laporan kerja praktek sistem proteksi suhu pada

84
LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA MILL PULVERIZE DI PLTU 1 JATIM PACITAN Oleh: NUR AHMAD WIDODO 11/316876/PA/13998 PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 1

Upload: trinhtruc

Post on 08-Dec-2016

382 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM PROTEKSI SUHU PADA MILL PULVERIZE DI PLTU 1 JATIM

PACITAN

Oleh:

NUR AHMAD WIDODO

11/316876/PA/13998

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

1

Page 2: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

2015

LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK

PLTU 1 JAWA TIMUR PACITAN

Disusun Oleh:

Nama : NUR AHMAD WIDODO

NIM : 11/316876/PA/13998

Prodi : Elektronika dan Instrumentasi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas : Universitas Gadjah Mada

Judul Laporan : SISTEM PROTEKSI SUHU PADA MILL

PULVERIZE di PLTU 1 Pacitan

Periode Kerja Praktik : 20 Februari 2015 s.d. 20 Maret 2015

Laporan Kerja Praktek ini disetujui oleh :

Manager Pemeliharaan Manajer Operational

2

Page 3: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh :

Mengetahui

,

Ketua Program Studi

Elektronika &Instrumentasi

Dosen Pembimbing

Kerja Praktek

3

Page 4: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Dr. Agfianto Eko Putra, M.Si

NIP. 196802241994031003

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek ini.Dalam hal ini, penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT.PJB PLTU 1 JATIM

PACITAN selama terhitung dari tanggal 20 Februari 2015 s.d. 20 Maret 2015. Dalam

penulisan ini penulis berusaha untuk memaparkan seluruh kegiatan yang telah

dilaksanakan selama Kerja Praktek yang tentu sesuai dengan judul yang dipilih yaitu

” SISTEM PROTEKSI SUHU PADA MILL PULVERIZE”

Penulis juga berterimakasih atas kerjasama serta dukungan-dukungan dari beberapa pihak secara moral maupun material. Untuk itu, kata terima kasih berikan sebagai rasa balas budi penulis kepada pihak-pihak perusahaan atas segala bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Kerja Praktek dan Laporan Kerja Praktek ini, terutama pada:

1. Allah SWT. karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek dan Laporan Kerja Praktek ini.

2. Keluarga yang turut mendoakan kesehatan dan kelancaran selama proses Kerja Praktek.

3. Bapak Alwin selaku Supervisor I & C yang memberikan izin kepada penulis untuk dapat mengikuti proses kerja selama 1 bulan di Unit I&C PLTU Pacitan.

4. Bapak Drs. Bambang N Prastowo. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.

5. Rekan-rekan teknisi di bagian Common dan BTG di Unit I & C yang bersedia membagi ilmu dan pengalamannya mengenai siklus kerja dan sistematika di PLTU Pacitan.

6. Seluruh karyawan PLTU 1 Pacitan, yang telah memberikan bantuannya kepada 4

Page 5: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

penulis dalam hal teknis dilapangan.

7. Rekan – rekan mahasiswa Kerja Praktek (Syamsul, Sebry, Fajrul) dan mahasiswa S1 ELINS UGM khususnya angkatan 2011.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dan mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan selama mengikuti Kerja Praktek ini baik disengaja atau tidak disengaja.

Penulis menyadari bahwa penyusunan ini laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk menyempurnakan laporan selanjutnya yang akan dihadapi dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pacitan, 30 Maret 2015

Penulis

NUR AHMAD WIDODO

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengetahuan yang bersifat praktis menjadi sesuatu hal penting dan bermanfaat bagi

seorang mahasiswa, terutama pada saat terjun kedalam dunia kerja yang sesungguhnya.

Berbeda dengan pengetahuan teoritis yang dapat diperoleh mahasiswa melalui bangku

kuliah, pengetahuan yang bersifat praktek serta sesuai dengan perkembangan zaman

5

Page 6: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

tentunya hanya dapat diperoleh dari luar lingkungan kampus, yaitu melalui suatu kegiatan

kerja praktek lapangan pada suatu instansi atau perusahaan. Dengan harapan mahasiswa

dapat mengetahui kondisi lapangan sesungguhnya dan mengetahui perkembangan ilmu

pengetahuan sehingga tidak hanya berbekal pengetahuan yang bersumber dari buku

pegangan dalam kegiatan perkuliahan semata.

Program studi Elektronika dan Instrumentasi, Universitas Gadjah Mada mewajibkan

mahasiswanya untuk melakukan kerja praktek dilingkungan yang mengaplikasikan ilmu

dan teknologi kelistrikan dengan bidang lainnya, seperti telekomunikasi, sistem kendali,

sistem komputer dan instrumentasi. Kerja praktek juga bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat lebih memahami konsep-konsep non-akademis

dan non-teknis dalam dunia kerja nyata dengan memberikan sedikit kontribusi

pengetahuan pada instansi secara konsisten.

PLTU Pacitan merupakan salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang berada di

Pacitan Jawa Timur. PLTU Pacitan juga memiliki dua unit pembangkit dengan kapasitas

total tenaga listrik yang di hasilkan sebesar 630 MW. Kapasitas masing-masing unit

pembangkit sebesar 315 MW. Energi listrik yang dihasilkan PLTU Pacitan nantinya akan

disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV sepanjang 35,65

kilometer ke Gardu Induk Pacitan Baru dan sepanjang 84,8 kilometer ke Gardu Induk

Wonogiri.

Nama Kegiatan

Kegiatan yang akan kami lakukan adalah kegiatan kerja praktek, sebagai salah satu

syarat kelulusan.

6

Page 7: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Maksud dan Tujuan

Kerja praktek sebagai kegiatan belajar komprehensif yang berbentuk pengamatan

terhadap praktek kerja di industri atau instansi diharapkan dapat memberikan wawasan

bagi mahasiswa terhadap dunia kerja yang sesungguhnya, terutama pada lingkungan kerja

PLTU Pacitan. Mengetahui perkembangan ilmu dan teknologi yang digunakan dalam

proses produksi dan penelitian alat industri yang terdapat pada PLTU Pacitan, serta

mampu mengkomunikasikan antara ilmu yang diperoleh di bangku pendidikan dengan

realita di lapangan.

Adapun maksud dan tujuan utama dari kuliah praktek ini adalah sebagai berikut:

Menerapkan ilmu serta teori yang telah didapat dari bangku perkuliahan.

Mendapatkan pengalaman serta menambah kemampuan di bidang Teknologi dan

industri diluar bangku kuliah.

Mengetahui dan mempelajari teknologi yang digunakan dalam proses penelitian.

Menambah network serta relationship di lingkungan kerja dengan bertemu orang-

orang baru dan berpengalaman di dunia kerja.

Objek Pengamatan

Objek pengamatan yang kami ajukan dan nantinya akan diteliti pada saat kerja

praktek lapangan di PLTU Pacitan adalah penerapan Sistem Kontrol Suhu di Force Draft

Fan pada Boiler. Adapun posisi yang diharapkan adalah posisi yang sesuai dengan keahlian

kami sebagai mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi Universitas Gadjah Mada.

Pembimbing

Lapangan.

Dalam pelaksanaan kerja praktek di PLTU Sudimoro Pacitan, kami meminta

bantuan dan bimbingan dari pihak perusahaan demi kelancaran kerja praktek yang akan

kami lakukan.

7

Page 8: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Akademis.

Selain melakukan hubungan dengan perusahaan, kami juga akan tetap menghubungi

kampus Elektronika dan Instrumentasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta mengenai

kerja praktek yang kami lakukan di PLTU Sudimoro Pacitan.

BAB II

PROFIL PT. PJB UBJOM PACITAN

8

Page 9: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

PLTU 1 JATIM UBJOM Pacitan

PLTU 1 Jatim UBJOM Pacitan dibangun dalam proyek percepatan pembangkitan

tenaga listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden RI Nomor 71

tahun 2006 tanggal 05 Juli 2006 tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk

melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan

batubara. Peraturan Presiden tersebut menjadi dasar pembangunan 10 PLTU di Jawa dan

25 PLTU di Luar Jawa Bali atau yang dikenal dengan nama Proyek Percepatan PLTU

10.000 MW. Pembangunan proyek PLTU tersebut guna mengejar pasokan listrik yang

akan mengalami defisit sampai beberapa tahun mendatang, serta pengalihan penggunaan

bahan bakar minyak (BBM) ke batubara yang berkalori rendah (4200 kcal/kg ). Dalam

pelaksaaan pembangunan proyek PLTU 1 Jatim, Pacitan yang mempunyai kapasitas

sebesar 2 x 315 MW, PT. PLN ( Persero ) ditunjuk sebagai pelaksana Jasa Manajemen

Konstruksi untuk melakukan Supervisi selama periode konstruksi, sesuai surat penugasan 9

Page 10: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Direksi No.01041/121/DIRKIT/2007 bulan Juni 2007. Kontrak EPC PLTU 1 Jatim,

Pacitan ditanda tangani pada tanggal 7 Agustus 2007 oleh PT. PLN (Persero) dan

Konsorsium Dongfang Electric Company dari China dan Perusahaan Lokal PT. Dalley

Energy. Nilai kontrak dari proyek ini sebesar US$ 344.971.840,- dan Rp. 1.230.499.108,-

belum termasuk Value Added Tax.

