285.414.000.000.-

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Rp 125.717.388.000.-

Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan Rp 103.456.432.000.-

JUMLAH Rp 783.064.320.000.-

Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan III

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

2. Peningkatan ketersediaan

pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 89.71

3. Penurunan jumlah penduduk

rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1%

4. Stabilitas harga pangan

pokok di tingkat produsen

dan konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (Cv)

- Beras - Cabai merah - Bawang merah

< 10%

< 28 %

< 18 %

6. Peningkatan kuantitas dan

kualitas konsumsi pangan

masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.040 Kkal/Kap/hr

6. Konsumsi Pangan Hewani 200 Kkal/Kap/hr

7. Skor PPH Konsumsi 86,2

7. Peningkatan pangan segar

yang aman dan bermutu

8. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10%

9. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80%

Kegiatan Anggaran

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Rp 193.188.170.000.-

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 244.304.341.000.-

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan

Rp 149.451.632.000.-

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan

Pangan

Rp 84.912.321.000.-

JUMLAH Rp 671.856.464.000.-

Page 29: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

19

Penetapan Kinerja sudah selaras dengan Renstra Badan Ketahanan Pangan

Tahun 2015 – 2019 Edisi Revisi, seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja.

SASARAN

PROGRAM

Indikator Renstra Tahun

2015 – 2019

Target

2016

Indikator Penetapan

Kinerja tahun 2016

Target

1. Peningkatan

ketersediaan

pangan yang

beragam

Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Ketersediaan

89,71 Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Ketersediaan

89,71

4. Penurunan

jumlah penduduk

rawan pangan

Penurunan jumlah

penduduk rawan pangan

(%/Tahun)

1 Penurunan jumlah

penduduk rawan pangan

(%/Tahun)

1

5. Stabilitas harga

pangan pokok di

tingkat produsen

dan konsumen

Harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen

(Rp/Kg)

≥ HPP Harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen

(Rp/Kg)

≥ HPP

Koefisien variasi pangan di

tingkat konsumen (CV)

Koefisien variasi pangan di

tingkat konsumen (CV)

- Beras ≤ 10% - Beras ≤ 10%

- Cabe Merah ≤ 28% - Cabe Merah ≤ 28%

- Bawang Merah ≤ 18% - Bawang Merah ≤ 18%

6. Peningkatan

kuantitas dan

kualitas konsumsi

pangan

masyarakat

Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

2.040 Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

2.040

Konsumsi Pangan Hewani

(kkal/kap/hr)

200 Konsumsi Pangan Hewani

(kkal/kap/hr)

200

Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

86.2 Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) Konsumsi

86.2

7. Peningkatan

pangan segar

yang aman dan

bermutu

Rasio konsumsi pangan

lokal non beras terhadap

beras (%)

5.70 Rasio konsumsi pangan

lokal non beras terhadap

beras (%)

5.70

Peningkatan produk pangan

segar yang terdaftar

dan/atau tersertifikasi (%)

10 Peningkatan produk

pangan segar yang

terdaftar dan/atau

tersertifikasi (%)

10

Tingkat keamanan pangan

segar yang diuji (%)

≥ 80 Tingkat keamanan pangan

segar yang diuji (%)

≥ 80

Page 30: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

20

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Metode penghitungan keberhasilan pencapaian kinerja adalah realisasi indikator

dibandingkan dengan target indikator dikalikan 100 persen. Kriteria keberhasilan

pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja dalam laporan ini diindikasikan dengan

nilai pencapaian sebagai berikut:

1. Sangat berhasil : jika capaian kinerja>100%

2. Berhasil : 80-100%

3. Cukup Berhasil : 60-79%

4. Tidak Berhasil : <60%

Tabel 7. Penjelasan Hasil Penghitungan Keberhasilan Pencapaian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan

INDIKATOR TARGET

REALISASI KETERANGAN

1. Skor PPH Ketersediaan 89.71 - - Semakin besar capaian keberhasilan Skor

PPH Ketersediaan. maka ketersediaan

pangan sudah terpenuhi bagi masyarakat.

sehingga capaian kinerja semakin baik.

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1% - - Capaian tahun berjalan dikurangi capaian

tahun sebelumnya.

- Semakin besar selisih penurunan jumlah

penduduk rawan pangan. maka semakin

sedikit jumlah penduduk rawan pangan.

sehingga capaian kinerja semakin baik.

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP - - Berdasarkan HPP Rp. 3.700

- Semakin tinggi harga gabah diatas HPP. maka

semakin tinggi pendapatan petani. sehingga

capaian kinerja semakin baik. Diharapkan

kesejahteraan petani semakin baik.

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (Cv)

Beras

Cabe Merah

Bawang Merah

< 10%

< 28 %

< 18 %

- - -

- Semakin kecil CV pangan dibawah CV

pangan ketetapan. maka capaian kinerja

semakin baik. semakin stabil harga beras.

cabai merah. dan bawang merah ditingkat

konsumen.

Page 31: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

21

INDIKATOR TARGET

REALISASI KETERANGAN

5. Konsumsi Energi 2.040

Kkal/Kap/hr

-

- Semakin besar capaian keberhasilan

konsumsi energi. maka tingkat konsumsi

energi sudah terpenuhi bagi masyarakat.

sehingga capaian kinerja semakin baik.

Diharapkan terjadi penurunan konsumsi beras

yang diimbangi konsumsi umbi-umbian.

6. Konsumsi Pangan Hewani

200

Kkal/Kap/hr

-

- Semakin besar capaian keberhasilan

konsumsi pangan hewani. maka tingkat

konsumsi pangan hewani sudah terpenuhi

bagi masyarakat. sehingga capaian kinerja

semakin baik. Diharapkan terjadi peningkatan

konsumsi pangan hewani yang diimbangi

konsumsi pangan nabati.

7. Skor PPH Konsumsi 86.2 - - Semakin besar capaian keberhasilan Skor

PPH Konsumsi. maka semakin beragam dan

seimbang konsumsi pangan masyarakat.

sehingga capaian kinerja semakin baik.

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5. 70% - - Semakin besar capaian rasio konsumsi

pangan local non beras terhadap beras. maka

tingkat konsumsi energi yang bersumber dari

pangan local non beras sudah terpenuhi bagi

masyarakat. sehingga capai kinerja semakin

baik. Diharapkan terjadi penurunan konsumsi

beras yang diimbangi konsumsi umbi-umbian.

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10% - - Semakin banyak produk pangan segar yang

tersertifikasi. maka pelaku pertanian semakin

paham tingkat keamanan produk pangan

segar. sehingga capaian kinerja semakin

baik.

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80% - - Semakin tinggi prosentase keamanan pangan

segar yang diuji. maka semakin aman pangan

segar di masyarakat. sehingga capaian kinerja

semakin baik.

Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

pada tahun 2016, sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat BKP, yaitu meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan

ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan, dengan sasaran kegiatan

Page 32: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

22

utama yaitu: (1) Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan

keamanan pangan; (2) Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan; (3)

Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan; (4)

Meningkatnya manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan

efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan.

Masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan indikator

kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan

realisasinya.

Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan dalam menjalankan Program Peningkatan

Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian

outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari

berfungsinya output yang telah dilaksanakan unit kerja Eselon II yaitu Pusat

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Sekretariat Badan

Ketahanan Pangan. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tersebut

dilaksanakan secara bulanan, triwulanan dan tahunan, sedangkan pengukuran realisasi

keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara mingguan, bulanan dan triwulanan

melalui Laporan Sistem Monitoring Anggaran Terpadu (SMART) secara online, Laporan

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), Laporan Kegiatan Utama dan

Strategis, Laporan Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Badan

Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian, serta Laporan Rencana Aksi Hak Asasi

Manusia (RANHAM) Kementerian Hukum dan Ham.

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu

menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliabel sebagai bahan

pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk

menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target

kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Page 33: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

23

Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

REALISASI

CAPAIAN

1. Peningkatan

ketersediaan pangan

yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 89.71 85.24 - Berhasil (95 %)

- Capaian keberhasilan

Skor PPH

Ketersediaan hampir

mendekati target.

maka ketersediaan

pangan sudah

terpenuhi bagi

masyarakat. sehingga

capaian kinerja

semakin baik.

2. Penurunan jumlah

penduduk rawan

pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1% 0.27 % - Krg Berhasil (27 %)

- Sudah terjadi

penurunan jumlah

penduduk rawan

pangan. namun

penurunan masih

kurang berhasil.

3. Stabilitas harga

pangan pokok di

tingkat produsen dan

konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP 4.268 - HPP Rp. 3.700 (Sangat

Berhasil 115,35 %)

- Harga gabah sudah

diatas HPP. maka

semakin tinggi

pendapatan petani.

sehingga capaian

kinerja semakin baik.

Diharapkan

kesejahteraan petani

semakin baik.

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (Cv)

Beras

Cabe Merah

Bawang Merah

< 10%

< 28 %

< 18 %

1.74 %

23.57 %

23.90 %

- CV harga beras sudah

sangat rendah/jauh

dari target sehingga

harga beras ditingkat

konsumen sangat

stabil.

- CV harga cabai merah

lebih rendah dari

target, namun hampir

mendekati target

sehingga harga cabai

merah kurang stabil.

Page 34: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

24

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

REALISASI

CAPAIAN

- CV harga bawang

merah lebih tinggi dari

target, sehingga harga

bawang merah belum

stabil.

5. Peningkatan kuantitas

dan kualitas konsumsi

pangan masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.040

Kkal/Kap/hr

2.147

Kkal/Kap/Hr

- Sangat Berhasil

(105,2 %). Konsumsi

energi. sudah

melebihi target, maka

konsumsi energi

sudah sangat baik,

sehingga capaian

kinerja semakin baik.

6. Konsumsi Pangan Hewani

200

Kkal/Kap/hr

211

Kkal/Kap/Hr

- Sangat Berhasil

(105.5 %)

Konsumsi pangan

hewani. sudah

melebihi target, maka

konsumsi pangan

hewani semakin

banyak, sehingga

capaian kinerja

semakin baik.

7. Skor PPH Konsumsi 86.2 86.00 - Berhasil (99 %)

- Capaian keberhasilan

Skor PPH Konsumsi.

hampir mendekati

target. maka

konsumsi pangan

masyarakat semakin

beragam dan

seimbang. sehingga

capaian kinerja

semakin baik.

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5. 70% 6.30 % - Sangat Berhasil (110

%). Rasio konsumsi

pangan lokal non

beras terhadap beras,

sudah melebihi

target, maka

konsumsi pangan non

beras semakin

banyak, sehingga

capaian kinerja

semakin baik.

Page 35: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

25

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

REALISASI

CAPAIAN

6. Peningkatan pangan

segar yang aman dan

bermutu

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10% 26.04 % - Sangat Berhasil (260

%)

- Capaian kinerja

sudah diatas target.

berarti banyak produk

pangan segar yang

tersertifikasi, maka

pelaku pertanian

semakin paham

tingkat keamanan

produk pangan segar,

sehingga capaian

kinerja semakin baik.

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80% 99.61 % - Sangat berhasil (124

%)

- Capaian kinerja

keamanan pangan

segar yang diuji,

sudah diatas target,

maka semakin aman

pangan segar di

masyarakat, sehingga

capaian kinerja

semakin baik.

Sumber : Badan Ketahanan Pangan

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun

2016 adalah : dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen

(Sangat Berhasil) sebanyak 6 indikator, nilai pencapaian 80 – 100 persen

(Berhasil) sebanyak 2 indikator yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi,

dan nilai pencapaian dibawah 60 persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu

penurunan rawan pangan, meskipun mengalami penurunan jumlah penduduk

rawan pangan. Sedangkan untuk indikator koefisien variasi harga beras jauh

dibawah target sehingga harga beras stabil, cabai merah meskipun sudah

dibawah target namun hampir mendekati target, sehingga harga cabai merah

kurang stabil, sedangkan harga bawang merah diatas target sehingga harga

bawang merah belum stabil.

Page 36: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

26

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran.

Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja

kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat

dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait untuk mencapai

sasaran tersebut. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Badan

Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Skor PPH Ketersediaan

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan

ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara

berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan

meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target

pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan

angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X

tahun 2014 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan

minimal 2.400 kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram/kapita/hari

untuk protein.

Ketersediaan energi selama kurun waktu 2012 - 2016 sudah jauh di atas

rekomendasi WNPG X tahun 2012 dengan rata–rata 3.890 kkal/kapita/hari.

Ketersediaan energi tersebut mengalami peningkatan rata-rata 0,63 persen

per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan energi selama periode

ini disebabkan terjadinya peningkatan ketersediaan energi yang cukup besar

pada periode 2012 - 2016 karena adanya peningkatan produksi beberapa

komoditas pangan. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa ketersediaan

energi secara umum sudah cukup baik. Kelebihan ketersediaan pangan

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai stok atau cadangan maupun untuk

diekspor.

Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode

2012 - 2016 juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG X

Page 37: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

27

tahun 2012 dengan ketersediaan protein rata-rata 89,66 gram/kapita/hari.

Namun ketersediaan protein tersebut mengalami penurunan rata-rata 1,19

persen per tahun. Upaya dalam peningkatan ketersediaan protein antara lain :

(1) berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya peningkatan produksi

komoditas yang mengandung protein nabati dan hewani, (2) sosialisasi dan

promosi terkait dengan ketersediaan protein di tingkat rumah tangga.

Jika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok pangan hewani

memberikan porsi sumbangan dengan jumlah yang jauh lebih besar

dibandingkan kelompok pangan nabati. Secara nasional, ketersediaan energi

dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH

Ketersediaan Tahun 2012–2016

Tahun Energi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari) Skor PPH

Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani Ketersediaan

2012

3.896

3.707 188 88.99 73.19 15.79 83.5

2013

3.867

3.586 280 89.55 71.82 17.73 90.85

2014

3.834

3.662 172 91.83 74.06 17.78 89.3

2015

3.835

3.658 177 94.85 76.53 18.32 89.72

2016*

4.017

3.854 163 83.07 65.73 17.33 85.24

Total Pertumbhn 0.032 0.041 0.054 -0.060 -0.095 0.102 0.026

Rata2 Pertumbhn (%)

0.635 0.821 1.072 -1.191 -1.906 2.040 0.515

Rata-rata 3.890

3.693 196 89.66 72.27 17.39 87.72

Keterangan : NBM 2016 Perkiraan

Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP). Kementerian Pertanian

Page 38: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

28

Grafik 1. Ketersediaan Energi Tahun 2012 – 2016

Grafik 2. Ketersediaan Protein Tahun 2012 – 2016

Grafik 3. Skor PPH Ketersediaan Pangan Tahun 2012 – 2016

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

2012 2013 2014 2015 2016* Rata-rata

Ketersediaan Energi (Kalori/Hari)

Energi (Kalori/Hari) Total Energi (Kalori/Hari) Nabati Energi (Kalori/Hari) Hewani

0

20

40

60

80

100

2012 2013 2014 2015 2016* Rata-rata

Ketersediaan Protein (Gram/Hari)

Protein (Gram/Hari) Total Protein (Gram/Hari) Nabati Protein (Gram/Hari) Hewani

78

80

82

84

86

88

90

92

2012 2013 2014 2015 2016* Rata-rata

Skor PPH Ketersediaan

Page 39: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

29

Tingkat ketersediaan pangan selain dilihat dari kecukupan gizinya, baik energi

dan protein, juga dinilai dari sisi keberagaman ketersediaan gizi berdasarkan

Pola Pangan Harapan (PPH). PPH tingkat ketersediaan dihitung berdasarkan

ketersediaan energi Neraca Bahan Makanan (NBM). Keberagaman

ketersediaan pangan akan mendukung pencapaian keberagaman konsumsi

pangan sehingga dapat dicapai sasaran konsumsi pangan yang diharapkan.

Perkembangan skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan

Makanan tahun 2012 – 2016 menunjukkan skor rata-rata 87,72 persen

dengan kecenderungan meningkat rata-rata 0,51 persen per tahun. Skor PPH

tingkat ketersediaan dari NBM tahun 2016 adalah 85,24, apabila dibandingkan

tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,48. Penurunan tersebut

disebabkan oleh : (1) mulai tahun 2014 perhitungan angka PPH ketersediaan

telah menggunakan angka ketersediaan energi 2.400 kkal/kapita/hari sesuai

dengan rekomendasi WNPG X tahun 2012. sebelumnya angka ketersediaan

energi 2.200 kkal/kap/hari; (2) pemindahan kandungan gizi komoditas rumput

laut yang sebelumnya masuk ke dalam kelompok hewani, di masukan ke

kelompok nabati. Untuk mencapai keberagaman ketersediaan pangan yang

ideal dan memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) tingkat ketersediaan yang

dianjurkan, maka yang perlu ditingkatkan lagi selama tahun 2012 - 2016

adalah ketersediaan kelompok pangan hewani serta sayuran dan buah.

Kegiatan Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung pencapaian PPH

Ketersediaan adalah Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat,

Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat karena kegiatan tersebut

mendukung pendapatan anggota kelompok dan sebagai cadangan pangan

masyarakat.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator Skor

PPH Ketersediaan adalah sebesar Rp. 250.064.227.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 244.304.341.000 atau 91,57 persen.

Page 40: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

30

2. Penurunan Penduduk Rawan Pangan

Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan dua fenomena yang saling

terkait, bahkan dipandang sebagai hubungan sebab akibat. Kondisi ketahanan

pangan yang rentan menjadi sumber kemiskinan, sebaliknya kemiskinan bisa

menjadi penyebab seseorang menjadi rawan pangan.

Tingkat perkembangan penduduk rawan pangan ditunjukkan dengan Angka

Rawan Pangan yang merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas

pangan masyarakat dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat, yang

diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Data dasar yang digunakan untuk

mengukur tingkat kerawanan pangan adalah data hasil Susenas (Survei

Sosial Ekonomi Nasional) berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi

pangan yang dilaksanakan oleh BPS dimana angka kecukupan konsumsi

kalori penduduk Indonesia per kapita per hari berdasarkan Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal.

Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG) suatu

daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk dengan konsumsi kalori

kurang dari 1400 kkal (70% AKG) perkapita dibagi dengan jumlah penduduk

pada golongan pengeluaran tertentu. Angka rawan pangan sejak tahun 2012–

2016 ditunjukkan pada Tabel dan Grafik dibawah ini.

Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun 2012 - 2016.

Tahun

Jumlah Penduduk Sangat Rawan

Pangan (< 70% AKG)

%

Jumlah Penduduk Rawan

Pangan (70%-89.9% AKG)

%

Jumlah Penduduk

Tahan Pangan (>=90% AKG)

%

2012 47.842.490 19,52 80.832.494 32,97 116.463.438 47,51

2013 46.399.355 18,68 84.091.618 33,84 117.956.185 47,48

2014 43.739.341 16,94 84.823.188 33,16 122.825.321 49,90

2015 33.030.182 12,96 72.813.600 28,57 149.052.869 58,48

2016 32.734.074 12,69 70.039.317 27,16 155.116.930 60,15

Sumber: Data Susenas BPS berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan dengan jumlah kecukupan gizi 2000 kkal/hari sesuai dengan WNPG VIII tahun 2004. Keterangan:

Sangat rawan : (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; Rawan Pangan : (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; Tahan pangan : (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG.

Page 41: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

31

Grafik 4. Persentase Perkembangan Kerawanan Pangan

Berdasarkan perkembangan angka rawan pangan pada tabel dan grafik diatas

yang merupakan angka gabungan yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh

sampel data susenas pada tahun tersebut, terlihat bahwa penduduk rawan

pangan mengalami penurunan sejak tahun 2012 - 2016. Persentase angka

sangat rawan pangan pada 2012 sebesar 19,52 persen; 2013 sebesar 18,68

persen; 2014 sebesar 16,94 persen; 2015 sebesar 12,96 persen; dan tahun

2016 turun menjadi 12,69 persen. Namun apabila dibandingkan tahun 2015,

tahun 2016 sudah terjadi penurunan jumlah penduduk rawan pangan, namun

penurunan masih kurang berhasil atau 27 persen.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam

mendukung penurunan rawan pangan adalah kegiatan (a) Pengembangan

Desa/Kawasan Mandiri Pangan, (b) Penanganan Daerah Rawan Pangan

melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi serta Peta Kerawanan dan

Kerentanan Pangan (FSVA), (c) Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil

(SOLID) di Maluku dan Maluku Utara, (d) Pengembangan Lumbung Pangan

Masyarakat di 54 kelompok pada lokasi kegiatan yang diprioritaskan di daerah

rawan pangan dan sebagai cadangan pangan masyarakat, serta (e) Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) di 4.869 desa, KRPL dalam rangka

peningkatan gizi rumah tangga dan peningkatan pendapatan masyarakat.

2012 2013 2014 2015 2016

Sangat Rawan 19,52 18,68 16,94 12,96 12,69

Rawan Pangan 32,97 33,84 33,16 28,57 27,16

Tahan Pangan 47,5 47,48 49,90 58,48 60,15

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,00

pe

rse

n

Perkembangan Kerawanan Pangan di Indonesia Tahun 2012-2016

Page 42: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

32

a. Kawasan Mandiri Pangan

Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan penanggulangan

kerawanan pangan khususnya rawan pangan kronis. BKP

mengembangkan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan yang menjadi

salah satu kegiatan strategis di BKP. Kawasan Mandiri Pangan (KMP)

adalah kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan

masyarakat yang berasal dari desa-desa atau kampung-kampung

terpilih (terdiri dari 5 kampung/desa), untuk menegakkan masyarakat

miskin di daerah rawan pangan menjadi kaum mandiri. Tujuan umum

kegiatan KMP adalah mewujudkan ketahanan pangan masyarakat

berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan. Secara

keprograman, kegiatan KMP dilaksanakan melalui 5 tahapan yang

meliputi: Tahap Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, Kemandirian

dan Keberlanjutan (Exit Strategy). Untuk mendukung kegiatan

pemberdayaan dalam KMP maka dialokasikan dana bantuan sosial

bansos/bantuan pemerintah (banper), serta anggaran pembinaan dan

pendampingan bagi daerah.

Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dimulai pada tahun 2013 di

Kawasan Perbatasan, Kepulauan, serta Papua dan Papua Barat yang

bertujuan untuk: (1) mengembangkan perekonomian kawasan adat di

Papua-Papua Barat; (2) mengembangkan perekonomian kawasan

perbatasan antar negara; dan (3) mengembangkan cadangan pangan

masyarakat kawasan kepulauan.

