laporan kegiatan pengabdian pada...

22
1 LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN UNTUK MASYARAKAT PERDESAAN DI KECAMATAN NGAGLIK BAGIAN UTARA KABUPATEN SLEMAN Oleh: Suhadi Purwantoro, M.Si. Bambang Syaeful Hadi, M.Si. Nurul Khotimah, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007 Kegiatan PPM Dosen ini dibiayai dengan Dana DIK FISE UNY Nomor Kontrak: 737/H34.14/PM/2007 Tanggal 1 Mei 2007

Upload: doliem

Post on 24-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

LAPORAN

KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

(PPM) DOSEN

PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN

UNTUK MASYARAKAT PERDESAAN DI KECAMATAN NGAGLIK

BAGIAN UTARA KABUPATEN SLEMAN

Oleh:

Suhadi Purwantoro, M.Si.

Bambang Syaeful Hadi, M.Si.

Nurul Khotimah, M.Si.

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2007

Kegiatan PPM Dosen ini dibiayai dengan Dana DIK FISE UNY

Nomor Kontrak: 737/H34.14/PM/2007

Tanggal 1 Mei 2007

2

A. Judul Kegiatan : PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

SUMUR RESAPAN UNTUK MASYARAKAT

PERDESAAN DI KECAMATAN NGAGLIK BAGIAN

UTARA KABUPATEN SLEMAN

B. Ketua : Suhadi Purwantoro, M.Si.

C. Anggota : 1. Bambang Syaeful Hadi, M.Si.

2. Nurul Khotimah, M.Si.

D. Hasil Evaluasi:

1. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat sudah/belum*)

sesuai dengan rancangan yang tercantum dalam proposal

pengabdian masyarakat.

2. Sistematika laporan sudah/belum*) sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam Buku Pedoman PPM Universitas Negeri

Yogyakarta.

3. Hal-hal lain sudah/belum*) memenuhi persyaratan.

E. Kesimpulan:

Laporan dapat/belum*) diterima

Yogyakarta, 7 September 2007

Pemeriksa

BP-PPM

Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si.

NIP 130685299

3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan kesempatan kepada kami TIM PPM Dosen Jurusan

Pendidikan Geografi FISE Universitas Negeri Yogyakarta untuk

melaksanakan pengabdian pada masyarakat (PPM) sebagai salah satu

pengejawantahan dari tridarma perguruan tinggi. PPM yang dilaksanakan

berjudul PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN SUMUR

RESAPAN UNTUK MASYARAKAT PERDESAAN DI KECAMATAN

NGAGLIK BAGIAN UTARA KABUPATEN SLEMAN.

Kegiatan PPM tersebut dapat terlaksana berkat dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah kami

menyampaikan terima kasih kepada Yth.:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta

2. Dekan FISE Universitas Negeri Yogyakarta

3. Pimpinan LPM Universitas Negeri Yogyakarta

4. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi FISE UNY

5. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang

telah membantu terlaksananya kegiatan PPM ini.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini masih belum mencapai target

ideal karena keterbatasan waktu dan dana yang tersedia. Untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, menurut kami perlu kiranya dilakukan kegiatan

pengabdian masyarakat di lain waktu sebagai kelanjutan kegiatan tersebut.

Namun demikian, besar harapan kami semoga PPM ini dapat memberikan

manfaat. Amin.

Yogyakarta, 7 September 2007

Tim Pengabdian Pada Masyarakat

Ketua,

Suhadi Purwantoro, M.Si.