PLTU 1 Jawa Timur - Pacitan ini mempunyai 2 unit pembangkit yang mempunyai

kapasitas total tenaga listriknya mempunyai sebesar 2 x 315 MW = 630 MW. Energi yang

dihasilkan oleh PLTU 1 Jawa Timur - Pacitan nantinya akan disalurkan melalui Saluran

Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ) 150 kV sepanjang 35,65 Kilometer ke Gardu Induk

Pacitan Baru dan sepanjang 84,8 Kilometer ke Gardu Induk Wonogiri. Proyek PLTU ini

selesai secara operasional unit 1 pada tanggal 24 Juni 2014 dan unit 2 pada tanggal 21

Agustus 2013.

Struktur Organisasi

Manajemen merupakan suatu sistem yang mengatur jalannya suatu perusahaan.

Manajemen akan merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan perusahaan

untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Suatu perusahaan yang baik akan memiliki sistem

manajemen yang baik dan tertata rapi agar mampu bertahan.

10

Page 11: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Visi dan Misi PLTU UBJOM Pacitan

2.3.1. Visi

"Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan

standar kelas dunia"

2.3.2. Misi

Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing.

Meningkatakn kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola

11

Page 12: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practice dan

ramah lingkungan.

Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi

teknik dan manejerial yang unggul serta berwawasan bisnis.

2.3.3. Motto

"Menjadikan PLTU Pacitan, pembangkit listrik yang handal serta efisien".

Lokasi PLTU UBJOM Pacitan

Nama Perusahaan : PLTU 1 Jawa Timur — Pacitan

Tahun Berdiri : Unit 1 pada tanggal 24 Juni 2013 Unit 2 pada tanggal 21

Agustus 2013

Pemilik : PT. Pembangkitan Jawa Bali ( PJB )

Luas Pabrik : ± 65 Ha

Kantor Pusat : J1. Pacitan - Trenggalek Km. 55 Desa

Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Indonesia

Telepon : (0357) 442241

Fax : (0357) 442241

Kordinat : 0150-7080

Daya Output : 2 x 315 MW

Transmisi : JAMALI ( Jawa Madura Bali )

Bahan Bakar Utama : Batubara Kalori Rendah (4200 kcal/kg

BAB III

LANDASAN TEORI

12

Page 13: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Sistem Instrumentasi dan Kontrol

Pengukuran dan kontrol adalah sistem otak dan syaraf pada setiap pembangkit

tenaga listrik modern. Sistem pengukuran dan kontrol memonitor dan mengatur proses-

proses yang jika tidak demikian akan sulit untuk mengoperasikan dengan efi sien dan aman

serta mencapai kualitas yang tinggi dan biaya yang rendah. Proses pengukuran dan kontrol

diperlukan dalam proses pembangkit modern sebagai bisnis agar tetap menguntungkan.

Untuk meningkatkan mutu, mengurangi emisi, meminimalkan kesalahan manusia dan

menurunkan biaya operasi, dan banyak keuntungan lainnya.

Dengan munculnya fungsi berbasis software dan berkembangnya teknologi di

banyak bidang, keahlian, khusus bidang ini telah bercabang menjadi sub-keahlian khusus

tersendiri. Pengukuran dan kontrol proses, yang juga umumnya di istilahkan sebagai

"Instrumentasi dan Kontrol (Instrumentation and Control)", telah berkembang dari

teknologi manual dan mekanis berturut-turut menjadi teknologi pnumatik, elektronik dan

kini teknologi digital.

Perancang instrumentasi dan kontrol harus memahami terlebih dahulu proses agar

bisa menerapkan sistem kontrol yang diperlukan dengan instrumen yang tepat, pemilihan

peralatan instrumentasi dan kontrol mencakup beberapa aspek penting selain teknologi

spesifik meliputi :

Safety, (keselamatan) harus sebagai prioritas utama. Material-material yang tidak

layak, dapat menyebabkan korosi dan kegagalan materi al yang dapat memicu

kebocoran. Semua ukuran dan peralatan kontrol harus diproduksi, diinstal, dan

dimaintain sesuai dengan standart ketika ditempatkan pada area yang penuh resiko.

Performa, implementasi pengukuran dan peralatan kontrol harus sesuai dengan syarat

performa sesuai dengan proses kebutuhan user, seperti akurasi dankecakapan.

Lokasi Peralatan, Semua pengukuran dan peralatan kontrol harus diinstal pada lokasi

yang mudah diakses. Sebagai tambahan, user harus mempertimbangkan baik

temperature maximum dan minimum lingkungan, dan peralatan elektronik harus

dilindungi dari temperature proses.

Supply Udara,. Dalam sistem kontrol modern, udara biasanya dibutuhkan untuk

mengontrol gerakan katup. Dalam banyak desain, kontrol katup akan berpindah dari

13

Page 14: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

posisi aman ketika sistem instrument udara mengalami kegagalan. Instrumen sistem

supply udara terdiri dari pembangkitan udara (kompresor), pemanas udara, dan

distribusi udara, termasuk penerima udara yang menjaga hilangnya tekanan udara dan

independensi pengguna non instrumen udara.

Suplai Listrik, dibutuhkan pada semua sistem kontrol modern. Pada kebanyakan

aplikasi industri, sangat penting bahwa kualitas dan integritas persediaan tenaga untuk

proses komputer dan hardware pelengkap harus dimaintan pada level yang sangat

tinggi. Misalnya integritas dapat dicapai menggunakan perlengkapan dengan ukuran

yang baik misalnya on-line uninterruptible power supply (UPS), ferroresonant isolating

transformer, atau a surge suppressor.

Grounding, merupakan bagian yang esensial pada system kontrol modem. Peralatan

grounding yang baik akan membantu memastikan kualitas installation dan bebas

gangguan operasi. Pengguna harus menerapkan sistem grounding yang disesuaikan

dengan aturan dan rekomendasi vendor sistem.

Installation And Maintenance, Pengguna harus melihat kemampuan staff pemeliharaan

pada pembangkit ketika memilih pengukuran dan peralatan kontrol. Pemeliharaan

mungkin harus dilakukan oleh orang kontraktor. Pertimbangan lain termasuk kesulitan

dan frekuensi pada kalibrasi, dan kalibrasi juga harus dilakukan oleh penyedia fasilitas.

Sistem Instrumentasi

Sistem instrumentasi berfungsi untuk mengetahui dan memantau tingkat keadaan

atau kondisi proses suatu sistem yang sedang berlangsung, serta pencatatan dan pendataan

parameter prosesnya. Tingkat keadaan atau kondisi proses dapat diketahui dengan cara

mengukur dengan sensor atau dan dipantau melalui alat penunjuk atau tampilan . Sistem

instrumentasi juga meliputi sistem peringatan alarm, sistem annunsiasi serta sistem

penerimaan dan penyimpanan data (data acquisition system), juga sistem tombol ataupun

saklar pengoperasian (termasuk monitor operasi - Work/Operator Station). Sistem kontrol

memerlukan pengukuran, dan hasil pengkontrolan perlu ditampilkan, sehingga dapat 14

Page 15: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

dikatakan bahwa Instrumentasi adalah seni dan pengetahuan tentang pengukuran dan

kontrol ("the art and science of measurement and control").

Pengukuran Tekanan

Bourdon Tube

Gambar 3.1 di atas menunjukkan pengukuran tekanan dengan menggunakan

metode bourdon tube (tabung bourdon). Perubahan tekanan yang dideteksi oleh tabung

Bourdon akan menyebabkan tabungnya bergerak. Kemudian gerakan tabungtersebut

ditransmisikan untuk menggerakkan jarum meter. Biasanya ukuran skala tekanan ini

dikalibrasi dalam beberapa ukuran antara lain : PSI, kPa, Bar ad Kg/cm2. Tekanan gauge

merupakan ukuran relatif.

15

Page 16: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Diaphgram

Gambar 3.2 di atas menunjukkan sebuah diaphragma yang digunakan sebagai

prinsip pengukuran tekanan. Prinsip kerjanya mengkonversikan kenaikan tekanan pada

salah satu sisi disk ( piringan ) menjadi bentuk pergerakan mekanikal.

Capacitive Transducer

16

Page 17: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 3.3 di atas menunjukkan sebuah capacitive pressure transducer yang

digunakan sebagai metode untuk pengukuran tekanan. Menggunakan sebuah diaphragma

yang tipis, umumnya terbuat dari metal yang dilapisi dengan kwarsa ( quartz ) sebagai

salah satu dari plat kapasitor. Diaphragma digerakkan saat terjadinya proses tekanan.

Perubahan , tekanan menyebabkan terjadi penyimpangan akibat adanya gaya lawan dari

reference pressure. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan kapasitansi sekaligus

merubah besarnya frekwensi osilasi. Perubahan ini yang dikonversikan menjadi besaran

ukur tekanan.

