laporan kelompok 6 layanan kesehatan rujukan

50
LAPORAN KELOMPOK LAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Blok Primary Health Care Kelompok 6 Reguler : Eka Aditya Mahardika 135070200111022 Artarini Dwiprema Lestari 135070200111024 Nurul Aisyiyah Puspitarini 135070200111025 Putri Dewi Arumsari 135070201111001 Putri Perdana Sari 135070201111026 Dwi Kurnia Sari 135070201111003 Taramita Purbandari 135070201111024 Wahyu Nur Indahsah 135070201111027 Irfan Marsuq W.R 135070201111002 Finisiska Dwi Asti Rahayu 135070201111028 Ayu Meida Kartikasari 135070201111025 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: dian-zombiezombie-cyoners-pratiwi

Post on 02-Feb-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pelayanan kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

LAPORAN KELOMPOK

LAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Blok Primary Health Care

Kelompok 6 Reguler :

Eka Aditya Mahardika 135070200111022

Artarini Dwiprema Lestari 135070200111024

Nurul Aisyiyah Puspitarini 135070200111025

Putri Dewi Arumsari 135070201111001

Putri Perdana Sari 135070201111026

Dwi Kurnia Sari 135070201111003

Taramita Purbandari 135070201111024

Wahyu Nur Indahsah 135070201111027

Irfan Marsuq W.R 135070201111002

Finisiska Dwi Asti Rahayu 135070201111028

Ayu Meida Kartikasari 135070201111025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar

masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah

sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) “

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan”.

Sistem rujukan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan

kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab

secara timbal balik atas masalah- masalah yang timbul, baik secara

vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,

terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Tujuan

system rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi

pelayanan kesehatan secara terpadu (Safrudin, 2007).

Maka dengan diadakan system rujukan pelayanan kesehatan

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatang yang lebih

bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong

beresiko tinggi. Oleh karena itu kelancaran rujukan dapat menjadi faktor

yang menentukan untuk menurunkan angka kematian.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui mengenai teori

dan konsep layanan kesehatan rujukan

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui kebijakan pemerintah tentang system

rujukan

b. Dapat mengetahui tentang tingkatan pelayanan

kesehatan

Page 3: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

c. Dapat mengetahui tentang system rujukan nasional

d. Dapat mengetahui tentang tata cara rujukan

e. Dapat mengetahui tentang alur rujukan regional

f. Dapat mengetahui tentang hambatan dan tantangan

dalam system rujukan

1.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimana kebijakan pemerintang tentang system rujukan?

b. Bagaimana tingkatan pelayanan kesehatan?

c. Bagaimana system rujukan nasional?

d. Bagaimana tata cara rujukan?

e. Bagaimana alur rujukan regional

f. Bagaimana hambatan dan tantangan dalam system rujukan?

Page 4: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Kebijakan Pemerintah Tentang Sistem Rujukan

Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan

kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab

secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun

horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional

dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Diharapkan dengan adanya

sistem rujukan pasien dapat pertolongan pada fasilitas pelayanan

kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan,

selain itu dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.

Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan medis

dan rujukan kesehatan. Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan

yang dapat bersifat vertikal, horizontal atau timbal balik yang terutama

berkaitan dengan upaya penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang

bertujuan mendukungnya. Rujukan kesehatan adalah rujukan upaya

kesehatan yang bersifat vertikal dan horisontal yang terutama berkaitan

dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta upaya yang

mendukungnya.

Kebijakan pemerintah mengenai sistem rujukan di Indonesia sudah

banyak diatur dalam UU RI, peraturan pemerintah maupun keputusan

menteri yang berkaitan dengan sistem rujukan. Definisi dari sistem rujukan

telah ditetapkan antara lain dalam:

a. Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran, pasal 51 yang berbunyi, ‘’Dokter atau dokter gigi

dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai

kewajiban merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang

mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila

tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.’’

Page 5: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004

Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, yang berbunyi, “Rujukan

adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus

penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan

secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata

sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan

kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar

sarana pelayanan kesehatan yang sama.”

c. UU no 44 tahun 2009 pasal 42 tentang Rumah Sakit, yaitu bahwa

“sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang

mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal

balik baik vertikalmaupun horizontal, maupun struktural dan

fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit

atau permasalahan kesehatan.”

d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang

Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan bab III bagian

ke satu pasal 3, yang berbunyi, “Sistem Rujukan pelayanan

kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab

pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun

horizontal.” Serta pada pasal 4, yaitu:

Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang,

sesuai kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan

tingkat pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan

atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan

atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau

tingkat pertama.

Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke

dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan

tingkat pertama.

Page 6: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),

ayat (3), dan ayat (4) dikecualikan pada keadaan gawat

darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan

pasien, dan pertimbangan geografis.

2.2Tingkatan Pelayanan Kesehatan

Tingkatan pelayanan kesehatan perorangan

a. Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)

Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah pelayanan

kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan

sebagai proses awal pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan

perorangan primer memberikan penekanan pada pelayanan

pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan

dan pencegahan, termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran dan

gaya hidup sehat (healthy life style).

b. Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder adalah pelayanan

kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan

kesehatan perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus,

spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke

fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk. Pelayanan kesehatan

perorangan sekunder dilaksanakan oleh dokter spesialis atau

dokter yang sudah mendapatkan pendidikan khusus dan

mempunyai izin praktik serta didukung tenaga kesehatan lainnya

yang diperlukan. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder

dilaksanakan di tempat kerja maupun fasilitas pelayanan kesehatan

perorangan sekunder baik rumah sakit setara kelas C serta fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya milik Pemerintah, Pemerintah

Daerah, masyarakat, maupun swasta.

c. Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT)

Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan

subspesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat

Page 7: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.

Pelaksana pelayanan kesehatan perorangan tersier adalah dokter

subspesialis atau dokter spesialis yang telah mendapatkan

pendidikan khusus atau pelatihan dan mempunyai izin praktik dan

didukung oleh tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan.

Pelayanan kesehatan perorangan tersier dilaksanakan di rumah

sakit umum, rumah sakit khusus setara kelas A dan B, baik milik

Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun swasta yang mampu

memberikan pelayanan kesehatan subspesialistik dan juga

termasuk klinik khusus, seperti pusat radioterapi.

Tingkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP)

Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan

peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan

pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer menjadi

tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada

Puskesmas, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya

yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

dan/atau masyarakat.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS)

Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima rujukan

kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat primer dan

memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan sumber

daya manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan kesehatan

masyarakat tersier. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

masyarakat sekunder menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya, yakni

melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak

sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan kesehatan

Page 8: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

masyarakat primer. Dalam penanggulangan penyakit menular yang

tidak terbatas pada suatu batas wilayah administrasi pemerintahan

(lintas kabupaten/ kota), maka tingkat yang lebih tinggi (provinsi)

yang harus menanganinya.

c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT)

Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima rujukan

kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat sekunder dan

memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, sumber daya

manusia kesehatan, dan rujukan operasional, serta melakukan

penelitian dan pengembangan bidang kesehatan masyarakat dan

penapisan teknologi dan produk teknologi yang terkait. Pelaksana

pelayanan kesehatan masyarakat tersier adalah Dinas Kesehatan

Provinsi, unit kerja terkait di tingkat provinsi, Kementerian

Kesehatan, dan unit kerja terkait di tingkat nasional.

Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh setiap negara tidaklah

sama, namun secara umum, pelayanan kesehatan di Indonesia dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary health care)

Pelayanan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang

bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar

masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan tingkat

pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

Pelayanan ini yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat

dasar dan dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh:

Dokter Umum (Tenaga Medis)

Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)

Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan

kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling

depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka

mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan. Primary health

Page 9: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang sebagian

besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang

berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan sifatnya

berobat jalan (Ambulatory Services)

Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.

b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary health care)

Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan

yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk

menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya tenaga-tenaga

spesialis.

Pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala

pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan

kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health

care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan

perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai

tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan

rumah sakit kelas A.

Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:

Dokter Spesialis

Dokter Subspesialis terbatas

Pelayanan kesehatan sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan

rawat (inpantient services)

Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.

c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary health care)

Pelayanan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat

lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga

subspesialis.

Pelayanan Kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan

subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan

dilakukan oleh:

Dokter Subspesialis

Dokter Subspesialis Luas

Page 10: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Pelayanan kesehatan sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan

atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi)

Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif

adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang

lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak

jatuh sakit agar terhindar dari penyakit.

Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju

pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih

penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan

peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan

kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga

bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang

secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan

kesehatan.

2.3Sistem Rujukan Nasional

Tujuan Rujukan

Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan

antara lain :

a. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan

sebaik-baiknya.

b. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan

laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih

lengkap fasilitasnya.

c. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of

knowledge & skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat

pendidikan dan daerah perifer

Page 11: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan

umum dan khusus, antara lain :

d. Umum :

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang

didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka

memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna.

e. Khusus :

Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat

kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.

Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat

preveventif secara berhasil guna dan berdaya guna.

Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam

Permenkes No. 01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan

merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur

pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan

secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal. Sederhananya, sistem

rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan

gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk

bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,

kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-

sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila

pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis

tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat

pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor

pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini

akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani

dengan tepat.

Page 12: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien :

a. Pada rujukan penderita gawat darurat, batas wilayah administrasi

(geografis) dapat diabaikan karena yang penting adalah penderita

dapat pertolongan yang cepat dan tepat.

b. Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat

dilaksanakan sesuai dengan prosedur rujukan yang biasa sesuai

hierarki fasilitas pelayanan.

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel Alur rujukan.

KRITERIA RS RUJUKAN NASIONAL DAN REGIONAL

(Kepmenkes HK.02.02/MENKES/390/2014 dan

HK.02.02/MENKES/391/2014

NO KRITERIA RS NASIONALRS REGIONAL /

PROP

RS KAB /

KOTA

1Penetapan

peraturan

Menteri

KesehatanGubernur

Bupati /

walikota

2 Akses

rujukan

Rujukan lintas

provinsi

/mengampu

sekurangnya 4

Rujukan lintas

kabupaten

/mengampu

sekurangnya 4

Rujukan

lintas

kecamatan

Page 13: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

provinsi kabupaten/ kota

3 Kelas RSA & RS

Pendidikan

B & RS

PendidikanC dan D

4 AkreditasiParipurna, JCI /

Kelas duniaMinimal Utama

Madya/

Dasar

5Transporta

si

Memiliki akses

darat, udara

dan air min. dari

4 Provinsi

Memiliki akses

darat, udara dan

air min. dari 4

kabupaten

Akses dari

kecamatan

6

Sistem

Remunera

si

+ +/- +/-

7Sister

Hospital

Dengan RS

bersertifikasi

akreditasi nas

dan/intenasiona

l LN

Dengan RS

Nasional/RS

Tersier lainnya

yg berstatus

akreditasi

Nas/Internasiona

l dalam negeri

Sister

Hospital dg

RS

regional

8 UnggulanMin. 2 layanan

subspesialisspesialistik

Sesuaikan

dengan

Permenkes

56/2014

9 AnggaranPusat dan

Pemda terpilih

Pusat dan

PemdaPemda

10Jumlah

Penduduk

Provinsi dengan

kategori

penduduk padat

Menyesuaikan -

11 Evaluasi Setiap 5 th Setiap 5 th Sesuai

Page 14: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Pemda

RS RUJUKAN NASIONAL RS RUJUKAN REGIONAL

Menjadi rumah sakit rujukan

nasional sebagai pengampu

rujukan medik dari rumah sakit

regional sesuai ketentuan yang

berlaku;

melakukan rujuk balik sesuai

indikasi dan ketentuan yang

berlaku;

mengembangkan layanan

unggulan subspesialistik sesuai

klasifikasi dan jenis rumah sakit;

menyusun standar prosedur

operasional rumah sakit dengan

sistem rujukan dari rumah sakit

regional jejaringnya;

menyiapkan sumber daya

manusia, sarana, prasarana,

alat, bahan,

fasilitasdansisteminformasiyang

mendukung pelayanan sebagai

rumah sakit rujukan nasional

sesuai standar;

mengembangkan Health

Technology Assesment/HTA

khususnyapenapisan

teknologitepatgunasecaraaktif di

wilayahsekitarnyadenganmengu

Menjadi rumah sakit rujukan

regional sebagai pengampu

rujukan medik dari rumah

sakit kabupaten/kota sesuai

ketentuan yang berlaku;

Melakukan rujuk balik sesuai

indikasi dan ketentuan yang

berlaku;

Mengembangkan layanan

unggulan spesialistik sesuai

klasifikasi dan jenis rumah

sakit;

Menyusun standar prosedur

operasional rumah sakit

dengan sistem rujukan yang

merupakan kolaborasi dari

jejaring fasilitas pelayanan

kesehatan di

kabupaten/kota;

Menyiapkan sumber daya

manusia, sarana, prasarana,

alat, bahan, fasilitas dan

sistem informasi yang

mendukung pelayanan

sebagai rumah sakit rujukan

regional sesuai standar;