NIP 131571719

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

RINGKASAN KEGIATAN PPM .............................................................. v

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Analisis Situasi ................................................................... 1

B. Tinjauan Pustaka ............................................................... 3

C. Identifikasi dan Perumusan Masalah ................................. 8

D. Tujuan Kegiatan ................................................................. 9

E. Manfaat Kegiatan ............................................................... 9

BAB II. METODE KEGIATAN PPM ..................................................... 10

A. Khalayak Sasaran ............................................................. 10

B. Metode Kegiatan ............................................................... 10

C. Langkah-Langkah Kegiatan .............................................. 11

D. Faktor Pendukung dan Penghambat ................................. 11

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN PPM........................................... 13

A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan .............................................. 13

B. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan ....................... 14

BAB IV. PENUTUP................................................................................ 16

A. Kesimpulan ...................................................................... 16

B. Saran ............................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17

LAMPIRAN

5

PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN UNTUK MASYARAKAT PERDESAAN DI KECAMATAN NGAGLIK

BAGIAN UTARA KABUPATEN SLEMAN

Oleh: Suhadi Purwantoro, dkk

ABSTRAK

Pembuatan sumur resapan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kelestarian air tanah. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran penduduk tentang arti penting sumur resapan sebagai upaya konservasi air tanah dan mencegah banjir, serta pengetahuan dan keterampilan membuat sumur resapan yang berdaya guna tinggi, murah, dan mudah dikerjakan oleh penduduk merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan PPM ini. Pelatihan dan sosialisasi pembuatan sumur resapan dilakukan dengan metode ceramah disertai tanya jawab, dan demonstrasi. Metode ceramah diperlukan untuk menjelaskan konsep upaya pengelolaan dan kelestarian keberadaan sumber air serta sumur resapan secara umum, sedangkan tanya jawab untuk memberi kesempatan para peserta lebih memahami konsep sehingga bagi yang belum paham dapat menanyakan. Metode demonstrasi diperlukan untuk memperjelas proses pembuatan sumur resapan. Ketersediaan tenaga ahli yang memadai di Jurusan Pendidikan Geografi dan dana pendukung dari fakultas merupakan pendukung terlaksananya kegiatan PPM ini. Adapun kendala yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang sumur resapan karena latar belakang pendidikan yang bermacam-macam, mahalnya biaya operasional pembuatan sumur resapan, dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang kelestarian air tanah. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh peserta dari kegiatan PPM ini antara lain dapat memahami fungsi hutan, memahami fungsi kelestarian tanah, dan mengetahui teknik pembuatan sumur resapan beserta fungsi/manfaatnya.

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Krisis air di Pulau Jawa akan segera terjadi apabila tidak ada

ketegasan pemerintah dalam pengelolaan air. Kekhawatiran tentang

krisis air dapat terselesaikan apabila pemerintah bersama masyarakat

segera memberlakukan peraturan secara konsekuen tentang resapan

air hujan. Di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Semarang, dan

Surabaya, sudah menjadi kenyataan bahwa masyarakat kesulitan

mendapatkan air bersih. Air bersih yang sebagian besar berasal dari

air tanah melalui mata air dan sumur semakin kecil debitnya. Hal itu

terjadi karena berkurangnya areal resapan air hujan akibat permukaan

lahan yang telah tertutup oleh berbagai jenis penggunaan lahan,

semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kurangnya pengelolaan

air hujan.

Resapan air hujan alami semestinya dapat berupa hutan yang

ada di daerah tangkapan air hujan di suatu pulau. Idealnya jumlah

hutan di suatu pulau adalah seluas 30% dari luasnya. Di Pulau Jawa

jumlah hutan yang ada sekarang diperkirakan tinggal belasan persen.

Dengan kenyataan itu maka salah satu alternatif penanggulangan

krisis air dalam jangka pendek adalah pembangunan sumur resapan

air hujan.

Resapan air hujan berfungsi memasukkan air hujan langsung

ke tubuh air tanah sehingga air tanah selalu terjaga fungsi dan

kelestariannya. Di lain pihak air hujan tidak perlu semuanya menjadi air

limpasan (run-off) sehingga tidak akan menjadi sumber banjir

bandang. Semakin dalam sumur penduduk yang ada di perkotaan,

semakin seringnya banjir yang terjadi di wilayah dataran rendah,

merupakan ketidakseriusan pemerintah bersama masyarakat dalam

pengelolaan air.