Differential Transformer

17

Page 18: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 3.4 di atas menunjukkan prinsip sebuah differentialtransformer yang

digunakan sebagai pengukuran tekanan. Tekanan masuk akan mengaktifkan diaphragma

(pada beberapa peralatan diketahui menggunakan bellows) dan menggerakkan inti dari

transformer. Pergerakan inti transformer ini akan menghasilkan ketidakseimbangan pada

sisi sekunder transformer. Ketidakseimbangan inilah yang diukur s ecara elektronik dan

dikonversikan ke dalam besaran ukur tekanan.

Pengukuran Temperatur

Pengukuran temperatur dilakukan dalam skala Farenheit dan skala celcius. Sifat

fisik yang berubah terhadap temperatur digunakan untuk mengukur temperatur. Sebagai

contoh, properti ekspansi bahan apabila dipanaskan digunakan dalam bentuk cair-dalam-

kaca, bimetallics, dan sistem pengukuran penuh. Gaya listrik (ggl) prinsip yang digunakan

dalam termokopel, dan perubahan tahanan listrik yang digunakan dalam detektor suhu

resistansi (RTD) dengan kata lain meliputi pengukuran temperatur suhu cat-sensitif,

krayon dan perangkat Optical.

18

Page 19: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Thermocouple

Secara teoritis, setiap dua logam berbeda akan membentuk termokopel (T/C), ada

banyak jenis termokopel, masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya. Evolusi

elektronika modern telah menciptakan transducer-transducer yang cukup kecil untuk dapat

muat di kotak T/C. Keuntungan utama dari pengaturan ini adalah untuk menghindari

transmisi jarak jauh dari tegangan T/C yang sangat rendah, rentan terhadap noise listrik

(dengan rentang sinyal 4-20 mA). Termokopel tidak memerlukan daya, sederhana dan

konstruksinya kuat (shock-resistant). Selain itu, mereka dapat dikalibrasi untuk

menghasilkan suatu kurva tertentu (untuk biaya tamb ahan) dan mudah untuk pertukaran.

Mereka memberikan respon dan pengukuran cepat pada satu titik tertentu. Waktu tipikal

respon dari sebuah T / C 0.2 sampai 12 detik.

19

Page 20: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Resistance Temperature Detector (RTD)

Logam murni akan menghasilkan peningkatan ketahanan sesuai peningkatan suhu.

Dalam resistance temperature ditector (RTD), elektronik m erasakan perubahan resistansi

dari resistor (pada jembatan Wheatstone) sebagaiperubahan suhu dan menghasilkan output

yang proporsional. Untuk informasi lebih lanjut tentang jembatan Wheatstone. Yang

20

Page 21: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

paling umum elemen RTD adalah 100 Ohmpada platinum 0 ° C; nikel umumnya pilihan

kedua . RTD adalah sebuah sensor akurat yang secara teoritis dapat men gukur perubahan

suhu 0,00002 °F (0,00001 °C).

RTD biasanya terlindung dari lingkungan oleh sarung yang terbuat dari stainless

steel atau material yang tahan temperature dan korosi lainnya (lihat gambar 7-7). Elemen

pas di dalam sarungnya untuk menghasilkan tingkat suku tinggi dari perpindahan panas.

Serbuk halus digunakan untuk menghilangkan kantong udara insulator keramik biasanya

digunakan untuk mengisolasi kabel timah internal. Pada ujung tabung sebuah hermetis

melindungi elemen. Perakitan dapat diakhiri dengan kawat timah atau mungkin diberikan

dengan blok terminal yang tepat sama dengan perakitan T/°C.

Pengukuran Level

Pengukuran level didefinisikan sebagai pengukuran posisi dari sebuah interface yang

berada pada dua media. Media yang dimaksud khususnya adalah gas dan cairan. Namun

dapat juga kedua-duanya berupa cairan, pengukuran level dilakukan dengan beberapa

prinsip yang berbeda ,yaitu tinggi, pressure head, berat dari material. Berikut beberapa alat

pengukuran level yang dipakai di PLTU Pacitan :

Load Cells/Strain Gage

21

Page 22: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Load cells, biasa juga disebut dengan strain gage. Pada umumnya terpasang melekat

pada struktur tiang (beam). Load cell ini akan membengkok (bend) seiringdengan

bertambahnya berat di atas beam. Perubahan bentuk strain gage ini akan merubah

tahanannya sekaligus merubah besaran listrik yang dihasilkan. Besaran listrik inilah yang

dirubah menjadi besaran berat. Instalasi strain gage ini umumnya terpasang dalam

rangkaian jembatan Wheatstone.

Differential Pressure

22

Page 23: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 3.8 Differential Pressure

Float

Instrumen float dan cable yaitu mengukur ketinggian level dengan alat yang

menggunakan metode naik dan jatuh dari pelampung pada permukaan level. Mekanisme

yang digunakan untuk menghitung variasi level dengan range antara beberapa inci sampai

ukuran feet. Float dan cable biasanya digunakan pada tangki terbuka, karena perubahan

ketinggian pelampung ini didesain untuk tangki yang bertekanan. Pelampung ini

mempunyai keuntungan yaitu : sangat simple dan sensitive terhadap perubahan densitas.

Float diklasifikasikan dengan tipe dari posisi sensor. Keuntungan menggunakan

float tidak ada batas ketingian tangki, akurasi yang bagus dan harga relatif murah. Prinsip

float dari pengukuran level ini adalah displencer.

Ultrasonic

23

Page 24: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Sensor Level Ultrasonic terdiri dari sebuah generator ultrasonic dengan

menggunakan oscillator pada frekuensi ± 20.000 Hz. Waktu yang dibutuhkan gelombang

suara untuk bersentuhan dengan material dan balik kembali ke penerima merupakan

representasi dari tinggi level yang diukur.Instrumen sonic mendeteksi level dengan

mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk gelombang suara dan kembali ke

piezoelectric transducer setelah mengenai material. Untuk akurasi yang maksimum

transmitter harus diletakkan pada bagian atas vessel dan diposisikan sedemikian rupa, agar

struktur dalam vessel tidak mengenai sinyal. Peralatan sonic ini tidak saling berhubungan.

Debu, uap-uap pelarut, busa, turbulance pada permukaan dan bunyi ambient

mempengaruhi tingkat akurasi. Perpanjangan temperatur proses dapat membatasi aplikasi.

Sonic dan ultrasonic tidak dapat digunakan untu pengukuran level dengan jenis

material busa(foam). Hal ini karena busa akan menyerap sinyal suara yang dihasilkan.

Peralatan ini juga tidak dapat berfungsi jika dioperasikan didalam ruang vacum karena

tidak adanya fasilitas untuk mengukur waktu sinyal merambat.

Tape

24

Page 25: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Pita terhubung dengan pelampung pada salah satu ujung pita sementara ujung pita

yang lain terhubung dengan beban penyeimbang. Beban penyeimbang ini digunakan untuk

mempertahankan agar pita tetap dalam regangan yang ideal pada saat pelampung naik atau

turun mengikuti level cairan. Penggunaan jenis pengukuran level dengan tipe ini umumnya

digunakan untuk pengamatan secara lokal saja. Sangat jarang sekali digunakan untuk

mentransmisikan sinyal.

Weight and Cable

25

Page 26: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 3.11 adalah tipe pengukuran dengan menggunakan weight dan cable. Kabel

atau pita terikat dengan beban yang turun kedalam tanki. Pergerakannya diaktifkan oleh

sebuah timer. Saat beban bersentuhan dengan permukaan cairan maka motor secara

otomatis memutar dengan arah terbalik dan mengembalikan posisi beban 1 ft/s. Selama

periode beban diturunkan kembali pulsa akan dibangkitkan oleh unit penghitung yang

mengindikasikan jumlah material yang tersimpan di dalam tangki.

Resistan Tape

26

Page 27: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Prinsip kerjanya adalah ketika level di dalam tanki naik maka element resistan akan

terhubung dengan probe penghantar, hal ini mempengaruhi besar tahanan pada loop

resistance. Perubahan besar tahanan ini akan mengindikasikan besaran level yang diukur.

Kapasitansi

27

Page 28: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Teori kapasitansi yang digunakan sebagai pengukur level sering juga disebut

sebagai metode pengukuran RF. Prinsip kerja kapasitansi dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :

luas plat , jarak antara plat dan dielektrik material. Saat kedua konduktor mempunyai beda

potensial maka sistem akan mempunyai kemampuan untuk menyimpan energi listrik.

Besarnya kapasitansi akan bervariasi sebagai fungsi dari dielektrik material yang mengisi

celah kedua plat. Perubahan besanya kapasitansi ini yang digunakan sebagai besaran

pengukuran level.

Radar

Sinyal dari radar dipancarkan oleh antena yang kemudian dipantulkan kembali ke

penerima dalam jangka waktu "t". Delay time dapat dihitung dengan menggunakan

formula berikut ini :

t = 2d/c

dimana : d = jarak peralatan ke permukaan yang akan diukur

28

Page 29: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

c = kecepatan cahaya di udara

sinyal yang diproses akan menghasilkan beda frekuensi antara frekuensi saat dipancarkan

dengan frekuensi saat kembali. Perbedaan ini proporsional dengan jarak. Hasil pengukuran

tinggi permukaan sebenarnya adalah perbedaan antara tanki dengan jarak yang diukur

melalui beda frekuensi tersebut. Keuntungan penggunaan jenis ini adalah :Mudah untuk

diinstal, tidak bersentuhan langsung dengan material yang akan diuk-ur. Kerugian

penggunaan jenis ini adalah :Harga yang mahal, performanya dipengaruhi oleh interfensi

sinyal sebagai akibat benda-benda metal.

