laporan kimia analisis arifin

34
Laporan ASIDI ALKALIMETRI Oleh: Nama : Arifin Oputu Nim : 821412081 Kelas : B Prodi : S1-Farmasi LABORATORIUM KIMIA ANALISIS JURUSAN FARMASI

Upload: riu-etsu-kazuo

Post on 31-Dec-2014

457 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kimia Analisis Arifin

Laporan

ASIDI ALKALIMETRI

Oleh:

Nama : Arifin Oputu

Nim : 821412081

Kelas : B

Prodi : S1-Farmasi

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

Page 2: Laporan Kimia Analisis Arifin

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat

digunakan untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam

suatu bahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan

proses titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan

kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui

konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi

yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam titrasi itu sendiri ada

bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah satunya adalah

asidimetri dan alkalimetri.

Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat

golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri.

Asidimetri dan Alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa

yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah

dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau

asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa

lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini

melibatkan bersenyawanya ion hydrogen dan ion hydroksida untuk

membentuk air (Basset, 1994).

Asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari, karena  titrasi

asam basa sangat berguna dalam dunia industri. Contoh

penggunaannya adalah dalam bidang pertanian, untuk pembuatan

pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO

yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Dalam

industri makanan digunakan untuk penentuan kadar iodium, sakarin,

kadar Zn dan Fe dalam tahu yang dibungkus dengan plastik dan

dalam industri kosmetika yaitu dalam penentuan kadar zat warna AZO

yang berbahaya. Tak hanya itu, titrasi asam basa juga berguna dalam

Page 3: Laporan Kimia Analisis Arifin

bidang kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan

obat yang memerlukan sebuah analisis tersendiri.

Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri

menggunakan prinsip asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini

digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat

berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah

diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang

dilakukan adalah titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi asam

cuka dan asam sitrat dengan menggunakan larutan natrium

hidroksida (NaOH) dengan penambahan indikator penolftalen.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari praktikum kali ini adalah untuk

mengetahui kadar asam sitrat dan asam asetat dengan

menggunakan prinsip asidimetri dan alkalimetri.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:

1. menetapkan kadar asam asetat dan kadar asam sitrat

menggunakan prinsip asidi alkalimetri.

2. Menetapkan pH asam sitrat dan pH asam asetat

I.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan pada praktikum kali ini yaitu

berdasarkan hasil akhir dari titrasi menggunakan reaksi netralisasi

atau reaksi asidi alkalimetri dimana terjadi reaksi antara ion hidrogen

yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa

sehingga menghasilkan air yang bersifat netral.

Page 4: Laporan Kimia Analisis Arifin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori

Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi

yang menyangkut reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam

kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah

dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan

basa kuat dengan garam dari basa lemah. Asidi-alkalimetri

merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang

didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi

untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara

analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi

yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion

hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang

bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara

donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).

H+¿¿ + OH−¿¿ H2O

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif

terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan

baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-

senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.

Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan

indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa

organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang

mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang

berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk

yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.

Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat

perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah

perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini

berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi

Page 5: Laporan Kimia Analisis Arifin

sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa

akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan

hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang

memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil

reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion

H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan

reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah

asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan

titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol

asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk

menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan

indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat

keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator

didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada

saat titik ekivalen.

Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk

menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui.

Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi

adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume

tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui

konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka

disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator

yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan

indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua

hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik

akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat

dilakukan dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan

titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan

cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir titrasi

(Dyah, 2012).

Page 6: Laporan Kimia Analisis Arifin

Bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam

kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan dihasilkan

suatu reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan garam

dalam air. Larutan ini akan benar-benar netral jika asam dan basa itu

sama kuat ; kalau tidak, akan diperoleh larutan asam lemah atau basa

lemah. Konsentrasi suatu larutan asam atau basa yang anu

(unknown) dapat ditentukan dengan titrasi dengan larutan yang

konsentrasinya diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis

volumetri (Kleinfetter, 1987).

Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran

volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan

dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi

dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret

sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat

menjadi akivalen satu sama lain. Pada saat titran yang ditambahkan

tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan;

saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari

buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut

titrat. Dengan jalan ini, volume atau berat titran dapat diukur dengan

secara teliti dan bila konsentrasi juga diketahui, maka jumlah mol

titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen atau sama dengan

jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar

persamaan reaksi dan koefisiennya. Perhatikanlah sekali lagi arti

ungkapan ”pereaksi telah ekivalen”, yang berarti: telah tepat

banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan. Titran dan titrat

tepat saling menghabiskan; tidak ada kelebihan yang satu maupun

yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa pereaksi dan zat yang

direaksikan telah sama banyak, baik volume maupun jumlah gram

atau mol-nya. Hal ini jelas, sebab jumlah yang bereaksi ditentukan

oleh persamaan reaksi (Harjadi, 1987).

Page 7: Laporan Kimia Analisis Arifin

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan

dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi

secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di

analisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-

larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri.

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran

yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang

tepat saling menetralkan (Keenan, 1998).

Proses titrasi digunakan dalam penentuan analitis banyak,

termasuk melibatkan reaksi asam-basa. Indikator adalah zat yang

digunakan untuk sinyal ketika titrasi tiba di titik dimana reaktan kimia

sama, seperti yang didefinisikan oleh persamaan reaksi. Larutan

standar adalah larutan dengan konsentrasi tepat ditentukan. Awalnya

konsentrasi larutan standar ditentukan dari jumlah yang ditimbang

dari sebuah standar primer, bahkan kimia referensi yang sangat

dimurnikan. Larutan standar dapat dibuat dari salah satu dari dua

cara (Weiner, 2010):

1. Standar primer yang ditimbang dengan hati-hati, dilarutkan, dan

diencerkan akurat untuk volume yang diketahui. Konsentrasi dapat

dihitung dari data.

2. Larutan dibuat untuk perkiraan konsentrasi dan kemudian

dibakukan oleh titrasi kuantitas akurat ditimbang dari standar

primer.

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami

perubahan pH. Misalnya bila larutan bersifat asam dititrasi dengan

larutan bersifat basa, maka nilai pH larutan mula-mula rendah dan

selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan

pengukur pH (pH-meter) pada awal titrasi, yakni sebelum ditambah

basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka

kalau pH dialurkan lawan volume titran, kita peroleh grafik yang

disebut kurva titrasi.

Page 8: Laporan Kimia Analisis Arifin

Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik

akhir titrasi, maka harus dipenuhi syarat-syarat berikut ini:

1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi

ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi.

2. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak

ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan atau

dilanjutkan.

Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus

mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya;

untuk memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus

memotong bagian yang sangat curam dari kurva.

Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna

apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb);

dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan

basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna

asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang

ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa. Akan tetapi

harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH

kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa

berarti pH lebih besar dari trayek indikator atau trayek perubahan

warna yang bersangkutan. Perubahan warna disebabkan oleh

resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan

ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna

pada range pH yang berbeda (Khopkar. 2003)

II.2. Uraian Bahan

II.2.1 Alkohol (FI III: 63; HPE ed V: 41)

Nama resmi : Aethanolum

Nama Lain : Etanol

RM/BM : C2H6O / 46,07

Rumus struktur :

Page 9: Laporan Kimia Analisis Arifin

Pemerian : Cairan tidak berwarna,mudah menguap,

bau khas.

Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur

dengan pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Zat tambahan

II.2.2 Aqua Destilata (FI III: 96; HPE ed V: 825)

Nama resmi : Aqua destilata

Nama Lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau;

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan

II.2.3Asam asetat (FI IV: 45; HPE ed V: 29)

Nama resmi : Acidum Aceticum

Sinonim : Asam asetat

RM/BM : C2H4O2 / 60,05

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna ; bau khas,

menusuk; rasa asam yang tajam.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan denga

gliserol.

Khasiat : Sampel

Kegunaan : Sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Page 10: Laporan Kimia Analisis Arifin

II.2.4 Asam sitrat (FI IV: 48; HPE ed V: 208)

Nama resmi : Acidum Citricum

Sinonim : Asam sitrat

RM/BM : C6H8O7. H2O / 210,14

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk

hablur granul sampai halus, putih; tidak

berbau atau praktis tidak berbau; rasa

sangat asam. Bentuk hidrat dalam udara

kering.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut

dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.