7

Kenyataan menunjukkan semakin dalamnya sumur air tanah di

berbagai wilayah yang ada di perkotaan, baik di wilayah suburban

maupun urban. Di wilayah Kabupaten Sleman penurunan telah

mencapai 2-3 meter. Hal lain adalah semakin seringnya banjir lokal

yang melanda wilayah dataran sekitar Sleman bagian selatan. Gejala

tersebut terjadi karena semakin berkurangnya wilayah resapan air

hujan yang ada di wilayah topografi lereng atas (upper slope) dan

lereng tengah (middle slope) Merapi. Untuk itu di daerah wilayah

resapan air hujan (recharge area) dapat dibangun sumur resapan air

hujan. Permasalahannya hanya sedikit anggota masyarakat maupun

developer yang membangun rumah disertai dengan sumur resapan air

hujan. Menurut penelitian Purwantoro (2006) di daerah lereng Selatan

Merapi 89,29% anggota masyarakat tidak memiliki sumur resapan dan

60,72% tidak mengetahui manfaat sumur resapan untuk konservasi air

tanah. Anggota masyarakat yang mengetahui tentang sumur resapan

hanya 17,85%, bahkan 92,86% responden tidak berencana

membangun sumur resapan.

Untuk mengantisipasi permasalahan di atas maka sosialisasi

tentang pentingnya sumur resapan serta pelatihan pembuatan sumur

resapan sangat diperlukan agar kondisi yang akan datang tidak

semakin mengkhawatirkan. Kondisi saat ini Pemerintah Daerah

Istimewa Yogyakarta sudah berencana mengimpor air dari luar daerah,

yakni dari Magelang, namun apabila Pemerintah Daerah segera

mewajibkan kepada setiap rumah tangga untuk membangun sumur

resapan maka upaya mendatangkan air dari daerah lain tidak

diperlukan. Masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan banjir lokal

pada musim penghujan dengan adanya sumur resapan air hujan.

Berkaitan dengan latar belakang permasalahan tersebut, maka

diperlukan sosialiasi dan pelatihan pembuatan sumur resapan air

hujan di Sleman.

8

B. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Takeda (1997) air yang ada di bumi mencapai jumlah

kurang lebih antara 3 - 1,4 milyard km3 dengan distribusi sebagai

berikut: air laut (97,50%), salju dan es (1,75%), air di darat yang

meliputi air sungai danau dan air tanah (0,73%), dan air meteroit

berada di atmosfir (0,001%).

Air di bumi ini mengalami suatu siklus yang disebut dengan

siklus air (siklus hidrologi). Siklus ini dapat dimulai dari adanya

penguapan air yang ada di permukaan tanah, vegetasi dan permukaan

laut. Uap air tersebut kemudian mengalami kondensasi dan

membentuk awan, karena adanya beberapa proses maka terjadilah

hujan. Air hujan yang jatuh di daratan sebagian akan tertahan di

vegetasi dan sebagian lagi akan mencapai permukaan tanah. Air yang

mencapai ke permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam

tanah dan sebagian akan mengalir ke permukaan tanah menuju ke

sungai dan akhirnya ke laut, sedangkan air yang meresap ke dalam

tanah akan mengisi air tanah yang kemudian mengisi air sungai dan

bergerak ke laut.

1. Perairan Darat

Di daratan dapat dijumpai air yang berada di dalam tanah, air

yang mengalir di permukaan tanah (sungai), air yang menggenang di

permukaan tanah (danau, telaga, rawa) dan air yang ada di atmosfer

(air meteorit). Ilmu yang mempelajari perairan darat ini disebut dengan

hidrologi.

Ilmu yang mempelajari tentang perairan darat dapat dibedakan

menjadi:

a. Potamologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang air

yang mengalir di permukaan tanah, oleh karena itu sering disebut

dengan hidrologi sungai.

b. Limnologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang air

yang menggenang di permukaan tanah (hidrologi danau).