Merupakan jejaring

Page 15: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

tamakanprodukdalamnegeriterm

asukmenggunakanrisetberbasis

pelayanan;

penguatanpenerapanhospital

bylaws/peraturan internal

rumahsakit yang

menjadilandasantransparansi,

akuntabilitas,

etikadanhukumkesehatan di

rumahsakit;

penerapan Health

Technology Assesment/HTA

khususnya penapisan

teknologi tepat guna secara

aktif di wilayah sekitarnya

dengan mengutamakan

produk dalam negeri

termasuk menggunakan riset

berbasis pelayanan;

Penguatan penerapan

hospital bylaws/peraturan

internal rumah sakit yang

menjadi landasan

transparansi, akuntabilitas,

etika dan hukum kesehatan

di rumah sakit;

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan

medik dan rujukan kesehatan.

a. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi

upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).

Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis

(jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit

umum daerah. Jenis rujukan medik:

Transfer of patient : Konsultasi penderita untuk keperluan

diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.

Transfer of specimen : Pengiriman bahan untuk pemeriksaan

laboratorium yang lebih lengkap.

Transfer of knowledge/personel : Pengiriman tenaga yang lebih

kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan

pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke

daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan

Page 16: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan

demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman

petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang

lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan

mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang

diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan

(transfer of personel).

b. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan

pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap.

Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan

promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik

konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan

masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit

Kesehatan Kerja). Dan Rujukan ini berkaitan dengan upaya

pelayanan kesehatan dalam pencegahan penyakit dan peningkatan

derajat kesehatan. Rujukan ini dibedakan menjadi tiga yaitu :

Rujukan teknologi

Rujukan sarana

Rujukan Operasional

Rujukan dibagi dlm rujukan medik/perorangan yg berkaitan dgn

pengobatan & pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, &

pengetahuan tentang penyakit; serta rujukan kesehatan dikaitkan dgn

upaya pencegahan & peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi,

dan operasional.

Page 17: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal

dan rujukan eksternal.

a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit

pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring

puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.

b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit

dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari

puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal

(dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan

kesehatan yang berbeda tingkatan.

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke

tingkatan yg lebih tinggi dilakukan apabila:

Page 18: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

o Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau

subspesialistik;

o Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan

sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan

fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

o Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi

ke tingkatan yg lebih rendah dilakukan apabila:

o Permasalahan pasien dpt ditangani oleh tingkatan

pelayanan yg lebih rendah sesuai dgn kompetensi dan

kewenangannya;

o Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama

atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;

o Pasien memerlukan pelayanan lanjutan yg dpt ditangani oleh

tingkatan pelayanan yg lebih rendah & untuk alasan

kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;

dan/atau

o Perujuk tdk dpt memberikan pelayanan kesehatan sesuai

dgn kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,

prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan

kesehatan dalam satu tingkatan.

Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau

ketenagaan yg sifatnya sementara atau menetap.

Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat awam adalah

pemahaman masyarakat tentang alur ini sangat rendah

sehingga sebagian mereka tidak mendapatkan pelayanan yang

sebagaimana mestinya. Masyarakat kebanyakan cenderung

mengakses pelayanan kesehatan terdekat atau mungkin paling

murah tanpa memperdulikan kompetensi institusi ataupun

operator yang memberikan pelayanan.

Page 19: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Manfaat sistem rujukan

Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker),

manfaat sistem rujukan adalah membantu penghematan dana, karena

tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada

setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan,

karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang

tersedia; memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek

perencanaan.

Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health

consumer), manfaat sistem rujukan adalah meringankan biaya

pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara

berulang-ulang; mempermudah masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang

setiap sarana pelayanan kesehatan.

Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan

keseahatan (health provider), manfaat sistem rujukan adalah memperjelas

jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya

seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin;

memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana

kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

Dalam membina sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa

hal:

a. Regionalisasi

Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan system

rujukan. Pembagian wilayah ini didasarkan atas pembagian wilayah

secara administrative, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi

atau mudahnya system rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga

agar pusat system rujukan mendapat arus penderita secara

merata. Tiap tingkat unit kesehatan diharapkan melakukan

penyaringan terhadap penderita yang akan disalurkan dalam

Page 20: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

system rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit kesehatan

tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih mampu.

b. Penyaringan (screening)

Oleh tiap tingkat unit kesehatan. Tiap unit kesehatan diharapkan

melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan disalurkan

dalam system rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit

kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih

mampu

c. Kemampuan unit kesehatan dan petugas.

Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan

peralatannya. Walaupun demikian diharapkan mereka dapat

melakukan keterampilan tertentu. Khususnya dalam perawatan ibu

dijabarkan keterampilan yang masing-masing diharapkan dari unit

kesehatan, beserta petugasnya.

2.4Tata Cara Rujukan

a. Tata cara melakukan rujukan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan

Pelayanan Kesehatan Perorangan kesehatan

Pasal 7

o Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal

o Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang

berbeda tingkatan.

o Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu

tingkatan.

o Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke

tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Pasal 8

Page 21: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena

keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang

sifatnya sementara atau menetap.

Pasal 9

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke

tingkatan pelayanan yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:

o Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau

sub spesialistik;

o Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan

sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan

fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

Pasal 10

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke

tingkatan pelayanan yang lebih rendah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:

o permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh

tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai

dengan kompetensi dan kewenangannya;

o kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama

atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;

o pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat

ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih

rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan

pelayanan jangka panjang; dan/atau

o perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan

sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan

sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

Pasal 11

Page 22: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

o Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk

pasien bila keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan

memerlukannya, kecuali dengan alasan yang sah dan

mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.

o Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah pasien tidak dapat ditransportasikan atas alasan

medis, sumber daya, atau geografi.

Pasal13

Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:

o Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan

stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai

dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien

selama pelaksanaan rujukan;

o Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan

memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima

pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan

o Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan

kepada penerima rujukan.

Pasal 14

Dalam komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

huruf b, penerima rujukan berkewajiban:

o Menginformasikan mengenai ketersediaan sarana dan

prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga

kesehatan; dan.

o memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.

Pasal 16

o Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi

pasien dan ketersediaan sarana transportasi.

o Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus

harus dirujuk dengan ambulans dan didampingi oleh tenaga

kesehatan yang kompeten.

Page 23: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

o Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan

kesehatan perujuk, rujukan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), dapat dilakukan dengan menggunakan alat

transportasi lain yang layak.

Pasal 17

o Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima

oleh penerima rujukan.

o Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan

pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan.

o Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada

perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah

selesai memberikan pelayanan.

b. Tata cara pelaksanaan system rujukan berjenjang menurut

BPJS

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara

berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:

o Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh

fasilitas kesehatan tingkat pertama

o Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka

pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua

o Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder

hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes primer.

o Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya

dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan

faskes primer.

Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk

langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah

ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan

pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.

Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan

dalam kondisi:

Page 24: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

o Terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan

mengikuti ketentuan yang berlaku

o Bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat dan atau Pemerintah Daerah

o Kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus

yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi

tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan

lanjutan d

o Pertimbangan geografis; dan

o Pertimbangan ketersediaan fasilitas

Pelayanan oleh bidan dan perawat

o Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat

memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

o Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke

dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan

tingkat pertama kecuali

o Dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan

kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter

dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat

pertama

Rujukan Parsial

o Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke

pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka

menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang

merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes

tersebut.

o Rujukan parsial dapat berupa:

pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan

penunjang atau tindakan

pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang

Page 25: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

o Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka

penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan

perujuk.

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang :

a. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanankan secara

berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu :

Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas

kesehatan tingkat pertama.

Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien

dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.

Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya

dapat diberikan atas rujukan dari faskes primer.

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya

dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes

primer.

b. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung

ke faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan

diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang

dan hanya tersedia di faskes tersier.

c. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam

kondisi :

Terjadi keadaan gawat darurat ; kondisi kegawatdaruratan

mengikuti ketentuan yang berlaku.

Bencana ; kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah.

Kekhususan permasalahan kesehatan pasien ; untuk kasus

yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut

hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan.

Pertimbangan geografis ; dan

Pertimbangan ketersediaan fasilitas.

d. Pelayanan oleh bidan dan perawat

Page 26: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Dalam keadaaan tertentu, bidan atau perawat dapat

memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke

dokterdan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat

pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan

permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar

kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan

kesehatan tingkat pertama.

e. Rujukan parsial

Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke

pemberi pelayanan kesehatan lain atau spesimen ke pemberi

pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis

atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian

perawatan pasien di fasilitas kesehatan tersebut.

Rujukan parsial dapat berupa ;

o Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang

atau tindakan.

o Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang.

Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka

penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

2.5 Alur Rujukan Regional

Regionalisasi sistem rujukan adalah pengaturan sistem rujukan dengan

penetapan batas wilayah administrasi daerah berdasarkan kemampuan

pelayanan medis, penunjang, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang terstruktur

sesuai dengan kemampuan, kecuali dalam kondisi emergency dan kemudahan

akses.