Tabel 11. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan

Tahun 2013–2016

Tahun 2013 2014 2015 2016 Total Rata-rata/ tahun

Bansos/Banper (juta) 21.800 21.400 20.600 7.800

71.600 14.320

Penerima Manfaat 109 107 188 181

585 146

Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Page 43: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

33

Sasaran kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di tahun 2016 berada di

192 kawasan di 145 Kabupaten/Kota pada 31 Provinsi yang terdiri dari

107 Kawasan Kepulauan, Perbatasan, Papua dan Papua Barat serta

85 KMP di provinsi lainnya. Untuk pelaksanaan kegiatan KMP tahun

2016 (yakni KMP yang dimulai pada tahun 2015) terdapat perbedaan

antara target dan capaian, dimana target pelaksanaan KMP diawal

tahun 2016 adalah sebanyak 192 kawasan dan terealisasi sebanyak

181 kawasan atau 94,27% (yang terdiri dari 103 Kawasan Kepulauan.

Perbatasan, Papua dan Papua Barat dan 78 KMP di provinsi lainnya).

Penyebab terjadinya hal tersebut antara lain karena:

1. Terjadi pemekaran di salah satu wilayah Provinsi Kalimantan

Timur menjadi Provinsi Kalimanatan Utara sehingga berpengaruh

terhadap kesiapan provinsi baru dalam proses administrasi

pencairan bansos dan pembinaan kegiatan;

2. Tantangan dari segi geografis di beberapa daerah di mana jarak

antar lokasi yang jauh dan tidak hanya dihubungkan oleh daratan

(tetapi juga perairan) sehingga dibutuhkan sumber daya (termasuk

keuangan) yang besar untuk pelaksanaan monev oleh aparat

kabupaten dan provinsi;

3. Kapasitas SDM/aparat yang masih kurang di tingkat kabupaten;

4. Terdapat daerah yang tidak melakukan survei Data Dasar Rumah

tangga (DDRT) pada Tahap Persiapan;

5. Penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan

arahan yang sudah ditentukan. misalnya terdapat lokasi di mana

masyarakatnya menerima bantuan lain seperti bantuan

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP).

Selain itu tantangan lain yang dihadapi adalah: terjadinya refocusing

kegiatan dan anggaran, mutasi pejabat/pegawai, serta pendamping

yang tinggal diluar desa binaan.

Page 44: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

34

b. Penanganan Daerah Rawan Pangan

Kegiatan penanganan daerah rawan pangan lebih difokuskan pada

pencegahan dini daerah rawan melalui optimalisasi kegiatan FSVA

(Food Security and Vulnerability Atlas/Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan) dan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang

dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang kantong-

kantong kerawanan pangan tingkat wilayah.

FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan menggunakan indikator

yang sifatnya statis dan perubahannya jangka panjang periode

pengambilan data setiap 2 - 3 tahun. Untuk memperkuat analisis FSVA

dilakukan sistem pemantauan dan deteksi dini dalam mengantisipasi

kejadian kerawanan pangan secara berjenjang dan dilakukan secara

periodik (bulanan) dan terus menerus.

SKPG merupakan serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian

kerawanan pangan dan gizi melalui pengumpulan, pemrosesan,

penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan

gizi bulanan dan tahunan. Data bulanan dan tahunan tersebut

menginformasikan tentang 3 (tiga) indikator utama yaitu ketersediaan,

akses, dan pemanfaatan pangan yang menjadi dasar untuk

menginformasikan situasi pangan dan gizi di suatu daerah. Meskipun

kegiatan SKPG sangat bagus sebagai upaya pencegahan rawan

pangan, namun kegiatan SKPG kurang berjalan sesuai dengan target,

karena (i) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan

memanfaatkan hasil analisis SKPG; (ii) Tingginya tingkat mutasi aparat

sehingga petugas sering berganti; (iii) Tidak optimalnya peran Tim

Pokja SKPG; (iv) Kurangnya kesadaran aparat terkait pentingnya

kegiatan pemantauan pangan dan gizi melalui SKPG; dan (v)

Penghematan anggaran.

Page 45: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

35

c. Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan

Maluku Utara

Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan Maluku

Utara. Kegiatan tersebut antara lain Pemberdayaan Petani Kecil dan

Gender, dan kegiatan rumah tangga yang mendukung produksi

pertanian dan pemasaran.

Program SOLID dilaksanakan di 224 desa dan dirasakan manfaatnya

oleh 217 desa atau 92,72 %, yang terdiri dari 33.600 KK (100 % dari

target sasaran 33.600 KK) dan tergabung kedalam 26.363 Kelompok

Mandiri (KM) (98 % dari target sasaran 26.880 KM). Fasilitas

permodalan dalam bentuk dana hibah prestasi (MF) dan dana bergulir

(RF) diberikan kepada KM untuk membiayai usaha produktif yang

dijalankan oleh KM maupun anggota KM. Sampai dengan akhir tahun

2016, total dana MF dan RF yang disalurkan kepada KM masing-

masing sebesar Rp. 30.352 Milyar dan Rp. 72.840 Milyar.

Selain Fasilitasi permodalan. pada tahun 2016 KM menerima fasilitasi

pelatihan-pelatihan teknis, demplot, sekolah lapang, anjang karya, serta

bantuan sarana dan pra sarana untuk KM. Fasilitasi permodalan.

pelatihan pengembangan kapasitas serta sarana dan prasarana yang

diberikan kepada KM berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan

produktif yang diusahakan oleh KM.

Berdasarkan hasil survey tahun 2016, peningkatan hasil produksi

pertanian dialami oleh hampir semua responden SOLID. Peningkatan

produksi pertanian responden tersebut terjadi pada hampir semua

komoditi/produk yang diusahakan, kecuali produk olahan pala.

Peningkatan tersebut terkait dengan penggunaan teknologi baru,

teknologi perbanyakan benih. teknik budidaya tanaman, dan lain-lain.

Meskipun produksinya dilaporkan meningkat. hanya 59% responden

yang menyatakan bahwa pendapatan mereka naik dibandingkan

Page 46: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

36

dengan tahun sebelumnya. Jumlah peningkatan produksi dan

pendapatan petani dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Grafik 5. Produksi rata-rata per responden pada tahun 2015 dan 2016

Grafik 6. Dampak Peningkatan Pendapatan Kelompok Solid dibandingkan

dengan tahun sebelumnya

Adanya peningkatan produksi pertanian dan pendapatan tersebut

berpengaruh terhadap situasi ketahanan pangan responden SOLID.

Dari seluruh responden, hanya 25% yang melaporkan mengalami

kekurangan pangan selama 12 bulan terakhir. Akan tetapi. responden

tersebut sebagian besar mengalami kekurangan kekurangan pangan

selama 1-2 minggu (Grafik A), relatif lebih singkat apabila dibandingkan

dengan durasi kekurangan pangan yang dialami oleh sebagian besar

responden pada tahun 2012 dan 2014 (Grafik B).

59%

32%

9%

Lebih Tinggi

Sama

Lebih Rendah

Page 47: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

37

Grafik 7. Durasi kekurangan pangan yang dialami oleh responden survey tahun 2016 (A) dan survey benchmark dan midterm dampak (B).

Kendala SOLID : (1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal

tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran; (2) Pencairan dana ditahun

2015 masih disalurkan ditahun 2016; (3) Proses identifikasi yang agak

terlambat karena belum siapnya masyarakat dalam penyusunan Rencana

Usaha.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator

penurunan jumlah penduduk rawan pangan adalah sebesar Rp.

250.064.227.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 244.304.341.000

atau 91,57 persen.

3. Stabilnya Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan

kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat

dipengaruhi beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan

pangan, kelancaran arus distribusi pangan, dan pengaturan impor pangan.

Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam

negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi

akan menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan

0

10

20

30

40

50

1 minggu 2minggu 3 minggu > 3 minggu

Ju

mla

h R

esp

on

ded

n (

%)

0

10

20

30

40

50

Ju

mla

h R

esp

on

ded

n (

%)

Benchmark (2012)

Midterm (2014)

A B

Page 48: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

38

pangan. Berikut perkembangan harga gabah di tingkat produsen tahun 2012 –

2016, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 8. Harga Gabah di Tingkat Produsen Tahun 2012 – 2016 Berdasarkan

Pantauan BPS

Grafik 9. Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras di Tingkat Petani

Harga (Rp/Kg) GKP di Petani Harga (Rp/Kg) GKG d Penggilingan

Harga (Rp/Kg) Beras Medium di Penggilingan

Page 49: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

39

Tabel 12. Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani

Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016

Bulan

Harga (Rp/Kg)

GKP di Petani GKG d Penggilingan Beras Medium di

Penggilingan

Januari 5.206 5.805 9.548

Februari 5.211 5.869 9.622

Maret 4.703 5.622 9.444

April 4.262 5.593 8.959

Mei 4.440 5.600 8.836

Juni 4.501 5.526 8.973

Juli 4.376 5.473 8.932

Agustus 4.480 5.514 8.901

September 4.537 5.397 8.965

Oktober 4.905 5.413 8.981

November 5.070 5.426 9.050

Desember 5.117 5.551 9.069

Rata-Rata 4.734 5.566 9.107

Maksimal 5.211 5.869 9.622

Minimal 4.262 5.397 8.836

Pertb/bl (%) (0,02) (0,39) (0,45)

CV (%) 7,36 2,65 2,96

Sumber : BPS yang diolah BKP

Berdasarkan capaian kinerja sasaran Stabilnya Harga Gabah Kering Panen

(GKP) di Tingkat Produsen melalui Panel Harga Badan ketahanan Pangan

yaitu Rp. 4.268/kg atau Sangat Berhasil 115,35 persen. Harga gabah sudah

diatas HPP yaitu Rp. 3.700/kg, maka semakin tinggi pendapatan petani,

sehingga capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin baik.

Pola perkembangan harga GKP di petani selama tahun 2012 – 2016 memiliki

pola yang hampir sama setiap tahunnya. Data harga gabah kering panen

(GKG) diambil dari data harga di 22 provinsi sentra produksi padi (panel harga

pangan BKP). Selama Tahun 2016 sebagian besar petani di lokasi panel

menjual gabah dalam bentuk GKP dan GKG. Harga Gabah Kering Panen

(GKP) di tingkat petani berkisar antara Rp 4.057/kg s.d Rp 4.659/kg. Harga

tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016 senilai Rp. 4.659/kg, sedangkan

harga terendah terjadi pada Bulan April 2016 senilai Rp. 4.057/kg. Perubahan

Page 50: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

40

harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu turun 0,71 persen dan harga

GKP tahun 2016 cenderung stabil koefisien varian (CV) sebesar 4,15 persen.

Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar antara Rp

5.032/kg s.d Rp 5.548/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016

senilai Rp. 5.548/kg dan harga terendah pada bulan Juni 2016 senilai Rp.

5.032/kg. Sama halnya dengan perubahan harga GKP, harga GKG di tingkat

penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,51 persen dan harga GKG tahun 2016

relatif stabil koefisien varian (CV) 3,01 persen.

Harga beras medium di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 8.554/kg s.d

Rp 9.018/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 senilai Rp.

9.018/kg dan harga terendah pada bulan September 2016 senilai Rp.

8.554/kg. Perubahan harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu

turun 0,24 persen dan harga beras medium tahun 2016 relatif stabil dengan

koefisien varian (CV) sebesar 1,74 persen. Harga gabah dan beras dikatakan

berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu.

Perkembangan harga gabah berdasarkan panel harga BKP tahun 2016 dapat

dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini.

Grafik 10. Perkembangan Panel Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Har

ga (

Rp

/Kg)

Harga GKP di Petani Harga GKG di Penggilingan Harga Beras Medium di Penggilingan

Page 51: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

41

Tabel 13. Perkembangan Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen

Bulan

Harga Komoditas Pangan Strategis (Rp/Kg)

Harga GKP di Petani Harga GKG di Penggilingan

Harga Beras Medium di Penggilingan

Jan 4.659 5.548 8.992

Feb 4.555 5.441 9.018

Mar 4.196 5.187 8.809

Apr 4.057 5.077 8.62

May 4.104 5.074 8.598

Jun 4.135 5.032 8.572

Jul 4.168 5.087 8.709

Aug 4.226 5.119 8.673

Sep 4.24 5.111 8.554

Oct 4.281 5.154 8.651

Nov 4.305 5.173 8.706

Dec 4.292 5.236 8.754

Rata-Rata 4.268 5.187 8.721

Maksimal 4.659 5.548 9.018

Minimal 4.057 5.032 8.554

Pertb/bl (%) (0,71) (0,51) (0,24)

CV (%) 4,15 3,01 1,74

Sumber : Panel Harga BKP

Sedangkan perkembangan harga komoditas strategis di tingkat produsen

dapat dilihat pada lampiran 6.

Apabila dibandingkan harga LDPM, berdasarkan laporan 2 bulanan mulai

bulan Februari sampai dengan bulan Agustus tahun 2016 yang disampaikan

oleh provinsi pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM, rata-rata harga pembelian

Gapoktan adalah gabah Rp. 4.799.- dan beras Rp. 8.306.- ini menunjukkan

bahwa rata-rata pembelian Gapoktan lebih tinggi dibandingkan HPP (gabah

3.700 dan beras Rp. 7.300.-). Rincian Rata-rata harga pembelian Gabah dan

Beras dimasing-masing provinsi dapat dilihat pada tabel berikut ini

Page 52: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

42

Tabel 14. Rata-rata harga pembelian Gabah dan Beras tingkat LDPM

Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Dari Tabel di atas dapat digambarkan kondisi rata-rata harga pembelian

gabah dan beras di masing-masing provinsi, dimana harga rata-rata

pembelian gabah tertinggi terdapat di provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp.

7.470 per kg hal ini karena harga pembelian yang disampaikan merupakan

harga gabah kering giling, sedangkan harga gabah terendah terdapat di

provinsi Sumatera Barat sebesar Rp. 3.799.- per kg. Sementara itu untuk

pembelian beras harga tertinggi di Kepulauan Riau sebesar Rp. 10.000.- per

Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras

1 Aceh 4.320 7.388 4.334 7.389 4.312 7.389 4.313 7.389 4.320 7.389

2 Sumut 4.792 8.309 4.435 5.800 4.612 8.073 5.167 8.521 4.752 7.676

3 Sumbar 4.216 7.436 3.823 7.782 3.623 7.404 3.532 7.442 3.799 7.516

4 Riau 3.112 8.047 4.902 7.059 - 7.275 4.644 7.944 4.219 7.581

5 Kepri 7.500 - 7.500 10.000 7.500 10.000 7.379 10.000 7.470 10.000

6 Jambi 4.618 9.868 4.537 9.645 5.025 9.939 5.167 8.521 4.837 9.493

7 Bengkulu 4.450 10.055 3.843 7.432 - 6.963 5.000 - 4.431 8.150

8 Sumsel 4.536 9.540 5.025 9.939 3.971 8.106 3.971 8.106 4.376 8.923

9 Lampung - 8.645 5.152 7.794 4.440 8.566 4.035 8.161 4.542 8.291

10 Banten 5.000 8.500 5.000 8.500 4.973 8.500 5.000 8.500 4.993 8.500

11 DIY 4.900 8.450 4.790 7.918 4.987 8.082 4.922 8.404 4.900 8.214

12 Jabar 5.499 - 4.729 - 4.626 - 4.881 - 4.934 -

13 Jateng 4.929 8.567 4.929 8.567 4.972 8.530 4.846 8.530 4.919 8.549

14 Jatim 4.424 7.223 4.437 7.032 4.509 7.281 - 7.281 4.457 7.204

15 Bali 3.914 8.459 3.914 8.459 3.914 8.459 3.914 8.459 3.914 8.459

16 NTB 6.253 9.675 6.234 9.720 6.234 9.754 6.366 8.546 6.272 9.424

17 NTT - - - - 6.598 8.190 4.592 7.900 5.595 8.045

18 Kalbar 4.527 7.031 5.463 6.729 4.505 8.421 4.633 8.822 4.782 7.750

19 Kalsel - - 5.429 - 5.429 - 4.077 - 4.979 -

20 Sulsel 5.213 7.459 3.767 7.489 4.344 7.874 4.028 7.582 4.338 7.601

21 Sulbar - - - - - - - - - -

22 Sulteng - 8.493 - 6.838 - 7.294 - 7.245 - 7.467

23 Sultra 4.344 8.282 3.721 8.387 3.700 8.000 4.029 8.459 3.949 8.282

24 Sulut - 8.769 - 9.603 - 9.130 - 9.146 - 9.162

25 Gorontalo - 8.159 - 9.449 - 9.327 - 9.318 - 9.063

26 Maluku - - - - - - - - - -

4.808 8.418 4.798 8.168 4.857 8.298 4.725 8.299 4.799 8.306 Harga rata-rata

No. Provinsi

BulanHarga rata-rata

Februari April Juni Agt

Page 53: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

43

kg dan harga pembelian beras terendah terdapat di provinsi Jawa Timur Rp.

7.204.- per kg. Kondisi rata-rata harga pembelian gabah dan beras di masing-

masing provinsi dapat dilihat pada gambar berikut ini

Grafik 11. Kondisi rata-rata harga pembelian gabah dan beras di provinsi

Apabila dibandingkan dengan harga di tingkat produsen berdasarkan panel

harga BKP yaitu Rp. 4.268/Kg, maka rata-rata harga gabah di tingkat LDPM

lebih tinggi yaitu Rp. 4.799/Kg atau selisih Rp. 531/Kg. Indikasi perbedaan

tersebut disebabkan oleh : (a) Waktu pengambilan data, (b) Jumlah Gapoktan

yang disample.

Namun, apabila dibandingkan dengan rata-rata harga gabah di 9 provinsi

sample (lampiran 7) tingkat LUPM sebesar Rp. 4.416/Kg. tertinggi Rp.

5.433/Kg yaitu Provinsi Sumbar dan terendah Rp. 3.400 yaitu Provinsi Banten,

maka rata-rata harga gabah di tingkat LUPM lebih rendah dengan rata-rata

harga panel BKP yaitu Rp. 4.268/Kg atau selisih Rp. 148/Kg.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga gabah di tingkat produsen pada

tahun 2016, sangat stabil namun masih diatas Harga Pembelian Pemerintah

(HPP) sebesar Rp. 3.700/Kg.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Ace

h

Sum

ut

Sum

bar

Ria

u

Ke

pri

Jam

bi

Be

ngk

ulu

Sum

sel

Lam

pu

ng

Ban

ten

DIY

Jab

ar

Jate

ng

Jati

m

Bal

i

NTB

NTT

Kal

bar

Kal

sel

Suls

el

Sulb

ar

Sult

en

g

Sult

ra

Sulu

t

Go

ron

talo

Mal

uku

GABAH

BERAS

Page 54: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

44

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator

harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen adalah sebesar Rp.

201.550.444.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 193.188.170.000

atau 91,46 persen.

4. Koefisien Variasi Harga Pangan di Tingkat Konsumen

a. Koefisien Variasi Harga Beras

Berdasarkan data panel harga pangan BKP, rata-rata harga GKP tingkat

petani pada TW IV (Okt-Des) sebesar Rp. 4.333/kg atau 17,10% diatas HPP

(Rp. 3.700). Harga GKP pada TW IV mengalami kenaikan dibanding TW III

karena sdh lewat masa panen. Sedangkan TW III (Juli-Sept 2016), CV harga

beras medium ditingkat konsumen (eceran) 0.30% yang berarti harga sangat

stabil, bahkan jauh lebih stabil dibanding TW II. Kisaran harga GKP tingkat

petani Okt-Des sebesar Rp. 3.150- Rp. 5.324/Kg, dengan harga tertinggi di

Prov. Kalteng (43,90% diatas HPP) dan terendah di Sulteng(14,86% dibawah

HPP). Harga GKP Triwulan IV relatif stabil dengan coefisien variasi (CV)

0,48%, namun disparitas antar wilayah relatif besar yaitu 0,46-6,73% dengan

Prov Jabar paling stabil dan Prov Sulteng paling fluktuasi

Perkembangan harga pangan strategis periode Januari - Desember 2016

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 55: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

45

Tabel 15. Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Th. 2016 Berdasarkan BPS

Apabila dibandingkan rata-rata harga beras di tingkat konsumen berdasarkan

panel harga BKP yaitu Rp. 11.034/Kg dan BPS 13.191/kg, dengan rata-rata

harga beras di tingkat LUPM sebesar Rp. 8.649/kg dan Toko Tani Indonesia

sebesar Rp. 7.842/Kg, maka harga beras di LUPM dan TTI lebih rendah.

Uraian harga beras di tingkat LUPM dan TTI dapat dilihat pada lampiran 9.

Sehingga dengan adanya kegiatan Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia memberikan dampak terhadap

stabilisasi harga dan akses pangan masyarakat lebih terjangkau.

b. Koefisien Harga Bawang Merah

Stabilnya harga bawang merah ditandai dengan koefisien harga (CV) bawang

merah. Berdasarkan panel harga BKP tahun 2016, target CV harga bawang

merah adalah dibawah 18 persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga

Beras

Umum

Migor

Curah

Gula

Pasir

Daging

Sapi

Daging

Ayam

Telur

Ayam

Cabai

Rawit

Cabai

Merah

Bawang

MerahKedelai

Januari 13.319 13.144 13.191 113.803 36.499 24.134 36.469 37.831 33.104 11.351

Februari 13.376 13.292 13.401 114.936 33.744 23.105 27.371 40.549 27.455 11.351

Maret 13.316 13.715 13.569 115.071 30.910 20.632 44.688 48.654 40.332 11.360

April 13.127 14.204 13.717 114.326 30.282 19.909 33.312 33.151 41.663 11.373

Mei 13.034 14.798 14.840 113.888 30.846 20.153 27.567 28.486 41.365 11.373

Juni 13.103 14.988 15.966 115.876 33.635 22.486 26.951 28.101 36.986 11.373

Juli 13.174 14.815 16.694 117.096 34.880 21.706 35.696 31.431 41.748 11.373

Agustus 13.168 14.883 16.419 116.493 33.343 21.557 40.553 32.668 38.328 11.373

September 13.140 15.401 15.976 117.268 32.386 20.458 34.721 41.231 38.414 11.373

Oktober 13.153 15.172 15.688 116.551 31.314 19.736 34.122 54.062 34.695 11.373

November 13.185 15.162 15.327 116.345 30.605 19.313 49.855 64.263 42.702 11.373

Desember 13.201 15.549 15.134 116.516 32.324 21.461 61.634 51.329 36.845 11.373

Rata-Rata 13.191 14.594 14.993 115.681 32.564 21.221 37.745 40.980 37.803 11.369

Maksimal 13.376 15.549 16.694 117.268 36.499 24.134 61.634 64.263 42.702 11.373

Minimal 13.034 13.144 13.191 113.803 30.282 19.313 26.951 28.101 27.455 11.351

Pertb/bl (%) (0,08) 1,56 1,32 0,22 (0,96) (0,86) 8,46 4,70 2,40 0,02

CV (%) 0,75 5,57 8,27 1,06 5,88 6,91 27,08 27,85 11,68 0,08

Sumber: BPS diolah BKP Kementan

Bulan

Harga Pangan Strategis (Rp/Kg)

Page 56: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

46

bawang merah lebih tinggi dari target yaitu 23,90 persen, sehingga harga

cabai merah belum stabil.