Khasiat : Sampel

Kegunaan : Sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.2.5 Fenolftalein (FI IV: 662; British Pharmacopoeia: 4650)

Nama resmi : Phenolphthaleinum

Sinonim : Fenolftalein

RM/BM : C20H14O4 / 318,33

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan

lemah; tidak berbau; stabil diudara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam

etanol; agak sukar larut dalam etanol.

Khasiat : Indikator

Kegunaan : Indikator

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Page 11: Laporan Kimia Analisis Arifin

II.2.6 Kalium biftalat (FI III: 686)

Nama resmi : Kalium hidrogenftalat

Nama lain : Kalium biftalat

RM/BM : CO2H.C6H4.CO2K/204,2

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berwarna

Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air, larutan jernih

Khasiat : Larutan baku primer

Kegunaan : Larutan baku primer

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.2.7 Natrium hidroksida ( FI IV: 589 )

Nama resmi : Natrii Hydroxidum

Sinonim : Natrium hidroksida

RM/BM : NaOH / 40,00

Rumus struktur :

Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur,

berbentuk pelet, serpihan atau batang atau

bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukan

pecahan hablur. Bila dibiarkan diudarah akan

cepat menyerap karbon dioksida dan

lembab.

Kelarutan : Mudah larutdalam air dan etanol.

Khasiat : Pelarut

Kegunaan : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Page 12: Laporan Kimia Analisis Arifin

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

1. Batang pengaduk

2. Botol 100 mL

3. Buret

4. Gelas ukur

5. Gelas kimia

6. Kaca arloji

7. Kertas perkamen

8. Labu erlenmeyer

9. Neraca analitik

10. Pipet tetes

11. Satif dan klem

III.1.2 Bahan

1. Alkohol (C2H6O)

2. Aluminium foil

3. Aquadest (H2O)

4. Asam asetat (C2H4O2)

5. Asam sitrat (C6H8OH)

6. Kalium biftalat (CO2.C6H4.CO2K)

7. Natrium Hidroksida (NaOH)

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan Air Bebas CO2

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Diukur air sebanyak 500 mL

3. Ditempatkan pada gelas kimia

4. Dipanaskan menggunakan kompor listrik selama 15 menit dan

tutup dengan aluminium foil

5. Didiamkan hingga dingin

Page 13: Laporan Kimia Analisis Arifin

III.2.2 Pembuatan Larutan NaOH

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang saksama 20 g NaOH

3. Dilarutkan dengan 500 mL air bebas CO2

4. Diaduk homogen

III.2.3 Pembakuan NaOH 1N dan Kalium Biftalat

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang saksama kalium biftalat 0,3 g

3. Dikeringkan pada oven dengan suhu 1500C kurang lebih 30

menit

4. Dilarutkan kalium biftalat dalam 75 mL air bebas CO2

5. Diaduk hingga larut dan homogen

6. Dipipet sebanyak 3 mL larutan kalium biftalat dalam erlemeyer

7. Dititrasi dengan NaOH menggunakan indikator fenoftalin

sebanyak 3 tetes sampai terbentuk larutan baku NaOH 1N

yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah bata.

III.2.4 Pembuatan Larutan Asam Sitrat

1. Ditimbang sebanyak 300 mg

2. Dimasukan kedalam labu yang sudah ditara

3. Dilarutkan dalam 100 mL air bebas CO2

4. Diaduk hingga larut dan homogen

5. Dipipet sebanyak 20 mL kedalam erlenmeyer

6. Ditetesi indikator fenoftalein sebanyak 3 tetes

7. Ditetesi dengan NaOH 1N smapai terjadi perubahan warna

III.2.5 Pembuatan Larutan Asam Asetat

1. Diukur sebanyak 20 mL

2. Dimasukan kedalam labu yang sudah ditara

3. Dilarutkan kedalam 20 mL air bebas CO2

4. Diaduk hingga larut dan homogen

5. Dipipet sebanyak 20 mL kedalam erlenmeyer

6. Ditetesi indikator fenoftalein sebanyak 3 tetes

Page 14: Laporan Kimia Analisis Arifin

7. Ditetesi dengan NaOH 1N smapai terjadi perubahan warna

Page 15: Laporan Kimia Analisis Arifin

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan

IV.1.1 Penentuan Kadar Asam Sitrat

Vol.titran

(mL)

sampel Vol.titran V 1 V 2 X Indikator Perubahan

warna

As.sitrat 50 mL 5,7

mL

6 mL 5,9

mL

Fenolftalein Bening

keunguan

muda

IV.1.2 Penentun Kadar Asam Asetat

Vol.titra

n (mL)