Wilayah cakupan rujukan (wilayah rujukan regional) adalah pengaturan

wilayah berdasarkan kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan yang

terstruktur untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dimilikinya

Page 27: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

dengan efektif dan efisien. Penentuan regionalisasi fasilitas pelayanan

kesehatan ditetapkan sesuai kondisi dan kebutuhan.

a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) adalah fasilitas

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan

yang bersifat spesialistik (sekunder) atau sub spesialistik (tersier)

yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat

lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus, dapat berupa

klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum, rumah sakit

khusus.

b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah fasilitas

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan

yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi rawat jalan dan

rawat inap, dapat berupa Puskesmas atau yang setara, praktek

dokter, praktek dokter gigi, klinik pratama, rumah sakit kelas D

pratama atau yang setara.

Page 28: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

1) Penjelasan Skema Alur Rujukan Regional Provinsi Jawa Timur

adalah sebagai berikut :

Alur rujukan ini mengatur rujukan vertikal, rujukan horisontal dan

rujukan balik dalam sistem rujukan antar rumah sakit sebagai

fasilitas kesehatan (Faskes);

Sistem rujukan regional dilakukan secara berjenjang dari

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ke Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL);

Rujukan akhir dalam sistem rujukan regional ini adalah rumah

sakit rujukan nasional;

Dalam kondisi normal, masyarakat yang membutuhkan Faskes,

harus terlebih dahulu menuju FKTP;

Jika FKTP tidak memiliki memiliki kemampuan dan secara

medis pasien membutuhkan pelayanan lanjutan, FKTP wajib

merujuk secara horisontal ke FKTP atau secara vertikal ke

FKTL yang memiliki kemampuan dan memiliki pelayanan yang

dibutuhkan pasien;

FKTL dibagi dalam 4 kelompok yaitu : rumah sakit di

kabupaten/kota, rumah sakit regional dan rumah sakit rujukan

provinsi serta rumah sakit rujukan nasional;

Rujukan dari FKTP ke FKTL secara vertikal, dilakukan secara

berjenjang dari FKTP ke rumah sakit di kabupaten/kota, dari

rumah sakit di kabupaten/kota ke rumah sakit regional dan dari

rumah sakit regional ke rumah sakit rujukan provinsi selanjutnya

terakhir ke rumah sakit rujukan nasional, atau sebaliknya sesuai

dengan kondisi rumah sakit dan permasalahan kesehatan

pasien;

Jika FKTL tidak memiliki kemampuan dan secara medis pasien

membutuhkan pelayanan lanjutan, FKTL dapat melakukan

rujukan horisontal sesama FKTL;

Dalam kondisi tertentu, yaitu gawat darurat, bencana,

kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan

Page 29: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas, masyarakat

dapat mengakses fasilitas kesehatan tanpa melalui prosedur

rujukan regional yang ada.

2) Kriteria Rumah Sakit Regional Provinsi Jawa Timur

Rumah sakit regional harus mempunyai kemampuan pelayanan

paling tinggi dan memiliki kelas yang lebih tinggi dari rumah

sakit disekitarnya yaitu minimal kelas B. Kelas rumah sakit

tersebut harus sesuai dengan persyaratan yang terdapat di

peraturan yang berlaku;

Rumah sakit regional merupakan rumah sakit

pendidikan/jejaring pendidikan;

Bagi Rumah Sakit Pemerintah harus berstatus Badan Layanan

Umum (BLU) Penuh;

Telah terakreditasi dan akreditasinya masih berlaku;

Memiliki dokter spesialis dasar (bedah umum, anak, penyakit

dalam serta kebidanan dan kandungan) melebihi standar

minimal kelas B;

Memiliki dokter spesialis penunjang (anastesi, patologi anatomi,

patologi klinik, radiologi dan rehabilitasi medis) melebihi standar

minimal kelas B;

Memiliki ruang kamar operasi (OK) minimal 5 ruang;

Ruang ICU pada level sekunder dengan penanggung jawab

SpAnKIC;

IGD sudah level 3 yang didukung sistem manajemen IGD yang

baik (terutama jadwal jaga dokter spesialis), lebih diutamakan

jika terdapat dokter jaga spesilis di IGD (on-site);

Ada pernyataan kesanggupan dan kesediaan dari Pemerintah

Daerah melalui Direktur Rumah Sakit untuk mengembangkan

fasilitas dan pelayanan rumah sakit;