Berdasarkan pantauan BPS, rata-rata harga bawang merah 37.803/kg. Harga

tertinggi terjadi pada bulan November 2016 adalah Rp. 42.702/kg dan harga

terendah pada bulan Februari 2016 adalah Rp. 27.455/kg. Pertumbuhan harga

bawang merah sebesar 2,40 persen per bulan dan harga bawang merah

tahun 2016 sedikit berfluktuasi karena koefisien harga sebesar 23,57 persen.

Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 18

persen.

Sedangkan harga bawang merah di tingkat konsumen melalui Toko Tani

Indonesia Center sebesar Rp. 25.000 – Rp. 32.000 per kilogram, perubahan

harga tersebut disebabkan oleh ketersediaan produksi bawang merah.

c. Koefisien Harga Cabai Merah

Stabilnya harga cabai merah ditandai dengan koefisien harga (CV) cabai

merah. Pada tahun 2016, target CV harga cabai merah adalah dibawah 28

persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga cabai merah sudah dibawah

target yaitu 23,57 persen, namun hampir mendekati target sehingga harga

cabai merah kurang stabil.

Berdasarkan pantauan BPS, rata-rata harga cabai merah 28.101/kg. Harga

tertinggi terjadi pada bulan November 2016 adalah Rp. 64.263/kg dan harga

terendah pada bulan Juni 2016 adalah Rp. 28.101/kg. Pertumbuhan harga

cabai merah sebesar 4,70 persen per bulan dan harga cabai merah tahun

2016 sedikit berfluktuasi karena koefisien harga (CV) sebesar 23,57 persen.

Harga cabai merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 28

persen.

Sedangkan harga cabai merah di tingkat konsumen melalui Toko Tani

Indonesia Center sebesar Rp. 30.000 – 36.000 per kilogram, perubahan harga

tersebut disebabkan oleh ketersediaan produksi bawang merah.

Page 57: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

47

Dalam mendukung stabilisasi harga tersebut, Badan Ketahanan Pangan telah

melaksanakan kegiatan Penguatan LDPM, Pengembangan Lumbung Pangan

Masyarakat, dan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui

Toko Tani Indonesia (TTI).

a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).

Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan secara bertahap mulai dari

Tahap Penumbuhan, Tahap Pengembangan, Tahap Kemandirian dan

Tahap Pasca Kemandirian. Pada tahun 2016 dukungan dana Bantuan

Pemerintah diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan

Pengembangan. yaitu pada tahun pertama sebesar Rp 150 juta dan tahun

kedua sebesar Rp 75 juta. Untuk tahun ketiga Tahap Kemandirian.

dukungan yang diberikan berupa pendampingan dan pembinaan dari

pendamping, Tim Teknis dan Tim Pembina.

Pada tahun 2016 (revisi), target kelembagaan distribusi pangan

masyarakat yang diberdayakan (tahap penumbuhan dan pengembangan)

adalah sebanyak 303 Gapoktan. Jumlah tersebut terdiri dari 100

Gapoktan Tahap Penumbuhan dan 203 Gapoktan Tahap Pengembangan.

Meskipun untuk Gapoktan Tahap Kemandirian sudah tidak menerima

bantuan dana bantuan pemerintah, tetapi masih dilakukan pembinaan

yang didanai APBN maupun APBD. Berdasarkan Pedoman Kegiatan

Penguatan LDPM 2016, setiap Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan

LDPM pada tahun kedua akan dinilai kelayakan dan kesiapannya oleh

Tim Pembina Provinsi untuk melaksanakan Tahap Pengembangan dan

menerima dana bansos tahap pengembangan.

Realisasi pemberdayaan Gapoktan selaku lembaga distribusi pangan

pada tahun 2016 adalah 287 Gapoktan atau mencapai 94,71 persen dari

target 303 Gapoktan. Realisasi kegiatan Penguatan-LDPM tidak

mencapai 100 persen disebabkan adanya revisi anggaran.

Tahap Penumbuhan yang semula ditargetkan 100 Gapoktan direvisi

Page 58: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

48

menjadi 98 Gapoktan sedangkan Tahap Pengembangan yang semula

ditargetkan 203 Gapoktan direvisi menjadi 189 Gapoktan. Provinsi yang

melakukan revisi yaitu pada tahap Penumbuhan provinsi yang melakukan

revisi adalah Kalimantan Selatan 1 Gapoktan dan Kalimantan Tengah.

seadangkan tahap Pengembangan provinsi yang melakukan revisi adalah

Provinsi Sumatera Barat 3 Gapoktan. Riau 1 Gapoktan. Lampung 1

Gapoktan. Jawa Timur 5 Gapoktan. Nusa Tenggara Barat 1 Gapoktan.

Kalimantan Selatan 2 Gapoktan dan Sulawesi Utara 1 Gapoktan.

Perkembangan target dan realisasi bansos LDPM tahap penumbuhan,

pengembangan, dan kemandirian, selama tahun 2012-2016 terlihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 16. Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan

Kemandirian Tahun 2012-2016

Tahun

Target (Gapoktan) Realisasi (Gapoktan) Persentase (%)

Penum-

buhan

Pengem

-bangan

Keman

-dirian

Penum

-buhan

Pengem

-bangan

Keman

-dirian

Penum-

buhan

Pengem

-bangan

Keman-

dirian

2012 281 235 220 281 224 220 100.00 95.32 100.00

2013 75 281 224 74 210 224 98.67 74.73 100.00

2014 38 117 219 38 102 210 100.00 87.18 100.00

2015 203 38 102 203 36 102 100.00 94.74 100.00

2016 100 203 38 98 189 38 98.00 93.10 100.00

Total 697 874 803 694 761 794 99.57 87.07 98.88

Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Page 59: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

49

Grafik 12. Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan

Kemandirian Tahun 2012-2016

Seperti dalam penjelasan stabilisasi harga di tingkat produsen, apabila

dilihat dari rata-rata harga gabah di tingkat gapoktan LDPM periode bulan

April sebesar Rp. 3.483 per kg dan hamper mendekati harga HPP atau 94

persen karena pada bulan tersebut terjadi panen raya, hingga bulan

Agustus sebesar Rp. 3.788 per kg atau diatas HPP atau 102 persen

karena pada bulan-bulan berikutnya mengalami musim tanam dan

produksi menurun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa harga gabah di

tingkat LDPM mengalami tetap stabil, tidak terjadi fluktuasi harga secara

signifikan.

Berdasarkan Kajian Evaluasi Dampak Penguatan LDPM Tahun 2013

dapat disimpulkan jika dukungan pemerintah dalam bentuk Bansos

Penguatan-LDPM terbukti dapat menjaga stabilitas harga pangan

ditingkat petani sebagaimana ditampilkan pada tabel dibawah ini.Harga

GKP pada Gapoktan pelaksana Penguatan-LDPM juga relatif lebih stabil

dibandingkan dengan harga GKP petani pada umumnya yang ditunjukkan

0100200300400500600700800900

Tah

ap P

enu

m-b

uh

an

Tah

ap P

enge

m-

ban

gan

Tah

ap K

eman

-dir

ian

Tah

ap P

enu

m-b

uh

an

Tah

ap P

enge

m-

ban

gan

Tah

ap K

eman

-dir

ian

Tah

ap P

enu

m-b

uh

an

Tah

ap P

enge

m-

ban

gan

Tah

ap K

eman

-dir

ian

Target (Gapoktan) Realisasi (Gapoktan) Persentase (%)

Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan Pengembangan, Kemandirian, dan Pasca Kemandirian Tahun 2012-2016

2012 2013 2014 2015 2016 Total

Page 60: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

50

dari nilai CV yang jauh lebih rendah dari nilai CV harga GKP petani

umumnya.

Tabel 17. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun 2012

Tingkat Gapoktan LDPM.

Uraian Harga Rata-Rata (Rp/Kg) CV (%)

GKP Gapoktan LDPM 3.695.50 3.00

GKP Petani 3.371.83 7.76

Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Ket.: HPP GKP tahun 2013 adalah Rp 3.700.- di tk petani (Berdasarkan Inpres No 3/2013)

Dampak kegiatan Penguatan-LDPM juga terlihat dari peningkatan peran

Gapoktan dalam pengelolaan cadangan panga, yang meningkatkan

kemudahan petani (anggota) dalam mengakses pangan pada saat terjadi

kelangkaan pangan. Berpengaruh positif dalam membangun perspektif

anggota Gapoktan dalam pengembangan agribisnis. Keberadaan saldo

akhir ini merupakan indikator utama bahwa Gapoktan peserta Penguatan

LDPM sampai saat ini masih berjalan dengan baik. Dapat memberikan

pekerjaan kepada ibu-ibu rumah tangga dan laki-laki. Dari kegiatan yang

diinisiasi Badan Ketahanan Pangan melalui penguatan – LDPM, ternyata

tidak hanya mampu melindungi dan memberdayakan petani, tetapi para

petani dan Gapoktan telah mampu meningkatkan kesejahteraan

keluarganya. Di sisi lain, masyarakat sekitar Gapoktan juga telah

memperoleh dampak ikutan, berupa mata pencaharian. Semua ini, tentu

berkontribusi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga.

b. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM)

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat

yang di biayai melalui dana dekonsentrasi dilaksanakan dalam 3 (tiga)

tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap

kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan

pembangunan fisik lumbung melalui DAK Bidang Pertanian, tahap

Page 61: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

51

pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan

pengisian cadangan pangan. sedangkan tahap kemandirian mencakup

penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok. Alokasi bansos

tahap pengembangan sebesar 20 juta untuk pengisian cadangan pangan

dan tahap kemandirian sebesar 20 juta untuk pengembangan usaha.

Pada tahun 2016, untuk tahap penumbuhan tidak dilaksanakan karena

alokasi DAK bidang Pertanian diperuntukkan untuk pembangunan gudang

cadangan pemerintah, dan pembelian RMU serta pembangunan lantai

jemur untuk lumbung yang belum mempunyai lantai jemur. Tahap

pengembangan sebanyak 54 kelompok yang tersebar di 4 provinsi.

dengan alokasi anggaran untuk kegiatan pengembangan lumbung pangan

adalah sebesar 1.08 milyar. Sampai dengan 31 Desember Realisasi dana

Bansos kegiatan pengembangan lumbung pangan hanya mencapai 1.02

milyar (94.44 %).

Provinsi yang Realisasi dana bansosnya tidak mencapai 100 % terdapat

di Provinsi Lampung sebanyak 2 (dua) unit lumbung, dan 1 (satu) unit di

Provinsi Sumatera Utara, karena tidak memenuhi persyaratan sesuai

dengan pedoman.

Mengingat tahun 2016 sudah tidak ada dana pemanfaatan pada tahap

Kemandirian, maka Badan Ketahanan Pangan hanya memantau

perkembangan pemanfaatan cadangan pangan masyarakat pada tahun

2015.

Mengingat lokasi sasaran kegiatan Pengembangan LPM sebagian besar

berada di di daerah rawan pangan dan perbatasan, maka kegiatan

tersebut sangat mendukung dalam penanganan rawan pangan dan

membantu cadangan pangan masyarakat, meskipun jangkauannya masih

terbatas di beberapa provinsi.

Page 62: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

52

c. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani

Indonesia

Dalam menciptakan stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan

konsumen. Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan

telah melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat

melalui Toko Tani Indonesia (TTI). Untuk kegiatan Toko Tani Indonesia

(TTI) mulai dilaksanakan tahun 2015, berupa kerjasama antara

Kementerian Pertanian dan Perum Bulog dengan melakukan terobosan

untuk solusi permanen yaitu : (1) menyerap produk pertanian, (2)

memperpendek rantai distribusi pemasaran, dan (3) memberikan

kemudahan akses konsumen/masyarakat. Kriteria TTI dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 1.KriteriaPenerima Kegiatan Toko Tani Indonesia

Page 63: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

53

Gambar2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia

Sasaran kegiatan pelaksanaan PUPM melalui TTI pada tahun 2016 sebesar 500

LUPM di 32 provinsi kecuali provinsi DKI dan Kalimantan Utara, dan 1.000 TTI.

Realisasi pelaksanaan kegiatan PUPM melalui TTI telah tercapai 493 LUPM atau

98,60 persen. Hal tersebut disebabkan ada LUPM di 3 (tiga) provinsi yang tidak

mencairkan seluruhnya yaitu Kepulauan Riau sebanyak 3 (tiga). Sulawesi Utara

sebanyak 2 (dua), dan Kalimantan Selatan sebanyak 2 (dua). Penyebabnya

adalah : (a) Seleksi CPCL oleh Tim Teknis Kab/Kota dan Provinsi yang belum

optimal, (b) Lokasi LUPM ke TTI sangat jauh. (b) Harga tidak sesuai atau biaya

operasional tidak sesuai.

Sedangkan pelaksanaan PUPM melalui TTI secara umum adalah : (a) Harga

gabah diatas HPP, (b) Kemasan dibongkar oleh TTI dan dijual dalam bentuk

literan, (c) Gambar/branding kemasan diubah, (d) Anggaran dipotong oleh

oknum aspirasi atau adanya indikasi penyimpangan dana oleh Tim Teknis

Kabupaten dan Provinsi, (e) Dana dipinjam pengurus bukan kepentingan PUPM,

(f) Hasil penjualan TTI tidak segera disetorkan ke Gapoktan atau LUPM, (g)

Pendamping tidak melakukan tugas pendampingan ke Gapoktan - TTI

sebagaimana mestinya, serta Pendamping tidak rutin & tidak tepat waktu dalam

STAKEHOLDERS/ INSTANSI

Page 64: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

54

mengirimkan laporan mingguan, (h) Penggunaaan Dana Operasional Bantuan

Pemerintah diluar biaya transportasi, sortasi, dan kemasan, serta (i) Jumlah

perputaran penjualan beras TTI minim dikarenakan lokasi yang tidak strategis.

Tabel 18. Progres Kegiatan PUPM dan TTI Tahun 2015 - 2016

No Provinsi

GAPOTAN TOKO TANI INDONESIA

2015

2016 2015

2016

T

R

T

R T

R T

R

1 Aceh 10 10 20 20

2 Sumatera Utara 30 30 60 61

3 Riau 8 8 16 16

4 Jambi 8 8 16 19

5 Sumatera Barat 14 14 28 28

6 Sumatera Selatan 16 16 32 48

7 Lampung 20 20 40 52

8 Bengkulu 8 8 16 16

9 Bangka Belitung 5 5 10 10

10 Banten 33 33 9 66 74

DKI JAKARTA*) 2 22

11 Jawa Barat 77 77 6 154 322

DKI JAKARTA**) 3 28

12 Jawa Tengah 58 58 3 116 139

13 D.I Yogyakarta 10 10 1 20 39

14 Jawa Timur 68 68 8 136 136

15 Bali 6 6 12 29

16 Nusa Tenggara Barat 10 10 20 27

17 Nusa Tenggara Timur 6 6 12 12

18 Kalimantan Barat 8 8 16 16

19 Kalimantan Tengah 8 8 16 16

20 Kalimantan Selatan 14 12 24 31

21 Kalimantan Timur 6 6 12 12

22 Sulawesi Utara 8 6 12 12

23 Gorontalo 4 4 8 8

24 Sulawesi Barat 6 6 12 12

25 Sulawesi Selatan 30 30 5 60 63

26 Sulawesi Tengah 8 8 16 16

27 Sulawesi Tenggara 8 8 16 16

28 Kepulauan Riau 3 - - -

29 Maluku 3 3 6 6

30 Maluku Utara 3 3 6 6

31 Papua 2 2 4 4

32 Papua Barat 2 2 4 4

Total 500 493 39 1.000 1.320

Sumber : Sekretariat TTI

Page 65: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

55

Tabel 19. Transaksi Kegiatan PUPM dan TTI di 32 Provinsi sampai Minggu

ke-4 (29 Desember 2016)

Ton

Provinsi

Akumulasi Sept s.d Kamis. 29 Desember 2016

Total Volume Beli Gabah

Dari Petani

Kumulatif Penjualan Beras

Tingkat TTI

Wilayah I 7.456.66 3.593.51

Wilayah II 9.610.66 4.191.38

Wilayah III 2.927.91 2.070.93

Wilayah IV 17.768.44 8.159.44

Grand Total 37.763.67 18.015.26

Sumber: SITANI-BKP (2016)

Keterangan :

Wilayah I : Riau, Jambi, Kep. Bangka Babel, Lampung, Jateng, Katim, Sulteng, Papbar

Wilayah II : Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan

Wilayah III : Aceh, Sumut, Sumsel, Kalbar, NTT, Gorontalo, Sultra, Maluku, Papua

Wilayah IV : Sumbar, Kep. Riau, Bengkulu, DIY, Jatrim, Kalteng, Sulbar, Sulut, Mal Utara

Capaian transaksi beras pada LUPM dan TTI tahun 2016 per provinsi dapat

dilihat dapat lampiran 10.

Selain itu dalam mendukung stabilisasi harga, Badan Ketahanan Pangan

membuka model Toko Tani Indenesia Center di Pasar Minggu Provinsi DKI

Jakarta. Komoditas pangan yang dijual TTI Center antara lain : beras premium

dengan harga Rp 7.900/kilogram, daging sapi Rp 75.000/kilogram, daging

kerbau Rp 65.000/ kilogram, bawang merah Rp 25.000/kilogram, cabe merah

keriting Rp 30.000/kilogram, gula pasir Rp 12.500/ kilogram, daging ayam Rp

30.000/kilogram, dan minyak goreng Rp 12.500/liter.

Hasil survei lainnya menunjukkan bahwa yang menjadi daya tarik masyarakat

untuk berkunjung/belanja ke TTI mayoritas sebesar 44% karena harga yang

murah, selanjutnya diikuti 18% karena tempat yang nyaman, 16% karena

Page 66: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

56

lokasi terjangkau, 8% produk yang bervariasi, 6 % masa promosi dan sisanya

lain-lain (Gambar 3).

Gambar 3. Alasan Utama Belanja ke TTI Center

Berdasarkan penjelasan dari tabel dan gambar tersebut diatas, menunjukkan

bahwa animo masyarakat untuk berkunjung serta belanja di TTI Center sangat

tinggi, maka keberadaan TTI Center sangat diperlukan. Untuk itu, maka baik

jumlah maupun cakupan TTI Center perlu diperluas serta bila memungkinkan

ditambah jumlahnya. bukan hanya di DKI Jakarta akan tetapi di daerah lain

yang menjadi barometer fluktuasi harga pangan pokok strategis.

Dengan mengacu panel harga konsumen dan TTI, maka dapat disimpulkan

bahwa harga beras di tingkat konsumen pada tahun 2016, sangat stabil.

5. Konsumsi Energi

Capaian konsumsi energi dalam kkal/kap/hari pada tahun 2016 telah

melampaui target yaitu 105,2 persen atau 48 kkal/kap/hari dari tahun 2015,

artinya konsumsi pangan masyarakat telah terpenuhi secara kuantitas

sehingga capaian kinerja semakin baik.

Konsumsi energi sejak tahun 2012 mengalami peningkatan sampai tahun

2016 yaitu dari 1.944 kkal/kap/hari menjadi 2.147 kkal/kap/hari. Capaian ini

44%

8%

16%

18%

6%7%

1%

Alasan utama belanja ke TTI Center

Harga Murah

Produk yang bervariasi

Lokasi terjangkau

Tempat yang nyaman

Masa Promosi

Kualitas produk yang bagus

Lain - lain

Page 67: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

57

masih dalam batas normal, dengan kisaran diatas 90% AKE (berdasarkan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG X tahun 2012 : AKE = 2.150

kkal/kap/hari) Standar Angka Kecukupan. Berdasarkan rekomendasi

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ke-X Tahun 2012 terjadi

peningkatan capaian konsumsi pangan penduduk secara kuantitatif pada

periode 2012 - 2016 menunjukkan tingkat konsumsi energi yang berfluktuasi

dan cenderung meningkat, dengan laju peningkatan rata-rata sebesar 2,5

persen per tahun. Konsumsi energi tahun 2012 – 2014 masih dibawah

standar Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yaitu 2.000 kkal/kap/hari,

namun mulai tahun 2015 telah melebihi standar seperti pada tabel dibawah

ini.