9

c. Geohidrologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang air

yang ada di bawah permukan tanah.

d. Kriologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang salju dan

es.

e. Hidrometeorologi, yaitu mempelajari tentang aspek-aspek

meteorologi yang berperan terhadap aspek hidrologi.

2. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat

berpengaruh terhadap keadaan perairan darat baik secara kuantitatif

maupun secara kualitatif. Tata guna lahan yang baik untuk suatu DAS

antara lain:

a. Di bagian hulu, kurang lebih 30% berupa hutan.

b. Di bagian tengah dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman dan

peternakan.

c. Di bagian bawah dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman,

peternakan dan industri.

Supaya DAS dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka

kegiatan pelestarian DAS perlu dilaksanakan antara lain dengan cara:

melestarikan hutan yang ada di bagian hulu, tidak mengambil air

secara berlebihan, mengatur tata guna lahan yang baik, pembuangan

limbah yang menganut asas pelestarian lingkungan.

3. Curahan Air Hujan

Proses transformasi curahan air hujan, melalui beberapa media

dan lahan seperti berikut :

a. langsung jatuh ke laut, danau, sungai dan rawa kemudian kembali

ke atmosfer melalui proses evaporasi,

b. sebelum mencapai permukaan bumi menguap kembali ke atmosfer

(udara),

c. jatuh pada daun-daun tumbuhan dan langsung menguap kembali

ke udara sebelum sampai di permukaan tanah (intersepsi),

10

d. jatuh di permukaan bumi dan meresap ke dalam lapisan tanah

(infiltrasi) menjadi persediaan air dalam tanah (lengas tanah),

e. dalam lapisan tanah, air mengisi ruang pori-pori tanah, setelah

jenuh membentuk aliran yang disebut dengan aliran antara

(interflow).

f. setelah tanah mengalami kejenuhan tidak mampu meresapkan air

hujan lagi terjadi genangan air di permukaan dan setelah

melampaui keseimbangan energi terjadilah aliran di permukaan

tanah yang disebut dengan limpasan permukaan (overland flow),

g. air di dalam tanah selanjutnya meresap secara perlahan ke dalam

lapisan batuan (perkolasi) menjadi persediaan air dalam lapisan

batuan pembawa air (akuifer) membentuk air tanah dangkal (sumur

gali) dan air tanah dalam (sumur bor),

h. di dalam lapisan batuan pembawa air (akuifer) melalui celah-celah

batuan terjadi aliran air bawah tanah (groundwater flow),

i. aliran air bawah tanah terpotong oleh kemiringan lereng

permukaan bumi kemudian terjadi pemunculan air di permukaan

bumi membentuk mata air (springs) dan atau rembesan

(seepages).

4. Resapan Air

Kawasan resapan air yaitu wilayah yang dapat meresapkan air

hujan ke dalam tanah sebagai penyedia air tanah pada daerah

bawahannya. Kawasan resapan air merupakan tempat pengisian air

bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air (Keppres No 32 tahun

1990). Pengertian lainnya, kawasan resapan air atau disebut sebagai

daerah tangkapan air secara lebih spesifik didefinisikan sebagai

bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area) di mana

aliran air tanah yang saturated menjauhi muka air tanah (Kodoatie,

1996 : 10).

Kawasan lereng gunung berapi secara ekologis berfungsi

sebagai kawasan lindung dan resapan air. Perlindungan kawasan

11

resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi

peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan

kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan

bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

Dalam kaitan upaya menjaga kelestarian fungsi wilayah resapan

air, maka penurunan fungsi wilayah tersebut tidak hanya berpengaruh

terhadap wilayah tersebut, tetapi juga menghambat perkembangan

wilayah-wilayah lain yang secara ekologis berhubungan (Penjelasan

Keppres No. 32 Tahun 1990).