Sampel Vol.titra

n

V 1 V 2 X Indikator Perubaha

n warna

As.aseta

t

50 mL 33,

3

mL

25,5 mL 29,

4

mL

Fenolftalei

n

Bening

keunguan

muda

IV.2 Perhitungan

IV.2.1 Penentuan Kadar Asam Sitrat

a. % kadar asam sitrat

Dik : m = 300 mg

Vtitran = 2 mL

N = 1

Valensi = 3

BM = 192,12

BE = 192,12/3 = 64,04

Dit : % b/b asam sitrat = ...?

Page 16: Laporan Kimia Analisis Arifin

Penyelesaian: % b/b = Ntitran x Vtitran x BEtitran x 100%

mg titran

% b/b = 1N x 2 mL x 64,04 x 100%

300 mg

= 42,69%

b. pH asam sitrat

Asam sitrat adalah asam lemah sehingga perhitungan pH menjadi :

Dik : Ka = 7,1 x 10-4

m = 0,3 g

Mr = 192,12

V = 3 mL = 0,003 L

Dit : pH = ...?

Penyelesaian :

M = g / Mr / V

= 0,3 / 192,12 / 0,003

= 0,52 M

[H+] = √Kax M= √7,1x 10-4 x 0,52

=√3,7 .10-4

= 1,92 .10-2

pH = -log [H+]

= -log 1,92 x 10-2

= 1,7

Jadi, pH asam sitrat adalah 1,7

IV.2.2 Penentuan Kadar Asam Cuka

a. % kadar asam cuka

Dik : Vtitran = 29,4 mL

BM = 60

N = 1

Valensi = 1

BE = BM/V = 60/1 = 60

Page 17: Laporan Kimia Analisis Arifin

V = 20 mL

Dit : % b/v asam asetat =...?

Penyelesaian :

%b/v = Vtitran x Ntitran x BEtitran x 100%

mL x 1000

%b/v = 1 N x 29,4 mL x 60 x 100%

20 mL x 1000

= 8,82%

b. pH asam asetat

Dik : Ka = 1,8.10-5

m = 20 mL = 0,02 L

Mr = 60

V = 20 mL = 0,02 L

Dit : pH asam asetat =...?

Penyelesaian :

M = g / Mr / V

= 0,02 / 60 / 0,02

= 0,016 M

[H+] = √Kax M= √1,8 x10-5 x 0,016 N

= √1,8 x10-5 x 1,6 x 10-3 N

= 1,7 x 10-4

pH = -log [H+]

= -log (1,7 x 10-4)

= 2,3

Jadi, pH asam asetat adalah 2,3

IV.3 Reaksi-reaksi

IV.3.1 Reaksi Kalium Biftalat Dengan Natrium Hidroksida

Reaksi antara kalium biftalat dengan natrium hidroksida

adalah sebagai berikut:

CO2H.C6H4.CO2K + NaOH C6H4O2.CO.NaOK + H2O

Page 18: Laporan Kimia Analisis Arifin

IV.3.2 Reaksi Asam Asetat Dengan Natrium Hidroksida

Reaksi antara asam asetat (CH3COOH) dengan natrium

hidroksida menghasilkan garam dan air yang bersifat netral, sesuai

dengan reaksi di bawah ini:

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

IV.3.3 Reaksi Asam Sitrat Dengan Natrium Hidroksida

Reaksi antara asam sitrat (C6H8O7) dengan natrium

hidroksida (NaOH) dapat dilihat seperti reaksi di bawah ini :

C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O

Page 19: Laporan Kimia Analisis Arifin

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan percobaan titrasi asidimetri dan

alkalimetri untuk menentukan kadar asam sitrat dengan natrium

hidroksida dan asam asetat dengan natrium hidroksida.