Paddle Wheel

29

Page 30: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 3.14 Paddle Wheel

Gambar 3.14 menunjukkan pengukuran level dengan menggunakan metode paddle

wheel. Motor akan terus memutar paddle wheel. Ketika paddle wheel bersentuhan dengan

material, maka material tersebut akan menghalangi putaranya sehingga mengaktifkan

switch.

Pengukuran Flow

Pengukuran flow (aliran) adalah merupakan parameter utama yang digunakan oleh

pembangkit sebagai pembacaan nilai-nilai besaran dan digunakan juga sebagai besaran

proses kontrol. Teknologi pengukuran flow saat ini telah berkembang hingga

mencapaititik yang lebih akurat. Pengertian flow dapat dijelaskan sebagai volume fluida

yang mengalir di dalam pipapersatuan waktu. Dapat dijelaskan juga melalui formula

berikut ini:

Q=AxV

Dimana :

A = diameter pipa

30

Page 31: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

V = kecepatan rata-rata fluida

Perlu dicermati bahwa pengukuran flow dapat dipengaruhi oleh perubahan

temperatur dan perubahan densitas fluida. Perubahan parameter-parameter tersebut dapat

juga mempengaruhi keakuratan pembacaan jika perhitungan tidak dilengkapi dengan

parameter kompensasi. Adapun beberapa alat ukur flow (aliran) yang digunakan di PLTU

pacitan:

Differential Pressure Flow Meter

Ada beberapa tipe umum yang digunakan pada flow meter dengan jenis differential

pressure yaitu orifice plate, segmental orifice dan integral orifice,venture tube dan flow

nozzle, elbow, pitot tube. Pada umunya flow meter dengan jenis differential pressure

terdiri dari elemen primer( seperti orifice plae ) dan elemen sekunder ( seperti differential

pressure transmitter ).Elemen sekunder akan mengukur perbedaan tekanan yang dihasilkan

oleh elemen primer.

Orifice plate

Terdiri dari sebuah plat metal berlubang dengan ukuran tertentu (concentric atau

eccentric). Fluida yang mengalir menghasilkan perbedaan tekanan di kedua sisi plat.Akar

dari perbedaan tekanan ini merupakan proporsional dari flow. Nilai umum yang digunakan

31

Page 32: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

pada pengukuran dengan orifice ini disebut dengan beta ratio (perbandingan beta).

Perbandingan ini sama dengan diameter dalam orifice dibagi dengan diameter dalam pipa.

Segmental orifice plate

Hampir sama dengan square-edged orifice plate, hanya saja perbedaannya terletak

daribentuk lubang yang dibuat tangensial dengan diameter sama dengan 98% diameter

dalam pipa. Sangat cocok digunakan untuk aplikasi pengukuran aliran yang rendah.

Integral orifice plate

Identik dengan square-edged orifice plate. Perbedaannya terletak pada plat, flange

dan dp transmitter merupakan satu kesatuan (tidak terpisah). Pada umumnya digunakan

untuk pengukuran flow pada pipa dengan diameter yang relative kecil (berada pada

kisaran 2 inchi (50mm)).

Venturi tube

Kecepatan akan bertambah sementara tekanan berkurang pada sisi masuk.

Differential pressure diukurpada sisi P1 dan P2.Venturi tube digunakan untuk pengukuran

dengan tekanan yang rendah, berada padakisaran 25% hingga 50% dari kemampuan

orifice plate. Sangat cocok digunakan padapipa-pipa besar

Flow nozzle

Pada prinsipnya hampir sama dengan venture tube namun tidak mempunyai

recovery cone ( corong ) pada sisi keluar.Pada umunya digunakan untuk mengukur aliran

uap. Sangat ekonomis jika digunakan untuk mengukur flow tinggi. Dapat mengukur 60%

lebih tinggi dibandingkan dengan orifice plate.

Elbow

Saat cairan mengalir di dalam elbow, gaya sentrifugal akan terjadi pada sisi luar.

Besarnya gaya sentrifugal ini relative tergantung kepada kecepatan aliran. Titik

pengukuran tekanan berada pada sisi luar dan dalam elbow pada sudut 45°.

Pitot tube

Sering juga disebut dengan flow meter tipe insertion dp meter. Sebuah probe yang 32

Page 33: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

terdiri dari dua bagian yang akan men-sensor dua tekanan : impact dynamic dan static.

Tekanan impact di sensor oleh satu impact tube yang akan membengkok searah aliran

fluida (dynamic head).

Magnetic

Magnetic flow meter menggunakan prinsip dasar hukum Faraday tentang induksi

magnetic. Hukum Faraday menyatakan bahwa tegangan yang diinduksikan sepanjang

konduktor memotong sebuah medan magnet adalah proporsional terhadap velocity dari

konduktor tersebut. Magnetic flow meter membangkitkan sebuah medan magnet. Aliran

fluida yang mengalir memotong medan magnet ini dideteksi oleh sebuah elektroda.

Tegangan yang dihasilkan oleh magnetic flow meter ini akan proporsional terhadap

velocity rata-rata dari volumetric flow rate.

Mass Coriolis

Prinsip dari flow meter dengan desain coriolis. Satu atau dua tabung dipaksa untuk

berosilasi pada frekwensi alami mereka yang tegak lurus terhadap arah aliran fluida.Hasil

gaya coriolis ini menginduksi gerakan tabung. Gerakan ini di sensor oleh pickup dan

berhubungan dengan jumlah massa flow. Ada dua jenis efek umum dari tabung coriolis,

yaitu : straight dan curved (lurus dan berbentuk kurva). Straight tube hanya membutuhkan

sedikit ruang, dapat untuk di drain, mempunyai sifat kehilangan tekanan yang rendah.

Dibandingkan dengan straight tube , curved tube memiliki range operasi yang lebih lebar,

lebih akurat jika digunakan untuk mengukur aliran flow yang rendah, tersedia dalam

ukuran yang besar, cenderung berharga lebih murah, mempunyai temperatur operasi yang

lebih tinggi. Namun demikian curved tube lebih sensitif terhadap vibrasi dibandingkan

dengan straight tube.

Variable Area

Sering jugadisebut dengan rotameter, rotameter ini terdiri dari sebuah kerucut yang

terbuat dari gelas (kaca) atau bahan transparan lainnya yang berskala dan mempunyai

pelampung di dalamnya. Pelampung ini terbut dari bahan-bahan yang tahan terhadap karat,

pada umumnya terbuat dari stainless-steel. Oleh karena adanya aliran fluida maka

pelampung akan naik, dalam keadaan seimbang dan diam pada satu posisi. Semakin besar

33

Page 34: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

aliran fluidayang mengenai pelampung maka posisinya akan semakin tinggi. Rotameter

harusdipasang tegak lurus terhadap aliran fluida dengan kemiringan < 2°.

Ultrasonic Flow Meter

Pengukuranflow dengan menggunakan tipe ini melibatkan elemen transmitter,

berfungsi untuk merubah tegangan listrik frekwensi tinggi menjadi getaran akustik.

Receiver, mengubah getaran akustik menjadi sinyal

Secara umum pengukuran flow dengan metode ultrasonic dibedakan atas :

Model Transit Time Ultrasonic Flow Meter, waktu yang digunakan gelombang

akustikuntuk melintas dari transducer upstream ke transducer downstream adalah lebih

pendekdibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk melintas dari downstream

keupstream.

Model Doppler Ultrasonic Flow Meter, bekerja berdasarkan pada efek Doppler yang

menghubungkan frekwensi gelombang akustik dengan kecepatan aliran.

Pengukuran Vibrasi

Vibrasi merupakan gerak osilasi dari suatu objek relatif terhadap satu titik acuan.

Secara umum vibrasi dapat berupa osilasi periodik,gerak acak, atau gerak transien.

Pengukuran vibrasi memiliki dampak terhadap peralatan yang jauh lebih besar daripada

dampak terhadap proses itu sendiri. Sebagai contoh, pengukuran vibrasi pada bearing

steam turbine tidak berpengaruh secara langsung terhadap proses yang terjadi pada turbin

tetapi sangat berpengaruh dalam memperpanjang usia kerja steam turbin itu sendiri.

Sensor vibrasi biasanya tergabung dengan sistem proteksi untuk komponen mesin

apabila terjadi vibrasi yang terlalu melindungi besar. Area inilah yang menjadi tanggung

jawab teknisi instrumentasi. Ada tiga paremeter utama viibrasi, yaitu displacement,

velocity dan akselerasi. Berikut penjelasan antara lain :

Sensor Proximity

34

Page 35: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Sensor Proximity mengukur perubahan jarak antara elemen putar mesin dengan

bagian statisnya (frame). Pengukuran vibrasi dengan menggunakan Proximity sensor

biasanya memanfaatkan fenomena electromagnetic eddy current untuk mengukur jarak

antara ujung probe sensor dengan poros mesin. Sensor tersebut terdiri dari kumparan yang

diberi arus bolak-balik frekuensi tinggi. Medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan

menyebabkan induktansi eddy currentpada poros mesin. Semakin dekat posisi poros mesin

terha dap ujung probe sensor maka semakin besar medan magnet yang terjadi. Akibatnya,

semakin besar pula eddy current akibat induktansi. Rangkaian osilator frekuensi tinggi

(100 kHz hingga 2 MHz) yang memberikan sinyal eksitasi pada kumparan menjadi

bertegangan akibat induksi dari eddy current. Sehingga, tegangan osilator menunjukkan

secara langsung seberapa dekat ujung probe dengan poros mesin, pada saat tidak ada

pennukaan konduktif di sekitar probe maka rangkaian jembatan dalam keadaan seimbang.