Kriteria penentuan kawasan resapan air adalah curah hujan

yang tinggi, struktur batuan geologi (tanah) yang mudah meresapkan

air dan bentuk geomorfologinya yang mampu meresapkan air secara

besar-besaran. Sesuai dengan Keppres No. 32 Tahun 1990, kawasan

resapan air tersebut termasuk ke dalam kawasan lindung, sedangkan

kawasan lindung menurut BRLKT (Balai Rehabilitasi Lahan dan

Konservasi Tanah, Departemen Kehutanan) dalam Asdak (1995: 513)

mempunyai persyaratan sebagai berikut :

a) Mempunyai kemiringan lereng > 45%.

b) Tanah dengan klasifikasi sangat peka terhadap erosi dan

mempunyai kemiringan lereng > 15%.

c) Merupakan jalur pengaman aliran sungai, sekurang-kurangnya 100

m di kiri-kanan alur sungai.

d) Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 m dari pusat mata air.

e) Berada pada ketinggian > 2000 m dpl.

f) Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai

kawasan lindung.

Lereng Merapi bagian selatan sebagai wilayah penelitian

dikatakan sebagai kawasan resapan air, karena telah memenuhi

semua persyaratan dari kawasan lindung.

12

5. Dampak Perkembangan Wilayah Terhadap Kawasan Resapan

Air

Perkembangan sebuah wilayah akan ditandai dengan

perubahan lingkungan alami (lahan dengan tumbuhan) menjadi

lingkungan binaan, seperti jalan, perumahan, industri, dan fasilitas

pendukung lainnya. Perubahan yang paling nyata terlihat adalah

peningkatan tingkat impermeabilitas tanah. Sejalan dengan proses

perkembangan wilayah, degradasi lahan (erosi, sedimentasi), limpasan

air permukaan (run-off), banjir, kelangkaan sumber daya air menjadi

semakin meningkat (Sudarmaji, 1996).

Tahap lanjut perkembangan wilayah (menjadi perkotaan)

ditandai dengan penutupan lahan oleh bangunan, jalan, dan lain-lain.

Bagian yang tertutup menjadi kedap air (impermeable), bagian air

hujan yang menjadi limpasan (koefisien aliran) semakin meningkat

sehingga mengurangi supply air tanah dan mengganggu sistem tata

air. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan di Kota Yogyakarta

secara tidak langsung juga telah memberikan imbas terhadap

degradasi lahan. Hal ini disebabkan oleh pembangunan areal

pemukiman, erosi pada badan jalan, saluran drainase, dan banjir.

Semakin padat pemukiman semakin besar tingkat degradasi lahan.

Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan fisik Kota

Yogyakarta ke arah lereng Merapi memberikan tekanan terhadap

kondisi sistem tata air, khususnya air tanah. Hal ini disebabkan lereng

Merapi merupakan recharge aquifer yang menjaga kestabilan supply

air untuk Kota Yogyakarta. Terganggunya fungsi lereng Merapi akan

mengganggu keberlanjutan (sustainability) perkembangan Kota

Yogyakarta dan sekitarnya.

Salah satu sistem pengelolaan sumberdaya air adalah

konservasi sumberdaya air dengan perencanaan kawasan resapan air.

Perencanaan ini dilakukan dengan menerapkan dua strategi, yakni

jangka pendek dan jangka panjang. Strategi jangka pendek dengan

13

cara mengatur penggunaan lahan di kawasan resapan air, sedangkan

jangka panjang melalui usaha konservasi sumberdaya air.

C. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka beberapa

masalah yang teridentifikasi adalah:

1. Semakin berkurangnya wilayah peresapan air hujan di lereng

Merapi bagian selatan.

2. Semakin luasnya lahan di daerah lereng Merapi bagian selatan

yang digunakan untuk bangunan .

3. Banjir bandang semakin sering terjadi di daerah lereng bawah.

4. Semakin menjamurnya perumahan di daerah kabupaten Sleman

bagian utara yang merupakan daerah tangkapan air hujan.

5. Hampir semua rumah penduduk dan perumahan yang dibangun

pengembang menyalurkan air hujan langsung ke sungai terdekat.