Memiliki kemudahan akses dari berbagai rumah sakit di

kabupaten/kota sekitarnya

Page 30: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

Contoh :

Mulai 1 januari 2014 peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial) Kota Pasuruan, tidak bias langsung dirujuk ke Rumah Sakit besar

atau Rumah Sakit tipe A. menyusul keluarnya SK Gubernur

188/766/KPTS/013/2013 tentang Pelaksanaan Regional Sistem Rujukan

Provinsi Jawa Timur Dalam SK itu disebutkan, rujukan untuk peserta

BPJS hanya bias naik satu kelas rumah sakit. Artinya RSUD dr R.

Soedarsono yang tipe C, hanya dapat merujuk pasien ke rumah sakit tipe

B, salah satunya adalah ke RSUD Sidoarjo

Asisten I Pemerintah Kota Pasuruan Setyohadi mengatakan, peraturan

itu turut mengubah system rujukan di RSUD dr R. Soedarsono. Pasien

yang biasanya dirujuk ke RS Dr Soetomo Surabaya, sekarang tidak bias

lagi.

Sebagai gantinya, pasien harus dirujuk ke rumah sakit tipe B “karena

RSUD dr R. Soedarsono bertipe C, maka hanya bias dirujuk ke rumah

sakit dengan tipe B yaitu RSUD Sidoarjo” jelasnya.

Mesti demikian, menurut Setyohadi, pasien tetap bias dirujuk ke rumah

sakit tipe A seperti RS Saiful Anwar Malang atau RS Dr Soetomo

Surabaya. Hanya biaya rujukan ditanggung sendiri oleh pasien “ tidak

ditanggung BPJS lagi” lanjutnya.

Dengan peraturan ini, nantinya pasienyang tidak tertanganidi rumah

sakit tipe Bbaru bias dirujuk ke rumah sakit tipe A.

“Sulitnya tidak bisa langsung ke rumah sakit besar yang

fasilitasnyajuga lebih lengkap jadi harusharus ke RSUD Sidoarjodulu baru

kalau tidak bisadirujuk ke DR Soetomo”

Dijelaskan Setyohadi peraturan ii diberlakukan bersanaan dengan

mulai berlakunya BPKS. Sayangnya selama dua hari pertama pertaruran

ini berlaku, pasien RSUD dr R Soedarsono yang dirujuk ke RSUD

Sidoarjo malah mendapat masalah.

RSUD Sidoarjo malah menolak pasien rujukan dari RSUD dr R.

Soedarsono. Sebabnya RSUD dr R. Soedarsono belum punya perjanjian

kersa sama (PKS) dengan RSUD Sidoarjo.

Page 31: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

“Karena memang kita belum ada PKS atau perjanjian kerja sama

dengan RSUD Sidoarjo, jadi pasien yang dirujuk ke sana ditolak.” Ujarnya

Artinya pemkot melobi rumah sakit. Yakni, meminta pasien tersebut

diterima sampai dibuat perjanjian kerja sama antara RSUD Sidoarjo

dengan RSUD dr R. Soedarsono. Pasien akhirnya diterima dan dirawat di

RSUD Sidoarjo

Namun SK gubernur ini tidak berlaku bagi pasien jiwa. Pasien

gangguan jiwa dapat langsung dirujuk ke RS jiwa yang ada di lawang,

kendati bertipe A.

2.6Hambatan dan Tantangan dalam Sistem Rujukan

Sebagus apapun suatu sistem yang dijalankan, tentu tidak serta merta

dapat dinyatakan bahwa sistem tersebut sempurna. Hal yang sama juga

terjadi dalam pelaksanaan sistem rujukan kesehatan. Beberapa kendala

tersebut dapat meliputi :

- Kompetensi pegawai di sarana pelayanan kesehatan rujukan

- Kendala geografis

- Ketersediaan BBM

- Kelengkapan administrasi rujukan

- Ketersediaan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan primer

- Kemampuan diagnosis dokter

Masalah kompetensi tenaga kesehatan. Kesiapan fasilitas kesehatan

primer dalam pemberian layanan kesehatan sangat penting dalam sektor

kesehatan. Salah satu strategi yang penting untuk meningkatkan kesiapan

fasilitas kesehatan adalah dengan melakukan pelatihan kepada tenaga

kesehatan untuk meningkatkan kompetensi. Perbaikan kompetensi ini

akan sangat menunjang tugas-tugas pelayanan termasuk di dalamnya

penanganan rujukan jika terjadi komplikasi. Dalam konteks menurunkan

angka kematian ibu, maka pelatihan yang terkait dengan penanganan

komplikasi obstetri sangat penting. Salah satu cara untuk meningkatkan

kualitas sistem rujukan adalah dengan pelatihan bagi tenaga kesehatan

yang bekerja pada bagian yang berkaitan langsung dengan layanan

Page 32: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

kesehatan baik di tingkat pelayanan kesehatan primer maupun di rumah

sakit.