V.1 Pembakuan Natrium Hiroksida 1N dengan Kalium Biftalat

Sebelum penentuan pembuatan dan pembakuan Natrium

Hidroksida 1N, terlebih dahulu dibuat air bebas Karbon dioksida

dengan cara memanaskan 500 mL air pada kompor listrik selama 15

menit dan ditutup menggunakan aluminium foil. Setelah air

dipanaskan hingga 15 menit, kemudian air didinginkan.

Setelah pembuatan air bebas karbon dioksida, dilanjutkan

dengan percobaan pembuatan dan pembakuan larutan NaOH 1N

dengan kalium biftalat. Sebelum pembakuan, dibuat larutan NaOH

dengan cara melarutkan 20 g NaOH kedalam 500 mL air bebas CO2.

Tujuan dari penggunaan air bebas CO2 karena di dalam air, CO2

dapat bereaksi dengan air menjadi H2CO3 sehingga titrasi yang

dilakukan menjadi tidak tepat lagi (Primandaru Widjaya, 2009).

Setelah pembuatan larutan NaOH, dilanjutkan dengan

pembakuan larutan NaOH 1N diawali dengan proses pengeringan

0,3 g kalium biftalat kedalam oven dengan suhu 150ºC ± 30 menit

yang kemudian dilarutkan kedalam 75 mL air bebas CO2. Adapun

tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan kadar H2O dan zat

yang mudah menguap (Ecko, 2012). Setelah larut dan homogen,

sebanyak 3 mL larutan kalium biftalat dimasukan kedalam

erlenmeyer kemudian ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein

dan dititrasi dengan larutan NaOH. Dari percobaan ini terbentuk

larutan baku NaOH 1N yang ditandai dengan perubahan warna pada

larutan menjadi merah bata. Adapun tujuan dari penambahan

indikator PP adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi yaitu berupa

perubahan warna maupun endapan (Djibran, 2012).

Page 20: Laporan Kimia Analisis Arifin

V.2 Penetapan Kadar Asam Sitrat

Percobaan yang selanjutnya adalah titrasi asam sitrat (C6H8O7).

Dimana pada percobaan ini digunakan larutan asam sitrat yang

dibuat dengan cara melarutkan 300 g asam sitrat kedalam 100 mL

air bebas CO2. Setelah larut dan homogen, dimasukan sebanyak 20

mL kedalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan dengan indikator

phenolphthalein sebanyak 3 tetes, kemudian dititrasi dengan larutan

NaOH. Indikator ini dipilih karena ada asam lemah dan basa kuat

yang digunakan dalam proses titrasi. Pada larutan asam indikator ini

tidak berwarna, sedangkan pada larutan basa akan memberikan

warna merah (Ahmad, 2012). Adapun tujuan dari penambahan

indikator PP adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi yaitu berupa

perubahan warna maupun endapan (Djibran, 2012). Perubahan yang

terjadi pada larutan asam sitrat setelah dititrasi dengan larutan NaOH

adalah perubahan warna larutan yang semula berwarna bening

berubah menjadi warna ungu muda. Perubahan warna ini terjadi

akibat penambahan titran natrium hidroksida (NaOH) pada sampel

yang membuat larutan mengalami perubahan warna menjadi ungu

muda. Dapat dikatakan bahwa, larutan telah memiliki pH di atas 7

(Restu, 2012).

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, percobaan ini

diulang kembali dengan langkah seperti pada percobaan yang

pertama. Pada percobaan kedua ini dihasilkan warna yang sama

dengan percobaan pertama yakni warna ungu muda, tetapi jika pada

percobaan yang pertama larutan NaOH yang terpakai sebanyak 3

mL, pada percobaan kedua larutan NaOH yang terpakai sebanyak 1

mL, sehingga jika dirata-ratakan jumlah NaOH yang terpakai pada

percobaan yang pertama dan kedua adalah 2 mL.

V.5 Penetapan Kadar Asam Asetat

Percobaan yang terakhir adalah titrasi asam asetat. Cara kerja

pada percobaan ini sama dengan percobaan titrasi asam sitrat.