6. Air tanah semakin dalam, mengalami penurunan secara signifikan.

7. Penduduk tidak memiliki pengetahuan akan arti penting sumur

resapan sebagai upaya konservasi air tanah.

8. Penduduk tidak memiliki kesadaran untuk membuat sumur

resapan.

9. Tidak ada sanksi bagi masyarakat yang tidak membangun sumur

resapan air hujan.

Berdasarkan pertimbangan urgensi permasalahan yang

teridentifikasi di atas, maka dipilih dua masalah yang hendak dicari

solusinya melalui kegiatan pelatihan ini. Berdasarkan masalah-

masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mensosialisasikan dan membangkitkan kesadaran

penduduk akan arti pentingnya sumur resapan sebagai upaya

konservasi air tanah dan mencegah banjir?

14

2. Bagaimana cara membuat sumur resapan yang berdaya guna

tinggi, murah, dan mudah dilakukan oleh penduduk di lereng Merapi

bagian selatan?

D. Tujuan Kegiatan

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penduduk akan arti

penting sumur resapan sebagai upaya konservasi air tanah dan

mencegah banjir.

2. Membekali penduduk dengan pengetahuan dan keterampilan

membuat sumur resapan yang berdaya guna tinggi, murah, dan

mudah dikerjakan oleh penduduk di lereng Merapi bagian selatan.

E. Manfaat Kegiatan

Kegiatan PPM ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat

sebagai berikut:

1. Memotivasi masyarakat agar memiliki kesadaran untuk membuat

sumur resapan, sehingga kebutuhan air untuk irigasi dan keperluan

rumah tangga dapat tercukupi secara mandiri (tidak perlu

mendatangkan dari luar daerah).

2. Masyarakat di lereng Merapi bagian selatan sampai wilayah

perkotaan tidak lagi kekurangan air tanah di musim kemarau.

3. Ancaman banjir bandang di musim penghujan dapat diminimalisasi.

4. Bahan masukan bagi pemerintah daerah agar giat melakukan

sosialisasi sumur resapan dan menegakkan aturan (memberi

sanksi) kepada pengembang yang tidak membuat sumur resapan.

15

BAB II

METODE KEGIATAN PPM

A. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran kegiatan pelatihan pembuatan sumur resapan

yang berdaya guna tinggi, murah, dan mudah dikerjakan adalah

beberapa komponen masyarakat termasuk ibu – ibu PKK. Jumlah

khalayak sasaran dalam kegiatan ini berjumlah 19 orang, yang

merupakan komponen masyarakat di Kavling UII, Besi, Sukoharjo,

Ngaglik, Sleman dan perwakilan komponen masyarakat di sekitarnya.

B. Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang digunakan, antara lain:

1. Ceramah bervariasi

Penggunaan metode ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa

metode ceramah yang dikombinasikan dengan gambar-gambar,

animasi, dan dengan memanfaatkan display, dapat memberikan materi

yang relatif banyak secara padat, cepat, mudah, dan murah. Dengan

demikian dalam waktu yang singkat materi dapat tersampaikan semua.

Materi yang disampaikan meliputi: pengelolaan dan kelestarian

keberadaan sumber air, persyaratan umum sumur resapan,

persyaratan teknik sumur resapan, pemilihan lokasi sumur resapan,

pemeliharaan sumur resapan, dan fungsi/manfaat sumur resapan.

2. Demonstrasi

Metode demonstrasi dipilih untuk menunjukkan proses

pembuatan sumur resapan, dimulai dari proses penentuan lokasi

sampai pemanfaatannya. Demonstrasi ini diberikan setelah peserta

pelatihan memiliki sejumlah konsep awal tentang sumur resapan

sehingga dapat memberikan kemudahan bagi peserta pelatihan.

Demonstrasi dilakukan oleh pelatih atau instruktur, dengan demikian

16

peserta dapat mengamati secara detail teknis pembuatan sumur

resapan tersebut.