Pada saat ada permukaan konduktif di dekat probe rangkaian jembatan menjadi tidak

seimbang dan sinyal keluarannya akan sebanding dengan jarak dari permukaan objek yang

diukur. Amplitudo sinyal keluaran menggambarkan amplitude vibrasi atau displacement,

sedangkan frekuensinya menggambarkan frekuensi dari vibrasi yang terjadi.

Akselerator Kumparan Magnetik

Sensor ini bekerja berdasarkan hukum ampere yang berbunyi, " sebuah konduktor

dialiri arus yang berada di dalam medan magnet maka akan dikenai gaya yang sebanding

dengan besar arus, panjang konduktor yang terkena medan magnet kerapatan medan

35

Page 36: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

magnet dan sudut antara konduktor dengan medan magnet". Arus listrik yang dihasilkan

rangkaian sensor ini berbanding lurus dengan akselerasi yang terjadi.

Pengukuran Posisi

Pengoperasian turbin yang terus menerus dengan kondisi abnormal dapat

mengakibatkan kerusakan pada turbin dan komponen-komponennya. Sehingga dibutuhkan

peralatan instrumen yang berfungsi untuk memantau kondisi turbin, dan membantu

mendapatkan data yang dapat dijadikan acuan dalam pengoperasian dan pemeliharaan.

Dari beberapa peralatan pemantau kondisi turbin, salah satunya adalah Peralatan Pengukur

Posisi (Position Measurement) peralatan ini memberikan informasi secara kontinyu

pergerakan Governoor Valve, By Pass Valve, kondisi thrust bearing, perbedaan pemuaian

antara bagian yang berputar (rotor) dan bagian diam (stator) dari turbin. Dengan adanya

peralatanini, akan segera terpantau apabila terjadi perubahan yang menyimpang dari

parameter normalnya. Sehingga petugas dapat segera melakukan tindakan yang

dibutuhkan guna pengamanan sistim dengan cepat dan tepat. Peralatan pengukur posisi

pada turbin berfungsi: Mendeteksi kondisi yang ada pada peralatan. Memastikan operasi

pada batasan yang aman. Memberikan peringatan jika ada ketidaknormalan pada turbin.

Sistem Kontrol

Sistem kontrol berfungsi untuk membawa dan mengendalikan proses suatu sistem

ke tingkat keadaan atau kondisi yang diinginkan atau dibutuhkan, serta menjaga parameter

proses yang penting dalam batasan yang diperbolehkan. Fungsi kontrol adalah menerima

masukan (input) dari alat pengukur proses (sensor) dan membandingkan dengan

harga/nilai yang diinginkan untuk mendapatkan deviasi yang untuk selanjutnya dikalkulasi

menjadi keluaran kontrol yang akan mengatur posisi penggerak. Pada PLTU Pacitan

digunakan sistem kontrol DCS (Distributed Control System) seperti PLTU lainnya sesuai

dengan ketentuan dari PLN.

36

Page 37: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Pengertian Distributed Control System

DCS (Distributed Control System) sesuai dengan namanya adalah sebuah sistem

pengontrolan yang bekerja menggunakan beberapa controller dan mengkoordinasikan

kerja semua controller tersebut. Masing-masing controller tersebut menangani sebuah

plant yang terpisah. DCS pertama kali diciptakan oleh Honeywell pada tahun 1975 dengan

nama TDC-2000. DCS banyak diproduksi oleh manufacture yang terkenal antara lain

Honeywell, ABB, Siemens, Scheneider, Foxboro dll, sedangkan pabrik DCS Foxboro di

cina antara lain Xin Hua (Shanghai), Helishi dan Guo Dian (di Beijing), Pembangkit

Pacitan menggunakan DCS I/A Series merk Foxboro.

37

Page 38: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Struktur dasar DCS pada Power Plant :

38

Page 39: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Keterangan :

CEMS (Continuous Emission Monitoring System) untuk monitoring kadar

emisi gas buang.

FSSS (Furnace Safety Supervisory System) untuk mengontrol boiler.

DEHC (Digital Electro Hydraulic Control) untuk mengontrol CV turbin.

ECS (Sequence control system) untuk mengontrol generator dan transformer.

MCS (Manajement Control System) untuk mengontrol common equipment (

water treatment plant. Desalination plant, Boiler Feed pump, condensate

polishing). Pada common equipment ini pengontrolan menggunakan PLC.

ETS (Emergency Trip System) untuk mengontrol turbin.

DAS (Data Acquisition System) untuk mengumpulkan data-data dari lokal untuk

masing-masing unit.

PLC (Programmable Logic Controller) sesuai dengan namanya adalah sebuah

39

Page 40: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

controller yang dapat diprogram.

Kegunaan DCS

DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan Kontrol suatu loop system dimana satu

loop bisa terjadi beberapa proses control.

Berfungsi sebagai pengganti alat alat Control manual dan auto yang terpisah-

pisah menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan dan

penggunaanya.

Sarana pengumpul data dan pengolah data agar didapat suatu proses yang

benar-benar diinginkan.

Cara Kerja DCS

DCS digunakan sebagai alat control suatu proses. Untuk mempelajari suatu sistem

kontrol dengan DCS, harus dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan loop

system, dimana pada suatu loop system terdiri dari :

Alat pengukur ( Sensor Equipment)

Alat control untuk pengaturan proses (Controller)

Alat untuk aktualisasi (Actuator).

DCS terhubung dengan sensor dan actuator serta menggunakan setpoint untuk

mengatur aliran material dalam sebuah plant / proses. Sebagai contoh adalah pengaturan

setpoint control loop yang terdiri dari sensor tekanan, controller, dan control valve.

Pengukuran tekanan atau aliran ditransmisikan ke kontroler melalui I/O device. Ketika

pengukuran variable tidak sesuai dengan set point (melebihi atau kurang dari setpoint),

kontroller memerintahkan actuator untuk membuka atau menutup sampai aliran proses

mencapai set point yang diinginkan.

40

Page 41: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Komunikasi pada DCS

Pada sistem kontrol DCS, diperlukan komunikasi antara sensor yang mendeteksi

kondisi di plat untuk mengirimkan data kepada kontroler sehingga kontroler dapat

menampilkan data field yang dikontrol secara real time dan dapatmemerintahkan aksi

kontrol untuk memanipulasi output agar mencapai nilai sesuai dengan set point. Oleh

karena itu sistem DCS membutuhkan aturan-aturan yang dipahami oleh masing-masing

komponen sistem.

Aturan-aturan dalam berkomunikasi pada sebuah sistem disusun dalam sebuah

protokol. Protokol merupakan suatu aturan atau standar atau tata cara berkomunikasi

antar komponen (modul DCS, PLC, PC, field devices, dll) yang terkoneksi dalam sebuah

jaringan. Pada DCS, masing-masing komponen saling berkomunikasi sehingga perlu diatur

bagaimana cara komponen-komponen ini berkomunikasi dengan komponen lainnya.

Masing-masing vendor atau pengembang DCS biasanya mengembangkan sendiri aturan-

aturan atau protokol dalam komunikasinya sehingga memunculkan banyak protokol yang

sudah distandarkan. Berikut ini adalah protokol yang dikembangkan dan dipakai oleh

produk-produk sistem kontrol DCS :

Protokol Modbus

Protokol Modbus merupakan protokol komunikasi data antara device dalam sistem

kontrol yang dikembangkan oleh Perusahaan Modicon Square D yang merupakan grup

dari PT Schneider. Protokol Modbus pada jaringan kontrol terdiri dari sebuah Master dan

slave. 1 master dapat dihubungkan dengan beberapa slave. Protokol Modbus enggunakan

TCP/IP, bahasa dapat dibagi dan diarahkan.

41

Page 42: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Kelebihan

standar terbuka

Gratis

Bahasa Internet

42

Page 43: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Highway Addressable Remote Transducer (HART)

HART merupakan kependekan dari "Highway addressable remote transducer" yaitu

suatu standar komunikasi data yang banyak digunakan pada sistem kontrol terdistribusi.

Sistem HART merupakan jembatan peralihan dari penggunaan komunikasi data secara

analog menuju sistem komunikasi digital, sehingga kadang HART digolongkan dalam

sistem analog dan terkadang juga dimasukkan dalam sistem komunikasi digital. Secara

umum, sistem HART menggunakan pengawatan (wiring) dengan menggunakan standar

anus dengan 4-20mA. Super imposes the digital signal on the top of the analog one.

