laporan kasus riny

12

Click here to load reader

Upload: rima

Post on 29-Jun-2015

680 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS Riny

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1906, Von Pirquet memperkenalkan istilah alergi sebagai keadaan yang

timbul akibat adanya reaksi imunologik spesifik yang di timbulkan oleh alergen, bila terpapar

dengan bahan yang sama untuk kedua kalinya sehingga terjadilah gejala-gejala patologik.

Alergen adalah benda asing yang masuk tubuh yang dapat menyebabkan reaksi alergi.1

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah suatu reaksi peradangan yang disebabkan

paparan zat alergen pada kulit yang sebelumnya sudah tersensitisasi oleh antigen spesifik

limfosit T pada kulit. Hal tersebut terjadi hanya sebatas pada individu tertentu. Faktor-faktor

yang berpengaruh dalam timbulnya DKA antara lain potensi sensitisasi alergen, dosis per unit

area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan,

vehikulum, dan pH. Faktor individu juga dapat berpengaruh pada DKA, misalnya keadaan

kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum atau ketebalan epidermis), dan status

imunologik (misalnya sedang menderita sakit atau terpajan sinar matahari).1

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respon imun yang

diperantai oleh reaksi imununologi tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini

terjadi melalui 2 fase yaitu sensitisasi dan elisitasi. Hanya individu yang telah mengalami

sensitisasi dapat menderita DKA.2

Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis lokalisasinya. Pada DKA yang

akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian dikuti edema,

papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan

eksudasi (basah). Pada DKA akut di tempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum,

eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel. Pada yang kronis terlihat kulit kering,

berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit

dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis, mungkin penyebabnya juga campuran.

Pengobatan penderita DKA pada prinsipnya adalah menghindari pajanan alergen, baik

yang bersifat mekanik, fisis, atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat.

Obat-obatan hanya membantu mengurangi gejala dan komplikasi yang terjadi.2

1

Page 2: LAPORAN KASUS Riny

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama                           : DI

Umur                           : 60 tahun

Jenis Kelamin              : Perempuan

Alamat                         : Klabat

Agama                         : Kristen

Status                           : Menikah

Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga

Suku bangsa                : Minahasa/Indonesia

Tanggal Periksa           : 26 Oktober 2010

ANAMNESIS

Keluhan utama

Bercak kemerahan disertai rasa gatal dan luka yang berair di punggung kaki kiri dan kanan.

Riwayat Penyakit sekarang

Bercak kemerahan di punggung kaki kiri dan kanan dialami penderita sejak 3 minggu

yang lalu. Awalnya bercak kemerahan hanya sebesar uang logam, karena gatal, penderita

menggaruknya sehingga bercak merah meluas. Selain itu timbul bintik-bintik berkelompok

berisi cairan yang kemudian pecah sehingga menjadi basah. Gatal bersifat hilang timbul,

menghebat jika penderita memakai sandal jepit berbahan karet.

Penderita sempat berobat ke Puskesmas sekitar 1 minggu yang lalu dan mendapat

obat minum berwarna putih yang diminum 3 kali sehari dan salep yang dioleskan 2 kali

sehari (penderita lupa namanya). Setelah menggunakan obat dan salep, keluhan membaik tapi

kemudian timbul lagi setelah obat dan salep habis.

Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat alergi disangkal, riwayat asma disangkal, riwayat sering gatal-gatal di bagian lain

disangkal, riwayat sering bersin-bersin disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal.

2

Page 3: LAPORAN KASUS Riny

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan serupa dengan pasien.

Riwayat kebiasaan

Penderita mandi 1 kali sehari, menggunakan sabun batang dan digunakan bersama anggota

keluarga lain. Handuk dipakai sendiri dan dicuci 2 minggu sekali. Pakaian dalam diganti

setiap habis mandi. Setelah mandi penderita menggunakan pakaian bersih.

Riwayat sosial

Rumah terbuat dari beton, lantai ubin. atap seng. Jumlah kamar 3 buah dihuni 4 orang

dewasa, dan 2 orang anak-anak. Kamar mandi dan WC terletak di dalam rumah namun

terpisah. Aktivitas penderita yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan

rumah, mencuci, memasak, dan pergi ke pasar. Penderita jarang berolahraga. Penderita

beristirahat tidur malam 7-8 jam setiap hari.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

KU : tampak sakit sedang, penampilan cukup Kesadaran: Kompos mentis

TD : 140/70 mmHg N : 68 x/menit R : 20 x/menit S : 36,30C

Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Toraks : Jantung: SI-II normal, tidak ada bising

Paru-paru: tidak ada ronki, tidak ada wheezing

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal

Hepar dan lien: tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema

Status Dermatologis

Regio dorsum pedis dextra dan sinistra: Plak eritematosus berbatas jelas, ukuran plakat,

bentuk seperti tali sandal jepit, erosi (+), skuama (+), krusta (+)

3

Page 4: LAPORAN KASUS Riny

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Gram : Coccen gram positif (+), spora (-), budding cell (-), pseudohifa (-)

Anjuran : Tes Tempel

Diagnosis Banding

Dermatitis kontak iritan

Diagnosis kerja

Dermatitis kontak alergi e.c karet dengan infeksi bakteri sekunder

Penatalaksanaan

a. Non medikamentosa

Memberikan edukasi kepada penderita agar mengurangi kontak dengan alergen.

b. Medikamentosa

Tablet mebhydrolin napadisylate : 3 x 1

Krim mupirosin : 2 x aplikasi pada luka

Desoksimetason 0,25% ointment : 2 x aplikasi pada lesi

Kompres NaCl 0,9 % dengan kasa steril : 2 x aplikasi pada lesi

yang basah

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

4

Page 5: LAPORAN KASUS Riny

BAB III

PEMBAHASAN

Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada seseorang

yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke

orang lain. Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung

dengan alergen.3

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia

dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana.

Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan

luasnya penetrasi di kulit.3

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti

respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune response) atau reaksi tipe IV.

Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam

waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen.4

Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu

mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena

adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan

protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag dan

sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah

diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan

berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori.

Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,

sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat

kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase

sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi

sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen (sensitizer),

jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek,

sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari

pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut,

bisa bulanan atau tahunan. Periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama

atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya berlangsung

antara 24-48 jam.5

5

Page 6: LAPORAN KASUS Riny

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit adalah kebersihan yang kurang

dan faktor lingkungan seperti pekerjaan dengan lingkungan yang basah, tempat-tempat

lembab atau panas, serta pemakaian alat yang salah.6 Pekerjaan penderita adalah ibu rumah

tangga, sering mencuci pakaian.

Gejala dan tanda dematitis kontak antara lain, bintik-bintik atau benjolan kemerahan,

gatal dan bengkak, keluar cairan dari kulit yang terkena atau timbul lenting-lenting dan bula

pada kasus yang berat, serta kemerahan atau lenting pada kulit terbatas pada area yang

terkena saja.3 Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada

keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas,

kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah

menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis tampak kulit kering, berskuama,

papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, berbatas tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan

dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.pustaka?????

Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya pada

ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di

tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya

deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida. Pada paha dan tungkai

bawah dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat

topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.2 Penderita

datang dengan keluhan bercak kemerahan di punggung kaki kiri dan kanan disertai rasa gatal

dialami penderita sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya bercak kemerahan hanya sebesar uang

logam, karena gatal, penderita menggaruknya sehingga bercak merah meluas. Selain itu

timbul bintik-bintik berkelompok berisi cairan yang kemudian pecah sehingga menjadi basah.

Gatal bersifat hilang timbul, menghebat jika penderita memakai sandal jepit berbahan karet.

Penderita sempat berobat ke Puskesmas sekitar 1 minggu yang lalu dan mendapat obat

minum berwarna putih yang diminum 3 kali sehari dan salep yang dioleskan 2 kali sehari

(penderita lupa namanya). Setelah menggunakan obat dan salep, keluhan membaik tapi

kemudian timbul lagi setelah obat dan salep habis. setelah di anamnesis kemudian dilakukan

pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan gram dan dari pemeriksaan ditemukan koken

gram positif.

6

Page 7: LAPORAN KASUS Riny

Diagnosis dermatitis kontak alergi et causa karet dengan infeksi bakteri sekunder

ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

Diagnosis banding yang mungkin pada pasien ini antara lain dermatitis kontak iritan.

Untuk menyingkirkan diagnosis banding DKI dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium

yaitu patch test (tes tempel) dimana antigen standar ditempelkan pada permukaan kulit,

biasanya punggung, untuk selanjutnya dilakukan interpretasi setelah 48 jam dan 72 jam atau

96 jam. Pada penderita DKA akan didapatkan reaksi cressendo yaitu reaksi yang lebih berat

pada interpretasi kedua, sedangkan pada DKI didapatkan reaksi decressendo yaitu reaksi

yang lebih ringan pada interpretasi kedua. Pada pasien ini tidak dilakukan patch test.

Pengobatan penderita DKA pada prinsipnya adalah menghindari pajanan alergen, baik

yang bersifat mekanik, fisis, atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat.

Obat-obatan hanya membantu mengurangi gejala dan komplikasi yang terjadi.pustaka? Pada

pasien ini diberikan mebhydrolin napadisylate 3x1 tab (Interhistin®), mupirosin 2 kali

aplikasi pada luka (Bactoderm®), desoksimetason 0,25% 2 kali aplikasi pada lesi, kompres

dengan NaCl 0,9% dengan kasa steril 2 kali 30 menit pada lesi basah. Yang paling penting

adalah edukasi ke pasien untuk menghindari kontak dengan alergen.

Prognosis????

7

Page 8: LAPORAN KASUS Riny

DAFTAR PUSTAKA

1. Habib TP. Alergic Contact Dermatitis. In: Clinical Dermatology - a colour guide to

diagnosis therapy. 5th ed. USA: Mosby 2004. p. 81-…..

2. Juanda A, dkk. Judul bab? 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI

tahun?.. Hal?

3. Larsen WG. Allergic contact dermatitis, In: Moschella SL., Hurley HJ, Dermatology,

3rd ed. London: Saunders 1992. p. 391-400

4. Wikipedia. Alergi dermatitis. Diunduh dari: http://en.wikipedia.orang/wiki/alergi

dermatitis. Tanggal akses: 30 oktober 2010.

5. Irwan.2009. Dermatitis kontak alergi. Diunduh dari:

http://www.irwanashari.com/2009/09/dermatitis-kontak-alergi.html. Tanggal akses:

30 september 2010

6. Siregar. Judul bab???. Dalam: Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.

Jakarta 1996 .h.halaman???.

8