Faktor yang mempengaruhi akses masyarakat ke rumah sakit adalah

faktor geografi. Dalam arti fisik, kendala geografis di darat berhubungan

erat dengan kondisi jalan, ketersediaan transportasi dan pengaruh musim

atau cuaca. Semakin jauh jarak secara geografis, maka pengorbanan

biaya dan waktu menjadi semakin besar. Oleh karena itu, dalam

mengembangkan sistem rujukan yang optimal perlu bekerja sama dengan

sektor lain untuk memperbaiki sarana dan prasarana transportasi. Dengan

demikian, untuk transportasi darat, pemerintah daerah perlu bekerja sama

dengan Dinas Pekerjaan Umum terutama dalam mengadvokasi prioritas

pembangunan prasarana wilayah tertentu yang kebutuhan akan layanan

kesehatannya tinggi.

Support system adalah komponen penting terutama dalam transportasi

rujukan. Support system rujukan memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap pelaksanaan rujukan. Support system dalam hal ini terutama

ketersediaan bahan bakar minyak. Kelangkaan atau tidak tersedianya

BBM akan melumpuhkan sistem rujukan. Oleh karena itu, pemerintah

daerah harus dapat menjamin ketersediaan BBM untuk layanan

kesehatan. Untuk hal itu, maka kerjasama dengan pihak penjual minyak

atau pun dengan agen pemasok minyak perlu ditingkatkan.

Page 33: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pelayanan kesehatan merupakan sebuah konsep dimana

konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Melalui

system ini diharapkan kualitas kesehatan khususnya di Indonesi dapat

meninkat. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia meliputi salah

satunya adalah system rujukan. Sistem rujukan adalah suatu system

penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang

atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau

masalah kesehatan, secara vertikan dalam arti dan unit yang terkecil atau

berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara

horizontal dan vertikal dalam arti antar unit-unit yang setingkat

kemampuannya. Diharapkan dapat lebih efektif dan tepat sasaran.

3.2 Saran

Bagi perawat perlu memahami tentang konsep pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan aturan pelayanan kesehatan

sehingga dapat melakukan pelayanan kesehatan yang baik dan

bermutu

Bagi klien serta keluarga agar dapat secara mandiri berpartisipasi,

meningkatkan dan memelihara kesehatan dan perilaku agar tujuan

dan program pembangunan kesehatan bias berjalan dengan

semestinya

Bagi institusi pendidikan terhadap pengetahuan secara

berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara formal dan informal

khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan komunitas,

dengan harapan dapat mengajarkan cara memberikan pelayanan

asuhan keperawatan komunitas sesuai standar asuhan

keperawatan dank ode etik.

Page 34: Laporan Kelompok 6 Layanan Kesehatan Rujukan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN

KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. (Online).

http://www.depkes.go.id/resources/download/general.pdf. Diakses

pada tanggal 8 Oktober 2015.

Anonim. 2014. Sistem Rujukan Puskesmas DKI. Online: http://sistem-

rujukan-puskesmas-dki.net/ . diakses tanggal 08 oktober 2015

Depkes RI. Sistem Rujukan Terstruktur dan Berjenjang dalam Rangka

Menyongsong Jaminan Kesehatan Nasional (Regionalisasi

Sistem Rujukan). Online. http://buk.depkes.go.id. Diakses tanggal

09 oktober 2015.

DINKES PEMPROV NTB. 2011. Petunjuk Teknis Sistem Rujukan

Pelayanan Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (online).

Diakses dari http://www.batukarinfo.com/ diakses pada tanggal 09

oktober 2015.

Luti, Ignasius, Hasanbasri, Mubasysyir, Lazuardi, Lutfan. 2012. JURNAL

KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA : KEBIJAKAN

PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN SISTEM

RUJUKAN KESEHATAN DAERAH KEPULAUAN DI

KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU. (online)

jurnal.ugm.ac.id. diakses pada tanggal 8 Oktober 2015