43

Page 44: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Fitur-fitur HART

35-40 data items Standard in every HART device.

Device Status & Diagnostic Alerts.

Process Variables & Units.

Loop Current & % Range.

Basic Configuration Parameters.

Manufacturer & Device Tag.

Akses standar untuk command lebih mudah.

Tidak memperlukan file DDL untuk mendapatkan.

Meningkatkan integritas sistem kontrol.

Sinyal peringatan lebih cepat.

Secara otomatis melacak dan mendeteksi perubahan (mismatch) dalam rentang atau

secara per bagian dari unit.

44

Page 45: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Keunggulan HART :

HART sebagai sebuah sistem komunikasi data peralihan dari analog menuju digital

mempunyai berbagai keunggulan yang diantaranya adalah Aman (Sape), Terjamin

keandalannya (Secure), dan mempunyai tingkat ketersediaan yang tinggi (Available).

Standar HART sudah diterima secara global oleh pabrikan yang bergelut dalam bidang

instrumentasi dan kendali. Pengujian sistem komunikasi HART sudah teruji dalam

berbagai aplikasi di industri baik industri manupaktur,industri proses maupun industri

minyak dan gas. Sistem HART juga didukung oleh banyak industry instrumentasi dan

kendali serta menghemat waktu dan investasi.

Foxboro Invensys

Invensys menawarkan sistem otomasi yang benar-benar terbuka yang interoperasi

dengan beberapa jenis perangkat, dari beberapa vendor, dengan beberapa protokol, paling

banyak ditemukan pada proses pembangkitan.

Sistem Jaringan dan perangkat I/O Foxboro menyediakan integrasi kemampuan

45

Page 46: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

fieldbus, termasuk Fieldbus Foundation, Fieldbus Kontrol di Lapangan, HART, Profibus,

DeviceNet, Modbus, dan Foxcom kita sendiri,dll .Invensys juga merupakan kontributor

utama munculnya Alat Lapangan Perangkat (FDT) teknologi dan bangga menjadi anggota

pendiri FDT Bersama Interest Group.

Foxboro I / A Series remote fieldbus dan lapangan dipasang FBMS tmenunjukkan

penghematan kabel yang signifikan, hingga 70%, dibandingkan dengan metode

konvensional. Ethernet menghubungkan I / O dapat ditempatkan di pusat kontrol, dekat

dengan prosesor kontrol dan workstation, atau di lapangan, dekat dengan proses

pengukuran dan perangkat kontrol.

Sistem I/A Series

Sistem (Intellegent Automation) Series adalah sistem operasi yang menggabungkan

dan mengotomatisasi proses operasi manupacturing. Ini merupakan sistem distribusi yang

berkembang sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sistem. Modul yang

membentuk sistem komunikasi I/A Series dapat terletak di berbagai lokasi. Tempat ini

tergantung kondisi dan layout dari plant process. Tiap modul memiliki fungsi yang

spesifik.

46

Page 47: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Spesifikasi Sistem I/A Series

Sistem T/A series terdiri dari peralatan yang di sebut modul. Tiap modul di program

dengan tugas sesuai untuk memonitor dan mengontrol sistem operasi manupacturing.

Sistem I/A Serie mempunyai 3 standart untuk produknya, yaitu : Software, Hardware dan

Network. Kelebihan sistem I/A series diantaranya adalah:

Hardware dan Soptware dapat di upgrade secara independen.

Type hardware lebih sedikit, mengurangi biaya back up.

Menggunakan protocol Fieldbus pada FBM.

Menggunakan sistem Fault Tolerant System (FT System).

Hardware pada I/A Series

Perangkat-perangkat keras (hardware) yang digunakan pada I/A Series sebagai

berikut :

Switch Hub

47

Page 48: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Work Station

Control Processor

48

Page 49: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Field Bus Module

49

Page 50: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Module FCM100

Baseplate

50

Page 51: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Software Yang Digunakan Pada I/A Series

Software platform :

Unix dengan sistem operasi Solaris

Windows dengan sistem operasi Windows XP dan Windows Server

2003.

Software paket :

Paket Configuration. Terdiri FoxView, Integrated Control Configurator

(ICC) dan FoxDraw.

Sistem Monitor. Sistem manager : network fault, pault location,

hardware management.

51

Page 52: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

AIM Historian/ Paket Report.

Paket API

Paket Library

Paket Plant Management

Alarm di I/A sistem. Yang akan menampilkan diantaranya process

alarm, alarm priority.

Sistem security. Penggunaan user name dan password.

Operator Action Journal (OAJ). Record yang berisi waktu operasi, user

dan parameter yang di ubah.

I/A Series Network

52

Page 53: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Mesh Control Network adalah switch Fast Ethernet Network berdasarkan standar

IEEE802.3u (Fast Ethernet) dan IEEE 802.3z (Gigabit Ethernet). Mesh Control Network

terdiri dari sejumlah Ethemet switch yang terhubung dalam konfigurasi Mesh. Keuntungan

konfigurasi ini adalah redundant aliran data dan dapat tetap beroperasi meski ada satu

aliran yang mengalami kerusakan. Fleksibilitas dari arsitektur Mesh Control Network

membuat kita dapat merancang konfigurasi network yang sesuai dengan kebutuhan sistem

kontrol.

Field Bus Module

Sistem Fieldbus adalah sistem kendali yang menggunakan media komunikasi digital,

serial, dua arah, multidrop, dengan kecepatan transper data 31.25 kbps yang saling

menghubungkan peralatan lnstrument di lapangan seperti sensor, transmitter, aktuator dan

peralatan di level hirarki lebih tinggi seperti DCS. Fieldbus berfungsi seperti layaknya

Local Area Network di hirarki tingkat paling bawah yang mempunyai kemampuan untuk

53

Page 54: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

mendistribusikan applikasi pengendalian diantara peralatan lnstrument di lapangan

(misalnya : Transmitter dengan Control Valve). Selain itu juga dapat mendistribusikan

applikasi pengendalian dari peralatan di hirarki level lebih tinggi (DCS) ke peralatan

lnstrument di lapangan.

54

Page 55: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Fieldbus dapat melakukan diagnostik lengkap dan manajemen asset peralatan Instrument

di lapangan sehingga dapat meningkatkan kehandalan kilang (Plant Availability). Sistem

pengkabelan Fieldbus hanya membutuhkan satu pasang kabel yang dihubungkan secara

paralel dengan peralatan Instrument di lapangan dengan peralatan di hirarki lebih tinggi

(DCS).

Fungsi FBM

Merubah Sinyal Analog ke Digital

55

Page 56: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Transmitters,

Koneksi ke PLCs,

Third party devices

Merubah Sinyal Digital ke Analog

Valves

Motors, pumps

Memperbaiki Kualitas Sinyal

Status Indikator untuk Sinyal Diskrit

Beberapa fitur yang dimiliki oleh Sistem Fieldbus adalah :

Dikarenakan dapat dihubungkan pada beberapa peralatan lnstrument sekaligus dan

beberapa variabel data pengukuran dan diagnostik dapat dikomunikasikan pada satu

kabel, sehingga dapat mengurangi jumlah kabel dan biaya dapat dikurangi.

Protokol transmisi digital meyakinkan proses informasi secara akurat dan kendali

56

Page 57: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

kualitas yang ketat.

Komunikasi berlapis memungkinkan berbagai informasi seperti halnya Variabel

Proses (PV) dan Variabel Manipulasi (MV) dikirimkan dariperalatan lnstrument di

lapangan.

Kemampuan komunikasi antar peralatan lnstrument di lapangan dapatmembentuk

Sistem Pengendalian Terdistribusi (DCS) yangsesungguhnya.

Kesesuaian (Interoperability) memungkinkan peralatan dari pabrikan

(manufaktur) yang berbeda untuk diintegrasikan.

Pilihan peralatan lnstrument yang , luas dari berbagai pabrikan membuatkontruksi

sistem menjadi fleksibel.

Sistem Instrumentasi, peralatan elektrik, Analyzer, dll dapat saling berintegrasi.

Beberapa penyesuaian (adjustment) dan inspeksi peralatan di lapangandapat

dilakukan dari ruang kendali (remote).

Fieldbus menggantikan peran sistem analog konvensional 4-20mA secarabertahap

untuk mengirim data pengukuran dan pengendalian antara ruang kendali dan lapangan.

Control Processor

Control Processor (CP) adalah sebuah modul yang berpungsi sebagai pusat

pengaturan untuk mengerjakan proses pengaturan, sistem logic, timing, sistem control

sequensial bersama dengan modul lain (FMB) dan peralatan interface proses lain. Control

Processor juga berfungsi mengakuisisi data (lewat FBM atau peralatan lain), deteksi alarm

dan notifikasi. Sistem CP dibuat fault toleran, merupakan high speed redundancy system.

Indikator lampu pada FCP menunjukkan Green untuk sistem OK dan Red untuk sistem

Fault/Wrong. Maintenance dapat dilakukan saat sistem online, untuk penggantian CP

maupun perubahan konfigurasi dalam program.