Tabel 20. Perkembangan Konsumsi Energi tahun 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Konsumsi Energi (kkal/kap/hari) 1.944 1.930 1.949 2.099 2.147

Sumber : Susenas 2012 – 2016; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan

pengeluaran oleh BKP

Secara nasional, sumber konsumsi energi pada tahun 2016 masih didominasi

dari konsumsi padi-padian sebesar 1.274 kkal/kap/hari dibandingkan

dibanding tahun 2015 sebesar 1.252 kkal/kapita/hari. Berdasarkan

rekomendasi WNPG X Tahun 2012, terjadi peningkatan AKE rata – rata

penduduk Indonesia. AKE rata-rata sebelumnya adalah 2000 kkal/kap/hari

menjadi 2150 kakl/kap/hari, hal ini dikarenakan adanya perubahan struktur

penduduk Indonesia ke arah yang lebih tua, sehingga menyebabkan

kebutuhan rata-rata kalori penduduk juga meningkat. Mempertimbangkan hal

tersebut, maka padi-padian sebagai penyumbang terbesar dari kebutuhan

energi cenderung tetap untuk menutupi peningkatan kebutuhan

energi.Konsumsi energi per kelompok pangan belum mencapai kondisi ideal,

yang ditandai dengan masih tingginya konsumsi padi-padian terutama beras

dan terigu, serta masih rendahnya konsumsi pangan hewani, umbi-umbian,

Page 68: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

58

serta sayur dan buah. Perkembangan Konsumsi Energi Penduduk Indonesia

Tahun 2012-2016 seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 21. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Rata-rata Tahun 2012 - 2016

Kelompok Bahan Pangan 2012 2013 2014 2015 2016

I. Padi-padian 1223.0 1154.8 1164.0 1252.6 1274.0

II. Umbi-umbian 54.0 41.0 38.7 48.3 49.5

III. Pangan Hewani 185.9 182.5 174.0 201.0 211.5

IV. Minyak dan Lemak 231.5 241.2 232.8 256.8 264.7

V. Buah/biji berminyak 47.5 43.0 39.0 44.3 42.1

VI. Kacang-kacangan 60.9 58.9 58.0 57.1 60.1

VII. Gula 104.9 90.7 93.1 101.5 111.4

VIII. Sayuran dan buah 104.3 100.4 95.5 98.9 96.5

IX. Lain-lain 35.8 32.0 35.4 38.0 37.1

Total Energi 2047.8 1944.4 1930.5 2098.5 2146.9

Tk.Konsumsi Energi (TKE) 102.4 97.2 96.5 104.9

Skor PPH 85.6 83.5 81.4 85.2 86,2

Sedangkan uraian capai konsumsi energi dan protein dapat dilihat pada

lampiran 11. Untuk mencapai konsumsi energi yang ideal perlu diimbangi

dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian dan sumber karbohidrat lainnya.

Meskipun tren konsumsi umbi-umbian mengalami peningkatan, namun

konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber

karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras

masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi penduduk

masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk itu, di

masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola

konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman.

Upaya pemerintah dalam rangka penurunan konsumsi beras melalui

peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat lain seperti umbi-umbian

masih mengalami hambatan, antara lain : (a) produksi umbi-umbian masih

belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian dipasar; (b)

Page 69: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

59

keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan

lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan. berasan/butiran. dan lain-lain)

belum memasuki tahap industrialisasi (scaling up production). sehingga harga

pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan

masyarakat belum mampu mengaksesnya; (c) teknologi penyimpanan pangan

lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan

belum tersosialisasikan ke masyarakat; dan (d) berbagai produk olahan

pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan masih

dianggap sebagai pangan inferior.

6. Konsumsi Pangan Hewani

Capaian konsumsi pangan hewani dalam kkal/kap/hari telah melampaui target

yaitu 211 kak/kap/hari atau 105,5 persen dari target yaitu 200 kak/kap/hari.

Artinya konsumsi pangan hewani sudah terpenuhi bagi masyarakat sehingga

capaian kinerja semakin baik.

Dilihat dari aspek konsumsi pangan, ke depan perlu didorong

keanekaragaman konsumsi pangan dengan kualitas gizi yang semakin

meningkat berbasiskan konsumsi pangan hewani. Setiap daerah mempunyai

pola konsumsi pangan hewani dengan menu yang spesifik dan sudah

membudaya serta tercermin di dalam tatanan menu sehari-hari. Menu yang

tersedia biasanya kurang memenuhi standar gizi yang dibutuhkan, sehingga

perlu ditingkatkan kualitasnya dengan tidak mengubah karakteristiknya agar

tetap dapat diterima oleh masyarakat.

Konsumsi Pangan Hewani sebagai salah satu indikator kinerja Badan

Ketahanan Pangan, karena untuk mengetahui keanekaragaman dan

kecukupan konsumsi pangan hewani keluarga yang akan mempengarui

dengan kualitas sumberdaya manusia keluarga. Konsumsi pangan hewani

sebagian besar masih belum beragam sesuai dengan Pola Pangan Harapan,

dan masih di dominansi pangan hewani ruminansia sedangkan konsumsi

pangan hewani lain belum mendukung. Uraian capaian konsumsi pangan

hewani dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 70: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

60

Tabel 22. Konsumsi Pangan Hewani Tahun 2016

Komoditas Energi Protein Gram Kilogram

Kkal/Hari Gram/Hari Per Hari Per Thn

Pangan Hewani 211,5 19,3 102,0 37,2

Daging Ruminansia 12,7 0,7 5,1 1,9

Daging Unggas 68,6 5,2 20,1 7,3

Telur 27,4 2,2 17,9 6,5

Susu 41,3 1,6 7,3 2,7

Ikan 61,5 9,6 51,6 18,8

Subtotal Pangan Hewani 211,5 19,3 102,0 37,2

Sumber : Susenas 2016, BPS diolah dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian konsumsi pangan hewani, antara

lain : pengaruh kondisi sosial-budaya, ekonomi dan ketersediaan pangan

hewani. Keanekaragaman sosial ekonomi masyarakat menjadi peluang dan

potensi untuk mengembangkan pangan yang beragam, dan keanekaragaman

pola makan dipengaruhi ketersediaan pangan. Pembangunan sistem pangan

merupakan bagian pembangunan nasional yang strategis untuk meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia. Keberhasilan dalam proses pembentukan SDM

terletak pada keberhasilan memenuhi kecukupan pangan dan perbaikan pola

konsumsi pangan.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator

Konsumsi Energi adalah sebesar Rp. 156.908.913.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000 atau 91,98 persen.

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Capaian keberhasilan Skor PPH Konsumsi tahun 2016 yaitu 86 persen hampir

mendekati target yaitu 86,2 persen, maka konsumsi pangan masyarakat

semakin beragam dan seimbang, sehingga capaian kinerja semakin baik.

Salah satu indikator untuk mengetahui pencapaian konsumsi pangan secara

kualitatif adalah melalui pencapaian skor PPH, konsumsi pangan yang ideal

Page 71: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

61

digambarkan dengan skor PPH 100. Gambaran situasi konsumsi pangan.

ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 23. Perkembangan Skor PPH 2011 – 2015.

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

T R T R T R T R T R

Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) 89.8 83.5 91.5 81.4 82.5 83.4 84.1 85.2 86.2 86.0

Sumber: Susenas 2012-2016 BPS. diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran

oleh BKP

Keterangan : Target berdasarkan Renstra Revisi BKP 2010 – 2014 dan Renstra BKP 2015 -

2019

Berdasarkan tabel, kualitas konsumsi pangan yang ditunjukkan dengan skor

PPH, tahun 2012-2016 berfluktuatif antar tahun. Tahun 2012-2013 mengalami

penurunan dari 83.5 menjadi 81,4, dan kembali meningkat menjadi 86,0 pada

tahun 2016. Realisasi capaian skor PPH di tahun 2012-2013 mempunyai

kesenjangan yang cukup besar dengan target yang ditetapkan. Adanya

kesenjangan tersebut telah dievaluasi dan ditindaklanjuti dengan review target

sasaran merujuk pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012

yaitu merekomendasikan pencapaian target skor PPH sebesar 95 menjadi

target capaian tahun 2025 yang sebelumnya (sesuai Perpres 22 tahun 2009).

dijadikan target capaian tahun 2015. Dengan demikian, telah dilakukan

penghitungan ulang terhadap target pencapaian kualitas konsumsi pangan

dengan baseline data tahun 2013 (skor PPH sebesar 81.4). menghasilkan

target skor PPH 82.5 tahun 2014. dan 84.1 tahun 2015. Setelah dilakukan

perubahan terhadap target skor PPH tersebut. capaian kualitas konsumsi

pada tahun 2014 dan 2015 telah melebihi target yang ditetapkan. bahkan

persentase pencapaian skor PPH cenderung meningkat dari tahun 2014 yaitu

sebesar 101.1%. menjadi 101.3% pada tahun 2015. Tahuan 2016 pencapaian

Skor PPH sementara menunjukan kenaikan dari tahun 2015 yaitu dari 85.2

menjadi 86,0. Skor PPH ini telah memenuhi 99.7 % dari target skor PPH tahun

2016 sebesar 86,2.

Page 72: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

62

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator Skor

PPH Konsumsi adalah sebesar Rp. 156.908.913.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000 atau 91,98 persen.

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

Capaian rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras tahun 2016

sebesar 6,30 persen atau telah melebihi target yaitu 5,70 persen. Artinya

konsumsi karbohodrat yang bersumber dari pangan lokal yaitu umbi-umbian

dan jagung di tingkat masyarakat sudah baik, sehingga capaian kinerja

semakin baik.

Meskipun dalam mencapai dan mewujudkan pemenuhan konsumsi energi,

konsumsi pangan hewani, PPH, dan rasio konsumsi pangan lokal non beras

terhadap beras merupakan kegiatan lintas sektor yang dipengaruhi oleh

kinerja berbagai unit kerja/instansi lain. Namun, Badan Ketahanan Pangan

melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

(P2KP) berbasis Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam bentuk

kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan, Model Pengembangan

Pangan Pokok Lokal (MP3L), Sosialisasi dan Promosi P2KP, dan Gerakan

Diversifikasi Pangan. Selain itu juga, diperlukan replikasi kegiatan agar dapat

memberikan dampak yang lebih luas di masyarakat. Selain itu. untuk

meningkatkan keberagaman pangan juga diperlukan dukungan

sosialisasi/promosi tentang pentingnya penganekaragaman pangan.

Untuk mempercepat terwujudnya konsumsi pangan masyarakat menuju

beragam dan bergizi seimbang masih diperlukan upaya: 1) Peningkatan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi pangan

Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui Komunikasi, Informasi.

Edukasi – KIE (penyusunan KIT dan Modul Penyuluhan di tingkat lapangan,

Lomba Cipta Menu, serta penyebarluasan informasi melalui media cetak dan

elektronik); 2) Upaya penurunan konsumsi beras dilakukan dengan

meningkatkan produksi serta konsumsi pangan karbohidrat berbasis

Page 73: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

63

sumberdaya lokal; 3) Peningkatan konsumsi melalui penyediaan sayuran.

Buah, pangan hewani, kacang-kacangan yang cukup dan dapat diakses oleh

seluruh anggota keluarga. Upaya diatas merupakan daya ungkit yang cukup

besar untuk dapat meningkatkan skor PPH.

Berdasarkan hasil Kajian Dampak Kegiatan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP) pada tahun 2013 pada 7 provinsi sample. Bahwa

telah terjadi rata-rata penurunan konsumsi nasi sebesar 26,90 gram (atau

setara dengan 0,0269 kg). Secara keseluruhan bahwa secara agregat

terdapat perbedaan skor PPH antar program P2KP dengan Non P2KP.

Besaran perbedaan Skor PPH tersebut 5,77 point lebih tinggi program P2KP

didandingkan dengan Non P2KP.

Kualitas konsumsi pangan yang lebih baik dapat dicapai dengan peningkatan

konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, serta sayur dan

buah. Meskipun kecenderungan konsumsi beras mengalami penurunan,

namun konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan

sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi

beras masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi pangan

penduduk masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan.

Untuk itu di masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan

pada pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman.

Belum tercapainya keberagaman dan keseimbangan konsumsi pangan

masyarakat, ditunjukkan dari konsumsi sayur dan buah, pangan hewani.

kacang-kacangan, serta umbi-umbian yang masih rendah. Hal ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor antara lain: (a) perilaku masyarakat belum cukup dalam

perkembangan dan perubahan skor PPH dari masyarakat; (b) masih

rendahnya daya beli masyarakat. rendahnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat akan pola pangan beragam dan bergizi seimbang.dan masih

adanya keterbatasan aksesibilitas terhadap pangan; (c) kurang

berkembangnya teknologi untuk memproduksi maupun mengolah bahan

pangan terutama pangan lokal non beras dan non terigu; (d) produksi umbi-

Page 74: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

64

umbian masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian di

pasar; (d) keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan

pangan lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan

lain-lain) belum memasuki tahap industrialisasi (scaling up production),

sehingga harga pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat

pasaran dan masyarakat belum mampu mengaksesnya; (e) teknologi

penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang

belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat; (f) berbagai produk

olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan

masih dianggap sebagai pangan inferior; (g) komitmen aparat dalam

mengimplementasi program dan kegiatan diversifikasi dirasa masih belum

kuat; dan (h) belum optimalnya kerjasama antar kementerian/lembaga serta

lemahnya partisipasi masyarakat.

Ke depan pencapaian sasaran IKU tersebut perlu introduksi komponen

kegiatan di dalam dan di luar lahan pekarangan untuk pengembangan umbi-

umbian. Upaya selanjutnya untuk meningkatkan skor PPH di masyarakat

diperlukan ketersediaan produk pangan pokok lokal seperti umbi-umbian yang

memadai, dan pengelolaan distribusi yang baik, sehingga harga di pasar

dapat ditekan. Untuk itu diperlukan pengembangan usaha pengolahan pangan

pokok lokal lainnya dengan nilai ekonomis yang memadai. Selain itu kegiatan

penumbuhan usaha pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dapat

tercapai secara berkelanjutan, karena kelompok sudah termotivasi dan

mempunyai kemampuan kerja sama usaha kelompok yang didukung kegiatan

Model PengembanganPangan Pokok Lokal (MP3L).

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator rasio

konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras adalah sebesar Rp.

156.908.913.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000

atau 91,98 persen.

Page 75: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

65

9. Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

Capaian kinerja peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi sudah

mencapai 26 persen (260 persen) atau diatas target yaitu 10 persen, berarti

banyak produk pangan segar yang tersertifikasi, maka pelaku pertanian

semakin paham tingkat keamanan produk pangan segar, sehingga capaian

kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin baik.

Pengawasan pangan segar yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan

pada tahun 2016, salah satunya adalah pengawasan pada proses produksi

(On Farm), yaitu dengan melakukan sertifikasi prima 1, 2 dan 3 serta

surveilens oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah/Pusat

(OKKPD/OKKPP) kepada petani/kelompok tani/pelaku usaha. Sertifikasi prima

3 diberikan kepada produk pertanian yang memenuhi persyaratan dilihat dari

aspek keamanan pangan; sedangkan untuk prima 2 dilihat dari aspek

keamanan dan mutu pangan; dan prima 1 dari aspek keamanan dan mutu

pangan serta sosial dan lingkungan.

Hasil pengawasan pada proses produksi (sertifikat Prima 1, 2, 3), registrasi

PD/PL, packing house pada tahun 2016 meningkat 26,04% dari target sasaran

yang telah ditetapkan sebesar 10% bila dibandingkan dengan tahun 2015.

Sedangkan hasil pengawasan pangan segar di peredaran yang dilakukan

melalui monitoring/inspeksi baik dipasar tradisional maupun ritail modern pada

tahun 2016 menunjukkan bahwa 99,61% aman dikonsumsi.

Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar dengan sertifikasi

prima, dilakukan juga pengawasan pangan segar di rumah kemas (packing

house) dan pelaku usaha melalui pendaftaran rumah kemas dan pendaftaran

Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) oleh OKKPD/OKKPP. Pengawasan ini

bersifat sukarela, dimana hanya rumah kemas/pelaku usaha yang

menginginkan produknya didaftar.

Page 76: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

66

10. Tingkat Keamanan Pangan segar yang Diuji

Capaian kinerja keamanan pangan segar yang diuji, sudah mencapai 99,61

persen atau diatas target yaitu 80 persen, maka semakin aman pangan segar

di masyarakat, sehingga capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin

baik.

Badan Ketahanan Pangan telah melakukan beberapa kegiatan terkait

pengawasan keamanan pangan segar, antara lain pengambilan contoh

pangan segar dan pengujian di laboratorium. Objek pengawasan keamanan

pangan segar yang dilakukan oleh BKP difokuskan pada pangan segar asal

tumbuhan di peredaran. Dalam pengawasan tersebut, Badan ketahanan

Pangan bekerjasama dengan instansi lain. Mandat pengawasan keamanan

pangan segar juga dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan)

khususnya dalam mengawal lalu lintas pangan segar asal tumbuhan dari dan

ke luar negeri. Pengawasan keamanan pangan segar asal hewan secara

khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

(Keswan) melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner.

Ruang lingkup pengujian adalah residu pestisida, mikroba dan logam berat.

Pengujian residu pestisida sudah dilaksanakan sejak tahun 2005.

Mengingat keamanan pangan sangat penting dalam peningkatan kualitas

manusia. maka diperlukan petugas/SDM di bidang pengawasan keamanan

pangan yang memiliki kompetensi yang terstandarkan. Beberapa kompetensi

untuk petugas yang menangani keamanan pangan segar sudah merujuk pada

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai standar

komptensi profesi, yaitu SKKNI Pengawas Keamanan Pangan Segar dan

SKKNI Petugas Pengambil Contoh (PPC) pangan segar.Untuk memenuhi

kompetensi petugas yang menangani keamanan pangan. BKP telah melatih

petugas dengan berbagai kompetensi dari tahun ke tahun, hingga tahun 2016

petugas yang menangani keamanan pangan. sebagai berikut : (1) PPC

sebanyak 295 orang; (2) Auditor sebanyak 92 orang; (3) Inspektor sebanyak

Page 77: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

67

36 orang; (4) PMHP sebanyak 20 orang; (5) PPNS sebanyak 20 orang; dan

(6) Pengawas sebanyak 61 orang.

Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan keamanan pangan segar di

Indonesia, banyak tantangan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan,

antara lain : (1) Cakupan wilayah pengawasan yang sangat luas; (2) jumlah

dan jenis pangan segar cukup beragam; (3) Rendahnya pengetahuan dan

keterampilan produsen untuk memproduksi pangan yang aman dan bermutu;

(4) Kesadaran konsumen dan retail yang masih perlu ditingkatkan; dan (5)

Keterbatasan jumlah dan kompetensi pengawas keamanan pangan segar.

Dari kelima tantangan tersebut, butir ke 1 dan 2 menunjukkan bahwa

diperlukan penguatan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai.

Untuk mendukung hal tersebut.diperlukan kendaraan operasional yang dapat

dimanfaatkan dalam kegiatan pengawasan keamanan pangan segar seperti

pengambilan sampel dan wahana respon cepat terhadap kejadian

ketidakamanan pangan (seperti terjadinya kasus keracunan pangan segar)

serta sarana pendukung untuk penyebaran informasi tentang keamanan

pangan di daerah.

11. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Kegiatan

Prioritas.

a. Pemeriksaan Hasil Auditor

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tidak lepas dari efisiensi

penggunaan sumberdaya, baik sumberdaya keuangan maupun pegawai.

Penilaian capaian kinerja atas keuangan tidak hanya dari aspek realisasi

keuangan tetapi juga hasil pemeriksaan dari auditor baik dari Inspektorat

Jenderal Kementerian Pertanian, maupun dari Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK). Pemeriksaan dilakukan melalui proses identifikasi

masalah, analisis, dan evaluasi secara independen, objektif, dan

professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,

Page 78: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

68

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan Negara.

Dalam laporan kinerja ini, arah kebijakan pemeriksaan terhadap

pelaksanaan program/kegiatan Badan Ketahanan Pangan hingga tahun

2014 difokuskan pada seluruh kegiatan dan anggaran yang tertuang

dalam DIPA dan POK, dengan melihat dari aspek efektivitas, efisiensi dan

kerugian negara. Sedangkan pada tahun tahun 2016 arah kebijakan

pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian yaitu (a)

Fokus pada Program Peningkatan Kedaulatan Pangan, (b) Sebagai motor

dalam Penyelenggaraan SPIP, dan (c) Audit Kegiatan Periode Lalu dan

Pengawalan (SPI) Kegiatan Tahun Berjalan. Dengan menerapkan :

Integrasi Lini Pengawasan. Proses Pengendalian Integral Dengan

Kegiatan. dan Penerapan Kualitas Manajemen (Quality Manajemen).

Berdasarkan hasil Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian Tahun 2016 terhadap kegiatan Badan Ketahanan

Pangan pada 5 Provinsi yaitu : (a) Kepulauan Riau, (b) Riau, (c) Bangka

Belitung, (d) Jawa Tengah, dan (e) Jawa Timur. Dalam pemeriksaan

tersebut, ruang lingkup pelaksanaan audit kinerja Ketahanan Pangan

meliputi : (a) Capaian kinerja program peningkatan Ketahanan Pangan,

(b) Ketaatan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP), (c) Ketaatan

terhadap perundang undangan, (d) Monitoring terhadap tindak lanjut

temuan hasil audit sebelumnya.

Secara umum, temuan Hasil Pemeriksaan tersebut terdapat kelemahan-

kelemahan sebagai berikut :

a. Kepala Satker belum sepenuhnya mengimplementasikan aspek SPI

pada unit kerjanya,

b. Belum adanya standar satuan biaya secara internal,

Page 79: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

69

c. Penanggungjawab kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan

pentingnya juklak/juknis kegiatan sebagai acuan pelaksanaan dan

belum memperhatikan simpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan,

d. Satlak PI masih kurang optimal dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya,

e. Sosialisasi SPI belum dilakukan keseluruh Satker Daerah

Propinsi/Kabupaten,

f. Kerangka Acuan Kerja/TOR masih banyak yang tidak buat sehingga

tidak ada penjabaran lebih lanjut mengenai metodollogi atau

langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan

operasional,

g. Kepengurusan Gapoktan belum dilengkapi dengan Tim Pengawas

sebagaimana ditetapkan dalam Pedum,

h. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan

kegiatan sehingga tujuan dan sasaran kegiatan dapat tercapai,

i. Penanggungjawab kegiatan dalam merencanakan dan

melaksanakan kegiatan belum diterapkan SPI secara memadai serta

belum efektifnya pengendalian dan pengawasan dari KPA maupun

PPK. akibatnya kegiatan belum dapat menyajikan kinerja gapoktan

secara lengkap,

j. Gapoktan belum membuat aturan dan sanksi secara tertulis bagi

anggota yang menyangkut pemanfaatan sumber daya dan dana.

serta belum adanya pemupukan modal atau tabungan untuk

cadangan pangan,

k. Penanggungjawab kegiatan agar lebih cermat dalam merencanakan

dan melaksanakan kegiatan,

l. Penanggungjawab dan Pelaksana Kegiatan agar meningkatkan

koordinasi dengan penanggungjawab kegiatan di Kabupaten dalam

melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

kegiatan di lapangan baik secara teknis maupun adiministratif,

Page 80: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

70

m. Petugas pendamping masih belum melaksanakan pendampingan

secara optimal dan meningkatkan pembinaan serta pendampingan

baik dalam manajemen administrasi keuangan maupun dalam upaya

operasional kelompok,

n. Kurang optimalnya pengendalian dan pengawasan kegiatan dari

KPA dan PPK terutama dalam pelaksanaan dan penggunaan

anggaran yang tidak memperhatikan prinsip efektif dan ekonomis.