Materi yang diberikan meliputi: pembuatan contoh sumur

resapan, komponen/instalasi sumur resapan, dan cara

pemanfaatannya. Penyampaian materi ini dilaksanakan di dalam ruang

dan pelaksanaan pembuatan contoh sumur resapan di luar ruangan.

C. Langkah-Langkah Kegiatan

Langkah-langkah kegiatan PPM ini melalui tahapan sebagai berikut:

1. Ceramah tentang materi pengelolaan dan kelestarian keberadaan

sumber air.

2. Ceramah tentang materi sumur resapan.

3. Pelatihan pembuatan contoh sumur resapan.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat

diidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan

program pengabdian masyarakat ini. Secara garis besar faktor

pendukung dan penghambat adalah sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung

a. Wilayah yang dijadikan penyuluhan program ini masuk ke dalam

wilayah recharge area/tangkapan hujan, sehingga mudah dalam

memberikan wawasan kepada masyarakat tentang

fungsi/manfaat sumur resapan.

b. Antusiasme masyarakat yang tinggi, karena merupakan

tambahan pengetahuan agar terjaganya kelestarian air tanah.

c. Dukungan pimpinan/kepala desa, kepala dusun terhadap

program ini.

d. Ketersediaan tenaga ahli yang memadai di Jurusan Pendidikan

Geografi.

17

e. Ketersediaan dana pendukung dari fakultas sebagai pendukung

penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat ini.

2. Faktor Penghambat

a. Lahan pekarangan masih luas sehingga membuat masyarakat

belum memerlukan keberadaan sumur resapan.

b. Masyarakat masih awam terhadap sumur resapan karena latar

belakang pendidikan yang bermacam-macam.

c. Mahalnya biaya operasional pembuatan sumur resapan

sehingga masyarakat merasa keberatan.

d. Keterbatasan waktu untuk pelaksanaan program, sehingga

materi tidak dapat disampaikan secara detil.

e. Kesadaran masyarakat terhadap kelestarian air masih kurang.

18

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PPM

A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan PPM yang dilaksanakan dengan acara tatap muka dan

praktek pembuatan contoh sumur resapan berjalan secara baik dan

lancar. Acara tatap muka dengan metode ceramah dan dilanjutkan

praktek pembuatan contoh sumur resapan dilaksanakan sehari, yakni

pada tanggal 1 September 2007. Kegiatan ini diikuti oleh 19 orang

komponen masyarakat termasuk ibu – ibu PKK di Kavling UII, Besi,

Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Target agar pelaksanaan kegiatan ini

diikuti oleh perwakilan 5 desa di Kecamatan Ngaglik bagian utara tidak

tercapai karena ada beberapa desa yang tidak ada perwakilannya.

Pelaksanaan kegiatan PPM ini diawali dengan kegiatan ceramah

tentang pengelolaan dan kelestarian keberadaan sumber air. Kegiatan

awal ini secara garis besar memunculkan beberapa pertanyaan dari

para peserta, yaitu:

1. daerah wilayah tangkapan hujan

2. kualitas dan kuantitas air tanah

3. strategi menanggulangi genangan dengan pembuatan saluran

drainase

4. fungsi keberadaan hutan

5. faktor tanah terhadap peresapan air

6. pembuangan sampah yang tidak terkelola.

Setelah forum tanya jawab selesai, dilanjutkan dengan materi

tentang sumur resapan, berkaitan dengan persyaratan umum

pembuatan sumur resapan dan komponen instalasi sumur resapan

(persyaratan teknis). Selanjutnya dilakukan demonstrasi pembuatan

contoh sumur resapan. Keterbatasan waktu pertemuan sosialisasi dan

pelatihan pembuatan sumur resapan ini berakibat tidak semua materi

yang terkait sumur resapan dapat disampaikan secara detil. Beberapa

19

peserta masih ada yang menyatakan kurang paham arti pentingnya

sumur resapan. Untuk itu banyak di antara peserta yang merasa bahwa

sosialisasi dan pelatihan pembuatan sumur resapan ini belum tuntas

dan memerlukan kelanjutan pelatihan agar para peserta segera dapat

membuat sumur resapan.

B. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Hasil kegiatan PPM secara garis besar mencakup beberapa

komponen sebagai berikut:

1. Ketercapaian tujuan pelatihan

2. Ketercapaian target materi yang telah direncanakan

3. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi.

Ketercapaian tujuan sosialisasi dan pelatihan pembuatan sumur

resapan secara umum cukup baik, namun keterbatasan waktu yang

disediakan mengakibatkan tidak semua materi tentang sumur resapan

dapat disampaikan secara detil. Banyak di antara materi yang hanya

disampaikan secara garis besar, sehingga sangat memungkinkan

peserta kurang paham arti pentingnya sumur resapan secara

keseluruhan. Namun dilihat dari antusiasme peserta dalam forum tanya

jawab maka hasil yang dicapai dapat dinilai cukup baik, dikarenakan

hanya dalam waktu satu hari peserta diberikan sosialisasi sekaligus

pelatihan pembuatan sumur resapan.

Ketercapaian target materi pada kegiatan PPM ini cukup baik,

karena materi pelatihan telah dapat disampaikan secara keseluruhan.

Materi pelatihan yang telah disampaikan adalah:

1. Pengelolaan dan kelestarian keberadaan sumber air, meliputi:

upaya-upaya pelestarian, keseimbangan cadangan air, pengelolaan

dan penggunaan sumber air untuk berbagai macam kepentingan

2. Sumur resapan: persyaratan umum pembuatan sumur resapan,

komponen instalasi sumur resapan, pemilihan lokasi sumur

20

resapan, pemeliharaan sumur resapan, dan fungsi/manfaat sumur

resapan.

Kemampuan peserta dalam penguasaan materi masih kurang

dikarenakan waktu yang singkat dalam penyampaian materi dan

kemampuan para peserta yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan latar

belakang pendidikan yang bermacam-macam. Secara psikologi, waktu

yang singkat akan menyebabkan peserta kurang paham terhadap

materi yang telah disampaikan.

Secara keseluruhan kegiatan sosialisasi dan pelatihan

pembuatan sumur resapan untuk berbagai komponen masyarakat

dinilai berhasil. Keberhasilan ini selain diukur dari ketiga komponen di

atas, juga dapat dilihat dari kepuasan peserta setelah mengikuti

kegiatan. Manfaat yang dapat diperoleh adalah memahami fungsi

hutan, memahami fungsi kelestarian tanah, dan mengetahui teknik

pembuatan sumur resapan beserta fungsi/manfaatnya.

21

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ceramah tentang pengelolaan dan kelestarian keberadaan sumber air

serta sumur resapan kepada peserta disertai kesempatan untuk tanya

jawab mampu meningkatkan pemahaman peserta tentang fungsi hutan

dan fungsi/manfaat sumur resapan kaitannya dengan kelestarian air

tanah.

2. Peningkatan pemahaman peserta dalam membuat sumur resapan

dilakukan dengan metode demonstrasi secara langsung yang

didampingi tim pengabdi.

B. Saran

1. Tim pengabdi hendaknya melakukan survei awal kebutuhan khalayak

sasaran sehingga kegiatan yang dilakukan benar-benar mencapai

sasaran.

2. Waktu pelaksanaan kegiatan perlu ditambah agar tujuan kegiatan

dapat tercapai.

3. Menggugah kesadaran peserta terhadap keberadaan sumber air dan

kelestarian air tanah.

22

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Keppres No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kodoatie, Robert. 1996. Kajian Undang-undang Sumberdaya Air.

Yogyakarta: Penerbit Andi. Purwantoro, Suhadi. 2006. Studi Kepedulian Masyarakat Sleman

Membangun Sumur Resapan Air Hujan: Hasil Penelitian. Yogyakarta: Jurdik Geografi FISE UNY.

Sudarmaji. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Air: Diktat Kuliah. Yogyakarta:

Fakultas Geografi UGM. Takeda, Kensaku. 1997. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya

Paramitha.