Page 21: Laporan Kimia Analisis Arifin

Namun pada percobaan ini larutan yang digunakan adalah larutan

asam asetat sebanyak 20 mL yang dilarutkan kedalam 20 mL air

bebas CO2. Untuk perlakuannyapun sama dengan percobaan titrasi

asam asetat yakni menggunakan indikator phenolphthalein sebanyak

3 tetes dan dititrasi menggunakan larutan NaOH. Adapun warna

yang dihasilkan pada percobaan ini adalah warna ungu muda, tetapi

untuk jumlah dari titran yang terpakai untuk percobaan yang pertama

33 mL. Untuk keakuratan data, percobaan ini diulang kembali

dengan menggunakan titran yang sama. Titran yang terpakai pada

percobaan kedua sebanyak 25 mL, sehingga jika dirata-ratakan

antara percobaan pertama dan kedua, jumlah titran yang terpakai

adalah 29 mL. Penambahan titran natrium hidroksida (NaOH)

membuat larutan mengalami perubahan warna menjadi merah muda.

Dapat dikatakan bahwa, larutan telah memiliki pH di atas 7 (Restu,

2012).

Berdasarkan banyaknya titran NaOH yang digunakan untuk

menghasilkan perubahan warna pada kedua larutan asam tersebut,

untuk larutan asam asetat rata-rata titran NaOH yang terpakai adalah

lebih banyak 29 mL, sedangkan untuk larutan asam sitrat yakni rata-

rata titran NaOH yang terpakai adalah 2 mL. Jika dibandingkan

antara keduanya, ternyata larutan asam asetat membutukan banyak

titran untuk menghasilkan perubahan warna. Hal ini disebabkan oleh

tingginya kadar asam yang terdapat pada asam asetat sehingga

dalam penambahan larutan yang bersifat basa yang dalam hal ini

adalah natrium hidroksida, dibutuhkan larutan dalam volume besar

untuk penyetaraan kadar asam dan basah atau untuk pencapaian

titik ekuivalen (Taher, 2013).

Page 22: Laporan Kimia Analisis Arifin

BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dengan menggunakan prinsip asidimetri dan alkalimetri, dapat

ditetapkan kadar dari asam sitrat adalah 42,69%, sedangkan

untuk asam asetat adalah 8,82%.

2. Adapun nilai pH dari asam asetat adalah 2,3 sedangkan asam

sitrat adalah 1,7.

VI.2. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan adalah sebagai

berikut:

1. Untuk praktikan

Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam

melakukan praktikum, karena apabila terjadi sedikit saja

kesalahan akan berakibat pada hasil akhir titrasi.

2. Untuk laboratorium:

Kepada pengelola laboratorium agar supaya dapat

melengkapi peralatan yang digunakan dalam proses praktikum,

karena salah satu faktor yang menetukan berhasil tidaknya

praktikum bergantung pada sediaan alat dalam laboratorium.

Page 23: Laporan Kimia Analisis Arifin

DAFTAR PUSTAKA

APhA. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical

Press: London

Departmen of Health. 2009. British Pharmacopoeia. Medicines and

Healthcare products Regulatory Agency: London

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan

RI: Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen kesehatan

RI: Jakarta

Djibran. 2012. Titrasi Argentomerti (Online) (http://alandjibran.blogspot.

com /2012/01/titrasi-argentometri.html , diakses: 19 April 2013, 15:45

WITA)

Dyah, P. 2012. Asidi Alkalimetri. Universitas Islam Negeri Gunung Jati:

Bandung

Ecko. 2012. Gravimetri. (Online) (http://eckho.webs.com/ddka.htm.

diakses: 24 April 2013, 21:35 WITA)

Harjadi, W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta

Keenan, Charles W. 1980. Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi VI.  422.

Erlangga: Jakarta

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia:

Jakarta

Restu. 2012. Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri (Online) (http://restuossapu

tra.blogspot.com/2012/11/laporan-titrasi-asidimetri-dan.html ,

diakses: 19 April 2013, 15:40 WITA)

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas

Press: Jogjakarta

Taher. 2013. Penentuan Kadar Asam dengan Metode titrasi asam basa.

(Online) (http://chemist-try.blogspot.com/2013/01/penentuan-kadar-

asam-dengan-metode.html . diakses : 24 April 2013, 21:27 WITA)

Weiner, Susan A. 2010. Introduction to Chemical Principles 7 th edition

268. Cengage Learning: USA

Page 24: Laporan Kimia Analisis Arifin

Widjaya, P. 2009. Penentuan kadar Karbonat dan Hidrogen Karbonat

melalui Titrasi Asam Basah. ITB: Bandung