Dengan adanya kondisi tersebut diatas mengakibatkan terjadinya

Kerugian Negara di 4 provinsi yaitu Provinsi Riau. Bangka Belitung. Jawa

Tengah dan Jawa Timur dengan total Kerugian negara sebesar Rp.

381.184.423.- penyelesaian sebesar Rp.349.105.573.- sisa Kerugian

Negara sampai 31 Desember 2016 sebesar Rp. 32.078.850. Upaya yang

telah dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam rangka

percepatan penyelesaian sisa Kerugian Negara adalah menyampaikan

surat teguran dan pemberitahuan ke daerah agar menindaklanjuti hasil

temuan dan secepatnya menyelesaian kerugian negara tersebut. Selain

itu Badan Ketahanan Pangan juga melaksanakan pengawalam ke provinsi

tersebut.

Tabel 24. Perbandingan percepatan penyelesaian KN BKP Tahun

2012 – 2016

No URAIAN TAHUN

2012 2013 2014 2015 2016

1 KN Temuan Itjen Kementan

43.168.714 10.4247.985 322.469.973 75.000.000 97.217.000

2 KN Temuan BPKP

60.446.818 426.330.500 489.893.183 474.097.504

TOTAL 43.168.714 164.694.803 748.800.473 564.893.183 571.314.504

Sedangkan evaluasi kegiatan PIDRA dan SOLID Badan Ketahanan

Pangan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pengawasan dan

Page 81: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

71

Pembanguanan (BPKP) yang terdapat di Provinsi NTB, Maluku, Maluku

Utara dan DKI (BKP Pusat) terdapat Kerugian Negara seluruhnya sebesar

Rp. 1.513.751.005.- penyelesaian sampai tahun 2016 sebesar

Rp.556.696.437.- Sisa kerugian negara program SOLID sampai 31

Desember 2016 sebesar Rp. 957.054.568. Upaya yang telah

dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam rangka percepatan

penyelesaian sisa Kerugian Negara adalah Upaya yang telah

dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam rangka percepatan

penyelesaian sisa Kerugian Negara adalah menyampaikan surat teguran

dan pemberitahuan ke daerah agar menindaklanjuti hasil temuan dan

secepatnya menyelesaian kerugian negara tersebut. Selain itu Badan

Ketahanan Pangan juga melaksanakan pengawalam ke provinsi tersebut.

b. Capaian Kinerja Pegawai Badan Ketahanan Pangan

Keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas serta berbagai

kegiatan program pembangunan ketahanan pangan yang dikelola Badan

Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, tidak lepas dari kemampuan

sumberdaya manusia aparat yang tersedia. Efisiensi penggunaan

sumberdaya manusia/pegawai Badan Ketahanan Pangan, merupakan

dukungan yang tidak kalah penting dalam pencapaian target program dan

kegiatan Badan ketahanan Pangan Tahun 2016. Sumberdaya

manusia/pegawai yang tersedia dan berkualitas sangat menentukan bagi

keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan kegiatan

Badan Ketahanan Pangan dan Sekretariat DKP.

Pada tahun 2016, BKP Kementerian Pertanian didukung oleh 322

pegawai, dengan komposisi yang beragam adalah :

1. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 93 orang atau 28,89

persen. Diploma-3 dan Sarjana Muda 8 orang atau 2,38 persen,

Strata Satu 123 orang atau 38,20 persen. strata dua 86 orang atau

26,70 persen, dan strata tiga 10 orang atau 3,10 persen.

Page 82: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

72

2. Kepangkatan: golongan I sebanyak 1 orang atau 0,33 persen.

golongan II sebanyak 26 orang atau 8,07 persen, golongan III

sebanyak 239 orang atau 74,22 persen, dan golongan IV sebanyak

56 orang atau 17,39 persen.

3. Usia pegawai: 21-25 sebanyak 1 orang atau 0,31 persen, 26-35

tahun sebanyak 65 orang atau 20,19 persen, 36-45 tahun 111 orang

atau 34,47 persen, 46-50 tahun 29 orang atau 9,01 persen, dan lebih

dari 51 tahun 116 orang atau 36,02 persen.

Kualifikasi pegawai BKP Kementerian Pertanian yang masih aktif pada

tahun 2012 - 2016 berdasarkan tingkat pendidikan, kepangkatan, dan

usia, seperti dalam tabel dibawah ini.

Tabel 25. Perkembangan Pegawai Negeri Sipil Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Tahun 2012 – 2016.

Uraian Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai

2012 2013 2014 2015 2016

1. Tingkat Pendidikan 332 304 304 300 322

a. SLTA ke bawah 109 103 99 99 93

b. Sarjana Muda dan D-3 10 10 8 8 8

c. Sarjana Strata-1 dan D4 138 119 116 116 123

d. Strata-2 Magister 57 65 69 69 86

e. Strata-3 Doktor 8 7 6 6 10

2. Kepangkatan 332 304 304 300 322

a. Golongan I 3 2 2 1 1

b. Golongan II 37 33 33 27 26

c. Golongan IIII 251 241 241 242 239

d. Golongan IV 31 28 28 30 56

Page 83: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

73

Uraian Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai

2012 2013 2014 2015 2016

3. Usia Pegawai 332 304 304 300 322

a. Kurang dari 26 tahun 7 0 0 1 1

b. 26 – 35 tahun 109 96 96 73 65

c. 36 – 45 tahun 68 78 78 89 111

d. 46 – 50 tahun 56 47 47 30 29

e. Lebih dari 51 tahun 82 83 83 107 116

Sumber : Sekretariat Badan Ketahanan Pangan

Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 sebanyak 322

pegawai. Data tersebut berdasarkan perhitungan, dari awal hingga akhir

tahun 2016. Pegawai Badan Ketahanan Pangan berkurang sejumlah 5

orang yang disebabkan karena pensiun, mutasi pindah tugas dan

meninggal dunia. Sedangkan jumlah pengawai baru yang masuk ke

Badan Ketahanan Pangan sebanyak 7 pegawai, yang terdiri dari CPNS

berjumlah 6 pegawai, pindahan dari Ditjen Hortikultura 1 pegawai. Bila

dilihat dari komposisi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan,

bahwa pegawai di Badan Ketahanan Pangan lebih didominasi dengan

tenaga teknis dan selebihnya adalah tenaga administrasi.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan

kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi

Badan Ketahanan Pangan. pada tahun 2016 telah dilakukan program

tugas belajar sebanyak 12 orang, terdiri dari 6 pegawai mengikuti

pendididikan S3 dan 19 pegawai mengikuti pendidikan S2.

Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi dan pengembangan

sumber daya manusia, pengembangan karir melalui jabatan fungsional

sebagai upaya peningkatan produktivitas sumber daya manusia dan

memberikan kejelasan dan kepastian karier pegawai. Jabatan fungsional

merupakan jabatan yang pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian

dan/atau keterampilan tertentu. serta bersifat mandiri. Hingga tahun 2016.

Badan Ketahanan Pangan telah memiliki 11 jabatan fungsional dengan,

Page 84: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

74

jumlah pegawai yang telah memiliki jabatan fungsional sebanyak 65 orang

pegawai, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 26. Pegawai dengan Jabatan Fungsional Khusus di Badan Ketahanan Pangan

No.

Jabatan Fungsional

Jumlah (OrangPegawai)

1 Pranata Komputer 3

2 Analis Kepegawaian 3

3 Statistisi 4

4 Pranata Humas 2

5 Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) 7

6 Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) 9

7 Arsiparis 7

8 Pustakawan 1

9 Perencana 1

10 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa 1

11 Analis Ketahanan Pangan 27

Total 65

Sumber : data Subbag Kepegawaian Badan Ketahanan Pangan

Mengacu dari undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara dan peraturan-peraturan kepegawaian lainnya, pegawai

pemerintah diarahkan sebagai fungsional khusus yang memiliki keahlian

khusus. Kedepan, kegiatan-kegiatan yang bersifat teknis hanya akan

dilakukan oleh pegawai yang mempunyai kemampuan teknis yang

arahnya adalah pejabat fungsional tertentu. Dalam satu bidang unsur

pelaksana hanya akan dilakukan oleh pejabat fungsional yang

membidangi fungsi masing-masing. Selain itu dalam rangka mengikuti

perkembangan informasi yang semakin pesat sudah dilaksanakan secara

online atau melalui media online, maka pegawai Badan Ketahanan

Pangan dituntut harus memiliki ketrampilan khusus baik dari segi

komputerisasi maupun analisis.

Sejak tahun 2014, penilaian capaian kinerja pegawai dengan tahun sudah

menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang menekankan output

Page 85: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

75

pekerjaan pegawai dan kehadiran pegawai, sedangkan untuk melihat

kinerja pegawai melalui budaya kerja.

Dalam rangka penilaian indikator kinerja individu/pegawai. telah

dilaksanakan Penilaian Standar Kinerja Pegawai (SKP) sebagai pengganti

Daftar Penilaian Pelaksanaan Kerja PNS (DP3) kepada seluruh pegawai

Badan Ketahanan Pangan. Dalam Penilaian Prestasi sudah terlihat kinerja

pegawai dengan nilai 91-100 (A = Sangat Baik) sebanyak 35 pegawai; 76-

90 (B = Baik) sebanyak 264 pegawai; 61-75 (C = Cukup) sebanyak 1

pegawai; 51-60 (D = Kurang) sebanyak 0 pegawai; dan < 50 (E = Buruk)

sebanyak 0 pegawai.

Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan juga telah mensosialisasikan

aplikasi e-Personal yang bekerjasama dengan Biro Organisasi dan

Kepegawaian Kementan, serta Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian. Kementan. Aplikasi e-Personal digunakan untuk mencatat

setiap aktivitas kedinasan pegawai. E-personal ini lebih bersifat sebagai

buku harian setiap pegawai. Dengan adanya e-personal, unsur pimpinan

bisa melihat aktifitas sehari-hari pegawai yang pembinaannya ada

dibawahnya. Selain itu, e-Personal juga berfungsi sebagai alat kontrol

yang memuat data dan informasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di

Lingkungan Kementerian Pertanian, baik yang berada di kantor pusat

maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT). Aplikasi e-Personal telah

terintegrasi dengan Sistem Informasi Manajemen Aparatur Sipil Negara

(SIM ASN) Kementerian Pertanian. dengan tujuan untuk menciptakan

keterpaduan dan validitas data khususnya mengenai data kepegawaian.

Selain mensosialisasikan e-Personal, Badan Ketahanan Pangan juga

mensosialisasikan e-Kinerja yang bekerjasama dengan Biro Organisasi

dan Kepegawaian Kementan, serta Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian, Kementan.

Tujuan e-Kinerja adalah (1) Untuk meningkatan kinerja organisasi dan

aparatur; (2) Menjadi salah satu instrumen dalam penataan dan

penyempurnaan organisasi; (3) Sebagai alat ukur prestasi kerja organisasi

Page 86: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

76

dan aparatur; (4) Untuk meningkatkan kesejahteraan aparatur dengan

mengacu pada prinsip keadilan "equal job for equal pay"; (5) Mendorong

terciptanya kompetisi yang sehat diantara aparatur; (6) Meningkatkan

kompetensi SDM; (7) Menumbuhkan kreatifitas dan inovasi kerja yang

lebih tinggi; (8) Merekam pekerjaan harian aparatur sesuai dengan

jabatan dan beban kerja;

Pada tahun 2016 hasil pengukuran IPNBK Badan Ketahanan Pangan

adalah 3,51 nilai konversi IPNBK 87,86 dengan klasifikasi kualitas budaya

kerja A (Sangat Baik) mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015.

Pada tahun 2015, hasil pengukuran IPNBK Badan Ketahanan Pangan

adalah 3,46 dengan nilai kualitas budaya kerja 86,38.

Nilai budaya kerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 sebagai berikut

- Nilai Rata-Rata Budaya Kerja : 3,51

- Kualitas Budaya Kerja : 87,86

- Kualifikasi Kualitas Budaya Kerja : A (Sangat Baik)

Tabel 27. Komponen dan Nilai Budaya Kerja BKP Tahun 2016

NO KOMPONEN PERTANYAAN NILAI KONVERSI

1 Komitmen 1,1. - 1,8. 3,44 86,12

2 Keteladanan 2,1. - 2,6. 3,48 87,09

3 Profesionalisme 3,1. - 3,6. 3,50 87,41

4 Integritas 4,1. - 4,5. 3,53 88,16

5 Disiplin 5,1. - 5,4. 3,62 90,53

NILAI KUALITAS BUDAYA KERJA (IPNBK) 3,51 87,86

Tabel 28. Perbandingan Nilai Budaya Kerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dan Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

No Budaya Kerja Tahun 2015 Tahun 2016

1 Nilai rata-rata budaya kerja 3.46 3.51

2 Kualitas Budaya Kerja 86.38 87.86

3 Kualifikasi Budaya Kerja A (Sangat Baik) A ( Sangat Baik)

Dari 4 (empat) unit kerja eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan, yang

mencapai nilai tertinggi kualitas budaya kerja adalah Sekretariat Badan

Page 87: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

77

Ketahanan Pangan dengan nilai 3,56 dengan kualitas budaya kerja 88,98

dengan klasifikasi A (Sangat Baik), Pusat Penganekaragaman Konsumsi

dan Keamanan Pangan dengan nilai 3,50 dengan kualitas budaya kerja

87,50 dengan klasifikasi A (Sangat Baik) , Pusat Distribusi dan Cadangan

Pangan dengan nilai 3,49 dengan kualitas budaya kerja 87,20 dengan

klasifikasi A (Sangat Baik) dan Pusat Ketersediaan dan Cadangan Pangan

dengan nilai 3,48 dengan kualitas budaya kerja 86,92 dengan klasifikasi A

(Sangat Baik). Hasil pengukuran IPNBK pada masing-masing unit kerja

eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 29. Indeks Penerapan NilaI Dasar Budaya Kerja per Eselon II

NO NILAI DASAR SETBA PUSAT

KETERSEDIAAN DAN KP

PUSAT DISTRIBUSI

DAN CP

PUSAT PENGANEKA-

RAGAMAN & KP

1. Komitmen 3.45 3.39 3.47 3.46

2. Keteladanan 3.56 3.46 3.42 3.49

3. Profesionalisme 3.57 3.46 3.43 3.52

4. Integritas 3.54 3.45 3.53 3.58

5. Disiplin 3.68 3.61 3.58 3.61

I P N D B K 3.56 3.48 3.49 3.50

Tabel 30. Ringkasan hasil penilaian per Eselon II

NO UNIT KERJA NILAI KUALITAS KUALIFIKASI

1 Sekretariat Badan 3.56 88.98 Sangat Baik

2 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan

3.48 86.92 Sangat Baik

3 Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 3.49 87.20 Sangat Baik

4 Pusat Penganekaragaman Konsumsi

dan Keamanan Pangan

3.50 87.50 Sangat Baik

Dari hasil pengolahan data IPNBK lingkup Badan Ketahanan Pangan dari

5 (lima) indikator nilai tertinggi ada pada Indikator Disiplin. Hasil ini sejalan

dengan meningkatnya disiplin seluruh pegawai karena adanya pemberian

tunjangan kinerja. Mengacu dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah

Page 88: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

78

53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, apabila melanggar

tampa alasan yang jelas akan dipotong tunjangan kinerjanya, dikenakan

pula sanksi administrasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah 53 tahun

2010 tersebut. Pemberlakuan sanksi untuk akumulasi datang dan pulang

terlambat efektip dalam meningkatkan disiplin pegawai. Tahun 2016

disiplin pegawai lingkup Badan Ketahanan Pangan mengalami

peningkatan, yang diikuti peningkatan kinerja pegawai berdasarkan hasil

(output ) pekerjaan yang terukur. Sedangkan, 2 (dua) komponen nilai

budaya kerja yang masih perlu diperbaiki yaitu sebagai berikut : (a)

Komitmen terhadap visi, misi dan tujuan organisasi; dan (b) Keteladanan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan

kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi

Badan Ketahanan Pangan. pada tahun 2016 telah dilakukan: (a) program

tugas belajar dan ijin belajar dengan biaya dari pemerintah, maupun biaya

sendiri, kursus/pelatihan teknis aplikatif dan administratif, serta

workshop/seminar; (b) pembinaan motivasi dan disiplin; (c) penyelesaian

administrasi kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala; (d) pemberian

penghargaan dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya; (e)

sosialisasi Reformasi Birokrasi; dan melanjutkan rencana perubahan

jabatan fungsional pegawai termasuk rencana penyusunan jabatan

fungsional analisis ketahanan pangan sesuai dengan amanah undang-

undang ASN.

c. Capaian Kinerja Lainnya

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan secara nasional. Badan

Ketahanan Pangan juga melaksanakan tugas secara insidentil/diluar

rencana berdasarkan perintah pimpinan. salah satunya adalah dukungan

swasembada pangan startegis melalui Upaya Khusus Peningkatan

Produksi Padi. Jagung. Kedelai; serta kebijakan lainnya yang dianggap

penting. Kegiatan tersebut lebih banyak bersifat koordinasi atau dukungan

Page 89: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

79

terhadap pelaksanaan kegiatan intansi terkait baik di dalam maupun luar

Kementerian Pertanian; serta di tingkat Internasional yang dikoordinasikan

oleh Food and Agriculture Organization (FAO). United Nations World Food

Programme (WFP), maupun forum lainnya. Selama 5 tahun, beberapa

prestasi Badan Ketahanan Pangan, serta apresiasi dari masyarakat,

pemerintah daerah, dan tingkat internasional kepada Badan Ketahanan

Pangan di Pusat dan Daerah, seperti :

1. Sejak tahun 2011 hingga sekarang. Badan Ketahanan Pangan

melaksanakan kegiatan promosi penganekaragaman konsumsi

pangan maupun kegiatan yang terkait dengan upaya perubahan

pemanfaatan substitusi pangan dari umbi-umbian.

2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan penyebaran berita tentang

ketahanan pangan melalui berbagai media cetak dan elektronik

termasuk media sosial.

3. Melaksanakan sosialisasi Program TTI dan Pangan Murah

Berkualitas pada berbagai event seperti Car Free Day. maupun

Kementerian lain.

4. Badan Ketahanan Pangan bersama dengan Eselon I dalam upaya

stabilisasi harga pangan strategis khususnya cabai merah melalui

Pencanangan Gerakan Tanam Cabai 50 juta ha. yang ditindaklanjuti

oleh pemerintah daerah.

5. Meningkatnya kesadaran pentingnya aspek ketahanan pangan

dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan dari lembaga

legislatif di provinsi dan kabupaten/kota. Hampir setiap bulan Badan

Ketahanan Pangan mendapatkan kunjungan dari DPRD provinsi dan

kabupaten/kota yang ingin mendiskusikan ketahanan panga.

.khususnya tentang kebijakan. program dan kegiatan. serta

kelembagaan.

6. Kegiatan Vegetables Go To School (VGtS) merupakan kerjasama

dengan AVDRC Taiwan dalam bentuk hibah. Kegiatan tersebut

dalam bentuk penyusunan baseline data. selanjutnya Tim AVDRC

Taiwan yang akan menyusun kajian dan analisis.

Page 90: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

80

7. Badan Ketahanan Pangan mendapatkan juara Harapan 1 (urutan ke

empat) dalam lomba website Kementerian Pertanian (cek ke pak Tri).

8. Dalam uji Maturitas SPI. Skor SPIP Badan Ketahanan Pangan

sebesar 3.007 tersebut dikatagorikan pada level “terdefinisi”. artinya

telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi

dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan

tanpa dokumentasi yang memadai.

9. Terlibat dalam kegiatan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja

yaitu Pengembangan Desa Lestari. Kegiatan tersebut

mengembangkan wilayah/desa tertinggal yang melibatkan seluruh

sub sector yaitu Desa Kohod Kabupaten Tangerang. Provinsi

Banten. Badan Ketahanan Pangan mengembangkan KRPL.

C. Realisasi Anggaran

Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan (BKP) memperoleh alokasi

anggaran sebesar Rp. 782 milyar, namun pada bulan Februari berubah

menjadi Rp. 705,86 milyar setelah pagu refokusing, sedangkan pagu

setelah self blocking senilai Rp. 671.86 milyar untuk kegiatan di pusat,

propinsi, dan kabupaten/kota.

Seluruh anggaran tahun 2016 dialokasikan dalam 48 satker, berupa : (a)

Dana Sentralisasi di Pusat Rp. 103,24 milyar atau 15,37 persen; (b) Dana

Dekonsentrasi (Dekon) di 34 propinsi Rp. 376,47 milyar atau 56,03 persen;

(c) Dana Tugas Pembantuan 2 (dua) provinsi dan 11 kabupaten/kota

sebesar Rp. 192,15 milyar atau 28,60 persen. Untuk kabupaten/kota yang

tidak berdiri sendiri/satker mandiri. anggarannya masuk dalam provinsi

melalui dana dekonsentrasi.

Alokasi anggaran per kegiatan utama pada tahun 2016 sebelum dan

sesudah refocusing adalah pada tabel dibawah ini.