Di PLTU Pacitan control processor yang digunkan adalah FCP270 yang merupakan

modul CP produksi IA Series Foxboro. Beberapa kelebihan FCP270 adalah

57

Page 58: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Status Operasional FCP270 adalah nyala lampu LED:

Tabel 3.1 Indikator pada kontrol prosessor

Merah Hijau Status

OFF ON Normal

OFF OFF Tidak ada power, atau

fault

ON ON Saat sistem start up

58

Page 59: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

ON OFF Modul fail, atau sedang

diagnose online saat

booting

Permasalahan yang sering muncul adalah fault dikarenakan sistem komunikasi

seperti pada kabel, konektor, internal data, tegangan turun dll. Untuk permasalahan di CP

cara paling cepat menyelesaikan dan memperbaiki adalah dengan mengganti modul CP

dengan spare part yang ada dan sesuai.

Menyediakan transmisi data yang handal dan penerimaan

Kekurangan

Membutuhkan overhead yang cukup.

Memiliki lubang keamanan yang dikenal

Sistem kurang realistic

Protokol Field Bus

Fieldbus merupakan salah satu protokol komunikasi yang sangat popular di dunia

industri karena merupakan salah satu protokol yang banyak dipakai pada komunikasi

59

Page 60: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

sistem kendali terdistribusi saat ini. Protokol ini pertama kali dikembangkan Oleh Komite

ISA SP50 yang merupakan suatu organisasi yang konsen terhadap peningkatan kualitas

otomasi sistem kendali.

Keunggulan Fieldbus

Biaya pemasangan rendah

Sangat handal

Mudah dioperasikan

real time

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

SIKLUS BATUBARA.

Sistem pembakaran dalam PLTU dimulai dari coal storage (stockpile) batu bara

diangkut dengan belt conveyor menuju boiler house dan disimpan di dalam coal bunker

setelah itu menuju coal feeder, pulverizer, coal pipes dan combustion burner,. Dalam

bangunan PLTU, coal bunker berfungsi sebagai tempat penampung batubara yang akan

didistribusikan ke pulverizer melalui coal feeder.

Untuk menghasilkan pembakaran yang efisien, batu bara yang masuk ruang

pembakaran harus digiling terlebih dahulu hingga berbentuk serbuk/tepung (pulverized

coal). Penggilingan batu bara menjadi serbuk dilakukan mill pulverizer yang dikenal juga

dengan nama bowl-mill, batubara digiling hingga berukuran 200 mesh (200 bagian/inchi).

60

Page 61: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Disebut bowl-mill karena di dalamnya terdapat mangkuk (bowl) tempat batu bara

ditumbuk dengan grinder. Pemasukan batu bara dari coal bunker ke pulverizer diatur

dengan coal feeder, sehingga jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer bisa diatur dari

control room.

Batu bara yang sudah digiling menjadi serbuk ditiup dengan udara panas (udara

primer) dari pulverizer menuju combustion burner melalui pipa-pipa coal piping. Pada saat

start up, pembakaran tidak langsung dilakukan dengan batu bara, tetapi terlebih dahulu

mempergunakan bahan bakar minyak (Fuel Oil). Baru setelah beban mencapai 30% tetapi

kenyataannya dilapangan baru bisa bila beban lebih dari 50%. Batu bara pelan-pelan mulai

masuk menggantikan minyak. Maka selain coal piping, burner juga terhubung dengan oil

pipe, atomizing air dan scavanging air pipe yang berfungsi untuk mensuplai BBM.Agar

pembakaran dalam combustion chamber berlangsung dengan baik perlu didukung dengan

sistem suplai udara dan sistem pembuangan gas sisa pembakaran yang baik.

Tugas ini dilakukan oleh Air and Flue Gas Sistem. Air and Flue Gas Sistem terdiri

dari Primary Air (PA) Fans, Forced Draft (FD) Fans, Induced Draft (ID) Fans, Air Heater,

Primary Air Ducts, Secondary Air Ducts dan Flue Gas Ducts. Udara yang akan disuplai ke

ruang pembakaran dipanaskan terlebih dahulu agar tercapai efisiensi pembakaran yang

baik. Pemanasan tersebut dilakukan oleh Air Heater dengan cara konduksi dengan

memanfaatkan panas dari gas buang sisa pembakaran di dalam furnace.

Ada 2 (dua) tipe Air Heater yang banyak dipakai di PLTU. Yang pertama air heater type

tubular, banyak dipakai di PLTU yang berkapasitas kecil. Sedangkan air heater type rotary

lebih dipilih untuk PLTU kapasitas besar.

Primary Air Fans berfungsi untuk menghasilkan primary air (udara primer) yang

diperlukan untuk mendorong serbuk batu bara dari pulverizer ke burner. Forced Draft

Fans berfungsi untuk menghasilkan secondary air (udara sekunder) untuk mensuplai udara

ke ruang pembakaran. Sedangkan Induced Draft Fans berfungsi untuk menyedot gas sisa

pembakaran dari combustion chamber untuk dikeluarkan ke cerobong asap.

Flue Gas sistem adalah bagian yang sangat penting untuk menjaga agar PLTU

tidak menyebabkan polusi berlebihan kepada lingkungan. Bagian dari flue gas sistem yang

umum terdapat di semua PLTU adalah Electrostatic Precipitator (EP). EP hanya

digunakan untu batu bara bilamana pada waktu start awal yang menggunakan HSD EP

61

Page 62: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

tersebut dimatikan karena bisa merusak komponen EP tersebut.Electrostatic Precipitator

adalah alat penangkap debu batu bara

Sebelum dilepas ke udara bebas, gas buang sisa pembakaran batu bara terlebih

dahulu melewati electrostatic precipitator untuk dikurangi semaksimal mungkin

kandungan debunya. Bagian utama dari (EP) ini adalah housing (casing), bagian dalam

yang terdiri dari discharge electrode, collecting plates dan hammering sistem, dan ash

hoppers yang terletak di bagian bawah untuk menampung abu.

2. PENGERTIAN DAN SISTEM KERJA MILL

Dengan kapasitas terpasang 2 x 315 MW, tiap unit PLTU 1 Pacitan memiliki satu buah boiler dengan 5 mill pulveriser yang mensuplai bahan bakar ke burner (ruang bakar). Berikut adalah spesifikasi boiler PLTU 1 Pacitan 1&2 pada beban 300 MW :

- Beban : 300 MW

- Main Steam Flow : 837,7 t/h (B-MCR)

- Main Steam Pressure :16,1MPa

- Main Steam Temp. : 539oC

- Reheat Pressure : 3,4 MPa

- Reheat Temperature :538,2oC

- Feed Water Flow. :1003,6oC

62

Page 63: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

- Coal Rate Max : 170 ton/h (B-MRC)

- Burner System : 20Corner Burners

- Boiler Efficiency : 82.27 %

- Coal Pulverizer/Feeders : 4 operasi, 1 stand by

63

Page 64: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

64

Page 65: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 1

Boiler300 MW (net) Corner burner for mill pulverizercoal

Setiap boiler memiliki 4 pulverizer dimana tiap-tiap pulverizer menyuplai ke 4 burner sehingga setiap boiler memiliki 20 burner, berikut adalah konfigurasi untuk sistem bahan bakar.

65

Page 66: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 2.

Konfigurasi mill pulverizer tiap boiler

66

Page 67: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 3.

67

Page 68: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Konfigurasi suplai batu bara dari mill pulverizer ke burner (boiler)

2.1.Prinsip Kerja Mill Pulverizer

Adalah alat yang dipergunakan untuk menghancurkan/menggiling batubara menjadi butiran halus (powder),kemudian butiran halus ini dihembus udara yang bertekanan dari bagian bawah mill pulverizersehingga naik/terbang menuju outlet mill pulverizerdan kemudian menuju ruang bakar bersama udara untuk pembakaran pada boiler. Ukuran kehalusan batubara dari mill pulverizerdisebut Fineness. Untuk batubara Lower Ranked (Subbituminus dan lignite) Finenesnya sering diijinkan = 65% sampai 70% untuk mesh 200. Untuk batubara Higher Ranked (bituminus) Finenessnya = 70% sampai 75 % untuk mesh 200.

68

Page 69: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 4.

Mill pulverizer tampak dari luar

2.2.Type Mill pulverizer

Setiap pabrik mempunyai cara untuk menentukan type mill pulverizer. Jika dilihat dari putaranya mill pulverizerdi bagi menjadi tiga, yaitu : High Speed Mill pulverizer, Medium Speed Mill pulverizer, Low Speed Mill pulverizer. Mill pulverizeryang digunakan di PLTU 1 Pacitan adalah jenis Medium Speed Mill pulverizer.Kebanyakan type mill pulverizer pulverizer ditandai huruf dan angka, B & W 89G untuk produk Babcock & Wilcox, sedangkan pabrik ABB CE type HP 963. Untuk HP 963 mengandung arti : untuk 96 adalah ukuran diameter Bowl= 96 inchi, sedangkan angka 3 adalah jumlah grinding roll, untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar di bawah.

69

Page 70: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

70

Page 71: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 5.

Arti dari type HP 963 yang digunakan di PLTU Pacitan

Hal Yang Mempengaruhi Kapasitas Mill pulverizer

HGI (Hardgrove Grindability Index) makin tinggi,maka semakin banyak batubara

yang digiling, yang berarti kapasitas mill pulverizernaik, demikian juga sebaliknya.