Page 91: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

81

Tabel 31. Pagu dan Realisasi Anggaran Per Kegiatan

Sumber : SPAN. Aplikasi PMK 249. Badan Ketahanan Pangan

Tabel 32. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Kewenangan

SATKER PAGU AWAL PAGU SETELAH

BLOKIR REALISASI

% PAGU AWAL

% PAGU STLH BLOKIR

KANTOR PUSAT 123.752.961.000 103.242.024.000 93.571.271.121 75.61 90.63

DEKONSENTRASI 387.103.628.000 376.467.735.000 358.475.429.341 92.60 95.22 TUGAS PEMBANTUAN

194.999.875.000 192.146.705.000 178.364.623.755 91.47 92.83 TUGAS PEMBANTUAN PROPINSI

16.875.055.000 16.875.055.000

15.821.554.700 93.76 93.76

TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN

178.124.820.000 175.271.650.000

162.543.069.055 91.25 92.74

TOTAL 705.856.464.000 671.856.464.000 630.411.324.217 89.31 93.83

Sumber data : SPAN dan Aplikasi PMK 249. Badan Ketahanan Pangan

NO KEGIATAN PAGU AWALPAGU SETELAH

BLOKIR

REALISASI PER 27

JANUARI 2017

% PAGU

AWAL

%

SETELAH

BLOKIR

1Pengembangan Sistem Distribusi dan

Stabilitas Harga Pangan201.550.444.000 193.188.170.000 184.346.418.192 91,46 95,42

2Pengembangan Ketersediaan dan

Penanganan Rawan Pangan250.064.227.000 244.304.341.000 228.991.719.899 91,57 93,73

3Pengembangan Penganekaragaman

Konsumsi dan Keamanan Pangan156.908.913.000 149.451.632.000 144.328.828.795 91,98 96,57

4Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya

Badan Ketahanan Pangan97.332.880.000 84.912.321.000 80.917.968.221 83,14 95,30

705.856.464.000 671.856.464.000 638.584.935.107 90,47 95,05 TOTAL

Page 92: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

82

Tabel 33. Pagu dan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja

JENIS BELANJA PAGU AWAL PAGU SETELAH

BLOKIR

REALISASI 2 JANUARI 2017

% PAGU AWAL

% PAGU SETELAH BLOKIR

BELANJA PEGAWAI 21.304.141.000 21.304.141.000 20.639.307.631 96.88 96.88

BELANJA BARANG 682.920.588.000 648.960.588.000

608.397.411.878 89.09 93.75

BELANJA MODAL 1.631.735.000 1.591.735.000

1.374.604.708 84.24 86.36

TOTAL 705.856.464.000 671.856.464.000 630.411.324.217 89.31 93.83

Sumber : SPAN dan Aplikasi PMK 249. Badan Ketahanan Pangan

Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan oleh :

1. Seringnya terjadi revisi DIPA yang mengakibatkan perubahan POK.

2. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan.

3. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK.

Bendahara Pengeluaran).

4. Pegawai pindahan kurang memahami mekanisme pencairan

anggaran dan adanya kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran;

5. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima

berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;

6. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana

Dekonsentrasi.

7. Perubahan sasaran akibat perubahan anggaran dan tidak sesuai

dengan pedoman/kriteria sasaran.

8. Lokasi sasaran yang jauh dari penduduk.

9. Infrastruktur dan kondisi alam.

10. Kendala SOLID : (1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di

awal tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran, (2) pencairan

dana ditahun 2015 masih disalurkan ditahun 2016, (3) Beberapa

kegiatan yang harusnya dilakukan diawal tahun harus tertunda

Page 93: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

83

karena adanya pemblokiran, dan (4) proses identifikasi yang agak

terlambat karena blm siapnya masyarakat dalam penyusunan

Rencana Usaha.

Tabel 34. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Th.2012 – 2016

Rp. Milyar

Sumber : Badan Ketahanan Pangan

Tahun 2016 berdasarkan pagu self blocking

Grafik 13. Realisasi Anggaran dibandingkan dengan Pagu Renstra dan Pagu

Anggaran Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 – 2016

2012 2013 2014 2015 2016

Renstra 722.27 829.86 940.92 635.26 783.06

Pagu 687.84 647.16 458.55 635.26 671.86

Realisasi 621.25 605.93 419.93 563.65 638.58

Tahun

0100200300400500600700800900

1000

2012 2013 2014 2015 2016

Tahun

Rp

. Mili

yar

Realisasi Anggaran 2012-2016

Renstra

Pagu

Realisasi

Page 94: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

84

D. Dukungan Instansi Lain.

Keberhasilan pencapaian pembangunan ketahanan pangan nasional, dipengaruhi

pula oleh peranserta unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan

Kementerian lainnya, serta pemangku kepentingan lainnya yang peduli terhadap

ketahanan pangan. Dukungan instansi tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden

(Perpres) nomor 22 tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)

nomor 43 Tahun 2009, instansi tersebut juga sebagai anggota Dewan Ketahanan

Pangan. Adapun kegiatan instansi lain yang mendukung keberhasilan ketahanan

pangan seperti pada lampiran 12.

Page 95: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

85

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan Umum

Pelaksanaan program diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat tahun 2016,

secara khusus telah berhasil menimbulkan perubahan di wilayah/kelompok sasaran.

Program tersebut berhasil : (a) membangun kesadaran kelompok sasaran untuk

mendukung pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; (b)

mendukung mewujudkan stabilitasi harga gabah/ beras, dan jagung di wilayah

gapoktan dan masyarakat melalui Penguatan LDPM, Lumbung Pangan Masyarakat,

dan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat/Toko Tani Indonesia; (c) membantu

dalam pemenuhan kebutuhan pangan tingkat rumah tangga/kelompok masyarakat;

serta (d) mendukung dalam menurunkan KK miskin di Desa/Kawasan Mandiri

Pangan.

Capaian IKU dan sasaran kegiatan utama secara umum sudah sesuai dengan

Renstra kecuali pada tahun – tahun terakhir sebagai akibat kebijakan pemotongan

anggaran dan refocusing program BKP. Refocusing diarahkan pada peningkatan

kegiatan PUPM/TTI dengan merealokasi anggaran pada kegiatan yang lain

(P2KP/KRPL, Demapan, LDPM, dan LPM).

Berdasarkan indikator kinerja, capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah

dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen (Sangat

Berhasil) sebanyak 6 indikator, nilai pencapaian 80 – 100 persen (Berhasil)

sebanyak 2 indikator yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi, dan nilai

pencapaian dibawah 60 persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu penurunan rawan

pangan, meskipun mengalami penurunan jumlah penduduk rawan pangan.

Sedangkan untuk indikator koefisien variasi harga beras jauh dibawah target

sehingga harga beras stabil, cabai merah meskipun sudah dibawah target namun

hampir mendekati target, sehingga harga cabai merah kurang stabil, sedangkan

harga bawang merah diatas target sehingga harga bawang merah belum stabil.

Page 96: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

86

Indikator lainnya belum tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal

tersebut disebabkan oleh berbagai hambatan/masalah baik secara umum maupun

teknis pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan. Upaya perbaikan yang telah

dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan SKPD daerah dan pihak-pihak

terkait, mengoptimalkan sumber daya yang ada, serta memperbaiki fungsi

manajemen mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

evaluasi.

B. Permasalahan dan Upaya dan Tindak Lanjut

1. Permasalahan

Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku

masyarakat/manusia. Secara umum hambatan dan kendala yang dihadapi dalam

mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2016 adalah : (1) pendapatan

masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum.

sehingga menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga

pangan daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi beras per kapita

cenderung turun.tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3)

teknologi pengolahan pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi

penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) beras sebagai

komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah;

(6) kualitas konsumsi pangan masih rendah. kurang beragam dan masih

didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) terdapatnya konsep makan“belum

makan kalau belum makan nasi” yang salah dalam masyarakat; (8) pemanfaatan

dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu

masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.

Berdasarkan aspek ketahanan pangan, permasalahan dalam capaian kinerja

program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat tahun

2016 adalah :

Page 97: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

87

a. Aspek Ketersediaan Pangan

1) Produksi dan kapasitas produksi pangan nasional semakin terbatas.

2) Jumlah permintaan pangan semakin meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan bahan baku

industri. dan berkembangnya penggunaan pangan seiring maraknya

perkembangan pariwisata, hotel, dan restoran.

3) Adanya persaingan penggunaan bahan pangan untuk bio energi dan

pakan ternak.

4) Kerawanan pangan karena adanya kemiskinan. terbatasnya penyediaan

infrastruktur dasar pedesaan, potensi sumber daya pangan yang rendah.

rentannya kesehatan masyarakat di daerah terpencil, dan sering

terjadinya bencana alam.

b. Aspek Keterjangkauan Pangan

1) Sifat produksi yang musiman, berpengaruh terhadap harga pangan.

2) Melonjaknya harga pangan dunia karena ketergantungan terhadap ekspor

pangan tertentu.

3) Terbatasnya dan/atau kurang memadainya sarana dan prasarana

transportasi, kondisi iklim yang tidak menentu yang dapat mengganggu

transportasi bahan pangan.

4) Permasalahan teknis dalam proses distribusi ini berdampak terhadap

melonjaknya ongkos angkut, mengakibatkan aksesibilitas konsumen

secara ekonomi menurun.

5) Walaupun pemerintah telah menjamin kecukupan stok beras, namun

kecukupan stok pangan tersebut tidak dapat menjamin stok pangan di

pasar.

c. Aspek Konsumsi Pangan

1) Keterbatasan kemampuan ekonomi atau daya beli dari keluarga;

2) Keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan gizi, serta

teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan

Page 98: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

88

dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai social, citra, dan daya

terima;

3) Adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis

sumber daya local, karena pengaruh globalisasi industri pangan siap saji,

dan berkurangnya produksi sumber pangan lokal;

4) Adanya pengaruh nilai-nilai budaya kebiasaan makan yang tidak selaras

dengan prinsip konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman;

5) Berbagai kasus gangguan kesehatan manusia akibat mengkonsumsi

pangan yang tidak aman;

6) Belum efektifnya penanganan dan pengawasan keamanan pangan.

karena sistem yang dikembangkan, SDM, serta penerapan saksi yang

tegas;

7) Koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan pangan

belum optimal;

8) Kurangnya kesadaran pihak pengusaha/pengelola pangan untuk

menerapkan peraturan/standar yang telah ada.

d. Dukungan Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan.

1) Perubahan arah kebijakan yang berdampak pada refokusing kegiatan,

sasaran dan anggaran.

2) Rotasi pimpinan dan staf Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

pegawai sering;

3) Komitmen dan langkah nyata pemerintah daerah masih rendah untuk

membangun ketahanan pangan berkelanjutan;

4) Pelaksanaan monitoring dan pelaporan program ketahanan pangan

kurang optimal. baik secara online dan manual;

5) Hasil analisis ketahanan pangan belum dimanfaatkan secara maksimal

sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan program;

6) Belum sepenuhnya terlaksananya kegiatan ketahanan pangan yang

sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan

Pangan.

Page 99: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

89

7) Belum optimalnya peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan (DKP)

sebagai lembaga fungsional koordinator dalam penanganan ketahanan

pangan di daerahnya;

Secara teknis program dan kegiatan ketahanan pangan, hambatan dan kendala

yang dihadapi adalah :

1. Revisi DIPA dan POK baik di pusat maupun daerah.

2. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK. Bendahara

Pengeluaran).

3. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan, pegawai pindahan kurang

memahami mekanisme pencairan anggaran dan adanya kehati-hatian dalam

pengelolaan anggaran;

4. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima

berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;

5. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana

Dekonsentrasi.

6. Satuan harga yang diterapkan sering tidak sesuai kebutuhan riil;

7. Sasaran tidak sesuai dengan Pedoman,

8. Infrastruktur dan kondisi alam,

9. Kurang optimalnya partisipasi aparat provinsi dan kabupaten/kota dalam

pembinaan dan pemenuhan kebutuhan peralatan yang diperlukan kelompok

unit usaha kecil untuk pengembangan tepung-tepungan sebagai bahan baku

olahan pangan lokal di lokasi penerima manfaat.

2. Upaya dan Tindak Lanjut

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya dan tindak lanjut

sebagai berikut:

1) BKP Pusat telah menghimbau kepada Badan/Dinas/Instansi/Unit Kerja

Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kab/Kota dalam rangka percepatan

pelaksanaan kegiatan dan anggaran.

Page 100: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

90

2) BKP berupaya memberikan informasi dan sosialisasi tentang perubahan

nomenklatur dan penghematan kepada daerah.

3) Pendampingan dan pembinaan dalam rangka mengawal pelaksanaan

kegiatan dan prtoses administrasi dengan membentuk Tim Pembinaan dan

Percepatan Kegiatan dan Anggaran Ketahanan Pangan

4) Fasilitasi kepada kelompok penerima manfaat untuk pengembangan bisnis

pangan lokal dan makanan tradisional.

5) Mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan

industri dan bisnis pangan lokal.

6) Peningkatan kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan institusi yang

menangani Ketahanan Pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta

pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

7) Sinkronisasi kebijakan baik antarkementerian maupun dengan pihak swasta

yang diwujudkan dalam bentuk programdan kegiatan sesuai kewenangan

masing-masing namun saling mendukung.

8) Mengembangkan dan atau relikasi kegiatan prioritas seperti KRPL,

Kawasan Mapan, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, Pengembangan

Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia, Lumbung Pangan

Masyarakat.

9) Melaksanakan kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal

(MP3L).

10) Mendorong upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara

terstruktur dan komprehensif guna mempercepat terjadinya diversifikasi

pangan.

11) Meningkatkan peran swasta dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya

lokal.

12) Mengembangkan bisnis dan industri pangan lokal, melalui:fasilitasi UMKM

untuk pengembangan bisnis pangan lokal, industri bahan baku, industri

pangan olahandan pangan siap saji yang aman berbasis sumberdaya lokal

dan advokasi, sosialisasi dan penerapan standar keamanan dan mutu

Page 101: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

91

pangan bagi pelakuusaha pangan terutama usaha rumah tanggadan

UMKM.

13) Meningkatkan investasi agroindustri pangan berbasis pangan lokal

dilakukan melalui pengembangan bisnis pangan lokal bagi UKM,

pengembangan kemitraan dengan dunia usaha, pengembangan gerai atau

outlet pangan lokal, pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal

(bekerja sama dengan Balitbang dan Perguruan Tinggi) dan memastikan

peningkatan keanekaragaman pangan sesuai karakteristik daerah.

Page 102: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

92

Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Page 103: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

Lampiran 2. Target Kinerja Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 - 2019

No Rincian IKK Target

2015 2016 2017 2018 2019

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

Jumlah lembaga distribusi pangan masyarakat

(Gapoktan)

358 241 248 90 135

Jumlah lumbung pangan masyarakat (Unit) 1.724 1.628 800 1.492 1.492

Jumlah lokasi panel harga pangan nasional dan

pemantauan harga dan pasokan pangan HBKN

(Lokasi)

35 35 35 35 35

Jumlah hasil pemantauan pasokan, harga, distribusi

dan cadangan pangan (Lokasi)

3 3 3 3 3

Jumlah Usaha Pangan Masyarakat (UPM)/Toko Tani

Indonesia (TTI) (Gap/TTI)

20 1.000 2.000 3.000 5.000

Jumlah kajian responsif dan antisipatif distribusi

pangan (Judul)

1 1 1 1 1

Jumlah kajian distribusi pangan (Rekomendasi) 27 27 27 27 27

1815 Pengembangan ketersediaan dan penanganan rawan pangan

Jumlah hasil analisis neraca bahan makanan 35 35 35 35 35

Jumlah lokasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi

(Lokasi)

456 456 456 456 456

Jumlah hasil kajian responsif dan antisipatif

ketersediaan dan kerawanan pangan (Judul)

27 27 27 27 27

Jumlah analisis peta ketahanan dan kerentanan

pangan (Peta FSVA)

35 1 1 1 1

Jumlah kawasan mandiri pangan (Kawasan) 192 190 110 135 75

Jumlah hasil pemantauan ketersediaan dan

kerawanan pangan (Lokasi)

35 35 35 35 35

Jumlah KK pemberdayaan petani kecil dan gender

(KK)

33.600 33.600 33.600 33.600 0

Jumlah KK yang mendukung produksi pertanian dan

pemasaran (KK)

26.880 26.880 26.880 26.880 0

Jumlah desa yang mengembangkan rantai nilai

tanaman perkebunan (Desa)

224 224 224 224 0

Jumlah dukungan manajemen dan administrasi

SOLID (Bulan Layanan)

12 12 12 12 0

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

Jumlah pemberdayaan pekarangan pangan (Desa) 4.410 2.894 1.306 2.612 2.612

Jumlah pemantauan penganekaragaman konsumsi

pangan (Lokasi)

35 34 34 34 34

Jumlah lokasi gerakan diversifikasi pangan (Lokasi) 35 35 35 35 35

Jumlah hasil analisis pola dan kebutuhan konsumsi

pangan (Rekomendasi)

35 35 35 35 35

Page 104: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

No Rincian IKK Target

2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah model pengembangan pangan pokok lokal

(Unit)

27 29 27 27 27

Jumlah rekomendasi pengawasan keamanan dan

mutu pangan (Rekomendasi)

65 86 106 126 146

1817 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

Jumlah dokumen rencana program, anggaran dan

kerja sama (Dokumen)

35 35 35 35 35

Jumlah dokumen keuangan dan perlengkapan

(Dokumen)

35 35 35 35 35

Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi program

(Laporan)

35 35 35 35 35

Jumlah dokumen kepegawaian, organisasi, humas

dan hukum (Dokumen)

3 3 3 3 3

Jumlah perumusan kebijakan Dewan Ketahanan

Pangan (Rekomendasi Kebijakan)

1 1 1 1 1

Jumlah layanan manajemen dan administrasi (Bulan

Layanan)

12 12 12 12 12

Jumlah Layanan Perkantoran (Bulan Layanan) 12 12 12 12 12

Sumber: BKP, Kementan

Page 105: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

PROGRAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT

Terwujudnya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan

635.258,60 783.064,32 963.760,70 1.259.823,76 1.439.900,47

Meningkatnya keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman bagi seluruh masyarakat

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

84,10 86,20 88,4 90,5 92,5

Meningkatnya konsumsi pangan masyarakat sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 2.004 2.040 2.077 2.113 2.150

Konsumsi Protein (gram/kap/hr) 56,10 56,40 56,60 56,80 57,00

Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi (org/thn)

81 160 245 330 400

Stabilinya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP

Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (CV )

CV≤10% CV≤10% CV≤10% CV≤10% CV≤10%

Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

87,52 89,71 92,04 94,25 96,32

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%/Tahun)

1 % 1 % 1 % 1 % 1 %

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

107.265,01 285.414,00 466.027,77 675.598,62 1.081.802,26

Meningkatnya Kelembagaan Distribusi dan Cadangan Pangan Serta Stabilitas Harga Pangan

Jumlah lembaga distribusi pangan masyarakat (Gapoktan)

358 241 248 90 135 45.944,91 17.801,00 18.318,04 6.647,68 9.971,51

Jumlah lumbung pangan masyarakat (Unit)

1.724 1.628 800 1.492 1.492 45.720,20 43.813,00 21.529,73 40.152,95 40.152,95

Jumlah lokasi panel harga pangan nasional dan pemantauan harga dan pasokan pangan HBKN (Lokasi)

35 35 35 35 35 5.185,27 15.150,00 16.665,00 18.331,50 20.164,65

Jumlah hasil pemantauan pasokan, harga, distribusi dan cadangan pangan (Lokasi)

3 3 3 3 3 6.132,31 4.050,00 4.455,00 4.900,50 5.390,55

Jumlah Toko Tani Indonesia/TTI (Unit) 0 1.000 2.000 3.000 5.000 - 200.000,00 400.000,00 600.000,00 1.000.000,00

Jumlah kajian responsif dan antisipatif distribusi pangan (Judul)

1 1 1 1 1 2.262,44 1.500,00 1.650,00 1.815,00 1.996,50

Jumlah kajian distribusi pangan (Rekomendasi)

27 27 27 27 27 2.019,89 3.100,00 3.410,00 3.751,00 4.126,10

Lampiran 3. Matriks Kinerja dan Pendanaan Badan Ketahanan Pangan

INDIKATORSASARANNOPROGRAM/KEGIATAN

TARGET ALOKASI (Juta Rupiah)

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

Page 106: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Lampiran 3. Matriks Kinerja dan Pendanaan Badan Ketahanan Pangan

INDIKATORSASARANNOPROGRAM/KEGIATAN

TARGET ALOKASI (Juta Rupiah)

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

111.609,25 268.436,50 285.365,28 320.385,98 71.261,48

Meningkatnya ketersediaan dan penanganan rawan pangan

Jumlah unit penggilingan padi menunjang stok beras nasional (Unit)

- 50.000 75.000 100.000 125.000 - 12.500,00 18.750,00 25.000,00 31.250,00

Jumlah hasil analisis neraca bahan makanan (Laporan)

35 35 35 35 35 14.078,52 3.040,00 3.344,00 3.678,40 4.046,24

Jumlah lokasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi (Lokasi)

456 35 35 35 35 13.340,87 7.422,00 8.164,20 8.980,62 9.878,68

Jumlah hasil kajian responsif dan antisipatif ketersediaan dan kerawanan pangan (Judul)

27 27 27 27 27 7.061,86 2.360,00 2.596,00 2.855,60 3.141,16

Jumlah analisis peta ketahanan dan kerentanan pangan (Peta FSVA)

35 1 1 1 1 1.825,10 900,00 990,00 1.089,00 1.197,90

Jumlah kawasan mandiri pangan (Kawasan)

192 190 110 135 75 66.503,63 28.624,50 16.572,08 20.338,46 11.299,14

Jumlah hasil pemantauan ketersediaan dan kerawanan pangan (Lokasi)

35 35 35 35 35 8.799,27 7.850,00 8.635,00 9.498,50 10.448,35

Jumlah KK pemberdayaan petani kecil dan gender (KK)

33.600 33.600 33.600 33.600 - 19.588,60 21.547,46 23.702,21

Jumlah KK yang mendukung produksi pertanian dan pemasaran (KK)

26.880 26.880 26.880 26.880 - 130.578,05 143.635,86 157.999,44

Jumlah desa yang mengembangkan rantai nilai tanaman perkebunan (Desa)

224 224 224 224 - 4.953,15 5.448,47 5.993,31

Jumlah dukungan manajemen dan administrasi SOLID (Bulan Layanan)

12 12 12 12 - 50.620,20 55.682,22 61.250,44

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

132.894,73 125.717,39 98.521,58 138.608,48 149.082,98

Meningkatnya Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan

Jumlah pemberdayaan pekarangan pangan (Desa)

4.410 2.894 1.306 2.612 2.612 92.886,73 66.314,00 29.926,08 59.852,17 59.852,17

Jumlah pemantauan penganekaragaman konsumsi pangan (Lokasi)

35 34 34 34 34 11.247,68 9.000,00 9.900,00 10.890,00 11.979,00

Jumlah lokasi gerakan diversifikasi pangan (Lokasi)

35 35 35 35 35 5.173,29 9.800,30 10.780,33 11.858,36 13.044,20

Jumlah hasil analisis pola dan kebutuhan konsumsi pangan (Rekomendasi)

35 35 35 35 35 4.832,86 5.950,00 6.545,00 7.199,50 7.919,45

Jumlah model pengembangan pangan pokok lokal (Unit)

27 29 27 27 27 8.041,23 4.450,00 4.143,10 4.557,41 5.013,16

Jumlah rekomendasi pengawasan keamanan dan mutu pangan (Rekomendasi)

65 86 106 126 146 10.712,94 30.203,09 37.227,06 44.251,04 51.275,01

Page 107: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Lampiran 3. Matriks Kinerja dan Pendanaan Badan Ketahanan Pangan

INDIKATORSASARANNOPROGRAM/KEGIATAN

TARGET ALOKASI (Juta Rupiah)

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

Terselenggaranya Pelayanan Administrasi dan Pelayanan Teknis Lainnya Secara Profesional dan Berintegritas di Lingkungan Badan Ketahanan Pangan

283.489,61 103.496,43 113.846,07 125.230,68 137.753,75

Jumlah dokumen rencana program, anggaran dan kerja sama (Dokumen)

35 35 35 35 35 10.629,63 11.586,67 12.745,34 14.019,87 15.421,86

Jumlah dokumen keuangan dan perlengkapan (Dokumen)

35 35 35 35 35 5.794,81 7.600,00 8.360,00 9.196,00 10.115,60

Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi program (Laporan)

35 35 35 35 35 26.096,21 26.750,00 29.425,00 32.367,50 35.604,25

Jumlah dokumen kepegawaian, organisasi, humas dan hukum (Dokumen)

3 3 3 3 3 17.377,18 5.450,00 5.995,00 6.594,50 7.253,95

Jumlah perumusan kebijakan Dewan Ketahanan Pangan (Rekomendasi Kebijakan)

1 1 1 1 1 7.245,69 7.400,00 8.140,00 8.954,00 9.849,40

Jumlah layanan manajemen dan administrasi (Bulan Layanan)

12 12 12 12 12 20.656,09 16.320,00 17.952,00 19.747,20 21.721,92

Jumlah Layanan Perkantoran (Bulan Layanan)

12 12 12 12 12 32.610,00 28.389,76 31.228,74 34.351,61 37.786,77

Jumlah KK pemberdayaan petani kecil dan gender (KK)

33.600 33.600 33.600 33.600 - 21.732,20 19.588,60 21.547,46 23.702,21 2.370,22

Jumlah KK yang mendukung produksi pertanian dan pemasaran (KK)

26.880 26.880 26.880 26.880 - 70.729,75 130.578,05 143.635,86 157.999,44 15.799,94

Jumlah desa yang mengembangkan rantai nilai tanaman perkebunan (Desa)

224 224 224 224 - 33.610,88 4.953,15 5.448,47 5.993,31 599,33

Jumlah dukungan manajemen dan administrasi SOLID (Bulan Layanan)

12 12 12 12 - 37.007,18 50.620,20 55.682,22 61.250,44 6.125,04

Page 108: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Revisi II Tahun 2016

98

Page 109: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Revisi III Tahun 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Gardjita Budi Jabatan : Kepala Badan Ketahanan Pangan Selanjutnya disebut pihak pertama Nama : A. Amran Sulaiman Jabatan : Menteri Pertanian Selaku atasan langsung pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami. Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Jakarta, November 2016 Pihak Kedua, Pihak Pertama,

A. Amran Sulaiman Gardjita Budi

99

REVISI III

Page 110: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

1. Peningkatan ketersediaan

pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 89,71

2. Penurunan jumlah

penduduk rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk

rawan pangan

1%

3. Stabilitas harga pangan

pokok di tingkat produsen

dan konsumen

3. Harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen

(Rp/Kg)

≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan

(beras) di tingkat konsumen

(Cv)

Beras

Cabe Merah

Bawang Merah

< 10%

< 28 %

< 18 %

4. Peningkatan kuantitas dan

kualitas konsumsi pangan

masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.040 Kkal/Kap/hr

6. Konsumsi Pangan Hewani 200 Kkal/Kap/hr

7. Skor PPH Konsumsi 86,2

5. Peningkatan pangan segar

yang aman dan bermutu

8. Rasio konsumsi pangan

lokal non beras terhadap

beras

5, 70%

9. Peningkatan produk pangan

segar yang tersertifikasi

10%

10. Tingkat keamanan pangan

segar yang diuji

≥ 80%

Kegiatan Anggaran

1. Pengembangan Ketersediaan dan

Penanganan Rawan Pangan

Rp 250.064.227.000,-

2. Pengembangan Sistem Distribusi dan

Stabilitas Harga Pangan

Rp 201.550.444.000,-

3. Pengembangan Penganekaragaman

Konsumsi dan Keamanan Pangan

Rp 156.908.913.000,-

4. Dukungan Manajemen dan Teknis

Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan

Rp 97.332.880.000,-

TOTAL Rp 705.856.464.000,-

Jakarta, November 2016

Pihak Kedua, Pihak Pertama, A. Amran Sulaiman Gardjita Budi

100

REVISI III

Page 111: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 6. Perkembangan Harga Pangan Prioritas Tingkat Produsen

Berdasarkan Panel Harga BKP Th 2016

Bulan

Harga Komoditas Pangan Strategis (Rp/Kg)

Harga GKP di Petani

Harga GKG di

Penggilingan

Harga Beras Medium di

Penggilingan

Jagung Pipilan Kering (JPK)

di Petani

Kedelai Biji

Kering (KBK) di Petani

Bawang Merah

di Petani

Cabai Merah Keriting di

Petani

Jan 4.659 5.548 8.992 3.937 7.092 22.065 25.775

Feb 4.555 5.441 9.018 4.054 7.367 19.783 22.280

Mar 4.196 5.187 8.809 3.573 6.765 28.179 27.263

Apr 4.057 5.077 8.620 3.441 6.634 15.525 15.974

May 4.104 5.074 8.598 3.460 6.741 19.835 28.275

Jun 4.135 5.032 8.572 3.431 6.673 20.328 22.629

Jul 4.168 5.087 8.709 3.439 6.528 23.764 23.163

Aug 4.226 5.119 8.673 3.465 6.528 23.351 25.313

Sep 4.240 5.111 8.554 3.509 6.660 27.348 27.142

Oct 4.281 5.154 8.651 3.469 6.511 27.943 34.428

Nov 4.305 5.173 8.706 3.480 6.523 36.938 32.644

Dec 4.292 5.236 8.754 3.567 6.842 30.150 40.876

Rata-Rata 4.268 5.187 8.721 3.569 6.739 24.601 27.147

Maksimal 4.659 5.548 9.018 4.054 7.367 36.938 40.876

Minimal 4.057 5.032 8.554 3.431 6.511 15.525 15.974

Pertb/bl (%) (0,71) (0,51) (0,24) (0,81) (0,27) 5,97 8,20

CV (%) 4,15 3,01 1,74 5,77 3,85 23,57 23,90

Sumber : Panel Harga BKP

101

Page 112: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 7. Harga Gabah di Tingkat LUPM pada 9 Provinsi Sample

NO PROVINSIHARGA GABAH

(Rp/Kg)KETERANGAN

1 Sumatera Utara 5.271 GKG

2 Sumatera Barat 5.443 GKG

3 Lampung 4.065 GKP

4 Banten 3.400 GKP

5 Jawa Barat 4.592 GKP

6 Jawa Tengah 4.650 GKP

7 Jawa Timur 4.280 GKP

8 Sulawesi Selatan 4.022 GKP

9 Papua 3.700 GKP

102

Page 113: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 8. Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulanan Tahun 2016

I II III IV

KEMAJUAN 

PELAKSANAAN 

(%)A Skor PPH Ketersediaan 89,71 % 85,24% 95,02%

1 Pengembangan Kawasan 

Mandiri Pangan 

(Kawasan)

192 Kawasan 190 80 182 181 94,27% sebanyak 11 desa tidak 

mencairkan

1) Di Sumatera Utara sebanyak 5 desa tidak mencairkan 

karena lokasinya sangat jauh sehingga sulit melaksanakan 

monev; 2) Sumatera Barat mengajukan pengalihan dengan 

pertimbangan tdk memenuhi persyaratan; 3) Di Riau 

sebanyak 2 kawasan tdk mencairkan karena 

kelembagaannya kurang mendukung; 4) Banten dan Bali 

blm melaksanakan DDRT; 5) Kalteng penerima tumpang 

tndih dengan bantuan lain

2 Jumlah Lokasi Sistem 

Kewaspadaan Pangan 

dan Gizi (Lokasi)

35 Lokasi 0 10 20 33 94% 2 lokasi blm memberikan 

laporan yaitu prov. DKI dan 

prov. Kaltara

Menghubungi provinsi agar 

segera menyampaikan 

laporannya

3 Jumlah Lembaga 

Distribusi Pangan 

Masyarakat (Gapoktan)

303 Gapoktan 25 193 269 287 95,00% sebanyak 16 Gapoktan tdk 

mencaikan 

Penghematan Anggaran sehingga tidak dicairkan Dana dikembalikan

4 Jumlah Lumbung Pangan 

Masyarakat (Unit)

54 Lumbung 0 22 47 51 90,00% sebanyak 3 lumbung tdk 

mencairkan

(1) Sebanyak2 unit lumbung di prov. Lampung dan 1 unit di 

Pov. Sumut tidak mencairkan dananya karena tdk 

memenuhi persyaratan

Dana dikembalikan

5 Jumlah KK 

Pemberdayaan petani 

kecil dan gender (KK)

33,600 KK 0 5.040            16,800 50% Pemberian Matcing Fund

(bansos) hrs memalui 

penilaian setelah 6 bln dan 

dana langsung disalurkan ke 

rekening kelompok sasaran, 

proses penyaluran data masih 

berlangsung

(1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal 

tahun harus tertunda krn adanya pemblokiran; (2) pencairan 

dana di tahun 2015 masih disalurkan di tahun 2016

Percepatan pencairan dana 

Matching Fund  kepada 

kelompok

6 Jumlah KK yang 

mendukung produksi 

pertanian dan pemasaran 

(KK)

26,880 KK 0 1.210            11,558 43,00% Realisasi baru mencapai 43% 

untuk penyaluran dana 

Revolving Fund  (dana 

bergulir) kepada kelompok 

mandiri (KM), yang digunakan 

kegiatan produktif  tan. 

Pangan, perkebunan, 

hortikultura dan pengolahan 

pasca panen di tiap-tiap 

kelompok

(1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal 

tahun harus tertunda krn adanya pemblokiran; (2) Proses 

identifikasi yang agak terlambat karena belum siapnya 

masyarakat dalam penyusunan Rencana Usaha Anggota 

dan Rencana Usaha Kelompok

Percepatan pencairan dana 

Revolving Fund  kepada 

kelompok

REALISASI TRIWULAN

KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

PENETAPAN KINERJA 

(PK)/INDIKATOR KINERJA 

KEGIATAN (IKK)

TARGET

Page 114: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

I II III IV

KEMAJUAN 

PELAKSANAAN 

(%)

REALISASI TRIWULAN

KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

PENETAPAN KINERJA 

(PK)/INDIKATOR KINERJA 

KEGIATAN (IKK)

TARGET

B Penurunan Jumlah 

Penduduk Rawan Pangan 

(%thn)

1 % 0,27% 27,00%

1 JumlahKawasan Mandiri 

Pangan (Kawasan)

192 Kawasan 190 80 182 94,79% (1) Kab. Pandeglang, Kab. Serang, Kab, Kuantan sengingi, 

Kab. Badung, Kab Pasaman Barat sampai dengan tahun 

kedua belum melakukan DDRT, sehingga tidak bisa 

mencairkan Bantuan pemerintah; (2) Kabupaten 

Kotawaringin Barat mengalokasikan kawasan di Desa 

Babual, Baboti, Tempayung, Kinjil, Saka Bulin. Kegiatan 

usahanya adalah petani perkebunan kelapa sawit, sehingga 

kegiatan mereka lebih banyak di kelapa sawit dan lokasi 

kawasan ini pernah menerima bantuan PUAP  dan yang 

menerima dana PUAP orang/kelompok yang sama

Mengoptimalkan Tim 

Pendampingan dan 

Percepatan Kegiatan dan 

Anggaran BKP

2 Jumlah Lokasi Sistem 

Kewaspadaan Pangan 

dan Gizi (Lokasi)

35 Lokasi 35 35 20 33 100% 2 lokasi blm memberikan 

laporan yaitu prov. DKI dan 

prov. Kaltara

3 Jumlah KK 

Pemberdayaan petani 

kecil dan gender (KK)

33,600 KK 0 5.040            16,800 11.760 100% Pemberian Matcing Fund

(bansos) hrs memalui 

penilaian setelah 6 bln dan 

dana langsung disalurkan ke 

rekening kelompok sasaran, 

proses penyaluran data masih 

berlangsung

(1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal

tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran;(2)

pencairan dana ditahun 2015 masih disalurkan ditahun

2016

Percepatan pencairan dana

Matching Fund kepada

kelompok

4 Jumlah KK yang 

mendukung produksi 

pertanian dan pemasaran 

(KK)

26,880 KK 0 1.210            11,558 13.595 92,72% Realisasi baru mencapai 43%

untuk penyaluran dana

Revolving Fund(dana bergulir)

kepada kelompok

mandiri(KM) yg digunakan

kegiatan produktif tan

pangan,perkebunan,hortikult

ura dan pengolahan pasca

(1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan diawal

tahun harus tertunda krn adanya pemblokiran;(2)proses

identifikasi yang agak terlambat karena blm siapnya

masyarakat dalam penyusunan Rencana Usaha

Percepatan Revolving Fund

kepada kelompok

5 Jumlah desa yang 

mengembangkan rantai 

nilai tanaman perkebunan 

(Desa)

224 Desa 0 0 45 172 97% Sampai saat ini proses 

pengadaan alat masih 

berlangsung

(1) pengadaan alat msh dlm proses identifikasi dan

sebagai kontrak blm dilakukan;(2)penentuan aspek dan

harga yg membutuhkan waktu cukup lama;(3)proses

pengadaan barang dan jasa menggunakan guidline

Untuk pencairan anggaran,

pengawalan pelaksanaan

kegiatan dan

pendampingan akan diatur

jadwalnya dari pusat.

C Harga Gabah kering 

panen (GKP) di tingkat 

produsen (Rp/Kg)

≥ HPP Rp. 

4.548/Kg 

atau 22,92 

% diatas 

HPP

Rp. 4.090/Kg 

atau 10,54 % 

diatas HPP

Rp. 

4.200/Kg 

atau 13,52% 

diatas HPP 

(Rp. 

3.700/Kg)

Rp. 4.333/Kg 

atau 17,10% 

diatas HPP 

(Rp. 

3.700/Kg)

117,11% a. Harga gabah kering panen 

(GKP) tingkat petani 

berdasarkan data panel harga 

pangan di 22 provinsi sentra 

produksi padi

a. Masih adanya kejadian harga GKP ditingkat petani yang 

dibawah HPP (Rp. 3.700/kg), yaitu di Sulteng (Okt-Nov Rp. 

3.000-3.500/Kg), Sulut (Mgg III Okt, Mgg I, II, IV Nov Rp. 

3.000-3.500/Kg) dan Sumsel (Mgg II dan IV Okt Rp. 3.660-

3.667/Kg). 

a. Meningkatkan informasi 

harga gabah di bawah HPP 

ke Perum Bulok untuk 

dilakukan penyerapan 

gabah/beras

Page 115: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

I II III IV

KEMAJUAN 

PELAKSANAAN 

(%)

REALISASI TRIWULAN

KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

PENETAPAN KINERJA 

(PK)/INDIKATOR KINERJA 

KEGIATAN (IKK)

TARGET

b. Rata-rata harga GKP tingkat 

petani pada TW IV (Okt-Des) 

sebesar Rp. 4.333/kg atau 

17,10% diatas HPP (Rp. 

3.700)

b. Terjadi disparitas harga gabah yang cukup besar antar 

wilayah (Rp. 3.150/Kg s/d Rp. 5.324/Kg) yg membuat 

koefisien variasi (CV) lebih besar dari 10% sedang CV 

antar waktu relatif rendah/stabil (<5%), kecuali di Provinsi 

Sulteng 6,73%,dan  Kalteng 5,80%. 

b. Meningkatkan arus 

pelaporan data harga 

gabah dari daerah 

(kab/prov) ke tingkat pusat

c. Harga GKP Triwulan III 

mengalami kenaikan tiap bulan 

: Juli p. 4.113/Kg, Agustus p. 

4.203/Kg, dan Sept p. 

4.285/Kg

c. Masih ada kab/prov yang belum mengirimkan data 

perkembangan harga gabah secara rutin (mingguan) ke 

Pusat sehingga data mingguan atau bulanan tidak tersedia

d. Harga GKP pada TW IV 

mengalami kenaikan dibanding 

TW III karena sdh lewat masa 

panen

e. Harga GKP pada TW IV 

mengalami kenaikan tiap bulan 

Okt Rp. 4.313/Kg, Nov Rp. 

4.330/Kg dan Des Rp. 

4.355/Kg

f. Kisaran harga GKP tingkat 

petani Okt-Des sebesar Rp. 

3.150- Rp. 5.324/Kg, dengan 

harga tertinggi di Prov. Kalteng 

(43,90% diatas HPP) dan 

terendah di Sulteng(14,86% 

dibawah HPP)

g. Harga GKP Triwulan IV relatif 

stabil dengan coefisien variasi 

(CV) 0,48%, namun disparitas 

antar wilayah relatif besar yaitu 

0,46-6,73% dengan Prov Jabar 

paling stabil dan Prov Sulteng 

paling fluktuasi

1 Jumlah Lembaga 

Distribusi Pangan 

Masyarakat (Gapoktan)

303 Gapoktan 25 193 269 287 95,00% sebanyak 16 Gapoktan tdk 

mencaikan 

Penghematan Anggaran sehingga tidak dicairkan Dana dikembalikan

Jumlah Lumbung Pangan 

Masyarakat (Unit)

54 Lumbung 0 22 47 51 94,00% sebanyak 3 lumbung tdk 

mencairkan

(1) Sebanyak 2 unit lumbung di prov. Lampung dan 1 unit di 

Pov. Sumut tidak mencairkan dananya karena tdk 

memenuhi persyaratan

Dana dikembalikan

Jumlah Usaha Pangan 

Masyarakat (UPM)/TTI 

(Gap/TTI)

500/1.000 Gap/TTI 287 473/874 473/989 493/1320 98.60% / 132.20% Prov. Kep. Riau 

mengembalikan dananya krn 

Gapoktannya tdk memenuhi 

persyaratan

untuk efisiensi biaya pengiriman maka dilakukan 

penambahan TTI sehingga realisasi melebihi target

Page 116: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

I II III IV

KEMAJUAN 

PELAKSANAAN 

(%)

REALISASI TRIWULAN

KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

PENETAPAN KINERJA 

(PK)/INDIKATOR KINERJA 

KEGIATAN (IKK)

TARGET

2 Panel Harga Pangan 

Nasional dan Pemantauan 

Harga dan Pasokan 

Pangan (HBKN)

35 Lap 0 0 0 35 100% Kegiatan yang sudah 

dilaksanakan adalah Rakor 

dalam memghadapai HBKN, 

Laporan keseluruhan kegiatan 

baru dilaporkan akhir tahun. 

Sedangkan laporan hasil rakor 

dalam rangka HBKN secara 

rutin dilaporkan kepada 

pimpinan

D Koefisien variasi pangan 

(beras) di tingkat 

konsumen (Cv)

< 10% CV=2,64% CV=0,41% CV = 0,30% CV = 0,16% 100% a. Berdasarkan data BPS, CV 

harga Beras Umum tingkat 

eceran sebesar 0,16%, sedang 

harga beras termurah CV 

0,05% yang menunjukkan 

harga sangat stabil. CV harga 

beras Tri IV lebih tinggi 

dibanding Tri III karena bukan 

musim panen.

a. 1.   Meskipun harga stabil, namun stabil pada harga tinggi. 

Harga beras umum bulan Okt-Des 2016 rata-rata Rp 

13.180/Kg, dengan rincian bulanan Rp 13.153/Kg, Rp 

13.185/Kg, dan Rp 13.201/Kg.

Memantapkan stabilitas 

pasokan beras ke tingkat 

pedagang  agar harga tetap 

stabil.

b. Rincian  nilai cv bulan Okt-Des 

beras umum masing-masing  

0,02%, 0,02%, dan 0,07%, 

sedang beras termurah 0,08% 

dan 0,02%.

b. Harga beras termurah juga stabil tinggi, rata-rata Rp 

10.376/kg, dengan rincian bulanan Rp 10.375/kg, dan Rp 

10.376/kg.

Panel Harga Pangan 

Nasional dan Pemantauan 

Harga dan Pasokan 

Pangan (HBKN)

CV = 0,32% CV = 0,39% CV=0,12% CV=0,16% 100% a.  Berdasarkan data BPS, CV 

harga beras umum tingkat 

eceran sebesar 0,16%, sedang 

harga beras termuah CV 

0,05% yang menunjukkan 

harga sangat stabil, CV harga 

beras TW IV karena bukan 

musim panen

a. Meskipun harga stabil, namun stabil pada harga yang 

tinggi. Harga beras medium pada bulanOkt-Des 2016 rata-

rata Rp. 13.180/Kg, dengan rincian bulanan masing-masing 

Rp. 13.153/Kg, Rp. 13.185/Kg, dan Rp. 13.201/Kg.

Memantapkan stabilitas 

pasokan beras ke tingkat 

pedagang agar harga tetap 

stabil

b. Rincian nilai CV beras bln Juli-

Sept beras umum masing-

masing 0,06%, 0,17%, dan 

0,01% sedang beras termurah 

0,04%, 0,14%, dan 0,04%

b. Harga beras termurah juga stabil tinggi, rata-rata Rp. 

10.376/Kg dengan rincian bulanan Rp. 10.373/Kg,  dan Rp. 