Untuk setiap point perubahan HGI akan terjadi perubahan kapasitas mill

pulverizersekitar 1 – 1/3% .

Fineness makin tinggi berarti memerlukan waktu lebih lama untuk grinding,yangberarti kapasitas menurun,demikian sebaliknya.

Moisture makin tinggi,maka kapasitas akan menurun karena memerlukanwaktupengeringan lebih lama dan batubara basah lebih sulit digiling.

Komponen Utama Mill Pulverizer

Komponen uatama mill pulverize masing-masing memegang peranan penting pada saat mill pulverizer beroperasi. Dimana dalam operasinya mill pulverizer ini digerakan oleh sebuah motor dengan putaran 3000 rpm, yang di reduksi dalam mentranfer energinya dengan gearbox sampai menjadi kurang lebih 33 rpm, dimana scrapper dan bowl di couple sehingga putaranya sama. Di bawah ini adalah gambar dan letak komponen pada mill pulverizer beserta penjelasan tentang fungsinya.

71

Page 72: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

72

Page 73: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 6.

Komponen utama mill pulverizer

1. Bowl

Berbentuk seperti piring besar dengan gerakan berputar sebagai dasaruntuk menggiling batubara bersama grinding roll yang berada diatasnya yang ikut berputar.Mill pulverizertype HP 96 3 berarti 96 inchi ukuran bowl dan 3 buah jumlah grinding.

73

Page 74: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 7.

Bowl dan grinding mill pulverizer

2. Grinding

74

Page 75: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Berbentuk roda besar terbuat dari logam yang berfungsi untukmenggilas/menggiling batubara diatas bowl dan berputar mengikuti putaran bowl. Clearance antara grinding roll dan bowl ring sekitar 5 mm.

Gambar 8. Grinding roll mill pulverizer

3. Motor puverizer

75

Page 76: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Berfungsi untuk memutar bowl melalui gigi reduksi dari planetory gear box.

4. Planetary gear box

Untuk mentransfer tenaga putar dari motor ke bowl. Di dalam gear box

terdapat 2 gear yakni n1 dengan putaran 977 rpm dan n2 dengan putaran 29,748 rpm,

n2 ini adalah yang di coupledengan bowl dan juga scrapper.

5. Mill pulverizerside

Adalah peralatan dan area dibawah bowl dimana udara dari Primary Air Fan

masuk,untuk menampung batubara atau material yang reject dari Mill pulverizer dan

jatuh ke bottomliner yang dilengkapi scraper untuk membersihkan serbuk batubara.

6. Scraper

Berjumlah 3 buah yang digunakan untuk membersihkan tumpahan batubara

dari mill pulverizer dan pyrites.

7. Vane wheel

Untuk pemerataan distribusi udara dari mill pulverizerside melalui mill

pulverizer dan terus keatas menujuclasifier, sehingga dapat meningkatkan efisiensi

pembagian batubara.

8. Classifier

Terletak pada bagian atas mill pulverizeryang berfungsi untuk memisahkan antarabatubara halus dan kasar.Batubara yang halus

langsung naik keoutlet dan menuju ruang bakar, sedangkan yang kasar akan

jatuh kembali ke mill pulverizer untuk ikut tergiling lagi. Classifier ini terdiri dari

deflector vane yang dapat disetel untuk mendapatkan tingkat kehalusan

76

Page 77: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

(Fineness) sesuai yang diharapkan

9. Gate Discharge Valve

Berfungsi untuk mengisolasi atau membatasi pada waktu mill

pulverizertidak beroperasijangan sampai ada gas panas dari ruang bakar masuk

ke mill pulverizer.

10. Coal Pipe Orifices

Dipasang diatas discharge mill pulverizerpada pipa batubara dari mill pulverizeryang menuju ruang bakar. Fungsinya untuk menyamakan aliran campuran batubara dan udara dari mill pulverizerkeruang bakar.Karena panjang pipa yang menuju empat sudut ruang bakar panjangnya tidak sama dan pula banyaknya belokan juga berbeda satu sama lain. Lubang orifice tiap pipa tidak sama tergantung panjang pipa dan ukuranya ada pada gambar(master drawing).Orifice`harus direpair apabila lubangnya telah aus dan melebihi 10% dari lubang standardnya.

2.5. Pengertian Mesh dan Finenes

Mesh adalah lubang-lubang pada ayakan batubara. Gunanya ayakan adalah untuk mengukur tingkat kehalusan (finenes) dari batubarasetelah digiling pada mill puverizer artinya apabila batubara setelah digiling kemudian diayak, maka batubara yang halus akan lolos sedangkan yang kasar akan tertinggal dan tidak lolos ayak. Finenes adalah kehalusan

batubara,sedangkan satuannya adalah %. Misalnya batubara yang diayak 100 gram,

kemudian yang lolos ayakan 70 gram, sedangkan yang tertinggal adalah 30 gram,

maka finenes batubara = 70 gram/100 gram x 100 %= 70%.

Ada beberapa macam jumlah lubang atau Mesh ayakan yang biasa digunakan

yaitu Mesh30, 50, 100, dan 200 :

Mesh 50 berati untuk lebar 1 inchi terdapat 50 lubang, jadi lebar perlubang = 1 inchi / 50 = 1 / 50 inchi= 0,508 mm.Finenes batubara untuk pembangkit umumnya

77

Page 78: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

berkisar 65 – 75 % untuk mesh 200.Berarti lebar lubangnya= 1 inchi / 200= 0,127 mm.

Gambar 9.

Coal fineness test

2.6. Hardgrove Grindability Index

Hardgrove Grindability Index(HGI) adalah angka yang menunjukkan kekerasan suatu batubara untuk digiling pada Mill pulverizer. pulverizer. Metode Hardgrove adalah standard yang diterima dan ASME standard D 409 adalah Grindability batubara yang menggunakan metode mesin

Hardgrove. Karena metode tersebut diatas,maka angka kekerasan batubara

78

Page 79: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

sering juga disebut angka HGI.

Semua jenis batubara mempunyai angka HGI antara 35 sampai 110:

Angka semakin tinggi berarti semakin mudah digiling (semakin lunak)

Angka semakin kecil berarti semakin keras.

Rata-rata angka HGI adalah antara 50-55

79

Page 80: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gambar 10.

Typical fineness / hubungan Kapasitas

SISTEM PROTEKSI SUHU PADA MILL

Mil melakukan start ketka kondisi temperature menunjukkan pada 53c– 65c dan

beberapa kondisi yang mendukung telah terpenuhi seperti pada gambar di bawah :

80

Page 81: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gb kondisi mill untuk start permit dan first out.

Pada mill terdapat sensor suhu untuk memproteksi keadaan mill kapan waktu untuk

memulai proses dan kapan terjadi trip sehingga keadaan mill akan aman, pada temperature

51 derajat celcius sensor akan mengirim sinyal alaram dan kondisi ini dapat dipantau

melalui DCS pada ruang kontrol sehingga dapat dilakukan langkah-langkah untuk

menghindari mill dalam kondisi trip pada temperature71 derajat celcius.

81

Page 82: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

Gb kondisi mill pada DCS.

82

Page 83: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian materi dan hasil pengamatan selama melaksanakan Praktek Kerja

Industri dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

PLTU 1 JATIM UBJOM Pacitan mempunyai kapasitas sebesar 2x315 MW

Fan digunakan dalam peningkatan efisiensi pembangkit karena fan dapat

memaksimalkan tenaga dorong pada saluran inlet bahan bakar, menghemat bahan

bakar dan membantu pembakaran agar prosesnya sempurna.

PLTU 1 Jawa Timur Pacitan menggunakan dua buah mill masing-masing satu

mill pada unit.

Saran

Selama menjalankan Kerja Praktek Industri kurang lebih 1 bulan, penulis mendapat pengetahuan baru tentang proses-proses yang terjadi di sebuah pembangkit, khususnya PLTU 1 Jatim UBJOM Pacitan. Maka demi kemajuan bersama penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

Untuk dapat mengetahui dan mengamati dengan cepat dan akurat proses yang terjadi dilapangan, diperlukan akses data-data dan sumber informasi, sehingga akan menghasilkan sistem operasi yang tepat.

Bagi mahasiswa yang kerja praktek selanjutnya agar lebih proaktif.

83

Page 84: LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PROTEKSI SUHU PADA

DAFTAR PUSTAKA

Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: ITB Press.

Irwin Lazar, “Electrical System Analysis & Design for Industrial Plant”, Mc-Graw Hill Book Company.

PT. PLN (Persero). 1997. Kursus Pengoperasian Unit PLTU (modul 3/OP). Jakarta: PLN.

PT. PJBS .2007. Coal Handling System Technical Write Up for 1750 TPH Ship Unloader. Rembang: PLN.

PT. PJBS. 2009. Modul Dasar Operasi Ship Unloader. Rembang: PLN.

PT. PLN (Persero). 2011. Sistem PLTU. Jakarta: PLN.

Arindya, Radita. 2014. Instrumentasi dan Kontrol Proses. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lira, Carl., 2013, Brief History of Steam Engine, www.egr.msu.edu/~lira/supp/steam/, diakses tanggal 3 Februari 2015.

84