10.376/Kg 

1 Jumlah Lembaga 

Distribusi Pangan 

Masyarakat (Gapoktan)

303 Gapoktan 25 193 269 287 95,00% sebanyak 16 Gapoktan tdk 

mencaikan 

Penghematan Anggaran sehingga tidak dicairkan Dana dikembalikan

2 Jumlah Lumbung Pangan 

Masyarakat (Unit)

54 Lumbung 0 22 47 51 90,00% sebanyak 3 lumbung tdk 

mencairkan

(1) Sebanyak2 unit lumbung di prov. Lampung dan 1 unit di 

Pov. Sumut tidak mencairkan dananya karena tdk 

memenuhi persyaratan

Dana dikembalikan

3 Jumlah Usaha Pangan 

Masyarakat (UPM)/TTI 

(Gap/TTI)

497/1.086 Gap/TTI 287 473/874 473/989 95.17% / 91,06% Prov. Kep. Riau 

mengembalikan dananya krn 

Gapoktannya tdk memenuhi 

persyaratan

untuk efisiensi biaya pengiriman maka dilakukan 

penambahan TTI sehingga realisasi melebihi target

Page 117: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

I II III IV

KEMAJUAN 

PELAKSANAAN 

(%)

REALISASI TRIWULAN

KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

PENETAPAN KINERJA 

(PK)/INDIKATOR KINERJA 

KEGIATAN (IKK)

TARGET

4 Panel Harga Pangan 

Nasional dan Pemantauan 

Harga dan Pasokan 

Pangan (HBKN)

35 Lap 0 0 0 35 100,00% Kegiatan yang sudah 

dilaksanakan adalah Rakor 

dalam memghadapai HBKN, 

Laporan keseluruhan kegiatan 

baru dilaporkan akhir tahun. 

Sedangkan laporan hasil rakor 

dalam rangka HBKN secara 

rutin dilaporkan kepada 

pimpinan

E Konsumsi Energi 

(Kkal/Kap/hr)

2,040 Kkal/Kap/hr 2147

1 Jumlah Pemberdayaan 

Pekarangan Pangan 

(Desa)

4.894 

revisi jd 

4.869

Desa 0 3.500            4,753 4,824 99,07% sebanyak 45 kelompok tdk 

mencairkan dana antara lain 

prov. Aceh 4 kel, Sumut 5 Kel, 

Sumsel 3 kel, Subar 1 kel, 

Bengkulu 1 kel, Jatim 8 kel, 

Kelsel 5 kel, Kalteng 3 kel, 

NTB 10 kel, Sulut 1 kel, Malut 

1 kel, Papua 3 kel

(1) Tidak lolos verifikasi, (2) ada konflik di dalam kelompok; 

(3) Lokasi kelompok jauh sehingga sulit utk dilakukan 

pembinaan; (4) Kepala desa tidak mau krn terlalu ketat 

pengawasannya; (5) ada konflik dengan kepala desa

akan dilakukan perbaikan 

pada kegiatan tahun 2017

2 Jumlah Pemantauan 

Penganekaragaman 

Konsumsi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 5 10 10 35 100%

3 Jumlah Lokasi Gerakan 

Diversifikasi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 1 1 35 100%

F Konsumsi Protein 

(Gram/Kap/hr

56,40 gram/kap/hr

1 Jumlah Pemberdayaan 

Pekarangan Pangan 

(Desa)

4.894 

revisi jd 

4.869

Desa 0 3.500            4,753 4,824 99,07% sebanyak 45 kelompok tdk 

mencairkan dana antara lain 

prov. Aceh 4 kel, Sumut 5 Kel, 

Sumsel 3 kel, Subar 1 kel, 

Bengkulu 1 kel, Jatim 8 kel, 

Kelsel 5 kel, Kalteng 3 kel, 

NTB 10 kel, Sulut 1 kel, Malut 

1 kel, Papua 3 kel

(1) Tidak lolos verifikasi, (2) ada konflik di dalam kelompok; 

(3) Lokasi kelompok jauh sehingga sulit utk dilakukan 

pembinaan; (4) Kepala desa tidak mau krn terlalu ketat 

pengawasannya; (5) ada konflik dengan kepala desa

akan dilakukan perbaikan 

pada kegiatan tahun 2017

2 Jumlah Pemantauan 

Penganekaragaman 

Konsumsi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 5 10 12 35 100%

3 Jumlah Lokasi Gerakan 

Diversifikasi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 1 1 28 35 100%

Page 118: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

I II III IV

KEMAJUAN 

PELAKSANAAN 

(%)

REALISASI TRIWULAN

KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

PENETAPAN KINERJA 

(PK)/INDIKATOR KINERJA 

KEGIATAN (IKK)

TARGET

G Skor PPH Konsumsi 86,2 86

1 Jumlah Pemberdayaan 

Pekarangan Pangan 

(Desa)

4.894 

revisi jd 

4.869

Desa 0 3.500            4,753 4,824 99,07% sebanyak 45 kelompok tdk 

mencairkan dana antara lain 

prov. Aceh 4 kel, Sumut 5 Kel, 

Sumsel 3 kel, Subar 1 kel, 

Bengkulu 1 kel, Jatim 8 kel, 

Kelsel 5 kel, Kalteng 3 kel, 

NTB 10 kel, Sulut 1 kel, Malut 

1 kel, Papua 3 kel

(1) Tidak lolos verifikasi, (2) ada konflik di dalam kelompok; 

(3) Lokasi kelompok jauh sehingga sulit utk dilakukan 

pembinaan; (4) Kepala desa tidak mau krn terlalu ketat 

pengawasannya; (5) ada konflik dengan kepala desa

akan dilakukan perbaikan 

pada kegiatan tahun 2017

2 Jumlah Pemantauan 

Penganekaragaman 

Konsumsi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 5 10 12 35 100%

3 Jumlah Lokasi Gerakan 

Diversifikasi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 1 1 28 35 100% seluruh kegiatan sudah 

dilaksanakan

4 Jumlah model 

pengembangan pangan 

pokok lokal (Unit)

30 Unit 0 0 24 30 100% Sudah tersalurkan

5 Jumlah hasil analisis pola 

dan kebutuhan konsumsi 

pangan (Rekomendasi)

35 Lap 0 0 0 33 94,30%

H Peningkatan produk 

pangan segar yang 

tersertifikasi (%)

10 % 0 0 10% 26,04% 260% Kegiatan di pusat dan daerah, 

terjadi peningkatan produk 

pengan yg tersertifikasi 

melebihi target dari 10% 

terealisasi 26,04% 

1 Jumlah Lokasi Gerakan 

Diversifikasi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 1 1 28 35 100% seluruh kegiatan sudah 

dilaksanakan

2 Jumlah rekomendasi 

pengawasan keamanan 

dan mutu pangan 

(Rekomendasi)

86 Lokasi 0 0 8 86 100%

I Tingkat Keamanan 

Pangan Segar yang Diuji 

(%)

≥ 80% 0 0 0 99,61% 125% pengujian sampel dilakukan di 

pusat dan daerah, uji lab 

residu 99,61%, logam berat 

100%

1 Jumlah Lokasi Gerakan 

Diversifikasi Pangan 

(Lokasi)

35 Lokasi 1 1 28 35 100% seluruh kegiatan sudah 

dilaksanakan

2 Jumlah rekomendasi 

pengawasan keamanan 

dan mutu pangan 

(Rekomendasi)

86 Lokasi 0 0 8 86 100%

Page 119: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 9. Rata-rata Harga Beras di Tingkat PUPM dan TTI Tahun 2016

Sumber : Sekretariat TTI, Badan Ketahanan Pangan

109

NO PROVINSI

RATA-RATA HARGA BERAS

PUPM TTI

(Rp/Kg) (Rp/Kg)

1 Aceh 9,049 7,741

2 Bali 8,844 7,917

3 Banten 8,005 7,655

4 Bengkulu 8,981 7,767

5 D I Yogyakarta 8,390 7,642

6 Gorontalo 8,871 7,767

7 Jambi 8,500 7,567

8 Jawa Barat 8,563 7,706

9 Jawa Tengah 8,227 7,648

10 Jawa Timur 8,060 7,617

11 Kalimantan Barat 9,847 7,871

12 Kalimantan Selatan 8,634 8,107

13 Kalimantan Tengah 9,961 7,963

14 Lampung 8,015 7,747

15 Nusa Tenggara Barat 8,403 7,722

16 Sulawesi Selatan 7,841 7,559

17 Sulawesi Tengah 7,869 7,500

18 Sulawesi Tenggara 7,830 7,523

19 Sulawesi Utara 8,573 7,767

20 Sumatera Barat 10,768 10,543

21 Sumatera Selatan 7,605 7,433

22 Sumatera Utara 9,451 7,762

RATA-RATA NASIONAL 8,649 7,842

Page 120: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 10. Transaksi Kegiatan Gapoktan Dan TTI Di 32 Provinsi sampai

Minggu ke-4 (29 Desember 2016)

Ton

Provinsi

Kamis, 29 Desember 2016 (satu hari)

Akumulasi Sept s.d Kamis, 29 Desember

2016 Volume

Beli Gabah

Dari Petani

Stok Beras Tingkat TTI

Total Volume

Beli Gabah Dari Petani

Kumulatif Penjualan

Beras Tingkat

TTI

Wilayah I

Riau 10.25 7.63 81.06 97.10

Jambi 61.31 11.27 838.11 247.91

Kepulauan Bangka Belitung

51.13 4.22 149.32 50.72

Lampung 97.58 70.97 2,163.10 1,159.77

Jawa Tengah 94.67 1,078.71 3,786.00 1,881.16

Kalimantan Timur

- 3.54 266.75 103.96

Sulawesi Tengah

- 17.97 172.32 48.76

Papua Barat - - - 4.14

Total Wilayah I

314.94 1,194.31 7,456.66 3,593.51

Wilayah II

Jawa Barat 197.78 133.19 4,726.44 2,689.24

Bali 0.79 0.13 63.12 37.08

Kalimantan Selatan

18.58 12.07 537.43 285.15

Nusa Tenggara Barat

27.16 5.71 936.07 493.71

Sulawesi Selatan

106.15 31.49 3,347.61 686.22

Total Wilayah II

350.47 182.60 9,610.66 4,191.38

Wilayah III

Aceh 42.47 7.72 213.54 122.81

Sumatera Utara

84.00 24.38 1,479.72 938.70

Sumatera Selatan

0.30 1.65 75.46 18.95

Page 121: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Provinsi

Kamis, 29 Desember 2016 (satu hari)

Akumulasi Sept s.d Kamis, 29 Desember

2016 Volume

Beli Gabah

Dari Petani

Stok Beras Tingkat TTI

Total Volume

Beli Gabah Dari Petani

Kumulatif Penjualan

Beras Tingkat

TTI Kalimantan Barat

8.61 0.31 358.08 142.96

Nusa Tenggara Timur

2.91 4.32 176.84 77.42

Gorontalo 28.67 1.02 245.04 243.92

Sulawesi Tenggara

11.18 2.29 314.58 239.98

Maluku 1.96 13.08 13.76 183.39

Papua - 0.20 50.89 102.79

Total Wilayah III

180.10 54.98 2,927.91 2,070.93

Wilayah IV

Sumatera Barat

23.18 7.72 436.81 213.60

Kepulauan Riau

- - - -

Bengkulu 18.30 1.91 619.87 148.04

Banten - 87.65 2,213.49 924.58

DI Yogyakarta 87.09 1.91 984.00 412.21

Jawa Timur 2,723.00 478.89 11,998.80 5,947.02

Kalimantan Tengah

147.70 2.00 350.10 196.69

Sulawesi Barat 89.96 5.10 124.00 81.78

Sulawesi Utara 159.11 1.09 689.64 157.45

Maluku Utara - 1.18 351.72 78.09

Total Wilayah IV

3,248.35 587.44 17,768.44 8,159.44

Grand Total 4,093.85 2,019.33 37,763.67 18,015.26

Keterangan : Laporan dari 23 provinsi diluar DKI Jakarta

Sumber: SITANI-BKP (2016)

111

Page 122: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Lampiran 11. Uraian Data Konsumsi Energi dan Protein Tahun 2016

Energi Protein Gram Kilogram

Kkal/Hari Gram/Hari Per Hari Per Tahun

1. Padi-Padian 1274,0 28,9 320,4 117,0

Beras 967,1 22,7 276,8 101,0

Jagung 11,4 0,3 5,1 1,8

Terigu 295,5 5,8 38,6 14,1

2. Umbi-umbian 49,5 0,5 38,1 13,9

Singkong 25,1 0,2 18,2 6,6

Ubi Jalar 14,4 0,1 10,3 3,8

Sagu 4,2 0,1 7,2 2,6

Kentang 4,3 0,0 1,2 0,4

Umbi Lainnya 1,6 0,0 1,2 0,5

3. Pangan Hewani 211,5 19,3 102,0 37,2

Daging Ruminansia 12,7 0,7 5,1 1,9

Daging Unggas 68,6 5,2 20,1 7,3

Telur 27,4 2,2 17,9 6,5

Susu 41,3 1,6 7,3 2,7

Ikan 61,5 9,6 51,6 18,8

4. Minyak dan Lemak 264,7 0,0 26,3 9,6

Minyak Kelapa 6,8 0,0 0,7 0,3

Minyak Lainnya 257,9 0,0 25,6 9,3

Margarin 0,0 0,0 0,0 0,0

5. Buah/Biji Berminyak 42,1 0,5 5,1 1,9

Kelapa 36,3 0,3 4,5 1,6

Kemiri 5,8 0,2 0,6 0,2

6. Kacang-kacangan 60,1 6,0 21,7 7,9

Kacang Kedelai 55,9 5,8 20,9 7,6

Kacang Tanah 4,2 0,2 0,8 0,3

Kacang Hijau 0,0 0,0 0,0 0,0

Kacang lain 0,0 0,0 0,0 0,0

7. Gula 111,4 0,1 22,6 8,2

Gula Pasir 100,6 0,0 20,5 7,5

Gula Merah 10,8 0,1 2,1 0,8

8. Sayur dan Buah 96,5 3,6 203,5 74,3

Sayur 50,2 3,2 133,9 48,9

Buah 46,2 0,5 69,5 25,4

9. Lain-lain 37,1 1,3 73,4 26,8

Minuman 32,0 1,1 66,7 24,3

Bumbu 5,0 0,2 6,8 2,5

Sumber : Susenas 2016, BPS diolah dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

112

Komoditas

Page 123: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

Lampiran 8. Dukungan Instansi Lainnya

No Kementerian/Eselon I Kegiatan

1. Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian

• Alokasi dana khusus untuk diversifikasi dan konsumsi pangan

• Percepatan penerbitan Inpres Pangkin (Pangan untuk Masyarakat Miskin)

2 Kementerian Keuangan • Alokasi dana khusus untuk diversifikasi dan konsumsi pangan

• Subsidi untuk daerah rawan pangan 3 Kementerian Dalam Negeri

• Kebijakan pengawasan penetapan Peraturan pusat dan peraturan daerah terkait program diversifikasi pangan

• Mendukung upaya diversifikasi melalui program Penyediaan Makanan Tambahan – Anak Sekolah (PMT-AS) berbasis Sumber Daya Lokal

4 Kementerian Perdagangan

• Kebijakan penataan kerjasama pemasaran • Mendorong sosialisasi/ promosi diversifikasi pangan

kepada masyarakat • Dukungan pelaksanaan kampanye diversifikasi

pangan dalam rangka promosi pangan lokal/spesifik daerah melalui pameran pangan nusa

5 Kementerian Perindustrian

• Kebijakan pengembangan kompetensi inti industri nasional dan daerah terutama komoditas pertanian

• Dukungan pelatihan pengolahan pangan lokal bagi masyarakat/kelompok wanita dan peternakan

• Kebijakan pengembangan industry pengolahan pangan

• Dukungan pelatihan pengolahan pangan lokal bagi masyarakat/kelompok wanita

6 Kementerian Perhubungan • Ketersediaan kapasitas, tarif dan kelancaran arus transportasi

7 Kementerian Kehutanan • Peningkatan produksi komoditas pertanian di hutan produksi dan hutan kemasyarakatan

8 Kementerian Kelautan dan

Perikanan

• Peningkatan produksi perikanan • Kebijakanpenetapan score konsumsiikan • Sosialisasi konsumsi ikan • Litbang teknologi budidaya dan pengolahan

9 Bappenas • Koordinasi dan evaluasi kebijakan perencanaan program ketahanan pangan

• Dukungan perencanaan pembangunan infrastruktur dalam mendukung upaya diversifikasi pangan

• Dukungan kebijakan ekonomi makro (fiskal & moneter), misal subsidi sarana pertanian untuk komoditas non beras

• Dukungan kebijakan pembiayaan tentang pertanian dan ketahanan pangan termasuk kerjasama dengan luar negeri

Page 124: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

No Kementerian/Eselon I Kegiatan

10 Kementerian Koperasi dan

UKM

• Kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan kelompok usaha tani menjadi kelembagaan koperasi

• Dukungan modal/pinjaman bagi kelompok pengolahan pangan lokal dan pelatihan tentang pengolahan pangan lokal

11 Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan

• Kebijakan cinta pangan lokal dan diversifikasi pangan dalam kurikulum sekolah

12 Kementerian Kesehatan • Kebijakan memasyarakatkan konsumsi pangan dengan prinsip gizi seimbang

• Kebijakan penetapan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan dan kebutuhan pangan perorangan menurut kelompok umur

13 Kementerian Riset dan

Teknologi

• Kebijakan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam memanfaatkan lahan

• Pengembangan teknologi pangan untuk meningkatkan nilai tambah dalam rangka diversifikasi pangan

14 Kementerian Komunikasi

dan Informasi

• Kebijakan memasyarakatkan diversifikasi pangan melalui media

• Meningkatkan kapasitas layanan informasi dan pemberdayaan potensi masyarakat

15 Kementerian

Pemberdayaan

Perempuan dan

Perlindungan Anak

• Kebijakan peningkatan peran perempuan melalui kelompok wanita tani

16 BPOM • Kebijakan pengawasan produk pangan olahan hasil pertanian

• Pengawasan produk pangan yang tidak aman dan tidak sehat

17 BMKG • Wacana dan arahan penentuan masa tanam dan jenis tanaman yang cocok di masing-masing daerah

18 Kementerian Pertanian :

a. Ditjen Tanaman Pangan

• Peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi

• Sosialisasi/gerakan konsumsi pangan non beras dan non terigu sebagai alternatife sumber karbohidrat

b. Ditjen Hortikultura

• Peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan

• Sosialisasi/gerakan konsumsi sayur dan buah-buahan

• Dukungan benih/bibit sayuran dan buah untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan

c. Ditjen PPHP • Pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu

Page 125: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

No Kementerian/Eselon I Kegiatan

• Dukungan pelatihan bagi kelompok/UMKM penghasil pangan lokal, pemberian bantuan alat untuk pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu, dukungan promosi dan pemasaran produk pengembangan pangan lokal melalui exhibition dan penyelenggaraan festival terkait pangan lokal

d. Sekretariat Jenderal • Perizinan sarana/prasarana promosi diversifikasi pangan

e. Badan Litbang Pertanian

• Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan

• Teknologi pengayaan gizi melalui fortifikasi pangan dan pengolahan pangan yang bergizi tinggi dan bernilai ekonomi

• Dukungan teknologi peningkatan produksi hasil pekarangan dan pangan local

f. BPSDMP

• Pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan terkait dengan pola konsumsi yang B2SA

• Penurunan konsumsi beras dan peningkatan PPH agar masuk dalam buku pintar penyuluhan

• Dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan untuk melakukan pendampingan terhadap kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan

g. BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)

• Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan

• Dukungan teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi pangan melalui fortifikasi pangan

h. BPSBP (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian)

• Penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura

i. BPPTPH (Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura)

• Penyediaan benih tanaman pangan dan hortikultura dalam mengelola pemanfaatan pekarangan

j. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerepan Teknologi

• Adopsi teknologi pengolahan pangan (mesin penepungan, pembuatan mie)

• Dukungan teknologi tepat guna dalam kegiatan model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L) di daerah dengan menghasilkan mesin pengolahan beras analog

19 Lembaga

a. Perbankan

• Pemberian modal usaha melalui kredit usaha atau pinjaman lunak dengan bunga rendah, khususnya pengolahan pangan lokal non beras dan non terigu

Page 126: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

No Kementerian/Eselon I Kegiatan

b. Swasta • Mempromosikan diversifikasi konsumsi pangan melalui media cetak/elektronik, event organizer, dan lain-lain

c. BUMN

• penyediaan bahan baku yang mendukung usaha pertanian

• membantu promosi diversifikasi pangan 20 TP PKK • Mensosialisasikan konsumsi pangan beragam,

bergizi seimbang, dan aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal

• Pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga melalui program HATINYA (Halaman, Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) PKK

• Partisipasi aktif dalam kegiatan KRPL dan pangan lokal melalui keteladanan, misal : istri Gubernur, Bupati, dll

21 Perguruan Tinggi • Mitra dalam pengadaan konsultansi, penyediaan tenaga tim ahli, penyelenggaraan kajian penelitian dan pengembangan konsumsi pangan

• Inovasi teknologi dan hasil penelitian • Penyebarluasan teknologi serta pengembangan

teknologi yang mendukung diversifikasi pangan 22 Pemda (Prov, Kab/kota) • Tindak lanjut Perpres No 22 tahun 2009 tentang

kebijakan Percepatan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal dengan menerbitkan Pergub, Perbup/Perwali termasuk Surat Edaran atau Himbauan

• Dukungan kebijakan untuk turut melaksanakan amanat UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

• Penguatan kelembagaan ketahanan pangan termasuk penyuluhan

• Pelatihan bagi aparat dan kelompok terhadap kegiatan pengembangan pangan lokal - pangan olahan – pekarangan

• Kebijakan pengaturan fungsi lahan/tata guna lahan • Mendirikan usaha/badan usaha yang mendukung

peningkatan ketahanan pangan, misal pabrik mocaf untuk menampung hasil panen pangan lokal dan meningkatkan taraf hidup masyarakat

23 Instansi terkait dalam

jejaring Keamanan Pangan

Nasional (JKPN) dan

Daerah (JKPD)

• Pelatihan, kajian, kampanye dan promosi, pembinaan, dan pengawasan Keamanan Pangan secara terpadu

116

Page 127: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/informasi publik/Berkala... · Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor

BADAN KETAHANAN PANGANKEMENTERIAN PERTANIANJL. Harsono RM No. 3 Pasar Minggu Jakarta SelatanTahun 2017